m=1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas
dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup
memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk
mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan asam basa cairan tubuh selama
fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil adalah
penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan
cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang
dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan
tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi
dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan
tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan
yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke
ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan
dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut,
kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan
cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine
akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine
dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi
urine kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit
tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan
peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan
diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan
kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa
klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru
mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.
2.4 Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi pengkajian
riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda vital, serta asupan dan
haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan
cairan dan elektrolit.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan, tanda–
tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang
diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
Pengukuran klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah pengukuran berat badan
harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.
Pengukuran berat badan
Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang status cairan
sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap penurunan berat badan
satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak satu liter. Perubahan berat badan
menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila
kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini mengindikasikan terjadinya
kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat. Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang
akurat, diperlukan standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain itu,
penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama (mis., sebelum sarapan atau setelah
buang air besar) dan dengan mengenakan pakaian yang sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang
dapat dihitung dengan rumus berikut.
Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi kehilangan
cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin disebabkan oleh
penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini menunjukkan retensi cairan.
Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan tanda
pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung
menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada kekurangan cairan. Perubahan laju dan
kedalaman pernapasan mungkin menunjukkan adanya gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah
cenderung meningkat pada kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan cairan.
Asupan dan haluaran
Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan haluaran cairan.
Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan sebagai data dalam
menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga, dan
seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan asupan dan haluaran cairan yang akurat.
Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral, makanan, makanan cair, cairan parenteral,
obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi
haluaran urine, feses encer, muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta
dari pernapasan yang cepat dan dalam.
Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat melakukan
beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam dengan total haluaran dalam 24
jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat ini dengan sebelumnya. Langkah ini terutama
dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang besar, seperti urine. Normalnya, orang dewasa
memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi kisaran tersebut, kemungkinan tubuh
mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi
dehidrasi.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada
kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem neurologis.
Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor terkait dengan
elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi normal setelah dilepaskan. Pada
klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali datar dalam jangka waktu yang lebih lama(hingga
beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling baik dilakukan di atas sternum,
kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau
paha bagian tengah. Pada orang tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan
penimbangan berat badan untuk mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.
Iritabilitas neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium.
Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau. Pemeriksaan tanda chovstek
dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika pada saat diketuk
terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda chovstek positif (mungkin terjadi
hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test trousseau, pasang manset tekanan darah pada
lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan
tetani, mengindikasikan terjadinya hipokalsemia dan hipomagnesemia.
Pemeriksaan laboratorium
Elektrolit serum
Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium, kaliium , klorida, dan
ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai Na +adalah:
Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)
Na+serum terukur
Hitung darah
Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah. Karena
hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh jumlah cairan
plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung
meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi dapat menurun. Normalnya,
nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan kadar
hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit.
Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)
Keterangan
Perbandingan air tubuh(PAT)
a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni
Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam serum dan
urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.
Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk menggambarkan
ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi asidosis metabolik.
Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara paling
mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat meningkat saat terjadi
pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine normal
adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa
dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan
intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam
cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh,
sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan
antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler
adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma),
cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat
terlarut).
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total air
dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Sel-sel lemak
4. Stres
5. Sakit
6. Temperatur lingkungan
7. Diet
3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit” .
Jakarta: ECG
ardyanpradanaoo7.blogspot.co.id/2011/02/makalah-kebutuhan-cairan-elektrolit.html?m=1
Di Susun Oleh
ARDYAN PRADANA
DARI SEMESTER 2-U (Keperawatan)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt,yang telah memberikan rahmat,hidayah
serta kesempatan kepada kelompok kami,sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
Ilmu keperawatan dasar 4 “kebutuhan cairan & elektrolit” ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula kami menyampaikan banyak-banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing
kami yaitu Ibu Nurul Ilmi,S.Kep.Ns , yang telah membimbing serta mengajarkan kami,sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Seperti kata pepatah “Tiada gading yang Tak Retak”,demikian pula dengan makalah ini,tentu
masih banyak kekurangan,maka dari pada itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan,semoga makalah ini dapat berguna dan membantu proses
pembelajaran bagi para siswa,terutama bagi kami sebagai penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar 1
