Anda di halaman 1dari 125

PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

TRIYUDHO SEPTIANDI SAPUTRO


1111082000063

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Triyudho Septiandi Saputro
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 26 September 1993
3. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, 12530
4. Telepon : 0838-7809-0022
5. Email : septiandisaputro@mhs.uinjkt.ac.id

II. PENDIDIKAN
1. SDS Bhakti Tugas : Tahun 2000 – 2005
2. SMPN 41 Jakarta : Tahun 2005 – 2008
3. SMAN 34 Jakarta : Tahun 2008 – 2011
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2011 – 2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi

III. PENGALAMAN ORGANISASI


1. Anggota Rohis SMAN 34 Jakarta Divisi Humas dan Media
(Tahun 2009-2010)
2. Anggota BEM FEB UIN Jakarta Divisi Kemahasiswaan
(Tahun 2011-2012)
3. Koordinator Chapter Jakarta Komunitas Jago Akuntansi
Indonesia (Tahun 2015 – Sekarang)

vi
IV. PENGALAMAN KERJA

1. Junior Auditor KAP ARH&J Februari – April 2014

2. Assistant Project Officer DPS Consultant Agustus – Oktober 2015

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Soewandi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Madiun, 25 Maret 1956
3. Ibu : Siti Sunarsih
4. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Mei 1956
6. Alamat : Jl. Haji Alwi RT 003 RW 01 No. 18
Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta
Selatan, 12530

vii
INFLUENCE OF AUDIT QUALITY AND CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TO TAX AVOIDANCE

ABSTRACT

The purpose of this study is to examine the relation between Audit Quality
and Corporate Social Responsibility (CSR) to Tax Avoidance, shows that major
problem about decreasing revenue to taxes into governance. Because of high
Audit Quality and high CSR disclosure should prevent indication of Tax
Avoidance. Samples in this study are the companies who listed in Indonesia Stock
Exchange or IDX and report their annual report for 2012-2014. Number of
companies sampled in this study were 24 manufacturing companies for 3 years
and become 72 samples. The sampling method for this study is purposive
sampling, and the research method used for this study is analysis linear
regression.

The results of this study shows that Audit Quality influence significant
negative to tax avoidance, and CSR influence significant positive to Tax
Avoidance.
Keywords: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Audit Quality,

viii
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

ABSTRAK

Penelitian ini menguji bagaimana hubungan kualitas audit dan Corporate


Social Responsibility (CSR) terhadap Tax Avoidance, yang memperlihatkan
pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Karena
kualitas audit yang tinggi dan tingginya pengungkapan CSR seharusnya dapat
mencegah terjadinya Tax Avoidance. Sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia atau BEI dan melaporkan laporan
tahunannya selama 2012-2014. Jumlah perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini sebanyak 24 perusahaan manufaktur selama 3 tahun menjadi 72
sampel. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling,
dan metode penelitian yang digunakan adalah analysis linear regression.

Hasil penelitian ini menunjukkan Kualitas Audit berpengaruh signifikan


negatif terhadap Tax Avoidance, dan CSR berpengaruh signifikan positif terhadap
Tax Avoidance.
Kata kunci: Tax Avoidance, Corporate Social Responsibility, Kualitas Audit

ix
PENGARUH KUALITAS AUDIT DAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Audit Dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Tax Avoidance” dengan baik. Skripsi ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan,
bimbingan, dukungan, semangat dan do’a, baik langsung maupun tidak langsung
dalam penyelesaian skripsi ini, kepada:
1. Orang tua tersayang dan tercinta, yang selalu mencurahkan perhatian, cinta
dan sayang, saran, kritikan, dukungan serta do’a yang tertuju untukku. Terima
kasih atas semua masukan, saran, dorongan dan kritik, perhatian dan doanya
yang tidak pernah putus.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Amilin, M.Si.,Ak.,CA.,QIA.,BKP selaku Dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi,
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima
kasih atas ilmu yang telah Bapak berikan selama ini.
5. Ibu Reskino, SE., M.Si.,Ak.,CA selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
tersayang, yang telah meluangkan waktu, mencurahkan perhatian,
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Terima kasih atas

x
semua saran dan pembelajaran yang Ibu berikan selama proses penulisan
skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
6. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan karyawan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
7. Seluruh teman-temanku UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2011,
terima kasih atas do’a, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis
selama ini, semoga kita semua meraih kesuksesan yang diinginkan, amin.
8. Akuntansi B UIN 2011, teman terbaik, terimakasih atas memori empat tahun
kita bersama-sama menghadapi kehidupan kampus yang penuh warna.
Semoga kita semua mencapai kesuksesan di masa depan.
9. Grup dan komunitas KJAI, IELTS Line fams dan KKN untuk kesempatan
berorganisasi, sharing ilmu dan pengalaman bersama yang menyenangkan.
10. Dee, Dewa, Ditta, Dpd, Farah, Hanbali, Nurul, Opal, Mamat, dan Yanu.
Terima kasih supportnya guys, dan kebersamaan lebih dari 5 tahun ini,
terlebih kalian Opal dan Dewa yang rela mengantar dari Bandung ke UIN
untuk mengejar tandatangan dosen saya.
11. Ka Ryanna, Amanah, Niwa, Fakhri, Eva, Fandi dan semua teman yang tak
sempat disebutkan, terimakasih banyaaaak atas semuanya, you guys are
definitely the best!
12. Agias dan kakaknya yang telah memberikan support dan bantuan dalam
pembuatan penulisan ini. Terima kasih atas bantuannya
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 1 Juni 2016

Triyudho Septiandi Saputro

xi
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi ...............................................................................ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ...........................................................iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ......................................................................iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ........................................................v
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................vi
Abstract ........................................................................................................... viii
Abstrak ..............................................................................................................ix
Kata Pengantar ...................................................................................................x
Daftar Isi............................................................................................................xii
Daftar Tabel.......................................................................................................xv
Daftar Gambar ................................................................................................ xvi
Daftar Lampiran............................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................15
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................15
1. Tujuan Penelitian ........................................................................15
2. Manfaat Penelitian ......................................................................15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................17
A. Tinjauan Literatur .............................................................................17
1. Teori Keagenan ..........................................................................17
2. Teori Legitimasi .........................................................................18
3. Tax Avoidance ............................................................................20
4. Kualitas Audit ...........................................................................29
5. Corporate Social Responsibility (CSR) .......................................31
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu.........................................................33
C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................36

xii
D. Hipotesis ............................................................................................37
1. Kualitas Audit dan Tax Avoidance................................................37
2. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax
Avoidance ....................................................................................38
3. Variabel-variabel kontrol penelitian .............................................41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................43
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................43
B. Metode Penentuan Sampel ...............................................................43
C. Metode Pengumpulan Data ..............................................................45
D. Metode Analisis Data ......................................................................45
1. Statistik Deskriptif .....................................................................45
2. Uji Asumsi Klasik .......................................................................46
a. Normalitas Data ...............................................................46
b. Multikolinieritas ...............................................................47
c. Autokorelasi .....................................................................48
d. Heteroskedastisitas ...........................................................50
3. Uji Analisis Regresi Berganda ....................................................51
a. Koefisien Determinasi ......................................................52
b. Uji Statistik F ...................................................................53
c. Uji Statistik t....................................................................53
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................................54
1. Variabel Independen ...................................................................54
a. Kualitas Audit...................................................................54
b. Corporate Social Responsibility (CSR) .............................55
2. Variabel Dependen .....................................................................57
a. Tax Avoidance ..................................................................57
3. Variabel Kontrol .........................................................................59
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................................61
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................61
1. Deskripsi Objek Penelitian ..........................................................61

xiii
2. Deskripsi Sampel Penelitian ........................................................61
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian .........................................................62
C. Pembahasan .....................................................................................73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................81
A. Kesimpulan .....................................................................................81
B. Implikasi Penelitian ..........................................................................82
C. Keterbatasan Penelitian.....................................................................84
D. Saran ...............................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................86
LAMPIRAN .....................................................................................................90

xiv
DAFTAR TABEL
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap ................2
2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ...........................................................33
3.1 Tabel Keputusan Hipotesis Autokorelasi ..............................................49
4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ..................................................................62
4.2 Hasil Uji Deskriptif Statistik .................................................................62
4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov............................................65
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................66
4.5 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel ......................................................67
4.6 Analisis Uji Durbin-Watson ......................................................................68
4.7 Hasil Uji Autokorelasi Variabel .............................................................68
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................71
4.9 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................71
4.10 Hasil Uji Statistik F ...............................................................................72
4.11 Hasil Uji Statistik t ................................................................................73

xv
DAFTAR GAMBAR
NO. KETERANGAN HALAMAN
1.1 Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah ..........................................8
2.1 Kerangka Pemikiran .................................................................................36
4.1 Grafik Histogram ......................................................................................63
4.2 Grafik Normal Plot ....................................................................................64
4.3 Grafik Scatterplot ......................................................................................70

xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran - Lampiran .........................................................................................90
Perusahaan Sampel Penelitian ............................................................................91
Data Mentah Penelitian ......................................................................................94
Indikator CSR ....................................................................................................99
Data Auditor atau KAP Perusahaan.................................................................. 101
Hasil Output Penelitian .................................................................................... 106

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data pajak yang di sampaikan oleh dirjen pajak ada 4.000

perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) pada tahun 2012 nihil nilai

pajaknya, perusahaan tersebut diketahui ada yang mengalami kerugian selama

7 tahun berturut-turut (Pranata & Puspa, 2014). Fenomena perpajakan yang

menarik karena terdapat polemik didalamnya membuat berkembangnya

penelitian mengenai perpajakan.

Beberapa tahun terakhir ini kasus mengenai Tax Avoidance

(penghindaran pajak) menjadi isu hangat, dimana ditemukan beberapa

perusahaan yang telah terungkap hingga ke media. Hundal (2011) dalam

Annuar, Salihu, Normala, & Obid (2014) berargumentasi bahwa Tax

Avoidance (penghindaran pajak) perusahaan merupakan isu yang paling

menantang dari generasi sekarang yang memperlihatkan pengurangan

pendapatan yang serius terhadap pajak ke pemerintah. Hal tersebut

diperlihatkan oleh banyaknya berita mengenai pajak akhir-akhir ini yang

membuat hampir seluruh negara gempar karena terungkapnya banyak

perusahaan besar yang melakukan penghindaran maupun pelanggaran pajak.

Halaman selanjutnya mengungkapkan fenomena pajak yang terjadi hingga

2015 dalam bentuk tabel.

1
Tabel 1.1
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
No Perusahaan Berita Analisa Sumber
1 Starbucks, Starbucks tidak Diungkapkan oleh http://www.
Google, dan membayar pajak pada bbc.com bahwa bbc.com/ne
Amazon 2013. Amazon pada 2011 ketiga perusahaan ws/uk-
(Inggris) hanya mencatat beban besar ini telah politics-
pajak sebesar 1.8 juta melakukan berbagai 23019514
euro. Dan Google Inggris usaha untuk
hanya membayar 6 juta menghindari pajak
euro pada 2011. di Inggris.
2 Perusahaan Kepatuhan dalam Pengemplangan http://www.
Asing melaporkan info pajak terjadi hanya merdeka.co
(Indonesia) perpajakan bagi pada perusahaan m/peristiwa/
perusahaan asing multinasional asing penghindara
menurun bila yang mungkin n-pajak-
dibandingkan dengan disebabkan perusahaan-
tahun lalu yaitu sebesar peraturan perpajakan global-di-
89% namun sekarang mengenai pajak luar dunia.html
hanya 83% begitu yang negeri. dan
dikutip dari Direktur http://bisnis
Penyuluhan, Pelayanan, keuangan.ko
dan Hubungan mpas.com/r
Masyarakat (Humas) ead/2015/04
Ditjen Pajak Mekar /23/1049076
Satria Utama 26/Ada.Peru
sahaan.Mult
inasional.As
ing.yang.Di
duga.Menge
mplang.Paja
k
3 Asian Agri Direktorat Jenderal Pajak Hal yang dilakukan http://www.
(Indonesia) Departemen Keuangan direksi PT. Asian merdeka.co
menetapkan lima anggota Agri merupakan tax m/uang/dirj
direksi Asian Agri Group evasion en-pajak-
sebagai tersangka (penggelapan pajak) janji-usut-
penggelapan pajak. Lima karena melakukan kasus-
orang itu berinisial LA, penggelembungan perpajakan-
WT, ST, TBK, dan AN. biaya, merubah hasil wilmar-
Tertangkapnya direksi penjualan dan grup.html
Asian Agri karena telah merubah transaksi dan
melakukan kecurangan ekspor menjadi rugi. http://www.
dalam pelaporan SPT PT. antikorupsi.
Asian Agri. org/id/conte
nt/sukanto-
tanoto-
tersangka-
Bersambung pada halaman selanjutnya 2
TabelTabel
1.1 (lanjutan)
1.1
Daftar kasus Tax Avoidance yang telah terjadi dan terungkap
No Perusahaan Berita Analisa Sumber
penggelapan
-pajak
4 HSBC Dalam laporannya, Penghindaran http://dispen
Swiss, HSBC Swiss diduga pembayaran pajak da.jabarprov
Amerika telah membantu nasabah memang tidak .go.id/2015/
Serikat, kaya menghindari pajak melanggar hukum, 06/09/prihat
Prancis, dengan menawarkan tetapi secara sengaja in-
Belgia dan skema agresif untuk menyembunyikan menghindari
Argentina mengurangi pajak di dana untuk -pajak-di-
dan tarif negara asal, khususnya menghindari pajak tanah-air-2/
pajak Eropa. adalah suatu ,
Irlandia pelanggaran http://www.
(Eropa) pajak.go.id/
content/artic
le/pemagara
n-pelarian-
pajak-
penghasilan
dan
http://www.
bbc.com/ind
onesia/dunia
/2015/02/15
0209_hsbc_
pajak
5 IKEA IKEA dituduh IKEA dengan http://bisnis
(Eropa) menghindari pajak sengaja keuangan.ko
dengan nilai mencapai 1 memindahkan dana mpas.com/r
miliar euro atau setara dari gerainya di ead/2016/02
dengan 1,1 miliar dollar seluruh Eropa ke /16/1010412
AS. Hal tersebut anak perusahaannya 26/Komisi.E
dilakukan IKEA pada di Belanda. Dengan ropa.Selidik
kurun waktu 2009 hingga demikian, mereka i.Kasus.Pen
2014. akan terbebas dari ghindaran.P
pajak di Linhtenstein ajak.oleh.IK
atau Luxembourg EA
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Diungkap dalam majalah BBC yang diakses pada tanggal 21 April

2015, dalam artikel yang diunduh dari http://www.bbc.com/news/uk-politics-

23019514 bahwa perusahaan kopi yang telah global ini menghasilkan

3
penjualan sebesar 400 juta Euro di Inggris pada tahun 2012, namun mereka

tak membayar pajak perusahaan sama sekali. Starbucks yang memiliki

penjualan sebesar 400 juta euro pada 2012 dan tidak membayar pajak pada

2013. Begitu pula yang terjadi pada 2 perusahaan global ini, Amazon dengan

penjualan 3,35 miliar euro pada 2011 hanya mencatat beban pajak sebesar 1.8

juta euro. Dan Google Inggris hanya membayar 6 juta euro untuk treasury

pada 2011 ketika turnover 395 juta euro. Tindakan agresif untuk menghindari

pajak setelah sekian lama dilakukan oleh ketiga perusahaan ini akhirnya

terungkap. Diungkapkan oleh bbc.com bahwa ketiganya telah melakukan

berbagai usaha untuk menghindari pajak di Inggris.

Selain itu ada terdapat juga perbankan yang membantu perusahaan

untuk melakukan Tax Avoidance. HSBC membantu klien dunia menghindari

pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC pada

Februari tahun 2015 ini yang dimuat dalam web BBC yaitu

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/150209_hsbc_pajak. Dalam

laporannya, HSBC Swiss diduga telah membantu nasabah kaya menghindari

pajak dengan menawarkan skema agresif untuk mengurangi pajak di negara

asal, khususnya Eropa. Perbedaan pembayaran pajak yang menyebabkan

perusahaan beralih ke negara yang lebih rendah tarif pajaknya. Seperti Irlandia

yang tarif pajak rendah menyebabkan perusahaan multinasional pindah ke

Irlandia. Raksasa perbankan HSBC membantu klien dunia menghindar

pembayaran pajak ratusan juta poundsterling, demikian temuan BBC. Data-

data ini berisi rincian hampir 7.000 klien di Inggris. HSBC mengakui

4
sejumlah orang mempergunakan kerahasian bank untuk memiliki rekening

yang tidak diumumkan. Akan tetapi, situasinya menjadi lebih rumit dan berat

manakala terjadi di Indonesia yang kesenjangan ekonominya tak sekecil

negara lainnya. Rekening luar negeri tidak melanggar hukum Inggris, tetapi

banyak orang menggunakannya untuk menyembunyikan uang kontan dari

petugas pajak. Penghindaran pembayaran pajak memang tidak melanggar

hukum, tetapi secara sengaja menyembunyikan dana untuk menghindari pajak

adalah suatu pelanggaran seperti yang dikutip dari web

http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-

tanah-air-2/)

Selain itu terdapat perusahaan hardware, yaitu IKEA yang terlibat

dalam Tax Avoidance. IKEA dituduh menghindari pajak dengan nilai

mencapai 1 miliar euro atau setara dengan 1,1 miliar dollar AS. Hal tersebut

dilakukan IKEA pada kurun waktu 2009 hingga 2014. Seperti yang terungkap

didalam artikel berita kompas yang diakses Februari 2016 ini pada web

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa

.Selidiki.Kasus.Penghindaran.Pajak.oleh.IKEA. Dalam laporan tersebut

ditulis, estimasi pajak yang dihindari IKEA menyebabkan hilangnya

pemasukan pajak di Jerman senilai 35 juta euro atau 39 juta dollar AS, 24 juta

euro atau 26 juta dollar AS di Prancis, dan 11,6 miliar euro atau 13 juta dollar

AS di Inggris. Diduga dengan sengaja memindahkan dana dari gerainya di

seluruh Eropa ke anak perusahaannya di Belanda. Dengan demikian, mereka

akan terbebas dari pajak di Linhtenstein atau Luxembourg.

