Pengukuran Persepsi
Mengukur persepsi hampir sama dengan mengukur sikap. Walaupun materi yang diukur
bersifat abstraks, tetapi secara ilmiah sikap dan persepsi dapat diukur, dimana sikap terhadap
obyek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap terdiri dari metode
self report dan pengukuran involuntary behavior.
Self Report merupakan suatu metode dimana jawaban yang diberikan dapat menjadi indikator
sikap seseorang. Namun kelemahannya adalah bila individu tidak menjawab pertanyaan yang
diajukan makan tidak dapat mengetahui pendapat atau sikapnya. Sedangkan pengukuran
involuntary nehaviour dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh
responden, dalam banyak situasi akurasi pengukuran sikap dipengaruhi kerelaan responden.
Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis tanpa
disadari oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap/persepsi
individu mulai dari facial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata,
detak jantung dan beberapa aspek fisiologis yang lainnya.
Menurut Azwar, 2003 skala sikap disusun untuk mengungkap sikap pro dan kontra, positif
dan negatif, setuju dan tidak setuju terhadap suatu obyek sosial. Pernyataan sikap terdiri dari
dua macam yaitu pernyataan favorable (mendukung atau memihak) dan unfavorable (tidak
mendukung/tidak memihak) pada obyek sikap.
Skala sikap model likert biasanya terdiri dari 25-30 pertanyaan sikap. Sebagaian bersifat
favourable dan sebagaian bersifat unfavourable yang sudah terpilih berdasarkan kualitas isi
dan analisis statistika terhadap kemampuan pertanyaan itu dan mengungkap sikap kelompok.
Subyek memberi respon dengan 5 kategori kesetujuan yaitu :
Sangat tidak setuju (STS)
Tidak setuju (TS)
Ragu-ragu/Netral (N)
Setuju (S)
Sangat setuju (SS)
Penilaian sikap dilakukan dengan menggunakan rumus standard skala Likert t-test.
Rumusnya adalah:
Keterangan:
X = Skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi skor T
Sumber :
Azwar, Saifudin. 2002, Sikap Manusia Teori Skala dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar ;
Jakarta
Sangat Setuju: SS
Setuju: S
Ragu-ragu: R
Tidak Setuju:TS
Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean.
Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean.
3. Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data dengan angket, kemudian dibuat distribusi skor hasil angket dari
masing-masing indikator tentang Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Latihan Ujian Nasional (LUN) Dalam
Rangka Persiapan Menghadapi Ujian Nasional SMA Negeri dan Swasta Sub Rayon 017 Di Bandar Lampung.
Berdasarkan distribusi hasil angket dari indikator kebermaknaan kegiatan LUN diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Dari Indikator Kebermaknaan Kegiatan LUN
Kategori Kelas Interval Frekuensi Persentase
Tinggi 13 - 15 56 56 %
Sedang 10 - 12 35 35 %
Rendah 7-9 9 9%
Berdasarkan distribusi hasil angket dari indikator Isi Materi LUN diperoleh data
sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dari Indikator Isi Materi LUN
Tinggi 13 - 15 35 35 %
Sedang 10 - 12 52 52 %
Rendah 7-9 13 13 %
Jumlah 100 100 %
Tinggi 13 - 15 31 31 %
Sedang 10 - 12 58 58 %
Rendah 7-9 11 11 %
1. Sebanyak 56 % siswa dalam sub rayon 017 menyatakan kegiatan Latihan Ujian Nasional
bermakna bagi mereka terutama dalam usaha mempersiapkan diri menghadapi Ujian
Nasional. Dalam hal ini peneliti mengkategorikannya ke dalam kriteria “tinggi”
2. Selanjutnya sebanyak 52 % siswa dalam sub rayon 017 menyatakan kandungan materi
dalam kegiatan Latihan Ujian Nasional cukup mendukung persiapan Ujian Nasional.
Dalam hal ini peneliti memasukkannya ke dalam kategori “sedang”.
3. Dan sebanyak 58% siswa dalam sub rayon 017 menyatakan waktu pelaksanaan dan
kemitraan yang dilakukan oleh pengelola Latihan Ujian Nasional dalam hal ini sekolah
dianggap tepat. dalam hal ini peneliti masukkan dalam kategori “sedang”
Sebagai implikasi dari penelitian ini bahwa, dari segi kebermaknaan kegiatan Latihan
Ujian Nasional siswa siswa memberikan respon positif. Hal ini tentunya membawa dampak
yang positif pula sebagai modal awal keberhasilan kegiatan Latihan Ujian Nasional. Dalam
usaha persiapan mengadapi Ujian N asional tentu tidak sedikit pula usaha yang dilakukan
oleh siswa seperti: mengikuti bimbingan-bimbingan belajar bahkan tidak jarang pula siswa
menghadirkan guru untuk datang kerumahnya. Tentunya dibalik ini semua orang tua juga
memegang peran penting dalam usaha persiapan menghadapi Ujian Nasional.
