Anda di halaman 1dari 29

FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Demam dengue merupakan penyakit infeksi virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti dan Aedes albopictus. Empat serotipe penyebab virus dengue, yaitu DEN 1, 2, 3, dan 4 dengan
mortalitas yang tinggi di banyak daerah di dunia. Virus dengue dapat menyebabkan manifestasi klinis
yang bermacam-macam dari asimptomatik sampai demam berdarah dengue (DBD) dengan kebocoran
plasma yang dapat mengakibatkan syok hipovolemik yaitu sindrom syok dengue (SSD). DBD di
Indonesia menurun dengan stabil dari 41% pada tahun 1968 menjadi kurang dari 2% sejak tahun 2000,
penurunan 1,21% pada tahun 2004, dan menjadi 0,86% pada tahun 2008 . Namun, angka kematian
akibat SSD yang disertai dengan perdarahan gastrointestinal hebat dan ensefalopati masih tetap tinggi.
Rampengan pada tahun 1986 melaporkan kejadian syok di Manado sebesar 60% dari seluruh pasien
DBD dengan angka kematian 6,6%. Prevalensi syok 16%-40% pada hampir di seluruh rumah sakit di
Indonesia dengan angka kematian 5,7%-50% pada tahun 1996. Patogenesis utama yang menyebabkan
kematian pada hampir seluruh pasien DBD adalah syok karena kebocoran plasma. Penanganan yang
tepat dan sedini mungkin terhadap pasien presyok dan syok merupakan faktor penting yang
menentukan hasil pengobatan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor
risiko kematian. Penelitian yang dilakukan di India menyebutkan bahwa syok refrakter berat,
disseminated intravascular coagulation (DIC), acute respiratory distress syndrome (ARDS), gagal hati,
manifestasi neurologis merupakan penyebab kematian pada DSS.

1
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

Umur : 5 Tahun
ANAMNESIS Nama :An. N
Ruang : Delima
Jenis Kelamin :Perempuan
Kelas : PICU
Nama Lengkap : An. DB Jenis Kelamin: Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 3 Januari 2007 Umur : 11 Tahun
Nama Ayah : Bp. S Umur : 44 tahun
Pekerjaan Ayah : Swasta Pendidikan Ayah : SMK
Nama Ibu : Ny. E Umur : 39 tahun
Pekerjaan Ibu : IRT Pendidikan Ibu : MTS
Alamat : Jln Kombokarno No. 47 Purbosuman Siman
Tanggal Masuk RS : Senin, 30 April 2018
Diagnosis masuk : Diare Akut dengan DHF –DSS
Dokter yang merawat : dr. Eko Jaenudin, Sp.A
Ko Asisten : Sares Daselva, S.Ked
Tanggal : Rabu, 2 Mei 2018 Alloanamnesis di Bangsal Delima
KELUHAN UTAMA : Demam
KELUHAN TAMBAHAN : Akral dingin,pusing, lemas, diare 5 kali dan penurunan kesadaran.
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSUD ponorogo dengan keluhan demam. Keluhan dirasakan
sejak siang hari senin, 30 April 2018, 1 hari SMRS dan demam mendadak saat pulang sekolah
kemudian pasien dibawa keluarga ke RS Muslimat, beberapa jam di RS Muslimat pasien
mengalami penurunan kesadaran, kedua tangan dan kaki pasien teraba dingin disertai keringat
dingin tetapi badan panas. Kemudia pasien dirujuk ke RSUD Harjono dalam keadaan tidak
sadar. Ketika sadar pada hari selasa pasien mengeluhkan diare 5 kali, pusing (+), lemas (+).
Keluhan saat ini demam (+), akral hangat (+), pusing (+), lemas (+), mimisan (-), nyeri perut
(-), mual (-), muntah (-), Batuk (+), pilek (-). Makan dan minum berkurang dari biasanya. BAK
dalam batas normal.
2. Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat batuk lama : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal

2
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
3. Riwayat penyakit pada keluarga
• Riwayat batuk lama : disangkal
• Riwayat asma : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
4. Riwayat penyakit pada lingkungan
• Tetangga terkena penyakit serupa : diakui
Kesan :
terdapat riwayat penyakit pada lingkungan berhubungan dengan penyakit pasien sekarang.

5. Pohon Keluarga

Keterangan :
: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

Kesan : tidak terdapat riwayat penyakit yang sama pada keluarga

RIWAYAT PRIBADI
1. Riwayat kehamilan dan persalinan

3
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
a. Riwayat kehamilan ibu pasien
Ibu G1P0A0 hamil saat usia 28 tahun. Ibu memeriksakan kehamilan secara rutin ke bidan
dan dokter terdekat. Ibu tidak pernah mengalami mual dan muntah yang berlebihan, tidak
ada riwayat trauma maupun infeksi selama kehamilan, sesak saat hamil (-), merokok saat
hamil (-), kejang saat hamil (-). Ibu hanya mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh bidan
dan dokter. Tekanan darah saat hamil normal. Perkembangan kehamilan dinyatakan normal.
b. Riwayat persalinan ibu pasien
Ibu melahirkan dibantu oleh bidan secara spontan, umur kehamilan 38 minggu, bayi
langsung menangis dengan berat lahir 3200 gram, panjang badan 50cm, cacat lahir (-).
c. Riwayat paska lahir
Bayi laki-laki lahir dengan BB 3200 gram, setelah lahir langsung menangis, warna kulit
kemerahan, bergerak secara aktif, tidak ada demam atau kejang. ASI keluar pada hari
pertama dan bayi dilatih menetek. Bayi kontrol ke bidan 1 kali dan dinyatakan dalam
keadaan baik.
Kesan : Riwayat ANC baik, riwayat persalinan normal, riwayat PNC baik.
2. Riwayat makanan
0-6 bulan: ASI
>6 bulan : MPASI
Kesan:
Pasien mendapat ASI eksklusif.
3. Riwayat perkembangan dan kepandaian
Motorik Kasar Motorik Halus Bahasa Personal Sosial
Mengangkat Kepalamenoleh ke Bereaksi
kepala ketika samping kanan- terhadap bunyi Tersenyum spontan
tengkurap kiri lonceng (2 bulan)
( 2 bulan) (1 bulan) (1 bulan)
Kepala tegak
Memegang Bersuara Memandang
ketika
mainan ooo....ooo... tangannya
didudukkan
(3 bulan) (2 bulan) (3 bulan)
(3 bulan)
Tengkurap Menoleh ke
Meraih,menggapai Meraih mainan
terlentangsendiri suara
(5 bulan) (5 bulan)
(4 bulan) (5 bulan)