5
Selain diluar negeri ternyata kasus Tax Avoidance ini sampai ke

Indonesia. Tak hanya menjadi tren di luar negeri, namun Indonesia

mengalaminya juga. Artikel yang diakses pada April 2015 dari web

http://www.merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-

wilmar-grup.html ini mengungkapkan salah satu kasus yang terungkap yaitu

Asian Agri. Direktur PT Asian Agri melakukan kecurangan terhadap laporan

perpajakannya hingga merugikan negara begitu besar. Diberitakan oleh

Antikorupsi.org dan Pajak.go.id bahwa Direktorat Jenderal Pajak Departemen

Keuangan menetapkan lima anggota direksi Asian Agri Group sebagai

tersangka penggelapan pajak. Lima orang itu berinisial LA, WT, ST, TBK,

dan AN. Tertangkapnya direksi Asian Agri karena telah melakukan

kecurangan dalam pelaporan SPT PT. Asian Agri. Menyembunyikan uang Rp

2,621 triliun dari petugas pajak sehingga tidak perlu membayar 30% atau Rp

786,3 miliar untuk pajaknya. Hal yang dilakukan direksi PT. Asian Agri

merupakan tax evasion (penggelapan pajak) karena melakukan

penggelembungan biaya, merubah hasil penjualan dan merubah transaksi

ekspor menjadi rugi. Penelitian Uppal (2005) dalam tentang kasus Tax

Avoidance di Indonesia mengemukakan bahwa di negara-negara berkembang

banyak terjadi kasus Tax Avoidance (Prakosa, 2014). Caranya dengan tidak

melaporkan atau melaporkan namun tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya

atas pendapatan yang bisa dikenai pajak. Tax Avoidance ini telah membuat

pendapatan pajak negara menjadi sempit dan mengakibatkan kehilangan

potensi pendapatan pajak yang begitu besarnya. Serta masih sedikit pula kasus

6
yang terungkap di dalam negeri yang dapat dijadikan contoh untuk Tax

Avoidance ini.

Beberapa fenomena diatas menyangkut Tax Avoidance merupakan

contoh dari kasus yang diambil dari perusahaan besar. Itu terlihat dari

banyaknya temuan Tax Avoidance pada tahun 2012 hingga sekarang dan

hampir terjadi diseluruh belahan negara. Contohnya kasus Tax Avoidance

yang terjadi di luar negeri seperti contohnya Starbucks, Google dan Amazon

di Inggris, Asian Agri dan perusahaan asing di Indonesia, IKEA di Eropa dan

HSBC di beberapa negara seperti Swiss, Amerika Serikat, Prancis, Belgia dan

Argentina.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang berperan

besar (Maharani & Suardana, 2014). Maka dari itu setiap warga negara yang

memiliki kewajiban untuk membayar pajak atau wajib pajak diharuskan

membayar pajak sesuai dengan perhitungan dan perundang-undangan yang

berlaku. Seperti yang diungkapkan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas UU nomor

6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal

1 ayat 1 yang berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Padahal potensi perpajakan di Indonesia sangatlah besar, namun sayang belum

tergarap optimal. Dari 254,8 juta penduduk Indonesia, hingga Januari 2015,
7
baru tercatat 26,8 juta WP orang pribadi. Padahal pemilik pekerjaan potensial

mencapai 44,8 juta orang.

Dengan potensi yang begitu besar, negara Indonesia dapat

mengembangkan penerimaannya melalui sektor pajak. Para ahli

memproyeksikan bahwa peningkatan pajak akan terus berkembang hingga

masa akhir kepemimpinan Presiden saat ini (Poesoro, 2015). Gambar dibawah

ini memproyeksikan total penerimaan pajak dari tahun 2000-2019.

Gambar 1.1
Total Penerimaan Pajak dalam Triliun Rupiah

Sumber : Proyeksi Poesoro (2015) berdasarkan APBN 2002-2014

Grafik diatas menggambarkan proyeksi peningkatan pajak dari 2015-

2019 yang didasarkan APBN 2002-2014. Grafik dimulai dari tahun 2000 yang

memiliki realisasi penerimaan pajak 200 triliun (Poesoro, 2015) hingga tahun

2015 mencapai 877 triliun dalam realisasi penerimaaan pajaknya. Dalam

melakukan proyeksi penerimaan pajak, Poesoro (2015) menggunakan dua

8
asumsi yaitu target penerimaan pajak sesuai dengan asumsi yang tertera dalam

APBN-P 2014 dan juga reaslisasinya. Tampak dalam tahun 2015-2019

peningkatan akan berlanjut hingga akhir masa kepemimpinan Presiden Jokowi

dengan total Rp. 1.989 triliun. Grafik tersebut menunjukkan kemungkinan

peningkatan pendapatan negara dalam bidang perpajakan yang dapat

mendukung pembangunan negara Indonesia.

Namun disisi lain, sebagai wajib pajak, pajak merupakan sebuah beban

atau pengurang pendapatan. Maka dari itu wajib pajak mencoba memutar otak

agar dapat menghindari pajak secara legal. Walaupun terdengar seperti sebuah

kesalahan atau kecurangan namun penghindaran pajak ini sama sekali tidak

melanggar ketentuan yang berlaku, peraturan perpajakan dan peraturan

akuntansinya. Hal ini diungkapkan Maharani & Suardana (2014) yang

berpendapat bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan

masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan.

Manusia bersifat oportunistik, yaitu kecenderungan untuk

memanfaatkan kesempatan dengan tujuan memperoleh keuntungan dari suatu

posisi atau keadaan tertentu, namun dengan merugikan pihak lainnya (Pranata

& Puspa, 2014). Manipulasi data-data keuangan untuk kepentingan apapun

dan siapapun adalah salah. Hal ini memberikan pandangan bahwa hal yang

berkaitan dengan etika bisnis merupakan suatu hal yang benar. Maka dari itu

terkadang terdapat pembenaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan

berkaitan dengan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.

9
Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara,

mulai dari yang masih berada dalam bingkai peraturan perpajakan sampai

dengan yang melanggar peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012).

Dari perbedaan cara itu menimbulkan beberapa istilah dalam dunia perpajakan

mengenai menghindari, memotong, menggelapkan, mengatur dari pajak

perusahaan.

Beberapa peneliti sebelumnya menggunakan istilah yang berbeda-beda

antara lain: agresivitas pajak (tax aggressiveness) diangkat oleh (Balakrishnan

and Guay, 2012; Frank, Lynch, & Rego, 2009; Richardson & Lanis, 2012),

manajemen pajak (tax management) diangkat oleh (Minnick dan Noga, 2010),

dan perencanaan pajak (tax planning) diangkat oleh (Armstrong & Blouin,

2011; Sabli dan Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012) juga penghindaran

pajak (Tax Avoidance) (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014;

Kanagaretnam, 2014). Hanlon et al. (2010) menyimpulkan bahwa semua

definisi dan istilah tersebut memiliki arti yang sama.

Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam hal pajak

semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012). Asumsinya

bahwa dampak dari perilaku pajak yang agresif dari suatu perusahaan

membuat pemegang saham sadar agar tidak ingin perusahaan mereka turut

agresif dalam hal pajak dan segera mencegah tindakan tersebut jika mereka

tahu sebelumnya karena pengawasan dari otoritas publik.

10
Oleh karena tuntutan oleh otoritas publik akan transparansi dalam

pelaporan, membuat pemegang saham berpikir bahwa kualitas audit dalam

suatu perusahaan merupakan hal yang vital. Telah terbukti dari penelitian

sebelumnya, bahwa kualitas audit penting. Kanagaretnam (2014)

menyimpulkan dari penelitian Becker et al. (1998), Francis et al. (1999),

Krishnan (2003), Khurana and Raman (2004), Choi et al. (2008), Francis and

Wang (2008), dan Kanagaretnam et al. (2010), yang menjelaskan bahwa

Kantor Akuntan Publik (KAP) dari Big 4 (PriceWaterhouseCooper - PWC,

Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young-E&Y) meningkatkan

kualitas pengungkapan dan meninggikan kepercayaan dari laporan keuangan

di Amerika dan global. Dan juga memiliki tingkat kecurangan lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 4 (Annisa

& Kurniasih, 2012).

Dari hasil penelitian Kanagaretnam (2014) mengenai hubungan

kualitas audit dan Tax Avoidance menemukan bukti kuat bahwa KAP Big 4

berhubungan dengan semakin rendahnya Tax Avoidance. Sementara penelitian

Kanagaretnam (2014) mengambil sampel dari berbagai negara, kemudian

peneliti ingin melihat dari sudut pandang lokal, yaitu Indonesia.

Selain dari kualitas audit, terdapat hal lain yang dapat dihubungkan

dengan Tax Avoidance, yaitu corporate social responsibility. Hoi, Wu, &

Zhang (2014) memaparkan bahwa perusahaan dengan kegiatan Corporate

Social Responsibility (CSR) yang lebih tidak bertanggung jawab, terlebih

perusahaan dengan kegiatan CSR yang tidak bertanggung jawab dan


11
berlebihan pada tahun tertentu, memiliki probabilitas yang lebih tinggi dari

keterlibatan dengan penampungan pajak (tax sheltering), perbedaan buku

pajak yang lebih besar (book-tax gap) dan cash effective tax rate yang lebih

rendah. Itu menunjukkan semakin tinggi kinerja CSR perusahaan, semakin

sedikit kemungkinan untuk melakukan Tax Avoidance.

Kegiatan Tax Avoidance selain akan merugikan masyarakat dan

pemerintah, seiring dengan berjalannya waktu akan merugikan perusahaan

multinasional juga. Itu karena bila terdapat investigasi dari pemerintah yang

diliput oleh media yang akan menimbulkan perspektif negatif dari konsumen

(Huda, 2014). Lalu dampaknya akan terlihat pada kepercayaan konsumen

terhadap suatu perusahaan. Sehingga perspektif konsumen yang akan

menurunkan reputasi perusahaan berdampak terhadap nilai saham suatu

perusahaan.

Selain efek eksternal yang ditimbulkan perspektif konsumen dari

pandangan negatif terhadap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance,

terdapat efek internal dalam perusahaan karenanya. Manajemen yang

melakukan Tax Avoidance menimbulkan kerugian dimata pemegang saham,

karena dikhawatirkan akan melakukan kegiatan lain yang berlawanan dengan

tujuan pemegang saham seperti penyimpangan manajerial yang apabila

terdeteksi akan menimbulkan pasar saham akan bereaksi negatif (Huda, 2014).

Dan reaksi negatif dari pasar saham akan menimbulkan penurunan harga

saham. Dan sebagai cerminan dari harga saham, nilai perusahaan akan ikut

menurun. (Huda, 2014).


12
Berdasarkan uraian diatas, mengenai seberapa pentingnya kualitas

audit dan juga corporate social responsibility, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berkaitan dengan Tax Avoidance. Hal yang

membedakan penelitian ini dengan penelitian Annisa & Kurniasih (2012),

Kanagaretnam (2014), Maharani & Suardana (2014), Richardson & Lanis

(2012) dan Wahyudi (2015) adalah :

1. Peneliti menambah variabel lain yaitu CSR sebagai variabel baru yang

jarang dihubungkan dengan Tax Avoidance. Sementara di negara lain telah

menghubungkan kedua variabel ini, seperti yang telah diteliti oleh

(Richardson & Lanis, 2012). Selain itu, kemungkinan terjadinya Tax

Avoidance dapat terjadi dari manajer perusahaan, yang peneliti yakin ini

dapat terlihat dari laporan tahunan perusahaan, dan salah satunya laporan

pengungkapan CSR

2. Peneliti menggunakan proksi BTG atau Book Tax GAP yang masih jarang

dipakai sebagai perhitungan BTG, seperti Wahyudi (2015), Prakosa

(2014), Pranata & Puspa (2014) menggunakan ETR sebagai proksi dari tax

avoidance. Peneliti mengikuti jejak Annisa & Kurniasih (2012) dengan

menggunakan BTG, namun (Annisa & Kurniasih, 2012) menggunakan

seluruh perusahaan yang listed di bursa saham. Dan peneliti membedakan

dan lebih spesifik ke perusahaan manufaktur yang listed di bursa saham.

Penelitian ini penting untuk diteliti karena fenomena yang terjadi saat

ini mendorong kita sebagai warga yang taat kepada negara untuk terhindar

atau menghindar dari tindakan Tax Avoidance yang merugikan negara ini,
13
selain itu Tax Avoidance juga merupakan isu yang sedang hangat di abad 21

dan masih sedikit pembahasan lebih lanjut mengenai fenomena ini. Begitu

besarnya dan berkembangnya fenomena ini hingga beberapa tahun terakhir

banyak terungkap perusahaan yang melakukan Tax Avoidance dimulai dari

internasional hingga perusahaan nasional. Seperti Google, Starbuck,

Amazon.com, IKEA hingga HSBC menjadi fasilitator atau pemberi jasa

bagaimana cara menghindari pajak disuatu negara. Perusahaan dalam negeri

pun terungkap ada yang tertangkap tangan melakukan penggelapan pajak.

Namun belum banyak kasus dari Indonesia yang terungkap hingga diharapkan

dengan penelitian ini dapat mengungkap kemungkinan atau potensi Tax

Avoidance ini dengan variabel yang diteliti.

Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) berargumen bahwa Tax

Avoidance merupakan isu paling menantang untuk generasi sekarang karena

dapat mengurangi pendapatan pajak pemerintah. Selain itu uniknya penelitian

ini yaitu dihubungkan dengan kualitas audit yang diproksikan oleh besarnya

KAP dalam perusahaan listing di BEI yang menjadi indikator dari penilaian

atau pendeteksian terjadinya Tax Avoidance. Menurut Richardson & Lanis

(2012) CSR dapat berpotensi mempengaruhi keagresifan pajak yang dapat

berakhir dengan Tax Avoidance. Maka peneliti juga ingin melihat seberapa

besar pengaruh dari pengungkapan CSR dalam suatu laporan keuangan dapat

mempengaruhi terdapatnya Tax Avoidance dalam suatu perusahaan di

Indonesia.

14
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan penelitian

ini dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit dan Corporate Social

Responsibility terhadap Tax Avoidance”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah kualitas audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax

Avoidance di Indonesia?

2. Apakah CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance di

Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah menemukan bukti empiris dari :

a. Kualitas audit terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat

dari perusahaan listing BEI

b. CSR terhadap Tax Avoidance di Indonesia dengan melihat dari

perusahaan listing BEI

2. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat

dibidang akademik maupun praktik, sebagai berikut:

a. Bagi Akademisi:

15
1) Memberikan pengetahuan tentang Tax Avoidance pada perusahaan.

2) Memberikan informasi sebagai sumber referensi penelitian dengan

variabel Tax Avoidance.

3) Memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan dalam

penulisan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Perusahaan

1) Memberikan wawasan mengenai Tax Avoidance dan pengelolaan

CSR dalam perusahaan.

c. Bagi Investor

1) Memberikan indikator untuk menilai suatu perusahaan dan

memberikan keyakinan dalam memilih perusahaan.

d. Bagi Pemerintah

1) Memberikan masukan bagi pemerintah dalam pembuatan

kebijakan di bidang perpajakan yang dapat mencegah praktik

penghindaran pajak perusahaan.

16
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Literatur

1. Teori Keagenan

Pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk

memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada

berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku (Prakosa, 2014). Oleh sebab

itu diperlukan adanya pemisahan antara pemilik dengan pengelola perusahaan

yang dapat menimbulkan masalah, antara lain yaitu adanya kemungkinan

pengelola atau manajer melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan

keinginan atau kepentingan pemilik atau pemegang saham.

Teori agensi berisi mengenai hubungan secara kontrak antara anggota-

anggota di perusahaan. Hubungan agensi terjadi saat satu orang atau lebih

(principal/pemegang saham) mempekerjakan orang lain (agen/manajer) untuk

memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang

pengambilan keputusan (Jao & Pagalung, 2011). Inti dari hubungan keagenan

adalah adanya pemisahan fungsi antara kepemilikan di investor dan

pengendalian di pihak manajemen.

Definisi lain menurut Lukviarman (2006) dalam Pranata & Puspa

(2014), Agency Theory merupakan perspektif yang secara jelas

menggambarkan masalah yang timbul dengan adanya pemisahan antara

kepemilikan dan pengendalian terhadap perusahaan, yaitu terdapatnya konflik


17
kepentingan dalam perusahaan. Konflik ini disebut agency problem atau

masalah agensi (Jao & Pagalung, 2011).

Permasalahan yang timbul antara pemegang saham dan manajer

menimbulkan kekhawatiran bagi pemegang saham. Dan salah satu

kekhawatiran bagi pemegang saham adalah tindakan untuk menghindar dari

pajak (Tax Avoidance). Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Fisher (2014)

mengatakan apabila terdapat manajer atau manajemen yang melakukan Tax

Avoidance akan menimbulkan pandangan yang tidak baik pula terhadap

pemegang saham yang disebabkan kekhawatiran terhadap manajer akan

melakukan tindakan yang berlawanan dengan pemegang saham.

Permasalahan yang timbul atas dasar kepercayaan tidak hanya

ditunjukkan kekhawatiran pemegang saham kepada manajer perusahaan.

Begitu pula juga oleh masyarakat terhadap perusahaan yang terus mencoba

untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan

dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat.

2. Teori Legitimasi

Terdapat 2 teori yang berhubungan dengan pengungkapan sosial

perusahaan, yakni teori legitimasi dan agensi (Nasir, Kurnia, & Hakri, 2013).

Legitimacy theory secara esensial adalah teori yang berorientasi pada sistem,

dalam hal ini organisasi atau perusahaan dipandang sebagai salah satu

komponen dalam lingkungan sosial yang lebih besar. Karena merupakan suatu

komponen yang besar dalam suatu lingkungan sosial, maka perusahaan turut

18
andil dalam melakukan aktivitas sosial di lingkungan tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh Nasir et al. (2013) bahwa teori ini secara jelas mengakui

suatu entitas bisnis dibatasi oleh kontrak sosial yang menyebutkan bahwa

perusahaan sepakat untuk menunjukkan berbagai aktivitas sosial perusahaan

agar diterima masyarakat akan tujuan perusahaan yang pada akhirnya akan

menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Chariri (2008) mengatakan teori legitimasi sangat bermanfaat dalam

menganalisis perilaku organisasi (Nasir et al., 2013). Legitimasi merupakan

hal yang penting bagi organisasi/perusahaan sehingga batasan-batasan yang

ditekankan oleh norma dan nilai sosial dalam suatu lingkungan, dan reaksi

terhadap batasan norma dan nilai sosial tersebut mendorong pentingnya

analisis perilaku organisasi dengan memperhatikan lingkungan sosial. Oleh

karena itu, kegagalan perusahaan dalam menyesuaikan diri dengan norma

ataupun adat yang diterima oleh masyarakat, akan mengancam legitimasi

perusahaan serta sumber daya perusahaan, lalu akan mengancam legitimasi

perusahaan serta sumber daya perusahaan, dan pada akhirnya akan

mengancam kelangsungan hidup perusahaan. (Nasir et al., 2013).

