FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai sensorik khusus
dengan judul skenario “Main Kerincingan”.
Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami,
lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh
kelompok kami.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia.
Oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.
Hormat Kami,
30
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................................
1
Daftar isi...............................................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------------------
4
1.2 Manfaat Penulisan-----------------------------------------------------------------------------------
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Skenario.......................................................................................................................
5
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
40
3.2 Saran..........................................................................................................................
40
Daftar Pustaka.......................................................................................................................
41
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
SKENARIO
MAIN KERINCINGAN
STEP II
1. Mengapa warna iris pada mata adiknya berwarna coklat ?
2. Bagaimana Wiwin bisa melihat warna mata adiknya?
3. Kenapa adiknya bisa merespon terhadap kerincingan dengan lirikan?
4. Kenapa adinya bisa menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara?
5. Apakah ada kerjasama antara penglihatan dan pendengaran dalam
mendeteksi benda?
6. Bagaimana proses mendengar?
STEP III
1. Warna iris adiknya berwarna kecoklatan disebabkan oleh adanya iris. Dimana
iris adalah cincin otot yang mengandung pigmen warna yang disesuaikan
30
dengan gen kita dimana ia akan berubah sesuai dengan gen kita. Namun,
warna dasar iris adalah berwarna kecoklatan yang akan berubah sesuai suku,
ras dan genetik kita.
2. Hal ini karena, pada mata kita mengandung dua jenis sel yaitu sel batang dan
sel kerucut. Dengan masing-masing satu fotopigmen di sel batang dan 3
fotopigmen di sel kerucut. Keempat fotopigmen ini menyerap panjang
gelombang sinar yang berbeda-beda. Rodopsin, fotopigmen sel batang
menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak khususnya memberikan
bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas bukan
perbedaan warna. Sedangkan fotopigmen di ketiga jenis sel kerucut adalah
sel kerucut merah, hijau, dan biru yang berespon terhadap berbagai panjang
gelombang cahaya, yang menyebabkan ia bisa melihat warna pada iris
adiknya, juga dapat melihat warna dalam proses melihat (Sherwood, 2012).
Adapun mekanisme melihat adalah dimulai dengan masuknya gelombang
cahaya ke mata kita bagian fotoresptor yang nantinya akan menyebabkan
fotopigmen di mata kita teraktivasi. Dengan pengaktifan fotopigmen ini
nantinya akan mengaktifkan potensial reseptor yang apabila berada pada
batas ambang potensial akan menyebabkan terjadinya potensial aksi yang
nantinya akan menjalarkan impuls ke pusat penglihatan untuk persepsi
penglihatan. Selain itu, dengan pengaktivan fotopigmen ini juga akan
mengaktifkan transdusin yaitu suatu tumpukan lempeng membranosa yang
mengandung banyak molekul-molekul fotopigmen yang peka terhadap
cahaya. Selanjutnya, transdusin akan mengaktifkan banyak molekul
fosfodiesterase. Fosfodiesterase akan segera menghidrolisis banyak molekul
cGMP yang nantinya akan menyebabkan penutupan kanal natrium yang akan
menyebabkan hiperpolarisasi membran yang menyebabkan teraktivasinya
potensial reseptor. Penutupan kanal natrium ini kan diikuti dengan
penutupan kanal kalsium yang menyebabkan penurunan pelepasan
transmitter inhibitorik pada sel bipolar sehingga sel bipolar tereksitasi yang
30
akan menyebabkan terjadinya perubahan potensial berjenjang di sel bipolar.
Jika besarnya cukup untuk membawa sel ganglion ke ambang maka akan
menyebabkan terjadinya potensial aksi di sel ganglion dan akan menyebabkan
terjadinya perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di lobus
oksipitalis otak untuk persepsi penglihatan (Sherwood, 2012).
