ecaa24@yahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur pelaksaan ekstensifikasi di KPP Pratama
Jakarta Menteng Tiga sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kendala apa saja yang dihadapi
dalam pelaksanaan nya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang
membahas permasalahan dengan mengumpulkan data, menganalisis dan ditutup dengan simpulan dan
saran. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak sudah sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan diterapkan secara efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari
peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar serta peningkatan jumlah penerimaan pajak penghasilan
pada periode 2012-2014. Namun demikian penulis masih menemukan hal-hal yang diperlukan
perbaikan yaitu kelemahan terhadap informasi dan komunikasi yang diperoleh dalam pelaksanaan
ekstensifikasi wajib pajak, yaitu kurangnya kerjasama dengan lembaga maupun instansi terkait baik
pemerintah maupun non-pemerintah serta pelaksaan ekstensifikasi perlu difokuskan lagi terhadap
objek pajak yang potensial saat ini seperti transaksi e-commerce.
ABSTRACT
This study aims to determine whether extending the implementation procedures on STO Jakarta
Menteng Three are in accordance with the applicable regulations and any obstacles encountered in
its implementation. The method used is descriptive qualitative discuss problems with collecting data,
analyzing and closed with conclusions and suggestions. These results indicate that the implementation
of the extension of the taxpayer is in compliance with applicable regulations and implemented
effectively and efficiently. This is evident from the increase in the number of registered taxpayers and
increasing the amount of income tax revenue in 2012-2014. However, the authors still find things that
needed repair that weakness to information and communication gained in the implementation of the
extension of the taxpayer, namely the lack of cooperation with institutions and other related
institutions both governmental and non-governmental as well as extending the implementation needs
to be focused more on the potential tax object today such as e-commerce transactions
PENDAHULUAN
Pajak merupakan salah satu sumber terbesar pendapatan di Negara Indonesia. Namun pada
kenyataannya target penerimaan pajak tidak pernah tercapai. Ketidaktercapaian tersebut disebabkan
karena keterlambatan ekonomi global dan juga masih rendahnya kepatuhan Wajib Pajak di Indonesia.
Ketergantungan penerimaan pajak terhadap perusahaan besar dan perusahaan menengah juga menjadi
kelemahan dalam struktur penerimaan pajak. Dampaknya adalah ketika terjadi krisis ekonomi global,
mau tidak mau akan berdampak terhadap penerimaan pajak.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan semakin berkembangnya penggunaan internet di
Indonesia, jumlah transaksi online atau yang lebih dikenal dengan e-commerce-pun semakin
meningkat. Lembaga riset Mark Plus Insight (2013) menyatakan Indonesia adalah salah satu
pengguna internet terbesar di dunia. Pada tahun 2013 pengguna internet di Indonesia mencapai 74,57
juta pengguna. Dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa, penetrasi internet di Indonesia
mencapai sekitar 30% dari total populasi. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pangsa pasar e-
commerce yang potensial. Lembaga riset pemasaran e-Marketer menyatakan bahwa pertumbuhan
bisnis e-commerce di Indonesia pada 2013 diperkirakan mencapai 71% dengan nilai transaksi e-
commerce diperkirakan sebesar USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 18 triliun.
Popularitas media social dan penetrasi telepon seluler menjadi alat akses internet yang member
dampak pada transaksi e-commerce yang nantinya akan semakin melonjak di tahun-tahun berikutnya.
Salah satu perusahaan konsultan manajemen global terkemuka, Boston Consulting Group,
memprediksi di 2015 nilai transaksi e-commerce di Indonesia mencapai USD10 miliar atau sekitar
Rp100 triliun, dan memprediksi ledakan e-commerce akan terjadi di tahun 2020.
Dengan demikian, pemerintah tidak tinggal diam. Untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor pajak, salah satu upaya yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak adalah mengeluarkan Surat
Edaran Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi
pajak. Dimana ekstensifikasi wajib pajak itu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
penerimaan pajak dengan cara menambah jumlah wajib pajak yang terdaftar. Kegiatan ekstensifikasi
wajib pajak ini penting untuk dilakukan mengingat sistem pemungutan pajak penghasilan
menggunakan self assessment system dimana wajib pajak bersifat aktif mulai dari menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sehingga tanggung jawab terbesar ada di wajib
pajak itu sendiri.
