Anda di halaman 1dari 10

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kesesuaian SKL dengan Soal Ujian Nasional Tahun Pembelajaran
2013/2014, 2014/2015, 2015/2016
Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan
peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya
di satuan pendidikan dasar dan menengah. SKL (Standar Kompetensi Lulusan) Ujian
Nasional Tahun pembelajaran 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016 yang digunakan
dalam penelitian tidak terdapat perbedaan.
Berdasarkan analisis data kesesuaian soal Ujian Nasional dengan SKL tahun
pembelajaran 2013/2014, 2014/2015 dan 2015/2016 menunjukkan bahwa jumlah soal
Ujian Nasional yang sesuai dengan SKL mencapai 100%. Hal ini berarti soal ujian
nasional telah sesuai dengan SKL yang di tetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Hal itu berarti butir soal Ujian Nasional sudah dibuat berdasarkan
indikator yang terdapat dalam SKL.

4.2 Peta Kognitif Soal Ujian Nasional


Peta kognitif soal ujian nasional tahun 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Peta Kognitif Soal Ujian Nasional tahun 2013/2014, 2014/2015, 2015/2016
Tingkat Tahun 2013/2014 Tahun 2014/2015 Tahun 2015/2016
Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
Kognitif
(%) (%) (%)
C1 6 15% 4 10% 3 7,5%
C2 8 20% 9 22,5% 10 25%
C3 12 30% 9 22,5% 6 15%
C4 10 25% 14 35% 15 37,5%
C5 3 7,5% 3 7,5% 4 10%
C6 1 2,5% 1 2,5% 2 5%
% LOTS 65 % 55 % 47.5 %
% HOTS 35 % 45 % 52,5 %
33

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar butir soal Ujian Nasional
mata pelajaran biologi pada tahun 2013/2014 tergolong ke dalam keterampilan
berpikir tingkat rendah dengan persentase sebesar 65% dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi sebesar 35%, begitu juga dengan soal Ujian Nasional mata pelajaran
biologi pada tahun 2014/2015 tergolong ke dalam keterampilan berpikir tingkat
rendah dengan persentase keterampilan berpikir tingkat rendah sebesar 55% dan
keterampilan berpikir tingkat tinggi sebesar 45% . Sebanyak 40 item soal Ujian
Nasional mata pelajaran Biologi tahun 2015/2016 yang dianalisis, persentase yang
tergolong ke dalam keterampilan berpikir tingkat rendah yaitu sebesar 47,5%, dan
persentase keterampilan berpikir tingkat tinggi sebesar 52,5%.
4.3 Analisis Peta Kognitif pada Soal Ujian Semester Buatan Guru.
Naskah soal ujian semester yang digunakan peneliti dalam menganalisis soal
merupakan naskah soal ujian semester buatan guru mata pelajaran Biologi kelas X,
XI, dan XII yang dipetakan ke dalam Taksonomi Bloom. Hasil analisis persentase
peta kognitif soal-soal ujian semester mata pelajaran biologi berdasarkan dimensi
proses kognitif dapat dilihat pada setiap tabel berikut :
Tabel 4.2 Dimensi Peta Kognitif pada Soal Ujian Semester Kelas X Semester ganjil
dan genap
Tingkat Kelas X Semester Ganjil Kelas X Semester Genap
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Kognitif
C1 9 36 % 4 16 %
C2 11 44 % 10 40 %
C3 2 8% 5 20 %
C4 2 8% 2 5%
C5 1 4% 2 5%
C6 0 0% 2 5%
%LOTS 88 % 76 %
%HOTS 12 % 24 %

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data yang terdapat pada tabel 4.2,
Sebanyak 88% dari keseluruhan butir soal ujian semester ganjil kelas X mengukur
keterampilan berpikir tingkat rendah, sedangkan sisanya 12% mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Lain halnya dengan soal ujian semester genap kelas X butir
34

soal yang mengukur keterampilan tingkat rendah sebesar 76% dan butir soal yang
mengukur keterampilan tingkat tinggi sebesar 24%. Sehingga dapat dikatakan bahwa
soal ujian semester ganjil dan genap kelas X masih berada pada tingkat Low Order
Thinking. Butir soal yang mengukur keterampilan tingkat rendah yang paling sering
muncul yaitu pada jenjang kognitif memahami (C2) dan yang paling jarang yaitu
pada jenjang kognitif mencipta (C6). Dari 25 butir soal ujian semester ganjil kelas X
tidak ada satu pun butir soal yang tergolong ke dalam keterampilan berpikir tingkat
tinggi pada jenjang kognitif mencipta (C6).
Tabel 4.3 Dimensi Peta Kognitif pada Soal Ujian Semester Kelas XI Semester ganjil
dan genap
Tingkat Kelas XI Semester Ganjil Kelas XI Semester Genap
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Kognitif
C1 1 5% 13 52 %
C2 7 35 % 5 20 %
C3 3 15 % 3 12 %
C4 3 15 % 2 8%
C5 6 30 % 2 8%
C6 0 0% 0 0%
%LOTS 55 % 84 %
%HOTS 45 % 16 %

