Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM NORMAL


A. Pengertian
Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2004).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium
disebut puerpura. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu
yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal (Prawiroharjo,
2002).
Adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase yaitu:
1. Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan.
2. Fase taking hold/ ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya dan
belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan penyembuhan fisik
sehingga ia dapat istirahat dengan baik.
3. Fase letting go/ saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien telah sembuh,
perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali.
B. Etiologi
Post partum terjadi setelah mengalami persalinan kala I-1V.
C. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna
akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan
alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi
perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang
terakhir ini karena pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mamae. Otot-otot uterus berkontraksi dengan segera, pembuluh-pembuluh darah
yang ada akan menyebabkan otot-otot uterus menjadi terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir (Bobak, 2004).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks saat post partum ialah bentuk serviks
seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua
dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang
memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala (Bobak, 2004).
D. Tanda dan gejala
Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari organ reproduksi yaitu sebagai
berikut:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan pengecilan
ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus uteri (TFU) post
partum menurut masa involusi, Tabel 1. TFU menurut masa involusi
(Bobak,2004:493):

INVOLUSI TFU BERAT UTERUS


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta ± 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus ± 1000 gram
lahir bersandar pada promontorium sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis 500 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram


6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

b. Vagina dan Perineum


Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina. Macam-macam lochia sebagai berikut:
1) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, terjadi selama 2
hari pasca persalinan
2) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, terjadi
hari ke 3-7 pasca persalinan
3) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning. Terjadi hari ke
7- 14 hari pasca persalinan
4) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan
c. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi mengkonsumsi ASI pada ibunya karena saat menyusui
merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI (Mansjoer, 2002).
2. Sistem Pencernaan
a. Nafsu Makan
Setelah benar-benar pulih analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan
ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari
jumlah biasa dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
b. Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selamawaktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan ansthesia
bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
c. Defekasi
Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defeksi karena nyeri yang
dirasakannya diperineum akibat episiotomi, laserasi, hemorid. Kebiasan buang air
yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.
3. Sistem Perkemihan
Uretra dan kandung kemih trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih
selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-daerah kecil
hemoragi.
4. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang seluruhnya.

E. Penanganan
Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum, dilakukan berbagai
macam penatalaksanaan (Hadijono, 2008), diantaranya:
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan
menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infus atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, alaraktik, narkotik dan
antagonis narkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum.
PATHWAY