4
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Kesan : Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial berkembang baik
4. Riwayat Vaksinasi
Vaksin I II III IV V VI
Hepatitis B 0hari 2 bulan 4 bulan - - -
BCG 1 bulan - - - - -
DPT 2 bulan 4 bulan - - - -
Polio 1 bulan 2 bulan 4 bulan - -
Campak - - - - - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai dengan PPI.
5. Sosial, ekonomi, dan lingkungan
a. Sosial ekonomi
Ayah (44 tahun, pekerja swata) dan ibu (39 tahun, ibu rumah tangga) penghasilan
keluarga ± Rp 5.000.000/bulan dan keluarga merasa cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
b. Lingkungan
Pasien tinggal bersama kakek, nenek, orang tua dan adik-adik pasien. Rumah terdiri
dari 5 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan satu dapur dengan disertai 1
kamar mandi yang berada di dalam rumah. Sumber air berasal dari sumur. Rumah
berlantai keramik dengan ventilasi yang cukup (terdapat 1 jendela tiap ruangan).
6. Anamnesis sistem
Cerebrospinal : kejang (-), penurunan kesadaran (+), pusing (+)
Kardiovaskuler : sianosis (-), keringat dingin (+)
Respiratori : batuk (-), pilek (-), nyeri tenggorokan (-), sesak nafas (-)
Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nyeri perut (+), BAB(+)
Urogenital : BAK lancar(+), nyeri berkemih (-)
Muskuloskeletal :lemas (+), deformitas (-), nyeri sendi (-), nyeri otot (-),
bengkak (-)
Integumentum :bintik merah (+) setelah hari ke VII demam, ikterik (-)
Otonom : demam (+)
Kesan :
Terdapat masalah pada sistem serebrospinal, kardoivaskuler, gastrointestinal,
musculoskeletal, serta pada sistem otonom (demam).

5
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

Umur : 11 tahun
PEMERIKSAAN Nama :An. DB
Ruang : Delima
JASMANI Jenis Kelamin :Laki-laki
Kelas : PICU
PEMERIKSAAN TANGGAL 2 Mei 2018
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: lemas
Vital Sign
Nadi : 110 x/menit
RR : 22x /menit
Suhu : 38ºC
Status Gizi
BB/TB : 55 kg/140 cm
BMI :28,06 kg/m2
Z scores : gizi baik
Kesimpulan : Status gizi pasien baik menurut WHO
PEMERIKSAAN KHUSUS
Kulit : warna kuning langsat, petechie (-), turgor kulit baik
Kepala : ukuran normocephal, rambut warna hitam, jumlah cukup
Mata :mata cowong (-/-), ca (-/-), si (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor
Hidung : sekret (-/-), epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-/-)
Leher : pembesaran limfonodi leher (-), massa (-), kaku kuduk (-)
Kesan : pemeriksaan tubuh bagian atas dalam batas normal
Thorax : simetris,retraksi(+), ketinggalan gerak(-)
Cor
a. Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b. Palpasi : ictus cordis kuat angkat
c. Perkusi : batas kanan atas : SIC II linea parasternalis dextra
batas kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dextra
batas kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
batas kiri bawah : SIC V linea midclavicula sinistra

6
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
d. Auskultasi : BJ I-II normal reguler (+), bising jantung (-)

Paru
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Depan Retraksi subcostal(-) Retraksi subcostal (-)
Palpasi Fremitus (n) massa (-) Fremitus (n) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Inspeksi Simetris Simetris
Ketinggalan gerak (-) Ketinggalan gerak (-)
Belakang Palpasi Fremitus (n) Fremitus (n)
massa (-) massa (-)
Perkusi Sonor (+) Sonor (+)
Auskultasi SDV (+), Rh (-), Wh (-) SDV (+), Rh (-), Wh (-)
Kesan :
Thoraks pada paru dalam batas normal.
Abdomen
a. Inspeksi : distended (-), sikatrik (-), purpura (-)
b. Auskultasi : peristaltik (+) meningkat
c. Perkusi : timpani (+), pekak beralih (-)
d. Palpasi : turgor kulit baik, nyeri tekan (-)
e. Hepar : tidak teraba membesar
f. Lien : tidak teraba membesar
g. Anogenital : tidak ada kelainan
Kesan : pada auskultasi suara peristaltic (+) meningkat.
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

7
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Clonus (-) (-) (-) (-)

Ekstremitas : akral dingin (+), deformitas (-), kaku sendi (-),sianosis (-), edema (-)
Reflek fisiologis : Refleks patella (-), reflek Achilles(-)
Refleks patologis : Refleks babinsky (-), refleks chaddock (-)
Meningeal Sign : kaku kuduk (-), brudzinski I (-). Brudzinki II (-), Kernig sign (-)
Sensibilitas : normal
Iritabilitas : normal
Kesan: ekstremitas dan status neurologis tidak mengalami kelainan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN


Tanggal 5 Februari 2018
No Parameter Jumlah Satuan Nilai Rujukan
1. Leukosit 12600 uL 4000-10000 /uL
2. Eritrosit 5,50 Juta/uL 3,8-6,1 / uL
3. Hemoglobin 10,3 gr/dl 10-17 g/dl
4. Hematokrit 33,7 % 29-54 %
5. MCV 61,3 femtoliter 98-122 fl
6. MCH 18,7 pikograms 33-41 pg
7. MCHC 30,6 g/dl 31-35 g/dl
8. Trombosit 420000 uL 150.000-450.000/uL
9. Limfosit 59,9 % 20-40%
10. Monosit 7,0 % 2-8%
11. Granulosit 33,1 % 50-70%
Kesan :
Kesan :Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit , limfosit dan penurunan
granulosit.