Dalam teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba

untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan

dan norma-norma masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal

itu mendukung bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan

bangsa dengan melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Sebagai suatu

kewajiban bermasyarakat maka dari itu perusahaan mengungkapkan kegiatan


19
CSR. Oleh karenanya teori ini menggambarkan pandangan terhadap

pentingnya pengungkapan CSR di suatu perusahaan. Penelitian ini melihat

bagaimana norma serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat

merupakan hal penting yang akan mempengaruhi perusahaan. Selain memiliki

kualitas audit yang baik, perusahaan juga perlu mengungkapkan kegiatan CSR

kepada masyarakat.

3. Tax Avoidance

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Maharani &

Suardana (2014) bahwa persoalan mengenai penghindaran pajak merupakan

masalah yang rumit, diperbolehkan namun tidak diinginkan. Namun

sebenarnya tindakan penghematan pajak yang dilakukan oleh sejumlah

perusahaan di Indonesia tidak dimaksudkan untuk menggelapkan pajak, tapi

lebih pada tujuan penghematan besarnya beban pajak yang dibayar oleh

perusahaan dengan cara memanfaatkan celah pada peraturan perpajakan yang

ada di Indonesia (Annisa & Kurniasih, 2012). Khurana dan Moser (2009)

menyatakan bahwa aktivitas Tax Avoidance yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan dalam upaya semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak

perusahaan atau yang sekarang bisa kita sebut Tax Avoidance (Annisa &

Kurniasih, 2012).

“Corporate Tax Avoidance broadly as the reduction in explicit taxes


paid, and we measure Tax Avoidance as the difference between the firm’s
“unmanaged tax amount” and its “managed tax amount””

20
Kalimat diatas mengutip dari Kanagaretnam (2014) yang berisi definisi

dari Tax Avoidance secara luas yaitu sebagai pengurangan pajak eksplisit

dibayar, dan mengukur penghindaran pajaknya sebagai perbedaan antara

"unmanaged amount tax" perusahaan dan "managed amount tax". Perbedaan

ini menunjukkan seberapa agresif manajer mengatur strategi untuk

mengurangi pajak yang harus dibayar. Secara rinci Kanagaretnam (2014)

menjelaskan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya yang dilakukan oleh

wajib pajak melalui pemanfaatan kompleksitas pajak, dan hal-hal yang tidak

diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan.

Sama hal dengan Pohan (2009) yang mendefinisikan Tax Avoidance

sebagai proses pengendalian tindakan agar terhindar dari konsekuensi

pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Bila dilihat dari definisi tersebut

maka hal itu telah diatur atau sengaja dilakukan oleh pengelola perusahaan

atau manajer untuk menghindar dari pajak. Sedangkan Jaya, Arafat, & Kartika

(2014) menyebutkan bahwa Tax Avoidance merupakan rekayasa “tax affairs”

yang masih tetap berada dalam bingkai ketentuan perpajakan (lawful). Yang

menekankan pada ketiadaannya suatu pelanggaran perundang-undangan

perpajakan.

Secara singkat Annisa & Kurniasih (2012) serta Maharani & Suardana

(2014) memaparkan Tax Avoidance adalah salah satu cara untuk menghindari

pajak secara legal atau dengan menuruti peraturan yang ada dan tidak

melanggar peraturan perpajakan. Dari semua definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa Tax Avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban


21
pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkannya

pada transaksi yang bukan objek pajak. (Pohan, 2013)

Selain dikenal dengan nama Tax Avoidance, banyak peneliti

menyebutnya dengan manajemen pajak (tax planning). Tax planning

merupakan sarana untuk menyelesaikan kewajiban perpajakan dengan benar

namun jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk

memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan (Jaya et al., 2014).

Zain (2005) dalam Pohan (2009) menyatakan perencanaan pajak atau

perbuatan untuk menghindari pajak (Tax Avoidance) yang berhasil dan harus

secara jelas dibedakan dengan perbuatan penyelundupan pajak (Tax Evasion)

karena menurut Zain (2005), Tax Avoidance termasuk dalam pengertian

perencanaan pajak (Tax Planning).

Selain tax planning ada juga istilah lain, yaitu agresivitas pajak (Tax

Aggressiveness). Tax aggressiveness adalah strategi perusahaan yang tidak

sesuai dengan harapan masyarakat (Richardson & Lanis, 2012). Frank et al.

(2009) mendefinisikan pelaporan pajak yang agresif (Aggressive Tax) sebagai

manipulasi turunan penghasilan kena pajak (taxable income) melalui

perencanaan pajak (Tax Planning) yang mungkin atau tidak mungkin

dianggap penggelapan pajak (Tax Evasion). Kesimpulannya agresivitas pajak

merupakan kegiatan mengatur pajak untuk menghindarinya (Tax Avoidance)

tanpa menggelapkan (Tax Evasion) pajak itu sendiri. Namun Balakrishnan and

Guay (2012) berpendapat bahwa agresivitas pajak adalah seperangkat lebih

22
luas dari transaksi yang tujuan utamanya adalah hanya untuk menurunkan

kewajiban pajak perusahaan.

Banyak istilah dalam perpajakan seperti penggunaan istilah agresivitas

pajak (tax aggressiveness) dalam penelitian (Balakrishnan and Guay, 2012;

Frank et al., 2009; Richardson & Lanis, 2012). Penggunaan istilah manajemen

pajak (tax management) dalam penelitian Minnick dan Noga (2010). Dan

istilah perencanaan pajak (tax planning) dalam penelitian (Armstrong &

Blouin, 2011; Sabli & Noor, 2012; Wahab dan Holland, 2012). Dan istilah

dalam penelitian ini sendiri yaitu penghindaran pajak (Tax Avoidance) dalam

penelitian (Annisa & Kurniasih, 2012; Annuar et al., 2014; Kanagaretnam,

2014).

Semua istilah selain Tax Avoidance pada intinya sama, hanya

menggunakan istilah yang berbeda beda namun artinya serupa, dari tax

aggressiveness (agresifitas pajak), tax management (manajemen pajak), tax

planning (perencanaan pajak) dan Tax Avoidance (penghindaran pajak) seperti

yang disimpulkan oleh Hanlon et al. (2010). Namun beda halnya dengan tax

evasion (penggelapan pajak) yang telah melanggar peraturan yang berlaku.

Menurut Annisa & Kurniasih (2012) Indonesia memiliki celah

(loopholes) legalitas dalam tindakan penghematan pajak yang masih ambigu,

sehingga Wajib Pajak tidak disarankan untuk menarik kesimpulan sendiri

terkait dengan undang-undang perpajakan. Lebih baik bila Wajib Pajak

23
melakukan cross check terkait pemahaman undang-undang dengan otoritas

perpajakan.

Dalam melakukan pengaturan pajak (tax planning) terdapat 2

perbedaan mendasar yaitu menghindari (Tax Avoidance) atau menggelapkan

(tax evasion). Tax evasion (penggelapan pajak) merupakan suatu usaha

penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan peraturan perpajakan

(Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan dengan jelas antara

Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu Tax Avoidance (penghindaran pajak)

sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal (lawful),

sedangkan tax evasion (penggelapan pajak) adalah usaha untuk mengurangi

hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)

Upaya Tax Avoidance dilakukan menggunakan strategi dengan

mematuhi ketentuan yang berlaku, seperti memanfaatkan pengecualian dan

potongan yang diperkenankan dalam ketentuan, maupun memanfaatkan hal-

hal yang belum diatur (loopholes) dalam peraturan perpajakan yang berlaku

(Mangunsong, 2002).

Terdapat tiga langkah akan dilakukan perusahaan dalam

meminimalkan pajak yang dikenakan (Prakosa, 2014). Pertama, perusahaan

berusaha untuk menghindari pajak baik secara legal maupun ilegal. Kedua,

caranya mengurangi beban pajak seminimal mungkin baik secara legal

maupun ilegal. Ketiga atau terakhir, apabila kedua langkah sebelumnya tidak

dapat dilakukan maka wajib pajak akan membayar pajak tersebut. Prakosa

24
(2014) menjelaskan tidak sedikit perusahaan yang melakukan perencanaan

pajak (tax planning) dengan tujuan untuk meminimalisasi pajak yang harus

dibayar oleh perusahaan.

Menurut buku Chairil Anwar Pohan (2013) dan Suandy (2008) dalam

Annisa & Kurniasih (2012) terdapat beberapa hal yang memengaruhi perilaku

wajib pajak untuk menimimalkan kewajiban pembayaran pajak mereka atau

memotivasi mereka untuk menghindari pajak, baik secara legal maupun

illegal, yang bisa disebut dengan Propensity of Dishonesty yaitu :

a) Tinggi kerumitan suatu peraturan (complexity of rule). Maka semakin

rumitnya suatu peraturan mengenai perpajakan, membuat wajib pajak

cenderung menghindarinya karena biaya untuk mengetahuinya

menjadi tinggi.

b) Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay). Semakin besar

jumlah pajak yang harus dibayarkan maka semakin besar pula

kemungkinan wajib pajak untuk melakukan kecurangan untuk

menghindar, memperkecil atau menggelapkaan pajak.

c) Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe). Terkadang secara disengaja atau

tidak disengaja wajib pajak melakukan negosiasi dengan fiskus dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karenanya,

apabila uang untuk negosiasi semakin tinggi, maka semakin kecil pula

/kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.

d) Risiko deteksi (Probability of detection). Menjelaskan mengenai

kemungkinan besarnya pelanggaran dari ketentuan perpajakan itu


25
terdeteksi. Bila rendah risiko terdeteksinya, maka wajib pajak

cenderung melakukan pelanggaran. Dan semakin tinggi risikonya,

wajib pajak akan lebih konservatif untuk tidak melanggar peraturan.

e) Besarnya denda (Size of penalty). Semakin ringan denda atau sanksi

dari pelanggaran suatu ketentuan pajak, maka wajib pajak cenderung

melakukan pelanggaran. Sebaliknya bila semakin berat sanksi

perpajakan yang dapat dikenakan, maka wajib pajak cenderung untuk

tidak melanggar ketentuan perpajakan.

f) Moral masyarakat. Tergantung pribadi orang yang menentukan apakah

akan patuh atau tidak.

Dari motivasi yang mendorong untuk melakukan penghindaran pajak

tersebut maka muncullah modus-modus untuk melakukannya. Dalam

bukunya, manajemen perpajakan, Chairil Anwar Pohan memaparkan cara-cara

pengelakan pajak. Ada 6 cara pengelakan pajak yang biasa dipraktikan, yaitu :

1. Penggeseran pajak (Tax Shifting) yaitu pemindahan atau pentransferan

beban pajak dari subjek pajak kepada pihak lain, dengan demikian

orang atau beban yang dikenakan pajak mungkin sekali tidak

menanggungnya.

2. Kapitalisasi pajak (Capitalization) yaitu pengurangan harga objek

pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak yang akan dibayarkan

kemudian oleh pembeli.

26
3. Transformasi (Transformation) yaitu cara pengelakan pajak yang

dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung beban pajak yang

dikenakan terhadapnya

4. Penyelundupan pajak (Tax Evasion) menunjuk pada rekayasa tax

affairs yang berada diluar bingkai peraturan perpajakan

5. Penghindaran pajak (Tax Avoidance) menunjuk pada rekayasa tax

affairs yang masih dalam bingkai ketentuan perpajakan

6. Pengecualian pajak (Tax Exemption) adalah pengecualian pengenaan

pajak yang diberikan kepada perorangan atau badan berdasarkan

undang-undang pajak.

Selain Tax Avoidance, bentuk lain dari manajemen pajak adalah tax

evasion, dimana yang dimaksud dengan tax evasion (penggelapan pajak)

merupakan suatu usaha penghindaran pajak dengan melanggar ketentuan

peraturan perpajakan (Annisa & Kurniasih, 2012). Sehingga dapat dibedakan

dengan jelas antara Tax Avoidance dan tax evasion, yaitu penghindaran pajak

(Tax Avoidance) sebagai usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat

legal (lawful), sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah usaha untuk

mengurangi hutang pajak yang bersifat tidak legal (unlawful). (Xynas, 2011)

Dari semua cara-cara mengelak pajak, peneliti ingin mengangkat

seputar Tax Avoidance karena istilah ini umum di Indonesia. Selain itu Tax

Avoidance juga merupakan suatu hal yang masih tabu antara diperbolehkan

namun merugikan negara dan masyarakat. Maka dari itu topik ini peneliti

angkat. Didukung pernyataan Hundal (2011) dalam Annuar et al. (2014) yang

27
mengatakan bahwa penghindaran pajak (Tax Avoidance) perusahaan

merupakan isu yang paling menantang dari generasi sekarang yang

memperlihatkan pengurangan pendapatan yang serius terhadap pajak ke

pemerintah.

Dalam memahami bagaimana Tax Avoidance terjadi, Komite urusan

fiskal dari Organization for Economic Co – operation and Development

(OECD) dikutip Suandy (2008) dalam Jaya et al. (2014) menyebutkan

karakteristik dari Tax Avoidance mencakup tiga hal, yaitu:

a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah–olah

terdapat di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan

faktor pajak.

b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang–

undang atau menerapkan ketentuan–ketentuan legal untuk berbagai tujuan,

padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang–

undang.

c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para

konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran

pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin (Council of

Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991).

Dalam perhitungan Tax Avoidance, peneliti menggunakan book tax

gap atau book tax difference (BTD). Book tax gap adalah metode

penghitungan melihat kesenjangan atau perbedaan antara laba komersial yang

dilaporkan dalam laporan laba rugi menurut peraturan akuntansi dengan laba
28
fiscal atau laba yang dilaporkan dalam laporan laba rugi untuk kepentingan

perpajakan yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan negara yang

bersangkutan (Annisa & Kurniasih, 2012).

Menurut Annisa & Kurniasih (2012), mengukur penghindaran pajak

atau Tax Avoidance sulit dilakukan karena data untuk pembayaran pajak

dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) sulit didapat untuk itu perlu

pendekatan untuk menaksir berapa pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan

kepada pemerintah oleh karena itu dalam penelitian mereka mengadopsi

pendekatan tidak langsung untuk mengukur variabel dependen penghindaran

pajak yaitu dengan memulai menghitung perbedaan laba akuntansi dengan

penghasilan / laba kena pajak (gap between financial and taxable income),

perbedaan yang dilaporkan ke pemegang saham atau investor menggunakan

GAAP/SAK, sedangkan ke Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan

Perpajakan, perbedaan ini terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai &

Dharmapala, 2007).

4. Kualitas Audit

Kualitas audit dengan transparansi menjadi salah satu elemen yang

berhubungan. Transparansi terhadap investor dapat dicapai dengan

melaporkan hal-hal terkait perpajakan pada pasar modal dan rapat umum

pemegang saham. Peningkatan transparansi terhadap pemegang saham dalam

hal pajak semakin dituntut oleh otoritas publik (Annisa & Kurniasih, 2012).

29
Maka dari itu transparansi laporan sangat penting untuk mengungkapkan

segala kegiatan perusahaan.

Hal tersebut mendorong pemegang saham atau perusahaan

mempekerjakan atau menggunakan jasa auditor yang lebih terpercaya atau

berkualitas. Perusahaan menggunakan jasa auditor yang berkualitas dapat

menjamin informasi laporan keuangan yang dilaporkan, sehingga pengguna

laporan keuangan atau investor akan lebih percaya atas informasi tersebut

(Pranata & Puspa, 2014).

Purwanti & Rahardjo (2012) mengungkapkan bahwa salah satu cara

pemilik atau investor untuk meminimalisir asimetris informasi dan

ketidakseimbangan yang terjadi di perusahaan yaitu dengan menggunakan

auditor yang berkualitas, harapan terhadap auditor yang berkualitas adalah

dapat menemukan indikasi keganjilan atau kecurangan seperti manajemen

laba yang dilakukan di perusahaan.

Berdasarkan penelitian Teoh dan Wong (1993) dalam Sari, Anugerah,

& Dwiningsih (2010) ditunjukkan pasar merespon secara berbeda terhadap

kualitas auditor, yang diproksikan dengan auditor big 5 dan non big 5. Artinya

semakin berkualitas auditor maka semakin tinggi kredibilitas angka akuntansi

yang dilaporkan, dengan demikian semakin besar tingkat pengungkapan

laporan keuangan. Pengaruh tingginya kredibilitas angka akuntansi yang

dilaporkan oleh KAP yang dikategorikan KAP `besar` mempunyai pengaruh

30
yang lebih untuk mempengaruhi perusahaan untuk lebih transparan dalam

mengungkapkan informasi.

Pengukuran kualitas audit dapat dilakukan dengan menggunakan

proksi spesialisasi industri dan ukuran KAP. Tax Avoidance diukur dengan

book tax gap yaitu menyimpulkan perbedaan terkait laba yang dilaporkan ke

pasar modal atau laba komersial dengan laba yang dilaporkan dalam otoritas

perpajakan atau laba fiskal (Annisa & Kurniasih, 2012).

5. Corporate Social Responsibility (CSR)

Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Sosial

Responsibility (CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara

sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam

operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung

jawab organisasi dibidang hukum (Nasir et al., 2013).

Hoi et al. (2014) menemukan bahwa perusahaan dengan kegiatan CSR

yang lebih tidak bertanggung jawab, terutama mereka dengan kegiatan CSR

yang tidak bertanggung jawab dan berlebihan pada tahun tertentu, memiliki

probabilitas yang lebih tinggi dari terlibat dalam penampungan pajak (tax

sheltering), perbedaan buku pajak yang lebih besar antara

diskresioner/permanen, dan tingkat beban kas pajak yang lebih rendah.

CSR merupakan sebuah gagasan, perusahaan tidak lagi dihadapkan

pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai

perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya

(financial) saja (Nasir et al., 2013). Tapi tanggung jawab perusahaan harus
31
berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial

juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup

menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

Menurut Richardson & Lanis (2012) berdasarkan kesimpulannya dari

jurnal Desai and Dharmapala (2006b), Williams (2007) dan Avi Yonah

(2008), CSR berpotensi mempengaruhi agresivitas pajak dalam hal bagaimana

rekening perusahaan dan mengarahkan sistem dan proses dalam hal

kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan faktor penting

keberlangsungan hidup dari suatu perusahaan (Richardson & Lanis, 2012).