Post Partum Normal

Perubahan fisiologis Perubahan Psikologis

Sistem Sistem Sistem Sistem Endokrin Sistem Reproduksi Taking in Taking hold Taking go
gastrointestinal perkemihan kardiovaskuler (ketergantungan) (ketergantungan (kemandirian)
kemandirian)
Proses involunsi Vagina dan
Pasca melahirkan Kadar steroid Perdarahan perineum Butuh perlindungan Resiko
menurun post partum dan pelayanan Belajar Kondiri perubahan
mengenai tubuh peran
Estrogen dan mengalami
perawatan menjadi
Penurunan kadar progesteron Trauma mekanis perubahan
Overdistansi Volume darah Berfokus pada diri diri dan orang tua
Hormon
progesteron saat kala II ibu berkurang sendiri bayi
persalinan dan Ruptur jaringan
pengeluaran Peningkatan - Laserasi jalan Keletihan
urin yang kadar lahir
Faal usus Mekanisme Ansietas Kurang
oxytosin, - Episiotomi
memerlukan 3-4 tertahan saat kompensasi Pengetahuan
persalinan peningkatan Tanda-tanda vital
hari untuk kontraksi
kembali normal uterus Personal
Peningkatan Pembuluh Suhu badan Nadi
tekanan darah Prolaktin darah rusak hygiene Tekanan darah
Kandung kemih buruk
mengalami meningkat
Tonus otot Hari ketiga
menurun enema, Tekanan darah tinggi
Peningkatan post partum
kongesti, dan Perdarahan Bakteri
TIK Pembentukan
hipotonik mudah
ASI Preeklamsi
Penurunan berkembang
peristaltik usus Suhu RR Denyut post partum
Nyeri Akut Syok
badan naik nadi
Hipovolemik
Diuresis terjadi naik >100x/mnt
setelah 2-3 hari Retensi ASI Penyempitan Resiko
Konstipasi post partum pada duktus Resiko tinggi Infeksi
intiverus kekurangan
volume cairan Terjadi infeksi pada endometrium, mastitis, Hipertermi
Gangguan Eliminasi Urin traktus urogenitalis
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Setelah melahirkan ibu perlu dikaji dan diobservasi terhadap kemungkinan adanya
perdarahan atau infeksi postpartum.Keamanan ibu tergantung pada pengkajian yang kontinu
dan intervensi dari perawat yang siaga. Pengkajian yang dapat dilakukan meliputi:
1. Keadaan umum
Kaji kondisi ibu secara umum, apakah ibu merasa kelelahan atau ibu merasa segar.
Hal ini mempengaruhi penerimaan ibu terhadap bayi serta kemampuan ibu dalam
menyusui dan mengasuh bayi.
2. Tanda-tanda vital
Kaji tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu pada ibu. Periksa tanda-tanda vital
tersebut setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah melahirkan atau sampai stabil,
kemudian periksa setiap 30 menit untuk jam-jam berikutnya.
a. Nadi dan suhu diatas normal dapat menunjukan kemungkinan adanya infeksi
b. Tekanan darah mungkin sedikit meningkat karena upaya untuk persalinan dan
keletihan
c. Tekanan darah yang menurun perlu diwaspadai kemungknan adanya perdarahan PP
3. Kepala dan wajah
a. Mata
Konjungtiva yang anemis menunjukan adanya anemia kerena perdarahan saat
persalinan.
b. Hidung
Kaji dan tanyakan pada ibu ,apakah ibu menderita pilek atau sinusitis.Infeksi
pada ibu postpartum dapat meningkatkan kebutuhan energi
c. Telinga
Kaji apakah ibu menderita infeksi atau ada peradangan pada telinga
d. Mulut dan gigi
Tanyakan pada ibu apakah ibu mengalami stomatitis,atau gigi yang
berlubang.Gigi yang berlubang dapat menjadi pintu masuk bagi mikroorganisme
dan bisa beredar secara sistemik
4. Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe dan pembesaran kelenjar tiroid.Kelenjar
limfe yang membesar dapat menunjukan adanya infeksi,ditunjang dengan adanya data
yang lain seperti hipertermi,nyeri dan bengkak.