8
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

FOTO THORAX

RINGKASAN ANAMNESIS
 Demam mendadak 1 hari SMRS
 Terjadi penurunan kesadaran
 Diare 5 kali sehari
 Terdapat riwayat sakit seruapa di lingkungan rumah pasien.
 Riwayat ANC baik, riwayat persalinan normal, riwayat PNC baik.
 Pasien mendapatkan ASI eksklusif
 Imunisasi dasar lengkap berdasarkan PPI sesuai usia pasien saat ini
 Keadaan sosial ekonomi baik & kondisi lingkungan rumah cukup.
RINGKASAN PEMERIKSAAN FISIK
 KU: Lemah
 Vital sign
Nadi : 110 x/menit
RR : 22x /menit
Suhu : 38ºC
 Status gizi baik
 Kulit : Petechie (+) pada hari k VII demam, turgor kulit baik
 Kepala : ca (-), si (-)
 Hidung : Epistaksis (-)
 Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
 Thorax : SDV (+), Rh (-/-) Wh (-/-)
 Abdomen : peristaltik (+) meningkat, nyeri tekan(-), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)
 Pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit, limfosit dan penurunan granulosit.
 Pemeriksaan foto thorax didapatkan peningkatan corakan bronkovaskular dan bercak infiltrat
minimal.
Diagnosa Kerja
Diare akut dengan DHF-DSS

RENCANA PENGELOLAAN
 Rencana Terapi
Inf.RL 25 tpm makro

9
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Inj. Antrain 3x500 mg
Inj. Lapixime 3x400 mg
PO : lapixim tab 3x200 mg
Lbio 2 x 1 sachet
Zinc 1x 1
 Rencana Tindakan
 Tirah baring
 Monitoring kondisi umum
 Obat antipiretik atau kompres
 Monitoring suhu, jumlah trombosit dan hematocrit
 Cukupi intake cairan baik peroral maupun parenteral
 Rencana Evaluasi
 Observasi keadaan umum dan vutal sign
 Pemeriksaan laboratorium ulang (darah lengkap)
 Rencana Edukasi
 Informasi ,engenai penyakit yang berkaitan dengan penyakit yang diderita serta akibat
yang mungkin dapat terjadi
 Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan
 Motivasi untuk control pasca perawatan di RS.
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Pada pasien ini, ditemukan gejala-gejala klinis yang mengarah ke diagnosis Bronkopneumonia.
Pada anamnesis, ditemukan keluhan yang merupakan ciri dari bronkopneumonia yaitu batuk, dan
sesak. Temuan pada anamnesis ini juga didukung dengan hasil pemeriksaan fisik dimana pada vital
sign ditemukan adanya pernapasan cuping hidung, retraksi dinding dada (SC), dan pada auskultasi
paru dapat didengar ronkhi basah halus.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tadi juga didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang
(laboratorium) dimana ditemukan peningkatan leukosit yang juga menunjang diagnosis
bronkopneumonia.
Pada gambaran foto toraks, ditemukan adanya peningkatan corakan bronkovaskular dan bercak
infiltrat dengan batas yang tidak tegas, yang juga merupakan gambaran yang menunjang diagnosis
bronkopneumonia.

10
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang
sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi
oksigen. Pada pasien ini, diberikan penatalaksanaan awal yaitu :

- O2 1-2 L/menit
- Inf. D5 ½ NS 26 tpm mikro
- Inj. Intricef 200 mg
- Inj. Cortidex ¼ amp
- Inj. Santagesik ¼ amp
- Nebulizer 3x5 menit
- PO : lapixim tab 3x200 mg
Sanmol 0,7 cc

Prognosis pasien ini baik karena pengobatan yang diberikan adekuat sehingga terjadi perbaikan
dan tidak terjadi komplikasi.

11
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM BERDARAH DENGUE

A. Definisi
Demam Dengue adalah penyakit febris virus akut yang seringkali disertai dengan gejala
sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan lekopenia. Demam Berdarah Dengue
ditandai dengan manifestasi klinis utama yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik, sering
dengan hepatomegali dan pada kasus berat ada tanda-tanda kegagalan sirkulasi. Pasien dapat
mengalami syok hipovolemik (penurunan cairan) akibat kebocoran plasma. Syok ini disebut
Dengue Shock Syndrome (DSS) dan dapat menjadi fatal yaitu kematian. Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue yang berat yang
ditandai gejala panas yang mendadak, perdarahan dan kebocoran plasma yang dapat dibuktikan
dengan adanya penurunan jumlah trombosit, peningkatan hematokrit, ditemukan efusi pleura
disertai dengan penurunan kadar albumin, protein dan natrium. Dengue Syok Syndrome (DSS)
sebagai manifestasi klinis Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan ditandai syok yang dapat
mengancam kehidupan penderita.
B. Etiologi
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu
Arthropod-borne virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan bintik hitam
putih pada tubuhnya. Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus dari
family Flaviviridae, terdiri atas 4 tipe virus yaitu D1, D2, D3 dan D4. Struktur antingen ke-4
serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing – masing tipe
virus tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda pada ke-4
serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus, tetapi juga di dalam tipe virus itu sendiri
tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Perantara pembawa virus dengue, dalam hal ini
nyamuk Aedes disebut vector. Biasanya nyamuk Aedes yang menggigit tubuh manusia adalah
nyamuk betina, sedangkan nyamuk jantanya lebih menyukai aroma yang manis pada tumbuh –
tumbuhan.
C. Klasifikasi
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekan nadi menurun (< 20mmHg) atau

12
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
hipotensi disertai kulit yang lembab dan pasien menjadi gelisah.
Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

D. Patofisiologi
Cara penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue,
yaitu manusia, virus, dan vektor perantara.Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa
spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang
berperan. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat ditularkan
kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat
ditularkan kepada telurnya (transovarian transmission), namun perannya dalam penularan
virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak di dalam tubuh nyamuk,
nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia,
virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum
menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila
nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas
sampai 5 hari setelah demam timbul.