Sementara CSR adalah tindakan sosial sebagai bentuk tanggung jawab sebuah

perusahaan terhadap semua pemegang kepentingan. Oleh karena itu suatu

perusahaan membutuhkan dukungan para pemegang kepentingan untuk

menjalankan operasional perusahaan.

32
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 berikut merupakan penelitian-penelitian yang menjadi sumber referensi dalam penelitian ini:

Tabel 2.1
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Judul Metode Penelitian
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Kiridaran Auditor Quality  Kualitas audit  Sampel peneliti Hasil penelitian dari 34 negara, kualitas audit
Kanagaretnam, and Corporate dan Tax di 1 negara, berhubungan dengan rendahnya penghindaran
Jimmy Lee, Tax Avoidance Avoidance dengan laporan pajak.
Chee Yeow  Proksi kualitas keuangan Auditor Big N berpengaruh besar kepada
Lim, Gerald J. audit perusahaan kualitas audit.
Lobo (2014) menggunakan listing Dan efek dari kualitas audit terhadap Tax
besarnya KAP  Menggunakan Avoidance kurang menonjol saat formal
book tax-gap dari institusi sudah kuat
laporan
keuangan
2 Grant Corporate  Variabel CSR  Sampel peneliti Berdasarkan 408 perusahaan yang listing di
Richardson, Social  Variabel Tax adalah Australia, semakin tinggi level CSR maka
Roman Lanis Responsibility Aggressiveness perusahaan semakin rendah agresivitas pajak.
(2011) And Tax = Tax Avoidance listing di BEI
Aggressiveness  Pengukuran
penghindaran
pajak: book tax-
gap
Bersambung pada halaman selanjutnya 33
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Judul Metode Penelitian
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Persamaan Perbedaan
3 Annisa dan Pengaruh  Variabel Tax  Variabel Dari hasil penelitian terhadap 200 perusahaan
Kurniasih Corporate Avoidance Corporate listing BEI
(2012) Governance  Proksi Tax Governance  Tidak terdapat pengaruh signifikan pada
Terhadap Tax Avoidance  Variabel CSR kepemilikan institusional terhadap Tax
Avoidance menggunakan Avoidance.
book tax-gap  Tidak terdapat pengaruh signifikan pada
 Proksi kualitas dewan komisaris terhadap Tax Avoidance
audit  Tidak terdapat pengaruh signifikan pada
menggunakan komposisi dewan komisaris terhadap Tax
besarnya KAP Avoidance
 Terdapat pengaruh signifikan pada komite
audit terhadap Tax Avoidance
 Terdapat pengaruh signifikan pada kualitas
audit terhadap Tax Avoidance

4 Maharani & Pengaruh  Variabel  Variabel  Proporsi dewan komisaris, kualitas audit,
Suardana Corporate Independen yaitu Dependen komite audit yang merupakan proksi dari
(2014) Governance, Tax Avoidance corporate corporate governance dan ROA yang
Profitabilitas governance, merupakan proksi dari profitabilitas
Dan profitabilitas berpengaruh negatif
Karakteristik dan karakteristik  Risiko perusahaan yang merupakan proksi
Eksekutif Pada eksekutif dari karakteristik eksekutif berpengaruh
Tax Avoidance positif
Perusahaan  Kepemilikan insitusional yang merupakan
Manufaktur proksi dari corporate governance tidak
berpengaruh terhadap tindakan Tax
Bersambung pada halaman selanjutnya 34
Tabel 2.1 (lanjutan)
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Judul Metode Penelitian
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Persamaan Perbedaan
Avoidance
5 Dudi Wahyudi Analisis  Variabel  Proksi Tax  Tingkat aktivitas CSR tidak berpengaruh
(2015) Empiris Independen yaitu Avoidance signifikan terhadap penghindaran pajak
Pengaruh Tax Avoidance dengan Cash
Aktivitas ETR
Corporate  Variabel
Social Dependen
Corporate Social
Responsibility
(CSR) terhadap Responsibility
Penghindaran
Pajak di
Indonesia
Sumber : Diolah dari berbagai sumber

35
C. Kerangka Pemikiran

Berikut merupakan kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Fenomena tax avoidance yang marak terjadi akhir-akhir ini

Basis teori : teori legitimasi dan teori agensi

Kualitas Audit
Tax
Corporate Avoidance
Social
Responsibility
Indonesia

Populasi : perusahaan manufaktur yang listing di BEI

Metode regresi berganda

Hasil
penelitian

Kesimpulan dan saran

36
D. Hipotesis

a. Kualitas Audit dan Tax Avoidance

Begitu banyak istilah perpajakan tersebut, namun peneliti ingin

mengungkap mengenai istilah Tax Avoidance. Kanagaretnam (2014)

meneliti hubungan kualitas auditor dengan Tax Avoidance. Dengan

menghubungkan kualitas audit dengan Tax Avoidance perusahaan yang

terjadi dalam skala global oleh beberapa negara. Dalam jurnal yang sekaligus

menjadi acuan dalam pembuatan skripsi ini, jurnal ini membuat hipotesa

bahwa kualitas audit yang di proksi kan dengan besarnya KAP berhubungan

negatif dengan penghindaran pajak perusahaan yang dihitung dengan metode

book tax gap.

Annisa & Kurniasih (2012) meyakinkan bahwa terdapat pengaruh

signifikan dari kualitas audit terhadap Tax Avoidance. Keyakinan itu

didapatkan apabila sebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP yang besar

atau memiliki nama seperti Big 4, akan memiliki kualitas informasi

keuangan yang dapat dipercaya dan baik pula. Oleh karena KAP Big 4 yang

menjaga kualitas dari auditnya, maka membuat perusahaan yang diaudit

terjaga kualitas laporan keuangannya dan dapat terdeteksi bila terdapat

kejanggalan sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya Earning

Management atau bahkan Tax Avoidance.

Maharani & Suardana (2014) juga mendapatkan hasil yang serupa.

Kualitas audit berpengaruh negatif terhadap Tax Avoidance sehingga bila

dijabarkan semakin baik kualitas audit yang di proksikan oleh besarnya KAP

37
maka semakin rendahnya Tax Avoidance. Ini dikarenakan oleh kesulitan

suatu perusahaan untuk melakukan Tax Avoidance apabila diaudit oleh KAP

besar atau Big 4.

Namun hasil berbeda didapatkan oleh Jaya et al. (2014) dan Pranata

& Puspa (2014). Kedua penelitian menemukan bahwa kualitas audit tidak

berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Jaya et al. (2014) menggunakan

perhitungan Tax Shelter yang diadaptasi dari penelitian Wilson (2009)

dalam penelitian Khurana dan Moser (2012). Dan Pranata & Puspa (2014)

menggunakan perhitungan ETR.

Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan kualitas

audit dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun

mengatakan terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari

penelitian sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut:

H1: Kualitas Audit berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance

b. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Tax Avoidance

Kewajiban Perusahaan sebagai Wajib Pajak dalam menjadi bagian

suatu kenegaraan adalah membayar pajak. Dalam teori legitimasi

menyatakan bahwa perusahaan terus mencoba untuk meyakinkan bahwa

mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma

masyarakat agar dapat diterima di dalam masyarakat. Hal itu mendukung

bahwa perusahaan juga memiliki andil dalam pembangunan bangsa dengan

melalui kepatuhannya akan membayar pajak. Apabila dengan penuh

38
kesadaran perusahaan membayar pajak sesuai nominal yang ditetapkan,

berarti perusahaan telah membina hubungan baik dengan pemerintah

(Maesarah, Atikah, & Husnaini, 2015).

CSR merupakan kegiatan sosial yang diungkapkan oleh perusahaan

dalam rangka mematuhi peraturan yang berlaku. Peraturan BAPEPAM dan

Lembaga Keuangan mengenai keluasan pengungkapan item-item CSR yaitu

pada peraturan nomor X.K.6 revisi tahun 2012 mengenai Penyampaian

Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik. Berlakunya peraturan

tersebut membuat pengungkapan item dari CSR menjadi disclosure yang

bersifat wajib.

Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR yang dilakukan oleh

perusahaan, diharapkan dapat menekan terjadinya Tax Avoidance. Hal itu

karena apabila suatu perusahaan yang mengungkapkan CSR namun

melakukan Tax Avoidance, maka akan mempengaruhi reputasi perusahaan

tersebut sehingga penilaian masyarakat atau stakeholder menurun. Maka dari

itu perusahaan yang telah mengungkapkan CSR nya diharapkan terhindar

dari praktik Tax Avoidance

Dalam penelitian Richardson & Lanis (2012) mereka meyakinkan

bahwa pemegang kepentingan diluar direksi juga dapat mempengaruhi

keberlangsungan perusahaan. Serta semakin perusahaan memiliki tanggung

jawab sosial kemungkinan besar dapat menghalangi terjadinya kegiatan

39
penghindaran pajak secara agresif Richardson & Lanis (2012). Dengan

demikian kegiatan CSR berpengaruh negatif dengan Tax Avoidance.

Penelitian Hoi et al. (2014) mendapatkan hasil yang sama dengan

Richardson & Lanis (2012). Hoi juga menyimpulkan bahwa perusahaan

dengan banyaknya kegiatan CSR yang tidak dipertanggung jawabkan

memiliki kemungkinan lebih besar untuk melakukan Tax Sheltering.

Gribnau (2015) menilai secara moral, bahwa perusahaan yang

mengungkapkan dan melakukan kegiatan CSR maka akan lebih mengikuti

peraturan dengan melakukan Tax Planning yang mengikuti peraturan yang

berlaku.

Namun dibandingkan dengan dalam negeri, tidak selamanya terdapat

hubungan antara pengungkapan CSR dengan Tax Avoidance. Melalui

penelitiannya Wahyudi (2015) menyimpulkan bahwa CSR tidak

berhubungan dengan Tax Avoidance. Maesarah et al. (2015) telah meneliti

hal yang sama dengan Wahyudi (2015) dan mendapatkan hasil yang serupa,

yaitu CSR tidak berhubungan dengan Tax Avoidance di Indonesia.

Perbedaan ini membuat peneliti ingin menguji hubungan CSR

dengan Tax Avoidance. Berdasarkan penelitian sebelumnya pun mengatakan

terdapat hubungan negatif antara keduanya. Maka dari penelitian

sebelumnya, peneliti mengajukan hipotesis dalam penelitian ini sebagai

berikut:

H2: CSR berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance

40
c. Variabel-variabel kontrol penelitian

Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam

penelitian ini juga memasukkan beberapa variabel kontrol. Variabel kontrol

adalah variabel bebas yang dalam pelaksanaan penelitian tidak dimasukkan

sebagai variabel bebas tetapi keberadaannya dikendalikan (dikontrol) dengan

tujuan untuk meminimalisir pengaruh dari faktor-faktor di luar variabel yang

diuji. (Maesarah et al., 2015)

CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat besarnya suatu

perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total asset. Besarnya

perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya Tax Avoidance

dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi ekonomi secara global.

(Richardson & Lanis, 2012)

Menurut Richardson dan Lanis (2007) dalam Maesarah et al. (2015)

perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai

pajak yang tinggi. Sesuai dengan pernyataan yang terdapat pada Undang-

Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa penghasilan yang

diterima oleh subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan,

sehingga semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan

menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan kepada

perusahaan.

ROA yang merupakan proksi dari Profitabilitas apabila naik maka

akan mengakibatkan kenaikan ETR, sehingga ROA memiliki hubungan yang

41
positif dengan ETR. Dampak reformasi perpajakan yang menurunkan tarif

pajak statutori, sehingga hubungan ROA dengan Tax Avoidance menjadi

negatif (Maesarah et al., 2015)

Besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban pajak

perusahaan. Itu disebabkan oleh perusahaan dengan tingkat efisiensi yang

tinggi dan memiliki pendapatan yang tinggi cenderung menghadapi beban

pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak perusahaan dikarenakan

perusahaan dengan pendapatan yang tinggi berhasil memanfaatkan

keuntungan dari adanya insentif pajak dan pengurang pajak yang lain yang

dapat menyebabkan tarif pajak efektif perusahaan lebih rendah dari yang

seharusnya (Maesarah et al., 2015).

42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2010). Penelitian ini menggunakan sampel dari annual report perusahaan

yang listing di BEI melalui beberapa syarat.

Data yang diperoleh melalui sumber yang telah ada dan tidak perlu

dikumpulkan sendiri oleh peneliti disebut data sekunder. (Sekaran, 2006).

Pengambilan data diambil secara langsung yang didapatkan dari laporan

tahunan (annual report) di BEI atau idx.com pada tahun 2012-2014.

Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian yang

dipilih dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010), sehingga perusahaan

yang tidak sesuai dengan kriteria yang ditentukan peneliti akan dikeluarkan

dari sampel dengan tujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih

representatif.

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel merupakan perusahaan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2014. Data tersebut merupakan data

sekunder yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau

43
www.idx.co.id dan situs perusahaan yang bersangkutan. Metode yang

digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian adalah pemilihan

sampel bertujuan (purposive sampling), dengan teknik berdasarkan

pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel

secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

2. Memiliki data laporan keuangan dan annual report pada tahun 2012-2014

3. Tidak mengalami kerugian pada tahun 2012-2014

4. Laporan keuangan disajikan dalam mata uang rupiah

Dengan didasarkan pada pertimbangan untuk mengendalikan variasi

dari jenis industri yang dapat mempengaruhi aktivitas penghindaran pajak,

maka peneliti menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel.

Perusahaan-perusahaan perbankan, asuransi, dan keuangan lainnya juga

tidak dimasukkan karena perlakuan khusus dalam standar akuntansi dan

peraturan perpajakannya. Perusahaan real estate/properti tidak dijadikan

sampel karena merupakan jenis kegiatan usaha yang perlakuan Pajak

Penghasilan-nya berbeda, yaitu dikenakan PPh Final berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008. Dan peneliti

mengambil 3 tahun dari tahun 2012 hingga 2014 karena Menurut peraturan

BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengenai keluasan pengungkapan

item-item CSR yaitu pada peraturan nomor X.K.6 revisi tahun 2012

44
mengenai Penyampaian Laporan Tahunan Emiten Atau Perusahaan Publik.

Berlakunya peraturan tersebut membuat pengungkapan item dari CSR

menjadi disclosure yang bersifat wajib.

Untuk menghitung book tax gap dan CSR, data yang digunakan

adalah laporan tahunan (annual report). Namun untuk beberapa perusahaan

yang memisahkan annual report dan laporan keuangannya, maka dilengkapi

celahnya dengan penggunaan laporan keuangan. Dengan melakukan analisis

konten, data kualitatif pengungkapan CSR dikuantifikasi untuk mendapatkan

skor pengungkapan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti

menggunakan data sekunder. Peneliti memperoleh data sekunder yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui buku dan majalah, publikasi

pemerintah, ikhtisar statistik, basis data, media, laporan tahunan perusahaan

dan sebagainya (Sekaran, 2006). Menggunakan data annual report

perusahaan yang tersedia di dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berita

terkait mengenai tax avoidance.

D. Metode Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan

minimum (Ghozali, 2013).

45
2. Uji Asumsi Klasik

a) Normalitas data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik (Ghozali, 2013). Seperti yang diketahui uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Bila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil.

1) Analisis Grafik

Salah satu cara mendeteksi melalui grafik histogram apakah

variabel terdistribusi secara normalitas, yaitu dengan melihat

penyebaran data pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan

melihat histogram dari residualnya. Dasar dalam pengujian

normalitas ini adalah :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas

46
2) Uji Statistik

Apabila pendeteksian normalitas hanya dengan cara melihat

grafik, maka hasil yang didapat akan menyesatkan karena

kemungkinan ketidak hati-hatian secara visual kelihatan normal,

padahal secara statistik menunjukan ketidak normalan dalam

pendistribusian. Oleh sebab itu, dalam pengujian normalitas selain uji

grafik harus dilengkapi dengan uji statistik.

Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-

parametrik kolmogorov-smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan

membuat hipotesis :

H₀ : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

b) Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

(Ghozali, 2013). Multikolonieritas adalah situasi adanya variabel-

variabel bebas diantara satu sama lain. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model

regresi adalah sebagai berikut :

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi

empiris yang sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-

47
variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi

variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika

antar variabel independen terdapat korelasi yang cukup tinggi (di

atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya

multikolonieritas.

3) Multikolonieritas juga dapat terlihat dari nilai Tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai

untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai

Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali,

2013:105-106).

c) Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Pengujian ini akan menggunakan uji Durbin-Watson (DW

test) yang mensyaratkan adanya konstanta (intercept) dalam model

regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen

(Ghozali, 2013). Mekanisme pengujian Durbin Watson adalah

sebagai berikut:

48
1) Merumuskan hipotesis :

Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0 )

Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0 )

2) Menentukan nilai d hitung (Durbin-Watson).

3) Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel

independen,

menentukan nilai batas atas (du) dan batas bawah (dl) dalam tabel.

4) Mengambil keputusan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.1
Tabel Keputusan Hipotesis Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada
Tolak 0 < d < dl
autokorelasi positif
Tidak ada
No decision dl ≤ d ≤ du
autokorelasi positif
Tidak ada
Tolak 4 – dl < d < 4
autokorelasi negatif
Tidak ada
No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
autokorelasi negatif
Tidak ada
autokorelasi, positif Tidak ditolak du < d < 4 – du
maupun negatif
Sumber : Ghozali, 2013
 Jika 0 < d < dl, Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi

positif.

 Jika dl ≤ d ≤ du, daerah tanpa keputusan (gray area), berarti

uji tidak menghasilkan kesimpulan.

 Jika du < d < 4 – du, Ho tidak ditolak berarti tidak ada

autokorelasi.

49
 Jika 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl, daerah tanpa keputusan (gray area),

berarti uji tidak menghasilkan kesimpulan.

 Jika 4 – dl < d < 4, Ho ditolak berarti terdapat autokorelasi

positif. (Ghozali,2013:110-111)

d) Heteroskedastisitas

Menurut (Ghozali, 2013) mengatakan bahwa uji

heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dan residual menghasilkan tetap

dari satu pengamatan ke pengamatan lain, maka disebut

Homoskedasitisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah model yang tidak heteroskedastisitas

atau dengan kata lain terjadinya Homoskesdatisitas.

Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

pada model regresi yang akan diuji, yaitu dengan melihat Grafik Plot

antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y

yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2013). Dasar

analisis dalam pengujian ini adalah :

50
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan

di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Pengujian menggunakan Grafik Plots memiliki kelemahan

yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan

mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah pengamatan

semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh sebab itu

perlu dilakukan uji statistik yang lebih dapat menjamin ke akuratan

hasil. (Ghozali, 2013)

Terdapat beberapa uji statistik yang digunakan untuk

mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Salah satunya yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji glejser. Menurut Gujarati

(2003) dalam Ghozali (2013) uji glejser dilakukan dengan cara

meregresikan variabel independen terhadap nilai absolut residual.

Persamaan regresinya adalah :

|Ut|= α+βXt+vt

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi

variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas.

Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi

51
heteroskedastisitas namun apabila kurang dari 0,05 maka terjadi

heteroskedastisitas.

3. Analisis regresi berganda (multiple regression)

Prasyarat pengujian dengan analisis regresi berganda adalah dengan

dilakukannya uji asumsi klasik, untuk memastikan bahwa data penelitian

valid, tidak bias, konsisten, dan penaksiran koefisien regresinya efisien

(Gujarati (2003) dalam Ghozali (2013)).

Persamaan regresi berganda untuk hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Y = + 1 1+ 2 2+ 3 3+ 4 4+

Keterangan:

Simbol Keterangan

Y Tax Avoidance (Book tax gap)

Konstanta

X1 Kualitas Audit

X2 Corporate Social Responsibility (CSR)

X3 Ukuran Perusahaan

X4 Profitabilitas

Error

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur

dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai

koofisien determinasi, nilai statistic F dan nilai statistik t (Ghozali, 2013).

52
a. Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu

yang kecil berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variansi variabel

dependen. Jika jumlah variabel independen lebih dari dua, sebaiknya

menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuikan yaitu adjusted

R2.

b. Uji statistik F

Pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Pengujian hipotesis dengan

uji statistik F dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05

(α=5%). Adapun kreteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah

jika nnilai F > 4.00 dan nilai signifikan ≤ 0.05, maka hipotesis diterima

(koefisien regresi signifikan).

c. Uji Statistik t

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji

adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

Ho : bi = 0

53
Artinya adalah apakah suatu variabel independen bukan merupakan

penjelas yang signifikan terhadap variabel independen. Hipotesis

alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau :

HA : bi ≠ 0

Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan

terhadap variabel independen. Pengujian hipotesis dengan uji statistik t

dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (α=5%). Adapun

kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis adalah jika nilai signifikan

≤ 0.05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan) dan

sebaliknya.

Dalam penelitian ini t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan

variabel Kualitas Audit dan Corporate Social Responsibility terhadap

Tax Avoidance di Indonesia yang dimuat dalam bursa saham di masing-

masing negara, yaitu di www.idx.com.

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

a) Kualitas Audit

Pengaruh tingginya kredibilitas angka akuntansi yang

dilaporkan oleh KAP yang dikategorikan KAP `besar` mempunyai

pengaruh yang lebih untuk mempengaruhi perusahaan untuk lebih

transparan dalam mengungkapkan informasi (Sari et al., 2010).

Dalam penelitiannya Mayangsari (2003) dalam Annisa & Kurniasih

(2012) mengungkapkan bahwa pengukuran kualitas audit dapat

54
dilakukan dengan menggunakan proksi spesialisasi industri dan

ukuran KAP. Dan transparansi informasi dikaitkan dengan kualitas

audit dari suatu KAP. Kualitas audit diproksikan dengan besar

kecilnya kantor akuntan publik (KAP) yang memeriksa perusahaan

sampel. KAP besar dianggap lebih baik kualitas auditnya sehingga

cenderung akan lebih banyak melakukan pengungkapan atas

informasi perusahaan atau lebih transparan.

Kualitas audit biasa diukur berdasarkan besar kecilnya ukuran

Kantor Akuntan Publik (KAP) (Pranata & Puspa, 2014). KAP Besar

yang sering disebut (Big Four) dipertimbangkan akan melakukan audit

dengan lebih berkualitas dibandingkan dengan KAP Kecil (non Big

Four). Semakin besar sebuah KAP, semakin besar sumberdaya yang

dimilikinya, sumber daya yang lebih besar diekspetasi memiliki

hubungan dengan kualitas audit yang baik, dengan memiliki lebih

banyak sumber daya dan lebih banyak klien sehingga mereka tidak

tergantung pada satu atau beberapa klien saja.

Dalam penelitian ini KAP dinyatakan sebagai KAP besar apabila

KAP tersebut termasuk dalam KAP kategori big 4 (Deloite, Ernst &

Young, KPMG, Price Waterhouse Coopers) dan KAP kecil selain KAP

kategori big 4. Variabel kualitas audit diukur dengan dummmy variable.

1 untuk KAP besar, dan 0 untuk KAP kecil.

Dalam penelitian ini kualitas audit dilambangkan dengan

KAPSize.

55
Diaudit oleh Big Four = 1

Diaudit oleh Non Big Four = 0

b) Corporate Social Responsibility (CSR)

Clarkson et al. (2008) dalam Richardson & Lanis (2012)

menyarankan pengungkapan CSR dalam annual report sebagai indikator

terbaik dalam melihat kinerja CSR. Walaupun Cho dan Patten (2007)

dan de Villiers dan Van Staden (2011) mengatakan tidak ada

hubungannya pengungkapan CSR dengan kegiatan CSR seperti yang

disimpulkan (Richardson & Lanis, 2012). Namun Richardson & Lanis

(2012) belum menemukan bukti yang mengatakan bahwa pengungkapan

CSR merupakan proksi yang lemah untuk melihat kegiatan CSR di

Australia.

Variabel CSR diukur dengan menggunakan proksi indeks

pengungkapan CSR. Butir-butir pengungkapan CSR dari pedoman

berkelanjutan GRI (G4 Sustainability Reporting Guideline) digunakan

untuk mengembangkan indeks pengungkapan CSR dari yang dilakukan

oleh perusahaan sampel dalam laporan tahunan. Dengan ketentuan baru

dari peraturan GRI tahun 2014. Maka terdapat 91 poin yang diteliti

dengan beberapa sub pengunkapan. Namun penelitian ini diadaptasi dari

penelitian sebelumnya Richardson & Lanis (2012), diambil sub

pengungkapan yang berfokus pada kegiatan tanggung jawab sosial yang

nyata. Kriteria tersebut yaitu yang merefleksikan beberapa kegiatan CSR

(kemasyarakatan, pelanggan, lingkungan dan pemasok), yang

56
berhubungan dengan semua kegiatan CSR yang tidak terpatok pada satu

industri saja, namun yang menyeluruh. Peneliti ingin melihat bagaimana

kriteria tersebut dalam melihat fenomena yang terjadi di Indonesia yang

memiliki bursa saham dan pengungkapan annual report yang cukup

seperti Australia.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, pengukuran CSR

menggunakan dummy yaitu skor 1 (untuk yang terdapat pengungkapan

CSR) dan 0 (untuk yang tidak terdapat pengungkapan CSR). Dengan

mengukur 52 item yang telah di adaptasi dari penelitian sebelumnya

yaitu Richardson & Lanis (2012) dengan sub bab perusahaan dan strategi

CSR, kepegawaian, investasi kegiatan sosial, lingkungan, pelanggan dan

pemasok, serta kemasyarakatan dan keterlibatan politik. Dari sub bab

yang telah di rinci kan dari penelitian sebelumnya. Peneliti menilai

pengungkapan CSR dalam laporan keuangan antara negara Indonesia.

Dalam penelitian ini Corporate Social Responsibility dilambangkan

dengan CSR

2. Variabel Dependen

a) Tax Avoidance

Seperti kutipan dalam Kanagaretnam (2014) bahwa mengukur

penghindaran pajak sebagai perbedaan “unmanaged amount tax” dan

“managed amount tax”. Annisa & Kurniasih (2012), Jaya et al. (2014)

dan Maharani & Suardana (2014) sependapat bahwa tax avoidance

57
memanfaatkan celah peraturan sehingga dapat mengaturnya sedemikian

rupa sehingga terhindar dari pajak yang tidak diinginkan.

Istilah lain dari tax avoidance yaitu tax aggressiveness yang

didefinisikan oleh Frank et al. (2009) sebagai pelaporan pajak yang

agresif sebagai manipulasi turunan penghasilan kena pajak (taxable

income) melalui perencanaan pajak (tax planning) yang mungkin atau

tidak mungkin dianggap penggelapan pajak (tax evasion).

Perbedaan antara buku dan pelaporan pajak telah digunakan

secara ekstensif untuk mempelajari kualitas laba perusahaan dan apakah

penghasilan kena pajak berisi informasi tambahan pendapatan pra-pajak.

Hanlon (2005) dan Comprix et al. (2010) mengatakan bahwa perbedaan

buku pajak yang besar berhubungan dengan pendapatan kurang gigih dan

kualitas yang lebih rendah dari akrual. Dalam nada yang sama, Dhaliwal

et al. (2008) meneliti apakah perbedaan buku-pajak yang besar

berhubungan dengan biaya yang lebih tinggi dari modal ekuitas.

(Balakrishnan and Guay, 2012)

Mengukur tax avoidance merupakan hal yang sulit dilakukan

karena data untuk pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak

(SPT) sulit didapat (Annisa & Kurniasih, 2012). Oleh karena itu

kebanyakan penelitian mengenai tax avoidance menggunakan data yang

berasal dari laporan keuangan karena keterbatasan data laporan pajak

yang dipublikasikan perusahaan. Setiap pengukuran yang berasal dari

58
laporan keuangan perusahaan memiliki kekurangan, namun berguna

untuk estimasi peneliti. (Hanlon et al., 2010)

Maka dari itu diperlukan pendekatan untuk menaksir berapa

pajak yang sebenarnya dibayar perusahaan kepada pemerintah (Annisa &

Kurniasih, 2012). Dalam penelitian mereka mengadopsi pendekatan

tidak langsung untuk mengukur tax avoidance yaitu dengan memulai

menghitung perbedaan laba akuntansi dengan laba kena pajak (gap

between financial and taxable income). Perbedaan yang dilaporkan ke

pemegang saham atau investor menggunakan GAAP/SAK, sedangkan ke

Kantor Pelayanan Pajak dengan Peraturan Perpajakan, perbedan ini

terkenal dengan sebutan book tax gap (Desai & Dharmapala, 2007).

Metode ini menarik minat para peneliti untuk mendalaminya dan

telah menjadi proksi untuk mengukur tax avoidance disamping proksi

yang lain disebabkan oleh pajak yang dibayar ke pemerintah tidak dapat

diketahui secara langsung maka untuk variable tax avoidance beberapa

peneliti menerapkan book tax gap, mencari estimasi book-tax gap di

lakukan dengan cara mengurangkan penghasilan kena pajak (taxable

income) dari laba sebelum pajak yang dilaporkan di laporan laba rugi

(earning before income tax). Untuk mengontrol perbedaan dalam skala

perusahaan ,dan juga book tax gap yang di naikan oleh nilai buku asset,

maka book tax gap juga di skala dengan membaginya dengan nilai buku

asset. (Annisa & Kurniasih, 2012).

59
Dalam penelitian ini Tax Avoidance dilambangkan dengan

btg_totalaset

btg_

3. Variabel Kontrol

CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat besarnya

suatu perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total asset.

Besarnya perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya Tax

Avoidance dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi ekonomi

secara global. (Richardson & Lanis, 2012)

Ukuran perusahaan merupakan skala pengklasifikasian sebuah

perusahaan yang dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan

tersebut. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dalam

logaritma natural dari nilai buku total nilai aset perusahaan. Secara

matematis total aset sebagai proksi dari ukuran perusahaan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba. Penelitian ini menggunakan ROA sebagai proksi

untuk mengukur profitabilitas. ROA diukur dengan menggunakan proksi

model Lanis dan Richardson (2012) yaitu:

60
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta menyantumkan

pengungkapan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) selama 3

tahun dari 2012 hingga 2014. Dalam penelitian ini, laporan tahunan

perusahaan digunakan sebagai bahan untuk dianalisis oleh peneliti.

Peneliti mengambil sampel sebanyak 24 perusahaan dan

mengambil rentang waktu 3 tahun dalam penelitiannya. Peneliti

menggunakan laporan keuangan tahunan tiap perusahaan selama 3 tahun

berturut-turut sebanyak 24 perusahaan sehingga total sampel penelitian

sebanyak 72 sampel.

2. Deskripsi Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sampel dipilih dengan metode purposive

sampling dengan judgement sampling. Dengan kriteria sebagai berikut :

61
Tabel 4.1
Deskripsi Sampel Penelitian
No. Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang listed 2014 141
2 Perusahaan manufaktur yang listed di BEI tapi tidak (113)
memiliki laporan tahunan dari 2012 hingga 2014 dan
disajikan dalam mata uang selain rupiah serta tidak
melampirkan laporan CSR
3 Perusahaan yang baru listing atau relisting atau baru IPO (4)
tahun 2014
4 Data manufaktur yang diteliti 24
5 Data manufaktur yang diteliti selama 3 tahun 72
Sumber : data sekunder yang diolah
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian

1. Hasil Uji Deskriptif Statistik

Berikut merupakan hasil analisis deskriptif statistik dari penelitian ini


Tabel 4.2
Hasil Uji Deskriptif Statistik

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
btg_totalaset 72 .00001 .21010 .0218902 .03759582
KAPSize 72 0 1 .49 .503
CSR 72 .13 .69 .3382 .18248
CompSize 72 12.11327 30.15073 21.9165025 5.95813294
CompROA 72 .00357 .71928 .1501528 .12651207
Valid N (listwise) 72

Sumber : Output SPSS

Dari tabel tersebut terlihan N sebanyak 72 yang berarti penelitian

ini memiliki sampel sebanyak 72. Dengan rata-rata Book Tax Gap (BTG)

0.0218902, besarnya KAP yang merupakan penjelasan dari kualitas audit

dengan rata-rata 0.49, rata-rata CSR sebesar 0.3382, CompSize yang

merupakan variabel kontrol memiliki rata-rata sebesar 21.9165025, serta

CompROA juga merupakan variabel kontrol memiliki rata-rata sebesar

0.1501528.

62
2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas

Cara untuk mendeteksi apakah variabel terdistribusi secara

normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumbu

diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya.

Gambar 4.1
Grafik Histogram

Sumber : Output SPSS

Grafik histogram diatas memberikan pola distribusi yang

seimbang sehingga dapat disimpulkan bahwa data normal. Namun

untuk meyakinkan kesimpulan, peneliti melihat kembali grafik

normal plot.

63
Gambar 4.2
Grafik Normal Plot

Sumber : Output SPSS

Selain gambaran dari grafik histogram, dapat terlihat pula dari

grafik normal plot mengenai persebaran titik-titik menyebar disekitar

garis diagonal sehingga dapat disimpulkan kembali model regresi ini

tidak menyalahi aturan normalitas. Karena menurut dasar

pengambilan keputusanya jika data menyebar disekitar garis diagonal

dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas. (Ghozali, 2013).

Selain itu dalam menguji normalitas data dalam uji asumsi

klasik. Peneliti menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.

Dengan hipotesis awal

64
H0 : Data residual terdistribusi normal

HA : Data residual tidak terdistribusi normal

Tabel 4.3
Normalitas Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 72

a,b
Mean 0E-7
Normal Parameters
Std. Deviation .02740928
Absolute .130
Most Extreme Differences Positive .130
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .174
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS
Melihat tabel dari uji Kolmogorov-Smirnov, terlihat bahwa

besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1.104 dan signifikan

pada 0.174. Hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual

terdistribusi normal. Dan sekali lagi hasilnya konsisten dengan uji

sebelumnya.

b. Hasil Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas adalah dengan

melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Ukuran

65
ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang

dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dibawah merupakan

tabel hasil uji multikolonieritas variabel penelitian ini.

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas Variabel

a
Coefficient Correlations
Model CompROA CSR CompSize KAPSize
CompROA 1.000 .370 .079 -.507
CSR .370 1.000 .019 -.701
Correlations
CompSize .079 .019 1.000 .300
KAPSize -.507 -.701 .300 1.000
1
CompROA .001 .000 1.667E-006 .000
CSR .000 .001 3.372E-007 .000
Covariances
CompSize 1.667E-006 3.372E-007 4.281E-007 2.294E-006
KAPSize .000 .000 2.294E-006 .000
a. Dependent Variable: btg_totalaset

Sumber : Output SPSS

Tabel diatas untuk melihat terdapatkah hubungan antara

variabel independen. Dengan melihat besaran korelasi antar variabel

independen tampak bahwa hanya variabel KAPSize yang mempunyai

korelasi cukup tinggi dengan variabel CSR dengan tingkat korelasi

sebesar -0.701 atau sekitar 70%. Oleh karena tingkat korelasi ini

masih dibawah 95% maka dapat dikatakan tidak terjadi

multikolonieritas yang serius.

66
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas Variabel

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) .046 .019 2.448 .017
KAPSize -.033 .012 -.440 -2.818 .006 .325 3.078
1 CompSize -.003 .001 -.437 -4.211 .000 .738 1.355
CSR .084 .027 .409 3.071 .003 .448 2.232
CompROA .158 .032 .531 4.918 .000 .680 1.471
a. Dependent Variable: btg_totalaset
Sumber : Output SPSS

Hasil perhitungan nilai Tolerance juga menunjukkan tidak

ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari

0.10. Nilai Tolerance KAPSize, CompSize, CSR dan CompROA

yang memiliki nilai sebesar 0.325, 0.738, 0.448 dan 0.680 yang

berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya

lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai variance inflation factor (VIF)

juga menunjukkan hal yang sama bahwa tidak ada satu variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa tidak ada mulitkolonieritas antar variabel

independen dalam model regresi.

c. Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode

t-1 ata sebelumnya. Peneliti menggunakan uji Durbin-Watson (DW

67
Test) untuk menguji autokorelasi dalam penelitian ini yang

berpatokan terhadap tabel dibawah ini dalam pengambilan keputusan.

Tabel 4.6
Tabel Analisis Uji Durbin-Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada Tolak 0<d<dl


autokorelasi positif
Tidak ada No decision dl≤d≤du
autokorelasi positif
Tidak ada Tolak 4-dl≤d≤4
autokorelasi negatif
Tidak ada No decision 4du≤d≤4-dl
autokorelasi negatif
Tidak ada Tidak ditolak Du<d<4-du
autokorelasi, positif
maupun negatif
Sumber : Ghozali, 2013
Dari hasil pengujian autokorelasi menggunakan Durbin-

Watson, maka didapatkan hasil seperti yang tertera dibawah dalam

tabel 4.6 berikut ini.


Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Variabel
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
1 .684a .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset

Sumber : Output SPSS

68
Hasil nilai DW sebesar 2.154, nilai ini akan kira bandingkan

dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikasnsi 5%,

jumlah sampel 70 (n) dan jumlah variabel indpenden 4 (k=4).

Dengan melihat tabel Durbin-Watson, didapati angka dl sebesar

1.494 dan du sebesar 1.735. Dari hasil perbandingan uji autokorelasi

yang dapat dilihat dari tabel 4.7, nilai DW sebesar 2.154 lebih besar

dari batas (du) yaitu 1.735, dan kurang dari 4-1.735, maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak terdapat

autokorelasi positif maupun negatif.

d. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

(Ghozali, 2013)

69
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot

Gambar 4.3
Grafik Scatterplots

Sumber : Output SPSS

Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik titik menyebar

baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedsatisitas pada model

regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Tax

Avoidance berdasarkan masukan variabel independen kualitas audit

dan CSR.

3. Hasil Uji Analisis regresi berganda

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan model

analisis regresi berganda (multiple regression analysis), yaitu

dilakukan melalui uji koefisien determinasi, uji statistik t dan uji F.

70
a. Hasil Uji Koefisien determinasi
b. Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 .684 .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset

Sumber : Output SPSS

Dari tabel diatas, terlihat nilai koefisien determinasi dari R


square adalah 0.468 yang artinya kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan varians dari variabel terikatnya adalah sebesar 47%.
Namun karena penggunaan R square sering menimbulkan masalah,
banyak peneliti menyarankan untuk menggunakan adjusted R square.
Interpretasinya sama dengan R square, akan tetapi nilai adjusted R
square dapat anik atau turun dengan adanya penambahan variabel
baru. Maka dari itu bila dilihat dari tabel diatas hasil adjusted R
square sebesar 0.437 yang artinya sebesar 44% variabel bebas dapat
menjelaskan variabel terikatnya.
c. Hasil Uji F

Tabel 4.9
Hasil Uji Statistik F
b
Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
.684 .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset

Sumber : Output SPSS

71
Dari tampilan output SPSS model summary besarnya adjusted

R2 adalah 0.437, hal ini berarti 43.7% variasi Tax Avoidance dapat

dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen kualitas audit

dan CSR serta variabel kontrol besarnya perusahaan dan besarnya

ROA. Sedangkan sisanya (100% - 43.7% = 56.3%) dijelaskan oleh

sebab-sebab lain diluar model.

Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik F
a
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression .047 4 .012 14.764 .000b
1 Residual .053 67 .001
Total .100 71
a. Dependent Variable: btg_totalaset
b. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize

Sumber : Output SPSS


Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar

14.764 dengan probabilitas 0.000. karena probabilitasnya jauh lebih

kecil dari 0.05, maka model regersi dapat digunakan unutk

memprediksi Tax Avoidance atau dapat dikatakan kualitas audit,

CSR, besarnya perusahaan, dan besarnya ROA secara bersama-sama

berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

72
d. Hasil Uji t
Tabel 4.11
Hasil Uji Statistik t
a
Coefficients
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) .046 .019 2.448 .017
KAPSize -.033 .012 -.440 -2.818 .006 .325 3.078
1 CompSize -.003 .001 -.437 -4.211 .000 .738 1.355
CSR .084 .027 .409 3.071 .003 .448 2.232
CompROA .158 .032 .531 4.918 .000 .680 1.471
a. Dependent Variable: btg_totalaset
Sumber : Output SPSS

Dari keempat variabel independen yang dimasukkan kedalam

model regresi, keempat variabel memiliki probabilitas signifikasnsi

jauh dibawah 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Tax

Avoidance (btg_totalaset) dipengaruhi oleh Kualitas Audit

(KAPSize), Corporate Social Responsibility (CSR), Size

(CompSize), dan Return On Asset (CompROA) dengan persamaan

sistematis :

TA = 0.046 – 0.033 KAPSize + 0.084 CSR – 0.003 CompSize +

0.158 CompROA

C. Pembahasan

1. Kualitas audit dengan Tax Avoidance

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan Uji Statistik T

menunjukkan bahwa variabel Kualitas Audit yang diproksikan

dengan besarnya KAP atau KAPSize memiliki nilai t sebesar -2.818

73
dengan tingkat signifikansi sebesar 0.006. Maka dapat disimpulkan

bahwa Kualitas Audit memiliki pengaruh negatif terhadap Tax

Avoidance.

Teori agensi mengajarkan kita bahwa terdapat pemisahan

tugas antara pemilik saham dengan pengelola. Pengelola atau

manajer harus mengelola dengan baik dengan mentaati kebijakan

pemilik saham dan otoritas publik yang berwenang. Salah satu

tuntutan dari otoritas publik yaitu, didalam suatu perusahaan harus

terdapat transparansi informasi agar terlihat atau diketahui segala

kegiatan perusahaan. Dan untuk meyakini kinerja atau perusahaan

terkadang pemilik saham menggunakan jasa ketiga yaitu auditor

eksternal.

Auditor eksternal bertugas untuk menganalisa, dan melihat

kecakapan dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya

melalui laporan keuangan. Dan auditor eksternal bila kemampuannya

semakin diakui atau memiliki nama, secara tidak langsung akan

memiliki kualitas audit yang baik. Auditor eksternal yang diakui atau

telah memiliki nama di Indonesia sekarang adalah Big 4, yaitu

PriceWaterhouseCooper (PWC), Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG,

Ernst & Young (E&Y).

Segala kegiatan perusahaan akan dianalisa oleh auditor untuk

melihat apakah sudah baik dan sesuai dengan peraturan yang berlaku

74
atau tidak. Salah satu yang diperiksa adalah sektor perpajakan.

Melihat apakah sesuai peraturan yang berlaku juga merupakan kerja

dari auditor, maka hubungan negatif keduanya berdasarkan

keyakinan apabila sebuah perusahaan yang diaudit oleh KAP yang

besar atau memiliki nama seperti Big 4, akan memiliki kualitas

informasi keuangan yang dapat dipercaya dan baik. Oleh karena KAP

Big 4 yang menjaga kualitas dari auditnya, maka membuat

perusahaan yang diaudit terjaga kualitas laporan keuangannya dan

dapat terdeteksi dengan mudah oleh auditor Big 4 ini bila terdapat

kejanggalan sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya Earning

Management atau bahkan Tax Avoidance.

Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Kanaganetnam et al (2014) yang meneliti hubungan kualitas audit

dengan Tax Avoidance. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa

semakin baik kualitas audit yang di proksikan oleh besarnya KAP,

maka semakin rendah Tax Avoidance yang terjadi. Serta penelitian

yang dilakukan oleh (Maharani & Suardana, 2014) juga mendapatkan

hasil yang sama. Kualitas audit berpengaruh signifikan negatif

terhadap Tax Avoidance,sehingga bila dijelaskan bila kualitas audit

tinggi maka Tax Avoidance rendah selaras dengan penelitian ini.

Begitu pula dengan penelitian (Annisa & Kurniasih, 2012) yang

memiliki kesimpulan serupa.

75
Namun penelitian Jaya et al. (2014) mengatakan bahwa

Kualitas Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance,

dengan menggunakan 10 perusahaan dengan rentang waktu 5 tahun.

Hasil yang didapatkan Komposisi kepemilikan saham institusional,

Ukuran dewan direksi, Kualitas audit, Konservatisme Akuntansi

tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Pranata & Puspa (2014)

juga mendapatkan hasil yang serupa dengan Jaya et al. (2014).

Kualitas Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Tax

Avoidance.

Maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima karena sesuai

dengan hasil yang didapatkan peneliti, yaitu Kualitas Audit

berpengaruh signifikan negatif terhadap Tax Avoidance

2. CSR dengan Tax Avoidance

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan Uji Statistik T

menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility (CSR)

yang diproksikan dengan CSR memiliki nilai t sebesar 3.071 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.003. Maka dapat disimpulkan bahwa

CSR memiliki pengaruh positif terhadap Tax Avoidance.

Teori legitimasi merupakan teori yang menjelaskan mengenai

kegiatan CSR. Legitimacy theory secara esensial adalah teori yang

berorientasi pada sistem, dalam hal ini organisasi atau perusahaan

dipandang sebagai salah satu komponen dalam lingkungan sosial

76
yang lebih besar. Karena merupakan suatu komponen yang besar

dalam suatu lingkungan sosial, maka perusahaan turut andil dalam

melakukan aktivitas sosial di lingkungan tersebut. Dan sejak 2012,

peraturan BAPEPAM mengenai pengungkapan CSR, membuat

perusahaan wajib mengungkapkan item dari CSR menjadi disclosure.

Kewajiban untuk mengungkapkan segala kegiatan ini

merupakan tanggung jawab terhadap lingkungan dimana perusahaan

berada selain itu merupakan salah satu tindakan transparansi terhadap

kegiatan sosial yang dilakukan perusahaan. Pengungkapan CSR

merupakan hal wajib agar masyarakat mengetahui tanggung jawab

sosial suatu perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap citra suatu

perusahaan. Ketika suatu perusahaan memiliki citra yang baik,

perusahaan akan menjaga citra perusahaan tersebut dengan

menjalankan usahanya dengan menaati peraturan yang berlaku dan

menghindari tindakan yang akan mempengaruhi citra perusahaan

tersebut. Menjaga citra perusahaan salah satunya dengan tidak

melakukan tax avoidance.

Berdasarkan hal itu, semakin tinggi tingkat pengungkapan

CSR yang dilakukan oleh perusahaan, diharapkan dapat menekan

terjadinya Tax Avoidance. Namun hasil yang didapatkan peneliti

berbanding terbalik dengan hipotesis yang diajukan. Itu kemungkinan

disebabkan sedikitnya penggunaan sampel yang diambil hanya dari

77
24 perusahaan manufaktur dan kemungkinan terjadi bias karena

peneliti meneliti laporan CSR selama 3 tahun.

Temuan ini berbanding terbalik dengan penelitian yang

dilakukan oleh Richardson & Lanis (2012) yang meneliti hubungan

antara Corporate Social Responsibility (CSR) dengan Tax Avoidance.

Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa bila pengungkapan CSR

dalam suatu perusahaan itu baik maka semakin rendahnya

kemungkinan terjadinya Tax avoidance ini. Dikarenakan perusahaan

yang mengungkapkan CSR dengan baik maka menjadi perhatian para

investor sehingga berdampak langsung terhadap nilai perusahaan

sehingga perusahaan akan berusaha untuk mengungkapkan CSR

dengan baik dan menghindari tindakan Tax Avoidance agar dapat

dinilai baik oleh investor sehingga investor mau berinvestasi. Begitu

pula dengan penelitian Hoi et al. (2014) yang menyimpulkan bahwa

bila suatu perusahaan semakin tidak bertanggung jawab dengan

kegiatan CSR mereka, maka semakin agresif penghindaran pajak

mereka.

Hasil lain dari penelitian mengenai hubungan CSR dengan

Tax Avoidance adalah penelitian Wahyudi (2015) yang mengatakan

bahwa dalam konteks Indonesia tingkat aktivitas CSR tidak

berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Namun

penelitian ini memiliki keterbatasan berupa datanya hanya satu tahun

78
pajak dan jumlah sampel yang hanya 42 perusahaan publik. Serta

penelitian Maesarah et al. (2015) yang mengatakan CSR tidak

berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

Maka dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, karena hasil tidak

sesuai dengan hipotesa yang dibuat yaitu CSR berpengaruh

signifikan negatif terhadap Tax Avoidance.

3. Size dan ROA sebagai variabel kontrol dengan Tax Avoidance

Hasil uji signifikansi yang dilakukan dengan Uji Statistik T

menunjukkan bahwa variabel Size dan ROA yang diproksikan

dengan CompSize dan CompROA memiliki tingkat signifikansi

sebesar 0.000 untuk keduanya. Maka dapat disimpulkan bahwa Size

dan ROA sebagai variabel kontrol memiliki pengaruh terhadap Tax

Avoidance.

CompSize merupakan variabel kontrol untuk melihat

besarnya suatu perusahaan yang dihitung melaui log natural dari total

asset. Besarnya perusahaan akan sejalan dengan semakin agresifnya

Tax Avoidance dibanding perusahaan kecil karena mempengaruhi

ekonomi secara global.

Tingkat profitabilitas yang tinggi akan dikenai pajak yang

tinggi sesuai dengan pernyataan Undang- Undang No. 36 Tahun

2008 pasal 1 menjelaskan bahwa penghasilan yang diterima oleh

79
subjek pajak (perusahaan) akan dikenai pajak penghasilan, sehingga

semakin besar penghasilan yang diterima oleh perusahaan akan

menyebabkan semakin besar pajak penghasilan yang dikenakan

kepada perusahaan.

Noor, et.al (2010) dalam Maesarah et al. (2015) menemukan

bahwa besarnya profitabilitas perusahaan dapat mengurangi beban

pajak perusahaan. Itu disebabkan oleh perusahaan dengan tingkat

efisiensi yang tinggi dan memiliki pendapatan yang tinggi cenderung

menghadapi beban pajak yang rendah. Rendahnya beban pajak

perusahaan dikarenakan perusahaan dengan pendapatan yang tinggi

berhasil memanfaatkan keuntungan dari adanya insentif pajak dan

pengurang pajak yang lain yang dapat menyebabkan tarif pajak

efektif perusahaan lebih rendah dari yang seharusnya.

Temuan ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Maharani & Suardana (2014) yang menemukan Profitabilitas (ROA)

berpengaruh signifikan negatif. Karena semakin besar ROA dalam

suatu perusahaan maka semakin rendah potensi Tax Avoidance

terjadi. Maesarah et al. (2015) memiliki hasil serupa, dengan

menggunakan Variabel ROA sebagai kontrol dalam penelitiannya,

dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan negatif dengan

Tax Avoidance. Serta menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance.

80
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh Kualitas Audit dan CSR terhadap Tax Avoidance. Sampel

dalam penelitian ini berjumlah 72 yang terdiri dari 24 perusahaan selama

rentang waktu 3 tahun dari 2012 hingga 2014. Berdasarkan data yang

telah dikumpulkan dan hasil pengujian yang telah dilakukan terhadap

permasalahan dengan menggunakan analisis regresi berganda, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kualitas Audit memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap

Tax Avoidance. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Annisa & Kurniasih (2012), Kanagaretnam (2014)

dan Maharani & Suardana (2014). Hasil ini tidak mendukung

penelitian Jaya et al. (2014) dan Pranata & Puspa (2014).

2. Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh yang signifikan

positif terhadap Tax Avoidance. Hasil penelitian ini tidak mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Hoi et al. (2014) dan Richardson &

Lanis (2012) yang mengatakan terdapat pengaruh signifikan negatif.

Dan hasil ini tidak mendukung penelitian Maesarah et al. (2015) dan

Wahyudi (2015) karena hasil penelitian menunjukkan terdapat

pengaruh signifikan positif.

81
B. Implikasi Penelitian

Berdasarkan kesimpulan diatas, menunjukkan bahwa variabel

kualitas audit dan CSR berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Seorang pemilik modal ingin perusahaannya bersih dan selalu menjaga

nama baik perusahaannya tersebut. Oleh karena nama perusahaan

menjadi taruhan apabila didapatkan kejanggalan atau temuan yang dapat

menurunkan atau mencemari nama perusahaan, maka pemilik modal

menggunakan jasa pihak ketiga untuk mengeceknya, yaitu auditor.

Auditor dibutuhkan dalam menemukan indikasi terdapatnya kecurangan

atau permainan dalam suatu perusahaan yang dilakukan oleh pengelola

atau manajer. Pemilik modal menggunakan jasa dari pihak ketiga atau

auditor untuk memeriksa keuangan suatu perusahaan agar yakin akan

perusahaan tersebut tidak memiliki indikasi kecurangan atau yang di

tekankan disini yaitu tax avoidance.

Namun tidak semua pemberi jasa auditor handal, terdapat

pengalaman dan beberapa faktor yang menjadikan seorang auditor

handal. Peneliti sebelumnya percaya bahwa semakin bagus nama KAP

tersebut maka semakin bagus kualitas auditornya, dan beberapa nama

KAP terbesar di Indonesia yaitu PriceWaterhouseCooper (PWC),

Deloitte Touche Tohmatsu, KPMG, Ernst & Young (EY). Maka dari itu

KAP besar yang diakui kualitas auditnya dapat mencegah terjadinya tax

avoidance.

82
Tidak hanya kualitas audit yang memiliki pengaruh dengan tax

avoidance, namun CSR juga memiliki pengaruh terhadapnya. Sesuai

dengan teori legitimasi yang memberikan manfaat terhadap

lingkungannya, maka perusahaan ikut andil dalam menjaga kelestarian

lingkungan dengan melakukan berbagai kegiatan sosial yang

diungkapkan dalam laporan tahunan. Selain yang diungkapkan dalam

laporan tahunan, pembayaran pajak juga merupakan satu hal yang dapat

membuktikan bahwa perusahaan juga bertanggungjawab terhadap sosial

karena tujuan penggunaan pajak juga digunakan untuk pembangunan.

Sesuai dengan peraturan BAPEPAM dan Lembaga Keuangan mengenai

keluasan pengungkapan item-item CSR yaitu pada peraturan nomor

X.K.6 revisi tahun 2012 mengenai Penyampaian Laporan Tahunan

Emiten Atau Perusahaan Publik. Berlakunya peraturan tersebut membuat

pengungkapan item dari CSR menjadi disclosure yang bersifat wajib.

Perusahaan yang mengungkapkan kegiatan sosialnya maka dianggap

patuh terhadap peraturan yang berlaku sehingga juga dianggap patuh

terhadap perpajakan juga, oleh karena itu akan mengurangi tingkat

kemungkinaan terjadinya tax avoidance.

Kualitas audit dan CSR diharapkan dapat menjadi indikasi

terdapatnya tax avoidance sehingga perusahaan yang melakukannya

dapat diketahui dan diawasi agar potensi pendapatan pajak terhadap

negara berkurang atau menghilang.

