Anda di halaman 1dari 9

STOCKPILE MANAGEMENT

(COAL STOCKPILE)

Source: Kompilasi

Dalam Stockpile Management Ada 3 Point yang harus diperhatikan :

1.Storage Management

2.Quality & Quanitity Management

3.Blending Management

1. STORAGE MANAGEMENT

Storage Management atau pengaturan penyimpanan batubara di stockpile sangat penting


dalam stockpile management. Dalam mengatur penyimpanan batubara di stockpile, hal hal
yang perlu diperhatikan adalah Desain stockpile dan Sistem penumpukan.

1.1 Desain Stockpile


Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :

1. Kapasitas penyimpanan batubara

2. Banyaknya jenis product yang akan Dipisahkan di stockpile

3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan Pemuatan

1.1.1 Kapasitas penyimpanan Batubara

 Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile.


Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin
berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut.

 Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat dan
kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan turun di
bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di atasnya. Dalam
kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile.

Proses penyimpanan dapat dilakukan di dekat tambang, di dekat pelabuhan and di tempat
pengguna batubara. Untuk proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu
lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara, proses penurunan kualitas
tersebut biasanya lebih dipengarugi oleh oksidasi dan alam. Barikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam management stockpile:

1. Monitoring quantity (inventory) dan movement batu bara di stockpile, meliputi


recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batu bara yang keluar (coal out)
di stockpile, termasuk recording batu bara yang tersisa ( remnant of coal ).

2. Menghindari batubara terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan penerapan


aturan FIFO (first in fist out), dimana batu bara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan
(loading) terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud mengurangi resiko degradation dan
pemanasan batu bara.

3. Mengusahakan pergerakan batu bara sekecil mungkin di stockpile, termasuk


diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaime, monitoring effectivitas
dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batu bara.

4. Monitoring quality batu bara yang masuk dan yang keluar dari stockpile, termasuk
diantara control temperatur untuk mengantisipasi self heating dan spontaneous
combustion.

5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi :

o Pelaksanaan housekeeping, tidak diperkenankan membuang sampah sembarangan


di area stockpile.
o Inspeksi langsung adanya kotoran yang terdapat di stockpile. Menentukan sumber
kontaminasi dan kemudian melaporkan kepada pihak yang berkompeten untuk
tindakan preventive.

6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan, dalam ini mencakup
usaha :

o 1.Control dust, penerapan dan pengawasan penggunaan spraying & dust supressant.

o 2.Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan / limbah air
dari drainage stockpile.

o 3.Penanganan Waste Coal ( remnant & spillage coal )

7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik untuk keperluan
maintenance dozer atau overshift operator. Kecuali dalam keadaan emergency dan
setelah itu harus diadakan housekeeping secara teliti.

8. Menanggulangi batubara terbakar distockpile. Dalam hal ini penanganan yang


diajurkan adalah sebagai berikut :

o Melakukan spreading / penyebaran untuk mendinginkan batu bara.

o Bila kondisi cukup parah, maka bagian batu bara yang terbakar dapat dibuang.

o Memadatkan (kompaksi) batu bara yang mengalami self heating atau spontaneous
combustion.

o Tidak diperbolehkan menggunakan air dalam memadamkan batubara yang


mengalami spontaneous combustion.

o Batu bara yang mengalami spontaneous combustion tidak diperboleh langsung


diangkut ke tongkang sebelum dilakukan pendinginan terlebih dahulu.

o Untuk penyetokan yang relatif lama bagian atas stockpile harus dipadatkan
(kompaksi), guna mengurai resapan udara dan air ke dalam stockpile.

9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung, hal ini untuk
menghindari swamp di atas stockpile.

10. Mengusahakan kontur permukaan basement berbetuk cembung atau minimal datar,
hal ini berkaitan dengan kelancaran system drainage.

Manajemen yang efisien dari lapangan penumpukan, (Coal Trans Internatonal,1995 )


lapangan penumpukan seharusnya:
 Menyediakan akses yang mudah untuk penyimpanan material,

 Memaksimalkan faktor jarak muatan yang efisien.

 Mencapai tumpukan yang diinginkan dengan sedikit pergerakan penumpukan.

 Kemiringan penumpukan yang dapat dijangkau peralatan.

 Memperoleh keseragaman dan campuran yang diinginkan.

 Mengatur keseragaman, integritas dan kualitas batubara yang disimpan.

 Meminimalisasi kebutuhan tenaga manusia.