Dari hasil penelitian diperoleh data yang terdapat pada tabel 4.3, Sebanyak 20
butir soal ujian semester ganjil kelas XI yang di analisis di dapatkan 55% dari
keseluruhan butir soal tergolong ke dalam keterampilan berpikir tingkat rendah dan
45% tergolong ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi sedangkan dari 25 butir
soal ujian semester genap kelas XI sebanyak 84% dari keseluruhan butir soal yang
tergolong ke dalam keterampilan tingkat rendah dan sisanya 16% tergolong ke dalam
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dari kedua soal ujian semester ganjil dan genap
kelas XI tidak ada satupun butir soal yang tergolong ke dalam keterampilan berpikir
tingkat tinggi pada jenjang kognitif mencipta (C6). Soal ujian semester ganjil dan
genap kelas XI dapat dikatakan masih berada pada tingkat Low Order Thinking
karena distribusi soal masih berkisar pada keterampilan berpikir tingkat rendah yaitu
mengingat (C1), memahami (C2) dan mengaplikasi (C3).
35

Tabel 4.4 Dimensi Peta Kognitif pada Soal Ujian Semester Kelas XII Semester ganjil
dan genap
Tingkat Kelas XII Semester Ganjil Kelas XII Semester Genap
Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%)
Kognitif
C1 0 0% 7 35 %
C2 7 35 % 6 30 %
C3 6 30 % 3 15 %
C4 2 10 % 1 5%
C5 5 25 % 3 15 %
C6 0 0% 0 0%
%LOTS 65 % 75 %
%HOTS 35 % 20 %

Dari hasil penelitian diperoleh data yang terdapat pada tabel 4.4, Sebanyak 20
butir soal ujian semester ganjil kelas XI yang di analisis di dapatkan 65% dari
keseluruhan butir soal mengukur keterampilan berpikir tingkat rendah dan 35%
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi sedangkan pada soal ujian semester
genap kelas XI butir soal yang mengukur keterampilan tingkat rendah cukup besar
yaitu 75% dan sisanya 20% mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dari
kedua soal ujian semester ganjil dan genap kelas XI tidak ada satupun butir soal yang
mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kategori mencipta (C6). Soal
ujian semester ganjil dan genap kelas XI dapat dikatakan masih berada pada tingkat
Low Order Thinking karena distribusi soal masih berkisar pada keterampilan berpikir
tingkat rendah yaitu mengingat (C1), memahami (C2) dan mengaplikasi (C3).

4.4 Pembahasan
Hasil analisis data kesesuaian soal ujian nasional tahun pembelajaran 2013/2014,
2014/2015, 2015/2016 dengan SKL ujian nasional. Adapun hasil penelitian adalah
sebagai berikut.
Kesesuaian soal ujian nasional dengan SKL dikelompokkan dalam dua skala
kategori, yaitu sesuai dan tidak sesuai. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa
kesesuaian Soal ujian nasional dengan SKL tahun 2013/2014 dapat dikatakan sesuai
karena seluruh butir soal ujian nasional telah sesuai dengan indikator yang terdapat
36

dalam SKL. Sama halnya dengan hasil analisis kesesuaian SKL dengan soal ujian
nasional 2014/2015 dan 2015/2016 yang mendapatkan hasil berupa keseluruhan butir
soal ujian nasional telah sesuai dengan indikator yang terdapat pada SKL. Jumlah
butir soal yang sesuai dengan SKL mencapai 100%. Hal tersebut dikarenakan butir
soal ujian nasional dibuat berdasarkan indikator yang terdapat dalam SKL.
Nurgiyantoro (2012) mengatakan, pengembangan alat pengujian harus mengukur
semua kompetensi dasar yang tercermin dalam bahan ajar dan indikator secara
proporsional terhadap semua kompetensi dasar yang diujikan. Agar kegiatan
pengembangan dapat dilakukan dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan,
pembuatan soal harus berdasarkan pada kisi-kisi atau SKL yang sengaja dirancang.
Kisi-kisi atau SKL itulah yang harus dijadikan acuan menulis butir-butir soal.
Berdasarkan panduan penulisan butir soal yang telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan
indikator soal yang sudah disusun dalam kisi‐kisi dan berdasarkan kaidah penulisan
soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan
materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi‐kisi.
b. Pengecoh harus bertungsi
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya
mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi
yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau
penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya
mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya
tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
37

