Anda di halaman 1dari 32

CARA MENENTUKAN/MEMBUAT HARGA PRODUK (FLANEL)

Beberapakali saya mendapat pertanyaan “Harga segini untuk produk A kemahalan nggak ya?”
Atau, sering saya lihat harga-harga produk yang membuat saya berpikir “kok dia bisa membuat
harga semurah ini ya?” (heran). Karena saya tahu, jika membuat 1 biji mudah, tapi setengah
mati kalau membuat dalam jumlah banyak.
Ini adalah daftar kebingungan yang umumnya dirasakan “pembuka lapak baru” dalam
menentukan harga.

1. Kita belum PD menentukan harga, karena kita berpikir…”apa iya barang buatan saya
akan laku?” atau “aduuh, harga segini kemahalan nggak ya?” Inti dari pemikiran-
pemikiran ini adalah takut karya buatan kita tidak laku.
2. Kita ingin cepat menarik banyak pelanggan, sehingga membanting harga kreasi kita.

Menurut saya…pemikiran-pemikiran di atas adalah wajar/manusiawi. Tapi sangat tidak


membangun. Karena, itu berarti kita meragukan kualitas karya kita dan kita menghargai karya
kita sendiri dengan murah (padahal kita membuatnya dengan susah payah). Eittss….jangan
tersinggung teman-teman! Ini adalah pengalaman pribadi saya. Saya juga pernah merasakan hal
tersebut.

Tentu tidak salah jika kita membuat senang pelanggan dengan servis harga murah. Tapi jangan
lupa untuk memberi harga pada jerih payah dan kreatifitas kita sendiri. Ada efek yang perlu kita
pertimbangkan, jika kita membuat harga terlalu murah (dalam arti : tidak sesuai dengan apa yang
telah kita keluarkan) atau hanya berdasarkan harga “lapak tetangga”.

1. Kita menentukan harga yang terlalu murah, kemudian orderan mengalir deras. Awalnya
kita akan senang. Tapi setelah merasakan, betapa capek dan ribetnya menyelesaikan
orderan-orderan tersebut…baru kita tahu, ternyata harga yang kita buat tidak sebanding
dengan jerih payah kita, padahal kita tidak bisa langsung menaikkan harga.
Akhirnya….bosan, malas dan kualitas menurun alias ngerjainnya asal-asalan, karena
kemudian kita akan berpikir “ ah, sudahlah..gini aja. Harganya murah juga”….
2. Bila kita sudah mulai malas dan bosan, kualitas produk pun menurun, otomatis kualitas
diri kita juga menurun. Kita tidak mampu memikirkan kreasi-kreasi baru yang orisinil,
dan ujung-ujung…kita hanya akan menjadi follower. Jika “upah”nya sebanding dengan
kerja keras kita, tentu kita akan bersemangat untuk terus mengeksplor kreatifitas kita,
sehingga produk-produk kita menjadi semakin variatif dan berkualitas jempol.

Lalu, bagaimana kalau ada pelanggan yang mengatakan/merasa harga kreasi kita kemahalan??
Yang kita garap/jual ini adalah barang-barang seni. Mahal dan murah itu relatif. Saya sering
heran dengan lukisan abstrak yang menurut saya balita pun bisa membuat coretan-coretan itu.
Tapi kenapa harga “coretan” tersebut tinggi sekali, dan ada yang mengagumi/mau beli lagi…?!
Itulah seni. Selera dan pandangan orang masing-masing. Kalau orang itu sudah
suka/cocok…harga berapapun dia bayar. (Saya punya pengalaman berkesan tentang hal ini.
Akan saya lampirkan di bawah). Lain halnya kalau yang kita jual adalah sembako atau barang-
barang kelontong yang punya HET (Harga Eceran Toko), jadi kita bisa membandingkan harga
antar toko/penjual.
Banyak faktor yang harus kita jadikan patokan dalam menentukan harga (barang kerajinan) :
1. Biaya produksi (tentu)
2. Tingkat kesulitan. Meskipun biaya produksinya rendah..tapi kalau tingkat kesulitannya tinggi,
apa ya saya akan rela menjualnya murah?!
3. Target market. Siapa target pembeli kita? Ibu rumah tangga? Pegawai kantoran? Ibu-ibu
pejabat? Anak-anak SD? Mahasiswa? mereka semua punya karakter dan ketebalan kantong
berlainan. Otomatis settingan harga juga harus lain.
4. Daya beli masyarakat di kota kita. Di mana kita hendak menjual barang-barang kita, daya beli
masyarakat sekitarnya juga harus kita perhatikan. Sangat konyol kalau kita menjual gantungan
kunci flanel di lingkungan kita yang sebagian besar penduduknya bertani (di desa), dengan harga
Rp.10.000/pc, hanya karena kita ikut-ikutan harga di internet/minta rekomendasi harga di grup.
5. Kualitas kreasi. Masing-masing tangan crafter menghasilkan kualitas kreasi yang berbeda-
beda. Ada yang sangat parah, jadi harganya pun murah. Tapi, jika kualitas kreasi buatan kita
sangat bagus...meskipun barangnya sama, tentu nilai jual kreasi kita akan lebih tinggi.
6. Harga bahan baku yang kita dapatkan. Inilah keunikan barang kerajinan. Setiap kota, harga
bahan bakunya bisa berbeda...
7. Ukuran kreasi.

Jadi, kalau ada yang bertanya, "Mb...saya membuat gantungan kunci. Kira-kira saya beri harga
berapa ya"... Sudah pasti saya tidak menjawabnya :) Walaupun dipaksa, "kira-kiranya saja.."
Tidak bisa! Harus di hitung sendiri ^^

Selanjutnya… Saya akan share cara saya membuat harga (khususnya kreasi flanel).
Misal, saya akan membuat harga untuk ganci boneka aisyah.

