Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PELAKSANAAN

EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK SEBAGAI


POTENSI PENERIMAAN PAJAK DI KPP
PRATAMA JAKARTA MENTENG TIGA

Elsa Aldia Pulga


Jl. Kampung Irian 1, Gg. 12, Nomor 14

0813 7901 3188

ecaa24@yahoo.com

Fany Inasius, SE., MM., MBA., BKP

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur pelaksaan ekstensifikasi di KPP Pratama
Jakarta Menteng Tiga sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kendala apa saja yang dihadapi
dalam pelaksanaan nya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang
membahas permasalahan dengan mengumpulkan data, menganalisis dan ditutup dengan simpulan dan
saran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan diterapkan secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari
peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar serta peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan
pada periode 2012-2014. Namun demikian penulis masih menemukan hal-hal yang diperlukan
perbaikan yaitu kelemahan terhadap informasi dan komunikasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
ekstensifikasi wajib pajak, yaitu kurangnya kerjasama dengan lembaga maupun instansi terkait baik
pemerintah maupun non-pemerintah serta pelaksaan ekstensifikasi perlu difokuskan lagi terhadap
objek pajak yang potensial saat ini seperti transaksi e-commerce.

Kata Kunci: Ekstensifikasi Wajib Pajak, Potensi Penerimaan Pajak

ABSTRACT

This study aims to determine whether extending the implementation procedures on STO Jakarta
Menteng Three are in accordance with the applicable regulations and any obstacles encountered in
its implementation. The method used is descriptive qualitative discuss problems with collecting data,
analyzing and closed with conclusions and suggestions. These results indicate that the implementation
of the extension of the taxpayer is in compliance with applicable regulations and implemented
effectively and efficiently. This is evident from the increase in the number of registered taxpayers and
increasing the amount of income tax revenue in 2012-2014. However, the authors still find things that
needed repair that weakness to information and communication gained in the implementation of the
extension of the taxpayer, namely the lack of cooperation with institutions and other related
institutions both governmental and non-governmental as well as extending the implementation needs
to be focused more on the potential tax object today such as e-commerce transactions

Keywords: Tax Payer Extending, Tax Revenue Potential

PENDAHULUAN

Pajak merupakan salah satu sumber terbesar pendapatan di Negara Indonesia. Namun pada
kenyataannya target penerimaan pajak tidak pernah tercapai. Ketidaktercapaian tersebut disebabkan
karena keterlambatan ekonomi global dan juga masih rendahnya kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia.
Ketergantungan penerimaan pajak terhadap perusahaan besar dan perusahaan menengah juga menjadi
kelemahan dalam struktur penerimaan pajak. Dampaknya adalah ketika terjadi krisis ekonomi global,
mau tidak mau akan berdampak terhadap penerimaan pajak.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya penggunaan internet di
Indonesia, jumlah transaksi online atau yang lebih dikenal dengan e-commerce-pun semakin
meningkat. Lembaga riset Mark Plus Insight (2013) menyatakan Indonesia adalah salah satu
pengguna internet terbesar di dunia. Pada tahun 2013 pengguna internet di Indonesia mencapai 74,57
juta pengguna. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, penetrasi internet di Indonesia
mencapai sekitar 30% dari total populasi. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar e-
commerce yang potensial. Lembaga riset pemasaran e-Marketer menyatakan bahwa pertumbuhan
bisnis e-commerce di Indonesia pada 2013 diperkirakan mencapai 71% dengan nilai transaksi e-
commerce diperkirakan sebesar USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 18 triliun.
Popularitas media social dan penetrasi telepon seluler menjadi alat akses internet yang member
dampak pada transaksi e-commerce yang nantinya akan semakin melonjak di tahun-tahun berikutnya.
Salah satu perusahaan konsultan manajemen global terkemuka, Boston Consulting Group,
memprediksi di 2015 nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai USD10 miliar atau sekitar
Rp100 triliun, dan memprediksi ledakan e-commerce akan terjadi di tahun 2020.
Dengan demikian, pemerintah tidak tinggal diam. Untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor pajak, salah satu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak adalah mengeluarkan Surat
Edaran Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi
pajak. Dimana ekstensifikasi wajib pajak itu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
penerimaan pajak dengan cara menambah jumlah wajib pajak yang terdaftar. Kegiatan ekstensifikasi
wajib pajak ini penting untuk dilakukan mengingat sistem pemungutan pajak penghasilan
menggunakan self assessment system dimana wajib pajak bersifat aktif mulai dari menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sehingga tanggung jawab terbesar ada di wajib
pajak itu sendiri.
Hal ini terkadang disalahgunakan untuk melakukan penghambatan dalam pemungutan pajak.
Salah satunya adalahtax evasion,yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang perpajakan seperti tidak membayar pajak atau membayar pajakdengan jumlah yang
lebih kecil dari jumlah pajak terutang sebenarnya. Oleh karena itu dikeluarkan SE-62/PJ/2013 yang
dirilis bulan Desember 2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas Transaksi e-commerce
yang diharapkan bisa menjadi penegasan bahwa ketentuan perpajakan itu sama mulai dari mendaftar,
menghitung, membayar, melapor, itu juga berlaku bagi pelaku e-commerce.Sehingga dapat
meminimalisirsubjek pajak yang seharusnya sudah menjadi wajib pajak, tapi belum melaksanakan
kewajiban perpajakannya, salah satunya yaitu belum membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Pada kesempatan ini penulis ingin menjelaskan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak yang
dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta MentengTiga sebagai potensi penerimaan pajak yang tertuang
dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB
PAJAK SEBAGAI POTENSI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA MENTENG
TIGA”