Daftar isi 2
BAB.I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 5
BAB II LANDASAN MATERI 6
BAB III PENUTUP 12
A. Kesimpulan 12
B. Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 14
Bab I
Pendahuluan
A. LATAR BELAKANG.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan
elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung
satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
B. TUJUAN.
Adapun tujaun dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
2. Agar dapat menambah pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi mahasiswa S1
keperawatan mengenai kebutuhan cairan & elektrolit.
3. Agar mahasiswa tahu bagaimana proses keperawatan pada klien dengan masalah
keseimbangan cairan dan elektrolit.
C. RUMUSAN MASALAH.
1. Menguraikan keseimbangan intake & output?
2. Fisiologi keseimbangna cairan & elektrolit?
3. Nilai normal kebutuhan cairan pada berbagai umur perkembangan?
4. Gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan & cairan elektrolit?
Bab 2
Landasan materi
1. Konsep Dasar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan
yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Keseimbangan intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh
selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai
dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka
tubuh akan kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit,
ginjal (urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-lira 1500 ml per hari,
sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000
ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah
kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di
bawah ini :
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin
II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun
kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d.Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
b.Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
c.Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.
Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah dengan
mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan partikel-partikel dalam
segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi
zat terlarut menembus membran kapiler dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Konsenterasi
• Potensial listrik
• Perbedaan tekanan.
Osmosis adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi. Difusi air
terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke daerah dengan konsenterasi
zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan
atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda dengan transportasi pasif
karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah
transportasi pompa kalium dan natrium.
Natrium tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian cairan
interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian itu. Distribusi air dalam
kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang dihasilkan oleh darah kapiler, terutama
akibat oleh pemompaan oleh jantung dan tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh
albumin serum. Proses perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut
ultrafilterisasi. Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut keseimbangan
dinamis atau homeostatis.
b.Iklim :
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
c.Diet :
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress :
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
4. Proses Keperawatan .
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
• Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
• Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari
- Monitor vital sign
- Kaji intake output
• Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
- Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
- Auskultasi bunyi /suara nafas
- Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran
• Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
• Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri
• Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio, ketidakseimbangan
elektrolit
• Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
• Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih bwerhubungan dengan anuria,
penurunan kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan di
ekstraseluler.
• Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume cairan
• Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :
a. Atur intake cairan dan elektrolit
b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan
c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.
d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.
4. Evaluasi/Kreteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
• Intake dan output dalam batas keseimbangan
• Elektrolit serum dalam batas normal
• Vital sign dalam batas normal.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan
ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan
mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan
dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam
mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion
bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar
(buffer) kimia dalam cairan tubuh.
Guna peyempurnaan makalah ini,kami dari kelompok 1 sangat mengharapkan kritik serta saran
dari Dosen Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
Daftar pustaka
Barbara Kozier, Fundamental Of Nursing Concept, Process and Practice, Fifth Edition, Addison
Wsley Nursing, California, 1995
Sylvia Anderson Price, Alih : Peter Anugerah, Pathofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, Edisi kedua, EGC, Jakarta, 1995.
sumbermakalahkeperawatan.blogspot.co.id/2012/12/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html?m=1
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk memoertahankan keseimbangan atau homeostasis
tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis
tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic
dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen
kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative (anion).
Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuscular dan
keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit memegang peranan penting
terkait dengan transmisi impuls saraf.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kebutuhan cairan dan elektrolit?
2. Sistem tubuh apa saja yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit?
3. Seperti apa cara perpindahan cairan tubuh, kebutuhan cairan tubuh bagi manusia, pengaturan
volume cairan tubuh dan jenis cairan?
