A. Definisi
Penyebab kematian dan kecacatan terbanyak pada anak setelah cidera berat disebabkan oleh cidera
kepala tertutup. Sekitar 50% kematian cidera kepala pada anak terjadi sebelum anak sampai ke rumah
sakit. Penyebab cidera kepala terbanyak pada anak disebakan oleh kecelakaan kendaraan bermotor,
terjatuh dari ketinggian, dan kekerasan pada anak.
B. Waktu
1.Tingkat pengayaan dimulai dari semester 1 sampai 3
2.Kegiatan magang diprogram dari semester 4 sampai semester 6
Jumlah
Jenis ICD Tahap I Tahap II kasus
Penyakit 10 minimum
PBD Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem Sem 9
(3bl 1 2 3 4 5 6 7 8 G M
)
Kompetensi yang harus dikuasai dalam setiap tahap ditandai dengan warna. Warna merah adalah tingkat pengayaan dan
pengusaan materi (K6), warna kuning adalah tingkat magang dan pengusaan psikomotor, attitude (P2,A3); sedangkan warna
hijau adalah tingat mandiri dan penguasaan psikomotor dan attitude (P5,A5). G : Kegiatan magang M : Operasi mandiri
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi, topografi,
biomekanika trauma, patofisiologi, memahami dan mengerti diagnosis dan pengelolaan cidera kepala
karena trauma dan menentukan tindakan opratif yang sesuai beserta dengan perawatan pasca bedah.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu menjelaskan biomekanika dan patofisiologi terjadinya cidera kepala oleh karena trauma
2. Mampu menjelaskan gejala dan tanda klinis ke arah diagnosa cidera kepala
3. Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan
4. Mampu menjelaskan indikasi dan mampu mengevaluasi hasil pemeriksaan imaging dalam rangka
diagnosis cidera kepala karena trauma
5. Mampu melaksanakan persiapan operasi pada pasien cidera kepala karena tauma
6. Mampu menentukan indikasi dan mampu melakukan pembedahan pada penderita cidera kepala
karena trauma
7. Mampu menjelaskan komplikasi cidera kepala karena trauma
8. Mampu menjelaskan prognosis penderita cidera kepala dan mampu melakukan perawatan
periopratif dan mengatasi komplikasi
1
D. Strategi dan Metoda Pembelajaran
← 1. Pengajaran dan kuliah pengantar ← 50 menit
← 2. Tinjauan Pustaka ←
✴ Presentasi ilmu dasar ← 1 kali, telaah kepustakaan
✴ Presentasi kasus trauma kepala ← 1 kali
← 3. Diskusi Kelompok ← 2 x 50 menit, diskusi kasus menyangkut
diagnosa, operasi, penyulit
← 4. Bed side teaching ← 2 x ronde
← 5. Bimbingan Operasi ←
✴ Operasi magang ← minimal 2 kasus
✴ Operasi mandiri ← -
E. Kompetensi
← Tingka
← Jenis Kompetensi
t
← ←
Mampu menjelaskan biomekanika dan patofisiologi terjadinya cidera kepala ← Kompe
a ← ←
oleh karena trauma K6
← Mampu menjelaskan gejala dan tanda klinis ke arah diagnosa cidera kepala ← ← ←
b K6
← Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan laboratorium yang diperlukan ← ← ←
c K6
← Mampu menjelaskan indikasi dan mampu mengevaluasi hasil pemeriksaan ← ← ←
d imaging dalam rangka diagnosis cidera kepala karena trauma K6 P2 A3
← Mampu melaksanakan persiapan operasi pada pasien cidera kepala karena ← ← ←
e K6 P2 A3
tauma
← Mampu menentukan indikasi dan mampu melakukan pembedahan pada ← ← ←
f penderita cidera kepala karena trauma K6 P2 A3
← Mampu menjelaskan komplikasi cidera kepala karena trauma ← ← ←
g K6 P2 A3
← Mampu menjelaskan prognosis penderita cidera kepala dan mampu ← ← ←
h K6 P2 A3
melakukan perawatan periopratif dan mengatasi komplikasi
F. Persiapan Sesi
(1) Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi,
mencakup :
a) Anatomi dan topografi dari kepala
b) Biomekanika dan patofisiologi terjadinya cidera kepala oleh karena trauma
c) Gejala, tanda klinis, dan pemeriksaan penunjang ke arah diagnosa cidera kepala karena trauma
d) Persiapan operasi pada pasien cidera kepala karena tauma
e) Indikasi dan mampu melakukan pembedahan pada penderita cidera kepala karena trauma
f) Prognosis penderita cidera kepala dan mampu melakukan perawatan periopratif dan mengatasi
komplikasi
(2) Presentasi tehnik operasi
(3) Peralatan penunjang untuk materi (Audio-visual)
G. Referensi
1) O’Neiil, JA. et al. Central Nervous System Injury Dalam Principles of Pediatric Surgery 2nd edt.
Mosby. 2003. P. 189-195
2
2) Aschraft, KW. et al. Abdominal and Renal Trauma Dalam Pediatric Surgery 4 th ed. Elsevier.2005, p
201-216.