METODE PENELITIAN

Jenis dan sumber data


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang diungkapkan
dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian. Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber aslinya melalui informan atau narasumber yang tepat. Dalam penelitian ini data primer
diperoleh melalui wawancara kepada informan yang terkait dengan bahasan peneliti yang dilengkapi
dengan catatan tertulis atau menggunakan alat bantu rekam, seperti handphone. Sedangkan data
Sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data, sehingga penulis tinggal
mencari dan mengumpulkannya. Data sekunder bisa diperoleh dengan lebih cepat dan mudah karena
sudah tersedia, misalnya di perpustakaan, di internet, dan data dari KPP Pratama Jakarta Menteng
Tiga. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Gambaran umum KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga.
2. Tugas dan fungsi kantor.
3. Struktur organisasi dan tanggung jawab unit kegiatan kantor
4. Data jumlah WP hasil ekstensifikasi, penerimaan pajak, dll.
5. Buku teks, artikel serta literatur perpajakan.
Metode Pengumpulan Data
Didalam metodologi ini, diperlukan data-data atau bahan materi yang dibutuhkan utntuk
keperluan penelitian ini. Adapun teknik dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Studi Pustaka
Melakukan pencarian terhadap buku-buku yang berhubungan dengan penelitian,karya-karya
ilmiah maupun jurnal dan artikel, baik yang terdapat di perpustakaan maupun yang terdapat di
internet. Data-data yang berasal dari buku-buku dan internet yang dijadikan referensi dalam
penyususnan skripsi ini antara lain yangberkaitan dengan pengenalan ilmu perpajakan, aspek-
aspek perpajakan sertabeberapa hal yang berkaitan dengan perdagangan online atau e-commerce.
2. Studi Lapangan
Melakukan praktek ke lapangan secara langsung, yaitu untuk memperoleh penjelasan-penjelasan
maupun informasi untuk berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini. Praktek-praktek yang
dilakukan di dalam studi lapangan, diantaranya adalah:
a. Observasi
Pada metode pengamatan (observasi) ini dilakukan di KPP Pratama JakartaMenteng Tiga
yaitu peninjauan dan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh dan mengumpulkan
data yang dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mewancarai secara langsung pihak-pihak terkait, yang
berguna untuk mendapatkan informasi maupun data-data yang dibutuhkan, yaitu wawancara
terhadap pihak seksi ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga

HASIL DAN BAHASAN

Upaya Penambahan Wajib Pajak Baru


Berdasarkan data dan penelitian yang dilakukan penulis, diketahui secara umum penambahan Wajib
Pajak baru terjadi karena dua hal, yaitu:
1. Kesadaran para Wajib Pajak sendiri
Penambahan Wajib Pajak baru terjadi karena para Wajib Pajak datang sendiri ke KPP Pratama
Jakarta, Menteng Tiga untuk membuat NPWP.Pada umumnya para Wajib Pajak tersebut
membuat NPWP karena membutuhkannya, terutama terkait melakukan pinjaman ke bank.
2. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi
Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga. Bila dilihat secara
umum pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan
jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan peningkatan target penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga.
Cara dan Prosedur Pelaksanaan Ekstensifikasi
1. Mendatangi lokasi Wajib Pajak
2. Melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah
3. Mengirimkan surat imbauan kepada Wajib Pajak

Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak


Peningkatan jumlah Wajib Pajak baru di KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga dapat dikatakan
selalu meningkat setiap tahunnya.Tetapi peningkatan jumlah Wajib Pajak baru ini tidak menjamin
semua Wajib Pajak yang sudah terdaftar tersebut adalah Wajib Pajak aktif dan patuh dalam
melaksanakan kegiatan perpajakannya.Dalam pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak pihak
KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga pun mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut ada yang
berupa kendala internal dan ada pula yang berasal dari eksternal. Kendala internal merupakan kendala
atau hambatan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang berasal dari dalam KPP Pratama
Jakarta Menteng Tiga. Kendala internal yang terjadi antara lain:
1. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Terkait SDM, petugas pajak yang kompeten masih kurang secara kuantitas dan kualitas
(kurang banyak jumlahnya dan kurang berkualitas). Dalam melakukan canvassing ke pusat-
pusat perbelanjaan untuk menjaring Wajib Pajak baru, hal ini akan memakan waktu yang
sangat lama dan kurang efektif. Sebaiknya pihak KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga lebih
meningkatkan kerjasama dengan pihak pengelola pusat perbelanjaan saja. Karena
berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi, beliau tidak menyebutkan
bahwa KPP Pratama Jakarta Menteng Tigamelakukan kerja sama dengan pengelola pusat-
pusat perbelanjaan yang termasuk dalam wilayah kerja dari KPP Pratama Jakarta Menteng
Tiga.
2. Tidak Membuat Kunci Data dan Memanfaatkan Data Mikro
Kunci Data merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk menentukan
mana daerah atau bidang usaha yang memiliki potensi pajak terbesar. Data mikro yang dapat
digunakan dalam kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ini dapat berasal dari media massa
baik media cetak maupun media elektronik. Misalnya saja data-data dari Koran, surat kabar,
majalah, televisi, radio, bahkan internet, yang dapat memberikan informasi mengenai Wajib
Pajak Potensial. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, pihak KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga tidak memanfaatkan data mikro ini. Hal ini terlihat dari laporan kegiatan
Ekstensifikasi dimana disana terdapat kolom/ tabel untuk laporan pengisian data mikro, tetapi
semua laporan itu kosong tidak diisi oleh petugas.
3. Penyimpanan Data Masih Manual
Beberapa data di KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga masih diolah dan disimpan secara
manual di dalam folder-folder. Seharusnya data atau laporan hasil kegiatan tersebut di buat
back-up –an nya di dalam komputer. Hal ini agar lebih memudahkan pengguna jika suatu
saat membutuhkan data yang diperlukan. Jika penyimpanan data masih manual akan
menyebabkan data tercecer dan terselip. Hal ini terlihat dari masih minimalnya peralatan dan
perlengkapan kerja yang berbasis online sehingga pelaksanaan kerja terkesan lambat.
4. Kurang Efektifnya Pelaksanaan e-registration
Pelaksanaan e-registration (e-NPWP) ini terkadang menyulitkan petugas pembuat NPWP,
karena beberapa formulir calon Wajib Pajak atau data dari hasil e-registration (e-NPWP),
bukan tercatat sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga. Misalkan dari
hasil e-registration tersebut, keluar nama KPP domisili Wajib Pajak yang ternyata bukan
KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga. Hal ini membuat petugas, harus mensortir dan
memisahkan formulir yang bukan ditujukan untuk KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga lalu
menyerahkannya kepada KPP domisili yang dimaksud.Karena pihak KPP domisililah yang
berwenang untuk mengaktifkan NPWP calon Wajib Pajak tersebut. Pihak KPP Pratama
Jakarta Menteng Tiga hanya bisa menerbitkan atau mencetak kartu NPWP yang sudah
diaktifkan oleh KPP domisili (Jika Wajib Pajak tidak terdaftar di KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga).
Kendala eksternal merupakan kendala atau hambatan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
yang berasal dari luar KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga. Kendala eksternal yang terjadi antara lain:
1. Data Tidak Diberikan
Dalam melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak diperlukan data statistik orang
pribadi yang berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tetapi terkadang
ada miskoordinasi antara instansi terkait dengan pihak KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga
sehingga data-data yang dibutuhkan sering tidak tersedia.Hal ini dapat dimaklumi oleh pihak
KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga karena mereka tidak mempunyai kewenangan untuk
memaksa suatu pihak menyerahkan datanya, sekalipun untuk keperluan pendataan subjek
atau objek pajak sebagai dasar pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak.
2. Data yang Diterima Tidak akurat
Banyak data calon Wajib Pajak yang alamatnya tidak jelas.Misalnya dalam KTP-nya tidak
ada alamat atau nomor rumahnya. Sehingga banyak sekali surat himbauan yang seharusnya
sampai ke alamat calon Wajib Pajak tetapi malah dikembalikan ke KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga oleh pihak PT. Pos Indonesia, karena ketidakjelasan alamat tersebut.
3. Kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak lain yang potensial
Dalam penelitian ini pihak yang cukup potensial untuk diajak bekerja sama adalah pengelola
pasar dan Pusat perbelanjaan atau Pertokoan, Ketua Asosiasi Pedagang, perbankan,
perusahaan asuransi, dll.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dijabarkan di bab 4 sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu sesuai dengan
ketentuan PER-35/PJ/2013 dan dipertegas di SE-51/PJ/2013.
2. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
adalah kendala internal, yaitu terkait kuantitas dan kualitas SDM (kurang banyak jumlahnya
dan kurang berkualitas), serta masih minimalnya peralatan dan perlengkapan kerja yang
berbasis online, sehingga pelaksanaan kerja terkesan lambat. Sedangkan kendala eksternal,
yaitu kurangnya perolehan data dari lingkungan lembaga yang terkait perpajakan, seperti
imigrasi, perbankan dan lembaga-lembaga lainnya, sehingga data tidak optimal.
3. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga dapat dikatakan efektif, dimana hal ini ditunjukkan dari peningkatan Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan selama periode 2012-2014. Penambahan Wajib
Pajak Orang Pribadi pada tahun 2012 sebanyak 20 Wajib Pajak atau meningkat sebesar
0,64%, pada tahun 2013 sebanyak 94 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 2,94%, dan pada
tahun 2014 sebanyak 158 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 4,63%. Penambahan Wajib
Pajak Badan baru untuk periode 2012 sebanyak 215 Wajib Pajak atau meningkat sebesar
6,94%, pada tahun 2013 sebanyak 158 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 4,85%, dan pada
tahun 2014 sebanyak 189 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 5,48%.
4. Adapun dampak pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak terutama
PPh Orang Pribadi dan Badan pada KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga selama tahun 2012-
2014 cukup signifikan, walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan untuk penerimaan
pajak Orang Pribadi. Hal ini ditunjukkan dari realisasi penerimaan pajak tahun 2013 secara
keseluruhan sebesar Rp798.492.786.455 yang terdiri dari penerimaan pajak terhutang Wajib
Pajak Orang Pribadi sebesar Rp40.446.673.357 (turun sebesar 20,48% dari realisasi tahun
2012) dan penerimaan pajak terhutang Wajib Pajak Badan sebesar Rp758.046.113.098
(meningkat sebesar 38,35% dari realisasi tahun 2012). Sementara itu realisasi penerimaan
pajak tahun 2014 secara keseluruhan sebesar Rp1.097.300.468.677 yang terdiri dari
penerimaan pajak terhutang Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp53.250.782.302
(meningkat sebesar 31,66% dari realisasi tahun 2013) dan penerimaan pajak terhutang Wajib
Pajak Badan sebesar Rp1.044.049.686.375 (meningkat sebesar 37,73% dari realisasi tahun
2013). Presentase perhitungan realisasi penerimaan pajak tahun 2013 Wajib Pajak Orang
Pribadi sebesar 20,48% dan Wajib Pajak Badan sebesar 38,35%. Pada tahun 2014, terlihat
dampak dari Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak Orang Pribadi sebesar
31,66% dan Wajib Pajak Badan sebesar 37,73%.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian hasil analisis dalam skripsi ini, adapun saran yang dapat diajukan penulis, yaitu:
1. KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga harus mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapainya
selama ini, serta meningkatkan lagi pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajaknya, terutama pada
Wajib Pajak yang melakukan transaksi e-commerce. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
suatu aplikasi atau program, khusus untuk pengawasan transaksi e-commerce yang dilaksanakan
Wajib Pajak, baik itu transaksi dengan menggunakan perusahaan perantara perdagangan, maupun
dengan transaksi melalui perbankan dan kartu kredit.
2. Meningkatkan kompetensi SDM KPP Jakarta Menteng Tiga secara bertahap dengan menyertakan
dalam pendidikan dan pelatihan khusus di lingkungan perpajakan sebagaimana yang sering
dilaksanakan Direktorat Jenderal Pajak. Tindakan lainnya yaitu meningkatkan pengetahuan dan
wawasan karyawan dengan meningkatkan taraf pendidikan petugas pajak kedalam jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, seperti S1 dan S2, serta meningkatkan kompetensi petugas pajak
dalam pendidikan dan pelatihan kemampuan khusus pada kursus-kursus tertentu yang terkait
kedalam keahlian petugas pajak dalam bekerja.
3. Melakukan peningkatan kualitas pengawasan dengan meningkatkan kerjasama dan koordinasi
dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti perbankan, bea cukai dan lembaga swasta yang
terkait pada pelayanan umum masyarakat dilingkungan kerja KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga
untuk memperoleh kelengkapan data para masyarakat selaku Wajib Pajak.
4. Meningkatkan pelaksanaan Ekstensifikasi melalui penyesuaian data dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan swasta dilingkungan kerja KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga seperti perbankan
maupun instansi lain yang bergerak dibidang teknologi informasi dengan melakukan peningkatan
syarat pelayanan, yaitu mencantumkan NPWP WajibPajak di setiap transaksi jual beli
barang/jasa.

