Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAM


TUBUH MANUSIA

GURU PEMBIMBING :

PAK TOMO

DISUSUN OLEH :
SANTIA SEKARWANGI ( 0013578662 )

SMK MEDICAL HIGH SCHOOL

TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SANTIA SEKARWANGI | 1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya, karena hanya dengan karuniaNya itulah penyusunan makalah ini dapat
disesuaikan dengan rencana.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak.Oleh karena itulah,
Penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat Pak Utomo sebagai guru Kimia
Klinik Teori terselesaikannya makalah ini yang berjudul “Keseimbangan dan Elektrolit Tubuh
Manusia”.

Saya menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna,
untuk itulah kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.Atas
perhatian dan tanggapan dari pembaca kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 26 Maret 2019

Penulis
Santia Sekarwangi

SANTIA SEKARWANGI | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 4
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN PENULISAN 4

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH

A. PENGERTIAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT TUBUH 5


B. GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT 10
C. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN NORMAL CAIRAN DAN
ELEKTROLIT 12
D. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN
KESEIMBANGAN CAIRAN ELEKTROLIT PENGKAJIAN 14

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN 18
B. SARAN 18

DAFTAR PUSTAKA 19

SANTIA SEKARWANGI | 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi
nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme
regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan
keseimbangan asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi
abnormalisasi seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil adalah
penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh,
keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan
orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi
jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi
dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak
cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit
air.

B. Rumusan Masalah
1. PengertianKeseimbangan Cairan dan elektrolit tubuh
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit
4. Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Mahasiswa dapat menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi keseimbangan
normal cairan dan elektrolit
4. Mahasiswa dapat melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit

SANTIA SEKARWANGI | 4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu
terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma)
adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel,
sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

a) Distribusi Cairan Tubuh


Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.

1. Cairan Ekstrasel,
tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan interstisial mengisi
ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh.
Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.
Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna,
dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat
tubuh.
2. Cairan Intrasel
adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut yang penting
untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk
40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan
yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya,
proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.
Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.
 Dewasa 60%

SANTIA SEKARWANGI | 5
 Anak-ank 60 – 77%
 Infant 77%
 Embrio 97%
 Manula 40 – 50 %
Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan
jaringan tubuh.
 Intracellular volume = total body water – extracellular volume
 Interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume
 Total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)

Fungsi Cairan Tubuh


 memberi bentuk pada tubuh
 berperan dalam pengaturan suhu tubuh
 berperan dalam berbagai fungsi pelumasan
 sebagai bantalan
 sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit
 media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh
 untuk performa kerja fisik

b) Komposisi Cairan Tubuh

Zat Plasma Intertisial Intraselular


(mOsm/l) (mOsm/l) (mOsm/l)
Na+ 142 139 14
K+ 4,2 4,0 140
Ca2+ 1,3 1,2 0
Mg2+ 0,8 0,7 20
Cl- 108 108 4
HCO3- 24 28,3 1,0
HPO4-, H2PO4 2 2 11
SO42- 0,5 0,5 1
Fosfokreatin - - 45
Kamosin - - 14
Asam amino 2 2 8
Kreatin 0,2 0,2 9
Laktat 1,2 1,2 1,5
Adenosin trifosfat - - 5
Heksosa monofosfat - - 3,7
Glukosa 5,6 5,6 -
Protein 1,2 1,2 4
Ureum 4 4 4
Lain-lain 4,8 3,9 10
SANTIA SEKARWANGI | 6
Total mOsm/l 301,8 300,8 301,2
Aktivitas osmolar 282 281 281
terkoreksi
Tekanan osmotik 5443 5423 5423
total

c) Pergerakan Cairan Tubuh


Mekanismepergerakancairantubuhmelaluienam proses, yaitu :
a. Difusi
Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua kompartemen
larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat berdifusi karena ion yang berbeda
muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan yang terus menerus dari molekul
dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh :
 Ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).
 Konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah).
 Temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).
b. Osmosis
Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi.
Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu membran permeabel
yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :
 Pergerakan air
 Semipermeabilitas membran.
c. Transfor aktif
Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien elektrokimia dari
area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi. Pada proses ini memerlukan
molekul ATP untuk melintasi membran sel.
d. Tekanan hidrostatik
Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah. Tekanan
hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan ber[indah dari kapiler ke
intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :
 kekuatan pompa jantung
 kecepatan aliran darah
 tekanan darah arteri
 tekanan darah vena
e. filtrasi
Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih tinggi dari
ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran permeabel dari tempat yang tinggi
tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih rendah tekanan hidrostatiknya.
f. Tekanan osmotik koloid
Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi) dalam
plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara intravaskuler dan
intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x lebih

