Aplikasi SNI Gempa 1726 2012 For Dummies - Compressed
Aplikasi SNI Gempa 1726 2012 For Dummies - Compressed
for Dummies
Himawan Indarto
Hanggoro Tri Cahyo A.
Kukuh C. Adi Putra
Agustus 2013
FEMA 451B
Buku Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies merupakan hand-out Shortcourse
Teknik Sipil UNNES 2013 - A Tribute To Bambang Dewasa. Sebagian gambar, ilustrasi dan
tabel bersumber dari dokumen NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and
Other Structures : Training and Instructional Materials FEMA 451B / Juni 2007.
Buku ini tidak diperjual belikan dan bebas didistribusikan untuk keperluan non-komersial.
Kecintaan Almarhum Drs. Bambang Dewasa pada dunia struktur dengan penulisan karya-
karya apiknya yang tersimpan di blog http://filebambangdewasa.wordpress.com telah
menginspirasi kami untuk terus mengembangkan materi pembelajaran yang mengikuti
perkembangan peraturan SNI terbaru. Hal ini adalah tugas sekaligus tantangan bagi dosen
untuk dapat menyampaikan materi yang rumit pasal per pasal dalam SNI, menjadi sebuah
penjelasan yang sederhana. Setelah SNI Gempa 2012, tidak lama lagi akan diterbitkan SNI
Beton Terbaru RSNI 2874-201x sebagai acuan baru perancangan struktur beton di
Indonesia.
Untuk tahun ini kami menyelenggarakan pelatihan singkat Shortcourse Teknik Sipil UNNES
2013 - A Tribute To Bambang Dewasa dengan topik “Aplikasi SNI Gempa 2012 pada
Struktur Gedung Beton Bertulang”. Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk turut
mensosialisasikan peraturan SNI 1726:2012 tentang Tata cara perencanaan ketahanan
gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung.
Kami ucapkan selamat datang bagi peserta shortcourse, semoga pelatihan singkat ini dapat
memberikan pencerahan dan ilmu yang bermanfaat. Kami ucapkan terimakasih atas
kesediaan Bapak Ir. Himawan Indarto, MS dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro untuk berbagi ilmu kegempaan dengan mahasiswa di Jurusan Teknik Sipil
UNNES. Atas kerja keras panitia shortcourse, kami ucapkan penghargaan dan terimakasih.
Drs. Sucipto, MT
Ketua Jurusan Teknik Sipil UNNES
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah
adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah muka tanah, yang
dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur fondasinya. Struktur bangunan
gedung harus memiliki sistem penahan gaya lateral dan vertikal yang lengkap, yang mampu
memberikan kekuatan, kekakuan, dan kapasitas disipasi energi yang cukup untuk menahan
gerak tanah desain dalam batasan-batasan kebutuhan deformasi dan kekuatan yang
disyaratkan. Berikut ini penjelasan langkah-langkah analisis beban seismik berdasarkan
SNI Gempa 1726:2012 untuk bangunan gedung.
Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung sesuai Tabel 1
pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie
menurut Tabel 2.
Tabel 1. Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung untuk beban gempa
Kategori
Jenis pemanfaatan
risiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia I
pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain:
- Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan
- Fasilitas sementara
- Gudang penyimpanan
- Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko II
I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Perumahan ; rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
- Pabrik
Gambar 1 - Contoh peta parameter (percepatan batuan dasar pada perioda pendek)
untuk kota Semarang dan sekitarnya.
Dalam perumusan kriteria desain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau
penentuan amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan
tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus diklasifikasikan terlebih dahulu. Profil
tanah di situs harus diklasifikasikan sesuai dengan Tabel 3, berdasarkan profil tanah
lapisan 30 m paling atas. Penetapan kelas situs harus melalui penyelidikan tanah di
lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan oleh otoritas yang berwewenang atau ahli
desain geoteknik bersertifikat, dengan minimal mengukur secara independen dua dari tiga
parameter tanah yang tercantum dalam Tabel 3. Dalam hal ini, kelas situs dengan kondisi
yang lebih buruk harus diberlakukan. Apabila tidak tersedia data tanah yang spesifik pada
situs sampai kedalaman 30 m, maka sifat-sifat tanah harus diestimasi oleh seorang ahli
geoteknik yang memiliki sertifikat/ijin keahlian yang menyiapkan laporan penyelidikan
tanah berdasarkan kondisi getekniknya. Penetapan kelas situs SA dan kelas situs SB tidak
Penetapan kelas situs SC, SD dan SE harus dilakukan dengan menggunakan sedikitnya hasil
pengukuran dua dari tiga parameter , , dan , yang dihitung sesuai :
Metode , kecepatan rambat gelombang geser rata-rata (v ) pada regangan geser yang
kecil, di dalam lapisan 30 m teratas. Pengukuran di lapangan dapat dilakukan dengan uji
Seismic-Downhole (SDH), uji Spectral Analysis of Surface Wave (SASW),atau uji seismik
sejenis.
Metode N, tahanan penetrasi standar rata-rata ( ) dalam lapisan 30 m paling atas atau
tahanan penetrasi standar rata-rata tanah non kohesif (PI<20) di dalam lapisan 30 m
paling atas.
Metode , kuat geser niralir rata-rata ( ) untuk lapisan tanah kohesif (PI<20) di dalam
lapisan 30 m paling atas.
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1 sampai ke- n dari
atas ke bawah, sehingga ada total n -lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Bila sebagian dari lapisan n adalah kohesif dan yang lainnya nonkohesif,
maka k adalah jumlah lapisan kohesif dan m adalah jumlah lapisan non-kohesif. Simbol i
mengacu kepada lapisan antara 1 dan n .
∑
(1)
∑
dengan,
! = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;
! = kecepatan gelombang geser lapisani dinyatakan dalam meter per detik (m/detik);
∑!# ! = 30 meter.
"
∑
(2)
∑
$
di mana Ni dan di dalam Persamaan 2 berlaku untuk tanah non-kohesif, tanah kohesif, dan
lapisan batuan.
% (3)
∑&
$
Ni adalah tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur langsung di
lapangan tanpa koreksi, dengan nilai tidak lebih dari 305 pukulan/m. Jika ditemukan
perlawanan lapisan batuan, maka nilai Ni tidak boleh diambil lebih dari 305 pukulan/m.
*
(4)
∑,
+
dengan,
∑/.# d. =
= ketebalan total dari lapisan-lapisan tanah kohesif di dalam lapisan 30 meter paling
atas.
! = kuat geser niralir (kPa), dengan nilai tidak lebih dari 250 kPa seperti yang ditentukan
dan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
PI =indeks plastisitas, berdasarkan tata cara yang berlaku.
w =kadar air dalam persen, sesuai tata cara yang berlaku.
3 =02 (6)
dengan,
= parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda
pendek;
=parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0
detik.
29
64 = 3 34 (7)
6 =293 3 (8)
Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah dari
spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus dikembangkan
dengan mengacu Gambar 3 dan mengikuti ketentuan di bawah ini :
Untuk perioda yang lebih kecil dari :; , spektrum respons percepatan desain, 1 , harus
diambil dari persamaan;
A
1 64 <0,4 ? 0,6 A C (9)
B
Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan :; dan lebih kecil dari atau sama dengan
: , spektrum respons percepatan desain, 1 , sama dengan 64 ;
Untuk perioda lebih besar dari : , spektrum respons percepatan desain, 1 , diambil
berdasarkan persamaan:
1 6 9: (10)
dengan,
64 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek;
6 = parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik;
T = perioda getar fundamental struktur.
6
:; 0,2
64
6
:
64
Struktur harus ditetapkan memiliki suatu kategori desain seismik yang mengikuti pasal ini.
Struktur dengan kategori risiko I, II, atau III yang berlokasi di mana parameter respons
spektral percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau sama dengan
0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E.
Struktur yang berkategori risiko IV yang berlokasi di mana parameter respons spektral
percepatan terpetakan pada perioda 1 detik, , lebih besar dari atau sama dengan 0,75,
harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F.
Semua struktur lainnya harus ditetapkan kategori desain seismik-nya berdasarkan kategori
risikonya dan parameter respons spektral percepatan desainnya, 64 dan 6 . Masing-
masing bangunan dan struktur harus ditetapkan ke dalam kategori desain seismik yang
lebih parah, dengan mengacu pada Tabel 6 atau 7, terlepas dari nilai perioda fundamental
getaran struktur, T .
