Esterifikasi Dan Transesterifikasi PDF
Esterifikasi Dan Transesterifikasi PDF
Abstrak
Biodiesel merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan bahan bakar solar. Bahan
bakunya dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan. Minyak goreng bekas dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Kadar asam le mak bebas yang tinggi dalam minyak
goreng bekas memerlukan pretreatment (esterifikasi) dalam proses pembuatan biodiesel. Sehingga
dalam penelit ian in i dilakukan dua tahap reaksi yaitu esterifikasi dan dilanjutkan dengan tahap
transesterifikasi. Pada tahap esterifikasi asam lemak bebas dapat diturunkan kadarnya dari 2,5 %
men jadi 1,1%. Tahap transesterifikasi didapatkan yield biodiesel sebesar 88%. Karakteristik
biodiesel yang dihasilkan yaitu: viskositas dan densitas pada suhu 40 o C sebesar 3,2 cSt dan 0,85
g/mL, kadar air 0,002%, indeks setana 51, titik nyala 176o C, dan titik tuang 9o C.
Abstract
Biodiesel is a highly potential material to replace diesel fuel. Their raw materials are renewable and
environmentally friendly. Frying oil can be used as raw material for making biodiesel. Free fatty
acid levels are high in frying oils requiring pretreatment (esterification) in the process of making
biodiesel. So in this study a two stages reaction of esterification and transesterification is carried out.
At esterification of free fatty acid levels can be lowered from 2.5% to 1.1%. At transesterificat ion
stage, yield biodiesel obtained is 88%. Characteristics of biodiesel produced, namely: viscosity and
density at a temperature of 40 ° C is 3.2 cSt and 0.85 g / mL respectively, water content is 0.002%,
cetane index is 51, flash point is 176o C, and pour point is 9o C.
1. PENDAHULUAN
Biodiesel merupakan bahan bakar yang
ramah terhadap lingkungan. Biodiesel tidak
mengandung berbahaya seperti Pb, bersifat
biodegradable, emisi gas buangnya juga lebih
rendah dibandingkan emisi bahan bakar diesel.
Biodiesel memiliki efek pelumasan yang
tinggi sehingga dapat memperpanjang umur
mesin dan memiliki angka setana yang tinggi (
> 50).
Gambar 1. Reaksi hidrolisis
Minyak goreng bekas dapat digunakan
sebagai bahan baku dalam proses pembuatan Salah satu cara yang dapat dilakukan
biodiesel. Minyak goreng bekas mengandung untuk menghilangkan asam lemak bebas
asam lemak bebas (Free Fatty Acid, FFA) adalah mereaksikan asam lemak bebas dengan
yang dihasilkan dari reaksi oksidasi dan alkohol dengan bantuan katalis asam sulfat.
hidrolisis (Gambar 1) pada saat penggorengan. Reaksi ini dikenal dengan esterifikasi.
Diharapkan dengan pretreatment ini dapat
menurunkan kadar asam lemak bebas yang
terdapat dalam minyak goreng bekas sehingga
443
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (443-448) ISSN : 1978 - 8193
kualitas biodiesel yang dihasilkan akan lebih Transesterifikasi adalah suatu reaksi
baik. yang menghasilkan ester dimana salah satu
pereaksinya juga merupakan senyawa ester.
Reaksinya adalah sebagai berkut :
Jadi disini terjadi pemecahan senyawa
trigliserida dan migrasi gugus alkil antara
senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari
reaksi transesterifikasi ini disebut biodiesel.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
Gambar 2. Reaksi Esterifikasi
Yield biodiesel (%
Minyak goreng bekas (450 ml) dimasukkan 80
ke dalam labu leher tiga. Katalis asam sulfat 60
berat)
(0,25% berat minyak) dimasukkan ke dalam 40
minyak dan dipanaskan sampai suhu yang 20
diinginkan (600 C). Metanol (50 ml) ditempat 0
terpisah juga dipanaskan sampai suhu yang 0 50 100
diinginkan. Setelah suhu tercapai, metanol
dimasukkan ke dalam minyak, pengaduk Waktu reaksi, menit
dihidupkan. Setelah 2,5 jam reaksi dihentikan
kemudian diambil dan dianalisa kadar asam Gambar 5. Grafik hubungan waktu reaksi dengan
lemak bebasnya (FFA). Yield biodiesel
445
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (443-448) ISSN : 1978 - 8193
pentadekanoat
8 0,26 14,791 Metil arakidonat C21H 34O 2
kg/L, setelah dilakukan proses esterifikasi
9 0,27
14,948 Metil 5,8,11,14,1- dan transesterifikasi densitas turun menjadi
eukosapentanoat
10 0,07 15,252 Metil stearolat C19H 34O 2 850 kg/L. Ini disebabkan terjadinya
11
12
2,81
26,91
15,393
15,640
Metil palmitoleat
Metil palmitat
C17H 32O 2
C17H 34O 2
pemutusan rantai gliserol yang terdapat
13 1,17 16,294 Metil 11-eikosenoat C21H 40O 2 dalam minyak goreng bekas (Aziz, 2008).