1. Tentukan dan hitung berapa rupiah biaya bahan baku untuk membuat ganci tersebut.
Mulai dari kain flanel, benang, lem, manik mata, dakron dan renda (1 meter kain flanel
tsb bisa menjadi boneka aisyah berapa buah,dst).
2. Kemasan ganci boneka. Kita kemas dengan plastik mika souvenir misalnya. Jika kita beli
1 pak Rp.5.000 (isi 100 lb), berarti kemasan kita hargai Rp.50 atau Rp.100 (terserah
teman-teman,mau dihargai Rp.1000 pun boleh, tidak harus pas dengan hasil pembagian)
3. Label. Kadang-kadang ada yang berinisiatif membuat label yang unik dan tampak
profesional, sehingga packaging-nya mampu menarik minat pembeli.
4. Transport (bila perlu)
5. Jasa pembuatan. Ini adalah upah untuk kerja keras teman-teman.
6. Laba. Hal terpenting dalam bisnis. Teman-teman bebas menentukan berapa % laba yang
ingin diraih. Minimal 10%...karena jika di bawah 10%, bisnis kita akan sulit
berkembang/terlalu lambat. Kecuali jika volume penjualan kita tinggi, maka keuntungan
5% pun sudah lumayan banyak.

Poin 1 – 6 adalah biaya produksi per 1 pc ganci aisyah. Dan ini belum selesai. Masih ada biaya
promosi. Tentukan berapa % biaya promosi untuk setiap 1 pc ganci aisyah. Apa fungsi biaya
promosi ini? Dari namanya, kita akan langsung tahu..bahwa biaya ini untuk promosi.
1. Kadang-kadang ada teman/saudara yang minta untuk sampel. Nah,bayangkan jika ada 10
orang saja yang kita beri gratis, berapa biaya yang kita keluarkan (kecuali kita sudah niat
memberikan), meskipun nantinya dari 1 sampel gratis tersebut akan membuka pintu
orderan yang jumlahnya ribuan pc dengan keuntungan berlipat ganda. Tapi jika tidak/
lama tdk ada yang ngorder juga?! Tentunya apa yang kita keluarkan/berikan harus sudah
ada biayanya…supaya tidak tekor alias mengambil dari kocek pribadi. Jadi biaya promosi
kita bebankan pada masing-masing ganci boneka aisyah.
2. Kita membuat promo, membeli 1 lusin bonus 1, atau belanja minimal Rp.100.000,bonus
gantungan kunci aisyah. Bonus-bonus ini kita ambil dari biaya promosi.
3. Kita sudah menetapkan harga grosir. Tapi pasti ada pelanggan yang menawar…minta
diskon. Nah..dari biaya promosi inilah kita bisa memberikan potongan harga untuk
pelanggan. Jadi kita tidak memotong biaya produksi.

Agar lebih jelas, saya buatkan simulasi cara menghitung harga ganci boneka aisyah.

Jenis Biaya (Rp)


Flanel 1000
Benang 100
Manik mata 100
Renda 200
Dakron 200
Gantungan kunci 200
Kemasan 200
Label 500
Jasa pembuatan/pc 1000
JUMLAH biaya produksi 3500
laba 30% (dari biaya 1350
produksi)
Total (HARGA PAS) 4850

Saya sarankan, Rp.4.850 itu jangan kita jadikan harga grosir. Kenapa? Orang yang berniat
reseller pasti menginginkan harga yang lebih murah kan? Kalau barang kita lempar ke pasaran
dengan harga ecer dan grosir sama, bagaimana reseller kita mau bersaing dengan harga kita?! Itu
namanya kita malah merusak harga sendiri ^^. Harga ecer kita tentukan lain. Biasanya 2x harga
pas. Kecuali...kita sudah berniat hanya menjual ecer. Silakan menggunakan harga Rp.4.850
(contoh)

Kalau mau lebih leluasa lagi dalam memberikan tingkatan diskon/menjual grosiran/reseller, bisa
kita tambahkan BIAYA PROMOSI. Total (harga pas), kita tambahkan 20% lagi misalnya. Jadi,
Rp.4.850 + 20% = Rp. 5.820. Ini bisa kita jadikan HARGA GROSIR...

Dengan penambahan biaya promosi 20% ini, kita bisa memberikan tingkatan diskon, antara 1%-
20%. Jangan memberi potongan lebih dari 20%, karena bisa memotong % laba kita. Jadi, misal
kita membuat ketentuan, pembelian grosir minimal 1 lusin, harganya Rp.5.900/pc. Nah, kalau
pelanggan membeli 5 lusin, masih bisa kita beri diskon lagi, 10% misalnya, jadi per pc harganya
Rp.5.238. Ada lagi, yang berniat membeli 20 lusin, dan minta diskon khusus. Kita masih bisa
memberikan diskon dengan senyum...20%. Jadi, pelanggan tersebut mendapatkan harga
Rp.4.830 per pc. Pelanggan senang dengan range diskon yang kita berikan, harga kita pun
"selamat" dari pemotongan/diskon yang itungannya ngawur/asal ^^ (harga silakan dibulatkan,
supaya lebih mudah)
Jadi kita tidak hanya “asal pantas /mengira-ira” ketika memberikan potongan harga, sudah ada
perhitungan dan datanya.

Tabel di atas adalah simulasi sangat sederhana dalam menentukan harga. silakan teman-teman
kembangkan sesuai kebutuhan.

Ini adalah cara saya dalam menentukan harga. Saya sekedar share. Jadi, misal ada cara lain yang
digunakan teman-teman…itu sah-sah saja.