Apabila lebih kecil dari 0,75, kategori desain seismik diijinkan untuk ditentukan sesuai
Tabel 6 saja, di mana berlaku semua ketentuan di bawah :
Sistem penahan gaya gempa lateral dan vertikal dasar harus memenuhi salah satu tipe yang
ditunjukkan dalam Tabel 9. Pembagian setiap tipe berdasarkan pada elemen vertikal yang
digunakan untuk menahan gaya gempa lateral. Sistem struktur yang digunakan harus
sesuai dengan batasan sistem struktur dan batasan ketinggian struktur yang ditunjukkan
dalam Tabel 9. Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω; ,
dan koefisien amplifikasi defleksi, , sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 9 harus
digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan antarlantai
tingkat desain.
Setiap sistem penahan gaya gempa yang dipilih harus dirancang dan didetailkan sesuai
dengan persyaratan khusus bagi sistem tersebut yang ditetapkan dalam dokumen acuan
yang berlaku seperti terdaftar dalam Tabel 9 dan persyaratan tambahan yang ditetapkan
dalam pasal 7.14 (Persyaratan perancangan dan pendetailan bahan).
Pada saat terjadi benturan antara lempeng-lempeng aktif tektonik bumi, akan terjadi
pelepasan energi gempa yang berupa gelombang-gelombang energi yang merambat di
dalam atau di permukaan bumi. Gelombang-gelombang gempa (seismic waves) ini dapat
berupa gelombang kompresi (compressional wave) atau disebut juga sebagai Gelombang
Primer, dan gelombang geser (shear wave) atau disebut sebagai Gelombang Sekunder.
Selain kedua gelombang tersebut ini, terdapat juga gelombang-gelombang yang merambat
di permukaan bumi, gelombang ini disebut gelombang Rayleigh-Love. Gelombang-
gelombang gempa yang diakibatkan oleh energi gempa ini merambat dari pusat gempa
(epicenter) ke segala arah, dan akan menyebabkan permukaan bumi bergetar. Permukaan
bumi digetarkan dengan frekuensi getar antara 0.1 sampai dengan 30 Hertz. Gelombang
Primer akan menyebabkan getaran dengan frekuensi lebih dari 1 Herzt, dan menyebabkan
kerusakan pada bangunan-bangunan rendah. Gelombang Sekunder, karena arah
gerakannya horisontal, maka gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan pada
bangunan-bangunan yang tinggi. Gelombang Rayleigh dan Gelombang Love karena
frekuensinya getarnya yang rendah, menyebabkan gelombang ini dapat merambat lebih
jauh sehingga dapat mengakibatkan pengaruh kerusakan pada daerah yang sangat luas.
Karena arah gerakannya yang berputar maupun horisontal, menyebabkan gelombang
permukaan ini sangat berbahaya bagi bangunan-bangunan tinggi. Pada saat bangunan
bergetar akibat pengaruh dari gelombang gempa, maka akan timbul gaya-gaya pada
bangunan, karena adanya kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan
posisinya dari pengaruh gerakan tanah. Beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan
merupakan gaya inersia.
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa
faktor yaitu, massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari
struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan tersebut
didirikan. Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena
Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada umumnya adalah
gaya-gaya inersia pada arah horisontal saja. Pengaruh dari gaya-gaya inersia pada arah
vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah dirancang untuk menerima
pembebanan vertikal statik akibat pembebanan gravitasi, yang merupakan kombinasi
antara beban mati dan beban hidup. Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya
inersia pada arah vertikal akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan
struktur, akhir-akhir ini sedang ditinjau kembali.
Pada kenyataannya, jarang dijumpai struktur bangunan yang mempunyai hubungan yang
sangat kaku antara struktur atas dengan pondasinya. Bangunan-bangunan Teknik Sipil
mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam, sehingga akan mempunyai waktu getar
alami yang berbeda-beda pula. Dengan demikian respon percepatan maksimum dari
struktur tidak selalu sama dengan percepatan getaran gempa. Sistem struktur bangunan
yang tidak terlalu kaku, dapat menyerap sebagian dari energi gempa yang masuk kedalam
struktur, sehingga dengan demikian beban yang terjadi pada struktur dapat berkurang.
Akan tetapi struktur bangunan yang sangat fleksibel, yang mempunyai waktu getar alami
yang panjang yang mendekati waktu getar dari gelombang gempa di permukaan, dapat
mengalami gaya-gaya yang jauh lebih besar akibat pengaruh dari gerakan gempa yang
berulang-ulang. Besarnya beban gempa horisontal yang dapat terjadi pada struktur
bangunan akibat gempa, tidak hanya disebabkan oleh percepatan gempa saja, tetapi juga
tergantung dari respons sistem struktur bangunan dengan pondasinya. Beberapa faktor
lainnya yang berpengaruh terhadap besarnya beban gempa yang dapat terjadi pada
struktur adalah, bagaimana massa dari bangunan tersebut terdistribusi, kekakuan dari
struktur, mekanisme redaman pada struktur, jenis pondasi serta kondisi tanah dasar, dan
tentu saja perilaku serta besarnya getaran gempa itu sendiri. Faktor yang terakhir ini
sangat sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak. Pada saat terjadi gempa,
gerakan tanah berperilaku tiga dimensi, ini berarti bahwa gaya inersia yang terjadi pada
struktur akan bekerja ke segala arah, baik arah horisontal maupun arah vertikal secara
bersamaan.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa, pada umumnya hanya
memperhitungkan pengaruh dari beban gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah
sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan. Sedangkan pengaruh gerakan
gempa pada arah vertikal tidak diperhitungkan, karena sampai saat ini perilaku dari respon
struktur terhadap pengaruh gerakan gempa yang berarah vertikal, belum banyak diketahui.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada lantai-lantai
dari bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap lantai tingkat
(Gambar 7). Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada
suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah.
Besarnya beban gempa horisontal V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan
sebagai berikut :
1 . NO
K .M .M
P
dengan,
1 = Spektrum respons percepatan desain (g);
NO = Faktor keutamaan gempa;
R = Koefisien modifikasi respons;
W = Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi (kN).
V3
W3
V2
V
W2
V1
W W1
Salah satu aspek penting dalam meninjau perilaku struktur bangunan yang bergetar akibat
gempa adalah waktu getar alami struktur. Perhatikanlah struktur sederhana yang
diilustrasikan pada Gambar 8. Jika pada puncak dari struktur diberikan perpindahan
horisontal dan kemudian dilepaskan, maka bagian atas dari struktur akan bergetar atau
berosilasi bolak-balik dengan amplitudo yang semakin mengecil sampai akhirnya struktur
kembali pada kondisi diam. Yang menarik adalah bahwa gerakan dari getaran struktur ini
tidak acak sama sekali, tetapi teratur. Getaran seperti ini disebut sebagai getaran harmonis,
karena pola getaran berubah secara sinusoidal terhadap waktu.
Waktu yang diperlukan getaran untuk melakukan satu siklus bolak-balik lengkap disebut
waktu getar alami (T), sedangkan frekuensi getaran (f) didefinisikan sebagai banyaknya
siklus yang terjadi untuk satu satuan waktu. Hubungan antara waktu getar dan frekuensi
getar dinyatakan dalam bentuk persamaan : f = 1/T.
Gambar 8 - (a) Model dari struktur. (b) Getaran bebas dari struktur
(c) Amplitudo getaran bebas
Selain tergantung pada massa dan kekakuan kolom, panjang atau pendeknya waktu getar
dipengaruhi juga oleh mekanisme redaman pada struktur dalam hal menyerap energi
getaran. Sebagai contoh, gaya gesek dari sendi yang menghubungkan balok dan kolom dari
struktur pada Gambar 8 akan menyebabkan terjadinya redaman. Mekanisme redaman pada
struktur dapat juga terjadi, misalnya dengan adanya retakan dari elemen-elemen struktur .
Tingkat risiko gempa pada suatu wilayah atau zona, tidak dapat ditentukan hanya
berdasarkan frekuensi terjadinya gempa saja. Hal ini disebabkan karena tingkat risiko
gempa diukur berdasarkan kerusakan struktur yang ada pada suatu lokasi, yang tidak
hanya tergantung dari besarnya gempa, tetapi juga tergantung pada jarak pusat gempa
(epicenter) dari lokasi yang ditinjau, serta kondisi tanah pada lokasi tersebut. Sebagai
contoh, gempa kuat dengan magnitude M=7 pada Skala Richter dengan pusat gempa
berjarak 300 km dari lokasi yang ditinjau, belum tentu menimbulkan kerusakan yang lebih
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 18
besar dibandingkan gempa dengan magnitude M=5 atau M=6 pada Skala Richter, tetapi
dengan pusat gempa yang berjarak 50 km. dari lokasi yang ditinjau. Demikian pula halnya
pengaruh beban gempa pada struktur bangunan yang terletak di atas tanah lunak dan di
atas tanah keras, dapat juga berlainan.