SANTIA SEKARWANGI | 7
besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila pompa
jantung efektif.
Perpindahancairandanelektrolittubuhterjadidalamtigafaseyaitu :
1. FaseI :
Plasma darahpindahdariseluruhtubuhkedalamsistemsirkulasi, dannutrisi
danoksigendiambildariparu-parudantractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengankomponennyapindahdaridarahkapilerdansel
3. Fase III :
Cairandansubstansi yang ada di dalamnyaberpindahdaricairan interstitial
masukkedalamsel.Pembuluhdarahkapilerdanmembransel yang merupakanmembran
semipermiabelmampumemfiltertidaksemuasubstansidankomponendalamcairantubuhikutberpinda
h.

d) Pengaturan Cairan tubuh


Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang
masuk dan jumlah cairan yang keluar.
1. Asupan
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus
dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan,
maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah.
2. Pengeluaran
Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang
dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari
ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga
dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan
pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa
keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan
sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka bakar atau
luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk
diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari,
diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada output cairan.
Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan
pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman,
keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara
terus menerus.
Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:
1. Urine
Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung
kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal

SANTIA SEKARWANGI | 8
disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam
aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam
sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal
dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.
2. Keringat
Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat
banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang
keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.
3. Feses
Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui
feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar
melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-
rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

e) Pengaturan Elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan
air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. ion natrium di dapat dari saluran pencernaan,
makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses difusi. Pengeluaran ion
natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion di
lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakankationutamacairanintrasel.Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan
kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein,
+
pengaturankeseimbanaganasambasa, karena ion K dapatdiubahmenjadi ion hidrogen
(H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran.
Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi
kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-
5,5 mEq/lt.
3. Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh,
bergunauntukintegritaskulitdanstruktursel, konduksijantung, pembekuandarah,
sertapembentukantulangdangigi. Kalsium dalam cairan ekstra sel diatur oleh kelenjar paratiroid
dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui
ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+tulang. Kalsuim diperoleh dari
absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di
simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.
4. Magnesium (Mg2+)
Merupakankationterbanyakkeduapadacairanintrasel. Sangat penting untuk aktivitas
enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Sumber magnesium didapat dari makanan seperti
sayuran hijau, daging dan ikan.Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt.
5. Klorida (Cl ˉ )

SANTIA SEKARWANGI | 9
Terdapatpadacairanekstraseldanintrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan
volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida
dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan
klorida oleh hormin aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.
6. Bikarbonat (HCO3ˉ )
HCO3adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstra sel dan
intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa. Biknatdiaturolehginjal.
7. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan
kegiatan neuromuskular, metabolisme karbohidrat, pengaturan asambasa. Pengaturan oleh hormon
paratiroid.

NILAI-NILAI NORMAL

Jeniscairandanelektrolit Nilai normal dalamtubuh

- Potasium [K+] 3.5 – 5 mEq/L


- Sodium [Na+] 135 – 145 mEq/L
- Kalsium [Ca2+] 8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)
- Magnesium [Mg2+] 1.5 – 2.5 mEq/L
- Fosfat [PO42-] 2.7 – 4.5 mg/dl
- Klorida [Cl-] 98 – 106 mEq/L
- Bikarbonat [HCO3] 24 – 28 mEq/L

B. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1. Ketidakseimbangan cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan
isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit
hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi
ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang
seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan
hal tersebut, terdapat empat kategori ketidak seimbangan cairan, yaitu :
a. Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik
b. Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)
c. Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan
d. Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti

SANTIA SEKARWANGI | 10
dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan
cairan intraseluler. Secara umum, defisit volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan
cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya
ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah
dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau
rongga sendi. Selain itu, kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
3. Defisit Cairan
Faktor Resiko :
a. kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis :
kehilangan berat badan.
b. ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi
konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah.
4. Dehidrasi
Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan
yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama
natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas,
serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari sel dan kompartemen interstitial menuju ruang
vascular. Kondisi ini menybabkan gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko
mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons
haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar
sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien
dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan
tipe hiperosmolar. Pemberian cairan hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran
darah.
5. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh
hampir selalu disebabkan oleh penungkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan
terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi
keseimbangan cairan.
Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
a. Asupan natrium yang berlebihan
b. Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan
gangguan mekanisme regulasi cairan.
c. Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal
kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing
d. Kelebihan steroid.
e. Kelebihan Volume Cairan
Factor resiko :

