Anda di halaman 1dari 7

MODUL TRAUMA THORAX

KODE MODUL: MBA 072


A. Definisi
Trauma thorax merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang sginifikan pada
anak.Kejadiannya skitar 4-25% trauma pediatric.Cedera thorax tunggal umumnya meiliki prognostic
yang lebih baik. Trauma thorax haris dicurigai pada anak dengan nadi ang cepat tekanan darah
rendah, , respirasi yang meninberbeda dengan dewasa. .

B. Waktu
(1) Tingkat pengayaan dimulai dari semester 1 sampai 4.
(2) Kegiatan magang diprogram dari semester 5 sampai 7.
(3) Kegiatan mandiri dimulaidari awal semester 8 sampai akhir masa pendidikan.

Jumlah
Jenis ICD Tahap I Tahap II kasus
Tindakan 10 minimum
PBD Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem
(3bl) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 G M
Trauma
thorax S20- K6 K6 K6 K6 K6 P2.A3 P2.A3 P2.A3 P5.A5 P5.A5 2 2
S29

Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna. Warna merah adalah tingkat pengayaan dan
pengusaan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor, attitude (P2,A3); sedangkan warna
hijau adalah tingat mandiri dan penguasaan psikomotor dan attitude (P5,A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,
biomekanika trauma, patofisiologi, memahami dan mengerti diagnosis dan pengelolaan cidera
thorax karena trauma dan menentukan tindakan opratif yang sesuai beserta dengan perawatan pasca
bedah.

2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan biomekanika dan patofisiologi terjadinya cidera thorax oleh karena
trauma
2. Mampu menjelaskan gejala dan tanda klinis ke arah diagnosa cidera thorax
3. Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
4. Mampu menjelaskan indikasi dan mampu mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam
rangka diagnosis cidera thorax karena trauma
5. Mampu melaksanakan persiapan operasi pada pasien cidera thorax karena tauma
6. Mampu menentukan indikasi dan mampu melakukan pembedahan pada penderita cidera
thorax karena trauma
7. Mampu menjelaskan komplikasi cidera thorax karena trauma
8. Mampu menjelaskan prognosis penderita cidera thorax dan mampu melakukan perawatan
periopratif dan mengatasi komplikasi

1
D. Strategi dan Metoda Pembelajaran
1. Pengajaran dan kuliah pengantar 50 menit
2. Tinjauan Pustaka
✴Presentasi teori trauma thorax 1 kali, telaah kepustakaan
✴Presentasi kasus trauma thorax 1 kali
3. Diskusi Kelompok 2 x 50 menit, diskusi kasus menyangkut diagnosis,
teknik operasi, penyulit, dsb
4. Bed side teaching 2x ronde
5. Bimbingan Operasi
✴Operasi magang Minimal 2 kasus untuk selanjutnya melakukan
operasi instruksional.
✴Operasi mandiri Minimal 2 kasus

E. Kompetensi

Tingkat
Jenis Kompetensi
Kompetensi
a Mampu menjelaskan biomekanika dan patofisiologi terjadinya cidera thorax K6
b oleh
Mampukarena trauma gejala dan tanda klinis ke arah diagnosa cidera thorax K6
menjelaskan
c Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan K6 P2 A3
d Mampu menjelaskan indikasi dan mampu mengevaluasi hasil pemeriksaan
K6 P2 A3
imaging dalam rangka diagnosis cidera thorax karena trauma
e Mampu melaksanakan persiapan operasi pada pasien cidera thorax karena
K6 P2 A3
trauma
f Mampu menentukan indikasi dan mampu melakukan pembedahan pada
K6 P5 A5
penderita cidera thorax karena trauma
g Mampu menjelaskan komplikasi cidera thorax karena trauma K6 P5 A5
h Mampu menjelaskan prognosis penderita cidera thorax dan mampu
K6 P5 A5
melakukan perawatan periopratif dan mengatasi komplikasi

F. Persiapan Sesi
(1) Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai
kompetensi, mencakup
a) Menjelaskanprinsip trauma thorax
b) Menjelaskan langkah operasi insersi chest tube
(2) Audio-visual teknik operasi
(3) Presentasi teknik operasi

G. Referensi
1. Grosfeld JL, O’Neill JA, Fonkalsrud EW, Coran AG. dalam Pediatric Surgery. 6th ed. 2006. pg
1179-1182
2. O’Neill JA, Grosfeld JL, Fonkalsrud EW, Coran AG, Caldamore AA dalam Principles of
Pediatric Surgery. 2nd ed. pg 437-450
3. Ashcraft, Holcomb KW, Murphy GW, Patrick J. dalam Pediatric Sugery. 4th ed. 2005. pg 697-
706

