Anda di halaman 1dari 30

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Defenisi gangguan jiwa

Gangguan jiwa adalah gangguan pada satu atau lebih fungsi jiwa.

Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya

emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).

Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita dan

keluarganya (Stuart & Sundeen, 2007).

Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur,

ras, agama, maupun status sosial dan ekonomi (Notosoedirjo, 2005).

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2012) adalah suatu perubahan

pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa,

yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam

melaksanakan peran sosial.

Dari hasil berbagai penyelidikan dapat dikatakan bahwa gangguan

jiwa adalah kumpulan dari keadaan keadaan yang tidak normal, baik yang

berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut

tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian – bagian anggota badan,

meskipun kadang – kadang gejala terlihat pada fisik.

12
13

Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri

dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di

mana ia hidup ( Zakia Darajat, 2010 )

2. Penyebab Gangguan jiwa

Pertama, Faktor Organobiologi seperti faktor keturunan (genetik),

adanya ketidakseimbangan zatzat neurokimia di dalam otak. Kedua, Faktor

Psikologis seperti adanya mood yang labil, rasa cemas berlebihan,

gangguan persepsi yang ditangkap oleh panca indera kita (halusinasi). Dan

yang ketiga adalah Faktor Lingkungan (Sosial) baik itu di lingkungan

terdekat kita (keluarga) maupun yang ada di luar lingkungan keluarga

seperti lingkungan kerja, sekolah, dll. Biasanya gangguan tidak terdapat

penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai

unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu

timbulah gangguan badan atau pun jiwa.

Faktor Organobiologi terdiri dari :

a. Nerokimia (misal : gangguan pada kromosom no 21 yang menyebabkan

munculnya gangguan perkembangan Sindrom Down).

b. Nerofisiologi

c. Neroanatomi

d. Tingkat kematangan dan perkembangan organik.

e. Faktor-faktor prenatal dan perinatal.

13
14

Faktor Psikologis terdiri dari :

a. Interaksi ibu-anak

b. Interaksi ayah-anak : peranan ayah.

c. Sibling rivalry.

d. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan, dan masyarakat.

e. Kehilangan : Lossing of love object.

f. Konsep diri : pengertian identitas diri dan peran diri yang tidak

menentu.

g. Tingkat perkembangan emosi.

h. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya :

Mekanisme pertahanan diri yang tidak efektif.

i. Ketidakmatangan atau terjadinya fiksasi atau regresi pada tahap

perkembangannya.

j. Traumatic Event

k. Distorsi Kognitif

l. Pola Asuh Patogenik (sumber gangguan penyesuaian diri pada anak) :

1) Melindungi anak secara berlebihan karena memanjakannya

2) Melindungi anak secara berlebihan karena sikap “berkuasa” dan

“harus tunduk saja”

3) Penolakan (rejected child)

4) Menentukan norma-norma etika dan moral yang terlalu tinggi.

5) Disiplin yang terlalu keras.

6) Disiplin yang tidak teratur atau yang bertentangan.

14
15

7) Perselisihan antara ayah-ibu.

8) Perceraian

9) Persaingan yang kurang sehat diantara para saudara.

10) Nilai-nilai yang buruk (yang tidak bermoral).

11) Perfeksionisme dan ambisi (cita-cita yang terlalu tinggi bagi si

anak).

12) Ayah dan atau ibu mengalami gangguan jiwa (psikotik atau non-

psikotik).

Faktor Lingkungan (Sosial) yang terdiri dari :

a. Tingkat ekonomi

b. Lingkungan tempat tinggal : Perkotaan dan Pedesaan.

c. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas

kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai.

d. Pengaruh rasial dan keagamaan.

e. Nilai-nilai

3. Jenis-jenis gangguan jiwa

Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang

psikologik dari unsur psikis (Maramis, 2005).

Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 2005) antara lain Gangguan

jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan

gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,

gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan

gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku

15
16

masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis,

gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja

Gangguan jiwa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Gangguan jiwa berat

1) Skizofrenia

Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan

menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia

juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai

dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan

kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang

(Maramis, 2005). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai

kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya

abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju

kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang

bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak

diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ”

(Ingram et al.,2010).

