Anda di halaman 1dari 3

Optimasi Sistem Distribusi

POSTED BY IBRAHIM S ON 11:41 AM WITH 1 COMMENT

Optimasi sistem distribusi adalah pengoperasian jaringan distribusi yang paling


menguntungkan dengan memaksimalkan perangkat–perangkat jaringan namun
tetap berada pada sistem yang di tetapkan, yaitu :

1. Daya terpasang tidak berlebihan.


2. Beban tidak terlalu kecil.
3. Rugi tegangan dan daya dalam batas-batas normal.
4. Keandalan sistem distribusi menjadi prioritas.
5. Keamanan terhadap lingkungannya terjaga.
6. Secara ekonomis menguntungkan.
7. Susut umur peralatan sesuai rencana.

Peralatan jaringan yang dapat dioptimasi antara lain :

1. Kawat penghantar

Optimasi pembebanan pada kawat penghantar adalah memaksimalkan batasan


besar arus yang dilalukan melewati penghantar sesuai dengan KHA dan kondisi
sekitarnya, sebab apabila berlebihan akan dapat mengakibatkan :
a. Pelunakan pada titik tumpu penghantar.
b. Pelunakkan pada titik tumpu ikatan penghantar.
c. Berkurangnya jarak aman / andongan.
d. Kerusakan pada isolasi.

2. Trafo Distribusi

Transformator adalah suatu alat listrik yang digunakan untuk


mentransformasikan daya atau energi listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip
induksi-elektromagnet.
Trafo yang umum digunakan untuk sistem distribusi yaitu trafo 1 phasa dan trafo
3 phasa. Sedangkan berdasar sistem pengamannya, trafo distribusi dibagi menjadi
dua macam, yaitu trafo CSP dan trafo non CSP.
Trafo distribusi non CSP memiliki sistem pengamanan , diantaranya :

a. Pengaman TM terdiri dari :


 Pemisah lebur : 20 kV, disesuaikan dengan kapasitas trafo yang
dipergunakan.
 Arester 18 kV, 5 kA
 Pembumian, dengan menunjuk SPLN yang ada untuk menetapkan
nilai pembumiannya.

b. Pengaman TR terdiri dari :


 Kotak dengan pengaman lebur, untuk trafo dengan kapasitas lebih dari atau
sama dengan 50 kVA.

Sedangkan untuk trafo CSP (completely self protection), memiliki sistem


pengaman berupa pemutus tenaga pada sisi sekunder, dan pengaman lebur serta
arrester pada sisi primer. Ketiga pengaman tersebut merupakan suatu kesatuan
trafo CSP.

Pembebanan trafo bisa dilakukan melebihi daya pengenalnya pada suhu sekitar
trafo tersebut pada nilai tertentu tetapi harus dibatasi oleh lamanya pembebanan
lebih, agar susut umur trafo sesuai dengan yang direncanakan. Susut trafo sangat
dipengaruhi oleh suhu titik panas pada lilitan.

Trafo dengan susut umur sama dengan 1,0 berarti trafo tersebut akan mempunyai
susut umur normal, dan itu terjadi bila suatu suhu titik panas pada lilitan
mencapai 98 °C. Suhu tersebut tercapai untuk trafo yang bekerja pada daya
pengenal dengan suhu sekitar 20°C. Pada umumnya suhu sekitar di indonesia
terutama di kota-kota besar suhu sekitar rata-rata tahunan sekitar 25,5°C. dan
mengingat sifat beban di indonesia, maka dimungkinkan trafo dapat dipakai
sampai batas waktu yang direncanakan pabriknya.

Anda mungkin juga menyukai