Patofisiologi primer pada Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang mengarah pada kebocoran plasma ke dalam ruang ekstra vaskuler,
sehingga akan menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma
menurun mencapai 20% pada kasus berat yang diikuti efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi
dengan cepat dan menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Syok Syndrome (DSS) yang akan melibatkan 3 faktor
yaitu:
(1) perubahan vaskuler;
(2) trombositopenia; dan
(3) kelainan koagulasi.

13
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Setelah virus Dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak didalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Respon
imun humoral atau seluler muncul akibat dari infeksi virus ini. Antibodi yang muncul pada
umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi Dengue primer antibodi mulai terbentuk dan pada
infeksi sekunder kadar antibodi yang ada telah meningkat. Antibodi terhadap virus Dengue
dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam pada hari ke 5, meningkat pada minggu pertama
sampai minggu ketiga dan menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer antibodi IgG
meningkat pada demam hari ke-14 sedangkan pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat
pada hari kedua. Diagnosis dini pada infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi
antibodi IgM setelah hari kelima, sedangkan pada infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini
dengan adanya peningkatan antibodi IgG dan IgM yang cepat. Trombositopenia merupakan
kelainan hematologi yang sering ditemukan pada sebagian besar kasus Demam Berdarah
Dengue. Trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa
syok. Jumlah trombosit secara cepat meningkat pada masa konvalesen dan nilai normal
biasanya tercapai pada 7-10 hari sejak
permulaan sakit. Trombositopenia dan gangguan fungsi trombosit dianggap sebagai penyebab
utama terjadinya perdarahan pada DBD. Gangguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler,
pemeriksaan tourniquet positif, mudah mengalami memar, trombositopenia dan
koagulopati. DBD stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis, Disseminated
Intravaskular Coagulation (DIC) dapat dijumpai pada kasus yang berat dan disertai syok dan
secara potensial dapat terjadi juga pada kasus DBD tanpa syok. Terjadinya syok yang
berlangsung akut dapat cepat teratasi bila mendapatkan perawatan yang tepat dan melakukan
observasi disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan hemostatis.

E. Manifestasi Klinis
Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu
demam tinggi, perdarahan, terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran
darah (circulatory failure). Patofisiologi yang membedakan dan menentukan drajat penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Dengue (DD) yaitu peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, trombositopeni, dan distesis hemoragik.
Umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti dengan fase kritis
selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai risiko
untuk terjadi renjatan jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Gejala Demam

14
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Berdarah Dengue yaitu demam tinggi mendadak antara 38 – 40 % C selama 2 – 7 hari, demam
tidak dapat teratasi maksimal dengan penularan panas biasa, mual, muntah, nafsu makan
menurun, nyeri sendi atau nyeri otot (pegal – pegal), sakit kepala, nyeri atau rasa panas di
belakang bola mata, wajah kemerahan, sakit perut (diare), kelenjar pada leher dan tenggorokan
terkadang ikut membesar. Gejala lanjutannya terjadi pada hari sakit ke 3 – 5, merupakan
saatsaat yang berbahaya pada penyakit demam berdarah dengue yaitu suhu badan akan turun,
jadi seolah–olah anak sembuh karena tidak demam lagi. Perlu di perhatikan tingkah laku si
anak, apabila demamnya menghilang, si anak tampak segar dan mau bermain serta mau makan
atau minum, biasanya termasuk demam dengue ringan. Tetapi apabila demam menghilang
tetapi si anak bertambah lemah, ingin tidur, dan tidak mau makan atau minum apapun apabila
disertai nyeri perut, ini merupakan tanda awal terjadinya syok. Keadaan syok merupakan
keadaan yang sangat berbahaya karena semua organ tubuh kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Hari ke 6 demam dan seterusnya, merupakan
saat penyembuhan. Saat ini demam telah menghilang dan suhu menjadi normal kembali, tidak
dijumpai lagi perdarahan baru, dan nafsu makan timbul kembali. Pada umumnya, setelah
sembuh dari sakit, si anak masih tampak lemah, muka agak sembab disertai perut agak tegang
tetapi beberapa hari kemudian kondisi badan anak pulih kembali normal tanpa gejala sisa.
Proses penyembuhan DBD dengan atau tanpa adanya syok
berlangsung singkat dan sering kali tidak dapat diramalkan, bahkan dalam kasus syok stadium
lanjut, segera setelah syok teratasi, pasien sembuh dalam waktu 2 – 3 hari. Timbulnya kembali
selera makan merupakan prognostik yang baik. Fase penyembuhan ditandai dengan adanya
sinus bradikaridia atau aritmia jantung serta petekie yang menyeluruh
sebagaimana biasanya terjadi pada kasus DD. Sebagai tanda penyembuhan kadangkala timbul
bercak – bercak merah menyeluruh di kedua kaki dan tangan dengan bercak putih di antaranya.
Pada anak besar mengeluh gatal di bercak tersebut. Jadi, bila telah timbul bercak merah yang
sangat luas di kaki dan tangan anak itu pertanda telah sembuh dan tidak perlu di rawat.