2) Gangguan Mental Organik

Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik

yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak Gangguan

fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah

yang terutama mengenai otak atau yang terutama di luar otak. Bila

bagian otak yang terganggu itu luas, maka gangguan dasar

16
17

mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit

yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi

tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan

gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya

(Maramis, 2005).

3) Gangguan Psikosomatik

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi

badaniah Sering terjadi perkembangan neurotik yang

memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan

fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif.

Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang

dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi

faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan

psikofisiologik (Maramis, 2005).

4) Depresi

Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan

dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk

perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta

gagasan bunuh diri (Kaplan, 2008).

Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan

penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri

sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2010).

17
18

b. Gangguan jiwa ringan

1) Kecemasan

Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah

dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk

mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (2008).

mengidentifikasi rentang respon kecemasan ke dalam empat

tingkatan yang meliputi, kecemasan ringan, sedang, berat dan

kecemasan panik. Menurut Sundeen (2007).

2) Gangguan Kepribadian

Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian

(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada

orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh

dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan

intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau

tidak berkorelasi (Maslim,2008).

3) Retardasi Mental

Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang

terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya

rendahnya daya keterampilan selama masa perkembangan,

sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,

misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial

(Maslim,2008).

18
19

4) Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja

Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang

tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma

masyarakat. Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan

kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku

mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan

tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui

bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang

umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada

gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat

mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga

dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan

oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian

gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah (Maramis,

2005).

4. Tanda dan gejala gangguan jiwa

a. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan

ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

b. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul

atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

c. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk

akal) meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya

19
20

itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

Sering berpikir/melamun yang tidak biasa (delusi).

d. Halusinasi yaitu pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan

misalnya penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di

telinganya padahal tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.

e. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.

f. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun

pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.

g. Paranoid (cemas/takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak

perlu ditakuti atau dicemaskan.

h. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.

i. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.

j. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.

k. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.

l. Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.

m. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.

n. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,

misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.

o. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara

dengan semangat dan gembira berlebihan.

p. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.

q. Sulit dalam berpikir abstrak.

20
21

r. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif,

tidak ada upaya/usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin

apa-apa dan serba malas dan selalu terlihat sedih.

5. Klasifikasi gangguan jiwa

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyusun

klasifikasi gangguan kejiwaan sebagai berikut:

a. Gangguan psikomatik (contoh: schizophrenia)

b. Gangguan cemas (contoh:panic attack, phobia)

c. Gangguan mood (contoh:bipolar mood, depression)

d. Gangguan amnestic (contoh: amnesia)

e. Gangguan dissosiatif (contoh: multiple personality)

f. Gangguan somatisasi (contoh : hipokondria, pain, conversion)

g. Gangguan tidur (contoh: insomnia, mimpi buruk)

h. Gangguan makan (contoh: obesitas, anorexia, nervosa, bulimia)

i. Gangguan seksual (contoh : premature ejaculation, dysparenia,

vaginismus)

j. Gangguan impuls (contoh : kleptomania, pyromania)

k. Gangguan kepribadian (contoh: eksploitative, paranoia)

l. Gangguan ketergantungan zat (contoh : alcohol addict, heroin addict)

m. Gangguan factitious (contoh: munchausen)

n. Gangguan penyesuaian diri (contoh: adjustment disorder)

21
22

B. Kerangka Pikir

1. Pengertian perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar

maupun dari dalam dirinya. Respon

ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap)

maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku

kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi

individu dengan lingkungannya,

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan.

Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti

pengetahuan, persepsi,

atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam

tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar

dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 2004).

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung. Perilaku manusia adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri

(Notoadmodjo, 2003).

Ensiklopedi Amerika, perilaku di artikan sebagai suatu aksi-reaksi

organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu

22
23

yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan.

Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu

(Notoadmodjo, 2003).