14 0,15 16,877 Metil margarat C18H 36O 2
15 0,18
16,993 Metil cis-9,10-
epoksistearat
C19H 36O 2 Viskositas Kine matik
16 1,49 17,168 Metil arakat C21H 42O 2
17,519 Metil 6,9,12- C19H 32O 2 Viskositas kinematik biodiesel seperti
17 0,08
oktadekatrienoat yang tercantum dalam Tabel 2 sebesar 3,2
18 13,17 17,753 Metil linoleat C19H 34O 2
19 42,04 17,686 Metil oleat C19H 36O 2 cSt. Nilai ini masuk dalam standar SNI
20 6,04 18,182 Metil stearat C19H 38O 2
biodiesel yang ditetapkan pemerintah yaitu
2,3 – 6 cSt. Viskositas mempunyai peranan
Dari Gambar di atas dapat diketahui yang sangat penting dalam proses
komposisi senyawa terbesar adalah metil oleat penginjeksian bahan bakar. Viskositas
42,02% dan metil palmitat 26,91 %. Hasil
yang terlalu rendah dapat menyebabkan
analisa sifat fisik dan kimia lainnya dapat
kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar
dilihat pada Tabel 2.
dan kalau terlalu tinggi dapat
Tabel 2. Sifat fisik dan kimia biodiesel hasil mempengaruhi kerja cepat alat injeksi dan
sintesis mempersulit pengabutan bahan bakar
(Hardjono, 2001).
Biodiesel SNI
Sifat fisik dan
penelitian
Viskositas biodiesel hasil penelitian ini
kimia Biodiesel
ini lebih kecil dibandingkan dengan yang
Densitas (40 oC), kg/L 850 850-890 didapatkan Suirta (2009) sebesar 4,53 cSt.
Viskositas kinematik 3,2 2,3 – 6 Bahan baku yang digunakan juga sama
(40 oC), cSt 0,5 M aks. 0,8
Bilangan asam, mg 0,02 M aks. 0,05 minyak goreng bekas tetapi sumber
KOH/g 176 M in.100 minyak goreng bekasnya berbeda.
Kadar air, % vol 9 Perbedaan lainnya adalah jenis katalis
Titik nyala, oC 14,6 M ak. 18
Titik tuang, oC 51 M in. 51 yang digunakan. Suirta (2009)
Titik kabut, oC menggunakan NaOH sebagai katalis dalam
Indeks Cetan reaksi transesterifikasi.
Jika dibandigkan dengan standar
Densitas bahan bakar solar (1,6 – 5,8 sCt), biodiesel
Biodiesel yang dihasilkan dari ini dari sisi viskositas masuk dalam standar
penelitian ini mempunyai densitas pada yang ditetapkan sehingga biodiesel ini
suhu 40 o C sebesar 850 kg/L. Jika dapat digunakan sebagai bahan bakar
dibandingkan dengan standar SNI pengganti solar.
biodiesel, Biodiesel ini masuk dalam range Bilangan asam
yang ditetapkan. Densitas berkaitan
Biodiesel yang dihasilkan
dengan nilai kalor dan daya yang
mempunyai bilangan asam sebesar 0,5 mg
dihasilkan oleh mesin diesel. Densitas
KOH /g. Nilai ini memenuhi standar
yang rendah akan menghasilkan nilai kalor
biodiesel yaitu maksimal 0,8 mg KOH/g.
yang tinggi.