Konsep keamanan dari suatu struktur terhadap pengaruh gempa, harus dikaitkan dengan
risiko atau peluang terjadinya (incidence risk) gempa tersebut selama umur rencana (design
life time) dari struktur bangunan yang ditinjau. Karena gempa merupakan peristiwa
probabilistik, maka gempa dengan kekuatan atau intensitas tertentu, mempunyai periode
ulang (return period) yang tertentu pula. Dengan demikian, jika risiko terjadinya suatu
gempa selama umur rencana bangunan sudah tertentu, maka periode ulang dari gempa
tersebut sudah tertentu pula. Hubungan antara umur rencana bangunan, periode ulang
gempa, dan risiko terjadinya gempa, berdasarkan teori probabilitas dapat dinyatakan
dalam suatu persamaan matematika sebagai berikut :
RN = 1– 1– 1 x 100%
TR
dengan,
RN = Risiko terjadinya gempa selama umur rencana (%)
TR = Periode ulang terjadinya gempa (tahun)
N = Umur rencana dari bangunan (tahun)
Pada perencanaan struktur bangunan tahan gempa, perlu ditinjau 3 taraf beban
gempa, yaitu Gempa Ringan, Gempa Sedang dan Gempa Kuat, untuk merencanakan elemen-
elemen dari sistem struktur, agar tetap mempunyai kinerja yang baik pada saat terjadi
gempa. Gempa Ringan, Gempa Sedang, dan Gempa Kuat untuk keperluan prosedur
perencanaan struktur didefinisikan sebagai berikut :
a) Gempa Ringan
Gempa Ringan adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam periode
umur rencana bangunan 50 tahun adalah 92% (RN = 92%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 20 tahun (TR = 20 tahun). Akibat Gempa Ringan ini struktur
bangunan harus tetap berperilaku elastis, ini berarti bahwa pada saat terjadi gempa
elemen-elemen struktur bangunan tidak diperbolehkan mengalami kerusakan
struktural maupun kerusakan non-struktural. Pada saat terjadi Gempa Ringan,
penampang dari elemen-elemen pada sistem struktur dianggap tepat mencapai
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 19
kapasitas nominalnya, dan akan berdeformasi lebih lanjut secara tidak elastis
(inelastis) jika terjadi gempa yang lebih kuat.
Karena risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 92%, maka dapat dianggap bahwa
selama umur rencananya, struktur bangunan pasti akan akan mengalami Gempa
Ringan, atau risiko terjadinya Gempa Ringan adalah 100% (RN = 100%).
b) Gempa Sedang
Gempa Sedang adalah gempa yang peluan atau risiko terjadinya dalam periode umur
rencana bangunan 50 tahun adalah 50% (RN = 50%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 75 tahun (TR = 75 tahun). Akibat Gempa Sedang ini struktur
bangunan tidak boleh mengalami kerusakan struktural, namun diperkenankan
mengalami kerusakan yang bersifat non-struktural. Gempa Sedang akan
menyebabkan struktur bangunan sudah berperilaku tidak elastis, tetapi tingkat
kerusakan struktur masih ringan dan dapat diperbaiki dengan biaya yang terbatas.
c) Gempa Kuat
Gempa Kuat adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya dalam periode umur
rencana bangunan 50 tahun adalah 2% (RN = 2%), atau gempa yang periode
ulangnya adalah 2500 tahun (TR = 2500 tahun). Akibat Gempa Kuat ini struktur
bangunan dapat mengalami kerusakan struktural yang berat, namun struktur harus
tetap berdiri dan tidak boleh runtuh sehingga korban jiwa dapat dihindarkan.
Gempa kuat akan menyebabkan struktur bangunan berperilaku tidak elastis, dengan
kerusakan struktur yang berat tetapi masih berdiri dan dapat diperbaiki.
Pada struktur yang bersifat getas (brittle), maka jika beban yang bekerja pada struktur
sedikit melampaui batas maksimum kekuatan elastisnya, maka struktur tersebut akan
patah atau runtuh. Pada struktur yang daktail (ductile) atau liat, jika beban yang ada
melampaui batas maksimum kekuatan elastisnya, maka struktur tidak akan runtuh, tetapi
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 20
struktur akan mengalami deformasi plastis (inelastic).
( ). Deformasi plastis adalah deformasi
yang apabila bebannya dihilangkan, maka deformasi tersebut tidak akan hilang. Pada
kondisi plastis ini struktur akan mengalami deformasi yang bersifat permanen, atau
struktur tidak dapat kembali kepada bentuknya yang semula. Pada struktur yang daktail,
meskipun terjadi deformasi
deformasi yang permanen, tetapi struktur tidak mengalami keruntuhan.
Pada kenyataannya, jika suatu beban bekerja pada struktur, maka pada tahap awal, struktur
akan berdeformasi secara elastis. Jika beban yang bekeja terus bertambah besar, maka
setelah batas elastis
tis dari bahan struktur dilampaui, struktur kemudian akan berdeformasi
secara plastis. Dengan demikian pada struktur akan terjadi deformasi elastis dan deformasi
plastis, sehingga jika beban yang bekerja dihilangkan, maka hanya sebagian saja dari
deformasi yang hilang (deformasi elastis = δe),
e), sedangkan sebagian deformasi akan bersifat
permanen (deformasi plastis = δp). p). Perilaku deformasi elastis dan plastis dari struktur
diperlihatkan pada Gambar 9 dan 10.
Beban gempa yang besar akan menyebabkan deformasi yang permanen dari struktur akibat
rusaknya elemen-elemen
elemen dari struktur seperti balok dan kolom. Pada kondisi seperti ini,
walaupun elemen-elemen
elemen struktur bangunan mengalami kerusakan, namun secara
keseluruhan struktur tidak mengalami keruntuhan.
δe
δe=0
V≠0
V=0
V≠0 V=0
Sendi Plastis
Energi gempa yang bekerja pada struktur bangunan, akan dirubah menjadi energi kinetik
akibat getaran dari massa struktur,
struktur, energi yang dihamburkan akibat adanya pengaruh
redaman dari struktur, dan energi yang dipancarkan oleh bagian-bagian
bagian struktur yang
mengalami deformasi plastis. Dengan demikian sistem struktur yang bersifat daktail dapat
membatasi besarnya energi gempa y yang
ang masuk pada struktur, sehingga pengaruh gempa
dapat berkurang. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor
penting yang dapat mempengaruhi besar kecilnya beban gempa yang bekerja pada
struktur bangunan adalah daktilitas struktur.
Agar struktur bangunan mempunyai kemampuan yang cukup dan tidak terjadi keruntuhan
pada saat terjadi Gempa Kuat, maka dapat dilakukan dua cara sbb. :
Kedua jenis mekanisme leleh atau terbentuknya sendi-sendi plastis pada struktur gedung
adalah :
Gambar 11 - Mekanisme leleh pada struktur gedung akibat beban gempa (a) Mekanisme
leleh pada balok, (b) Mekanisme leleh pada kolom
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 24
Pada perencanaan struktur daktail dengan metode Perencanaan Kapasitas, mekanisme
kelelehan yang dipilih adalah Beam Sidesway Mechanism, karena alasan-alasan sebagai
berikut :
1) Pada Column Sidesway Mechanism, kegagalan dari kolom pada suatu tingkat akan
mengakibatkan keruntuhan dari struktur bangunan secara keseluruhan (Gambar
12).
Gambar 12 – Terbentuknya sendi plastis pada struktur gedung akibat beban gempa.
2) Pada struktur dengan kolom-kolom yang lemah dan balok-balok yang kuat (Strong
Beam–Weak Column), deformasi akan terpusat pada tingkat-tingkat tertentu,
sehingga daktilitas yang diperlukan oleh kolom agar dapat dicapai daktilitas dari
struktur yang disyaratkan, sulit dipenuhi.
Tentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek gedung perkuliahan UDINUS
Semarang Jalan Imam Bonjol Semarang Jawa Tengah jika diketahui nilai N-SPT untuk titik
BH.2 sebagai berikut :
Tebal Lapisan
Lapisan ke i (GQ ) dalam Deskripsi Jenis Tanah Nilai N-SPT
meter
1 6,0 Lanau Kelempungan 12
2 8,0 Lempung sangat lunak 2
3 10,0 Lempung kaku 22
4 6,0 Lempung keras 55
5 10,0 Pasir padat 60
Jawab :
Profil tanah yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1 sampai ke- n dari
atas ke bawah, sehingga ada total n -lapisan tanah yang berbeda pada lapisan 30 m paling
atas tersebut. Nilai untuk lapisan tanah 30 m paling atas ditentukan sesuai dengan
perumusan berikut :
∑
∑
$
∑"!# ! = + c+ d+ e = 6 + 8 + 10 +6 = 30 meter
∑
= 30 / 5,06 = 5,924
∑
$
Untuk menentukan spektrum respon desain untuk lokasi proyek data yang diperlukan
adalah :
(percepatan batuan dasar pada perioda pendek) = 1,001 g
(percepatan batuan dasar pada perioda 1 detik) = 0,335 g
Faktor amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (01 ) = 0,9
Faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik (02 ) = 2,66
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda pendek ( 34 ) =01 = 0,901 g
Parameter spektrum respons percepatan pada perioda 1 detik ( 3 )= 02 = 0,891 g
4j
:; 0,2 = 0, 198 detik
4jk
4j
: = 0,989 detik
4jk
Untuk perioda yang lebih kecil dari :; , spektrum respons percepatan desain,
A
1 64 <0,4 ? 0,6 C; Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan :; dan lebih kecil
AB
dari atau sama dengan : , spektrum respons percepatan desain, 1 = 64 ; Untuk perioda
lebih besar dari : , spektrum respons percepatan desain, 1 6 9:.
T T Sa
(detik) (detik) (g)
0 0 0.24
T0 0.198 0.601
TS 0.989 0.601
TS+0.1 1.089 0.545
TS+0.2 1.189 0.500
TS+0.3 1.289 0.461
TS+0.4 1.389 0.428
TS+0.5 1.489 0.399
TS+0.6 1.589 0.374
TS+0.7 1.689 0.352
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 28
T T Sa
(detik) (detik) (g)
TS+0.8 1.789 0.332
TS+0.9 1.889 0.314
TS+1 1.989 0.299
TS+1.1 2.089 0.284
TS+1.2 2.189 0.271
TS+1.3 2.289 0.260
TS+1.4 2.389 0.249
TS+1.5 2.489 0.239
TS+1.6 2.589 0.229
TS+1.7 2.689 0.221
TS+1.8 2.789 0.213
TS+1.9 2.889 0.206
TS+2 2.989 0.199
TS+2.1 3.089 0.192
TS+2.2 3.189 0.186
TS+2.3 3.289 0.181
TS+2.4 3.389 0.175
TS+2.5 3.489 0.170
TS+2.6 3.589 0.166
TS+2.7 3.689 0.161
TS+2.8 3.789 0.157
TS+2.9 3.889 0.153
4 4 0.149
Proyek gedung perkuliahan UDINUS Semarang termasuk jenis pemanfaatan sebagai gedung
sekolah dan fasilitas pendidikan dengan kategori resiko IV dan faktor keutamaan (Ie) = 1,5.
Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek
( 64 ) adalah KDS D. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada perioda 1 detik ( 6 ) adalah KDS D. Sehingga kategori desain seismik berdasarkan
nilai 64 , 6 dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D.
Material yang dipilih beton bertulang dan sistem penahan-gaya seismik yang diijinkan
adalah sistem rangka pemikul momen - Rangka beton bertulang pemikul momen khusus
(SRPMK) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 8,0.
SNI 03-1726-2002
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Periode, T (detik)
Contoh 2.
Menentukan Spektrum respons desain dari situs puskim.pu.go.id
Jawab :
Untuk membuat spektrum respons desain dari situs puskim.pu.go.id dengan alamat lengkap
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/, pengisian lokasi proyek
dapat berdasarkan koordinat yang diklik dari peta lokasi (Gambar C.2.1).
atau dapat juga berdasarkan nama kota dengan pengetikan nama kota seperti pada Gambar
C.2.2.
Hasil Pembuatan kurva spektrum respons desain pada lokasi proyek dengan pengisian
koordinat lokasi pada Gambar C.2.3.
Hasil Pembuatan kurva spektrum respons desain pada lokasi proyek dengan pengisian
nama kota (Gambar C.2.4).
Perioda fundamental struktur (:) , tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batasan atas
pada perioda yang dihitung ( ) dari Tabel 14 dan perioda fundamental pendekatan, ( :1 ).
Sebagai alternatif pada pelaksanaan analisis untuk menentukan perioda fundamental
struktur, (: ), diijinkan secara langsung menggunakan perioda bangunan pendekatan, ( :1 ).
Perioda fundamental pendekatan ( :1 ), dalam detik, harus ditentukan dari persamaan
berikut :
:1 l . %"
m
(26)
dengan,
%" adalah ketinggian struktur, dalam (m), di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
dan koefisien l dan x ditentukan dari Tabel 15.
Tabel 14. Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Parameter percepatan respons spektral Koefisien
Koefisien F
desain pada 1 detik, 5DE
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
dengan,
N = jumlah tingkat.
dengan,
: = Perioda fundamental struktur yang diperoleh dari program analisis struktur.
Geser dasar seismik, V , dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut:
K M (21)
dengan,
= koefisien respons seismik
M = berat seismik efektif
4jk
y9 (22)
z{
dengan,
64 parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda pendek
R faktor modifikasi respons dalam Tabel 9
NO faktor keutamaan gempa dalam Tabel 2
Nilai yang dihitung sesuai dengan Persamaan 22 tidak perlu melebihi berikut ini:
4j
(23)
A<y9z C
{
Sebagai tambahan, untuk struktur yang berlokasi di daerah di mana sama dengan atau
lebih besar dari 0,6 g , maka harus tidak kurang dari:
;,€4
(25)
A<y9z C
{
dengan,
6 =parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1,0 detik,
T =perioda fundamental struktur (detik)
= parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan
Berat seismik efektif struktur, W, harus menyertakan seluruh beban mati dan beban
lainnya yang terdaftar di bawah ini:
Suatu reservoir air beton bertulang pada Gambar C.3.1, didesain memiliki kapasitas 20 m3
dengan mutu beton f’c=20 MPa.
MPa Reservoir direncanakan di lokasi proyek UDINUS pada
Contoh No.1. Reservoir air merupakan bagian dari intalasi air minum yang te tetap harus
berfungsi setelah terjadinya gempa. Berat kosong dari reservoir dan peralatan adalah 20
2
kN.. Reservoir air didukung oleh 4 kolom beton berukuran 0,40x0,40m
40m dengan tinggi 12 m
(diukur dari pile cap). Hitunglah
H beban gempa yang diperkirakan bekerja pada struktur
reservoir.
Reservoir
20 m3
Kolom
40x40cm
Balok
Pengaku
Pile Cap
Pondasi Tiang
Pancang
Jawab :
Kekakuan 1 kolom :
k = 3.(E.Ic)/L3 =3.( 2,1019x107. 0,002133)/ (12)3 = 77,836 kN/m
Kekakuan 4 kolom :
k = 4.(77,836) = 311,344 kN/m
Frekuensi getar (ω) dan waktu getar (T) dari struktur reservoir (dimodelkan sebagai
sistem SDOF), dihitung sebagai berikut :
… d ,dee
Frekuensi getar struktur : ƒ „ =„ = 3,758 rad./detik
' cc,;e
c†
Waktu getar struktur : : = (2. 3,14)/ 3,758 = 1,671 detik.
‡
Pada lokasi proyek UDINUS pada Contoh No.1, kategori desain seismik berdasarkan nilai
S‰Š , S‰ dan ketegori resiko adalah termasuk dalam KDS D. Namun demikian reservoir
diharapkan masih berfungsi pasca gempa, sehingga harus didesain tetap elastis (tidak boleh
mengalami kerusakan) saat terjadinya gempa. Sistem penahan-gaya seismik yang
digunakan adalah sistem rangka pemikul momen - Rangka beton bertulang pemikul momen
biasa (SRPMB) dengan koefisien modifikasi respons (R) = 3,0. Kategori resiko III - IŒ = 1,25.
1 . NO
K .M .M
P
0,352.1,25
K .M . 216,2
3
Geser dasar seismik , K 31,7 kN
0.7
Percepatan respon spektra Sa (g)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Periode, T (detik)
Setelah dihitung beban gempa yang diperkirakan bekerja pada struktur reservoir, untuk
selanjutnya dapat dibuat model struktur dan model pembebanan pada struktur untuk
keperluan analisis struktur.
Struktur bangunan gedung harus diklasifikasikan sebagai beraturan atau tidak beraturan
berdasarkan pada kriteria dalam pasal ini. Klasifikasi tersebut harus didasarkan pada
konfigurasi horisontal dan vertikal dari struktur bangunan gedung.