2. Dasar-dasar perilaku

Karakter Manusia tidak terbentuk secara tiba-tiba, tetapi bermodal

tabiat bawaan genetika orang tuanya kemudian terbangun sejalan dengan

proses interaksi social dan internalisasi nilai-nilai dalam medan Stimulus

dan Respond sepanjang hidupnya. Perilaku manusia tidak cukup difahami

dari apa yang nampak, tetapi harus dicari dasarnya. Tidak

semua senyum bermakna keramahan, demikian juga tidak semua tindak

kekerasan bermakna permusuhan. Diantara yang mendasari tingkah laku

manusia adalah :

a. Instinc. Instinc bersifat universal; seperti instinct menjaga diri agar tetap

hidup, instinct seksual dan instinct takut. Semua manusia memiliki

instinct ini.

b. Adat kebiasaan. Perbuatan yang diulang-ulang dalam waktu lama oleh

perorangan atau oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah

mengerjakannya, disebut kebiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan

kegembiraan atau kemarahan, cara berbicara adalah wujud dari

kebiasaan. Orang merasa nyaman dengan kebiasaan itu meski belum

tentu logis.

23
24

c. Keturunan. Ajaran Agama manapun menganjurkan selektip memilih

calon pasangan hidup, karena karakteristik genetika orang tua akan

menurun kepada anaknya hingga pada perilaku.

d. Lingkungan. Menurut sebuah penelitian psikologi; 83% perilaku manusia

dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar dan 6%

sisanya oleh berbagai stimulus.

e. Motivasi. Setiap manusia melakukan sesuatu pasti ada tujuan yang ingin

dicapai. Motivasi melakukan sesuatu bisa karena keyakinan terhadap

sesuatu, karena terbawa perilaku orang lain, karena terpedaya atau

terpesona terhadap sesuatu.

f. Keinsyafan. Keinsyafan merupakan kalkulasi psikologis yang

berhubungan dengan ketajaman nurani, atau kuatnya cita-cita atau

kuatnya kehendak (http://osdir.com/ml/culture.religion.healer.-

mayapada/2007-04/msg00159.html).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku manusia

a. Faktor internal

Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat

dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern

yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik,

kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan

dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.

24
25

1) Jenis Ras/ Keturunan

Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang

khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki

ciri-ciri tersendiri. Ciri perilaku ras Negroid antara lain

bertemperamen keras, tahan menderita, menonjol dalam kegiatan olah

raga. Ras Mongolid mempunyai ciri ramah, senang bergotong royong,

agak tertutup/pemalu dan sering mengadakan upacara ritual. Demikian

pula beberapa ras lain memiliki ciri perilaku yang berbeda pula.

2) Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara

berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas

pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal,

struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali

berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug

berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.

3) Sifat Fisik

Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang

berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat,

gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri

demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak

teman.

25
26

4) Kepribadian

adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam

dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri

terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun

dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan

suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari

pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh

terhadap perilaku sehari-harinya.

5) Intelegensia

Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk

berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari

pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh

intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah

tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat,

tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.

6) Bakat

Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang

memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu

kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa

kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.

26
27

b. Faktor eksternal

1) Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar.

Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan

perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya

terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi

akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.

2) Agama

Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan

norma dan nilai yangdiajarkan oleh agama yang diyakininya.

3) Kebudayaan

Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau

peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan

tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan

lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang

Papua.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena

lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu

untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan

sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.

27
28

5) Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya

suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status

sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang.

4. Proses terbentuknya perilaku manusia

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut

Abraham Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yakni :

a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama,

yaitu H2, H2O, cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan

ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya,

kekurangan O2 yang menimbulkan sesak nafas dan kekurangan H2O dan

elektrolit yang menyebabkan dehidrasi.

b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :

1) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan

kejahatan lain.

2) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan

lain-lain.

3) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit

4) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum.

c. Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

1) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang

tua,saudara, teman, kekasih, dan lain-lain.

2) Ingin dicintai/mencintai orang lain.