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti
negatif. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik
terhadap arti pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan
negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru pengertian tentang
negatif ganda itu sendiri.
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua
pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh
pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena
adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena
seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci
jawaban.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas
salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan
jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena
pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi
tidak homogen.
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan
urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang
berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai
angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit
dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal
harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang
ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa
38

dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal,
berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak
pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang‐kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada
soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal
pertama tidak akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a)
pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b)
pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1)
penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah
dimengerti warga belajar/peserta didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal ( Departemen Pendidikan
Nasional, 2008).
Dimensi kognitif soal ujian nasional pada tahun 2013/2014 didominasi oleh
C3 (30%), C4 (25%), C2 (20%), C1 (15%), C5 (7,5%) dan yang persentase yang
paling rendah yaitu dimensi kognitif C6 (2,5%). Dimensi kognitif soal ujian nasional
pada tahun 2014/2015 didominasi oleh C4 (35%), C2 dan C3 (22,5%), C1 (10%), C5
(7,5%) dan yang persentase yang paling rendah yaitu dimensi kognitif C6 (2,5%).
Dimensi kognitif soal ujian nasional pada tahun 2015/2016 didominasi oleh C4
(37.5%), C2 (25%), C3 (15%), C5 (10%), C1 (7,5%) dan yang persentase yang paling
rendah yaitu dimensi kognitif C6 (5%). Soal ujian nasional tahun 2013/2014 dan
2014/2015 masih berada pada tingkat Low order of thinking dengan perbandingan
persentase antara soal level kognitif 1-3 dengan soal level kognitif 4-6 adalah 65% :
35% dan 55% : 45%. Sedangkan soal ujian nasional tahun 2015/2016 sudah berada
pada tingkat High order of thinking dengan perbandingan persentase 47,5% : 52,5%.
39

Berdasarkan perbandingan yang diperoleh terlihat bahwa soal ujian nasional terus
mengalami pengembangan, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah butir soal yang
tergolong ke dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi (High order of thinking).
Soal ujian semester ganjil kelas X menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
tingkat rendah pada soal tersebut lebih besar persentase nya yaitu sebesar 88%
sedangkan berpikir tingkat tinggi hanya 12%. Soal ujian semester ganjil kelas X
lebih didominasi soal dengan level kognitif C2 (44%) lalu C1 (36%), C3 dan C4
(8%), C5 (14%), dan C6 (0%). Lain halnya dengan hasil pada soal ujian semester
genap kelas X persentase keterampilan berpikir tingkat tinggi sudah sedikit
meningkat dibandingkan dengan soal ujian semester ganjil kelas X yaitu sebesar 24%
dan keterampilan berpikir tingkat rendah sebesar 76% yang didominasi oleh level
kognitif C2 (40%), C3 (20%), C1 (16%), dan C4, C5, C6 (5%). Pada soal ujian
semester ganjil kelas XI sudah memunculkan soal yang lebih banyak membutuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu sebesar 45% sedangkan soal keterampilan
berpikir tingkat rendah sebesar 55% ang didominasi oleh level kognitif C2 (35%), C5
(30%), C3 dan C4 (15%), C1 (5%), dan C6 (0%). Pada soal ujian semester genap
kelas XI soal yang memerlukan keterampilan berpikir tingkat rendah cukup besar
yaitu 84% sedangkan soal keterampilan tingkat tinggi proporsinya belum cukup
banyak yaitu 16%, yang didominasi oleh level kognitif C1 (52%), C2 (20%), C3
(12%), C4 dan C5 (8%), dan C6 (0%). Tabel 4.4 menunjukkan bahwa soal ujian
semester ganjil kelas XII sudah cukup banyak memunculkan soal yang membutuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu sebanyak 35% dan soal keterampilan
tingkat rendah sebanyak 65% yang didominasi oleh level kognitif C2 (35%), C3
(30%), C5 (25%), C4 (20%), C1 dan C6 (0%). Soal ujian semester genap kelas XII
didominasi oleh soal yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat rendah dengan
jumlah persentase 80%, sedangkan soal dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi
proporsinya belum banyak yaitu 20% yang didominasi oleh level kognitif C1 (35%),
C2 (30%), C3 dan C5 (15%), C4 (5%), dan C6 (0%).
Berdasarkan hasil analisis soal bahwa nilai rerata persentase kemunculan soal
jenjang kognitif Bloom revisi pada soal ujian semester buatan guru untuk C1
40