3. Adiknya bisa merespon terhadap bunyi kerincingan tersebut karena adanya
stimulus berupa gelombang udara yang masuk ke telinganya yang nanti akan
melewati beberapa beberapa tahapan yang akhirnya akan di proses di pusat
pendengaran sebagai persepsi pendengaran. Selain itu, hal ini juga
disebabkan pada mata terdapat beberapa otot mata yang mengerakkan bola
mata sebagai respon terhadap bunyi tersebut utnuk mencati sumber bunyi
tersebut. Adapun otot tersebut adalah rektus lateralis dan rektus medialis.
4. Hal ini karena, adanya ketertarikannya pada bunyi tersebut sehingga mencari
dimana sumber bunyi tersebut. Terdapat dua prinsip utama dalam penentuan
sumber arah suara yaitu pertama, perbedaan waktu antara masuknya suara
ke dalam satu telinga dan masuknya dalam telinga yang lain, dan kedua,
intensitas suara dalam kedua telinga. Mekanisme pertama berfungsi paling
baik untuk frekuensi di bawah 3000 siklus perdetik, dan mekanisme kedua
bekerja paling baik pada frekuensi yang lebih tinggi karena kepala bertindak
sebagai sawar suara yang baik pada frekuensi-frekuensi ini. Mekanisme
perbedaan waktu dalam menentukan arah lebih tepat daripada mekanisme
intensitas, karena mekanisme ini tidak bergantung pada faktor-faktor
eksternal hanya bergantung pada interval waktu. Tambahan pula, terdapat
peran dari saraf untuk mendeteksi arah duara yaitu oleh nukleus olivarius
superir dimana ia di bagi menjadi dua yaitu nukleus olivaris superior medial
yang mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu
antara sinyal akustik yang memasuki telinga. Dan yang kedua adalah nukleus
olivarius superior lateral yang bertanggungjawab untuk mendeteksi arah
sumber suara melalui perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua
30
telinga dan mengirimkan sinyal ke korteks auditorik untuk memperkirakan
arahnya (guyton and Hall, 2012).
Selain itu, kita juga dapat menentukan sumber suara melalui struktur dari
telinga kita yang mampu menangkap gelombang suara yang ada disekitar kita
yang nantinya akna di teruskan sepanjang meatus telinga kita untuk
dipersepsikan sebagai bunyi apa yang sedang kita dengar.
5. Rangsangan berupa suara yang kita dengar juga nantinya akan berpengaruh
pada korteks penglihatn kita yaitu korteks occipitalis sehingga ia turut
memprediksikan suara paa yang sedang kita dengar dan di bantu dengan
melihat arah sumber suara tersebut.
6. Adapun mekanisme mendengar adalah sebagai berikut :
a. Masuknya gelombang udara ke aurikula,
b. Nantinya akan menyebabkan terjadinya getaran pada tulang telingah
tengah yaitu maleus, inkus, dan stapes,
c. Menyebabkan jendela oval bergetar,
d. Dan menyebabkan cairan di dalam koklea bergerak,
e. Yang menyebabkan membran basilaris bergetar,
f. Sehingga menyebabkan menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalm
organ Corti sewaktu getaran membran basilaris menggeser rambut-
rambut ini secara relatif terhadap membran tektorium diatassnya yang
berkontak dengan rambut tersebut,
g. Kemudian, terjadinya potensial aksi berjenjang di sel reseptor,
h. Akan menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi potensial aksi yang
dihasilkan di saraf auditorius,
i. Sehingga menyebabkan terjadinya perambatan potensial aksi ke korteks
auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara.
STEP IV
30
Mind Mapping
Adapun learning objektive yang harus di capai dalam modul ini adalah mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai :
1. Anatomi dan fisiologis mata
2. Mekanisme-mekanisme :
a. Mekanisme refraksi
b. Mekanisme akomodasi 30
STEP VI
Pada step ini, kami mempersiapkan diri untuk DKK 2 nanti. Dimulai pada hari
Senin, 13 Mei 2013 sampai hari Rabu, 15 Mei 2013.
STEP VII
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi mata.