4. Apa yang dimaksud kebutuhan dan pengaturan elektolit, jenis cairan elektrolit, keseimbangan
asam-basa dan jenis asam basa?
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
6. Apa saja masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit?
7. Bagaimana proses dan tindakan keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit?
1.3 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui hal yang berhubungan dengan kebutuhan cairan dan elektrolit
Untuk mengetahui faktor dan masalah-masalah pada kebutuhan cairan dan elektrolit
Untuk mengetahui proses keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Bab I. Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan
masalah, maksud dan tujuan, sistematika penulisan, metode penulisan.
Bab II. Pembahasan, berisi pembahasan yang menjelaskan tentang kebutuhan aktivitas
Bab III. Penutup, berisi kesimpulan, dan saran.
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara mencari, mengumpulkan, dan
mempelajari materi-materi dari buku maupaun dari media informasi lainnya dalam hal ini yang
berkaitan dengan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi
dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.
2.2 Sistem yang Berperan dalam Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Ginjal. Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500 cc
plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua
bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
Kulit. Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan,
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat
diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
Paru. Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
Gastrointestinal. Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang
dalam system ini sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system
endokrin, seperti: system hormonal contohnya:
ADH. Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
Aldosteron. Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium dan system angiotensin rennin.
Prostaglandin. Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons
radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
Glukokortikoid. Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga
merangsang hipotalamus untuk rasa haus.
2.3 Cara Perpindahan Cairan Tubuh
Difusi. Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
Osmosis. Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya
terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih
pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang
garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan
intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol.
Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai
kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
Transport aktif. Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan
cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu:
Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic
juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk
menarik larutan melalui membrane.
Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih
pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid
adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma.
Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip
tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan
yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai
konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan
elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang
konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan
lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein
dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk
larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah
kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna
mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Membran semipermeable. Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak
tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang
terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
2.4 Kebutuhan Cairan Tubuh Bagi Manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis, yang
memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat badan tubuh. Sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Secara keseluruhan, kategori persentase cairan tubuh
berdasarkan umur adalah: bayi baru lahir 75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total
berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari total berat
badan. Persentase cairan tubuh bervariasi, bergantung pada factor usia, lemak dalam tubuh dan
jenis kelamin. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria
karena pada wanita dewasa jumlah lemak dalam tubuh lebih banyak dibanding pada pria.
Kebutuhan air berdasarkan umur dan berat badan:
Umur Jumlah air dalam 24 jam Fungsi
ml/kg berat badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
Prosedur kerja:
Cuci tangan; jelaskan prosedur yang akan dilakukan; hubungkan cairan NaCl 0,9% dan tranfusi
set dengan cara menusukkan; isi cairan NaCl 0,9% ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian
ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan
udaranya keluar; letakkan pengalas; lakukan pembendungan dengan tourniquet; gunakan sarung
tangan; desinfeksi daerah yang akan ditusuk; lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas; cek
apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melalui jarim infuse/abocath); tarik
jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi; buka tetesan; lakukan desinfeksi dengan
betadineTM dan tutup dengan kasa steril; beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester;
setelah NaCl 0,9% masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan;
sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan darah dan
tanggal kedaluwarsa; lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian infuse; lalu cuci
tangan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap gangguan kebutuhan cairan dam elektrolit secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan
ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit
dalam batas normal, berat badan sesuai dengan tinggi badan atau tidak ada penurunan, turgor
kulit baik, tidak terjadi edema dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Ginjal merupakan organ yang paling berperan, sebegai pengontrol volume cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan
asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hydrogen, CO2 dan sistem dapar
(buffer) kimia dalam cairan tubuh.