3) Oldham, KT, et al. Head Injury and Intracranial Pressure Management Dalam Principles and
Practice of Pediatric Surgery 4th edt.. Lippincott Williams & Wilkins. 2005. p 384-393
H. Gambaran Umum
Penyebab kematian dan kecacatan terbanyak pada anak setelah cidera berat disebabkan oleh cidera
kepala tertutup. Sekitar 50% kematian cidera kepala pada anak terjadi sebelum anak sampai ke rumah
sakit. Penyebab cidera kepala terbanyak pada anak disebakan oleh kecelakaan kendaraan bermotor,
terjatuh dari ketinggian, dan kekerasan pada anak.
Cidera kepala dibagi kedalam 2 bentuk yaitu, 1) Cidera primer, yaitu cidera yang terjadi beberapa
saat setelah trauma terjadi dan belum dilakukan tindakan pengobatan, 2) Cidera sekunder, yaitu cidera
yang terjadi setelah beberapa jam bahkan sampai bebrapa hari setelah trauma. Cidera sekunder bisa
terjadi akibat trauma kepala itu sendiri atau cidera lain yang yang dapat menginisiasi cidera kepala.
Cidera kepala dikalsifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi kalsifikasi
yaitu berdasar :
1. Mekanisme, cidera otak dibagi atas cidera tumpul dan cidera tembus. Cidera tumpul biasanya
berkaitan dengan kecelakan kendaraan bermotor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cidera tembus
disebabkan oleh luka tembak atau luka tusukan.
2. Beratya cidera, Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya
penderita cidera otak.
3
I. Contoh Kasus
Anak umur 5 tahun datang dengan keadaan tidak sadarkan diri. Riwayat trauma (+), os ditabrak sepeda
motor dari arah belakang. Riwayat muntah (+), perdarahan telinga, hidung, dan mulut (-). Dari
pemeriksaan GCS didapatkan GCS : E2M3V2
Pertanyaan:
1. Apakah diagnosis pada penderita tersebut?
2. Bagaimanakah penatalaksanaan pada penderita tersebut?
J. Rangkuman
Penyebab kematian dan kecacatan terbanyak pada anak setelah cidera berat disebabkan oleh cidera
kepala tertutup. Sekitar 50% kematian cidera kepala pada anak terjadi sebelum anak sampai ke rumah
sakit. Penyebab cidera kepala terbanyak pada anak disebakan oleh kecelakaan kendaraan bermotor,
terjatuh dari ketinggian, dan kekerasan pada anak.
Cidera kepala dibagi kedalam 2 bentuk yaitu, 1) Cidera primer, yaitu cidera yang terjadi beberapa
saat setelah trauma terjadi dan belum dilakukan tindakan pengobatan, 2) Cidera sekunder, yaitu cidera
yang terjadi setelah beberapa jam bahkan sampai bebrapa hari setelah trauma. Cidera sekunder bisa
terjadi akibat trauma kepala itu sendiri atau cidera lain yang yang dapat menginisiasi cidera kepala.
Cidera kepala dikalsifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi kalsifikasi
yaitu berdasar :
1. Mekanisme, cidera otak dibagi atas cidera tumpul dan cidera tembus. Cidera tumpul biasanya
berkaitan dengan kecelakan kendaraan bermotor, jatuh atau pukulan benda tumpul. Cidera tembus
disebabkan oleh luka tembak atau luka tusukan.
2. Beratya cidera, Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi beratnya
penderita cidera otak.
4
K. Evaluasi
L. Instrumen Penilaian
1. Ujian Pretest
Ujian ini dilaksanakan pada awal stase dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada
pengetahuan esensial yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tindakan atau prosedur yang
diperlukan dan berperilaku sesuai dengan baku penatalaksanaan operasi.
3. Buku Log
Buku log merupakan buku yang mencatat semua aktivitas dari peserta didik, untuk menilai secara
objektif kompetensi yang didapat dari peserta didik. Buku log berisi daftar kasus yang diamati, sebagai
asisten ataupun yang dilakukan secara mandiri yang telah ditandatangai oleh pembimbing. Masalah yang
dijumpai pada kasus yang ada juga dicatat dalam buku log. Selain itu buku log juga berisi kegiatan
ilmiah yang dilakukan selama pendidikan.
5
N. Materi Baku
1. Menegakkan diagnosa
a. Riwayat penyakit : trauma baik secara tumpul atau tembus di daerah kepala, muntah, nyeri
kepala yang terus menerus, perdaraha telinga, hidung atau mulut
b. Pemeriksaan fisik: didapatkan adanya jejas didaerah kepala
c. Pemeriksaan penunjang: Schedel AP dan lateral, CT Scan kepala.
2. Pengelolaan Penderita :
a. Cidera kepal ringan (GCS 14-15)
Bila penderita asimptomatik, sadar, neurologis norma, maka dilakukan observasi selama 24 jam.
Bial dalam perjalanan oebservasi ditemui adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, atau terdapat
defisit neurologi fokal, sebaiknya dilakukan CT scan kepala dan dilakukan tindakan sesuai dengan
hasil CT scan.
b. Cidera kepa sedang ringan (GCS 9-13)
Penderita harus dirawat di ruang perawatn intensif atau yang setara, dimana observasi ketat dan
pemeriksaan neurologis serial dilakukan selama 12-24 jam pertama. Pemeriksaan CT scan
dilakukan dan apabila terdapat abnormalitas dari hasil Ct san, dilakukan tindakan sesuai gambaran
tersebut.
c. Cidera kepala berat ringan (GCS 3-8)
Semua penderita cidera kepala berat harus segera diresusitasi (ABCDE) setibanya di unit gawat
darurat.