28
29

3) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.

d. Kebutuhan harga diri, misalnya :

1) Ingin dihargai dan menghargai orang lain

2) Adanya respek atau perhatian dari orang lain

3) Toleransi atau saling menghargai dalam hidup berdampingan

e. Kebutuhan aktualisasi diri, misalnya :

1) Ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain

2) Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita

3) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha,

kekayaan, dan lain-lain.

Penelitian Rogers (2002) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut

terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest (ketertarikan), yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (evaluasi), menimbang – nimbang baik dan tidaknya

stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial (mencoba), dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption (menerima), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

29
30

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat

langgeng (long lasting) (Notoatmodjo, 2003).

5. Penyebab gangguan kepribadian

Kasus gangguan kepribadian umumnya dimulai pada usia remaja dan saat

memasuki usia dewasa. Ada beberapa faktor yang diduga dapat memicu

atau meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, di antaranya:

a. Adanya kelainan pada struktur atau komposisi kimia di dalam otak.

b. Adanya riwayat gangguan kepribadian atau penyakit mental lainnya di

dalam keluarga.

c. Menghabiskan masa kecil di dalam kehidupan keluarga yang kacau.

d. Perasaan diabaikan sejak kanak-kanak.

e. Mengalami pelecehan sejak kanak-kanak, baik dalam bentuk verbal

maupun fisik.

f. Tingkat pendidikan yang rendah.

g.Hidup di tengah-tengah keluarga berekonomi sulit.

Sebagian besar para ahli berpendapat bahwa gangguan kepribadian

disebabkan oleh kombinasi dari situasi-situasi atau latar belakang

kehidupan yang tidak menyenangkan dengan gen yang membentuk emosi

seseorang yang diwariskan dari orang tuanya.

30
31

6. Homoseksual

Orientasi seksual digambarkan sebagai objek impuls seksual

sesesorang: heteroseksual (jenis kelamin berlawanan), homoseksual (jenis

kelamin sama) atau biseksual (kedua jenis kelamin) (Kaplan, 2008).

Istilah “homoseksual” paling sering digunakan untuk menggambarkan

perilaku jelas seseorang, orientasi seksual, dan rasa identitas pribadi atau

sosial. Hawkin (dalam Kaplan, 2008) menulis bahwa istilah “gay” dan

“lesbian” dimaksudkan pada kombinasi identitas diri sendiri dan identitas

sosial; istilah tersebut mencerminkan kenyataan bahwa orang memiliki

suatu perasaan menjadi kelompok sosial yang memiliki label sama.

Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan/atau romantis

antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Homoseksual juga digunakan

untuk merujuk pada hubungan intim dan/atau hubungan seksual di antara

orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak

mengidentifikasi diri mereka sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas

dapat mengacu pada:

a. orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan orang

lain yang mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas

gender yang sama.

b. Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak peduli

orientasi seksual atau identitas gender.

31
32

c. Identitas seksual atau identifikasi diri, yang mungkin dapat mengacu

kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual (Wikipedia,

2007).

Dengan demikian maka yang dimaksud dengan homoseksual mengacu

pada orang-orang yang memiliki dorongan impuls, preferensi, perilaku

seksual dan ketertarikan secara fisik, emosi dan seksual dengan orang lain

yang memiliki jenis kelamin sama serta orang-orang yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai homoseksual.

7. Pengertian Waria

Waria (gabungan dari Wanita-pria) adalah laki-laki yang lebih suka

berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari. Keberadaan

waria telah tercatat lama dalam sejarah dan memiliki posisi yang

berbedabeda dalam setiap masyarakat. Walaupun dapat terkait dengan

kondisi fisik seseorang, gejala waria adalah bagian dari aspek sosial

transgenderisme. Seorang laki-laki memilih menjadi waria dapat terkait

dengan keadaan biologisnya (hermafrodi-tisme), orientasi seksual

(homoseksualitas), maupun akibat pengondisian lingkungan pergaulan.

Sebutan bencong atau banci juga dikenakan terhadap waria dan bersifat

negatif. Menurut Atmojo (2010) waria adalah laki– laki yang berdandan dan

berperilaku sebagai wanita, istilah waria diberikan bagi penderita

transeksual yaitu seseorang yang memiliki fisik berbeda dengan jiwanya.