Kesimpulannya, saya tidak sedang mendorong teman-teman untuk membuat harga tinggi. Tapi
buatlah harga sesuai dengan apa yang kita keluarkan. Jika harga sudah sesuai dengan apa yang
kita keluarkan, tidak ada lagi istilah kemahalan. Boleh kita intip-intip harga “lapak tetangga”,
jadikan sebagai referensi, jangan dijadikan sebagai patokan. Karena, ingat..yang kita jual adalah
barang seni, bukan sembako. Hal yang wajar jika produknya sama tapi harganya beda. Semoga
bermanfaat ^^,

Lampiran Cerita

Sejak kuliah, saya sudah terjun di dunia “perflanelan”…belajar otodidak. Saya membuat OS
untuk menawarkan produk saya. Waktu itu yang saya jual adalah boneka wisuda, karena belum
ada yang membuat. Ada 1 calon pelanggan yang menelfon saya, menanyakan tentang kreasi-
kreasi saya. Dia minta sampel dan saya mengirimkan sampel yang sudah buluk, sebab hanya itu
satu-satunya yang tersisa. Ternyata dia sangat suka dengan kreasi handmade saya. Berikutnya,
dia mengirimkan gambar-gambar untuk saya buatkan sampel. Saya menolak, karena bentuknya
boneka-boneka 3D...waktu itu saya belum bisa, dan buku-buku flanel masih sangat minim
(jamannya Eka Yunita). Beberapa lama kemudian, orang itu telpon lagi, mau order. Tapi kembali
saya tolak, saat itu saya sedang ribet dengan skripsi. Saya mengatakan ke orang itu, bahwa nanti
setelah selesai skripsi…baru buka orderan lagi. Kenyataannya, saya lulus, kerja… dan lupa!
Suatu malam, tepatnya malam sebelum pernikahan saya…orang itu telpon lagi (dalam hati heran,
ternyata dia masih ingat saya). Seperti yang telah lalu, dia menanyakan,apakah saya sudah bisa
menerima orderan darinya. Saya katakan “iya”… Sebelum menikah saya sudah resign dari
pekerjaan saya dan niat untuk kembali terjun ke dunia flanel. Kemudian dia kirimkan gambar-
gambar untuk saya buatkan sampel. Sampel masing-masing kreasi saya kirim kembali dan di
approve. Selanjutnya orang itu memesan dalam jumlah besar. Karena ternyata orang itu
mempunyai toko mainan…dan saya dipercaya untuk menyuplai semua produk dari bahan flanel.
Apa yang terjadi?... orang itu sangat puas dengan kreasi saya dan barang-barang saya laris manis.
Padahal dia menjualnya dengan harga premium (di sisi lain, saya memberi harga amat sangat
murah, karena tidak PD…apakah barang saya akan disukai atau laku…). Dia ingin memesan
lagi…dan meminta saya untuk membelikan bahan baku yang kualitasnya paling bagus, mahal
tidak apa-apa. Karena dia mau membayar berapapun harganya…. Hal ini membuat saya sangat
penasaran dengan pelanggan yang satu ini (belum pernah bertemu dan hanya ngobrol by
sms/telpon). Saya belum pernah punya pelanggan-yang malah minta bahan baku mahal dan
harga berapapun dia bayar… Yang ada, pelanggan-pelanggan saya lainnya mintanya harga
murah, masalah bahan baku kw 5, tak peduli. Yang penting MURAH (maaf bila ada yang
tersinggung, karena ini adalah realita yang sering saya temui). Keanehan itu terjawab ketika saya
berkunjung ke rumahnya untuk mengantar barang-barang pesanannya sekaligus silaturahmi
(masak sudah sangat akrab tapi belum pernah melihat wajah satu sama lain). Subhanallah,
ternyata orang bule (New Zealand), ikut suaminya tinggal di Yogyakarta. Dan yang lebih
menggelikan lagi…dia bisa berbahasa jawa halus. Saya selama ini ngobrol ya pakai bahasa
campuran, jawa indonesia. Jadi wajar dong kalau saya mengira pelanggan saya ini orang
Indonesia, Jawa. Pantesaann…dia bisa menjual barang-barang saya dengan harga premium dan
mau membayar berapapun harga yang saya tetapkan, asal kualitas oke. Suatu saat, karena sebab
tertentu, saya berhenti menyuplai kreasi-kreasi saya ke tokonya. Saya pikir, dia bisa mencari
crafter lain, karena sekarang banyak sekali pemain di bidang felt craft yang lebih bagus dari
saya. Tapi ternyata sampai beberapa lama dia tidak mencari pengganti saya. Dia tidak mau selain
saya. Bahkan dia menjanjikan bonus kalau saya mau kembali menyuplai kreasi-kreasi flanel ke
tokonya… Kebalik kan?! Di mana-mana yang memberi bonus itu produsen ke pelanggan, tapi ini
malah pelanggan ke produsen. hehehe. Cerita ini bukan bermaksud sombong atau riya’… tapi
saya ingin menyuport dan menunjukkan ke teman-teman, bahwa kalau orang sudah cocok, maka
berapapun dia mau bayar. Kerjakan secara total dan percaya dirilah dengan hasil kreasi sendiri
^^d

DIY Sewing Storage dari Kardus Bekas


Posted by Nupinupi at 02.14
Reactions:
2 comments Links to this post
Temen-temen (crafter), di mana biasanya kalian menyimpan perlengkapan jahit dan bahan-
bahan untuk berkreasi? Kalau saya, di keranjang dan wadah-wadah kecil yang bececeran di
berbagai tempat, ehee ^^v

Saya merasa ribet sendiri kalau mau action, wadahnya bertebaran....dan yang pasti, menuh-
menuhin tempat. Saya selalu berpikir, ingin punya wadah spesial, yang muat banyak (kalau bisa
semua perlengkapan dan bahan-bahan yang sering saya gunakan), tapi tidak makan banyak
tempat. Saya kurang berminat dengan storage-storage plastik itu, kurang besar. Tapi kalau beli
yang besar...kebesaran.
Berantakan 1

Berantakan 2
Meskipun setiap jenis perlengkapan di wadahi sendiri-sendiri, tapi tetap kurang asik...karena
ketika membereskan harus di angkut satu-satu. Saya ingin perlengkapan tersebut menjadi satu
wadah, tapi tetap sendiri-sendiri.