2
4. P. Puri, M. Holwarth. Pediatric Surgery. 2006. pg 139-152
5. Ziegler MM, Azizkhan RG, Weber TR. Operative Pediatric Surgery. McGraw-Hill. 2003. p. 543-
554

H. Gambaran Umum
Trauma thorax merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang sginifikan pada
anak.Kejadiannya skitar 4-25% trauma pediatric.Cedera thorax tunggal umumnya meiliki prognostic
yang lebih baik. Trauma thorax haris dicurigai pada anak dengan nadi ang cepat tekanan darah
rendah, , respirasi yang meninberbeda dengan dewasa. .
Anatomi dinding thorax anak berbeda dengan dewasa.Trakea anak umumnya lebih pendek,
terletak lebih anterior, lebih sempit dan lebih mudah terkompresi dibanding dengan dewasa.Daerah
subglotis merupakan tempat paling sempit dan karenanya paling rentan terhadap sumbatan mucus
maupun edema. Dinding thorax pada anak juga lebih lentur pada anak, dengan massa otot yang lebih
sedikit, sehingga perlindungan soft tissue minimal. Dengan demikian, transmisi energi dari trauma
akan lebih banyak ke intra torakal. Anak juga memiliki konsumsi oksigen per unit body mass yang
lebih tinggi dibanding dewasa, sehingga mereke lebih mudah menjadi hipoksik jika terkena cedera.
Trauma thorax secara umum dibagi atas trauma tajam dan trauma tumpul.Trauma tersering
disebabkan oleh kontusio paru, pneumothorax, fraktuk iga, sternum ataupun scapula.Cedera yang
segera mengancam nyawa pada trauma thorax adalah obstruksi jalan nafas, tension pneumothorax,
hemotothorax massif dan tamponade jantung. Open pneumotorals dan flail chest massif tidak begitu
sering ditemukan. Cedera yang potensial mengancam nyawa adalah kontusio miokardium, disrupsi
aorta, disrupsi tracheobronchial dan ruptur esophagus.
Trauma tumpul thorax mencakup sekitar 81% pada anak kurang dari 12 tahun dan trauma
penetrans mencakup sekitar 58% remaja. Mortalitas menignkat jika terdapat associated injury yang
berat.

I. Contoh Kasus
Seorang anak laki-laki usia 4 tahun datang dengan nafas tersengal-sengal, bynyi nafas di paru kiri
menghilang, dan tensi tak teraba. Didapati jejas pada thorax sin. Pertanyaan:
1. Apa kemungkinan diagnosis pada pasien ini?
2. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini?

J. Rangkuman
Trauma thorax merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang sginifikan pada
anak.Kejadiannya skitar 4-25% trauma pediatric.Cedera thorax tunggal umumnya meiliki prognostic
yang lebih baik. Trauma thorax haris dicurigai pada anak dengan nadi ang cepat tekanan darah
rendah, , respirasi yang meninberbeda dengan dewasa. .
Anatomi dinding thorax anak berbeda dengan dewasa.Trakea anak umumnya lebih pendek,
terletak lebih anterior, lebih sempit dan lebih mudah terkompresi dibanding dengan dewasa.Daerah
subglotis merupakan tempat paling sempit dan karenanya paling rentan terhadap sumbatan mucus
maupun edema. Dinding thorax pada anak juga lebih lentur pada anak, dengan massa otot yang lebih
sedikit, sehingga perlindungan soft tissue minimal. Dengan demikian, transmisi energi dari trauma
akan lebih banyak ke intra torakal. Anak juga memiliki konsumsi oksigen per unit body mass yang
lebih tinggi dibanding dewasa, sehingga mereke lebih mudah menjadi hipoksik jika terkena cedera.
Trauma thorax secara umum dibagi atas trauma tajam dan trauma tumpul.Trauma tersering
disebabkan oleh kontusio paru, pneumothorax, fraktuk iga, sternum ataupun scapula.Cedera yang
segera mengancam nyawa pada trauma thorax adalah obstruksi jalan nafas, tension pneumothorax,
hemotothorax massif dan tamponade jantung. Open pneumotorals dan flail chest massif tidak begitu
sering ditemukan. Cedera yang potensial mengancam nyawa adalah kontusio miokardium, disrupsi
aorta, disrupsi tracheobronchial dan ruptur esophagus.

3
Trauma tumpul thorax mencakup sekitar 81% pada anak kurang dari 12 tahun dan trauma
penetrans mencakup sekitar 58% remaja. Mortalitas menignkat jika terdapat associated injury yang
berat.