Ketidakberaturan horisontal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti
yang terdaftar dalam Tabel 10 harus dianggap mempunyai ketidakberaturan struktur
horisontal. Struktur-struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik sebagaimana
yang terdaftar dalam Tabel 10 harus memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal yang
dirujuk dalam tabel itu.
Ketidakberaturan vertikal
Struktur bangunan gedung yang mempunyai satu atau lebih tipe ketidakberaturan seperti
yang terdaftar dalam Tabel 11 harus dianggap mempunyai ketidakberaturan vertikal.
Struktur-struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik sebagaimana yang
terdaftar dalam Tabel 11 harus memenuhi persyaratan dalam pasal-pasal yang dirujuk
dalam tabel itu.
PENGECUALIAN:
1) Ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 1a, 1b, atau 2 dalam Tabel 11 tidak berlaku
jika tidak ada rasio simpangan antar lantai akibat gaya gempa lateral desain yang
nilainya lebih besar dari 130 persen rasio simpangan antar lantai tingkat diatasnya.
Pengaruh torsi tidak perlu ditinjau pada perhitungan simpangan antar lantai.
Hubungan rasio simpangan antar lantai tingkat untuk dua tingkat teratas struktur
bangunan tidak perlu dievaluasi;
2) Ketidakberaturan struktur vertikal Tipe 1a, 1b, dan 2 dalam Tabel 11 tidak perlu
ditinjau pada bangunan satu tingkat dalam semua kategori desain seismik atau
bangunan dua tingkat yang dirancang untuk kategori desain seismik B, C, atau D.
PENGECUALIAN Gaya yang dihitung menggunakan efek gaya gempa, termasuk faktor kuat
lebih sesuai pasal 7.4.3, tidak perlu diperbesar.
1b Ketidakberaturan torsi
berlebihan
didefinisikan ada jika
simpangan antar lantai
tingkat maksimum, torsi
yang dihitung termasuk tak
terduga, di sebuah ujung
struktur melintang
terhadap sumbu lebih dari
1,4 kali simpangan antar
lantai tingkat rata-rata di
kedua ujung struktur.
Persyaratan
ketidakberaturan torsi
berlebihan dalam pasal-
pasal referensi berlaku
hanya untuk struktur di
mana diafragmanya kaku
atau setengah kaku.
3. Ketidakberaturan
diskontinuitas diafragma
didefinisikan ada jika
terdapat diafragma dengan
diskontinuitas atau variasi
kekakuan mendadak,
termasuk yang mempunyai
daerah terpotong atau
terbuka lebih besar dari 50
persen daerah diafragma
bruto yang melingkupinya,
atau perubahan kekakuan
diafragma efektif lebih dari
50 persen dari suatu
tingkat ke tingkat
selanjutnya.
5. Ketidakberaturan sistem
nonparalel
didefninisikan ada jika
elemen penahan gaya
lateral vertikal tidak paralel
atau simetris terhadap
sumbu-sumbu ortogonal
utama sistem penahan gaya
gempa.
4 Diskontinuitas Arah
Bidang dalam
Ketidakberaturan
Elemen Penahan Gaya
Lateral Vertikal
didefinisikan ada jika
pegeseran arah bidang
elemen penahan gaya
lateral lebih besar dari
panjang elemen itu atau
terdapat reduksi
kekakuan elemen
penahan di tingkat di
bawahnya.
1,4D
1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)
1,2D + 1,6(Lr atau R) +(L atau 0,5R)
1,2D + 1,0W +L+0,5(Lr atau R)
1,2D + 1,0E + L
0,9D + 1,0W
0,9D + 1,0E
PENGECUALIAN Faktor beban untuk L pada kombinasi 3, 4, dan 5 boleh diambil sama
dengan 0,5 kecuali untuk ruangan garasi, ruangan pertemuan dan semua ruangan yang nilai
beban hidupnya lebih besar daripada 500 kg/m2.
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan
nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 5 dan 7.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
sebagai berikut:
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.
D
D+L
D + (Lr atau R)
D + 0,75L + 0,75(Lr atau R)
D + (0,6W atau 0,7E)
D + 0,75(0,6W atau 0,7E) +0,75L + 0,75(Lr atau R)
0,6D + 0,6W
0,6D + 0,7E
Bila beban air F bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan dengan
nilai faktor beban yang sama dengan faktor beban untuk beban mati D pada kombinasi 1
hingga 6 dan 8.
Bila beban tanah H bekerja pada struktur, maka keberadaannya harus diperhitungkan
sebagai berikut:
Bila adanya beban H memperkuat pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkanpengaruh H dengan faktor beban = 1;
Bila adanya beban H memberi perlawanan terhadap pengaruh variabel beban utama, maka
perhitungkan pengaruh H dengan faktor beban = 0,6 (jika bebannya bersifat permanen)
atau dengan faktor beban = 0 (untuk kondisi lainnya).
Pengaruh yang paling menentukan dari beban-beban angin dan seismik harus ditinjau,
namun kedua beban tersebut tidak perlu ditinjau secara simultan.
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 5 dalam pasal 4.2.2 (Kombinasi beban untuk
metoda ultimit )atau kombinasi beban 5 dan 6 dalam pasal 4.2.3 (Kombinasi beban untuk
metoda tegangan ijin), E harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 14 berikut:
E = • + •2 (14)
Untuk penggunaan dalam kombinasi beban 7 dalam pasal 4.2.2(Kombinasi beban untuk
metoda ultimit ) atau kombinasi beban 8 dalam pasal 4.2.3 (Kombinasi beban untuk metoda
tegangan ijin), E harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 15 berikut:
E = • - •2 (15)
dengan,
E = pengaruh beban gempa;
• = pengaruh beban gempa horisontal seperti didefinisikan dalam pasal 7.4.2.1;
•2 = pengaruh beban gempa vertikal seperti didefinisikan dalam pasal 7.4.2.2.
• Ž•• (16)
dengan,
•• = pengaruh gaya gempa horisontal dari V atau 0‘ . Jika disyaratkan dalam pasal 7.5.3 dan
pasal 7.5.4, pengaruh tersebut harus dihasilkan dari penerapan gaya horisontal secara
serentak dalam dua arah tegak lurus satu sama lain;
Ž = faktor redundansi, seperti didefinisikan dalam pasal 7.3.4.
Faktor redundansi, ’, harus dikenakan pada sistem penahan gaya gempa dalam masing-
masing kedua arah ortogonal untuk semua struktur. Nilai Ž diijinkan sama dengan 1,0
untuk struktur dirancang untuk kategori desain seismik B atau C. Untuk struktur yang
dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, Ž harus sama dengan 1,3 kecuali jika
satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, di mana Ž diijinkan diambil sebesar 1,0:
Tabel 12. Persyaratan untuk masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
gaya geser dasar.
Elemen penahan Persyaratan
gaya lateral
Kehilangan tahanan momen di sambungan balok ke kolom di kedua
ujung balok tunggal tidak akan mengakibatkan lebih dari reduksi kuat
Rangka pemikul
tingkat sebesar 33 persen, atau sistem yang dihasilkan tidak mempunyai
momen
ketidakteraturan torsi yang berlebihan (ketidakteraturan struktur
horisontal Tipe 1b).
Pengaruh beban gempa vertikal, •2 , harus ditentukan sesuai dengan Persamaan 17 berikut:
•2 0,2 64 “ (17)
dengan,
64 = parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda pendek yang diperoleh
dari pasal 6.10.4
D =pengaruh beban mati.
Faktor beban pada L dalam kombinasi 5 diijinkan sama dengan 0,5 untuk semua hunian di
mana besarnya beban hidup merata kurang dari atau sama dengan 5 kN/m2, dengan
pengecualian garasi atau ruang pertemuan;
Faktor beban pada H harus ditetapkan sama dengan nol dalam kombinasi 7 jika aksi
struktur akibat H berlawanan dengan aksi struktur akibat E . Jika tekanan tanah lateral
memberikan tahanan terhadap aksi struktur dari gaya lainnya, faktor beban tidak boleh
dimasukkan dalam H tetapi harus dimasukkan dalam tahanan desain.
Jika disyaratkan secara spesifik seperti pada Gambar 14, kondisi yang mensyaratkan
penerapan faktor kuat-lebih harus ditentukan sesuai dengan pasal 7.4.3 tentang
pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat-lebih.