Waria merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial

di Indonesia, baik di tinjau dari segi psikologis, sosial, norma, maupun

32
33

secara fisik. Kehidupan mereka cenderung hidup berglamour dan eksklusif

atau membatasi diri pada komunitasnya saja. Mereka sering terjerumus pada

dunia pelacuran dan hal-hal lain yang menurut agama aturan, dan nilai

masyarakat menyimpang. Secara fisik memang menggambarkan mereka

adalah laki-laki tetapi sifat dan perilaku menggambarkan wanita.

Menurut kartono (2015) transeksual ialah gejala merasa memiliki

seksualitas berlawanan dengan struktur fisiknya. Puspitosari (2005),

mendefenisikan transeksual sebagai seseorang yang secara jasmaniah jenis

kelaminnya laki-laki namun secara psikis cenderung wanita.

Waria merupakan kependekan dari wanita pria, atau yang lebih lazim

dikenal banci alias bencong. Waria adalah pria yang jiwa dan tingkah

lakunya seperti wanita dari defenisi-defenisi tersebut dapat disimpulkan

bahwa wanita pria waria (transeksual) adalah suatu gangguan pada diri

seseorang dimana seseorang tersebut merasa tidak nyaman atau tidak puas

dengan keadaan jenis kelaminnya, sehingga untuk mencapai suatu kepuasan,

penderita melakukan perubahan sesuai dengan yang dia inginkan (pria-

wanita) baik dalam bentuk perilaku maupun secara fisik.

8. Faktor-faktor yang menyebabkan seorang menjadi waria

Social Learning Theory menjelaskan bahwa perilaku manusia melalui

pendekatan dalam arti sebuah interaksi yang berkelanjutan dan seimbang

antara kognitif, behavioural, dan faktor-faktor utama lingkungan. Ada tiga

faktor penyebab seseorang menjadi waria yaitu:

33
34

a. Biogenik

Seseorang menjadi waria disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor

biologis atau jasmaniah, dimana yang bersangkutan menjadi waria

dipengaruhi oleh lebih dominannya hormon seksual perempuan dan

merupakan faktor genetik seseorang. Selain itu, neuron yang ada di

waria sama dengan neuron yang dimiliki perempuan. Dominannya

neuron dan hormon seksual perempuan mempengaruhi pola perilaku

seseorang menjadi feminim dan berperilaku perempuan.

b. Psikogenik

Seseorang menjadi waria juga ada yang disebabkan oleh faktor

psikologis, dimana pada masa kecilnya, anak laki-laki menghadapi

permasalahan psikologis yang tidak menyenangkan baik dengan orang

tua, jenis kelamin yang lain, frustasi hetereseksual, adanya iklim keluarga

yang tidak harmonis yang mempengaruhi perkembangan psikologis anak

maupun keinginan orang tua memiliki anak perempuan namun

kenyataannya anaknya adalah seorang laki-laki. Kondisi tersebut, telah

menyebabkan perlakuan atau pengalaman psikologis yang tidak

menyenangkan dan telah membentuk perilaku laki-laki menjadi feminim

bahkan kewanitaan.

c. sosiogenik

1) Keadaan lingkungan sosial yang kurang kondusif akan mendorong

adanya penyimpangan perilaku seksual. Berbagai stigma dan

pengasingan masyarakat terhadap komunitas waria memposisikan diri

34
35

waria membentuk atau berkelompok dengan komunitasnya. Kondisi

tersebut ikut mendorong para waria untuk bergabung dalam

komunitasnya dan semakin matang menjadi seorang waria baik dalam

perilaku maupun orientasi seksualnya.

2) Dalam beberapa kasus, sulitnya mencari pekerjaan bagi para lelaki

tertentu di kota besar menyebabkan mereka mengubah penampilan

menjadi waria hanya untuk mencari nafkah dan atau yang lama

kelamaan menjadi permanen.