3.2 Saran
Kebutuhan cairan tubuh tak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga dari
makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik bila kita
memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang banyak
mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien,
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
http://taharuddin.com/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit.html diakses pada Senin, 26
November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://www.kapukonline.com/2012/09/Prosedur-Pemenuhan-Kebutuhan-Cairan-dan-
Elektrolit.html diakses pada Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
http://informasitips.com/kebutuhan-air-minum-cairan-untuk-manusia-per-hari diakses pada
Senin, 26 November 2012 pukul 15.00 WIB.
nurseviliansyah.blogspot.co.id/2015/01/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html?m=1
KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cairan dan elektrolit sangat berguna dalam mempertahankan fungsi tubuh manusia.
Kebutuhan cairan dan elektrolit bagi manusia berbeda-beda sesuai dengan tingkatan usia
seseorang,seperti bayi mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda dengan usia dewasa. Bayi
mempunyai tingkat metabolisme air yang tinggi mengingat permukaan tubuh yang relative luas
dan persentasi air lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
Kebutuhan cairan sangat diperlukan tubuh dalam mengangkut zat makanan kedalam
sel,sisa metabolism,sebagai pelarut elektrolit dan nonelektrolit,memelihara suhu
tubuh,mempermudah eliminasi,dan membantu pencernaan. Disamping kebutuhan
cairan,elektrolit (natrium,kalium,kalsium,klorida dan fosfat) sangat penting untuk menjaga
keseimbangan asam basa,konduksi saraf,kontraksi muscular dan osmolalitas.
Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi sistem
organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi cairan dan elektrolit dalam keadaan
deimbang maka pemasukan harus cukup sesuai dengan kebutuhan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kebutuhan cairan dan elektrolit ?
2. Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit ?
3. Bagaimana cara perpindahan cairan tubuh ?
4. Seperti apa kebutuhan cairan tubuh bagi manusia ?
5. Bagaimana pengaturan volume cairan tubuh ?
6. Apa sajakah jenis cairan itu ?
7. Seperti apa kebutuhan elektrolit itu ?
8. Bagaimana pengaturan elektrolit itu ?
9. Apa sajakah jenis cairan elektrolit itu ?
10. Seperti apa keseimbangan asam basa ?
11. Apa sajakah jenis asam basa ?
12. Apa sajakah factor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit ?
13. Apa sajakah masalah-masalah kebutuhan cairan dan elektrolit ?
14. Bagaimana proses Keperawatan : Masalah-masalah pada kebutuhan eliminasi urine,Etiologi
(patofisiologi) tiap masalah kebutuhan,pengkajian keperawatan (Anamnesa fokus tiap masalah
kebutuhan,pemeriksaan fisik fokus tiap masalah kebutuhan,prosedur diagnostik/data penunjang
tiap masalah kebutuhan),perencanaan keperawatan tiap DP,Tindakan keperawatan tiap DP(cara
menolong BAK dengan pispot/urinal,menggunakan kondom kateter,memasang kateter urine
pada wanita dan laki-laki),evaluasi keperawatan tiap DP.
1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau tenaga medis
dapat memahami dan mengaplikasikannya dilapangan khususnya mengenai materi kebutuhan
cairan dan elektrolit.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar meminimalisir kesalahan dalam tindakan praktik
keperawatan yang di sebabkan oleh ketidak pahaman dalam kebutuhan cairan dan elektrolit
sehingga berpengaruh besar terhadap kehidupan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan
dan elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian
ginjal, seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung
500 cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi
oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2. Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf
simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat
dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan
dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin, seperti:
system hormonal contohnya:
a). ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis posterior,
yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
b). Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium dan
system angiotensin rennin.
c.) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul.
Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d.) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e.) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus
untuk rasa haus.
a). Difusi.
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara
bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan
konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi
akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
b). Osmosis.
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam
adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila
terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel
darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi.
Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan
yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai
kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan
dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui
membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan
berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
2. Membran semipermeable.
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan.