Arah penerapan beban gempa yang digunakan dalam desain harus merupakan arah yang
akan menghasilkan pengaruh beban paling kritis. Arah penerapan gaya gempa diijinkan
untuk memenuhi persyaratan ini prosedur untuk kategori desain seismik B :
Untuk struktur bangunan yang dirancang untuk kategori desain seismik B, gaya gempa
desain diijinkan untuk diterapkan secara terpisah dalam masing-masing arah dari dua arah
ortogonal dan pengaruh interaksi ortogonal diijinkan untuk diabaikan.
Pembebanan yang diterapkan pada struktur bangunan yang dirancang untuk kategori
desain seismik C harus, minimum, sesuai dengan persyaratan untuk kategori desain seismik
B.
Struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus, minimum, sesuai
dengan persyaratan untuk kategori desain seismik C. Sebagai tambahan, semua kolom atau
dinding yang membentuk bagian dari dua atau lebih sistem penahan gaya gempa yang
berpotongan dan dikenai beban aksial akibat gaya gempa yang bekerja sepanjang baik
sumbu denah utama sama atau melebihi 20 persen kuat desain aksial kolom atau dinding
harus didesain untuk pengaruh beban paling kritis akibat penerapan gaya gempa dalam
semua arah. Prosedur kombinasi ortogonal, diijinkan untuk digunakan untuk memenuhi
persyaratan ini.
Jumlah ragam
Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur. Analisis
harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam
terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam masing-masing arah
horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain (∆) harus dihitung sebagai perbedaan
defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Lihat Gambar 5.
Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diijinkan untuk menghitung
defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa tingkat di atasnya.
Bagi struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik C,D, E atau F yang memiliki
ketidakberaturan horisontal Tipe 1a atau 1b pada Tabel 10, simpangan antar lantai desain,
∆ , harus dihitung sebagai selisih terbesar dari defleksi titik-titik di atas dan di bawah
tingkat yang diperhatikan yang letaknya segaris secara vertikal, di sepanjang salah satu
bagian tepi struktur.
Defleksi pusat massa di tingkat x (δ— ) (mm) harus ditentukan sesuai dengan persamaan
berikut :
dengan,
= faktor amplifikasi defleksi dalam Tabel 9.
˜mO =defleksi pada lokasi yang disyaratkan pada pasal ini yang ditentukan dengan analisis
elastis.
NO =faktor keutamaan gempa.
Batasan simpangan antar lantai tingkat. Simpangan antar lantai tingkat desain (∆) seperti
ditentukan dalam pasal 7.8.6, 7.9.2, atau 12.1, tidak boleh melebihi simpangan antar lantai
tingkat ijin (∆1 )seperti didapatkan dari Tabel 16 untuk semua tingkat.
langit-langit, dan sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar lantai
tingkat. Persyaratan pemisahan struktur dalam pasal7.12.3 tidak diabaikan.
d Struktur di mana sistem struktur dasar terdiri dari dinding geser batu bata yang didesain sebagai elemen
vertikal kantilever dari dasar atau pendukung fondasinya yang dikontruksikan sedemikian agar penyaluran
momen diantara dinding geser (kopel) dapat diabaikan.
Untuk sistem penahan gaya gempa yang terdiri dari hanya rangka momen pada struktur
yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F, simpangan antar lantai tingkat
desain (∆) tidak boleh melebihi ∆1 / Ž untuk semua tingkat. Ž = faktor redundansi.
Semua bagian struktur harus didesain dan dibangun untuk bekerja sebagai satu kesatuan
yang terintegrasi dalam menahan gaya-gaya gempa kecuali jika dipisahkan secara
struktural dengan jarak yang cukup memadai untuk menghindari benturan yang merusak.
Pemisahan harus dapat mengakomodasi terjadinya perpindahan respons inelastik
maksimum (δ› ). δ› harus dihitung pada lokasi kritis dengan mempertimbangkan
perpindahan translasi maupun rotasi pada struktur, termasuk pembesaran torsi (bila ada),
dengan menggunakan persamaaan dibawah ini :
” ™&œš
˜3 (42)
z{
Keterangan:
δ•ž— adalah perpindahan elastik maksimum pada lokasi kritis.
Keterangan:
˜3 dan ˜3c adalah perpindahan respons inelastik maksimum pada struktur-struktur
bangunan yang bersebelahan di tepi-tepi yang berdekatan. Struktur bangunan harus
diposisikan berjarak paling tidak sejauh ˜3 dari garis batas kepemilikan tanah.
PENGECUALIAN Jarak pemisahan yang lebih kecil diijinkan jika hal ini dapat dibuktikan
oleh analisis yang rasional berdasarkan respons inelastik terhadap gerak tanah rencana
akibat gempa.
Struktur bangunan gedung terdiri dari struktur atas dan bawah. Struktur atas adalah
bagian dari struktur bangunan gedung yang berada di atas muka tanah. Struktur bawah
adalah bagian dari struktur bangunan gedung yang terletak di bawah muka tanah, yang
dapat terdiri dari struktur besmen, dan/atau struktur pondasinya.
Pondasi harus didesain untuk menahan gaya yang dihasilkan dan mengakomodasi
pergerakan yang disalurkan ke struktur oleh gerak tanah desain. Sifat dinamis gaya, gerak
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 57
tanah yang diharapkan, dasar desain untuk kekuatan dan kapasitas disipasi energi struktur,
dan properti dinamis tanah harus disertakan dalam penentuan kriteria desain pondasi.
Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan struktur bawah
dari suatu struktur gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh gempa rencana secara
terpisah, di mana struktur atas dapat dianggap terjepit lateral pada besmen. Selanjutnya
struktur bawah dapat dianggap sebagai struktur tersendiri yang berada di dalam tanah
yang dibebani oleh kombinasi beban-beban gempa yang berasal dari struktur atas, beban
gempa yang berasal dari gaya inersia sendiri, gaya kinematik dan beban gempa yang
berasal dari tanah sekelilingnya. Pada gedung tanpa besmen, taraf penjepitan lateral
struktur atas dapat dianggap terjadi pada lantai dasar/muka tanah. Apabila penjepitan
tidak sempurna dari struktur atas gedung pada struktur bawah diperhitungkan, maka
struktur atas gedung tersebut harus diperhitungkan terhadap pengaruh deformasi lateral
maupun rotasional dari struktur bawahnya.
Struktur bawah tidak boleh gagal dari struktur atas. Desain detail kekuatan (strength)
struktur bawah harus memenuhi persyaratan beban gempa rencana berdasarkan
Kombinasi beban untuk metoda ultimit.
Analisis deformasi dan analisis lain seperti likuifaksi, rambatan gelombang, penurunan total
dan diferensial, tekanan tanah lateral, deformasi tanah lateral, reduksi kuat geser, reduksi
daya dukung akibat deformasi, reduksi daya dukung aksial dan lateral pondasi tiang,
pengapungan (flotation) struktur bawah tanah, dan lain-lain, dapat dilakukan sesuai
dengan persyaratan beban kerja (working stress) yang besarnya minimum sesuai dengan
Kombinasi beban untuk metoda tegangan ijin.
Pengikat pondasi
Pur (pile-cap) tiang individu, pier bor, atau kaison harus dihubungkan satu sama lain
dengan pengikat. Semua pengikat harus mempunyai kuat tarik atau tekan desain paling
sedikit sama dengan gaya yang sama dengan 10 persen 64 kali beban mati terfaktor
ditambah beban hidup terfaktor pur tiang atau kolom yang lebih besar kecuali jika
ditunjukkan bahwa kekangan ekivalen akan disediakan oleh balok beton bertulang dalam
pelat di atas tanah atau pelat beton bertulang di atas tanah atau pengekangan oleh batu
yang memenuhi syarat, tanah kohesif keras, tanah berbutir sangat padat, atau cara lainnya
yang disetujui.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 58
Persyaratan pengangkuran tiang
Sebagai tambahan pada persyaratan pasal 7.13.5.3, pengangkuran tiang harus sesuai
dengan pasal ini. Desain pengangkuran tiang ke dalam pur (pile-cap) tiang harus
memperhitungkan pengaruh gaya aksial terkombinasi akibat gaya ke atas dan momen
lentur akibat penjepitan pada pur (pile-cap) tiang. Untuk tiang yang disyaratkan untuk
menahan gaya ke atas atau menyediakan kekangan rotasi, pengangkuran ke dalam pur
(pile-cap) tiang harus memenuhi hal berikut ini:
Dalam kasus gaya ke atas, pengangkuran harus mampu mengembangkan kekuatan sebesar
yang terkecil di antara kuat tarik nominal tulangan longitudinal dalam tiang beton, atau
kuat tarik nominal tiang baja, atau 1,3 kali tahanan cabut tiang, atau gaya tarik aksial yang
dihasilkan dari pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat-lebih berdasarkan pasal 7.4.3.
