DEPRESI POSTPARTUM
Pembimbing :
dr. Rh Budhi Muljanto, Sp KJ
Oleh :
Desy Rosyiana, S. Ked. J510181015
Hasna Habiba Aulia, S. Ked. J510170033
Sares Daselva, S. Ked. J510170069
Primi Trifanni Nadha Maiza, S. Ked. J510170073
Dea Pristy Amanda, S. Ked. J510170075
Adam Nur Rahman, S. Ked. J510170087
Esha Putriningtyas Setiawan, S. Ked. J510170106
Chornellia Martha,S. Ked. J510170097
DEPRESI POSTPARTUM
Oleh :
Desy Rosyiana, S. Ked. J510181015
Hasna Habiba Aulia, S. Ked. J510170033
Sares Daselva, S. Ked. J510170069
Primi Trifanni Nadha Maiza, S. Ked. J510170073
Dea Pristy Amanda, S. Ked. J510170075
Adam Nur Rahman, S. Ked. J510170087
Esha Putriningtyas Setiawan, S. Ked. J510170106
Chornellia Martha, S. Ked. J510170097
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Kesehatan Jiwa
Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Pembimbing:
dr. Rh Budhi Muljanto, Sp KJ ( )
Dipresentasikan dihadapan:
dr. Rh Budhi Muljanto, Sp KJ ( )
KATA PENGANTAR
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
KehendakNya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Depresi
Postpartum. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Jiwa. Mengingat pengetahuan dan pengalaman penulis serta waktu
yang tersedia untuk menyusun makalah ini sangat terbatas, penulis sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan bahasa maupun sistematika
penulisannya. Untuk itu kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan.
Pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada dr. Rh Budhi Muljanto, Sp KJ selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Jiwa di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang juga turut membantu dalam
upaya penyelesaian makalah ini.
Akhir kata penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi masukan
yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan profesi lain yang
terkait dengan masalah kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang masalah
depresi postpartum.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Pada penulisan Ilmiah ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan
definisi, epidemiologi, etiologi, faktor resiko, diagnosis, diagnosis banding dan
tatalaksana dari Depresi Postpartum.
C. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
A. Definisi
Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat yang
terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi. Depresi postpartum mungkin
muncul terlambat 30 minggu dari postpartum, bahkan sebagian mengatakan kurang
dari 12 bulan pertama postpartum. Manifestasinya berupa menangis, insomnia,
depresi, kelemahan, cemas, tidak bergairah dan konsentrasi yang buruk. bisa saja
mengalami gejala yang ringan, sedang ataupun berat.
B. Epidemiologi
C. Etiologi
1. Faktor Konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita depresi
postpartum karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses
adaptasi, jika sebelumnya hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika
ibu tidak paham perannya akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap
dirawat.
2. Faktor Fisik
Perubahan fisik setelah kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama dua minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan
dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara
drastis setelah melahirkn dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran
dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan,
kadang progesteron naik dan estrogen menurun secara cepat setelah melahirkan
merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor Psikologis
Peralihan yang cepat dari keadaan hamil sampai melahirkan dan
melewati masa postpartum, ibu akan mengalami penyesuaian psikologis yang
berbeda-beda. pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan untuk
memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
4. Faktor Sosial
Pemukiman yang tidak memadai lebih sering menimbulkan depresi pada
ibu selain kurangnya dukungan dalam perkawinan. Banyaknya kerabat
khususnya suami yang selalu membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
masa postpartum, akan membuat beban seorang ibu karena kehamilannya akan
sedikit berkurang.
D. Manifestasi Klinis
1. Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang disertai dengan menangis tanpa sebab.
8. Gangguan tidur.
E. Diagnosis
F. Diagnosis Banding
Insiden 10-15 % dari wanita yang melahirkan 30-75% dari wanita yang hamil
dalam waktu 3-6 bulan setelah
Onset 3-5 hari setelah melahirkan
melahirkan
Durasi Bulan sampai tahun jika tidak diobati Hari sampai minggu
Riwayat
Ada hubungan yang kuat Tidak ada hubungan
gangguan mood
Riwayat
gangguan mood Ada hubungan Tidak ada hubungan
dalam keluarga
Keinginan untuk
Sering Jarang
menyakiti bayi
Rasa bersalah
ketidak Sering biasanya berat Tidak ada, jika ada biasanya ringan
mampuan
Sumber : Sadock BJ, Sadock VA, Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: behavior
sciences/clinical psychiatry.10 thedition. New york: lippincort Williams & Wilkins; 2007.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
Pasien yang telah didiagnosis dengan gangguan depresi postpartum,
diberikan pengobatan dengan antidepressant. Pemberian selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRIs) seharusnya diberikan pada karena golongan obat
tersebut mempunyai resiko efek toksik yang rendah. SSRis bisa membantu
pasien yang tidak mempunyai respon bagus terhadap tricyclic antidepressant,
golongan antidepressant lainnya dan cenderung ditoleransi lebih baik dengan
dosis yang rendah.