3) Pada keluarga tertentu, kesalahan pola asuh yang diterapkan oleh

keluarga terhadap anggota keluarganya terutama yang dialami oleh

anak laki-lakinya dimasa kecil. Seperti keinginan orang tua memiliki

anak perempuan, sehingga ada sikap dan perilaku orang tua yang

mempersepsikan anak lelakinya sebagai anak perempuan dengan

memberikan pakaian anak perempuan, maupun mendandani anak laki-

lakinya layaknya seperti anak perempuan.

9. Jenis waria

a. Menurut atmojo (dalam Nadia,2005), membagi jenis-jenis waria sebagai

berikut:

1) Transeksual aseksual, adalah seorang transeksual yang tidak

berhasrat atau tidak mempunyai gairah seksual yang kuat.

2) Transeksual homoseksual, adalah seorang transeksual yang memiliki

kecenderungan tertarik pada jenis kelamin yang sama sebelum ia

sampai ketahap transeksual murni

35
36

3) Transeksual heterogen, adalah seseorang transeksual yang pernah

menjalani kehidupan heterogen sebelumnya, misalnya pernikahan.

10. Ciri-ciri waria

Dalam DSM-IV-TR, waria dianggap memiliki gangguan identitas jender

(Gender Identity Disorder), transeksual memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Identifikasi yang kuat dan menetap terhadap lawan jenis.

b. Pada anak-anak terdapat empat atau lebih ciri yaitu:

1) Berulang kali menyatakan keinginan atau memaksakan diri untuk

menjadil lawan jenis.

2) Lebih suka memakai pakaian lawan jenis.

3) Lebih suka berperan sebagai lawan jenis dalam bermain atau

berfantasi menjadi lawan jenis terus-menerus.

4) Lebih suka melakukan permainan lawan jenis.

5) Lebih suka bermain dengan teman-teman dari lawan jenis.

c. Pada remaja dan orang dewasa, simtom-simtom seperti keinginan untuk

menjadi lawan jenis, berpindah ke kelompok lawan jenis, ingin

diperlakukan sebagai lawan jenis, keyakinan bahwa emosinya adalah

tipikal lawan jenis.

d. Rasa tidak nyaman terus-menerus dengan jenis kelamin biologisnya

atau rasa terasin dari peran jender jenis kelamin tersebut.

e. Tidak sama dengan kondisi fisik antar jenis kelamin.

36
37

f. Menyebabkan distress dalam fungsi sosial dan pekerjaan (Davidson,

Neale & Kring, 2010)

Menurut Maslim (2002) seseorang dapat dikatakan sebagai seorang waria

jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Identitas transeksual harus sudah menetap selama minimal dua tahun,

dan harus bukan merupakan gejala dari gangguan jiwa lain seperti

skizofrenia,atau berkaitan dengan kelainan interseks, genetik atau

kromosan.

b. Adanya hasrat untuk hidup dan diterima sebagai anggota dari

kelompok lawan jenisnya, biasanya disertai perasaan risih atau tidak

serasi dengan anatomi seksualnya.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan terapi hormonal dan

pembedahan untuk membuat tubuhnya semirip mungkin dengan jenis

kelamin yang diinginkan.

Tanda-tanda untuk mengetahui adanya masalah identitas dan peran jenis,

menurut tjahjono (2005), yaitu

a. Individu menampilkan identitas lawan jenisnya secara berkelanjutan.

b. Memiliki keinginan yang kuat berpakaian sesuai dengan lawan

jenisnya.

c. Minat-minat dan perilaku yang berlawanan dengan lawan jenisnya.

d. Penampilan fisik hampir menyerupai lawan jenis kelaminnya.

e. Perilaku individu yang terganggu peran jenisnya seringkali

menyebabkan ia dilingkungannya.

37
38

f. Bahasa tubuhnya dan nada suara seperti lawan jenisnnya

11. Permasalahan pelayanan sosial terhadap waria

Ada dua besar permasalahan pelayanan sosial terhadap waria yaitu

permasalahan yang bersifat internal dan eksternal. Berikut penjelasannya:

a. Permasalahan Internal.