Tahanan cabut tiang harus diambil sebagai gaya friksi atau lekatan ultimat yang dapat
disalurkan antara tanah dan tiang ditambah dengan berat tiang dan pur;
Dalam kasus kekangan rotasi, pengangkuran harus didesain untuk menahan gaya aksial dan
geser dan momen yang dihasilkan dari pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat lebih
dari pasal 7.4.3, atau harus mampu mengembangkan kuat nominal aksial, lentur, dan geser
penuh dari tiang.
Tiang miring
Tiang miring dan sambungannya harus mampu menahan gaya dan momen dari kombinasi
beban dengan faktor kuat-lebih dari pasal 7.4.3.2. Jika tiang vertikal dan miring bekerja
sama untuk menahan gaya pondasi sebagai kelompok, gaya ini harus didistribusikan pada
tiang individu sesuai dengan kekakuan horisontal dan vertikal relatifnya dan distribusi
geometri tiang dalam kelompok.
PENGECUALIAN Sambungan lewatan harus didesain untuk menahan gaya-gaya aksial dan
geser serta momen lentur dari pengaruh beban gempa, termasuk faktor kuat-lebih
berdasarkan pasal 7.4.3.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 59
Interaksi tiang-tanah
Momen, geser dan defleksi lateral tiang yang digunakan untuk desain harus ditentukan
dengan meninjau interaksi tiang dan tanah. Jika rasio kedalaman pembenaman tiang
terhadap diameter atau lebar tiang kurang dari atau sama dengan 6 (enam), tiang diijinkan
untuk diasumsikan kaku secara lentur terhadap tanahnya.
Persyaratan pendetailan tambahan untuk tiang baja dalam kategori desain seismik D
sampai F
Sebagai tambahan pada persyaratan pondasi yang ditetapkan di awal dalam pasal 7.1.5 dan
7.13, perancangan dan pendetailan tiang H harus memenuhi persyaratan yang berlaku, dan
sambungan antara penutup tiang dan tiang baja atau tiang pipa baja tak berisi dalam
struktur yang dirancang untuk kategori desain seismik D, E, atau F harus dirancang untuk
gaya tarik tidak kurang dari 10 persen kapasitas tekan tiang.
PENGECUALIAN Kapasitas tarik sambungan tidak perlu melebihi kuat yang diperlukan
untuk menahan pengaruh beban gempa termasuk faktor kuat lebih pasal 7.4.3.2 atau pasal
8.2.2.2. Sambungan tidak perlu disediakan jika pondasi atau struktur pendukung tidak
tergantung pada kapasitas tarik pile untuk stabilitas di bawah gaya gempa desain.
Pengangkuran tiang
Semua tiang beton dan tiang pipa terisi beton harus dihubungkan dengan penutup tiang
dengan menanam tulangan pipa dalam penutup tiang dengan jarak sama dengan panjang
penyaluran seperti ditetapkan dalam pasal 7.14.2.2 tata cara ini atau oleh penggunaan
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 60
pasak yang dipasang di lapangan yang diangkur dalam tiang beton. Untuk batang tulangan
ulir, panjang penyaluran adalah panjang penyaluran penuh untuk tekan atau tarik, dalam
kasus gaya angkat, tanpa reduksi panjang untuk daerah yang terpengaruh.
Sengkang atau spiral dan pengikat harus dihentikan dengan kait gempa seperti
didefinisikan dalam ketentuan umum peraturan konstruksi beton. Bila panjang minimum
untuk tulangan atau penerusan tulangan pengekangan berspasi rapat disyaratkan di ujung
atas tiang, harus dibuat ketentuan agar panjang yang ditetapkan atau penerusan tersebut
dipertahankan setelah pemotongan tiang.
Panjang tiang minimum yang ditulangi harus diambil sebagai yang lebih besar dari:
PENGECUALIAN Pembungkus logam yang dilas spiral dengan ketebalan tidak kurang dari
diameter No. 14 dapat dipertimbangkan sebagai tersedianya pengekangan beton ekivalen
dengan pengikat tertutup atau spiral ekivalen yang disyaratkan pada tiang beton tanpa
pembungkus, asalkan pembungkus logam cukup dilindungi terhadap aksi yang mungkin
Bila tiang beton digunakan dalam kelas situs SE atau SF, tiang tersebut harus mempunyai
tulangan transversal sesuai dengan tata cara yang berlaku dalam tujuh kali diameter tiang
dari penutup tiang dan dari permukaan kontak antara lapisan yang keras atau teguh dan
lapisan yang berpotensi likuifaksi atau berupa lapisan lempung lunak atau lempung
setengah teguh.
Panjang tiang bertulangan minimum harus diambil yang lebih besar dari:
1. Setengah panjang tiang.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies 62
2. Sejarak 3 m.
3. Tiga kali diameter tiang
4. Panjang lentur tiang, di mana harus diambil sebagai panjang dari sisi bawah penutup
tiang sampai suatu titik di mana momen retak penampang beton dikalikan dengan
faktor tahanan 0,4 melebihi momen terfaktor perlu di titik tersebut.
Sebagai tambahan, untuk tiang yang berlokasi dalam kelas situs SE atau SF, tulangan
longitudinal dan tulangan pengekangan tranversal, seperti dijelaskan di atas, harus
menerus sepanjang tiang.
Bila tulangan tranversal disyaratkan, pengikat tulangan tranversal harus minimum batang
tulangan ulir D10 untuk tiang sampai dengan diameter 500 mm dan batang tulangan ulir
D13 untuk tiang dengan diameter lebih besar.
Dalam kelas situs SA sampai SD, tulangan longitudinal dan tulangan pengekangan
tranversal, seperti didefiniskan di atas, juga harus menerus dengan minimum tujuh kali
diameter tiang di atas dan di bawah permukaan kontak lapisan lempung teguh,lunak
sampai setengah teguh atau lapisan yang dapat mencair (liquefiable) kecuali tulangan
tranversal tidak ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum harus diijinkan untuk
menggunakan rasio tulangan spiral transversal dengan tidak kurang dari setengah yang
disyaratkan dalam tata cara yang berlaku. Spasi penulangan tranversal yang tidak
ditempatkan dalam panjang bertulangan minimum diijinkan untuk ditingkatkan, tetapi
harus tidak melebihi dari yang terkecil dari berikut ini:
Define|Analysis Cases
Jika ingin menggunakan joint masses yang dipasang secara manual pada titik pusat massa
maka gunakan Assign | Joint | Masses. Setting Define | Mass Source adalah From Element
and Additional Masses. Mass per unit volume = 0 pada menu Material Property Data.
Syarat :
1) Kombinasi respons untuk geser dasar ragam (Kl ) harus lebih besar 85 persen dari
geser dasar yang dihitung (V) menggunakan prosedur gaya lateral ekivalen.
Suatu bangunan gedung perkuliahan 5 lantai (4 tingkat) dari beton bertulang dengan
konfigurasi struktur seperti pada Gambar C.4.1, dimodelkan sebagai frame 2 Dimensi pada
Gambar C.4.2 direncanakan dibangun di kota Semarang.
Dari hasil evaluasi awal untuk analisis struktur terhadap beban gempa dengan
menggunakan SNI Gempa 2012, didapatkan data-data perencanaan sbb. :
a) Lokasi bangunan termasuk kelas situs SE (kondisi tanah lunak) dengan nilai N < 15.
b) Bangunan digunakan sebagai gedung untuk fasilitas pendidikan dengan kategori
resiko IV dengan Faktor Keutamaan Gempa ( Ie ) = 1,5.
c) Berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda pendek ( 64 ) dan perioda
1 detik ( 6 ), bangunan gedung termasuk dalam Kriteria Desain Seismik (KDS) : D.
d) Sistem penahan gaya gempa yang diijinkan adalah Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK), dengan Koefisien Modifikasi Respons (R) = 8,0.
6m Z D40 40x40
T
X
6m 6m
Beban gempa yang bekerja pada struktur dihitung dengan Metode Analisis Dinamik
Ragam Respon Spektrum, dengan meninjau 4 ragam getar (mode shape) dari struktur.
Diagram Respon Spektrum untuk wilayah Semarang dengan kondisi tanah lunak,
diperlihatkan pada Gambar C.4.3.