30
Kecuali di bagian anteriornya, mata dilindungi oleh tulang berbentuk
kantung tempat mata berada, yaitu os orbital. Di bagian anterior, mata
dilindungi oleh kelopak mata. Kelopak mata bekerja sebagai penutup untuk
melindungi mata pada keadaan yang mengancam, seperti benda yang datang
terlalu cepat, situasi ketika mata terpajam, bulu mata tersentuh, atau sinar
yang terlalu menyilaukan (Sherwood, 2012).
Di dalam mata juga terdapat air mata yang dihasilkan oleh kelenjar 30
30
Selain proteksi dengan cara-cara di atas, mata juga dilengkapi dengan bulu
mata. Bulu mata bersifat protektif untuk menangkap kotoran halus di udara,
misalnya debu sebelum masuk ke mata (Sherwood, 2012).
Mata memiliki banyak komponen kompleks yang saling bekerja sama dan
berintegrasi satu sama lain untuk menghasilkan penglihatan, hingga akhirnya
dipersepsikan di otak sebagai suatu gambaran yang sesuai dengan yang
dilihat.
Komponen tersebut adalah sebagai berikut (Sherwood, 2012).
No Organ Lokasi Fungsi
8 Humor Aquosus Di antara kornea Cairan encer yang jernih, yang terus
dengan lensa, dalam menerus dibentuk untuk nutrisi
anterior chamber kornea dan lensa
9 Humor Vitreus Antara lensa dan Cairan yang menyerupai gel karena
retina setengah cair, berfungsi untuk
mempertahankan bentuk bulat dari
mata
14 Diskus Optikus Titik di retina, sedikit Jalan keluar nervus optikus dan
30
ke tepi tempat pembuluh darah
keluarnya nervus
optikus, dan tidak
mengandung
fotoreseptor
20 Nervus Optikus Keluar dari mata Merupakan bagian pertama dari jalur
lewat diskus optikus penglihatan ke otak
30
Penampang horizontal bola mata (Atlas Anotomi Netter)
30
Bola mata dapat digerakkan dengan bantuan otot-otot mata (Atlas Anatomi
Netter).
30
Penjelasan lebih lanjut mengenai bagian mata yang paling berperan adalah
sebagai berikut.
Anatomi dari bola mata terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Fibrous tunic
Terdiri dari bagian anterior kornea dan posterior sclera
Fungdi dari kornea itu sendiri yaitu untuk menutupi iris, transparan
dan bagian luarnya mengandung nonkreatinized stratified squamous
epithelium. Pada bagian medial terdapat jaringan kolagen dan fibroblast
30
dimana ada fungsi untuk menerima oksigen.
Sclera tersusun atas jaringan ikat padat yang terdiri dari serat klagen
dan fibroblast yang berfungsi untuk melindungi seluruh bagian bola mata
(kecuali kornea) dan bagian dalam. Selain itu, berfungsi juga untuk
memberikan bentuk mata. Sclera ini memiliki sinus yaitu scleral venous
sinus (canal of schlemm) yang terdapat antara sclera dan kornea. Disini
juga terdapat cairan aqueous humor (Tortora, 2006).
2. Vascular Tunic, ada 3 bagian yaitu:
- Coroid
Mempunyai vaskularisasi yang banyak dan terdapat jaringan
melanosit yang berfungsi untuk menyerap cahaya dengan mengurangi
refleksi dan sebaran cahaya ke daerah lain sehingga cahaya tepat
diteruskan di retina. Pada keadaan albino, tidak terdapat sedikit pun
melanin yang menyebabkan matanya berwarna merah akibat dari
pembuluh darah yang terpajan oleh sinar (Tortora, 2006).
- Badan siliar
Perpanjangan dari osserata yang juga berwarna cokelat tua
sampai hitam karena mengandung melanosit. Adanya serat zonular
atau yang disebut juga sebagai ligament suspensorium yang
menempelkan badan siliar ke lensa (Tortora, 2006).
Terdapat muskulus siliar yang berfungsi untuk kontraksi maupun
relaksasi yang akan mengubah zonular fibers (Tortora, 2006).