Idenya muncul begitu saja, ketika sedang membereskan perlengkapan berkreasi. Segera saya
mencari kardus besar. Setelah mengamati dan berpikir, jadilah konsep storage yang sesuai
kebutuhan saya.
Kardus kemasan berbagai ukuran (kardus susu, kardus obat, kardus sepatu, dll...)
Teman-teman yang ingin mencoba membuat, ini alat dan bahannya :
1. Kardus besar/tanggung
2. Kardus kecil-kecil/sesuai kebutuhan
3. Kertas yellow board 0,3/karton tebal
4. Isolasi
5. Cutter
6. Penggaris
7. Gunting
8. Lem lilin/glue gun
9. Kertas kado (jika diinginkan)
Semua ada di sekitar kita.. Kalau tidak ada, ya usahaaa laah :)

1. Kardus besar, saya lipat sayap-sayapnya ke arah luar dan di isolasi. Saya tidak memotongnya,
supaya bagian pinggir kardus lebih tebal dan kuat. Jadi tidak mudah melengkung.
Lapisi bagian luar kardus dengan kertas kado/koran/kain/apalah...atau tidak sama sekali.

2. Siapkan karton tebal atau kertas yellow board (YB) --- beli di toko kertas/ATK/fotocopy-an.
Ukur diameter kardus, buatlah beberapa potongan kertas YB sebagai alas tingkat. Banyaknya
sesuai kebutuhan. Saya membuat 6 potong, karena saya memang berencana membuat banyak
tingkat dan laci.
3. Atur kotak-kotak kardus (laci) sedemikian rupa...sehingga susunan laci-nya bisa pas.
4. Lalu buat penyekat-penyekat lacinya. Saya hanya menggunakan lem lilin untuk melekatkan
masing-masing "papan" penyekat.

Sekat-sekat
Laci-laci siap di pasang.. tariiikk...masukkan...

5. Jika sudah pas, letakkan alas tingkat di atasnya... Begitu seterusnya, sampai seluruh ruang
kardus terisi laci-laci.
6. Selesai... Seharusnya semua laci dan permukaan kardus dilapisi kertas supaya terlihat bagus.
Tapi saya terlanjur malas, capek, mengantuk, lelah.... Jadi yaaa....biarlah. Yang penting kan
fungsinya, hehehehehe.
Yess!! Semua perlengkapan dan bahan bisa masuk ke laci baru. Tapi ingat, yang berat-berat
taruh di paling bawah.

Bagian atas, yang enteng-enteng


Bawah, yang berat-berat
Terpampang nyata seperti tumpukan kardus... Tapi biarlah.. Yang penting semua bisa menjadi
satu, rapi dan koleksi tumpukan kardus bekas berkurang . Hahahahaha...

MULTITASKING ITU KEREN


Posted by Nupinupi at 04.00
Reactions:
12 comments Links to this post

Assalamu’alaikum....
Ini adalah materi seminar mini yang saya sampaikan di acara kopdar Solo Crafter, tanggal 27
April 2014. Teman-teman yang berdomisili di area Solo Raya, yuk gabung di grup Solo Crafter
;)

“Multitasking itu apa sih?” Kemampuan untuk mengerjakan beberapa hal sekaligus. Saya selalu
mengagumi orang-orang yang (menurut saya) multitasking, dan berusaha keras seperti mereka.
Saya pikir, kalau saya bisa menjadi orang yang multitasking, saya bisa sukses. Tapi sayangnya,
semakin saya berusaha untuk multitasking, semakin banyak pekerjaan yang terbengkelai.
Seringnya adalah...tidak satupun yang saya kerjakan. Karena sudah pusing duluan melihat
banyaknya hal yang harus saya kerjakan. “Mana dulu?” “Kalau ini dulu, bagaimana dengan itu?
Padahal itu juga penting.” Ujung-ujungnya, nol semuanya. Hahahahaha.

Menurut kita selama ini, multitasking adalah :


1. Citra manusia modern
2. Cara kerja paling efektif, karena bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.

Kenapa kita cenderung ingin melakukan multitasking atau tidak sadar melakukan multitasking?
Dalam sehari, rata-rata 4.000 pikiran terbang keluar masuk otak kita kita. Jadi wajar bila setiap
14 detik kita berubah pikiran. Pernah kan kita berubah pikiran ketika akan melakukan sesuatu?
Bukan hanya pernah, tapi sering... Dan jika perubahan pikiran itu akut, orang-orang
menyebutnya plin-plan. Menurut kita, semua hal penting dan menganggap waktu kita terlalu
sedikit untuk menyelesaikan semua hal yang menurut kita penting itu. Masalah sebenarnya
bukan karena waktu kita yang terlalu sedikit untuk mengerjakan semua hal yang perlu kita
kerjakan, tetapi karena kita merasa perlu mengerjakan banyak hal dalam rentang waktu yang kita
miliki. Jadi, kita melipatgandakan harapan untuk menuntaskan semuanya. Padahal, tidak semua
hal (yang menurut kita penting) harus kita kerjakan. Sesungguhnya, hanya ada 1 HAL penting
saja yang harus kita lakukan. Karena pada kenyataannya, multitasking itu :
1. Cara efektif untuk menurunkan mutu dan produktifitas
2. Kesempatan untuk menggagalkan lebih banyak hal satu-persatu
3. Memperlambat kita dan menjadikan kita orang yang kurang berprestasi