0.7
Percepatan respon spektra Sa (g)
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Periode, T (detik)
Gambar C.4.3. Respon Spektrum Gempa wilayah Semarang untuk kondisi tanah lunak
Tabel Respon Spektrum Gempa untuk wilayah Kota Semarang dengan kondisi tanah lunak,
bedasarkan standart gempa SNI 1726 : 2012, adalah sebagai berikut :
dimana
D : Beban Mati, L : Beban Hidup, V : Beban Gempa, Ie (Faktor Keutamaan) = 1,5;
R (Koefisien Modifikasi Respon) = 8.
a) Konfigurasi Struktur
Kolom tepi tingkat 1 s/d 4 : (40x40) cm, kolom tengah tingkat 1 s/d 4 merupakan
kolom bulat dengan diameter 40 cm, ukuran semua balok : (50x30) cm, tebal semua
pelat 12 cm. Jarak antara portal struktur 5 meter.
Mutu beton : fc’ = 25 MPa (K.300), dengan modulus elastisitas : Ec = 235000 kg/cm2.
b) Pembebanan Struktur
Beban mati (Dead Load), terdiri dari penutup lantai dan penggantung = 100 kg/m2
(belum termasuk berat sendiri struktur), beban dinding = 100 kg/m’ untuk setiap
tinggi 1 meter (bata ringan). Beban mati pada balok akibat berat pelat, berat penutup
lantai dan plafon, berat dinding :
Beban hidup (Live Load) pada struktur diperhitungkan sebesar q = 250 kg/m2,
Untuk perhitungan beban gempa, digunakan koefisien reduksi 0,25. Beban hidup
merata pada balok akibat beban hunian :
Beban terpusat akibat beban mati dan beban hidup pada titik berat lantai gedung :
Berat balok = (0,5 x 0,3) x 12 x 2400 = 4320 kg
wD = (2340 x 12) + 4320 = 32400 kg
wL = (1250 x 12) = 15000 kg
Beban terpusat pada titik berat lantai gedung W = 32400 + 0,25 x (15000) = 36150 kg
Pada kotak sistem satuan yang tersedia, pilih sistem satuan yang digunakan di dalam
analisis struktur (pd contoh perhitungan ini, digunakan sistem satuan : Kgf-cm-C).
Dari menu File, pilih New Model. Pada kotak New Model Initialization, pilih sistem satuan
yang digunakan yaitu Kgf, cm, C.
Klik OK.
Masukan data ini, akan menghasilkan struktur portal 4 lantai dengan ketinggian masing-
masing
masing tingkat 400 cm (Gambar C.4.6, Kiri)
Untuk mendapatkan tinggi tingkat dari lantai satu sama dengan 600 cm, maka perlu
dilakukan perubahan koordinat arah Z dari joint
joint-joint
joint di tumpuan (Gambar C.4.6, Kanan)
Perubahan koordinat dilakukan dengan cara : klik semua joint pada tumpuan. Pilih menu
Edit dan Move.. Pada kotak Move Selected Point masukan data :
Change coordinate by :
Delta X = 0
Delta Y = 0
Delta Z = -200
Dari menu Define, pilih Material , Pada kotak Define Material,, pilih CONC, klik Modify/Show
Material. Pada kotak Material Property Data masukkan data material :
Klik OK.
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies 103
C.4. Data masukan untuk material beton (Concrete)
Gambar C.4.7.
Dari menu Define, pilih Frame Sections untuk menampilkan kotak Frame Properties. Pada
kotak Choose Add klik Add Rectangular,, kemudian klik Add New Property.
ose Property Type for Add,
Pada kotak Rectangular Section,
Section, masukkan dimensi balok 50/30 cm, sbb. :
Klik balok-balok
balok dari struktur. Pilih menu Assign, kemudian Frame/Cable dan Frame
Sections. Pada kotak Frame Properties pilih B50x30, klik OK.
Klik kolom-kolom
kolom tepi dari struktur (kolom ukuran 40/40 cm). Pilih menu Assign,
kemudian Frame/Cable dan Frame Sections. Pada kotak Frame Properties pilih K40x40, klik
OK.
Klik kolom tengah dari struktur (kolom diameter 40 cm). Pilih memenu Assign, kemudian
Frame/Cable dan Frame Sections.
Sections Pada kotak Frame Properties pilih D40, klik OK.
Klik joint-joint
joint yang merupakan tumpuan pada struktur. Pilih menu Assign, kemudian Joint
dan Restraints.. Di dalam kotak Joint Restraints, pada Fast Restraints
Restraints, klik tumpuan jepit, klik
OK.
Data pembebanan dari beban mati, beban hidup, dan beban gempa dimasukkan secara
terpisah pada program komputer. Untuk itu perlu didefinisikan kasus pembebanan ((load
cases) untuk beban mati (DEAD), beban hidup (LIVE) dan beban gempa (QUAKE).
Response
ponse Combination Name : COMB1
Combination Type : Linear Add
balok pada lantai 1 yang akan dibebani mati q = 23,4 kg/cm. Pilih menu Assign,
Klik balok-balok
klik Frame/Cable Loads, klik Distributed. Pada Frame Distributed Loads, masukkan data
beban :
Klik balok-balok
balok pada lantai 1 yang akan dibebani hidup q = 12,5 kg/cm. Pilih menu Assign,
klik Frame/Cable Loads, klik Distributed. Pada Frame Distributed Loads, masukkan data
beban :
Pada Uniform Load masukkan beban, Load = -12.5, kemudian klik OK.
Untuk analisis beban gempa, terlebih dahulu disusun fungsi dari Respon Spektrum yang
akan digunakan, dengan menu Define, Function, dan Response Spectrum
Spectrum. Pada Define
Respons Spectrum Function di kotak Choose Function Type to Add pilih User Spectrum dan
klik Add New Function.
Gambar C.4.16. Fungsi spektrum respon wilayah Semarang untuk kondisi tanah lunak.
Untuk melakukan analisis dinamik, diperlukan data masukan berupa massa dari setiap
lantai struktur.
r. Salah satu model struktur yang sering digunakan untuk keperluan analisis
dinamik adalah model massa terpusat (lump mass model). ). Dengan menggunakan model
ini, massa dari suatu lantai bangunan dipusatkan pada titik berat lantainya.
Klik joint 7, kemudian klik menu Assign, Joint, dan Masses. Pada kotak Joint Masses
masukkan data sbb. (lihat Gambar C.4.19) :
Gambar C.4.19.
C.4. Data masukan untuk massa terpusat
erpusat pada lantai 2
Pilih menu Analyze,, klik Set Analysis Options Analysis.. Pada kotak Analysis Options pilih
Plane Frame (XZ Plane),, klik OK. Pilih menu Analyze, klik Run Analysis.
Analysis
Gambar C.4.22.
C.4. Data masukan untuk analisis struktur 2 dimensi
Gambar C.4.24.. Bidang momen lentur untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton-m)
(ton
Gambar C.4.26. Bidang gaya geser untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton
(ton-m
Aplikasi SNI Gempa 1726:2012
1726:20 for Dummies 118
Gambar C.4.27. Bidang gaya geser untuk
untuk kombinasi Pembebanan Sementara (ton-m)
(ton
Gambar C.4.28.. Bidang gaya normal (aksial) untuk kombinasi Pembebanan Tetap (ton-m
(ton
LAMPIRAN 2
ASCE, 2010, ASCE Standard ASCE/SEI 7-10 : Minimum design loads for buildings and other
structures, ASCE.
BSN, 2012, SNI 1726:2012 : Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung, Badan Standardisasi Nasional.
FEMA, 2007, NEHRP Recommended Provisions for New Buildings and Other Structures :
Training and Instructional Materials FEMA 451B / Juni 2007
FEMA, 2009, NEHRP Recommended Seismic Provisions for New Buildings and Other
Structures FEMA P-750 / 2009 Edition
FEMA, 2012, 2009 NEHRP Recommended Seismic Provisions: Design Examples FEMA P-
751 / September 2012.
Indarto, H., 2005, Buku Ajar Mekanika Getaran dan Rekayasa Gempa, Jurusan Teknik SIpil
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kukuh C. Adi Putra, salah satu alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini sejak semester awal
telah terlihat ketertarikannya untuk mendalami topik bangunan
gedung tahan gempa. Juara I lomba Earthquake Resistance Building
Competition (ERBC) tingkat nasional di Universitas Pelita Harapan
Tangerang pada tahun 2012 bersama 2 anggota timnya berhasil
menyisihkan 18 tim dari berbagai Universitas di Indonesia. Pada tahun
2013 menyelesaikan tugas akhir dengan topik perbandingan anggaran
biaya menggunakan SNI Gempa 2002 dan SNI Gempa 2012 pada
gedung rumah sakit RSUD kota Semarang. Kukuh C. Adi Putra dapat
dihubungi melalui E-mail : kukuhcadiputra@ymail.com.