1. Intake Cairan
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira1500 ml
per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per harisehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses
metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan
berat badan, perhatikan tabel di bawah :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24 Jam)
1 Hari 3,0 250 – 300
2 1 tahun 9,5 1150 – 1300
3 2 tahun 11,8 1350 – 1500
4 6 tahun 20,0 1800 – 2000
5 10 tahun 28,7 2000 – 2500
6 14 tahun 45,0 2200 – 2700
7 18 tahun(adult) 54,0 2200 – 2700
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan berada di
otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler,sekresi angiotensin
II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah.Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun
kadang terjadi secara sendiri.Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
2 .Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama.Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24
jam, atau sekitar 30-50 ml per jam.Pada orang dewasa.Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya,bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka
produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalahberkisar 300-400 mL per hari,
tapi bila proses respirasi atau suhu tubuhmeningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon iniberasal dari
anterior hypotalamus,sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
b.Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.
c.Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d.Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e.Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
- Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f.Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.Pengobatan :
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.
h.Pembedahan :
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
c. Pemeriksaan labolatorium
Pemeriksaan labolatorium dilakukan untuk memperoleh data objektif lebih lanjut tentang
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Pemeriksaan ini meliputi kadar elektrolit serum,
hitung darah lengkap, kadar keratin darah, berat jenis urine, dan kadar gas darah arteri.
2. Diagnosa
a.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
1. Kehilangan plasma yang berkaitan dengan luka bakar
2. Muntah
3. Kegagalan mekanisme pengaturan
4. Demam dan diare
5. Retensi natrium
6. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektrolit
b. Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan
1. Gangguan pada ginjal sehingga sistem regulasi tidak normal
2. Gangguan mekanisme pengaturan
3. Disritmia yang berkaitan dengan ketidak seimbangan elektroli
3. Perencanaan
Tujuan :
a. Klien akan memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal
b. Penyebab ketidakseimbangan dapat diidentifikasi dan dikoreksi
c. Klien tidak akan mengalami komplikasi akibat terapi yang dibutuhkan untuk mengembalikan
status keseimbangan
Rencana tindakan
a. Monitor asupan cairan yang diterima olek klien
b. Lakuakan pembagian jumlah total cairan yang boleh dikonsumsi setiap kali makan, diantara
waktu makan, sebelum tidur dan disaat meminum obat.
c.Pertahankan keseimbangan cairan yang ada
d.Implementasikan program yang telah ditetapkan dokter untuk memberikan cairan parenteral
yang mengandung cairan elektrolit jika klien muntah dalam jangka waktu lama
4. Implementasi
a .Mengoreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
1.Penggantian cairan secara enteral
Cairan diberikan secara enteral melalui rute oral dan selang pemberi makan
a. Oral
Dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami kehilangan cairan dalam jumlah
yang sangat besar, atau tidak mengalami obstruksi mekanis dalam saluran gastrotestinal. Ketika
mengganti cairan per oral pilihlah cairan yang mengandung kalori dan elektrolit yang adekuat
b. Selang pemberian makan
Sangat tepat diberikan jika saluran gastrotestinal klien sehat tetapi klien tidak mampu menelan
cairan.semua selang pemberian makan seperti nasogastrik, gastrostomi, atau jejunostomi harus
diberikan sesuai program dokter.
2. Pembatasan cairan
a. Pada klien yang mengalami gagal ginjal, gagal jantung kongestif Korpulmonal.
b. Pembatasan cairan
1. Memberikan setengah dari jumlah total cairan oral diantara pukul 08.00 dan 16.00, yakni
periode saat klien biasanya lebih aktif dan mendapatkan 2 kali mkanserta meminum sejumlah
besar obat – obatan mereka
2. Kemudian dua per lima dari jumlah total asupan cairan diberikan diantara 16.00 dan pukul
23.00
3. Antara pukul 23.00 sampai pukul 08.00 sisa cairan total dapat diberikan
3.Penggantian cairan elektrolit secara parenteral
Penggantian parenteral meliputi :
a. Terapi cairan dan elektrolit intravena
Pemberian cairan melalui infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan melalui intravena dengan bantuan infus set,bertujuan memenhi kebutuhan
cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan.