15
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

F. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis WHO (1997).
Terdiri dari Kriteria klinis dan Laboratorium sebagai berikut :
1) Kriteria Klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus
menerus selama 2-7 hari.
b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan uji tourniquet
positif, petekie, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis,
perdarahan gusi, hematemesis, dan melena
c. Pembesaran hati
d. Shock ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan
tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab,
dan pasien tampak gelisah.
2) Laboratorium a. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
b. Hemokonsentrasi (kadar Ht > 20% dari normal)

16
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
WHO (1997) membagi derajat penyakit DBD dalam 4 derajat yaitu :
Derajat I : Demam dengan uji bendung positif.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit atau
perdarahan lain.
Derajat III : Ditemui kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lemah, tekan nadi menurun (< 20mmHg) atau
hipotensi disertai kulit yang lembab dan pasien
menjadi gelisah.
Derajat IV : Shock berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
Pemeriksaan Laboratorium

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium pada penderita DBD, yaitu :

1. Hematologi
 Jumlah Leukosit
Jumlah leukosit normal, tetapi biasanya menurun dengan dominasi sel
neutrofil.Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah leukost dan neutrofil bersama-sama
menurun sehingga jumlah sel limfosit secara relative meningkat. Peningkatan jumlah sel
limfosit atipikal atau limfosit plasma biru (LPB) >4% di daerah tepi dapat dijumpai pada
hari ketiga sampai hari ketujuh.1
 Jumlah Trombosit
Penurunan jumlah trombosit menjadi ≤100.000/µl atau kurang dari 1-2 trombosit/LPB
dengan rata-rata pemeriksaan dilakukan 10 lpb. Pada umumnya trombositopenia terjadi
sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit
≤100.000/µl biasanya ditemukan antara hari ketiga sakit sampai ketujuh.Pemeiksaan
trombosit perlu diulang sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal atau
menurun. Pemeriksaan dilakukan pertama pada saat-saat pasien pertama diduga menderita
DBD, bila normal maka diulang pada sakit ketiga, tetapi bila perlu, diulangi setiap hari
sampai suhu turun.1
 Kadar Hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD, merupaka indicator yang peka akan terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala. Pada umumnya penurunan trombosit
mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit

17
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
20% atau lebih (misalnya dari 35% menjadi 42%), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian bahwa nilai
hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan.1

2. Radiologi
Pada foto thoraks (DBD derajat 3 atau 4 dan sebagian besar derajat 2) didapatkan efusi
pleura terutama di hemithoraks dextra.Pemeriksaan foto thoraks sebaiknya dilakukan pada
posisi RLD kanan. Ascites dan efusipleura dapat dideteksi dengan USG1
3. Diagnosis Serologis
Dikenal 4 jenis uji serologi untuk menunjukkan adanya 5 infeksi virus dengue
a) Uji hemaglutinasi inhibisi
b) Uji komplemen fiksasi
c) Uji netralisasi
d) IgM dan IgG elisa

18
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

IgM elisa pada tahun terakir ini merupakan uji serologi yang banyak sekali dipakai. Hal-
hal yang perlu diperhatikan :
 Pada hari 4-5 infeksi virus dengue , akan timbul igM yang kemudian diikuti
timbulnya igG.
 Dengan mendeteksi igM pada serum pasien, akan secara cepat dapat ditentukan
diagnosis yang tepat.1
 IgM dapat bertahan di dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi. Untuk
memperjelaskan hasil uji igM dapat pula dilakukan uji terhadap igG.Ratio IgM/ IgG dapat
menentukan infeksi primer atau sekunder. Jika ratio igM / igG > 1.2 menunjukan infeksi
primer, < 1.2 menunjukan infeksi sekunder.3-5
4. Mendeteksi antigen virus
NS1 antigen dapat dideteksi pada hari 1 sejak mulai demam dan menghilang setelah 5-6 hari.
G. Penatalaksanaan
Pengobatan Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dasarnya bersifat suporatif, yaitu
untuk mengatasi kehilangan suatu cairan plasma sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan. Umumnya penderita demam berdarah dianjurkan untuk dirawat

19
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
dirumah sakit di ruang perawatan biasa, akan tetapi pada kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) dengan komplikasi diperlukan perawatan yang intensif. Untuk dapat melakukan
perawatan Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan baik perlu dokter dan perawat yang
terampil serta laboratorium yang memadai, cairan kristaloid dan koloid serta bang darah yang
siap bila diperlukan. Untuk mengurangi angka kematian perlu dilakukan diagnosis dini dan
edukasi untuk dirawat bila terdapat tanda syok. Kunci keberhasilan penanganan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) terletak pada keterampilan dokter dalam mengatasi peralihan
fase, dari fase demam ke fase penurunan suhu (fase kritis, fase syok) dengan baik.

H. H. Faktor-Faktor Karakteristik Yang Berpengaruh Terhadap Insidensi DBD


1. Umur
Selama awal tahun epidemi pada setiap negara, penyakit DBD
kebanyakan menyerang anak-anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur
kurang dari 15 tahun. Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 proporsi
kasus DBD terbanyak adalah pada kelompok umur 4-5 tahun. Tetapi pada
tahun 1998-2000 proporsi kasus DBD pada umur 15-44 tahun meningkat.
Keadaan tersebut perlu diwaspadai bahwa DBD cenderung meningkat pada kelompok umur
remaja dan dewasa.8 Yang dimaksud dengan anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin pernah ditemukan perbedaan nyata diantara anak laki-laki
dan perempuan. Beberapa negara melaporkan banyak kelompok wanita
dengan Dengue Shock Syndrome menunjukkan angka kematian lebih tinggi daripada laki-laki.
3. Jumlah Trombosit
Penurunan jumlah trombosit atau trombositopenia pada umumnya terjadi
sebelum ada peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah
trombosit dibawah 100.000/UI, biasanya dapat dijumpai pada antara hari
ketiga sakit sampai hari ketujuh. Apabila diperlukan pemeriksaan trombosit perlu diulangi
setiap hari sampai suhu turun.
4. Kadar hematokrit
Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada
DBD, merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.

20
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
Hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau lebih.
Keadaan normal hematokrit di laboratorium RSU Dr. Soetomo, wanita 3545%, laki-laki 40-
50%.
5. Lama perawatan
Lama perawatan penderita DBD di rumah sakit tergantung derajat saat mulai masuk sampai
keluar rumah sakit.
6. Keadaan saat pulang
Keadaan saat pulang penderita DBD dikelompokkan atas :
1. Sembuh : nilai trombosit meningkat, tidak demam selama 24 jam tanpa
pemberian antipiretik, nafsu makan membaik, Ht stabil.
2. Pulang atas permintaan sendiri : penderita DBD atau keluarga penderita
DBD meminta pulang atau keluar dari rumah sakit dengan permintaan
sendiri tanpa rekomendasi dari dokter, walaupun keadaan pasien belum
stabil.
3. Meninggal : penderita sudah tidak dapat tertolong. Biasanya ini dikarenakan penanganan
yang terlambat.

