Anda di halaman 1dari 12

OBAT DEPRESAN SISTEM SARAF PUSAT

Definisi depresan adalah senyawa yang dapat mendepres atau menekan sistem tubuh.
Depresan Sistem Syaraf Pusat (SSP) adalah senyawa yang dapat mendepres atau menurunkan
aktivitas fungsional dari sistem saraf pusat (SSP). Akibat dari penurunan aktivitas fungsional
sistem syaraf pusat adalah menurunnya fungsi beberapa organ tubuh. Depresan sistem syaraf
pusat (SSP) ini bekerja dengan menekan pusat kesadaran, rasa nyeri, denyut jantung dan
pernafasan. Depresansia terbagi atas golongan sedative, hipnotika, anastetik umum.
Depresansia golongan sedative menyebabkan respon fisik dan mental menghilang, tetapi
tidak mempengaruhi kesadaran atau dengan kata lain hanya menimbulkan efek sedasi.
Depresansia golongan hipnotika menimbulkan efek hipnotik, sehingga meyebabkan rasa
kantuk. Depresansia golongan sedative dan hipnotika ini apabila diberikan pada dosis tinggi
dapat menyebabkan efek anaesthesi. Depresansia golongan anastetik umum adalah senyawa
yang dapat menimbulkan efek anaeshtesi, sehingga kesadaran, rasa nyeri menjadi hilang, dan
muscle relaxan.
Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi
lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa hilangnya kesadaran,sedangkan anestesi umum adalah
hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Menurut teori Koloid pemberian anestesi
umum menyebabkan terjadinya penggumpalan koloid yang menimbulkan anestesia yang
bersifat refersibel diikuti dengan proses pemulihan. Teori – teori lain yang membahas tentang
anestesi umum yaitu teori lipid, teori adsorbsi dan tegangan permukaan,teori biokimia, teori
neurofisiologis dan teori fisika.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek yang sangat
luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktifitas SSP secara spesifik atau
secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektivitas yang jelas misalnya
analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat pengaturan suhu dan pusat nyeri tanpa
pengaruh jelas terhadap pusat lain.Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif
merupakan penghambat SSP yang bersifat umum sehingga dosis yang berat selalu disertai
koma. (Ganiswara,Sulistia G. 1995)
Hipnotik sedatif merupakan golongan obat depresan susunan saraf pusat yang relatif
tidak selektif, mulai dari yang ringan yaitu menyebabkan tenang atau kantuk, menidurkan,
hingga yang berat ( kecuali benzodiazepam ) yaitu hilangnyakesadaran, keadaan anestesia,
koma dan mati, bergantung kepada dosis. Pada dosis terapi, obat sedativ menekan aktifitas,
menurunkan respon terhadap rangsangan emosi dan menenangkan. Obat hipnotik
menyebabkan kantuk dan mempermudah tidur serta mempertahankan tidur yang menyerupai
tidur fisiologis. (Ganiswara, Sulistia G. 1995).
Beberapa obat hipnotik dan sedatif terutama golongan benzodiazepine digunakan juga
untuk indikasi lain yaitu sebagai pelemas otot, anti epilepsi,antiansietas (anticemas) dan
sebagai penginduksi anestesia. Salah satu jenis sedatif lain yaitu kloralhidrat, merupakan
derivat monohidrat dari kloral dan merupakan hipnotik yang efektif. Metabolitnya,
trikloroetanol juga merupakanhipnotik yang efektif. Kloral sendiri berupa minyak sedangkan
hidratnyamerupakan kristal yang menguap secara lambat di udara dan larut dalam minyak,air
dan alkohol. Kloralhidrat memiliki rasa yang tidak enak. Senyawa ini dapatmengiritasi kulit
dan membran mukosa.
Penggolongan obat depresan SSP antara lain yang akan dibahas pada makalah ini adalah
Anestesi umum, hipnotik sedative, tranquilizer/antipsikotik , antikonvulsan.
A. ANESTESI UMUM
Anestetika umum/ sistemik adalah senyawa yg dapat menekan aktivitas SSP
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran, menimbulkan efek analgesik, relaksasi
otot, dan menurunkan aktivitas refleks. Anestesi umum dapat menekan susunan saraf
sentral secara berurutan, yaitu :
1. Taraf analgesia yaitu kesadaran dan rasas nyeri berkurang
2. Taraf eksitasi yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan
3. Taraf anestesia yaitu reflek mata hilang, nafas otomatis dan teraturseperti tidur
dan otot-otot melemas (relaksasi)
4. Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja jantung dan pernafasan terhenti
Tujuan narkose adalah untuk mencapai taraf anestsia dengan sedikit mungkin efek
samping, dihindari. Pada proses recovery (sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf
terbalik dari taraf ketiga sampai kesatu.
Mekanisme kerja Anestetikum akan bekerja mempengaruhi dua jenis reseptor
yaitu :
1. Reseptor γ amino butiric acid (GABA) , GABA merupakan neurotransmiter
inhibitori utama di otak, GABA berdifusi menyeberangi celah sinap untuk
berinteraksi dengan reseptornya sehingga menimbulkan aksi penghambatan
fungsi SSP.
2. Reseptor Glutamat yang merupakan reseptor eksitatori kususnya pada sub tipe N-
methyl D-aspartat (NMDA) Gamma-amino butiric acid merupakan
neurotransmiter inhibitori utama di otak, disintesis dari glutamat dengan bantuan
enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), didegradasi oleh GABA-
transaminase. Sekali dilepaskan, GABA berdifusi menyeberangi celah sinap untuk
berinteraksi dengan reseptornya sehingga menimbulkan aksi penghambatan fungsi
SSP.
Anestesi umum dibagi menjadi 2, yaitu anestesi inhalasi dan anestesi intravena.
Mekanisme kerjanya sebagai berikut:
1. Anastesi inhalasi
Anastesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan
aktivitas neuron berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan
gas dan cairan terbang yang masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan
induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk
mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini pada permulaan harus
diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya sekadar
memelihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. Keuntungan
anestesi inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena adalah kemungkinan
untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas / uap yang diinhalasi. Contoh anestesi inhalasi yaitu:
a. Turunan eter , yaitu: dietil eter, vinileter,enfluran, isofluran, metoksifluran
b. Turunan Hidroksi terhalogenasi, yaitu :kloroform (CHCl3), etilklorida
(CH3CH2Cl), halotan (F3CCHClBr), trifluorometanol (F3CCH2OH)
2. Anestesi intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai
mula kerja anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi
yang terbaru, misalnya desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini
umumnya digunakan untuk induksi anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian
besar senyawa intravena juga sangat cepat.
Struktur dan contoh obat anestesi inhalasi dan intravena adalah sebagai
berikut:
a. Anestesi Inhalasi
Contoh anestesi inhalasi yaitu:
1) Turunan eter , yaitu: dietil eter, vinileter,enfluran, isofluran,
metoksifluran
2) Turunan Hidroksi terhalogenasi, yaitu :kloroform (CHCl3), etilklorida
(CH3CH2Cl), halotan (F3CCHClBr), trifluorometanol (F3CCH2OH)
Struktur:

b. Anestesi Intravena
Contoh anestesi intravena,yaitu:
1) Turunan barbiturate , yaitu: metoheksital Na, tiamital Na, tiopental Na
2) Turunan sikloheksana, yaitu :Ketamin HCL
Struktur:

B. HIPNOTIK SEDATIF
Definisi Sedatifa adalah senyawa yg menimbulkan efek sedasi, yaitu keadaan
terjadinya penurunan kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena ada penekanan
SSP ringan. Dalam dosis lebih besar sedatifa berfungsi sebagai hipnotika. Penggunaan
Sedatifa untuk menekan kecemasan, menunjang pengobatan hipertensi, mengontrol
kejang,menunjang efek anestetika sistemik, sedangkan Hipnotika digunakan untuk
terapi gangguan tidur (imsomnia).
Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP. Efeknya bergantung pada
dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan, menyebabkan kantuk, menidurkan)
hingga yang berat (menghilangkan kesadaran, keadaan anestesi, koma dan mati
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan
aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga
menenangkan.
Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan
keinginan untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.
Mekanisme kerja Hipnotik sedative secara umum, mempengaruhi fungsi
pengaktifan retikula, rangsangan pusat tidur & menghambat fungsi pusat
arousal.Penggolongan obat Hipnotik sedative antara lain adalah sebagai berikut:
1. Turunan Barbiturat
2. Turunan Benzodiazepin
3. Turunan Ureida Asiklik
4. Turunan Alkohol
5. Turunan Piperidindion & Kuinazolin
6. Turunan Aldehid
Pada golongan turunan barbiturat mekanisme kerjanya adalah menekan
transmisi sipnatik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah
permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel postsinaptik &
menyebabkan deaktivasi korteks serebral. Contoh obat tturunan barbiturate ini adalah
Fenobarbital dengan struktur sebagi berikut:

Rumus struktur fenobarbital (asam 5-fenil-5-etilbabiturat) hubungan struktur


aktifitas barbiturat telah banyak diteliti. Aktivitas kejang maksimal diperoleh jika satu
substituent pada posisi 5 berupa gugus fenil. Turunan 5,5-difenil mempunyai potensi
kejang lebih lemah dibandingkan dengan fenobarbital tetapi hampir tanpa aktivitas
hipnotik. Sebaliknya, asam 5,5-dibenzil barbiturat menyebabkan konvulsi. Pada seri
yang sama, isomer dgn rantai cabang mempunyai aktivitas lebih besar & masa kerja
lebih pendek. Senyawa dengan percabangan yang lebih besar aktivitasnya lebih tinggi
Pada golongan Benzodiazepin mekanisme kerjanya adalah menekan
transmisi sipnatik pada sistem pengaktifan retikula di otak dengan cara mengubah
permeabilitas membran sel sehingga mengurangi rangsangan sel post sinaptik &
terjadi deaktivasi korteks serebral, mengikat reseptor khas di otak & meningkatkan
transmisi sipnatik GABA-ergik dengan cara meningkatkan pengaliran klorida pd
membran post sinaptik & menurunkan pergantian norepineprin, katekolamin,
serotonin, & amin bioergik dalam otak. Contoh obat golongan ini adalah
Klordiazepoksid Hcl, strukturnya:

Indikasinya adalah untuk mengontrol emosi, meringankan kecemasan,


ketegangan, gangguan fungsi somatik,& imsomnia. Dengan dosis 5-10 mg 3 kali
sehari.
Hubungan struktur aktivitas obat ini adalah sebagai berikut:
Modifikasi pada cincin A
Pemasukan substituen ggs penarik elektron spt: Cl, Br, F, CF3, NO2
pd posisi R1 meningkatkan aktivitas, sedangkan substitusi dengan gugus
pendonor elektron menurunkan aktivitas.
Modifikasi pada cincin B
 Pemasukan gugus metil pada posisi R2 meningkatkan aktivitas,
 Penggantian atom O gugus karbonil dengan hidrogen (medazepam)
aktivitas turun
 Penggantian satu atom H pada posisi R4 dengan –OH akan
menurunkan aktivitas tetapi juga menurunkan efek samping obat
(oksazepam)
 Penggantian satu atom H pada posisi R4 dg –COOH akan
meningkatkan masa kerja obat
 Penggabungan cincin pada posisi R2 dan R3 inti diazepam (turunan
triazololbenzodiazepin) secara umum mempunyai aktivitas lebih tinggi
daripada turunan 1-metilbenzodiazepin
Modifikasi pada cincin c
 Substitusi atau modifikasi gugus F/ Cl pada posisi orto cincin C
meningkatkan aktv. Substitusi meta & para menurunkan aktv

C. ANTI PSIKOTIK
Antipsikotik (juga disebut neuroleptics) adalah kelompok obat-obatan psikoaktif
umum tetapi tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis, yang ditandai
oleh skizofrenia. Obat antipsikotik memiliki beberapa sinonim antara lain neuroleptik
dan transquilizer mayor.
Obat antipsikotik hanya menghilangkan gejala saja secara sementara. Penyebab
penyakit tidak dihilangkan, karena memang sebagian besar ppenyebab dan cara
terjadinya belum diketahui.
Obat antipsikotik Memberikan efek sedatif kuat tanpa menurunkan kesadaran/
menekan pusat vital meskipun dalam dosis besar, biasa digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan berat, seperti skizofrenia. Efektif utk menekan eksitasi, agitasi, &
agresifitas.
Mekanisme kerjanya adalah Antagonis reseptor dopamin, memblok dopamin
sehingga tidak dapat berinteraksi dengan reseptornya. Pemblokan terjadi pada pra &
post sipnatik reseptor sehingga menyebabkan efek antipsikotik.
Penggolongan obatnya sebagai berikut:
 Turunan Fenotiazin
Digunakan untuk pengobatan gangguan mental & emosi (skizofrenia,
paranoia, psikoneurosis (ketegangan & kecemasan), psikosis akut & kronik.
ESO : gejala extrapiramidal dengan efek seperti penyakit parkinson, hipotensi,
agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata & kulit serta
sensitif terhadap cahaya.
Antipsikotik : Promazin, klorpromazin, trifluoperazin, teoridazin,
mesoridazin,perazin, butaperazin, flufenazin, asetofenazin &
carfenazin
Antiemetik : proklorperazin & perfenazin
Struktur umum:

Hubungan aktivitas Struktur :


 Gugus R2 menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Aktivitas besar
jika gugus R2 adalah penarik elektron & tidak terionisasi. Makin besar
kekuatan penarik elektron (CF3 > Cl) makin tinggi aktivitas.
 Subtitusi pada posisi 1,3, & 4 pd kedua cincin aromatik menyebabkan
aktivitas transquilizer hilang
 Substitusi pada rantai alkil dgn fenil/ dimetilamin, gugus-OH ,
menghilangkan aktivitas tranquilizer.
 Turunan fluorobutirofenon
Contoh obatnya adalah droperidol, strukturnya:

Hubungan aktivitas struktur:


 Reduksi gugus karbonil dapat menurunkan aktivitas
 Perpanjangan, pemendekan, percabangan pada rantai propil
menurunkan aktivitas

D. ANTI KONVULSAN / ANTI KEJANG


Antikonvulsan adalah sebuah obat yang mencegah atau mengurangi kejang-
kejang atau konvulsan. Tujuan terapinya adalah Untuk mencegah serangan epilepsi
tanpa menimbulkan depresi pernafasan. Efek samping obat-obat anti konvulsan
adalah Kerusakan sumsum tulang, hati & ginjal, neuropati, dan gangguan saluran
cerna.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit
susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat ( Seizure), dengan
gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai
kejang (Konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis.
Jenis – Jenis Epilepsi :
1. Grand mal
Timbul serangan-serangan yang dimulai dengan kejang-kejang otot hebat dengan
pergerakan kaki tangan tak sadar yang disertai jeritan, mulut berbusa,mata
membeliak dan disusul dengan pingsan dan sadar kembali.
2. Petit mal
Serangannya hanya singkat sekali tanpa disertai kejang.
3. Psikomotor (serangan parsial kompleks)
Kesadaran terganggu hanya sebagian tanpa hilangnya ingatan dengan
memperlihatkan perilaku otomatis seperti gerakan menelan atau berjalan dalam
lingkaran.
Mekanisme kerja antikonvulsan Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting,
yaitu :
1. Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron epileptik
dalam fokus epilepsi.
2. Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat
pengaruh dari fokus epilepsi.
Struktur kimia antikejang:
Turunan Obat Antikonvulsan;
1. Turunan Barbiturat
Turunan obat ini Digunakan untuk efek epilepsi, efek tidak khas Efektif untuk
mengontrol serangan grand mal dan parsial psikomotor, kurang bermanfaat untuk
epilepsy petit mal, contoh obat:
a. Fenobarbital
Masa kerja panjang lebih efektif utk serangan grand mal
b. Metabarbital
Efektif untuk grand mal, petit mal, mioklonik/ tipe campuran
c. Primidon (Mysoline)
Turunan de-oksi dari fenobarbita Efek antikejang lbh rendah & toksisitas lebih
kecil fenobarbital
2. Turunan Oksazolidindion
Obat turunan ini efektif untuk pengobatan petit mal, dan tidak efektif utk grand
mal
ESO : iritasi lambung, mual, pusing, gangguan penglihatan, anemia aplastik,
depresi sumsum tulang belakang &kerusakan ginjal.
Contoh obat: trimetadion, parametadion.
MAKALAH
KIMIA MEDISINAL
OBAT DEPRESAN SISTEM SARAF PUSAT

D
I
S
U
S
U
N

OLEH

KURNIAWATI
201906004

INDRIYANI
201906005

STIKES MUHAMMADIYAH SIDRAP


2020/2021

Anda mungkin juga menyukai