1. Alat dan bahan
a. Jarum yang sesuai
b. Larutan yang benar
c. Infuse set
d. Standart infuse
e. Papan penopang ( jika perlu )
f. Handuk atau pengalas
g. Alcohol dan swab pembersih
h. turniket
i. Kasa atau balutan transparan
j. Plester
k. Gunting sarung tangan
2. Posedur kerja
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
c. Pasang pengalas
d. Buka set infuse pertahankan sterilitas dikedua ujungnya
e. Tempatkan klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakkan klem pen
ggeser ke posisi penghentian aliran infuse
f. Massukkan set infuse ke dalam kantung atau botol cairan
g. Buka pelindung jarum dan geserklem penggeser sehingga aliran infuse dapat mengalir dari
bilik tetesan ke adapter jarum,gerakkan lagi klem ke posisi penghentian cairan setelah selang
terisi
h. Pastikan selang bebas dari udara dan gelembung udara
i. Pasang turniket 10-12cm di atas tempat insersi
j. Pilih vena
k. Pakai sarung tangan
l. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
m. Lakukan penusukan dengan arah jarum ke atas
n. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah keluar melelui jarum
infus/abocath)
o. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
p. Buka tetesan
q. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dngan kasa steril
r. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester
s. Cuci tangan
Cara Menghitung Tetesan Infus
1. Dewasa :
2. Anak
Tetesan / Menit = jumlah Cairan yang MasUK
Lamanya infus (1 jam)
b. Penggantian darah
Transfusi darah merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang
membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan alat
transfuse set. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi
jaringan.
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Hubungkan cairan NaCl 0.9 % dan tranfusi set dengan cara menusukkan
4. Isi cairan NaCl 0.9 % ke dalam tranfusi set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga
ruang tetesan terisi sebagian dan buka penutup hingga selang terisi dan udaranya keluar.
5. Letakkan pengalas
6. Lakukan pembendungan dengan tourniquet
7. Gunakan sarung tangan
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
9. Lakukan penusukan dengan arah jarum keatas
10. Cek apakah sudah mengenai vena (cirinya adalah darah kelaur melalui jarum infuse/abocath)
11. Tarik jarum infuse dan hubungkan dengan selang tranfusi
12. Buka tetesan
13. Lakukan desinfeksi dengan betadine dan tutup dengan kasa steril
14. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infuse pada plester
15. Setelah NaCl 0.9 % masuk, kurang lebih 15 menit, ganti dengan darah yang sudah disiapkan
16. Sebelum dimasukkan, terlebih dahulu cek warna darah, identitas pasien, jenis golongan
darah, dan tanggal kedaluwarsa
17. Lakukan observasi tanda-tanda vital selama pemakaian transfuse
18. Cuci tangan
5. Evaluasi
Perawat mengevaluasi keefektifan perawatan yang tewlah diberikan, secara umunm dapat dinilai
dari penurunanberat badan, peningkatan haluaran urine dalam 24 jam, penurunan atau tidak
adanya edema dependen, turgor kulit baik dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang
sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan “homeostasis”.
3.2 Saran.
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran agar mahasiswa ataupun petugas medis
harus memahai kebutuhan eliminasi urin secara tepat dalam asuhan keperawatan agar terhindar
dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di masyarakat yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier,Erb,Berman,Snyder,2011.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. EGC:
Jakarta
Mubarok,Chayatin,2008.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.EGC: Jakarta
http://pandyeffendy.blogspot.com/2013/10/cairan-dan-elektrolit.html
(Diakses tanggal 3 November 2014,Pukul 16.00 WIB).
bahankuliahkesehatan.blogspot.co.id/2011/08/makalah-pemenuhan-kebutuhan-cairan-dan.html?
m=1