Selanjutnya dari segi kandungan materi yang diajarkan dalam pelaksanaan Latihan
Ujian Nasional siswa menyatakan cukup mendukung. Berkenaan dengan hal materi peneliti
memberikan catatan penting bahwa: keberadaan materi yang dirancang oleh pengajar Latihan
Ujian Nasional yang terkemas dalam setiap tatap muka jam tambahan perlu ditingkatkan.
Pemerintah dalam hal BSNP telah menetapkan Standar Isi dan dalam usaha persiapan
pelaksanaan Ujian Nasional pemerintah telah merumuskan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) sebaiknya pengelola dalam hal ini guru menjadikannya pedoman dalam pencapaian
kegiatan disetiap tatap muka. Selanjutnya perhatikan pula keluasan dan kedalaman materi
yang diajarkan, hal ini dimaksudkan untuk menseimbangkan antar uaraian materi dalam SKL
tersebut. Guru sebaiknya berpegang teguh, konsisten terhadap SKL jangan sampai terlalu
jauh atau asyik dimateri tertentu dengan mengabaikan waktu yang sangat singkat. Disamping
itu sebaiknya guru mengemas penjelasan seefektif mungkin terutama dalam materi eksakta
jangan terlalu bertele-tele, siswa diajak memahamkan konsep, fakta, prinsip dan prosedur dari
materi yang diajarkan. Sehingga penulis berasumsi akan sangat bermakna tatap muka yang
sedemikian singkat itu jika guru memahami betul karakteristik materi dalam SKL yang telah
ditetapkan.
Masalah waktu pelaksanaan dan kemitraan yang di rumuskan oleh pihak pengelola
dalam hal ini sekolah. Umumnya saat ini sekolah menempatkan jadwal pelaksanaan jam
tambahan (kegiatan Latihan Ujian Nasional) sepulang dari jam reguler, yaitu rata-rata pukul
13.30 WIB. Menurut hemat peneliti perlu diperhatikan juga jeda waktu siswa pulang dan
siswa masuk kelas kembali di kelas, karena ini akan berpengaruh terhadap motivasi siswa
untuk mengikuti jam tambahan tersebut. Apakah siswa tidak tergesa-gesa mengatur waktu
jika siswa dipulangkan pukul 12.00 WIB atau 13.00 WIB sementara harus masuk kembali
pukul 13.30 WIB. Apakah cukup waktu istirahat, sholat, makan dan harus mempersiapkan
masuk kembali. Inilah yang perlu menjadi perhatian dan tidak terlepas dari pemantauan pihak
pengelola kondisi ini sehingga tudingan terhadap siswa bermotivasi rendah untuk mengikuti
jam tambahan alias latihan ujian nasional tersebut.
Di lain pihak, guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan ini tidak dapat dijadikan
tolok ukur serta merta penentu utama keberhasilan anak dalam mengikuti Latihan Ujian
Nasional dengan indikator pada nantinya anak lulus Ujian Nasional. Bicara soal guru atau
istilah lainnya tentunya tidak dapat lepas dari profesionalisme, bukan pada senioritas atau
memiliki banyak pengalaman dibidangnya. Dalam usaha mempersiapkan siswa untuk Ujian
Nasional tentunya banyak yang perlu dipersiapkan, sehingganya pihak pengelola Latihan
Ujian Nasional perlu selektif dalam menempatkan strategi dan dalam hal ini perlu adanya
pemetaan keunggulan masing-masing pengajar agar memberikan layanan kepada siswa tepat
dan bermakna. Di sisi lain kemitraan perlu dibangun secara efektif, guna keberhasilan siswa.
Pihak pengelola hendaknya juga melakukan sharing dengan lembaga pendidikan lain
semperti pihak pengelola bimbingan belajar yang mandiri termasuk shering staf pengajarnya,
hal ini dimaksudkan agar peta kekuatan yang dimiliki anak semakin baik. Semakin bervariasi
metode dan strategi penyampaian materi yang diajarkan oleh guru membawa dampak positif
bagi anak. Pengetahuan dan pengalaman anak akan kompleks.
pertanyaan
3. Buatlah item dalam bentuk positif dan negatif dengan proporsi yang