 Memaksimumkan perlatan dan ketersediaan peralatan.

 Menyediakan sistem yang aman.

 Dapat mengatasi potensi timbulnya api pada batubara.

 Mengurangi biaya penyediaan batubara per-ton nya.

 Mengoptimumkan penggunaan lahan dengan efisiensi perbandingan ton per hektar


yang tinggi dengan penyimpanan dan permintaan lingkungan.

1.1.2 Jumlah Product Yang dipisahkan

 Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang
diperlukan.

 Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang diperlukan.

1.1.3 Fasilitas Penumpukan dan pemuatan

 Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile juga
mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan.

 Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat


desain dan sistem penumpukan memanjang.

 Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki kualitas


yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubar-batubara
tersebut.
Beberapa hal yang penying dalam pembangunan Desain Stockpile

 Di sekeliling stockpile dipasang instalasi spraying.

 Di sekeliling stockpile dibuatkan windshield atau penangkal angin.

 Stockpile dibuat memanjang searah dengan arah angin dominan (Prevailing Wind).

1.2 SISTEM PENUMPUKAN

Dalam penumpukan Batubara harus memenuhi Syarat sebagai berikut :

 Sekeliling tumpukan batubara harus dapat diakses oleh unit maintenance seperti
Wheel Loader atau Excavator.

 Penumpukan harus memanjang searah dengan prevailing wind (arah angin dominan)

 Setiap penumpukan harus dipastikan ditrimming agar tidak terdapat puncak-puncak


kecil diatas tumpukan batubara

 Slope permukaan stockpile yang menghadap ke arah angin harus dilandaikan


sudutnya, bila perlu dipadatkan.

2. QUALITY & QUANTITY MANAGEMENT

Quality dan Quantity Management adalah proses yang paling penting dalam suatu stockpile
management. Karena Quality dan quantity management bersifat terus menerus dan
berjalan seiring dengan jalannya perusahaan. Quality & Quantity Management melibatkan
hampir semua bagian di suatu perusahaan tambang batubara. Sedangkan di end user
biasanya Quality dan Quantity management dipegang oleh Departement Fuel Handling.

2.1 QQM di Perusahaan Tambang Batubara

QQM di perusahaan tambang batubara melibatkan sebagian besar departement yaitu mulai
dari Geology, Mine Planning, Tambang, Coal Processing, Quality Control, dan Shipping.
Masing-masing berperan dan bertanggung jawab di bagian masing-masing dalam
menciptakan sistem kontrol qualitas dan kuantitas yang baik.
2.1.2 Geology

Geology adalah bagian yang pertama-tama memberikan data mengenai jumlah cadangan,
dan kualitas batubara yang berpotensi untuk diexploitasi. Geology Juga bertugas secara
terus menerus mencari sumber cadangan batubara dengan melakukan explorasi. Data yang
diberikan oleh Geology merupakan titik acuan awal mengenai jumlah cadangan batubara
dan kualitas batubara.

2.1.3 Mine Planning

Mine Planning bertugas meneruskan pengolahan data dari geology, dengan membuat
rencana tambang yang didalamnya dilengkapi dengan data mineable reserve, mine design,
perhitungan alat, scheduling, dan lain-lain. Mine Planning juga bertugas melakukan kajian
dan evaluasai setiap perkembangan kualitas dari mulai data geology, data reserve, data
produksi, sampai data dari pengapalan.

2.1.4 Mining/Tambang

Bertugas melakukan penambangan yang sudah didesain oleh mine planning. Mining harus
menjaga agar dalam eksekusi penambangan betul-betul mengikuti mine plan yang sudah
ditetapkan, baik mengenai batasan-batasan penambangan maupun dalam scheduling
penambangan.

2.1.5 Coal processing / Handling

Coal processing atau bagian handling, bertugas melakukan proses dari mulai penumpukan
batubara di stockpile, Crushing, maintenance stockpile, sampai dengan pemuatan batubara.
Coal processing biasanya erat sekali hubungan kerjanya dengan Quality Control atau Quality
Assurance. Karena pada pelaksanaannya Quality Control dan Coal processing bekerja
bersama-sama di stockpile baik dalam hal sistem penumpukan batubara di stockpile,
pengaturan pemuatan batubara, sampai blending batubara.

2.1.6 Quality Control

Beberapa tugas dari Quality Control

 Tugas dari Quality Control adalah memonitor kualitas mulai dari data forecast tambang
sampai kualitas Pengapalan.
 Quality Control melakukan kontrol terhadap batubara produksi dengan melakukan
sampling pada saat batubara telah di crushing.