Urutan tata laksana kegawatan DBD

Penimbangan berat badan. Berat badan perlu ditimbang saat pasien datang sebagai dasar
perhitungan pengobatan dan untuk menilai perjalanan penyakit. Pada tahap awal, penimbangan
berat badan dilakukan 2–3 kali sehari (dengan timbangan gantung), selanjutnya paling kurang
satu kali sehari. Perkiraan berat badan dapat dihitung berdasarkan rumus:

BB (kg) = 2 x umur (tahun) + 4.15.

• Pemberian tunjangan hidup dasar. Obat pertama yang harus diberikan pada kegawatan DBD
adalah oksigen. Hipoksemia harus dicegah dan dikoreksi. Dimulai dengan resusitasi jantung
paru yang memastikan jalan napas terbuka dan pernafasan adekuat. Saturasi oksigen
dipertahankan antara 95–100% dan kadar hemoglobin cukup. • Pemasangan akses vena. Buat
akses vena dan ambil contoh darah untuk analisis gas darah, kadar hemoglobin, hemotokrit,
jumlah trombosit, golongan darah dan crossmatch, ureum, kreatinin, elektrolit Na, K, Cl, Ca,
Mg, P dan asam laktat. • Pemasangan kateter urin.Pasang kateter urin dan lakukan
penampungan urin, pemeriksaan urinalisis, dan pengukuran berat jenis urin. Jumlah diuresis
dihitung setiap jam (normal: 2-3 ml/kgbb/jam). Bila diuresis kurang dari 1 ml/kgbb/jam berarti

21
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
terdapat hipoperfusi ginjal. Oliguria lebih dahulu muncul dari pada penurunan tekanan darah
dan takikardia. • Pemasangan pipa oro / nasogastrik.Pemasangan pipa oro / nasogastrik pada
anak sakit gawat berguna untuk dekompresi, memantau perdarahan saluran cerna (stres
gastritis) dan melakukan bilasan lambung dengan garam fisiologik.11-13 Stres Gastritis
biasanya memberi respons baik terhadap pembilasan lambung dan koreksi hemodinamik.16 •
Resusitasi cairan. Resusitasi cairan adalah pemberian bolus cairan resusitasi secara cepat
melalui akses intravaskular atau intraoseal pada keadaan hipovolemia. Tujuan resusitasi cairan
adalah menyelamatkan otak dari gangguan hipoksikiskemik, melalui peningkatan preload dan
curah jantung, mengembalikan volume sirkulasi efektif, mengembalikan oxygen-carrying
capacity dan mengoreksi gangguan metabolik dan elektrolit.

Jenis cairan resusitasi

Cairan kristaloid isotonik efektif mengisi ruang intersisial, mudah disediakan, tidak
mahal, tidak menimbulkan reaksi alergik; namun hanya seperempat bagian bolus tetap berada
di ruang intravaskular, sehingga diperlukan volume yang lebih besar 4-5 kali defisit dengan
risiko terjadi edema jaringan terutama paru. Contoh cairan kristaloid isotonik adalah garam
fisiologik (NaCl 0.9%), ringer laktat dan ringer asetat. Cairan koloid berada lebih lama di
ruang. Intravaskular, mampu mempertahankan tekanan onkotik, namun selain lebih mahal,
dapat menyebabkan reaksi sensitivitas dan komplikasi lain. Contoh cairan koloid adalah
albumin 5%, hetastarch, dextran 40% dan gelatin. Darah, fresh frozen-plasma dan komponen
darah lain diberikan untuk mempertahankan Hb, menaikkan daya angkut oksigen, memberikan
faktor pembekuan untuk mengoreksi koagulopati. Produk darah perlu dihangatkan terlebih
dahulu sebelum diberikan. Risiko penggunaan darah dalam jumlah besar dan cepat adalah
infeksi blood-borne, hipotermia dan hipokalsemia, karena clearance sitrat tidak adekuat
sehingga dapat mengganggu fungsi miokard. Cairan yang mengandung glukosa tidak diberikan
dalam bentuk bolus karena dapat menyebabkan hiperglikemia, diuresis osmotik dan
memperburuk cedera serebral iskemik. Hiperglikemik yang sering terdapat pada pasien syok
akan terkontrol tanpa insulin oleh perbaikan fungsi homeostatik apabila syok teratasi.

Cara pemberian cairan resusitasi

Resusitasi cairan paling baik dilakukan pada tahap syok hipovolemik kompensasi, sehingga
dapat mencegah terjadinya syok dekompensasi dan ireversibel.5-15 Bolus kristaloid isotonik

22
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
10-30 ml/kgbb diberikan dalam 6-10 menit, (WHO kurang dari 20 menit) melalui akses
intravaskular atau intraoseal dengan bantuan syringe pump dan three-way stopcock.10,12
Setiap selesai pemberian bolus dilakukan penilaian keadaan anak. Bila masih terdapat tanda
syok diberikan bolus kristaloid kedua 10-30 ml/kgbb/6-10menit. Bolus selanjutnya baik
kristaloid maupun koloid diberikan sampai perfusi sistemik membaik dan syok teratasi.5-15
Anak yang mengalami syok hipovolemik sering memerlukan cairan resusitasi 60-80 ml/kgbb
dalam satu jam pertama dan 200 ml/kgbb dalam beberapa jam kemudian.12 Ekspansi volume
intravaskular secara cepat dengan panduan diuresis dapat mengembalikan tekanan darah dan
perfusi perifer. Cairan resusitasi dapat diberikan secara aman sampai 30% volume
intravaskular. Hal yang membatasi resusitasi cairan ialah apabila peningkatan preload atau
pengisian ventrikel tidak diikuti oleh peningkatan curah jantung, tidak memperbaiki perfusi
perifer dan vascular bed , atau malah meningkatkan tekanan vena, kebocoran vaskular, dan
edema.5-15 Bila volume yang diberikan lebih dari 50-100 ml/ kgbb dalam 1-2 jam pertama
perlu dilakukan pemantauan invasif tekanan vena sentral (CVP) atau tekanan atrium kanan
untuk menilai fungsi miokard. Bila CVP <10 mmHg berarti fungsi miokard masih baik dan
resusitasi cairan dapat diteruskan. Bila CVP >10 mmHg berarti terdapat disfungsi miokard atau
penurunan kontraktilitas ventrikel kanan, peningkatan resistensi vaskular paru (afterload
ventrikel kanan) atau syok kardiogenik.