K. Evaluasi
Tujuan Pembelajaran Metode Penilaian
Mampu menjelaskanprinsip trauma thorax Ujian lisan dan tulis

Mampu menjelaskan langkah operasi trauma Ujian lisan dan tulis


thorax

L. Instrumen Penilaian
1. Ujian Pretest
Ujian ini dilaksanakan pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu
pada pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur
yang diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.
2. Ujian Post test
Ujian ini dilakukan pada akhir stase sebelum peserta didik pindah ke sub bagian lain. Materi ujian
merupakan pengembangan dari ujian pretest dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hasilnya
dibandingkan dengan hasil pretest untuk melihat kemampuan daya tangkap peserta didik terhadap
materi modul yang diajarkan dalam waktu 3 bulan ini. Setelah ujian post test, dilakukan diskusi
antara pengajar dan peserta didik, untuk membahas hasil ujian dan berdiskusi lebih lanjut tentang
kekurangan dari peserta didik dari hasil ujian tulis.

3. Buku Log
Buku log merupakan buku yang mencatat semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara objektif kompetensi yang
didapat dari peserta didik. Buku log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai asisten ataupun yang dilakukan secara mandiri
yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang dijumpai pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu
buku log juga berisi kegiatan ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.

M. Materi Baku
1. Menegakkan diagnosa
a. Riwayat penyakit : trauma baik secara tumpul atau tembus di daerah dada, muntah, sesak
napas, nyeri
b. Pemeriksaan fisik: didapatkan adanya jejas didaerah kepala, takipnea
c. Pemeriksaan penunjang: ro thorax datar dan tegak

2. Pengelolaan Penderita :
a. Persiapan operasi
1. Inform Consent
2. Padakeadaan darurat pasien tidak perlu dipuasakan
3. Pasang infus, beri cairan standard RL dengan tetesan sesuai kebutuhan.
4. Antibiotik prabedah diberikan secara rutin.

4
b. Tehnik Operasi

Insersi chest tube


Pasien diposisikan setengah duduk. Ukur panjang CTT yang diharapkan masuk ke dalam
rongga thorax. Masukkan analgetik intravena. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan
antiseptik. Persempit lapangan operasi dengan doek steril. Lakukan anasetesi infiltrasi di daerah
ICS V, dengan tetap menginfiltrasi tulang. Lakukan insisi, tembuskan dengan klem sampai ke
pleura kemudian masukkan selang CTT. Sambungkan selang CTT dengan WSD yang telah
dipersipkan lalu fiksasi selang chest tube ke kulit dengan jahitan matras horizontal.

3. Pasca bedah
Perawatan paska operasi :
 Pemebrian antibiotika intra vena
 Perawatan luka operasi laparoskopi

Komplikasi operasi :
 Pneumothorax
 Infeksi

N. Algoritma
-

5
O. PENUNTUN BELAJAR DAN DAFTAR TILIK
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR OPERASI INSERSI CHEST TUBE

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

KEGIATAN
I. Memahami data-data preoperasi yang diperlukan
a. Memahami keluhan dan gejala pasien
b. Memahami pemeriksaan fisik keadaan yang membutuhkan insersi chest tube
II. Melakukan tindakan insersi chest tube
a. Pasien diletakkan dalam posisi setengah duduk
b. Ukur panjang CTT yang akan masuk ke dalam rongga thorax dan persiapkan WSD
c. Masukkan analgetik intravena
d. Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik, kemudian ditutup dengan
kain steril kecuali lapangan operasi.
e. Lakukan anestesi infiltrasi di ICS V-VI
f. Lakukan insisi kutis dan subcutis, lalu tembuskan dinding dada dengan klem sampai
menembus pleura
g. Masukkan CTT sesuai ukuran, lalu sambungkan ke WSD
h. Fiksasi CTT ke dinding dada denga matras horizontal

III. Penyelesaian
a. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
b. Membuat laporan operasi

6
DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA
PROSEDUR OPERASI INSERSI CHEST TUBE
(diisi oleh pengajar)

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta pada saat
melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur atau
panduan standar

T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta selama
proses evaluasi oleh pelatih

PESERTA : TANGGAL :
KEGIATAN NILAI
I. PENDAHULUAN
1. Memberikan penjelasan dan ijin tindakan
2. Menetapkan indikasi operasi
3. Memahami data data preoperasi seperti klinis dan pemeriksaan fisik
II. TEHNIK TINDAKAN INSERSI CHEST TUBE
4. Melakukan tindakan aseptik dan antiseptik

5. Lakukan anestesi infiltrasi di ICS V-VI


6. Lakukan insisi kutis dan subcutis, lalu tembuskan dinding dada dengan klem
sampai menembus pleura
7. Masukkan CTT sesuai ukuran, lalu sambungkan ke WSD

8. Fiksasi CTT ke dinding dada denga matras horizontal


III. PENYELESAIAN
9. Memberitahukan dan menjelaskan keadaanpasien kepada keluarganya
10. Membuat laporan operasi

Komentar/Ringkasan:

Rekomendasi:

Tanda tangan Pelatih _______________________________Tanggal _______________

Anda mungkin juga menyukai