 Quality Control juga bertugas membuat rencana setiap pemuatan batubara dan
mengatur agar kualitas batubara yang dikirim sesuai dengan spesifikasi buyer.

 Quality Control membuat evaluasi perkembangan kualitas mulai dari tambang sampai
pengapalan.

 Quality Control juga bertugas mengevaluasi atau mengontrol process operasional yang
dapat mempengaruhi kualitas batubara, sehingga dapat menyimpang dari planning.

 Proses yang mungkin terjadi adalah di tambang, stockpile, dan barging.

2.1.6.1 Proses Operasional Yang dapat mempengaruhi Kualitas batubara

Penambangan :

 Pada saat penambangan, sering terjadi bahwa kondisi di lapangan berbeda dengan
kondisi seperti yang digariskan dalam mine plan. Misalnya adanya sisipan atau cleat
pada seam batubara yang sedang di tambang. Pengotor ini sulit dipisahkan dengan
selective mining. Akibatnya kandungan abu batubara tersebut akan lebih tinggi dari
data mine plan atau data geology.

 Pada penambangan dip seam atau seam yang miring, sering terjadi kontaminasi seam
batubara yang sedang ditambang oleh bagian floor yang longsor atau jatuh ke atas
seam batubara tersebut.

Stockpile :

 Pada saat penumpukan batubara di stockpile, terjadi pencampuran antar batubara


yang memiliki kualitas yang berbeda.

 Pada saat pengambilan batubara dari stockpile, sering terkontaminasi dengan bedding
(fine coal), atau bahkan material bedding selain batubara seperti batu dan kerikil.

 Batubara yang sudah lama di stockpile mengalami penurunan kualitas.

2.2.2 QQM di End User

Proses QQm di stockpile end user, tidak spanjang di Perusahaan tambang. Proses QQM yang
dilkukan di stockpile end user, biasanya lebih di fokuskan pada bagaimana memisahkan
batubara dari berbagai pemasok yang kualitasnya juga berbeda, dan bagaimana membuat
suatu feeding coal yang sesuai dengan desain peralatan utilisasi tersebut. Proses yang paling
menonjol di stockpile end user adalah proses blending batubara untuk mensuplai batubara
kedalam peralatan utilisasi dengan kualitas yang sesuai.

3. BLENDING MANAGEMENT

Dalam suatu blending management, hal yang paling diutamakan adalah:

o Pencampuran kualitas sehingga menghasilkan kualitas batubara hasil campuran sesuai


dengan yang ditargetkan.

o Cara Blending atau pencampuran itu sendiri yang harus baik.

3.1 Pencampuran Kualitas

Sebelum Blending dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah target kualitas yang harus
dicapai dari blending tersebut. Hanya satu target parameter yang dapat dicapai dengan
tepat dalam suatu blending. Parameter lainnya mengikuti sesuai dengan proporsi
blendingnya. Diantara parameter kualitas batubara, ada yang bersifat addictive (dapat
dikalkulasi secara kuantitatif pada saat blending). Dan ada pula paramter yang bersifat tidak
addictive atau tidak dapat dihitung secara kuantitatif berdasarkan proporsi blendingnya.

3.2 Kalkulasi Kualitas Blending

Qb = (Q1 x W1)+(Q2 x W2) Dibagi (W1+ W2)

Qb = Kualitas hasil Blending

Q1 = Kualitas batubara 1

Q2 = Kualitas batubara 2

W1 = Berat batubara 1

W2 = Berat batubara 2

3.3 Sistem Blending


Dalam suatu blending sistem pencampuran atau blending merupakan yang terpenting.
Blending harus dilakukan dengan proporsi unit pencampuran yang terkecil untuk
mendapatkan batubara hasil blending yang homogen. Berikut ini adalah beberapa sistem
pencampuran dengan tingkat homogenitas yang meningkat. (Semakin homogen)

o Blending Barge By Barge

o Blending DT By DT

o Blending Bucket Loader By Bucket loader

o Blending conveyor.

Hasil suatu blending yang homogen sangat diperlukan terutama bagi end user. Ketidak
homogenan dalam suatu blending akibatnya akan terasa langsung oleh end user pada saat
batubara tersebut digunakan. Kesempurnaan dari suatu blending adalah ketepatan dalam
pencapaian target kualitas hasil blending dan homogenitas hasil pencampuran.

Anda mungkin juga menyukai