Mari kita ingat-ingat kembali, apa yang ada dipikiran kita ketika mendengar kata SUKSES
BESAR?
Sukses besar adalah hal yang menyenangkan untuk dibayangkan. Tapi menimbulkan rasa malas
untuk mencapainya. Bahkan orang bodoh pun menjadi pintar gara-gara masalah ini. Pintar
mencari alasan, hahahahahaha. Dipikiran kita, sukses besar itu menghabiskan waktu dan rumit.
Kita harus disiplin, pintar, serba tahu, super cepat dalam bekerja, super kreatif, dan super-super
lainnya. Padahal untuk memiliki semua syarat tersebut, kita harus belajar keras dan bekerja
keras. Makanya, lebih banyak orang yang “ogah duluan” untuk memperjuangkannya. Misal ada
yang mau, dia akan membuat agenda/jadwal kegiatan yang sangat panjang. Biasanya, itu hanya
akan berjalan sementara waktu saja. Selanjutnya, kembali ke habit semula, hahahaha. Akibatnya
apa? Kita merasa bahwa cita-cita sukses tersebut “ketinggian”. Di luar jangkauan kita. Lalu, kita
akan membuat target/cita-cita yang jauh lebih ringan. Dan celakanya lagi, hal itu sering membuat
sebagian besar orang akhirnya malah tersesat jauh dari cita-cita semula. Tersesat pada banyak
kesibukan yang menjauhkan kita dari cita-cita awal. Kita menjadi sibuk, sangat sibuk....tapi tidak
bermakna. Bisnis kita tidak tidak ada perkembangan, bahkan malah mundur. Itu yang saya alami
beberapa waktu yang lalu. Supaya teman-teman paham, ini cerita saya.

Saya punya target tinggi. Saya ingin omset Nupinupi Rp.100.000.000/bulan (misal) dalam 5
tahun ini. Tapi, saya berpikir...bahwa untuk mencapai target tersebut, saya harus bisa melakukan
banyak hal (multitasking). Saya harus membaca banyak buku supaya pengetahuan saya
bertambah, saya harus menguasai keahlian ini-itu, saya harus lebih cepat dalam bekerja, kalau
perlu saya harus bisa menyelesaikan banyak pekerjaan dalam satu waktu, dan saya harus bisa
menyelesaikan semua tugas-tugas saya, baik tugas rumah tangga, maupun tugas “kantor”.

Karena saya pemalas, semua harus terjadwal. Semua saya buat list dan form. Karena, jika
tidak...tidak akan ada action sama sekali. Bahkan jadwal menyapu, mengepel dan menyetrika
pun harus saya buat.
Lihat...! Ini saking... Saking malasnya saya. Bukan saking rajinnya. Kalau saya rajin, saya tidak
perlu membuat jadwal sampai sedetail itu, semua bisa beres.
Dan...segala hal saya kerjakan, segala hal ingin saya selesaikan. Terlihat bagus dan rapi. Saya
tampak disiplin. Saya terobesesi menjadi manusia multitasking supaya bisa sukses (berhasil
mencapai target). Betapa kerennya....bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Semua
pekerjaan beres. Tapi sayangnya saya tidak bisa multitasking. Ketika melakukan multitasking,
semua hanya sekedar selesai dengan baik. Tapi ketika saya fokus, saya bisa menyelesaikan,
bahkan menghasilkan hal luar biasa. Saya anggap itu kekurangan saya....saya tidak bisa
multitasking.

Akibat yang saya rasakan apa? Saya capek dan bosan. Banyak sekali tugas-tugas yang (menurut
saya) harus saya selesaikan, tapi target tidak kunjung mendekat. Bahkan terasa semakin
mustahil.
Akhirnya....bosan, tidak tahu harus mengerjakan apa (padahal pekerjaan banyak sekali), malas,
ingin mencoba sesuatu yang beda, merasa “kok tidak ada peningkatan sih?” dan lain-lain.
Kelihatan sibuk, padahal tidak melakukan sesuatu yang berarti (tidak produktif). Bahkan, saya
sudah ancang-ancang untuk memulai bisnis baru...saking bosannya. Pernahkah teman-teman
merasakan hal itu?
Visi misi sudah tidak mempan lagi untuk membakar semangat. Daftar cita-cita, seolah seperti PR
mata pelajaran yang tidak saya sukai dan overload, yang semakin dilihat, semakin membuat
mual...apalagi membacanya. Lebay? Sungguh...ini serius! Keseharian saya hanya clabing,
clayapan bingung. Bisnis? Kan sudah ada pegawai dan sistem yang berjalan. Jadi, tanpa ada
saya, semua tetap berjalan lancar. Cuma, gadget tidak boleh lepas dari tangan.

Saya kira saya hanya sedang bosan. Dan yakin, dalam beberapa hari semua akan normal
kembali. Tapi ternyata... -2 bulan kemudiaan-...masih seperti itu?! Omaigat!
Otak saya menjadi “nganggur”, menjadi mudah berpikiran negatif, hati menjadi mudah
berprasangka. Saya menjadi paham, kenapa orang yang tidak produktif biasanya suka sekali
bergosip, suka mencari-cari kejelekan orang lain, hasud, iri dan dengki dengan keberhasilan
orang lain, hingga...punya waktu untuk merencanakan “menghancurkan” orang lain.. Kalau
teman-teman sering merasa/berpikiran seperti itu, besar kemungkinan saat ini otak anda sedang
tidak dipakai... Bercanda? Tidak! Saya serius! Karena saya merasakannya sendiri. Jadi ingat,
kalau anda senang sekali jika diajak membicarakan keburukan orang lain atau mencari-cari
kekurangan orang...berarti anda sangat tidak produktif alias otak nganggur. Sayang sekali.... Dan
mulailah untuk mempekerjakan otak anda..supaya tidak sempat lagi melakukan hal-hal negatif
tersebut.