Perawatan di PICU (Pediatric Intensive Care Unit )

Anak yang menderita SSD perlu dirawat di PICU untuk memantau dan mengantisipasi
perubahan sirkulasi dan metabolik dan memberikan tindakan suportif intensif.

Pemberian obat-obatan

Umumnya kegawatan DBD cukup diatasi dengan tunjangan ventilasi, pemberian oksigen dan
resusitasi cairan. Pada SSD berat obat yang mungkin pula perlu diberikan saat resusitasi adalah
bolus epinefrin, sodium bikarbonat, atropin, glukosa dan kalsium klorida, dan pasca resusitasi
untuk stabilitas hemodinamik adalah infus epinefrin, dopamin dan dobutamin.15 Bolus obat
resusitasi dapat diberikan secara intravena (IV), intraoseal (IO) atau endotrakeal. Penyuntikan
obat resusitasi intrakardial tidak dilakukan lagi mengingat risiko terjadinya laserasi arteri
koroner, tamponade dan aritmia jantung disamping pijatan jantung terpaksa harus dihentikan
sementara.15 Infus obat resusitasi disiapkan dengan dekstrosa 5%, garam fisiologik atau ringer

23
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
laktat menurut rule of six yaitu 6 mg obat x BB (kg) dilarutkan dalam 100 mL, diberikan dengan
kecepatan 1 mL/jam = 1.0 µg/kgbb/menit.

I. Komplikasi
Perdarahan
Jika ditemukan sumber perdarahan , sebisa mungkin dihentikan perdarahannya. Pada
DHF bisa terjadi perdarah seperti epistaksis, gusi berdarah, perdarahan saluran cerna.Jika
terjadi epistaksis berat, segera transfuse darah untuk life saving dan jangan menunggu
penurunan hematokrit. transfusi dengan 10 ml/kg PRC.

Pada perdarahan gastrointestinal , H-2 antagonis ( ranitidine 1 mg /kg BB/ dose 3-4
x/hari).Tidak ada sumber yang mendukung pemberian trombosit dan FFP atau cyoprecipitate.

J. Pencegahan
Pengembangan vaksin untuk dengue sangat sulit karena keempat jenis serotipe virus
bisa mengakibatkan penyakit. Perlindungan terhadap satu atau dua jenis serotipe ternyata
meningkatkan resiko terjadinya penyakit yang serius. Saat ini sedang dicoba dikembangkan
vaksin terhadap keempat serotipe sekaligus. sampai sekarang satu-satunya usaha pencegahan
atau pengendalian dengue dan dhf adalah dengan memerangi nyamuk yang mengakibatkan
penularan. a. aegypti berkembang biak terutama di tempat-tempat buatan manusia, seperti
wadah plastik, ban mobil bekas dan tempat-tempat lain yang menampung air hujan. Nyamuk
ini menggigit pada siang hari, beristirahat di dalam rumah dan meletakkan telurnya pada
tempat-tempat air bersih tergenang.

Pencegahan dilakukan dengan langkah 3m :

1. Menguras bak air


2. Menutup tempat-tempat yang mungkin menjadi tempat berkembang biak nyamuk
3. Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air.
Di tempat penampungan air seperti bak mandi diberikan insektisida yang membunuh
larva nyamuk seperti abate. Hal ini bisa mencegah perkembangbiakan nyamuk selama
beberapa minggu, tapi pemberiannya harus diulang setiap beberapa waktu tertentu. di
tempat yang sudah terjangkit dhf dilakukan penyemprotan insektisida secara fogging, tapi
efeknya hanya bersifat sesaat dan sangat tergantung pada jenis insektisida yang dipakai. Di
Samping itu partikel obat ini tidak dapat masuk ke dalam rumah tempat ditemukannya
nyamuk dewasa. Untuk perlindungan yang lebih intensif, orang-orang yang tidur di siang

24
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
hari sebaiknya menggunakan kelambu, memasang kasa nyamuk di pintu dan jendela,
menggunakan semprotan nyamuk di dalam rumah dan obat-obat nyamuk yang dioleskan.

K. Prognosis
Prognosa penderita tergantung dari beberapa factor :
1. Sangat erat kaitannya dengan lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, adekuat
tidaknya penanganan.
2. Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama pemberian infuse
dimulai.
3. Panas selama renjatan
4. Tanda-tanda serebral.

DENGUE SYOK SINDROM


A. Definisi
Sindrom Syok Dengue (SSD) merupakan keadaan darurat medik dengan angka
kematian cukup tinggi, SSD berawal dari Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kemudian
mengalami syok. DBD adalah infeksi arboviral yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Syok biasa terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari
sakit ke-7.Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang
ditandai dengan kulit dingin-lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi <
20 mmHg dan hipotensi.Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati
stadium akhir. Dengan diagnosis dini dan penggantian cairan adekuat, syok biasanya teratasi
dengan segera, namun bila terlambat diketahui atau pengobatan tidak adekuat, syok dapat
menjadi syok berat dengan berbagai penyulitnya seperti asidosis metabolik, perdarahan hebat
saluran cerna, dan DIC sehingga memperburuk prognosis. Pada masa penyembuhan yang
biasanya terjadi dalam 2-3 hari, kadang-kadang ditemukan sinus bradikardi atau aritmia, dan
timbul ruam pada kulit.Tanda prognostik baik apabila pengeluaran urin cukup dan kembalinya
nafsu makan. Penyulit SSD : penyulit lain dari SSD adalah infeksi (pneumonia, sepsis, flebitis)
dan terlalu banyak cairan (over hidrasi), manifestasi klinik infeksi virus yang tidak lazim seperti
ensefalopati dan gagal hati.