SANTIA SEKARWANGI | 11
a) Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena Tanda klinis : penambahan
berat badan
b)Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan Tanda klinis : edema
perifer dan nadi kuat
6. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam
kompartemen ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel
sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang
sering terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh,
tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika
adapeningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.
Hal ini dapat terjadi ketika:
a. Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan
perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
b. Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena)
yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.
c. Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah
dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan unu terjadiakibat pergerakan cairan
dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema
jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan
oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

C. Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit

1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap
proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di
masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar
dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur
dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan
yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan
penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan
juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim

SANTIA SEKARWANGI | 12
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan
mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini,
cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia.
Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang
rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang
yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas
akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan
orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per
jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan
tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah
simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh
mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis
otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau
jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat
mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro
intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh
akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan
beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya,
urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit
serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi
cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya,
dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya,
saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar
kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh.

SANTIA SEKARWANGI | 13
Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam
tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan.
Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien
lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.

D. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit


Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi
pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda vital,
serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk
mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.

1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan,
tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan.

2. Pengukuran klinis
Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah pengukuran berat
badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.

3. Pengukuran berat badan


Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang status
cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap penurunan
berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak satu liter. Perubahan
berat badan menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila
kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini mengindikasikan
terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat. Untuk memperoleh hasil pengukuran
berat badan yang akurat, diperlukan standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun dan sesudah
penimbangan. Selain itu, penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama
(mis., sebelum sarapan atau setelah buang air besar) dan dengan mengenakan pakaian yang sama.
Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus berikut.

4. Kehilangan air= berat badan normal – berat badan sekarang


Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi
kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin
disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini
menunjukkan retensi cairan.

SANTIA SEKARWANGI | 14
5. Tanda vital
Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan,
elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan
dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan
takikardia merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan
cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada
kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin menunjukkan adanya
gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan
dan menurun pada kekurangan cairan.

6. Asupan dan haluaran


Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan haluaran
cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan sebagai
data dalam menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada
klien, keluarga, dan seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan asupan dan haluaran
cairan yang akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral, makanan,
makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau selang. Adapun
penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan, keringat, drainase
(lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari pernapasan yang cepat dan dalam.
Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat melakukan
beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam dengan total haluaran
dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat ini dengan sebelumnya.
Langkah ini terutama dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang besar, seperti urine.
Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi kisaran
tersebut, kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine kurang
dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit
difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem
neurologis.

8. Turgor kulit
Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor terkait
dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi normal setelah
dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali datar dalam jangka waktu
yang lebih lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling baik
dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak, pengukuran turgor
sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang tua, turgor kulit
mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat badan untuk mengukur status
hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.

SANTIA SEKARWANGI | 15
9. Iritabilitas neuromuskular
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium.
Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau. Pemeriksaan tanda
chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika pada
saat diketuk terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda chovstek positif
(mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test trousseau, pasang
manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole selama 2-3 menit.
Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya hipokalsemia dan
hipomagnesemia.

10. Pemeriksaan laboratorium Elektrolit serum


Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium, kaliium ,
klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai
Na+adalah:
Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)
Na+serum terukur

11. Hitung darah


Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah. Karena
hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh jumlah
cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia
cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi dapat
menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan 37%-47%.
Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit.
Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)
Keterangan :
Perbandingan air tubuh(PAT)
a) nilai 0,2 untuk dehidrasi akut
b) nilai 0,6 untuk dehidrasi kroni

12. Osmolalitas
Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam
serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.

13. Ph urine
pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk
menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi
asidosis metabolik.

14. Berat jenis urine


Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara

SANTIA SEKARWANGI | 16
paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat meningkat
saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai
BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ urine juga meningkat
saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan
beberapa jenis obat lainnya.

SANTIA SEKARWANGI | 17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan
intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di
dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.
Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan
tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah
keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air
(pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).
Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total
air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak
tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya
adalah :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Sel-sel lemak
4. Stres
5. Sakit
6. Temperatur lingkungan
7. Diet

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para
pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

SANTIA SEKARWANGI | 18
DAFTAR PUSTAKA

1. Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbangan


Cairan & Elektrolit” . Jakarta: ECG
2. Brunner&Suddarth. (2000). Keperawatan Medical Medah.(Edisi 8). Volume 1. Jakarta
:EGC
3. Doenges. ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
4. Martin.T. (1998). Standar Keperawatan Pasien : Pasien Standar Care. Jakarta : EGC
5. Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan (Edisi 3). Jakarta :
EGC

SANTIA SEKARWANGI | 19

Anda mungkin juga menyukai