Jadi, apa hubungan multitasking dan cerita tersebut? (Keinginan) multitasking itu
mengakibatkan saya kehilangan fokus. Saya pikir, saya HARUS mengerjakan semua supaya
bisa meraih kesuksesan. Saya mengira, semua hal yang HARUS saya kerjakan itu penting.
Padahal, HARUS tidak selalu penting.

Semakin tua (ya...saya orang tua, dan saya bersyukur karena berhasil melewati masa muda saya),
saya merasakan semakin banyak tumpukan pekerjaan, yang saya yakini HARUS saya selesaikan.
Semua! Terlalu banyak orderan, terlalu banyak pegawai, terlalu banyak masalah dengan
pelanggan, terlalu banyak masalah “perusahaan” yang harus segera dicarikan solusinya, terlalu
banyak komitmen, terlalu banyak tugas rumahtangga, terlalu banyak tagihan. Serba
kebanyakan...dan itu adalah kondisi umum setiap manusia yang angka umurnya semakin besar.
Intinya, semakin tua, semakin banyak problem/masalah. Benar?

Akibat banyaknya urusan yang HARUS saya selesaikan. Semua terasa mendesak dan penting.
Semua terkesan sama. Demi kenyamanan rasa dan hati, saya memutuskan mengerjakan
semuanya, satu per satu.

Saya sibuk, sangat sibuk. Tapi kesibukan saya tidak bermakna. Daftar kegiatan saya merupakan
kumpulan niat-niat terbaik yang bermanfaat. Tapi banyak yang “tidak penting”....dan sayangnya,
saya merasa wajib untuk menuntaskannya. Semua karena semata-mata ada dalam “daftar rencana
hari ini”. To Do List Today.

Bukankah To Do List tersebut bagus dan bermanfaat? Apanya yang salah? Salahnya adalah, saya
menjadi salah fokus. Harusnya saya fokus pada cita-cita masa depan saya, eee...malah fokus dan
sibuk dengan daftar upaya bertahan hidup. Tidak ada batu loncatan atau inovasi-inovasi yang
harusnya saya lakukan di dalam daftar tersebut. Sekali lagi, daftar tersebut tidak salah. Yang
salah adalah saya... Saya salah fokus. Sampai di sini bisa dipahami?

Sederhananya seperti ini :


Saya punya cita-cita A. Yang bisa saya capai jika saya fokus dan konsisten. Tapi di tengah
perjalanan, karena banyaknya masalah atau pekerjaan yang “harus” saya selesaikan, tanpa sadar
saya belok jalan. Di jalan yang salah arah tersebut, saya disibukkan oleh banyak hal. Dan saya
fokus di situ. Akhirnya, saya semakin jauh dari titik cita-cita saya, dan saya merasa hari-hari saya
semakin berat. Kenapa semakin berat? Karena saya semakin sibuk dengan hal-hal yang “wajib”
saya selesaikan, padahal itu tidak semakin mendekatkan saya ke titik cita-cita saya.

Jadi, ada 2 kesalahan yang selama ini tidak saya sadari, bahkan saya pertahankan.
1. Berusaha menjadi multitasking
2. Mengira semua penting dan harus saya selesaikan.

“Multitasking cuma kesempatan untuk menggagalkan lebih banyak hal satu per satu” –Steve
Uzzell

Saya hanya harus menetapkan 1 hal penting dalam hidup saya, dan fokus/memegangnya erat-erat
hingga 1 hal tersebut tercapai. Bagaimana bisa, kita hanya memiliki 1 hal/cita-cita? Manusia itu
banyak maunya. Coba buat daftar keinginan dan jangan disortir. Tulis saja semuanya tanpa
malu-malu. Pasti, ada lebih dari 10. Jika harus menulis 100 saja, saya yakin kita semua bisa.
Bahkan lebih.

Lalu, bagaimana meringkasnya hanya menjadi 1 hal saja? Ya di ringkas. Seperti audisi pencarian
bakat itu lho... Misal, 100 hal penting dalam hidup saya. Saya sempitkan lagi menjadi 80 hal
penting, lalu disempitkan lagi menjadi 60 hal penting, dst...hingga hanya tersisa 1. Satu yang
benar-benar penting.

Nah, setelah mendapatkan 1 hal penting tersebut, ajukan pertanyaan. Misal, 1 hal penting saya
(dalam bisnis) adalah mencapai omset Rp.100.000.000 dalam 5 tahun. Apa yang harus saya
lakukan? Pertanyaannya harus spesifik ya. Angka 100 juta dan 2 tahun adalah kerangka yang
jelas.
Jangan membuat pertanyaan yang kurang jelas, seperti : “ Apa yang harus saya lakukan supaya
penjualan meningkat?” Meningkat menjadi berapa? Deadline-nya kapan? Omset bulan ini Rp.
30.000.000, 36 bulan kemudian...alhamdulillah menjadi Rp.30.005.000. Itu sudah meningkat kan
namanya? Berarti cita-cita sudah tercapai...meskipun hanya meningkat lima ribu perak, butuh
waktu 36 bulan lagi. Yang penting kan sudah meningkat. Pertanyaan yang tidak jelas,
tercapainya target pun menjadi tidak jelas.

Dari pertanyaan dahsyat dan spesifik tersebut, kita bisa membuat rencana langkah-langkah yang
HARUS ditempuh, supaya 1 hal tersebut bisa tercapai.