5. Payudara
a. Payudara
Kaji ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk tidak berpengaruh terhadap
produksi asi, perlu diperhatikan bila ada kelainan, seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi
b. Kontur atau permukaan
Kaji kondisi permukaan, permukaan yang tidak rata seperti adanya
depresi,retraksi atau ada luka pada kulit payudara perlu dipikirkan kemungkinan
adanya tumor.
c. Warna kulit
Kaji adanya kemerahan pada kulit yang dapat menunjukan adanya peradangan
d. Kalang Payudara
1) Kaji ukuran dan bentuk, simetris atau tidak, biasanya akan meluas saat
pubertas dan selama kehamilan
2) Kaji permukaan kondisi dapat licin atau berkerut, bila ada sisik putih perlu
dipikirkan adanya penyakit kulit.
3) Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit
Pada areola mammae menjadi lebih gelap dibanding sebelum hamil
e. Papilla mammae
1) Ukuran dan bentuk
Kaji ukuran dan bentuk, ukuran sangat berfariasi dan tidak mempunyai arti
kusus.Bentuk putting susu ada beberapa macam seperti datar , normal, panjang
dan terbenam.
2) Permukaan dan warna
Kaji permukaan dan warna, permukaan biasanya tidak beraturan kaji ada
sisik, luka atau lecet.Warna biasanya terjadi hiperpigmentasi pada kehamilan
f. Palpasi payudara
1) Konsistensi
Kaji konsistensi payudara, pada ibu PP konsistensi lebih keras karena
laktasi.
2) Massa
3) Putting susu
Kaji putting susu, pemeriksaan putting susu merupakan hal yang penting
dalam mempersiapkan ibu menyusui.
6. Abdomen
a. Keadaan
Kaji adakah strie dan linia alba. Kaji keadaan abdomen, apakah lembek atau
keras. Abdomen yang keras menunjukan kontraksi uterus bagus sehingga
perdarahan dapat diminimalkan. Abdomen yang lembek menunjukan sebaliknya
dan dapat dimasase untuk merangsang kontraksi.
b. Kondisi luka
Luka episiotomi harus dikaji apakah terdapat tanda-tanda infeksi, jika ada
harus dilaporkan segera untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut
7. Diastasis rektus abdominis
Diastasis rektus abdominis adalah regangan pada otot rektus abdominis akibat
pembesaran uterus. Jika dipalpasi ,regangan ini menyerupai celah memanjang dari
prosessus Xiphoideus ke umbilikus sehingga dapat diukur panjang dan
lebarnya.Diastasis ini tidak dapat menyatu kembali seperti sebelum hamil tetapi dapat
mendekat dengan memotivasi ibu untuk melakukan senam nifas.
8. Fundus uteri
Palpasi fundus uteri dari arah umbilikus ke bawah. Tentukan tinggi fundus uteri,
misalnya 1 jari diatas pusat dll.posisi fundus apakah sentral atau lateral.Posisi lateral
biasanya terdorong oleh bladder yang penuh.Konteraksi juga harus diperiksa, kontraksi
lemah atau perut teraba lunak menunjukan konteraksi uterus kurang maksimal sehingga
memungkinkan terjadinya perdarahan.
9. Kandung kemih
Kaji dengan palpasi kandungan urne di kandung kemih. Kandung kemih yang bulat
dan lembut menunjukan jumlah urine yang tertapung banyak dan hal ini dapat
mengganggu involusi uteri, sehingga harus dikeluarkan
10. Lokhea
Kaji jumlah, warna, konsistensi dan bau lokhea pada ibu PP. Perubahan warna
harus sesuai.Misalnya Ibu PP hari ke tujuh harus memiliki lokhea yang sudah berwarna
merah muda atau keputihan. Jika warna lokhea masih merah maka ibu mengalami
komplikasi PP. Lokhea yang berbau busuk menunjukan adanya infeksi disaluran
reproduksi dan harus segera ditangani.
11. Perineum
Kaji kondisi perineum, apakah utuh atau terdapat luka episiotmi, atau ruptur. Kaji
juga adanya tanda-tanda REEDA (Redness, Edema,Ekimosis, Discharge dan
Aproximation). Kebersihan perineum menunjang penyembuhan luka.Serta adanya
hemoroid derajat 1 normal untuk ibu hamil dan pasca persalinan.
12. Ekstremitas
Kaji apakah ada varises dan tanda homan,tanda homan positif menunjukan adanya
tromboflebitis sehingga dapat menghambat sirkulasi ke organ distal. Cara memeriksa
tanda homan adalah memposisikan ibu terlentang dengan tungkai ekstensi, kemudian
didorsofleksikan dan tanyakan apakah ibu mengalami nyeri pada betis, jika nyeri maka
tanda homan positif dan ibu harus dimotivasi untuk mobilisasi dini agar sirkulasi lancar.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kadar oksitosin, peningkatan kontraksi
uterus, dan luka laserasi.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan pendarahan lebih dari 500 ml.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurang menjaga kebersihan hyigiene pada
genetalia.
4. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan aspek psikologis
kemandirian (Letting go)
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.
C. Rencana tindakan keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC NIC
dengan peningkatan kadar Pain level Pain management
oksitosin, peningkatan Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
kontraksi uterus, dan luka Comfort level
3. Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk
laserasi. Kriteria hasil:
mengetahui pengalaman nyeri pasien
a. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
menggunakan manajemen nyeri nyeri
b. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 5. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
berkurang mengurangi nyeri
6. Kolborasikan pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Tingkatkan istirahat
8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
2. Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3 x MANAJEMEN CAIRAN
1) Catat intake dan output cairan
volume cairan berhubungan 24 jam pasien dapat pulih lagi volume cairannya;
2) Monitor status hidrasi
pendarahan lebih dari 500 ml. 1) Keseimbangan elektrolit dan asam basa 3) Monitor tanda-tanda vital
adekuat 4) Monitor status nutrisi
2) Keseimbangan cairan adekuat 5) Kaji tanda-tanda vital
3) Hidrasi normal 6) Timbang berat badan setiap hari dan pantau
4) Status nutrisi : intake makanan dan cairan kemajuannya.
7) Pertahankan keakuratan catatan asupan dan
haluaran.
8) Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap
retensi cairan
9) Pantau indikasi kelebihan/retensi cairan.

3. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x MENEJEMEN LINGKUNGAN
dengan kurang menjaga 24 jam status kekebalan pasien meningkat dengan 1) Kaji tanda-tanda vital
kebersihan hyigiene pada indikator : 2) Bersikan lingkungan setelah dipakai pasien lain
genetalia. 1) Tidak didapatkan infeksi berulang 3) Intruksikan pengunjung untuk mencuci tangan
2) Tidak didapatkan tumor saat berkunjung
3) Status respirasi sesuai yang diharapkan 4) Observasi dan laporkan tanda dan gejala infeksi
temperatur badan sesuai yang di harapkan kemerahan, panas, nyeri, tumor
4) Integritas kulit 5) Ganti IV line sesuai aturan yang berlaku
5) Integritas mukosa 6) Pastikan perawatan aseptik IV line
6) Tidak ada fatigue kronis MONITOR TANDA VITAL
1) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan RR
7) Reaksi skintes sesuai paparan
2) Monitor jumlah dan irama jantung
3) Monitor bunyi jantung
4) Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit

4. Resiko perubahan peran Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 3 1) Lakukan bina hubungan saling percaya kepada
menjadi orang tua x 24 jam pasien dapat mengontrol Proses Keluarga keluarga pasien
berhubungan dengan aspek 1) keluarga bisa menyesuaikan kondisi dan 2) Kaji keadaan keluarga ( Cerai, KDRT, isolasi
psikologis kemandirian keadaan saat ini sosial, dan sebagainya)
(Letting go) 2) koping keluarga menjadi efektif 3) Fasilitasi interaksi sosial antara pasien dan bayi
4) Berikan Pasien dan bapak kesempatan untuk
menggendong bayi
5) Gunakan teknik terapi kelompok pada pasien

5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama TEACHING: PENGETAHUAN MENGENAI POST
berhubungan dengan informasi 3x24 jam psien mengetahui tentang proses penyakit PARTUM
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
yang kurang didapat dengan indikator pasien dapat:
1) Familiar dengan nama Post Partum pasien tentang proses Post Partum yang spesifik
2) Mendeskripsikan proses Post Partum 2) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
3) Mendeskripsikan faktor penyebab Post Partum
pada post partum
4) Mendeskripsikan faktor resiko Post Partum
3) Sediakan informasi tentang kondisi pasien
5) Mendeskripsikan efek Post Partum
4) Sediakan bagi keluarga informasi tentang
6) Mendeskripsikan tanda dan gejala Post Partum
kemajuan pasien
Daftar Pustaka

Bobak, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta :EGC

Bulecheck, M. Gloria. Et all. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition. United
State: Elsevier Mosby.

Hadijono, Soejo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BP

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Moorhead, Su. Et all. Nursig Outcome Classification (NOC) 5 th edition. United State: Elsevier
Mosby.
NANDA. 2012. Nursing Diagnosa : Definitions & Classification. Jakarta : EGC

Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP

Anda mungkin juga menyukai