Hal ini terkadang disalahgunakan untuk melakukan penghambatan dalam pemungutan pajak.
Salah satunya adalahtax evasion,yaitu usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar
undang-undang perpajakan seperti tidak membayar pajak atau membayar pajakdengan jumlah yang
lebih kecil dari jumlah pajak terutang sebenarnya. Oleh karena itu dikeluarkan SE-62/PJ/2013 yang
dirilis bulan Desember 2013 tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas Transaksi e-commerce
yang diharapkan bisa menjadi penegasan bahwa ketentuan perpajakan itu sama mulai dari mendaftar,
menghitung, membayar, melapor, itu juga berlaku bagi pelaku e-commerce.Sehingga dapat
meminimalisirsubjek pajak yang seharusnya sudah menjadi wajib pajak, tapi belum melaksanakan
kewajiban perpajakannya, salah satunya yaitu belum membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Pada kesempatan ini penulis ingin menjelaskan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak yang
dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta MentengTiga sebagai potensi penerimaan pajak yang tertuang
dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB
PAJAK SEBAGAI POTENSI PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA MENTENG
TIGA”
METODE PENELITIAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dijabarkan di bab 4 sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu sesuai dengan
ketentuan PER-35/PJ/2013 dan dipertegas di SE-51/PJ/2013.
2. Adapun kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak
adalah kendala internal, yaitu terkait kuantitas dan kualitas SDM (kurang banyak jumlahnya
dan kurang berkualitas), serta masih minimalnya peralatan dan perlengkapan kerja yang
berbasis online, sehingga pelaksanaan kerja terkesan lambat. Sedangkan kendala eksternal,
yaitu kurangnya perolehan data dari lingkungan lembaga yang terkait perpajakan, seperti
imigrasi, perbankan dan lembaga-lembaga lainnya, sehingga data tidak optimal.
3. Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilaksanakan oleh KPP Pratama Jakarta
Menteng Tiga dapat dikatakan efektif, dimana hal ini ditunjukkan dari peningkatan Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan selama periode 2012-2014. Penambahan Wajib
Pajak Orang Pribadi pada tahun 2012 sebanyak 20 Wajib Pajak atau meningkat sebesar
0,64%, pada tahun 2013 sebanyak 94 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 2,94%, dan pada
tahun 2014 sebanyak 158 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 4,63%. Penambahan Wajib
Pajak Badan baru untuk periode 2012 sebanyak 215 Wajib Pajak atau meningkat sebesar
6,94%, pada tahun 2013 sebanyak 158 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 4,85%, dan pada
tahun 2014 sebanyak 189 Wajib Pajak atau meningkat sebesar 5,48%.
4. Adapun dampak pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak terutama
PPh Orang Pribadi dan Badan pada KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga selama tahun 2012-
2014 cukup signifikan, walaupun pada tahun 2013 mengalami penurunan untuk penerimaan
pajak Orang Pribadi. Hal ini ditunjukkan dari realisasi penerimaan pajak tahun 2013 secara
keseluruhan sebesar Rp798.492.786.455 yang terdiri dari penerimaan pajak terhutang Wajib
Pajak Orang Pribadi sebesar Rp40.446.673.357 (turun sebesar 20,48% dari realisasi tahun
2012) dan penerimaan pajak terhutang Wajib Pajak Badan sebesar Rp758.046.113.098
(meningkat sebesar 38,35% dari realisasi tahun 2012). Sementara itu realisasi penerimaan
pajak tahun 2014 secara keseluruhan sebesar Rp1.097.300.468.677 yang terdiri dari
penerimaan pajak terhutang Wajib Pajak Orang Pribadi sebesar Rp53.250.782.302
(meningkat sebesar 31,66% dari realisasi tahun 2013) dan penerimaan pajak terhutang Wajib
Pajak Badan sebesar Rp1.044.049.686.375 (meningkat sebesar 37,73% dari realisasi tahun
2013). Presentase perhitungan realisasi penerimaan pajak tahun 2013 Wajib Pajak Orang
Pribadi sebesar 20,48% dan Wajib Pajak Badan sebesar 38,35%. Pada tahun 2014, terlihat
dampak dari Ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak Orang Pribadi sebesar
31,66% dan Wajib Pajak Badan sebesar 37,73%.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian hasil analisis dalam skripsi ini, adapun saran yang dapat diajukan penulis, yaitu:
1. KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga harus mempertahankan hasil-hasil yang telah dicapainya
selama ini, serta meningkatkan lagi pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajaknya, terutama pada
Wajib Pajak yang melakukan transaksi e-commerce. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat
suatu aplikasi atau program, khusus untuk pengawasan transaksi e-commerce yang dilaksanakan
Wajib Pajak, baik itu transaksi dengan menggunakan perusahaan perantara perdagangan, maupun
dengan transaksi melalui perbankan dan kartu kredit.