- Iris
Berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang membantu kerja dari
pupil. Terdiri atas melanosit yang mengandung melanin sehingga
warna iris mata seseorang tergantung dari konsentrasi melanin yang
dimiliki. Sebagai contoh, iris biru disebabkan konsentrasi yang renah,
iris hjau disebabkan karena konsentrasi melanin sedang dan iris warha
coklat tua sampai hitam disebabkan banyaknya konsentrasi melanin
yang dimiliki (Tortora, 2006).
- Pupil
Pupil seseorang berwarna hitam dkarenakan banyaknya
pigmentasi yang di miliki. Fenomena “Red Eye” terjadi akibat cahaya
30
terang yang diteruskan ke dalam pupil, refleksi cahayanya adalah
merah karena dari pembuluh darah yang terdapat di permukaan
retina. Inilah alas an mengapa mata seseorang terlihat merah di dalam
foto ketika sebuah cahaya terang langsug diteruskan ke pupil (Tortora,
2006).
Dalam pengaturan cahaya yang dimasuk dibantu oleh sistem
saraf central yaitu saraf otonom yang terdiri dari saraf parasimpatis
untuk muskulus circular pada cahaya terang dan saraf simpatis yang
menstimulasi muskulus radial (Tortora, 2006).
3. Retina
Lapisan retina terdiri dari lapisan pigmen yang terdapat sel epitel melanin
antara koroid dan bagian neural retina
yang berfungsi untuk menyerap
cahaya.
Lapisan yang lain adalah lapisan neural
yang terdiri dari 3 layer yaitu:
1. Fotoreseptor layer yang terdiri dari sel
batang dan sel kerucut (Tortora,
2006).
2. Bipolar cell layer yang terdapat sel
horizontal dan sel amakrin yang berfungsi untuk memodifikasi sinyal
yang dihantarkan dari fotoreseptor ke bipolar kemudian ke ganglion
(Tortora, 2006).
3. Macula lutea , Spot flat kecil yang berwarna kuning berfungsi untuk
visual axis mata (Tortora, 2006).
4. Central Fovea, merupakan bagian kecil dekat macula lutea yang hanya
mengandung sel kerucut. Sebagai tambahan, bagian lapisan bipolar
dan sel ganglion yang cahayanya menyebar ke beberapa daerah,
menggantikan ke perifer central fovea. Kesimpulannya, central fovea
adaalh area dengan ketajaman visual atau resolusi. Alas an utama
30
mengapa kita menggerakkan kepala dan mata ketika melihat sesuatu
untuk menempatkan gambar di central fovea (Tortora, 2006).
- Lensa
Dibelakang pupil dan iris terdapat lensa. Protein yang disebut
sebagai crystallins menyusun lapisan seperti bawang yang membuat
lensa yang normalnya transparan dan tidak terdapat pembuluh darah.
Lensa melingkupi jaringan ikat transparan dan tetap pada posisinya
karena zonular fibers yang menempel pada proses siliar. Lensa
membantu memfokuskan gambaran di retina untuk penglihatan yang
jelas (Tortora, 2006).
2. Me
kan
ism
e-
mekanisme :
a. Mekanisme refraksi
Refraksi atau pembiasan adalah pembelokkan berkas sinar pada
bidang peralihan yang miring. Dimana, derajat pembiasan akan meningkat
sesuai dengan (1) rasio indeks bias dari kedua media transparan dan (2)
derajat kemiringan antara bidang peralihan dan permukaan gelombang
yang datang (Guyton and Hall, 2012).
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media 30
transparan lain misalnya air dan kaca. Cahaya yang merambat melalui
udara dengan kecepatan 300.000 km/detik. Ketika masuk ke suatu
medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat, serta arah
berkas merambat dapat berubah jika cahaya tersebut mengenai
permukaan medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus (Sherwood,
2012).
Seperti pada gambar dibawah : ( a )
30
Sumber gambar : Sherwood, 2012
Terdapat dua jenis lensa dasar yaitu konveks dan konkaf dimana,
ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung suatu
benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi bergantung
pada sudut kelengkungan. Permukaan konveks atau cembung
menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas
tersebut lebih dekat satu sama lain menuju ke titik fokus. Sedangkan, 30
permukaan konkaf membuyarkan sinar atau yang disebut dengan
divergensi (Sherwood, 2012).