Kita sudah mengetahui 1 hal penting dalam hidup kita. Kita juga sudah punya rencana untuk
menjalankannya secara efektif dan efisien untuk mewujudkan 1 hal tersebut. Sekarang kita sudah
berada di jalur yang benar. Tapi... “Bahkan seandainya Anda di jalur yang benar, Anda akan
terlindas jika cuma duduk di sana” –Will Rogers. Artinya, kita harus action. Buat time blocking
untuk menjalankan langkah-langkah strategis tersebut. Buat jadwal waktu setiap hari untuk fokus
mengerjakan rencana-rencana mewujudkan 1 hal tersebut.
Misal : 1 hal penting saya adalah menjadi felt crafter internasional. Langkah-langkah strategis
saya adalah setiap hari harus membuat kreasi baru (praktek) selama 4 jam. Saya buat time
blocking pukul 08.00-12.00. Itu wajib saya laksanakan. Setiap hari tanpa terlewat. Kecuali hari
sabtu-minggu/tanggal merah. Karena suami saya pulang, atau saya keluar kota menyusul suami.
Di waktu 4 jam tersebut, saya harus benar-benar fokus, apapun yang terjadi. Meskipun saya
dijemput oleh teman saya untuk menemaninya belanja ke Pusat Grosir Solo dan saat itu saya
juga sangat ingin kesana. Say No! Terus fokus, meskipun hati terasa perih karena harus menahan
godaan tersebut. Padahal, kalau kita mau meninggalkan, tidak ada yang marah atau protes kan?
Itu kan “hanya” komitmen kita sendiri. Ya, membuat janji dengan diri sendiri dan menepatinya.
Oke, sampai di titik akhir pembicaraan yang berat ini, sudah tahu kesimpulannya? Belum? Yah,
saya sendiri juga dalam proses memahami. Hehehehe. Lalu, kenapa buru-buru share? Saya tidak
ingin niat ini pupus seiring dengan penundaan-penundaan yang saya lakukan. Biasanya, kalau
niat baik tidak segera direalisasikan, ujung-ujungnya malas dan tidak jadi ^^v

Kesimpulannya, jika ingin sukses (1 hal kita), ya harus fokus. Dan fokus saja tidak cukup. Harus
ada komitmen kuat untuk menaati time blocking. Masih bekerja kantoran merangkap crafter tapi
ingin sukses berbisnis ? “Jika anda memburu dua ekor kelinci... Anda tidak akan mendapatkan
seekor pun” –Peribahasa Rusia. Pikirkan kembali... :)

Wa'alaikumussalamwr.wb

KREASI BARANG BEKAS 9 : SARANG LAKBAN 3


Posted by Nupinupi at 10.06
Reactions:
5 comments Links to this post
Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Apa kabar teman-teman? Berdebu? Iya, kantor Nupinupi kena dampak abu vulkanik.
Tapi alhamdulillah...cuma 2 cm tebalnya, tidak setebal debu kota Kediri yang letaknya
di kaki Gunung Kelud, ehee... Area Solo memang lumayan "gelap" saat ini, sekolah-
sekolah diliburkan 2 hari, jumat-sabtu. Dan jumat kemarin, kru Nupinupi juga libur. Jadi,
hari jumat tidak ada pengiriman paket. Saya mohon maaf kepada pelanggan yang
sudah transfer...harus menunggu hari senin, paket baru bisa kami proses :)

Memang tidak separah Kota Kediri, tapi baru seperti ini saja sudah "Masyaallah"...
Debu vulkanik itu kan runcing ya, ditenggorokan rasa sesaknya beda dengan debu
jalanan biasa. Mata juga perih. Dan, karena tajam...membersihkan barang-barang juga
harus hati-hati. Terutama pada bodi mobil atau motor. Karena kalau asal lap, tergores
sudah... Sudah begitu, "lengket" lagi... Mungkin sampai 1 bulan, debu-debu vulkanik ini
baru bisa bersih tuntas. Yang penting hujannya... Doakan hujan rajin mengguyur kota
Solo dan sekitarnya ya teman-teman, supaya cepat bersih kembali. Begitu pula Jogja
dan kota-kota lain yang juga terkena dampak abu vulkanik Gunung Kelud. Sabar...tetap
semangat bersih-bersih, hehehehe.
Biarlah angin tetap menjalankan tugasnya, meratakan abu kemana-mana dan
mengotori rumah kita, supaya kita tidak lupa mensyukuri nikmat-Nya, bahwa kita punya
rumah (bayangkan orang yang tidak punya rumah, harus tinggal di jalanan yang
berdebu)

Mari kita rehat dari urusan abu vulkanik.. Santai sejenak, bermain dengan flanel dan
barang bekas :) Masih dengan sarang lakban/kertas roll sisa lakban. Bosan? Justru
saya sedang menunjukkan, "Ini lho...satu sampah saja bisa menjadi bermacam barang,
apalagi kalau kita rajin mengumpulkan banyak sampah." Hahahahaha.. Oh iya, kemarin
ngobrol dengan teman crafter, katanya sekarang dia rajin mengumpulkan "sampah",
yang belum tahu untuk apa/belum ada ide. Tak masalah... Saya juga mengumpulkan
"sampah" dulu, baru setelah beberapa waktu terpikirkan ide kreasinya. Saya membuka
forum request...kalau di rumah teman-teman punya barang bekas yang banyak, tapi
tidak punya ide, silakan inbox/email saya. Siapa tahu saya bisa menyumbangkan ide.
Tapi tidak semua barang bekas bisa saya "sulap" lho ya.. Dan tidak secepat/sesegera
mungkin. Karena ide itu seperti jodoh. Kalau belum jodoh, mau dijodoh-jodohin, ya tidak
cocok. Hahahaha.. -Ngelanturnya sekian-