2. Meningkatkan kompetensi SDM KPP Jakarta Menteng Tiga secara bertahap dengan menyertakan
dalam pendidikan dan pelatihan khusus di lingkungan perpajakan sebagaimana yang sering
dilaksanakan Direktorat Jenderal Pajak. Tindakan lainnya yaitu meningkatkan pengetahuan dan
wawasan karyawan dengan meningkatkan taraf pendidikan petugas pajak kedalam jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, seperti S1 dan S2, serta meningkatkan kompetensi petugas pajak
dalam pendidikan dan pelatihan kemampuan khusus pada kursus-kursus tertentu yang terkait
kedalam keahlian petugas pajak dalam bekerja.
3. Melakukan peningkatan kualitas pengawasan dengan meningkatkan kerjasama dan koordinasi
dengan lembaga-lembaga pemerintahan seperti perbankan, bea cukai dan lembaga swasta yang
terkait pada pelayanan umum masyarakat dilingkungan kerja KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga
untuk memperoleh kelengkapan data para masyarakat selaku Wajib Pajak.
4. Meningkatkan pelaksanaan Ekstensifikasi melalui penyesuaian data dengan lembaga-lembaga
pemerintah dan swasta dilingkungan kerja KPP Pratama Jakarta Menteng Tiga seperti perbankan
maupun instansi lain yang bergerak dibidang teknologi informasi dengan melakukan peningkatan
syarat pelayanan, yaitu mencantumkan NPWP WajibPajak di setiap transaksi jual beli
barang/jasa.
REFERENSI
Adrianti, Wella. (2013). Pengaruh Ekstensifikasi Pajak Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak
Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kota Tanjungpinang. E-Journal
Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjung Pinang, Volume 1,
Nomor 1.
(http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/Wella-Adrianti-
090462201378.pdf)
Pemerintah RI. (2013). Surat Edaran SE-62/PJ/2013 Tentang Penegasan Ketentuan Perpajakan atas
Transaksi E-commerce. Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pajak.
Huenink, Douglas. (2013). Eliminating The E-Commerce Sales Tax Advantage In The United States
By Following In The Footsteps Of The European Union. Wisconsin International Law
Journal, Volume 31, Nomor 1..
(http://hosted.law.wisc.edu/wordpress/wilj/files/2014/01/Huenink_final_v2.pdf)
Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. (2011). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Pemerintah RI. (2014). Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan. Jakarta:
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pemerintah RI. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008
Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang
Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang. Jakarta:
Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pemerintah RI. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan. Jakarta: Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia
Pemerintah RI. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi Dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Kementrian Sekretariat Negara Republik
Indonesia
Pemerintah RI. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik. Jakarta: Kementrian Sekretariat
Negara Republik Indonesia
Low, Mary. (2014). The Challenges to taxing e-commerce: A Comparative Analysis for the Pacific.
Journal of Accounting Waikato Management School, Volume 1, Nomor 2.
Purbo, Onno W dan Aang Arif W. (2001). Mengenal E-commerce. Jakarta: Elexmedia Computindo.
Resmi, Siti. (2014). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 8-Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Sukmawati, Widdyah. (2014). Efektivitas Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Melalui Pemberian
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak
Penghasilan. E-Journal Perpajakan Universitas Brawijaya, Volume 1, Nomor 1.
(http://perpajakan.studentjournal.ub.ac.id/index.php/perpajakan/article/viewFile/38/32)
Sumarsan, Thomas. (2010). Perpajakan Indonesia: Pedoman yang Lengkap Berdasarkan Undang-
undang Terbaru. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Waluyo, Drs. Didik Budi. (2010). Susunan dalam Satu Naskah Undang-undang Perpajakan
Indonesia. Jakarta: DBW Tax Center.
RIWAYAT PENULIS