30
Sumber gambar : Sherwood, 2012
b. Mekanisme akomodasi
Akomodasi adalah Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa,
dimana kekuatan lensa tergantung bentuknya yang dikendalikan oleh otot
siliaris (Sherwood, 2012).
Otot siliaris adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur khusus
lapisan koroid bagian anterior suatu cincin yang melingkari otot polos
yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium. Badan siliaris
memiliki 2 komponen utama yaitu otot siliaris dan anyaman kapiler yang
menghasilkan humor aquosus (Sherwood, 2012).
d. Jalur penglihatan.
Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari
lingkungan ke sel batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor retina.
Fotoresptor mengubah energy cahaya menjadi sinyal listrik untuk
ditransmisikan ke SSP. Bagian retina yang megandung fotoreseptor
merupakan kelanjutan dari SSP. Selama perkembangan mudigah sel sel
retina mundur dari system saraf dan menyebabkan lapisan-lapisan retina
menghadap ke belakang. 30
Bagian saraf dari retina memiliki 3 lapisan sel peka rangsang seperti
pada gambar dibawah :
30
Setiap retina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor, dan lebih dari
1 milyar molekul fotopigmen yang terkemas di dalam segmen luar setiap
fotoreseptor. Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan 30
oleh sinar. Dimana ketika cahaya memicu fotopigmen yang kemudian
menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya
menghasilkan potensial aksi. Potensial aksi ini akan menyalurkan
informasi ini ke otak untuk pemprosesan visual (Sherwood, 2012).
30
Area penglihatan sekunder disebut juga area asosiasi penglihatan,
terletak disebelah lateral, anterior, superior, dan inferior terhadap korteks
penglihatan primer. Sebagian besar daerah ini juga melipat kearah luar
melewati permukaan lateral korteks oksipitalis dan korteks parietalis.
Sinyal sekunder yang dijalarkan ke daerah ini digunakan untuk
menganalisis arti penglihatan. Sebagai contoh, semua sisi korteks
penglihatan primer merupakan Area 18 Brodmann, yang merupakan
tempat sesungguhnya bagi semua sinyal yang berasal dari korteks
penglihatan primer untuk lewat. Oleh karena itu, Area 18 Brodmann
disebut Area penglihatan II (V-2) (Guyton,2006).
30
Pinna merupakan lapisan tulang rawan yang meninjol berlapiskan kulit
yang berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan mengantarkannya ke
saluran telinga luar. Kemudian gelombang suara akan memasuki meatus
auditiva eksterna, yang dijaga oleh rambut-rambut halus. Kulit yang melapisi
saluran mengandung kelenjar keringat yang menghasilkan serumen. Serumen
adalah sekresi lengket yang menjebak partikel-partikel asing. Rambut halus
dan serumen membantu mencegah partikel udara mencapai bagian dalam
saluran telinga yang dapat menciderai membrane timpani dan mengganggu
pendengaran (Sherwood, 2012).
30
Membran timpani yang membentang merintangi pintu mesuk ke telinga tengah
akan bergetar saat terkena gelombang suara (Sherwood, 2012). Bagian dari
telinga luar dapat di lihat pada gambar berikut (Atlas Anatomi Netter).
30
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetarnya membrane timpani ke
cairan telinga dalam. Hal ini dibantu oleh tulang-tulang pendengaran yang
berjumlah 3 buah, yaitu malleus, inkus, dan stapes. Osikulus tersebut
membentang dalam teling tengah. Stapes merupakan tulang yang melekat pada
jendela oval (Sherwood, 2012).
Selain ketiga tulang tersebut, juga terdapat tuba eustachius atau tuba
auditiva yang berfungsi untuk menyamakan tekanan antara bagian luar
membrane timpani dengan bagian dalam membrane timpani. Apabila tidak
seimbang, maka seeorang akan merasakan sakit di telinga bahkan akan
mencederai membrane timpani. Misalnya saja pada orang yang sedang dalam
pesawat yang sedang terbang. Tuba eustachius berhubungan langsung dengan
faring (Sherwood, 2012).
Di bagian dalam, telinga mempunyai struktur yang disebut koklea. Koklea
terdiri dari 2 kompartemen cairan, yaitu skala media di bagian tengah, skala
vestibuli di bagian atas, dan skala timpani di bagian bawah. Skala vestibule dan
skala timpani mengandung perilimfe, sedangkan skala media mengandung
endolimfe. Pergerakan cairan pada kompartemen inilah yang akan merangsang
bergeraknya membrane basilaris. Membran basilaris yang akan menggerakan sel
rambut, dan akan menyebarkan impuls saraf untuk mendengar (Sherwood,
2012).
30
Sumber gambar : Atlas Anatomi Netter
4. Mekanisme pendengaran
Sebagaimana kita ketahui suara yang masuk ke dalam telinga kita di
hantarkan melalui suatu gelombang udara yang nantinya gelombang udara
tersebut masuk ke dalam telinga kita melewati pinna dan meatus auditorius
yang akhirnya akan sampai ke membran timpani dan menggetarkan membran
timpani. Getaran tersebut akan merambat ke tulang telinga tengah yaitu
malleus, inkus, dan stapes. Stapes nantinya akan bertindak sebagai pemukul
yang akan memukul jendela oval sehingga ia menggetarkan jendela oval
tersebut. Selanjutnya, getaran jendela oval tersebut akan menyebabkan
terjadinya gerakan cairan di dalam kokhlea sehingga menggetarkan membran
basilaris. Kemudian, akan menyebabkan menekuknya rambut di reseptor sel
rambut dalam organ Corti sewaktu getaran membran basilaris menggesar
rambut-rambut ini secara relatif terhadap membran tektorium di atasnya
yang berkontak dengan rambut tersebut. Selanjutnya, akan terjadi
perubahan potensial aksi berjenjang dan apabila terjadi perubahan frekuensi
potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius makan akan menyebabkan
perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak
untuk persepsi suara (Sherwood,2012).
Gelombang suara yang masuk ke telinga tersebut akan diterima oleh
serabut saraf dari ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis
dan ventralis yang terletak pada bagian atas medula. Pada titik ini, semua
serabut sinaps, dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang
berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Dari
sini, jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial dan akhirnya ke radiasio
auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada girus superior 30
lobus temporalis. Selain itu, jaras ini juga berlanjut sampai sisi lateral lobus
temporalis pada korteks insularis dan bahkan ke bagian lateral dari
operkulum parietalis yang merupakan korteks auditori skunder (Guyton and
Hall, 2012).
Langkah-langkah dari mekanisme pendengaran terdiri dari 8 langkah, yaitu:
30
BAB III
PENUTUP
3. 1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kecil yang telah kami laksanakan
kami dapat mengambil kesimpulan bahwa mata dan telinga adalah salah
satu bagian dari sistem sensorik khusus. Dimana, masing-masing menerima
impuls berupa gelombang cahaya sedangkan telinga menerima impuls
berupa gelombang suara yang dihantarkan melalui udara. Setiap sensorik
ini masing-masing di kontrol oleh sistem saraf baik sistem saraf tepi
maupun sistem saraf pusat juga sistem saraf otonom. Apabila bila ada
gangguan baik pada struktur anatomi, fisiologis maupun pengontrolnya
maka mata dan telinga akan mengalami gangguan dalam mempersepsikan
apa yang kita lihat maupun apa yang kita dengar karena mereka adalah
satu kesatuan yang saling berkerjasama untuk melaksanakan fungsinya
yaitu melihat dan mendengar.
3.2. SARAN
Mata dan telinga adalah salah satu organ yang sangat penting bagi
kita sehingga kita sebaiknya menjaga dan melindungi serta menghindari
akan segala sesuatu yang bisa menganggu ia dalam menjalankan fungsinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ebook Netter Atlas Anatomi Edisi 4.
Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih
bahasa: Brahmn U. Pendit. Jakarta: EGC.
30