Aturan main tetap sama, baca dulu dengan teliti..jangan terburu nafsu untuk bertanya
tanpa membaca tutorial ini secara lengkap. Dan, saya tambahkan satu lagi... Tutorial-
tutorial di blog ini, gratis. Tapi, PERSONAL USE ONLY. Bukan untuk di copas, lalu
dijual kembali sebagai e-book dengan alasan apapun. Bahkan, alasan hasil
penjualannya untuk charity (amal) sekalipun. Karena tutorial-tutorial ini saya buat untuk
teman-teman, gratis. Silakan ambil dan distribusikan ilmunya, tapi bukan tutorial dan
foto-foto aslinya. Kalau disimpan untuk inspirasi/dokumentasi pribadi, silakan. Kalau
mau di taruh di blog teman-teman, juga silakan..tapi jangan lupa, cantumkan link-nya.
Kenapa saya cerewet sekali, memberi banyak aturan? Saya membuat tutorial ini tidak
gratis. Mengeluarkan biaya, waktu dan tenaga. Jadi tolong hargai. Bukan ucapan
terimakasih, tapi hargai saja...dengan tidak seenaknya di copas untuk kepentingan
komersial. Oke? :) Mari lanjut...

Minggu kemarin kita membutuhkan 2 sarang lakban. Tutorial minggu ini kebutuhannya
menigkat. Menjadi 3 sarang lakban... :) Bagi teman-teman yang baru menemukan blog
ini, sebelum mengikuti tutorial kreasi barang bekas 9, saya sarankan baca dulu tutorial
kreasi barang bekas 8 dan tutorial kreasi barang bekas 7. Karena prinsip dasar
pembuatannya sama. Jadi, tidak akan saya ulang di tutorial ini. Intinya, kalau
bingung...silakan langsung buka/baca tutorial minggu-minggu kemarin yang bahan baku
utamanya sarang/karton roll lakban.

Bahan dan alat : sama dengan minggu lalu (+ roll bekas tissue gulung/toilet - optional)
^^v

Kali ini kita akan membuat celengan. Kalau biasanya celengan kreasi flanel itu hanya
sekali pakai, karena tidak bisa di buka-tutup/sekali bongkar rusak, celengan ini bisa
dibuka-tutup, jadi awet. Kalau mau mengambil uangnya, tidak akan merusak celengan
tersebut. Tapi konsekuensinya, uangnya jadi kurang aman...hahahahaha.

1. Siapkan bahan utama kreasi. Tiga karton roll lakban. Harus tiga ya? Idealnya sih tiga.
Dua tidak boleh? Yaaa...bolehlah... :)
Siapkan roll bekas tisu gulung/toilet, kalau ada. Kalau tidak ada, bisa menggunakan
karton kemasan susu/makanan.

2. Tumpuk dua roll lakban, isolasi. Satunya, biarkan saja...


Balut kedua "tabung" tersebut dengan kain flanel. Caranya? Silakan baca tutorial
minggu lalu (Kreasi barang bekas 8)
3. Ambil roll karton bekas tisu gulung/toilet. Gunting memanjang bagian tengah.
Ternyata diameter roll karton tisu lebih kecil daripada diameter roll karton lakban. Jadi,
roll karton tisu saya potong lagi menjadi dua..

4. Ukur diameter dalam roll karton lakban. Kedua bulatan roll karton tisu tadi saya
sambung, sehingga diameternya sama dengan diameter dalam roll karton lakban.
5. Fungsinya untuk ini....

6. Jadinya seperti ini... Lem menggunakan lem lilin.


7. Untuk menutup lubang tabung, siapkan lingkaran karton yang diameternya sama
dengan diameter luar roll karton lakban (silakan lihat cara membuat lingkaran karton di
tutorial sebelumnya)

Jangan lupa, salah satu lingkaran di beri tanda untuk membuat lubang celengan.

8. Buat lubang uang menggunakan cutter


9. Karena dua lingkaran karton penutup tadi juga harus dilapisi kain flanel, maka...kain
flanel lapisannya juga harus dilubangi, seukuran dengan lubang di karton.

10. Dua lingkaran penutup lubang sudah terbalut rapi...


11. Tempelkan lingkaran penutup tersebut, satu pada ujung tabung panjang. Satu lagi
pada ujung tabung penutup (yang pendek)
Nah... Ini hasilnya. Sudah punya gambaran kan sekarang?
Celengannya sudah jadi, tapi masih polosan. Teman-teman bebas menentukan
hiasannya. Prinsip dasar pembuatan celengan sudah dipahami ya?

12. Saya malas berpikir terlalu rumit, jadi saya hias celengan ini dengan toping buah.
Sehingga menjadi seperti roll cake.

Sebelumnya, saya berpikir untuk menutupi sambungan penutup atas dan bawah
tabung. Saya tempel renda jadi...kok jelek ya. Akhirnya saya membuat "krim" dari flanel.
Flanel warna kontras dua helai, panjang 60 cm (kurang lebih), dan lebar 1.5 cm
(mungkin... saya lupa). Saya jahit jelujur tapi tidak lurus. Alurnya bergelombang. Silakan
lihat foto di bawah...
Lalu setelah itu saya tarik/serut.
buat dua buah
13. Tempelkan krim flanel pada bagian sambungan lingkaran tutup tabung.

14. Hias bagian atas (bagian atas bisa mana saja, terserah teman-teman) dengan
toping buah. Perhatikan tata letaknya, supaya tidak menempel pas sambungan badan
tabung dan tutup tabung. Ingin belajar membuat toping buah seperti ini? Ada paket
belajarnya, Aneka Topping ^^v
Potong kuenyaa...potong kuenyaaa... ee..keluar recehnyaa....

Selamat menabung ^^

Anda mungkin juga menyukai