Jika ditinjau dari bilangan asam minyak
Jika dibandingkan dengan densitas goreng bekas sebesar 5,26 mg KOH/g dan
minyak goreng bekas yang digunakan 55% nya sudah dapat dihilangkan melalui
sebagai bahan baku dalam proses pretreatment (reaksi esterifikasi)
pembuatan biodiesel, terjadi penurunan seharusnya sisa bilangan asam sebesar
yang sangat tajam. Minyak goreng bekas 2,367 mg/KOH. Besarnya selisih ini
yang mempunyai densitas (40 o C) 887 disebabkan karena sebagian besar asam
446
Pembuatan Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz, et.al.
lemak bebas sisa bereaksi dengan katalis digunakan. Suhu terendah dimana bahan
KOH membentuk sabun. Ini ditandai bakar diesel masih dapat mengalir disebut
dengan terbentuknya emulsi pada saat titik tuang (pour point). Pada suhu sekitar
pencucian biodiesel dengan menggunakan 100 F di atas titik tuang bahan bakar solar
air. Bilangan asam yang didapatkan dari dapat berkabut. Suhu ini dikenal dengan
penelitian ini lebih tinggi dari yang titik kabut.
didapatkan Suirta (2009) yaitu 0,4238 mg Titik tuang yang diperoleh sebesar
KOH/g.
9 o C atau 48,2 o F. Standar solar
Kadar air mensyaratkan bahwa titik tuang maksimal
65 o F. Berarti biodiesel yang diperoleh dari
Kadar air yang terdapat dalam biodiesel
penelitianini memenuhi standar bahan
sebesar 0,02% volum. Kadar ini lebih kecil
bakar solar.
dibandingkan dengan SNI biodiesel yang
mensyaratkan maksimal 0,05% volum. Titik kabut dapat dicari dengan
Begitu juga dengan standar bahan bakar menggunakan data titik tuang. Dengan
solar mensyaratkan maksimal 0,05%. menambahkan 10 oC kepada titik tuang
akan didapatkan nilai titik kabut
Angka setana
(Hardjono, 2011). Titik kabut yang
Kualitas bahan bakar solar dinyatakan didapatkan dari perhitungan titik tuang
dalam angka cetan dan dapat diperoleh sebesar 58,2 o F atau 14,6 o C. ini berarti
dengan jalan membandingkan kelambatan biodiesel yang dihasilkan memenuhi SNI
menyala bahan bakar solar dengan biodiesel yang mensyaratkan titik kabut
kelambatan menyala bahan bakar maksimal 18 o C.
pembanding dalam uji bangku CFR.
Angka cetan biodiesel ini didapatkan
dengan cara mengkonversikan nilai indek 2. KESIMPULAN DAN SARAN
cetan yang diperoleh dari analisa yang
dilakukan di Lemigas. Dari penelitian yang sudah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa pretreatment yang
Menurut Hardjono (2001) angka setana dilakukan terhadap minyak goreng bekas
nilainya lebih besar 2% dibandingkan mampu menurunkan kadar asam lemak bebas
indek cetan. Angka cetan yang didapatkan menjadi 1,1 %. Yield biodiesel yang dihasilkan
sebesar 51,5. Nilai ini masuk dalam SNI pada reaksi transesterifiksi sebesar 88%.
biodiesel sehingga dilihat dari sisi angka Kualitas biodiesel yang dihasilkan memenuhi
setana, biodiesel hasil penelitian ini dapat SNI biodiesel yang ditetapkan pemerintah dan
standar bahan bakar solar.
digunakan sebagai bahan bakar pengganti
solar.
Titik nyala UCAPAN TERIMAKASIH
Titik nyala yang didapatkan sebesar 176 Pada kesempatan ini penulis
o
C. Nilai ini memenuhi standar bahan mengucapkan terimakasih kepada
bakar solar dan SNI biodiesel. Titik nyala Lembaga Penelitian UIN Syarif
yang tinggi akan memudahkan Hidayatullah Jakarta yang telah mendanai
penyimpanan bahan bakar, karena minyak penelitian ini.
tidak akan mudah terbakar pada temperatur
ruang.
DAFTAR PUSTAKA
Titik tuang dan titik kabut
1. Aziz,I., 2007, Kinetika Reaksi
Bahan bakar solar harus dapat Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas”,
mengalir dengan bebas pada suhu atmosfer Valensi, Vol.1, No.1.
terendah dimana bahan bakar ini
447
Valensi Vol. 2 No. 3, Nop 2011 (443-448) ISSN : 1978 - 8193
448