PENDAHULUAN
Nyctalopia atau biasa dikenal sebagai buta senja merupakan suatu kondisi sehingga sulit
atau tidak dapat untuk melihat dalam cahaya redup. Buta senja bisa terjadi sejak lahir atau
disebabkan oleh malnutrisi, merupakan gejala yang dapat ditemukan pada beberapa penyakit.
Penyakit-ptnyakit tersebut termasuk defisiensi vitamin A, retinitis pigmentosa, kongenital miopia
berat, rabun senja kongenital dan penyakit Oguchi.
Retinitis pigmentosa merupakan penyebab paling sering terjadinya penglihatan buta
senja, sebuah gangguan dimana sel-sel rod di retina secara bertahap kehilangan kemampuan
untuk berespon terhadap cahaya. Pasien yang menderita secara genetik mengalami rabun senja
yang progresif dan akhirnya penglihatan siang hari mereka mungkin juga akan
terganggu. Sedangkan pada buta senja kongenital yang X linked, sejak lahir sel-sel rodnya tidak
bekerja sama sekali, atau bekerja sangat sedikit, tapi gejalanya tidak bertambah berat. Penyebab
lain dari rabun senja adalah kekurangan retinol , atau vitamin A.
Pemahaman tentang mekanisme adaptasi gelap merupakan hal penting dalam
menjelaskan terjadinya fisiologi penglihatan pada malam hari atau cahaya redup dan
patofisiologi buta senja.
Kata Kunci: Nyctalopia, retinitis pigmentosa, sel rod, defisiensi vitamin A.
TIU : Diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami patofisiologi buta senja.
TIK :
1. Diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sel rod.
2. Diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami mekanisme adaptasi gelap.
3. Diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami gambaran klinis buta senja.
4. Diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami perbedaan buta senja yang dapat diterapi
dan yang tidak dapat diterapi.
5. Diharapkan mahasiswa mengetahui dan memahami terapi dari defisiensi vitamin A.
6. Diharapkan mahasiswa dapat menentukan prognosis dari buta senja.
7. Diharapkan mahasiswa dapat memberikan edukasi pada masyarakat mengenai buta senja.
Sel Rod
Sel rod berbentuk ramping dengan panjang sekitar 100-120 µm. Sel fotoreseptor rod terdiri dari
segmen luar yang mengandung banyak disk yang bentuknya menyerupai tumpukan uang koin. Segmen
luar disusun oleh 600 sampai 1000 tumpukan disk. Setiap disk sebenarnya merupakan kantong datar yang
dibentuk oleh membran lipid. Lobulus terletak pada tepi disk dan menyatu satu dengan yang lainnya oleh
filamen, yang menghubungkan satu disk dengan disk yang lainnya dan ke membran plasma yang
menutupinya. 1/3 proksimal segmen luar ditutupi oleh penonjolan dari segmen dalam yang disebut kaliks,
sementara bagian distalnya ditutupi mikrovili dari sel RPE. Hanya bagian sentral dari segmen luar yang
tidak ditutupi oleh sitoplasma.(2,5,11,12)
Segmen luar sel rod terutama berfungsi untuk menangkap photon dan terdiri dari seluruh molekul
yang dibutuhkan untuk mengkonversi cahaya menjadi sebuah impuls elektrik. Molekul pigmen yang
bertanggung jawab untuk menangkap cahaya yaitu rhodopsin, yang terletak pada membran disk.
Rhodopsin juga ditemukan pada membran plasma yang menutupi disk, tetapi dalam jumlah yang lebih
kurang dibandingkan dengan yang terdapat pada membran disk. Rhodopsin terdiri dari opsin dan
kromofom, 11-cis-retinal, yang merupakan derivat vitamin A.(2)
Segmen dalam sel rod dibagi menjadi 2 elemen tambahan, yaitu elipsoid di sebelah luar yang
mengandung mitokondria yang berperan dalam sintesis adenosine triphosphate (ATP), dan mioid di
sebelah dalam yang mengandung banyak glikogen. Myoid akan berlanjut dengan badan sel dimana
nukleus berada. Bagian dalam sel terdiri dari badan sinaptik, atau spherule, yang mengandung banyak
vesikel presinaptik dan bersinaps dengan dendrit sel bipolar.(3,4,9)
Aktivasi fototransduksi
Rhodopsin yang telah teraktivasi merangsang molekul kedua, transdusin, dengan cara
menukar guanosin difosfat (GDP) dengan guanosin trifosfat (GTP). Satu moloekul rhodopsin
dapat mengaktifkan seratus molekul transdusin, sehingga memperkuat reaksi. Transduksin yang
Klasifikasi
Penyebab buta senja dibedakan menjadi dua kategori, dapat diterapi dan tidak dapat diterapi:
Penyebab yang dapat diterapi:
1. Katarak
2. Kongenital Miop Berat
3. Akibat menggunakan obat tertentu
4. Defisiensi vitamin A
Penyebab yang tidak dapat diterapi:
1. Kongenital defek.
2. Retinitis Pigmentosa
Diagnosis
Sangatlah penting untuk melakukan pemeriksaan mata yang lengkap sehingga dapat
menentukan penyebab buta senja, yang mungkin dapat diterapi. Misalnya dengan memakai
kacamata atau dengan operasi katarak atau apakah buta senja disebabkan oleh penyakit yang
tidak dapat diobati. Pertanyaan yang dapat diberikan pada saat anamnesis yaitu: berat buta senja
yang dialami?, sejak kapan?, apakah terjadi perlahan-lahan atau tiba-tiba?, apakah terjadi
sepanjang hari?, apakah dengan menggunakan kacamata penglihatan malamnya membaik?,
apakah pernah melakukan operasi mata?, sedang meminum obat apa?, bagaimana makananmu?,
apakah barusan mengalami cedera pada mata atau kepala anda?, apakah terdapat riwayat
diabetes pada keluarga?, apakah terdapat gangguan penglihatan lainnya?, apakah ada gejala
penyerta lainnya?, apakah anda sedang mengalami stres, cemas atau takut akan kegelapan?
Penatalaksanaan
Terapi secara oral merupakan metode terapi yang direkomendasikan. Tetapi, apabila
terjadi muntah-muntah yang berulang dan diare yang berat, maka dianjurkan diberikan dengan
metode injeksi intramuskular. WHO merekomendasikan jadwal pemberian sebagai berikut:
1. Semua pasien diatas umur 1 tahun (kecuali wanita usia reproduktif): 200.00 IU vitamin A
secara oral atau 100.00 IU injeksi intramuskular segera diberikan setelah terdiagnosis dan
diulangi besoknya dan empat minggu kemudian.
2. Anak-anak dibawah 1 tahun dan semua anak yang beratnya kurang dari 8 kg harus
diterapi dengan dosis setengah dari dosis yang diberikan pada pasien yang berumur lebih
dari 1 tahun.
3. Wanita usia reproduktif, hamil atau tidak:
(a) mengalami buta senja (XN), xerosis konjungtiva (X1A) dan Bitot’s spot (X1B) harus
diterapi dengan dosis 10.000IU vitamin A secara oral, setiap hari selama 2
minggu.should be treated with a daily dose of 10,000 IU of vitamin A orally (1 sugar
coated tablet) for 2 weeks.
(b) yang mengalami kornea xerofthalmia, direkomendasikan untuk diberikan jadwal dosis
penuh (seperti dosis pasien umur diatas 1 tahun)
Edukasi
Karena menentukan penyebab dari buta senja adalah sangat penting maka pasien diminta
memeriksakan matanya secara lengkap. Begitu pula dengan keluarganya apabila dicurigai
penyebab dari buta senjanya akibat kelainan genetik. Sangat penting pula mengedukasi pasien
buta senja untuk tidak membawa kendaraan pada malam hari karena dapat mengancam jiwa. Dan
segera melakukan terapi pada pasien buta senja akibat defisiensi vitamin A karena gejalanya
bukan hanya buta senja, bahkan terdapat gejala dan komplikasi yang irreversibel.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chibis,W.G, Hillary A.B, James, J.T., John, S.B., Karla J., Shalesh K . Fundamentals and
Principles of Ophthalmology, Basic and Clinical Science Course, Sec. 2, AAO,
San Fransisco, 2011-2012. Hal76-87
2. Regillo, C., Holekamp, N., Johnson, M.W., Kaiser, P.K., Schubert, H.D., Spaide, R., Retina
and Vitreous; Basic and Clinical Science Course Sec. 12, AAO, San Fransisco,
2011- 2012, Hal 7- 17
3. Sarthy, V., Ripps, H., Structural Organization of Retinal Glia, on :The Retinal Muller Cells,
Structure and Function, Kluwer Academic Publisher, New York, 2002. Hal : 1-33
4. Khurana, AK., Comprehensive Ophthalmology four Edition
5. Cukras CA, Zein WM, Caruso RC, Sieving PA. Progressive and ‘stationary’ inherited retinal
degenerations. In: Yanoff M, Duker JS, eds. Ophthalmology. 4th ed. Philadelphia,
PA: Elsevier Saunders; 2014:chap 6.13.
6. Thurtell MJ, Tomsak RL. Visual loss. In: Daroff RB, Jankovic J, Mazziotta JC, Pomeroy
SL, eds. Bradley’s Neurology in Clinical Practice. 7th ed. Philadelphia, PA:
Elsevier Saunders; 2016:chap 16.