B. Epidemiologi

25
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
WHO memperkirakan bahwa 2,5 miliar orang secara global berisiko terkena penyakit
ini (WHO, 2011) Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
pada bulan Januari 2015 pasien DBD di Kabupaten Jember berjumlah 199 orang, tingginya
jumlah pasien tersebut membuat Jember masuk dalam 10 kabupaten yang memiliki angka DBD
yang tinggi di Jawa Timur (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

C. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor risiko yang dicurigai menyebabkan pasien DBD mengalami syok
yaitu usia, status nutrisi, jenis kelamin, kadar trombosit dan kadar hematokrit. Hal ini dikaitkan
dengan teori bahwa pada anak, usia lebih muda mempengaruhi kejadian SSD, pada sebuah
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa anak usia 5 tahun lebih rentan terkena DBD
karena respon imun dengan spesifitas dan memori imunologik yang tersimpan dalam sel
dendrit dan kelenjar limfe belum sempurna. Pada penelitian lain menunjukkan bahwa pada
anak yang berusia lebih muda lebih tinggi mortalitasnya karena endotel pembuluh darah kapiler
lebih rentan terjadi pelepasan sitokin sehingga terjadi peningkatan permeabilitas yang lebih
banyak. Pada sebuah penelitian mengenai status nutirisi mempengaruhi kejadian SSD pada
anak menemukan bahwa anak yang memiliki status nutrisi kurang rentan terhadap infeksi virus
dengue karena memiliki imunitas seluler rendah sehingga respon imun dan memori imunologik
belum berkembang sempurna. Pada sebuah penelitian mengenai jenis kelamin mempengaruhi
kejadian SSD pada anak menemukan bahwa anak perempuan lebih berisiko mengalami SSD
daripada laki-laki karena terdapat hubungan antara faktor keturunan yang terkait jenis kelamin
dan faktor hormonal. Pada penelitian mengenai kadar trombosit mempengaruhi kejadian SSD
pada anak menemukan bahwa kadar trombosit kurang dari 60.000 sel/mm3maka akan
cenderung terjadi perdarahan. Pada sebuah penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
pada pasien dengan kadar trombosit yang rendah akan lebih mudah mengalami perdarahan
karena pada jumlah kadar trombosit yang rendah akan menyebabkan gangguan kontinuitas
vaskuler, kontinuitas trombosit dan kualitas trombosit. Pada penelitian lain yang dilakukan
menemukan bahwa kadar hematokrit yang meningkat merupakan manifestasi hemokonsentrasi
yang terjadi akibat kebocoran plasma ke ruang ekstravaskular disertai efusi cairan serosa
melalui kapiler yang rusak. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Pada kasus yang berat telah disertai
dengan perdarahan, umumnya nilai hematokrit, umumnya perdarahan, umumnya nilai
hematokrit tidak meningkat bahkan melalui penurunan. Pada penelitian lain menyatakan bahwa
adanya peningkatan hematokrit berrati terjadinya kebocoran plasma dari plasma dan dapat

26
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK
menyebabkan SSD. Hemoglobin yang mengalami penurunan menjadi indikasi terjadinya
perdarahan atau bila terjadi peningkatan terkait dengan hemokonsentrasi yang harus
diwaspadai.

D. Tatalaksana DSS
 Awal pemberian cairan RL 20 ml/kg bolus pertama dalam 15 menit
 Jika kondisi membaik, berikan RL 10 ml/kg untuk 1 jam. Lalu RL
diturunkan jadi 5- 7 ml/kg untuk 1-2 jam , 3-5 ml/kg/jam untuk 2-4 jam,
2-3 ml/kg/jam , stop dalam 48 jam.
 Jika TTV tidak stabil , dan hematokrit menurun < 40 % pada anak dan
dewasa perempuan, < 45 % pada dewasa laki- laki. Cari tanda- tanda
perdarahan. Transfuse PRC.
 Jika hematokrit masih tinggi , beri koloid 10-20 ml/kg bolus kedua 10 –
20 ml/kg dalam 30 menit sampai 1 jam. Jika terjadi perbaikan klinis dan
hematokrit stabil , turun kan koloid 7-10 ml/kg untuk 1-2 jam, lalu ganti
cairan koloid jadi kristaloid dan turunkan cairannya.
 Jika klinis tidak ada perbaikan dan hematokrit masih tinggi(>50 %)
lanjutkan koloid 10-20 ml/kg bolus ketiga 1-2 jam . Jika terjadi perbaikan
klinis dan hematokrit stabil , turun kan koloid 7-10 ml/kg untuk 1-2 jam,
lalu ganti cairan koloid jadi kristaloid dan turunkan cairannya
 Cek TTV dan perfusi perifer tiap 15-30 enit sampai syok teratasi, lalu tiap
1-2 jam .perhatikan juga tanda- tanda overload.
 Cek urin output tiap jam sampai syok teratasi, lalu tiap 2 jam. Monitor urin
output dengan memasangkan cateter, urin harus 0,5 ml/kg/jam
 Setelah syok teratasi , cek hematokrit tiap 6 jam .
 Tambahan : cek AGD, elektrolit dan GDS sebelum pemberian cairan.

27
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

28
FAKULTAS KEDOKTERAN ILMU
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
NO RM : 402112
KESEHATAN ANAK

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahono TD., dkk., Demam Berdarah Dengue. Available at ; http://www.dkk-bpp.com


2. Rampengan T.H., Laurentz I.R., Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 1997. p.136-157
3. Demam Berdarah Dengue. Available at ; www.medicastore.com
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Kulia
5. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universia Indonesia.
Jakarta. 1985. p.607-21.
6. Behrman RE., et.al. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition.Saunders, Philadelphia.2004
7. Diktat Penyakit Infeksi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin Makassar. 2003. p. 39-57

29

Anda mungkin juga menyukai