1. Merasa tidak jelas identitas dan kepribadiannya mengakibatkan waria

berada dalam posisi kebingungan, canggung, tingkah laku berlebihan,

dampak lainnya adalah semakin sulitnya mencari pekerjaan, menjadi

depresi bahkan bunuh diri.

2. Merasa terasing, dan merasa ditolak mengakibatkan para waria

meninggalkan rumah, frustasi, kesepian, mencari pelarian yang

seringkali makin merugikan dirinya.

3. Merasa ditolak dan didiskriminasi mengakibatkan permasalahan

terutama dalam kehidupan sosial, pendidikan, akses pekerjaan baik

formal maupun informal. Implikasinya adalah banyak waria merasa

kesulitan memperoleh pekerjaan, pendidikan, maupun terhambat

dalam proses interaksi sosial.

b. Permasalahan eksternal

1. Permasalahan keluarga.

Dalam konteks integrasi dengan keluarga, para waria seringkali

dianggap sebagai aib dan mendatangkan kesialan dalam keluarga

sehingga banyak diantara mereka tidak mengakui, mengucilkan,

38
39

membuang, menolak, mencemooh dan bahkan mengasingkan. Selain

itu, juga keluarga menutup atau menarik diri dari masyarakat.

2. Permasalahan masyarakat.

Para waria dan komunitasnya dianggap sebagai sosok yang

melakukan penyimpangan yang banyak menimbulkan masalah di

lingkungan masyarakat. Terutama dari segi permasalahan seksual

yang dapat mempercepat penyebaran IMS (Infeksi Menular Seksual)

dan HIV/AIDS.

12. Waria menurut pandangan islam

Adapun dalam bahasa Arab, Waria dikenal dengan Al-Mukhonats

(selanjutnya istilah ini yang akan kita gunakan untuk waria,

wadam,bencong,banci). Dalam Darrusalaf (2013) Al-Mukhonats ada dua

jenis:

1. Kodratnya sejak lahir, seperti memiliki postur tubuh yang menyerupai

wanita, lisan yang apabila berbicara menyerupai wanita dan lainnya.

2. Dilahirkan dengan normal seperti laki-laki kemudian berusaha untuk

berbicara, bergerak, bertabiat dan berhias seperti wanita.

Hukum keduanya ini pun akan berbeda, Jenis pertama tidak

mendapat cela,ejekan, dosa dan hukuman karena ini adalah sesuatu

yang merupakan kodratnya dari lahir dan wajib bagi dia untuk

berusaha merubahnya semampu dia walaupun secara bertahap.

Apabila dia tidak berusaha merubahnya bahkan senang dengannya

maka dia berdosa, ditambah lagi apabila dia malah mengikuti

39
40

kekurangan fisik tersebut dengan memakai pakaian wanita, berhias

dengan hiasan wanita yang tidak terkait kodrat fisiknya maka dia

sudah masuk ke jenis kedua.

Dalam penelitian ini makna hidup menurut pandangan islam

adalah ibadah. Makna ibadah yang dimaksud bukan berarti hanya

shalat, puasa, zakat dan haji, tetapi ibadah dalam setiap aspek

kehidupan kita. Contoh salah satu kegiatan ibadah yang ditemukan

pada subyek penelitian ini adalah subjek mencari nafkah yang halal

dengan cara bekerja sebagai pegawai salon dan menjadi penyanyi di

salah satu cafe.

Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur

atau kufur kepada Allah SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk

[67] : 2 yang terjemahnya, ” (ALLAH) yang menjadikan mati dan

hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih

baik amalnya, dan Dia

Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ”

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian serta kerangka pikir

yang telah dijabarkan maka dibuat kerangka konseptual dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui fenomena multidimensi laki-laki berperilaku

perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dlihat dari kerangka konseptual

dibawah ini.

40
41

Aspek biologis

Aspek psikologis

Fenomena
multidimensi laki – Aspek sosial
laki berperilaku
perempuan

Aspek budaya

Aspek spritual

Skema 2.1 Kerangka Konseptual

41

Anda mungkin juga menyukai