83
C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian.

Berikut merupakan keterbatasan penelitian :

1. Penelitian ini hanya meneliti sektor manufaktur saja. Karena sektor

manufaktur merupakan salah satu yang terbanyak dari sektor lain,

juga terdapat beda dengan sektor perbankan dalam menganalisa

indikasi tax avoidance didalamnya.

2. Penelitian ini menggunakan adaptasi proksi CSR dari penelitian

sebelumnya, Richardson & Lanis (2012). Yaitu 52 item yang telah

dipilih oleh Richardson & Lanis (2012) sebagai proksi untuk

menentukan pengungkapan CSR.

D. Saran

Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan

hasil penelitian yang lebih baik lagi dengan adanya beberapa masukan

mengenai beberapa hal diantaranya :

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah sampel

penelitian menjadi lebih banyak serta rentang waktu yang lebih lama

antara 5 sampai 10 tahun.

2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel lain seperti

Accounting Fraud, karena penelitian dengan variabel ini masih baru

bila dihubungkan dengan Tax Avoidance.

3. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan cara perngukuran

lain untuk mengukur Tax Avoidance selain menggunakan BTG,

84
seperti ETR, CETR dan GETR sehingga terdapat perbedaan dalam

hasil. Serta penelitian lain dapat membandingkan pengukuran BTG

dan pengukuran lain menggunakan robustness test. Tapi sangat baik

bila penelitian selanjutnya mendapatkan data pembayaran SPT

perusahaan agar data yang didapatkan sangat valid.

4. Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan acuan GRI terbaru

dalam mengukur variabel CSR.

5. Penelitian selanjutnya dapat membandingkan kegiatan Tax

Avoidance di Indonesia dengan negara tetangga seperti Malaysia atau

Singapura. Sehingga dapat mengetahui fenomena yang terjadi di luar

Indonesia.

85
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, Nuralifmida Ayu, & Kurniasih, Lulus (2012). Pengaruh Corporate


Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8 No.
2, 95–189.
Anonym. “Starbucks pays UK corporation tax for first time since 2009”. Artikel
diakses tanggal 21 April 2015 dari http://www.bbc.com /news/uk-politics-
23019514
Anonym. “Komisi Eropa Selidiki Kasus Penghindaran Pajak oleh IKEA”.
Artikel diakses tanggal 16 Maret 2016 dari http://bisniskeuangan.kompas.
com/read/2016/02/16/101041226/Komisi.Eropa.Selidiki.Kasus.Penghindar
an.Pajak.oleh.IKEA
Anonym. “Prihatin! Menghindari Pajak di Tanah Air”. Artikel diakses tanggal
21 April 2015, pukul 13.05 dari http://dispenda.jabarprov.go.id/2015/
06/09/prihatin-menghindari-pajak-di-tanah-air-2/
Anonym. “HSBC bantu penghindaran pajak”. Artikel diakses tanggal 21 April
2015, pukul 14.30 dari http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/02/
150209_hsbc_pajak
Annuar, H. A., Salihu, I. A., Normala, S., & Obid, S. (2014). Corporate
ownership, governance and tax avoidance: An interactive effects. Procedia
- Social and Behavioral Sciences, 164(2014), 150–160.
http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.063
Armstrong, Christopher S., & Blouin, Jennifer L. (2011). The Incentives for Tax
Planning.
Balakrishnan, Karthik and Guay, Wayne. (2012). Does Tax Aggressiveness
Reduce Financial Reporting Transparency? The Journal of the American
Taxation Association, 33(2), 111–135. http://doi.org/http://dx.doi.org/
10.2139/ssrn. 1792783
Barford, Vanessa and Holt, Gerry. “Google, Amazon, Starbucks: The rise of 'tax
shaming'. Artikel diakses tanggal 21 April 2015, pukul 13.25 dari
www.bbc.com/news/magazine-20560359

Desai, Mihir A., & Dharmapala, Dhammika (2007). Corporate Tax Avoidance
and Firm Value. NBER Working Paper Series.
Fisher, Jasmine M. (2014). Fairer Shores : Tax Havens , Tax Avoidance , And
Corporate Social Responsibility. Boston University Law Review Vol.
94:337, 337–365.
Frank, Mary Margaret, Lynch, Luann J., & Rego, Sonja Olhoft (2009). Tax

86
Reporting Aggressiveness and Its Relation to Aggressive Financial
Reporting. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(1), 1689–
1699. http://doi.org/10.1017 /CBO9781107415324.004
Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS Regresi Edisi 7”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
2013.
Gribnau, Hans (2015). Corporate Social Responsibility and Tax Planning : Not
by Rules Alone Responsibility and Tax Planning : Not by Rules Alone.
Social and Legal Studies, 24(2)(09). http://doi.org/10.1177/
0964663915575053
Hanlon, Michelle, Heitzman, Shane (2010). A Review of Tax Research A Review
of Tax Research.

Hoi, Chun-Keung (Stan), Wu, Qiang, and Zhang, Hao (2014). Is Corporate
Social Responsibility ( CSR ) Associated with Tax Avoidance ? Evidence
from Irresponsible CSR Activities Is Corporate Social Responsibility ( CSR
) Associated with Tax Avoidance ? Evidence from Irresponsible CSR
Activities, (585).
Huda, Ramzil (2014). Pherspektif atas Praktik Penghindaran Pajak Internasional.
Review Perspektif Atas Praktik Penghindaran Pajak Internasional,
(September).
Jao, Robert, & Pagalung, Gagaring (2011). Corporate Governance, Ukuran
Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Perusahaan
Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi & Auditing, 8(1), 43–54.
Jaya, Tresno Eka, Arafat, M. Yasser, & Kartika, Dinda (2014). Corporate
Governance, Konservatisme Akuntansi Dan Tax Avoidance. Prosiding
Simposium Nasional Perpajakan 4, (1), 1–5. http://doi.org/10.1007/s13398-
014-0173-7.2

Julaikah, Nurul. “Dirjen Pajak janji usut kasus perpajakan Wilmar Grup”.
Artikel diakses tanggal 21 April 2015, pukul 14.10 dari http://www.
merdeka.com/uang/dirjen-pajak-janji-usut-kasus-perpajakan-wilmar-grup.
html
Kanagaretnam, Kiridaran (2014). Auditor Quality and Corporate Tax
Avoidance.
Maesarah, Yasti, Atikah, Siti, & Husnaini, Wahidatul (2015). Pengaruh
karakteristik perusahaan dan corporate social responsibility terhadap
penghindaran pajak.
Maharani, I Gusti Ayu Cahya, & Suardana, Ketut Alit (2014). Pengaruh
Corporate Governance , Profitabilitas Dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax

87
Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 9.2 ISSN 2302-8556, 2, 525–539.

Majalah Ikatan Akuntan Indonesia.“Perluas coverage ratio pajak Indonesia”. Hal


10
Mangunsong, Soddin. (2002). Mangunsong 2002 Peranan Tax Planning Dalam
Mengefisiensikan Pembayaran Pajak Penghasilan. Jurnal Ilmiah Akuntansi
November 2002 Vol. 2 No. 1.
Mustami, Adinda Ade. “Ada Perusahaan Multinasional Asing yang Diduga
Mengemplang Pajak”. Artikel diakses tanggal 21 April 2015, pukul 13.15
dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/04/23/104907626/Ada.
Perusahaan.Multinasional.Asing.yang.Diduga.Mengemplang.Pajak
Nasir, Azwir, Kurnia, Pipin, & Hakri, Teguh Dheki (2013). Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, Dan Umur
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bei.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Poesoro, Adri A. L. (2015). Proyeksi Penerimaan Pajak Indonesia 2015-2019.
Inside Tax, Edisi 26.
Pohan, Chairil Anwar. “Manajemen Perpajakan : Strategi Perencanaan Pajak
Dan Bisnis”. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013
Pohan, Hotman T. (2009). Analisis pengaruh kepemilikan institusi, rasio tobin q,
akrual pilihan, tarif efektif pajak, dan biaya pajak ditunda terhadap
penghindaran pajak pada perusahaan publik. Jurnal Informasi, Perpajakan,
Akuntansi Dan Keuangan Publik Vol. 4, No. 2, Juli 2009 Hal. 113 - 135,
4(2).
Prakosa, Kesit Bambang (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga
dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia.
SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014, 1–27.
Pranata, Febri Mashudi, Puspa, Dwi Fitri, dan Herawati (2014). Pengaruh
Karakter Eksekutif Dan Corporate. E-Jurnal Bung Hatta Vol. 4 No. 1
(2014).
Purwanti, Rahayu Budhi, & Rahardjo, Shiddiq Nur (2012). Pengaruh Kecakapan
Manajerial , Kualitas Auditor , Komite Audit , Firm Size Dan Leverage
Terhadap Earnings Management ( Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010 ). Diponegoro Journal
Of Accounting Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-12, 1, 1–12.
Richardson, Grant, & Lanis, Roman (2012). Corporate Social Responsibility

88
and Tax Aggressiveness.
Santosa, Anggoro Budi. “Pemagaran Pelarian Pajak Penghasilan”. Artikel
diakses tanggal 21 April 2015, pukul 14.55 dari http://www.pajak.go.id
/content/article/pemagaran-pelarian-pajak-penghasilan
Sari, Ria Nelly, Anugerah, Rita, & Dwiningsih, Rhia (2010). Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Kualitas Audit Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Transparansi Informasi (Studi Empiris pada 100 Perusahaan Publik
Terbesar di Indonesia). Pekbis Jurnal, Vol.2, No.3, November 2010: 326-
335, 2(3), 326–335.
Sekaran, Uma. “Research Methods for Business Metodologi Penelitian untuk
Bisnis Edisi 4 Buku 2”. Jakarta: Salemba Empat. 2006.
Sugiyono . “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung:
Alfabeta . 2014
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Diambil dari
www.pajak.go.id/content/article/melalui-pajak-kita-membangun-negeri .
Yang diakses pada tanggal 22 April 2015
Wahyudi, Dudi (2015). Analisis Empiris Pengaruh Aktivitas Corporate Social
Responsibility ( CSR ) terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia.
Xynas, Lidia (2011). Tax Planning , Avoidance and Evasion in Australia 1970-
2010 : The Regulatory Responses and Taxpayer Compliance. Revenue Law
Journal: Vol. 20: Iss. 1, Article 2.

89
Lampiran 1
Perusahaan Sampel Penelitian

90
Perusahaan Sampel Penelitian

KODE NAMA TAHUN KODE NAMA TAHUN


PT Kedawung Setia
ADES PT. Akasha wira international 2012 KDSI Industrial Tbk 2012
PT Kedawung Setia
ADES PT. Akasha wira international 2013 KDSI Industrial Tbk 2013
PT Kedawung Setia
ADES PT. Akasha wira international 2014 KDSI Industrial Tbk 2014
AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 2012 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2012
AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 2013 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2013
AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 2014 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 2014
ASII PT Astra International Tbk 2012 LION PT Lion Metal Works Tbk 2012
ASII PT Astra International Tbk 2013 LION PT Lion Metal Works Tbk 2013
ASII PT Astra International Tbk 2014 LION PT Lion Metal Works Tbk 2014
AUTO PT Astra Otoparts Tbk 2012 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2012
AUTO PT Astra Otoparts Tbk 2013 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2013
AUTO PT Astra Otoparts Tbk 2014 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk 2014
PT Charoen Pokphand
CPIN Indonesia Tbk 2012 NIPS PT Nipress Tbk 2012
PT Charoen Pokphand
CPIN Indonesia Tbk 2013 NIPS PT Nipress Tbk 2013
PT Charoen Pokphand
CPIN Indonesia Tbk 2014 NIPS PT Nipress Tbk 2014
PT Nippon Indosari
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2012 ROTI Corpindo Tbk 2012
PT Nippon Indosari
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2013 ROTI Corpindo Tbk 2013
PT Nippon Indosari
GGRM PT Gudang Garam Tbk 2014 ROTI Corpindo Tbk 2014
HMSP PT HM Sampoerna Tbk 2012 SCCO PT Sucaco Tbk 2012
HMSP PT HM Sampoerna Tbk 2013 SCCO PT Sucaco Tbk 2013
HMSP PT HM Sampoerna Tbk 2014 SCCO PT Sucaco Tbk 2014
PT Indofood CBP Sukses
ICBP Makmur Tbk 2012 SIPD PT Sierad Produce Tbk 2012
PT Indofood CBP Sukses
ICBP Makmur Tbk 2013 SIPD PT Sierad Produce Tbk 2013
PT Indofood CBP Sukses
ICBP Makmur Tbk 2014 SIPD PT Sierad Produce Tbk 2014
INDS PT Indospring Tbk 2012 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2012
INDS PT Indospring Tbk 2013 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2013
INDS PT Indospring Tbk 2014 SKLT PT Sekar Laut Tbk 2014

Bersambung pada halaman selanjutnya

91
KODE NAMA TAHUN KODE NAMA TAHUN
JECC PT Jembo Cable Company Tbk 2012 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2012
JECC PT Jembo Cable Company Tbk 2013 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2013
JECC PT Jembo Cable Company Tbk 2014 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2014
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2012 SMGR PT Semen Indonesia Tbk 2012
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2013 SMGR PT Semen Indonesia Tbk 2013
KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 2014 SMGR PT Semen Indonesia Tbk 2014
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2012 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 2012
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2013 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 2013
KBLM PT Kabelindo Murni Tbk 2014 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 2014
Sumber : data sekunder yang diolah

92
Lampiran 2
Data Mentah Penelitian

93
Data Mentah Penelitian

kode nama Kualitas BTG/


tahun CSR size ROA
stock perusahaan Audit Totalaset
PT. Akasha
wira
ADES international 2012 0 0.153846 19.77933 0.196947 0.059566583
PT. Akasha
wira
ADES international 2013 0 0.153846 19.9047 0.134207 0.041359077
PT. Akasha
wira
ADES international 2014 0 0.25 20.0398 0.082222 0.002574946
PT Asahimas
Flat Glass
AMFG Tbk 2012 1 0.538462 21.85963 0.148876 0.016472894
PT Asahimas
Flat Glass
AMFG Tbk 2013 1 0.538462 21.98722 0.127353 0.011272272
PT Asahimas
Flat Glass
AMFG Tbk 2014 1 0.538462 22.08895 0.152564 0.002376996
PT Astra
International
ASII Tbk 2012 1 0.653846 25.92878 0.153055 0.076758068
PT Astra
International
ASII Tbk 2013 1 0.653846 26.08921 0.128616 0.061674626
PT Astra
International
ASII Tbk 2014 1 0.673077 26.18722 0.115884 0.070398129
PT Astra
Otoparts
AUTO Tbk 2012 1 0.403846 22.90725 0.142245 0.011971435
PT Astra
Otoparts
AUTO Tbk 2013 1 0.442308 23.24778 0.096946 0.000588474
PT Astra
Otoparts
AUTO Tbk 2014 1 0.442308 23.38917 0.07705 0.012360261
PT Charoen
Pokphand
Indonesia
CPIN Tbk 2012 1 0.134615 23.23681 0.273431 0.038854765

94
kode nama Kualitas BTG/
tahun CSR size ROA
stock perusahaan Audit Totalaset
PT Charoen
Pokphand
Indonesia
CPIN Tbk 2013 1 0.192308 23.47834 0.21952 0.044034113
PT Charoen
Pokphand
Indonesia
CPIN Tbk 2014 1 0.192308 23.76122 0.10099 0.040820778
PT Gudang
GGRM Garam Tbk 2012 1 0.230769 24.44918 0.133239 0.012605481
PT Gudang
GGRM Garam Tbk 2013 1 0.25 24.65058 0.116923 0.018539124
PT Gudang
GGRM Garam Tbk 2014 1 0.288462 24.78751 0.123768 0.036153355
PT HM
Sampoerna
HMSP Tbk 2012 1 0.269231 23.99084 0.509886 0.014883955
PT HM
Sampoerna
HMSP Tbk 2013 1 0.269231 24.03398 0.529463 0.002331397
PT HM
Sampoerna
HMSP Tbk 2014 1 0.269231 24.06897 0.483368 0.007919733
PT Indofood
CBP Sukses
ICBP Makmur Tbk 2012 1 0.423077 23.59985 0.170512 0.000839047
PT Indofood
CBP Sukses
CBP Makmur Tbk 2013 1 0.442308 23.78044 0.139508 0.017365911
PT Indofood
CBP Sukses
ICBP Makmur Tbk 2014 1 0.538462 23.93854 0.136038 0.025734547
PT
Indospring
INDS Tbk 2012 0 0.134615 21.23296 0.108602 0.047232277
PT
Indospring
INDS Tbk 2013 0 0.134615 21.51014 0.084033 0.042097502
PT
Indospring
INDS Tbk 2014 0 0.230769 21.54861 0.073397 0.022352017
PT Jembo
JECC Cable 2012 0 0.25 20.3793 0.069016 0.001918642

95
kode nama Kualitas BTG/
tahun CSR size ROA
stock perusahaan Audit Totalaset
Company
Tbk
PT Jembo
Cable
Company
JECC Tbk 2013 0 0.25 20.93823 0.035034 0.064426882
PT Jembo
Cable
Company
JECC Tbk 2014 0 0.25 20.78387 0.031196 0.042578855
PT Kimia
Farma
(Persero)
KAEF Tbk 2012 0 0.211538 21.45388 0.134026 0.045191981
PT Kimia
Farma
(Persero)
KAEF Tbk 2013 0 0.211538 21.62827 0.11494 0.065543681
PT Kimia
Farma
(Persero)
KAEF Tbk 2014 0 0.288462 21.81122 0.106331 0.057347379
PT Kabelindo
KBLM Murni Tbk 2012 0 0.153846 20.39884 0.044271 0.044480829
PT Kabelindo
KBLM Murni Tbk 2013 0 0.192308 20.29907 0.016309 0.079304458
PT Kabelindo
KBLM Murni Tbk 2014 0 0.230769 20.28893 0.042259 0.032103767
PT
Kedawung
Setia
Industrial
KDSI Tbk 2012 0 0.134615 20.16214 0.083487 0.184204486
PT
Kedawung
Setia
Industrial
KDSI Tbk 2013 0 0.134615 20.56102 0.055486 0.047611048
PT
Kedawung
Setia
Industrial
KDSI Tbk 2014 0 0.134615 20.67426 0.06089 0.076606638

