BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Halusinasi
adalah distorsi yang terjadi pada respon neurologika, mal adaptif tanpa
seseorang mengalami perubahan dalam jumlah dan pola diri stimulus yang
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
2. Etiologi Halusinasi
kontinum.
motilitas.
b. Faktor Presipitasi
menanggapi stimulus.
individu.
halusinasi.
Adaptif Maladaptif
4. Tahapan Halusinasi
a. Fase comforting yaitu fase yang menyenangkan. Pada fase ini masuk
bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat
dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang
tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan dia dapat
takut, tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak dapat berhubungan secara
5. Tanda-tanda halusinasi
a. Data objektif
4) Menutup telinga
6) Mulut komat-kamit
b. Data subjektif
berbahaya
4) Mendengar suara yang mengancam diri klien atau orang lain atau
6. Penatalaksanaan Halusinasi
berikut :
melalui elektrode yang dipasang pada satu atau dua temple, terapi
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi. Dosis terapi kejang listrik
4-5 joule/detik.
sangat baik untuk mendorong pasien bergaul dengan orang lain, pasien
2) Terapi Seni
pekerjaan seni.
3) Terapi menari
4) Terapi relaksasi
5) Terapi Sosial
6) Terapi Kelompok
d) Terapi lingkungan
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga. Secara
2. Fungsi Keluarga
akibat dari struktur keluarga. Sedangkan fungsi dasar keluarga adalah untuk
meliputi :
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
sosial.
c. Fungsi reproduksi
Friedman, 2010).
d. Fungsi Ekonomi
yang cukup, ruang, dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
keluarga
kebutuhan keluarga
3. Struktur Keluarga
sedarah istri
sedarah suami
anggota keluarga.
masing- masing.
5. Tipe/Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri atas ayah,
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family) adalah keluarga yang terjadi
masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa hidup dalam
suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Effendy, 2012 )
6. Peranan Keluarga
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
a. Peranan ayah; ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan
b. Peranan ibu; sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
dalam keluarganya.
21
7. Tugas-Tugas Keluarga
kedudukannya masing-masing.
luas.
(Effendy, 2012).
kesehatannya.
keseluruhan.
dasar/perawatan di rumah.
Sistem adalah totalita komponen yang terdiri dari sub – sub komponen
perkembangan sistem tediri dari serangkain unsur yang saling terkait, setiap
muncul. Sistem keluarga termasuk sistem terbuka atau sistem sosial yang
saling menentukan satu sama lain serta membentuk norma – norma atau
tersebut.
besar.
24
perawatan untuk orang lain yang sakit atau orang yang tidak mampu,
juga dapat didefinisikan sebagai individu yang sakit dan individu yang
caregiver bisa berasal dari anggota keluarga, teman, tenaga sukarela, ataupu
penuh waktu atau paru waktu, tinggal bersama individu yang di bantunya
dukungan dan bantuan dari anggota keluarga yang lain, gangguan pada
Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup)
dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut, Stephen P. Robbins & Timonthy A. Judge
yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom, 1993 dalam Potter & Perry,
1. Kemampuan kognitif
ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Robert
A.de Block dalam W.S. Winkel (2003) menyatakan bahwa, Ciri khas
mental.
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
hafalan.
dari pemahaman.
pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan atau kriteria yang ada.
2. Kemampuan afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat
kognitif tingkat tinggi. Ciri – ciri belajar afektif akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi
yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah. Situasi, gejala dan
gejala – gejala atau rangsangan yang dapat dari luar. Receiving atau
30
terhadapnya salah satu cara, jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang
receiving.
Dalam kaitan dalam proses belajar, peserta tidak hanya mau menerima
konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang
telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan itu adalah
baik maka ini berarti bahwa peserta telah menjalani proses penilaian
value complex) ini mengacu pada karakter dan daya hidup seseorang.
31
sosial dan emosi jiwa. Yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah
diperkirakan.
3. Kemampuan Psikomotorik
pemahaman”.
motorik terdapat dua fase, yakni fase kognitif dan fase fiksasi; Selama
urutan yang harus dibuat.Inilah yang di atas yang disebut “fase kognitif”
lancar.Inilah yang disebut “fase fiksasi”, yang baru berakhir bila program
gerak jasmani berjalan otomatis tanpa disertai taraf kesadaran yang tinggi.
rangsangan.
diberikan (imitasi).
33
diberikan.
inisiatif sendiri.
Keluarga
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan
adil mungkin ada. Sementara dalam keluarga kelas bawah. Adapun faktor–
1. Status Ekonomi
keluarga yang berkenaan dengan ukuran rata – rata yang umum berlaku
status berarti posisi atau tempat seseorang dalam sebuah kelompok sosial.
halusinasi (Friedman,2010).
35
Rp. 1.000.000
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang
dan raba.Sebagian besar, pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2011).
luar baik yang posotif maupun negatif, obyektif dan lebih terbuka terhadap
(Puspitasari, 2012).
keluarga dalam klien skizofrenia dan halusinasi di Rumah sakit Jiwa Pusat
halusinasi.
3. Beban keluarga
pada klien gangguan jiwa. Stressor yang dialami oleh keluarga dengan
memberikan efek pada keluarga dari klien (Saunders, 1999 dalam Stuart &
mohr (2006), beban keluarga diartikan sebagai stress atau efek dari klien
2000 dalam Stuart & Laraia, 2005) yaitu meningkatnya konflik dan stress
keluarga, saling menyalahkan satu sama lain, kesulitan untuk mengerti dan
a. Beban obyektif
b. Beban subyektif
bahwa masa depan keluarga dan klien seolah telah berakhir. (Willick,
1994 dalam Mohr, 2006). Perasaan takut, meliputi takut akan kehilangan
c. Beban Iatrogenik