REFERENSI

Adrianti, Wella. (2013). Pengaruh Ekstensifikasi Pajak Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak
Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Tanjungpinang. E-Journal
Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung Pinang, Volume 1,
Nomor 1.
(http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/Wella-Adrianti-
090462201378.pdf)

Pemerintah RI. (2010). Keputusan Direktorat Jenderal Pajak No.PER-32/PJ/2010 Tentang


Pelaksanaan Pengenaan PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha
Tertentu (WP OPPT). Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak.

Pemerintah RI. (2013). Surat Edaran SE-62/PJ/2013 Tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas
Transaksi E-commerce. Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pajak.

Huenink, Douglas. (2013). Eliminating The E-Commerce Sales Tax Advantage In The United States
By Following In The Footsteps Of The European Union. Wisconsin International Law
Journal, Volume 31, Nomor 1..
(http://hosted.law.wisc.edu/wordpress/wilj/files/2014/01/Huenink_final_v2.pdf)

Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. (2011). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Pemerintah RI. (2014). Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan. Jakarta:
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia

Pemerintah RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang. Jakarta:
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia

Pemerintah RI. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan. Jakarta: Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia

Pemerintah RI. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Kementrian Sekretariat Negara Republik
Indonesia

Pemerintah RI. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Kementrian Sekretariat
Negara Republik Indonesia

Low, Mary. (2014). The Challenges to taxing e-commerce: A Comparative Analysis for the Pacific.
Journal of Accounting Waikato Management School, Volume 1, Nomor 2.

Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Edisi Revisi. Jakarta : Andi Yogyakarta.

Purbo, Onno W dan Aang Arif W. (2001). Mengenal E-commerce. Jakarta: Elexmedia Computindo.

Resmi, Siti. (2014). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8-Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sukmawati, Widdyah. (2014). Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Melalui Pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak
Penghasilan. E-Journal Perpajakan Universitas Brawijaya, Volume 1, Nomor 1.
(http://perpajakan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/perpajakan/article/viewFile/38/32)

Sumarsan, Thomas. (2010). Perpajakan Indonesia: Pedoman yang Lengkap Berdasarkan Undang-
undang Terbaru. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Vergina. (2013). Pengaruh Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan


Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir
Barat. E-Journal STIE MDP, Volume 1, Nomor 1.
(http://eprints.mdp.ac.id/709/1/JURNAL%202009210052_VERGINA.pdf)

Waluyo, Drs. Didik Budi. (2010). Susunan dalam Satu Naskah Undang-undang Perpajakan
Indonesia. Jakarta: DBW Tax Center.
RIWAYAT PENULIS

Full Name : Elsa aldia Pulga

Place / Date of Birth : Bandar Lampung, 24 October 1993

Elementary School : SD AL-AZHAR 1, Bandar Lampung ( 1999-2005)

Junior High School : SMPN 04, Bandar Lampung ( 2005-2008 )

Senior High School : SMA IMMANUEL, Bandar Lampung (2008-2011 )

University : Binus University (2011-Now )

Anda mungkin juga menyukai