Bagaimanapun, jika pasien sebelumnya mempunyai respon baik
terhadap obat antidepressant jenis lainnya, obat tersebut secara kuat
dipertimbangkan untuk diberikan kembali. Golongan obat lainnya yang
digunakan pada pasien depresi postpartum adalah tricyclic antidepressant
(TCAs). Cara kerja obat golongan untuk menurunkan gejala depresi tidak
diketahui tetapi jenis obat ini dapat menghalangi re-uptake berbagi
neurotransmiter termasuk serotonin dan norepinephrine pada membran
neuronal.
Pada pasien multipara sensitif terhadap efek samping dari pengobatan,
pengobatan semestinya dimulai setengah dosis awal (Tabel 2) selama empat
hari, dan selanjutnya akan ditingkatkan dosisnya secara perlahan sampai dosis
yang direkomendasi tercapai. Peningkatan dosis secara perlahan sangat
menolong dalam mengatasi adanya efek samping dari obat. Jika pasien
merespon terhadap percobaan awal selama enam sampai delapan minggu, dosis
yang sama harus diberikan selama minimal enam bulan setelah toleransi penuh
tercapai, dalam hal untuk mencegah kambuhnya efek samping. Jika tidak ada
perkembangan setelah enam bulan terapi pengobatan atau jika pasien merespon
namun gejalanya timbul lagi, dirujuk ke psikiater dapat dipertimbangkan.
Tabel 2. Farmakopterapi untuk Depresi Postpartum.
2. Psikoterapi
Pada studi yang melibatkan 120 ibu melahirkan, interpersonal
psikoterapi, dengan pengobatan 12 sesi yang terfokus pada perubahan peran
dan pentingnya suatu hubungan sangat efektif untuk meredakan gejala depresi
dan meningkatkan fungsi psikososial. Sebuah grup berdasarkan intervensi pada
psikoterapi interpersonal diberikan selama kehamilan mencegah terjadinya
depresi postpartum.
3. Terapi Hormonal
Estradiol telah dievaluasi sebagai pengobatan untuk depresi postpartum.
Pada studi yang membandingkan transdermal estradiol dengan plasebo, grup
yang diobati dengan estradiol mempunyai penurunan skor depresi yang
signifikan selama bulan pertama.
4. Terapi Profilaksis
Pasien yang mengalami riwayat depresi setelah kehamilannya dapat
beresiko menjadi depresi postparrtum setelah melahirkan. Terapi preventif
setelah melahirkan harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat depresi
sebelumnya. Obat yang direspon pasien sebelumnya dengan selective-
serotonin-reuptake inhibitor ( SSRIs ) adalah pilihan rasional, tricyclic
antidepressant ( TCAs ) tidak dapat melindungi sebagaimana dibandingkan
dengan plasebo. Minimal, penanganan depresi postpartum termasuk
pengawasan untuk terjadinya kekambuhan, dengan sebuah rencana intervensi
cepat jika ada indikasi.
Menyusui juga merupakan salah satu terapi yang bersifat profilaksis.
Menyusui tidak hanya untuk mengurangi stress untuk ibu, namun juga
menguragi tingkat stress pada bayi ketika ibunya mengalami depresi. Peneliti
membandingkan empat grup wanita yaitu ibu depresi yang menyusui atau
melalui susu botol dan ibu sehat yang menyusui atau melalui susu botol yang
hasilnya dicatat dalam babies electroencephalogram (EEG). Peneliti
menemukan bahwa bayi dari ibu yang depresi dan tidak menyusui mempunyai
pola EEG abnormal.
BAB III
KESIMPULAN
Doucet and Letourneau. Coping and Suicidal Ideations In Women With Symptomps
of Postpartum Depression. University of New Brunswick, 2009, p : 9-19.
Gotlib, I.H., Whiffen, V.E., Mount, J.H., Milne, K, Cordy, N.I., Prevalence Rates
And Demographic Characteristics Associated With Depression In Pregnancy
And The Postpartum. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 1989,
Volume 57(2): 269-274.
Sadock B.J., Sadock V.A., Psychiatry and Reproductive Medicine, Text Book
Synopsis of Psychiatry, 10thed. Wolter kluwer/LippincottWilliams&
Wilkins. Philadelpia. 2007:865.