96
kode nama Kualitas BTG/
tahun CSR size ROA
stock perusahaan Audit Totalaset
PT Kalbe
KLBF Farma Tbk 2012 1 0.538462 22.96588 0.245066 0.158801767
PT Kalbe
KLBF Farma Tbk 2013 1 0.538462 23.1494 0.227354 0.164026082
PT Kalbe
KLBF Farma Tbk 2014 1 0.557692 23.24298 0.22243 0.166116387
PT Lion
Metal Works
LION Tbk 2012 0 0.134615 19.8874 0.239107 0.045493049
PT Lion
Metal Works
LION Tbk 2013 0 0.134615 20.02725 0.170543 0.009838098
PT Lion
Metal Works
LION Tbk 2014 0 0.134615 20.21261 0.104745 0.011364981
PT Lionmesh
LMSH Prima Tbk 2012 0 0.134615 18.67181 0.350614 0.236178294
PT Lionmesh
LMSH Prima Tbk 2013 0 0.153846 18.76921 0.137177 0.013231953
PT Lionmesh
LMSH Prima Tbk 2014 0 0.192308 18.75655 0.078667 0.01428384
PT Nipress
NIPS Tbk 2012 0 0.192308 20.07833 0.055962 0.027623372
PT Nipress
NIPS Tbk 2013 0 0.230769 20.49813 0.057094 0.024640098
PT Nipress
NIPS Tbk 2014 0 0.288462 20.91128 0.055839 0.022472771
PT Nippon
Indosari
Corpindo
ROTI Tbk 2012 1 0.326923 20.9097 0.165811 0.015138212
PT Nippon
Indosari
Corpindo
ROTI Tbk 2013 1 0.480769 21.32358 0.115656 0.00781977
PT Nippon
Indosari
Corpindo
ROTI Tbk 2014 1 0.5 21.48542 0.117954 0.049103912
PT Sucaco
SCCO Tbk 2012 0 0.153846 21.11997 0.151102 0.009887223
PT Sucaco
SCCO Tbk 2013 0 0.269231 21.28973 0.082381 0.012559625

97
kode nama Kualitas BTG/
tahun CSR size ROA
stock perusahaan Audit Totalaset
PT Sucaco
SCCO Tbk 2014 0 0.288462 21.22768 0.110113 0.040234178
PT Sierad
SIPD Produce Tbk 2012 0 0.423077 21.91662 0.006012 0.032333616
PT Sierad
SIPD Produce Tbk 2013 0 0.423077 21.87247 0.003571 0.130339624
PT Sierad
SIPD Produce Tbk 2014 0 0.423077 21.75321 0.008777 0.107019703
PT Sekar
SKLT Laut Tbk 2012 0 0.173077 19.33596 0.046703 0.018789063
PT Sekar
SKLT Laut Tbk 2013 0 0.173077 19.5259 0.054961 0.028781734
PT Sekar
SKLT Laut Tbk 2014 0 0.211538 19.61936 0.071007 0.0127965
PT Holcim
Indonesia
SMCB Tbk 2012 1 0.692308 23.22212 0.153898 0.001799644
PT Holcim
Indonesia
SMCB Tbk 2013 1 0.692308 23.42429 0.089731 0.028268498
PT Holcim
Indonesia
SMCB Tbk 2014 1 0.692308 23.5679 0.058585 0.000451924
PT Semen
Indonesia
SMGR Tbk 2012 1 0.615385 24.00339 0.236556 0.073669645
PT Semen
Indonesia
SMGR Tbk 2013 1 0.615385 24.15055 0.22474 0.079173821
PT Semen
Indonesia
SMGR Tbk 2014 1 0.615385 24.25884 0.20664 0.067939646
PT Selamat
Sempurna
SMSM Tbk 2012 0 0.442308 21.17127 0.236195 0.108861961
PT Selamat
Sempurna
SMSM Tbk 2013 1 0.557692 21.26134 0.269248 0.12518932
PT Selamat
Sempurna
SMSM Tbk 2014 1 0.557692 21.28253 0.309337 0.103644936
Sumber : data sekunder yang diolah

98
Indikator CSR

No Sub bab Item item


1 Corporate mission misi perusahaan
2 Code of ethics/business conduct kode etik
3 CSR strategy management manajemen strategi CSR
4 Corporate and Record of complaints catatan komplain
5 CSR strategy Relationship with clients hubungan dengan klien
items pengaruh kuat terhadap kebiasaan
6 Impact on work practice kerja
7 Impact on supplies pengaruh terhadap persediaan
8 Corporate governance statement pernyataan CG
9 Staff training pelatihan karyawan
10 Staff career development pengembangan karir staf
11 staff diversity pemisahan kerja staf
12 staff protection perlindungan karyawan
13 compliance with labor standards kepatuhan terhadap UU buruh
14 employee's ownership kepemilikan karyawan
15 staff communication komunikasi karyawan
kebijakan penunjukan karyawan
16 general staff appoinment policy umum
17 executive appoinment policy kebijakan penunjukan eksekutif
perjanjian/penunjukan besar
18 major appoinment of the year tahun ini

Staff strategy breakdown of employees rincian karyawan berdasarkan


19 items bygeographical wilayah
breakdown of employees by line of rincian karyawan berdasarkan lini
20 business bisnis
breakdown of employees by level rincian karyawan berdasarkan
21 of qualifications tingkat kualifikasi
breakdown of employees by ethic rincian karyawan berdasarkan asal
22 origins daerah
23 discussion of employee's welfare diskusi kesejahteraan karyawan
information on accidents at informasi mengenai kecelakaan
24 workplace ditempat kerja
monitoring of staff and employees pengawasan kebijakan hubungan
25 work relation policy kerja karyawan
implement of employees mission implementasi pernyataan misi
26 statement karyawan
27 Social social commitment statement pernyataan komitmen sosial
Investment value of social invesment and nilai investasi sosial dan kegiatan
28 Items charitable work amal

99
Indikator CSR

No Sub bab Item item


pertolongan terhadap kegiatan
29 assistance to charities and NGO's komunitas sosial
community sponsorship (financial
30 support) bantuan keuangan kegiatan sosial
31 staff volunteering karyawan sukarela
Environmental protection pernyataan perlindungan
32 statement lingkungan
Does the firm recognize
environmental protection apa perusahaan menyadari
33 objectives? perlindungan lingkungan

Environment Do they measure their


items performance against the
34 objectives? terdapat implementasinya kah?
35 Greenhouse gas emissions policy kebijakan emisi gas
36 Energy consumption konsumsi energi
37 Water consumption konsumsi air
38 Paper recycling daur ulang kertas
39 Ink recycling daur ulang tinta
40 Statement of internal control pernyataan pengendalian internal
41 Value added statement pernyataan pertambahan nilai
42 Product safety statement pernyataan keamanan produk
43 Customer and Improvement in product quality perbaikan dalam kualitas produk
44 Supplier Items Improvement in customer service perbaikan pelayanan pelanggan
Distribution of marketing network distribusi ke pasar untuk barang
45 for finished products jadi
46 Customer award /ratings received penghargaan
Participation in government social partisipasi kegiatan sosial
47 campaign pemerintah
Community programs (health and program komunitas (kesehatan
48 education) dan pendidikan)
Community
KPIs linked to CSR (social,
and Political
49 community, and environment) indikator KPI
Involvement
50 Items Assigned specific responsibility tanggung jawab khusus
Policies on lobbying and political
51 donations kebijakan dalam donasi berpolitik

52 Charity/pro-bono work kegiatan untuk kepentingan publik


Sumber : Lanis and Richardson, 2012

100
Data Auditor atau KAP Perusahaan

kode Tahun Kualitas


Nama perusahaan Keterangan
stock Audit

ADES 2012 PT. Akasha wira Johan Malonda Mustika dan


international rekan (JM) 0

AMFG 2012 PT Asahimas Flat Siddharta Widjaja & Rekan


Glass Tbk (KPMG) 1

ASII 2012 PT Astra PWC (Tanudiredja, Wibisana &


International Tbk Rekan) 1

AUTO 2012 PT Astra Otoparts PWC (Tanudiredja, Wibisana &


Tbk Rekan) 1
PT Charoen
CPIN 2012 Pokphand Indonesia EY (Purwanto Suherman dan
Tbk Surja) 1
PT Gudang Garam
GGRM 2012
Tbk KPMG (Siddharta & Widjaja) 1

HMSP 2012 PT HM Sampoerna PWC (Tanudiredja, Wibisana &


Tbk Rekan) 1

ICBP 2012 PT Indofood CBP EY (Purwanto Suherman dan


Sukses Makmur Tbk Surja) 1

INDS 2012 Tanubrata, Sutanto, Fahmi


PT Indospring Tbk &rekan (BDO) 0
JECC 2012 PT Jembo Cable Tanubrata, Sutanto, Fahmi
Company Tbk &rekan (BDO) 0

KAEF 2012 PT Kimia Farma Hendrawinata, Eddy, Siddharta


(Persero) Tbk & Tanzil (Kreston) 0
KBLM 2012 PT Kabelindo Murni Doli, Bambang, Sulistiyanto,
Tbk Dadang & Ali (dbsd&a) 0
Kosasih, Nurdiyaman,
KDSI 2012 PT Kedawung Setia Thahjo&rekan (Crowe
Industrial Tbk howarth) 0

KLBF 2012 EY (Purwanto Suherman dan


PT Kalbe Farma Tbk Surja) 1
Kosasih, Nurdiyaman,
LION 2012 PT Lion Metal Works Thahjo&rekan (Crowe
Tbk howarth) 0
Kosasih, Nurdiyaman,
LMSH 2012 PT Lionmesh Prima Thahjo&rekan (Crowe
Tbk howarth) 0
Budiman Wawan
NIPS 2012
PT Nipress Tbk Pamudji&rekan 0

ROTI 2012 PT Nippon Indosari EY (Purwanto Suherman dan


Corpindo Tbk Surja) 1

101
Data Auditor atau KAP Perusahaan

kode Tahun Kualitas


Nama perusahaan Keterangan
stock Audit
Kosasih, Nurdiyaman,
SCCO 2012 Thahjo&rekan (Crowe
PT Sucaco Tbk howarth) 0

SIPD 2012 PT Sierad Produce Tanubrata, Sutanto, Fahmi


Tbk &rekan (BDO) 0
Paul Hadiwinata, Hidajat,
SKLT 2012 Arsono, Ade Fatma & rekan
PT Sekar Laut Tbk (PKF) 0

SMCB 2012 PT Holcim Indonesia EY (Purwanto Suherman dan


Tbk Surja) 1

SMGR 2012 PT Semen Indonesia EY (Purwanto Suherman dan


Tbk Surja) 1

SMSM 2012 PT Selamat Teramihardja Pradhono


Sempurna Tbk Chandra 0

ADES 2013 PT. Akasha wira Johan Malonda Mustika dan


international rekan (JM) 0

AMFG 2013 PT Asahimas Flat Siddharta Widjaja & Rekan


Glass Tbk (KPMG) 1

ASII 2013 PT Astra PWC (Tanudiredja, Wibisana &


International Tbk Rekan) 1
AUTO 2013 PT Astra Otoparts PWC (Tanudiredja, Wibisana &
Tbk Rekan) 1
PT Charoen
CPIN 2013 Pokphand Indonesia EY (Purwanto Suherman dan
Tbk Surja) 1
PT Gudang Garam
GGRM 2013
Tbk KPMG (Siddharta & Widjaja) 1

HMSP 2013 PT HM Sampoerna PWC (Tanudiredja, Wibisana &


Tbk Rekan) 1
ICBP 2013 PT Indofood CBP EY (Purwanto Suherman dan
Sukses Makmur Tbk Surja) 1

INDS 2013 Tanubrata, Sutanto, Fahmi


PT Indospring Tbk &rekan (BDO) 0

JECC 2013 PT Jembo Cable Tanubrata, Sutanto, Fahmi


Company Tbk &rekan (BDO) 0

KAEF 2013 PT Kimia Farma Hendrawinata, Eddy, Siddharta


(Persero) Tbk & Tanzil (Kreston) 0

KBLM 2013 PT Kabelindo Murni Doli, Bambang, Sulistiyanto,


Tbk Dadang & Ali (dbsd&a) 0

KDSI 2013 PT Kedawung Setia Kosasih, Nurdiyaman,


Industrial Tbk Thahjo&rekan (Crowe 0

102
Data Auditor atau KAP Perusahaan

kode Tahun Kualitas


Nama perusahaan Keterangan
stock Audit
howarth)

KLBF 2013 EY (Purwanto Suherman dan


PT Kalbe Farma Tbk Surja) 1
Kosasih, Nurdiyaman,
LION 2013 PT Lion Metal Works Thahjo&rekan (Crowe
Tbk howarth) 0
Kosasih, Nurdiyaman,
LMSH 2013 PT Lionmesh Prima Thahjo&rekan (Crowe
Tbk howarth) 0

NIPS 2013 Supoyo, Sutjahjo,


PT Nipress Tbk Subyantara&rekan 0

ROTI 2013 PT Nippon Indosari EY (Purwanto Suherman dan


Corpindo Tbk Surja) 1

SCCO 2013 Doli, Bambang, Sulistiyanto,


PT Sucaco Tbk Dadang & Ali (dbsd&a) 0

SIPD 2013 PT Sierad Produce Tanubrata, Sutanto, Fahmi


Tbk &rekan (BDO) 0
Paul Hadiwinata, Hidajat,
SKLT 2013 Arsono, Ade Fatma & rekan
PT Sekar Laut Tbk (PKF) 0

SMCB 2013 PT Holcim Indonesia EY (Purwanto Suherman dan


Tbk Surja) 1

SMGR 2013 PT Semen Indonesia Deloitte (Osman Bing Satrio


Tbk &Eny) 1
SMSM 2013 PT Selamat EY (Purwanto Suherman dan
Sempurna Tbk Surja) 1

ADES 2014 PT. Akasha wira Tanubrata, Sutanto, Fahmi


international &rekan (BDO) 0

AMFG 2014 PT Asahimas Flat Siddharta Widjaja & Rekan


Glass Tbk (KPMG) 1

ASII 2014 PT Astra PWC (Tanudiredja, Wibisana &


International Tbk Rekan) 1

AUTO 2014 PT Astra Otoparts PWC (Tanudiredja, Wibisana &


Tbk Rekan) 1
PT Charoen
CPIN 2014 Pokphand Indonesia EY (Purwanto Suherman dan
Tbk Surja) 1
PT Gudang Garam
GGRM 2014
Tbk KPMG (Siddharta & Widjaja) 1

103
Data Auditor atau KAP Perusahaan

kode Tahun Kualitas


Nama perusahaan Keterangan
stock Audit

HMSP 2014 PT HM Sampoerna PWC (Tanudiredja, Wibisana &


Tbk Rekan) 1

ICBP 2014 PT Indofood CBP EY (Purwanto Suherman dan


Sukses Makmur Tbk Surja) 1

INDS 2014 Tanubrata, Sutanto, Fahmi


PT Indospring Tbk &rekan (BDO) 0

JECC 2014 PT Jembo Cable Tanubrata, Sutanto, Fahmi


Company Tbk &rekan (BDO) 0

KAEF 2014 PT Kimia Farma Hendrawinata, Eddy, Siddharta


(Persero) Tbk & Tanzil (Kreston) 0
KBLM 2014 PT Kabelindo Murni Doli, Bambang, Sulistiyanto,
Tbk Dadang & Ali (dbsd&a) 0
Kosasih, Nurdiyaman,
KDSI 2014 PT Kedawung Setia Thahjo&rekan (Crowe
Industrial Tbk howarth) 0

KLBF 2014 EY (Purwanto Suherman dan


PT Kalbe Farma Tbk Surja) 1
Kosasih, Nurdiyaman,
LION 2014 PT Lion Metal Works Thahjo&rekan (Crowe
Tbk howarth) 0
Kosasih, Nurdiyaman,
LMSH 2014 PT Lionmesh Prima Thahjo&rekan (Crowe
Tbk howarth) 0

NIPS 2014 Supoyo, Sutjahjo,


PT Nipress Tbk Subyantara&rekan 0
ROTI 2014 PT Nippon Indosari EY (Purwanto Suherman dan
Corpindo Tbk Surja) 1

SCCO 2014 Doli, Bambang, Sulistiyanto,


PT Sucaco Tbk Dadang & Ali (dbsd&a) 0

SIPD 2014 PT Sierad Produce Tanubrata, Sutanto, Fahmi


Tbk &rekan (BDO) 0
Paul Hadiwinata, Hidajat,
SKLT 2014 Arsono, Ade Fatma & rekan
PT Sekar Laut Tbk (PKF) 0

SMCB 2014 PT Holcim Indonesia EY (Purwanto Suherman dan


Tbk Surja) 1
SMGR 2014 PT Semen Indonesia Deloitte (Osman Bing Satrio
Tbk &Eny) 1

SMSM 2014 PT Selamat EY (Purwanto Suherman dan


Sempurna Tbk Surja) 1
Sumber : Data sekunder yang diolah

104
Lampiran 3
Hasil Output Penelitian

105
Grafik Scatterplot Heteroskedastisitas

Histogram Normal Plot

106
Grafik Normal Plot

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
btg_totalaset 72 .00001 .21010 .0218902 .03759582
KAPSize 72 0 1 .49 .503
CSR 72 .13 .69 .3382 .18248
CompSize 72 12.11327 30.15073 21.9165025 5.95813294
CompROA 72 .00357 .71928 .1501528 .12651207
Valid N (listwise) 72

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
.684 .468 .437 .02821560 2.154
a. Predictors: (Constant), CompROA, CSR, CompSize, KAPSize
b. Dependent Variable: btg_totalaset

107
a
Coefficient Correlations
Model CompROA CSR CompSize KAPSize
CompROA 1.000 .370 .079 -.507
CSR .370 1.000 .019 -.701
Correlations
CompSize .079 .019 1.000 .300
KAPSize -.507 -.701 .300 1.000
1
CompROA .001 .000 1.667E-006 .000
CSR .000 .001 3.372E-007 .000
Covariances
CompSize 1.667E-006 3.372E-007 4.281E-007 2.294E-006
KAPSize .000 .000 2.294E-006 .000
a. Dependent Variable: btg_totalaset

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) .046 .019 2.448 .017
KAPSize -.033 .012 -.440 -2.818 .006 .325 3.078
1 CompSize -.003 .001 -.437 -4.211 .000 .738 1.355
CSR .084 .027 .409 3.071 .003 .448 2.232
CompROA .158 .032 .531 4.918 .000 .680 1.471
a. Dependent Variable: btg_totalaset

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 72
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .02740928
Absolute .130
Most Extreme Differences Positive .130
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z 1.104
Asymp. Sig. (2-tailed) .174
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

108

Anda mungkin juga menyukai