(mengingat), C2 (memahami), dan C3 (menerapkan) tergolong tinggi jika


dibandingkan dengan tingkatan kognitif lainnya. Hal ini berarti bahwa soal ujian
semester masih tergolong mengukur berpikir tingkat rendah (Low order thinking). Ini
dikarenakan sebelum siswa diarahkan untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat
tinggi maka siswa harus dimulai dengan keterampilan berpkir tingkat rendah terlebih
dahulu. Pendominasian soal pada tingkat C1, C2, dan C3 menyebabkan rasa ingin
tahu siswa menjadi rendah sehingga kemauan untuk membuat hal baru pun menjadi
rendah. Hal ini kurang sesuai dengan kurikulum 2013 yang cenderung menuntut
siswa untuk belajar memecahkan masalah dan mulai berpikir kreatif. Menurut Bloom
et al. (1956) hapalan atau mengingat merupakan tingkat terendah dalam kemampuan
berpikir (Thinking Behaviors) dan kemampuan ini harus dapat dikuasai sebelum
dapat meningkat pada tingkatan berpikir selanjutnya. Namun, hasil menunjukkan
bahwa seiring dengan meningkatnya tingkatan kelas (dari kelas X sampai XII) soal-
soal tingkatan Lower-Order Thinking juga masih mendominasi. Hal itu dapat
diartikan bahwa pengembangan tingkatan High Order Thinking memang sebenarnya
belum dilakukan dengan baik.
Pada soal jenjang keterampilan tingkat tinggi (High Order Thinking Skills)
yang ada di soal ujian semester buatan guru, rerata persentase soal jenjang kognitif
C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), sampai dengan C6 (mencipta) memiliki rerata
yang kurang sekali. Padahal keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa
karena pada jenis soal jenjang tersebut siswa diharapkan untuk berpikir lebih
kompleks. Soal yang paling jarang ditemukan yaitu soal yang berada pada jenjang
kognitif C6 (mencipta). Hal itu dapat dilihat pada tabel (4.4) hingga tabel (4.9) yang
mana soal yang termasuk kedalam jenjang kognitif C6 hanya terdapat pada soal ujian
semester genap kelas X sebanyak 8% yang berarti hanya terdapat 2 butir soal saja.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Edith R. Dempster (2012) dalam
penelitiannya yang bertujuan untuk membandingkan tuntutan dari naskah ujian
Biologi tahun 2004 di Kenya, Zambia, Ghana, dan Afrika Selatan. Dalam hasil
penelitiannya, dia mengemukakan bahwa pertanyaan yang menuntut kategori proses
kognitif menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pada ujian di beberapa negara
41

jumlahnya sangat sedikit. Penyebab jarang munculnya jenjang kognitif mengevaluasi


(C5) dan mencipta (C6) pada soal ujian (misalnya Ujian Semester), dipengaruhi oleh
bentuk instrumen yang digunakan. Pada ujian semester, instrumen yang digunakan
adalah soal ujian semester yang merupakan jenis tes objektif berbentuk pilihan ganda.
Walaupun soal pilihan ganda memungkinkan evaluator untuk mengukur keterampilan
kognitif peserta didik pada jenjang yang bervariasi, namun sebagaimana diungkapkan
oleh Wei-Hua Lan & Chiou-Lan Chern (2010), jenjang kognitif mengevaluasi (C5)
dan mencipta (C6) cukup sulit diujikan melalui soal-soal yang berbentuk pilihan
ganda, hal itu dikarenakan keduanya lebih kepada keterampilan-keterampilan
produktif. Menurut Sukardjo, soal akan semakin baik apabila semakin banyak
proporsi butir soal dengan tingkat kognitif yang tinggi, supaya peserta didik semakin
terbiasa menghadapi soal dengan tingkat kognitif yang tinggi dan juga dengan
semakin banyaknya soal dengan tingkat kognitif yang tinggi akan membuat logika
dan penalaran peserta didik menjadi lebih terlatih. Hasil tersebut sejalan dengan
penelitian ini yang menunjukkan bahwa soal-soal dengan keterampilan tingkat tinggi
masih sangat rendah. Hasil penelitian Miri et al. (2007) menunjukkan bahwa strategi
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah
strategi dimana guru mempraktikkan strategi-strategi pengembangan kemampuan
High Order Thinking misalnya penggunaan permasalahan yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, diskusi open-ended, dan eksperimen yang berorientasi inkuiri.
Oleh karena itu soal-soal ujian semester buatan guru sebaiknya mulai dikembangkan
untuk pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi misalnya dengan soal-soal
yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari, agar siswa
terlatih dalam menghadapi soal ujian nasional yang tingkatan kognitifnya sudah
berada pada keterampilan tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai