Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 6 SISTEM NEUROMUSKULOSKELETAL


MODUL 3 SENSORIK KHUSUS

Disusun oleh : Kelompok 1


Ahmad Rizki A. NIM.1210015039
Azalia Mentari NIM.1210015042
Bara Al-Ayuby W. NIM.1110015028
Dini Kamilah Islami NIM.1210015060
Dyah Anugrah Pratama NIM. 1210015018
Ida Farida NIM. 1210015019
Izzati Nurmaya Sari NIM. 1210015006
Maria Sondang NIM.1210015005
Rahmalia Usdini NIM.1210015083
Simanjuntak, Mayro NIM.1210015080
Suhana NIM.1210015041

Tutor : dr. Cisca Nelwan, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai sensorik khusus
dengan judul skenario “Main Kerincingan”.

Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami,
lengkap dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh
kelompok kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu kami dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertama, kami
berterima kasih kepada dr. Cisca Nelwan, M.Kes selaku tutor kami yang telah
dengan sabar menuntun kami selama proses DKK. Dan kami juga berterima kasih
kepada drg. Sinar Yani, M.kes selaku koordinator pembimbing DKK Blok 6. Terima
kasih pula kami ucapkan atas kerja sama rekan sekelompok di Kelompok I. Tidak
lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.

Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia.
Oleh sebab itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di
kemudian hari. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai
referensi atau perkembangan pengetahuan.

Hormat Kami,

30
Kelompok 1

DAFTAR ISI
Halaman judul.......................................................................................................................
1

Kata pengantar .....................................................................................................................


2

Daftar isi...............................................................................................................................
3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang-----------------------------------------------------------------------------------------
4
1.2 Manfaat Penulisan-----------------------------------------------------------------------------------
4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Skenario.......................................................................................................................
5

2.2 Step 1...........................................................................................................................


5

2.3 Step 2 ..........................................................................................................................


6

2.4 Step 3...........................................................................................................................


6

2.5 Step 4...........................................................................................................................


9

2.6 Step 5...........................................................................................................................


30
10

2.7 Step 6...........................................................................................................................


10
2.8 Step 7...........................................................................................................................
10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
40

3.2 Saran..........................................................................................................................
40

Daftar Pustaka.......................................................................................................................
41

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Melihat dan mendengar adalah salah satu anugerah terindah yang di


karuniakan oleh sang pencipta kita yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa melihat
dan mendengar kehidupan kita seperti tiada artinya hanya penuh kehampaan
dan kesunyiaan. Pernahkah kita berfikir mengapa kita bisa melihat dan mengapa
kita bisa mendengar. Pernahkah kita berfikir akan siapa yang mengaturnya dan
apa pentingnya dari pengaturan tersebut, serta bagaimana jika ada gangguan
pada anatomi maupun pengontrolnya?. Ia tanpa kita sadari ternyata melihat dan
mendengar itu tak semudah yang kita bayangkan karena prosesnya panjang dan
penuh koordinasi dengan pusat-pusat yang lebih tinggi yaitu sistem saraf pusat
30
yang apabila ada gangguan di setiap jalur atau prosesnya maka kemampuan
melihat dan mendengar kita pun akan terganggu.
1.2. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari pembelajaran ini adalah agar mahasiswa dapat


mengeri dan mampu menjelaskan mengenai fisiologi sensorik khusus yaitu
proses melihat dan mendengar sehingga apabila sudah memahami mengenai hal
ini maka akan memudahkan mahasiswa dalam mempelajari phatofisiologi yang
mungkin terjadi pada proses melihat dan mendengar nantinya.

BAB II
PEMBAHASAN

SKENARIO
MAIN KERINCINGAN

Wiwin mahasiswa kedokteran sangat senang bermain dengan Pandu adiknya


yang berusia 1 tahun. Setiap pulang dari kampus wiwin menyempatkan diri untuk
menemani adiknya bermain. Ia begitu senang manatap mata adiknya yang
memiliki iris kecokelatan dan sklera yang putih besih. Hari itu, sepulang kuliah ia
menggoda pandu dengan membunyikan kerincingan di telinga kanan dan kirinya
secara bergantian. Wiwin memperhatikan bahwa setiap kali kerincingan
dibunyikan di salah satu telinga maka adiknya akan melirik kesisi yang sama.
30
Apabila kerincingannya dibunyikan di belakang kepala maka adiknya akan
menolehkan kepala untuk melihat kerincingan tersebut. Wiwin gemas dengan
tingkah adiknya yang lucut dan mencubit pipinya.
STEP I
1. Iris
Bagian tengah mata yang mengatur cahaya yang masuk dimana saat gelap
ia akan menaikkan masukan cahaya sedangkan pada saat terang ia akan
menurunkan masukan cahaya. Selain itu, iris juga berfungsi mengubah pupil
dan menentukan warna mata.
2. Sklera
Lapisan terluar mata yang membentuk bagian putih mata yang juga
merupakan jaringan ikat. Skelera berwarna putih dan keras dan menutupi 5/6
bagian posterior mata.

STEP II
1. Mengapa warna iris pada mata adiknya berwarna coklat ?
2. Bagaimana Wiwin bisa melihat warna mata adiknya?
3. Kenapa adiknya bisa merespon terhadap kerincingan dengan lirikan?
4. Kenapa adinya bisa menoleh kebelakang untuk mencari sumber suara?
5. Apakah ada kerjasama antara penglihatan dan pendengaran dalam
mendeteksi benda?
6. Bagaimana proses mendengar?

STEP III

1. Warna iris adiknya berwarna kecoklatan disebabkan oleh adanya iris. Dimana
iris adalah cincin otot yang mengandung pigmen warna yang disesuaikan
30
dengan gen kita dimana ia akan berubah sesuai dengan gen kita. Namun,
warna dasar iris adalah berwarna kecoklatan yang akan berubah sesuai suku,
ras dan genetik kita.
2. Hal ini karena, pada mata kita mengandung dua jenis sel yaitu sel batang dan
sel kerucut. Dengan masing-masing satu fotopigmen di sel batang dan 3
fotopigmen di sel kerucut. Keempat fotopigmen ini menyerap panjang
gelombang sinar yang berbeda-beda. Rodopsin, fotopigmen sel batang
menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak khususnya memberikan
bayangan abu-abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas bukan
perbedaan warna. Sedangkan fotopigmen di ketiga jenis sel kerucut adalah
sel kerucut merah, hijau, dan biru yang berespon terhadap berbagai panjang
gelombang cahaya, yang menyebabkan ia bisa melihat warna pada iris
adiknya, juga dapat melihat warna dalam proses melihat (Sherwood, 2012).
Adapun mekanisme melihat adalah dimulai dengan masuknya gelombang
cahaya ke mata kita bagian fotoresptor yang nantinya akan menyebabkan
fotopigmen di mata kita teraktivasi. Dengan pengaktifan fotopigmen ini
nantinya akan mengaktifkan potensial reseptor yang apabila berada pada
batas ambang potensial akan menyebabkan terjadinya potensial aksi yang
nantinya akan menjalarkan impuls ke pusat penglihatan untuk persepsi
penglihatan. Selain itu, dengan pengaktivan fotopigmen ini juga akan
mengaktifkan transdusin yaitu suatu tumpukan lempeng membranosa yang
mengandung banyak molekul-molekul fotopigmen yang peka terhadap
cahaya. Selanjutnya, transdusin akan mengaktifkan banyak molekul
fosfodiesterase. Fosfodiesterase akan segera menghidrolisis banyak molekul
cGMP yang nantinya akan menyebabkan penutupan kanal natrium yang akan
menyebabkan hiperpolarisasi membran yang menyebabkan teraktivasinya
potensial reseptor. Penutupan kanal natrium ini kan diikuti dengan
penutupan kanal kalsium yang menyebabkan penurunan pelepasan
transmitter inhibitorik pada sel bipolar sehingga sel bipolar tereksitasi yang
30
akan menyebabkan terjadinya perubahan potensial berjenjang di sel bipolar.
Jika besarnya cukup untuk membawa sel ganglion ke ambang maka akan
menyebabkan terjadinya potensial aksi di sel ganglion dan akan menyebabkan
terjadinya perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di lobus
oksipitalis otak untuk persepsi penglihatan (Sherwood, 2012).
3. Adiknya bisa merespon terhadap bunyi kerincingan tersebut karena adanya
stimulus berupa gelombang udara yang masuk ke telinganya yang nanti akan
melewati beberapa beberapa tahapan yang akhirnya akan di proses di pusat
pendengaran sebagai persepsi pendengaran. Selain itu, hal ini juga
disebabkan pada mata terdapat beberapa otot mata yang mengerakkan bola
mata sebagai respon terhadap bunyi tersebut utnuk mencati sumber bunyi
tersebut. Adapun otot tersebut adalah rektus lateralis dan rektus medialis.
4. Hal ini karena, adanya ketertarikannya pada bunyi tersebut sehingga mencari
dimana sumber bunyi tersebut. Terdapat dua prinsip utama dalam penentuan
sumber arah suara yaitu pertama, perbedaan waktu antara masuknya suara
ke dalam satu telinga dan masuknya dalam telinga yang lain, dan kedua,
intensitas suara dalam kedua telinga. Mekanisme pertama berfungsi paling
baik untuk frekuensi di bawah 3000 siklus perdetik, dan mekanisme kedua
bekerja paling baik pada frekuensi yang lebih tinggi karena kepala bertindak
sebagai sawar suara yang baik pada frekuensi-frekuensi ini. Mekanisme
perbedaan waktu dalam menentukan arah lebih tepat daripada mekanisme
intensitas, karena mekanisme ini tidak bergantung pada faktor-faktor
eksternal hanya bergantung pada interval waktu. Tambahan pula, terdapat
peran dari saraf untuk mendeteksi arah duara yaitu oleh nukleus olivarius
superir dimana ia di bagi menjadi dua yaitu nukleus olivaris superior medial
yang mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu
antara sinyal akustik yang memasuki telinga. Dan yang kedua adalah nukleus
olivarius superior lateral yang bertanggungjawab untuk mendeteksi arah
sumber suara melalui perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua
30
telinga dan mengirimkan sinyal ke korteks auditorik untuk memperkirakan
arahnya (guyton and Hall, 2012).
Selain itu, kita juga dapat menentukan sumber suara melalui struktur dari
telinga kita yang mampu menangkap gelombang suara yang ada disekitar kita
yang nantinya akna di teruskan sepanjang meatus telinga kita untuk
dipersepsikan sebagai bunyi apa yang sedang kita dengar.
5. Rangsangan berupa suara yang kita dengar juga nantinya akan berpengaruh
pada korteks penglihatn kita yaitu korteks occipitalis sehingga ia turut
memprediksikan suara paa yang sedang kita dengar dan di bantu dengan
melihat arah sumber suara tersebut.
6. Adapun mekanisme mendengar adalah sebagai berikut :
a. Masuknya gelombang udara ke aurikula,
b. Nantinya akan menyebabkan terjadinya getaran pada tulang telingah
tengah yaitu maleus, inkus, dan stapes,
c. Menyebabkan jendela oval bergetar,
d. Dan menyebabkan cairan di dalam koklea bergerak,
e. Yang menyebabkan membran basilaris bergetar,
f. Sehingga menyebabkan menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalm
organ Corti sewaktu getaran membran basilaris menggeser rambut-
rambut ini secara relatif terhadap membran tektorium diatassnya yang
berkontak dengan rambut tersebut,
g. Kemudian, terjadinya potensial aksi berjenjang di sel reseptor,
h. Akan menyebabkan terjadinya perubahan frekuensi potensial aksi yang
dihasilkan di saraf auditorius,
i. Sehingga menyebabkan terjadinya perambatan potensial aksi ke korteks
auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara.

STEP IV
30
Mind Mapping

STEP V Learning Objective

Adapun learning objektive yang harus di capai dalam modul ini adalah mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan mengenai :
1. Anatomi dan fisiologis mata
2. Mekanisme-mekanisme :
a. Mekanisme refraksi
b. Mekanisme akomodasi 30

c. Mekanisme kontraksi dan dilatasi pupil


d. Mekanisme jalur penglihatan
3. Anatomi dan fisiologi telinga
4. Mekanisme pendengaran.

STEP VI
Pada step ini, kami mempersiapkan diri untuk DKK 2 nanti. Dimulai pada hari
Senin, 13 Mei 2013 sampai hari Rabu, 15 Mei 2013.

STEP VII
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi mata.

Mata merupakan struktur lunak sebagai organ pertama penangkap


cahaya untuk melihat. Oleh karena itu, mata harus benar-benar dilindungi
dari cedera. Ada beberapa mekanisme protektif yang melindungi mata dari
cedera (Sherwood, 2012).

30
Kecuali di bagian anteriornya, mata dilindungi oleh tulang berbentuk
kantung tempat mata berada, yaitu os orbital. Di bagian anterior, mata
dilindungi oleh kelopak mata. Kelopak mata bekerja sebagai penutup untuk
melindungi mata pada keadaan yang mengancam, seperti benda yang datang
terlalu cepat, situasi ketika mata terpajam, bulu mata tersentuh, atau sinar
yang terlalu menyilaukan (Sherwood, 2012).

Di dalam mata juga terdapat air mata yang dihasilkan oleh kelenjar 30

lakrimal. Dengan mengedipkan mata, air mata akan menyebar merata ke


seluruh bagian mata. Air mata dapat berperan sebagai bakterisidal, pelumas,
dan pembersih. Kelenjar lakrimal merupakan kelenjar yang berada di sudut
lateral atas di bawah kelopak mata. Cairan pencuci mata ini akan mengalir di
atas permukaan anterior mata, kemudian menuju keluar melalui saluran-
saluran halus di sudut mata untuk akhirnya sampai ke bagian belakang
saluran hidung. Sistem drainase ini tidak dapat mengatasi pengeluaran air
mata yang berlebihan saat menangis sehingga air mata akan keluar ke
kelopak mata (Sherwood, 2012).

30
Selain proteksi dengan cara-cara di atas, mata juga dilengkapi dengan bulu
mata. Bulu mata bersifat protektif untuk menangkap kotoran halus di udara,
misalnya debu sebelum masuk ke mata (Sherwood, 2012).
Mata memiliki banyak komponen kompleks yang saling bekerja sama dan
berintegrasi satu sama lain untuk menghasilkan penglihatan, hingga akhirnya
dipersepsikan di otak sebagai suatu gambaran yang sesuai dengan yang
dilihat.
Komponen tersebut adalah sebagai berikut (Sherwood, 2012).
No Organ Lokasi Fungsi

1 Sklera Lapisan luar mata Selubung jaringan ikat protektif yang


yang kuat membentuk bagian putih mata yang
terlihat, di sebelah anterior
membentuk kornea

2 Koroid Lapisan tengah mata Berpigmen untuk mencegah


pembuyaran berkas sinar di mata,
mengandung pembuluh darah yang
memberi nutrisi pada retina; di
sebelah anterior membentuk iris dan
badan silliaris

3 Retina Lapisan paling dalam Mengandung fotoreseptop yang


mata terdiri dari sel batang dan kerucut

4 Kornea Lapisan paling luar Berperan paling besar dalam refraksi


yang jernih karena mata
tidak bervaskularisasi
di anterior mata

5 Lensa Antara humor Berperan dalam variasi kemampuan


aquosus dan humor refraksi selama akomodasi
vitreus, melekat ke
otot siliaris melalui
ligamentum
suspensorium 30

6 Pupil Lubang bundar Mengatur jumlah cahaya yang masuk


anterior di tengah iris ke mata

7 Iris Cincin otot yang Mengubah-ubah ukuran pupil dengan


berpigmen dan cara kontraksi, dan berperan dalam
terlihat di dalam memberi warna pada mata karena
humor aquosus mengandung sel melanosit, semakin
banyak melaninnya maka warna mata
Terdiri dua oto tpolos
akan semakin gelap.
yaitu sirkular
(konstriktior) dan otot Dipersarafi oleh sistem saraf otonom
radial (dilator) yaitu parasimpatis (otot sirkular) dan
simpatis (otot radial).

8 Humor Aquosus Di antara kornea Cairan encer yang jernih, yang terus
dengan lensa, dalam menerus dibentuk untuk nutrisi
anterior chamber kornea dan lensa

9 Humor Vitreus Antara lensa dan Cairan yang menyerupai gel karena
retina setengah cair, berfungsi untuk
mempertahankan bentuk bulat dari
mata

10 Sel Bipolar Lapisan tengah sel Penting pada pemrosesan cahaya di


saraf di retina retina

11 Sel Ganglion Lapisan dalam sel-sel Penting dalam pemrosesan cahaya di


saraf di retina retina, sel ganglion akan membentuk
nervus optikus

12 Sel Kerucut Fotoreseptor pada Berperan dalam penglihatan warna-


lapisan terluar retina warni yang tajam, juga penglihatan di
siang hari

13 Sel Batang Fotoreseptor pada Berperan dalam penglihatan hitam-


lapisan terluar retina putih dan malam serta memiliki
sensitivitas yang tinggi

14 Diskus Optikus Titik di retina, sedikit Jalan keluar nervus optikus dan
30
ke tepi tempat pembuluh darah
keluarnya nervus
optikus, dan tidak
mengandung
fotoreseptor

15 Fovea Bagian tengah retina Daerah dengan ketajaman tinggi

16 Makula lutea Daerah tepat di tepi Banyak mengandung sel kerucut


fovea sehingga memiliki ketajaman yang
tinggi

17 Badan Siliaris Turunan khusus di Menghasilkan humor aquosus dan


anterior lapisan mengandung otot siliaris
koroid, membentuk
cincin mengitari tepi
luar lensa

18 Otot Siliaris Komponen otot yang Penting dalam akomodasi mata


melingkar di korpus
siliaris, melekat pada
lensa melalui
ligamentum
suspensorium

19 Ligamentum Antara otot siliaris Penting dalam akomodasi mata


Suspensorium dan lensa mata

20 Nervus Optikus Keluar dari mata Merupakan bagian pertama dari jalur
lewat diskus optikus penglihatan ke otak

30
Penampang horizontal bola mata (Atlas Anotomi Netter)

Lensa mata dan pendukungnya (Atlas Anatomi Netter)

30
Bola mata dapat digerakkan dengan bantuan otot-otot mata (Atlas Anatomi
Netter).

30
Penjelasan lebih lanjut mengenai bagian mata yang paling berperan adalah
sebagai berikut.
Anatomi dari bola mata terdiri dari 3 bagian, yaitu:

1. Fibrous tunic
Terdiri dari bagian anterior kornea dan posterior sclera
Fungdi dari kornea itu sendiri yaitu untuk menutupi iris, transparan
dan bagian luarnya mengandung nonkreatinized stratified squamous
epithelium. Pada bagian medial terdapat jaringan kolagen dan fibroblast
30
dimana ada fungsi untuk menerima oksigen.
Sclera tersusun atas jaringan ikat padat yang terdiri dari serat klagen
dan fibroblast yang berfungsi untuk melindungi seluruh bagian bola mata
(kecuali kornea) dan bagian dalam. Selain itu, berfungsi juga untuk
memberikan bentuk mata. Sclera ini memiliki sinus yaitu scleral venous
sinus (canal of schlemm) yang terdapat antara sclera dan kornea. Disini
juga terdapat cairan aqueous humor (Tortora, 2006).
2. Vascular Tunic, ada 3 bagian yaitu:
- Coroid
Mempunyai vaskularisasi yang banyak dan terdapat jaringan
melanosit yang berfungsi untuk menyerap cahaya dengan mengurangi
refleksi dan sebaran cahaya ke daerah lain sehingga cahaya tepat
diteruskan di retina. Pada keadaan albino, tidak terdapat sedikit pun
melanin yang menyebabkan matanya berwarna merah akibat dari
pembuluh darah yang terpajan oleh sinar (Tortora, 2006).
- Badan siliar
Perpanjangan dari osserata yang juga berwarna cokelat tua
sampai hitam karena mengandung melanosit. Adanya serat zonular
atau yang disebut juga sebagai ligament suspensorium yang
menempelkan badan siliar ke lensa (Tortora, 2006).
Terdapat muskulus siliar yang berfungsi untuk kontraksi maupun
relaksasi yang akan mengubah zonular fibers (Tortora, 2006).
- Iris
Berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang membantu kerja dari
pupil. Terdiri atas melanosit yang mengandung melanin sehingga
warna iris mata seseorang tergantung dari konsentrasi melanin yang
dimiliki. Sebagai contoh, iris biru disebabkan konsentrasi yang renah,
iris hjau disebabkan karena konsentrasi melanin sedang dan iris warha
coklat tua sampai hitam disebabkan banyaknya konsentrasi melanin
yang dimiliki (Tortora, 2006).
- Pupil
Pupil seseorang berwarna hitam dkarenakan banyaknya
pigmentasi yang di miliki. Fenomena “Red Eye” terjadi akibat cahaya
30
terang yang diteruskan ke dalam pupil, refleksi cahayanya adalah
merah karena dari pembuluh darah yang terdapat di permukaan
retina. Inilah alas an mengapa mata seseorang terlihat merah di dalam
foto ketika sebuah cahaya terang langsug diteruskan ke pupil (Tortora,
2006).
Dalam pengaturan cahaya yang dimasuk dibantu oleh sistem
saraf central yaitu saraf otonom yang terdiri dari saraf parasimpatis
untuk muskulus circular pada cahaya terang dan saraf simpatis yang
menstimulasi muskulus radial (Tortora, 2006).

3. Retina

Lapisan retina terdiri dari lapisan pigmen yang terdapat sel epitel melanin
antara koroid dan bagian neural retina
yang berfungsi untuk menyerap
cahaya.
Lapisan yang lain adalah lapisan neural
yang terdiri dari 3 layer yaitu:
1. Fotoreseptor layer yang terdiri dari sel
batang dan sel kerucut (Tortora,
2006).
2. Bipolar cell layer yang terdapat sel
horizontal dan sel amakrin yang berfungsi untuk memodifikasi sinyal
yang dihantarkan dari fotoreseptor ke bipolar kemudian ke ganglion
(Tortora, 2006).
3. Macula lutea , Spot flat kecil yang berwarna kuning berfungsi untuk
visual axis mata (Tortora, 2006).
4. Central Fovea, merupakan bagian kecil dekat macula lutea yang hanya
mengandung sel kerucut. Sebagai tambahan, bagian lapisan bipolar
dan sel ganglion yang cahayanya menyebar ke beberapa daerah,
menggantikan ke perifer central fovea. Kesimpulannya, central fovea
adaalh area dengan ketajaman visual atau resolusi. Alas an utama
30
mengapa kita menggerakkan kepala dan mata ketika melihat sesuatu
untuk menempatkan gambar di central fovea (Tortora, 2006).

- Lensa
Dibelakang pupil dan iris terdapat lensa. Protein yang disebut
sebagai crystallins menyusun lapisan seperti bawang yang membuat
lensa yang normalnya transparan dan tidak terdapat pembuluh darah.
Lensa melingkupi jaringan ikat transparan dan tetap pada posisinya
karena zonular fibers yang menempel pada proses siliar. Lensa
membantu memfokuskan gambaran di retina untuk penglihatan yang
jelas (Tortora, 2006).

2. Me
kan
ism
e-

mekanisme :
a. Mekanisme refraksi
Refraksi atau pembiasan adalah pembelokkan berkas sinar pada
bidang peralihan yang miring. Dimana, derajat pembiasan akan meningkat
sesuai dengan (1) rasio indeks bias dari kedua media transparan dan (2)
derajat kemiringan antara bidang peralihan dan permukaan gelombang
yang datang (Guyton and Hall, 2012).
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media 30
transparan lain misalnya air dan kaca. Cahaya yang merambat melalui
udara dengan kecepatan 300.000 km/detik. Ketika masuk ke suatu
medium dengan densitas tinggi, berkas cahaya melambat, serta arah
berkas merambat dapat berubah jika cahaya tersebut mengenai
permukaan medium baru dalam sudut yang tidak tegak lurus (Sherwood,
2012).
Seperti pada gambar dibawah : ( a )

30
Sumber gambar : Sherwood, 2012

Pada permukaan melengkung, ketika suatu berkas cahaya mengenai


permukaan lengkung suatu benda dengan densitas lebih besar maka arah
refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Seperti gambar di atas (b)
(Sherwood, 2012).
Terdapat dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif
mata adalah kornea dan lensa.
a) Kornea : berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata
karena perbedaan dalam densitas pada pertemuan udara-kornea jauh
lebih besar daripada perbedaaan densitas antara lensa dan cairan di
sekitarnya. Kemampuan refraktif kornea seseorang tidak berubah,
karena kelengkungan kornea tidak berubah (Sherwood, 2012).
b) Lensa : berperan unntuk melihat dekat dan jauh. Kemampuan refraktif
lensa seseorang dapat berubah-ubah dengan mengubah
kelengkungannya sesuai kebutuhan untuk melihat dekat atau jauh.
System lensa mata terdiri atas 4 perbatasan refraksi yaitu :
a. Perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara.
b. Perbatasan antara permukaan posterior kornea dan humor
aquosus.
c. Perbatasan antara humor aquosus dan permukaan anterior lensa
mata.
d. Perbatasan antara permukaan posterior lensa dan humor vitreous

Terdapat dua jenis lensa dasar yaitu konveks dan konkaf dimana,
ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung suatu
benda dengan densitas lebih besar maka arah refraksi bergantung
pada sudut kelengkungan. Permukaan konveks atau cembung
menyebabkan konvergensi berkas sinar, membawa berkas-berkas
tersebut lebih dekat satu sama lain menuju ke titik fokus. Sedangkan, 30
permukaan konkaf membuyarkan sinar atau yang disebut dengan
divergensi (Sherwood, 2012).
30
Sumber gambar : Sherwood, 2012
b. Mekanisme akomodasi
Akomodasi adalah Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa,
dimana kekuatan lensa tergantung bentuknya yang dikendalikan oleh otot
siliaris (Sherwood, 2012).
Otot siliaris adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur khusus
lapisan koroid bagian anterior suatu cincin yang melingkari otot polos
yang melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium. Badan siliaris
memiliki 2 komponen utama yaitu otot siliaris dan anyaman kapiler yang
menghasilkan humor aquosus (Sherwood, 2012).

Pengaturan akomodasi oleh Saraf Parasimpatis.

Otot siliaris hampr seluruhnya diatur oleh sinyal saraf parasimpatis


yang dijalarkan ke mata melalui saraf cranial III dai nucleus saraf III pada
batang otak. Perangsangan saraf parasimpatis menimbulkan kontraksi
30
kedua set serabut otot siliaris, yang akan mengendurkan ligament lensa,
sehingga menyebabkan lensa menjadi semakin tebal dan meningkatkan
daya biasnya. Dengan meningkatkan daya bias mata mampu melihat
objek lebih dekat dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibat
mendekatnya objek ke arah mata, implus saraf parasimpatis ke otot
siliaris harus ditingkatkan secara progresif agar objek dapat terlihat lebih
jelas. Perangsangan simpatis juga memberi efek pada relaksasi otot siliaris
tetapi efek ini sangat kecil bahkan hampir tidak berperan (Sherwood,
2012).

Ketika otot siliar melemas, ligamentum suspensorium akan


menenggang mengakibatkan ia menarik lensa menjadi bentuk gepeng
sehingga ia kurang refraktif. Namun, sewaktu otot ini berkontraksi,
kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum suspensorium
berkurang sehingga lensa menjadi bulat karena elastisitas inherennya
menyebabkan peningkatan kelengkungan lensa sehingga meningkatnya
kekuatan lensa dan lebih membelokkan sinar (Sherwood, 2012).

c. Mekanisme kontraksi dan dilatasi pupil


Pengaturan dilatasi dan kontraksi pupil diatur oleh sistem saraf
otonom, yaitu parasimpatis dan simpatis. Perangsangan dari parasimpatis
merangsang otot sfinter pupil, sehingga memperkecil celah pupil, yang
disebut sebagai miosis. Serabut preganglion parasimpatis muncul dari
nukleus Edinger-Westphal (bagian nukleus visceral saraf ketiga) dan
kemudian berjalan dalam saraf ketiga ke ganglion siliaris, yang terletak
tepat dibelakang mata. Disini, serabut preganglion bersinaps dengan sel
saraf parasimpatis postganlionik yang kembali mengirimkan serabut-
serabut melalui nervus siliaris kedalam bola mata. Nervus ini merangsang
otot siliaris dan sfingter iris (Guyton, 2006).
30
Perangsangan dari
saraf simpatis
mengakibatkan serabut
radial iris terangsang dan menimbulkan dilatasi pupil yang disebut
midriasis. Persarafan simpatis mata berasal dari dalam sel kornu
intermediolateral segmen thorakal pertama medulla spinalis. Serabut
simpatis memasuki rantai simpatis dan berjalan keatas ke ganglion
servikalis superior, tempat sserabut simpatis tersebut bersinaps dengan
sel saraf postganlionik. Serabut simpatis postganglionic kemudian
menyebar sepanjang permukan arteri karotis dan berturut-turut dari
arteri yang kecil sampai serabut saraf tersebut mencapai mata. Serabut
simpatis ini memepersarafi serabut radial iris (Guytom, 2006).

Refleks cahaya pupil

Jika terjadi penyinaran berlebihan yang memasuki mata, maka cahaya


akan diteruskan ke retina. Dari sini akan terjadi impuls sekunder berjalan
ke nukleus Edinger-Westphal dan akhirnya kembali melalui saraf
parasimpatis untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Sebaliknya, dalam
keadaan gelap, refleks ini dihambat sehingga mengakibatkan dilatasi pupil
(Guyton, 2006).

d. Jalur penglihatan.
Fungsi utama mata adalah memfokuskan berkas cahaya dari
lingkungan ke sel batang dan sel kerucut, sel fotoreseptor retina.
Fotoresptor mengubah energy cahaya menjadi sinyal listrik untuk
ditransmisikan ke SSP. Bagian retina yang megandung fotoreseptor
merupakan kelanjutan dari SSP. Selama perkembangan mudigah sel sel
retina mundur dari system saraf dan menyebabkan lapisan-lapisan retina
menghadap ke belakang. 30
Bagian saraf dari retina memiliki 3 lapisan sel peka rangsang seperti
pada gambar dibawah :

30

Sumber gambar : Sherwood, 2012


1. Lapisan paling luar (paling dekat dengan koroid) mengandung sel
batang dan sel kerucut, yang ujung-ujung pekanya menghadap ke
koroid menjauhi sinar datang (Sherwood, 2012).
2. Lapisan tengah sel bipolar, berfungsi menjalarkan sinyal secara
vertikal dari sel batang, sel kerucut, dan sel horizontal ke lapisan
pleksiform dalam tempat sel-sel itu bersinaps dengan sel ganglion dan
sel amakrin (Guyton and Hall, 2012).
3. Lapisan dalam sel ganglion, berfungsi menjalarkan sinyal keluar dari
retina melalui saraf optik ke dalam otak (Guyton and Hall, 2012).

Sinar harus melewati sel ganglion dan bipolar sebelum mencapai


fotoreseptor di semua bagian retina kecuali di fovea. Di fovea yaitu
ckungan seukuran pentul jarum yang terletak tepat ditengah retina.
Lapisan sel ganglion dan bipolar tersisih ke tepi sehingga cahaya langsung
mengenai fotoreseptor.

Fotoreseptor terdiri dari 3 bagian :

1. Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata,


menghadap koroid. Bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya
2. Segmen dalam, terletak dibagian tengah fotoreseptor. Bagian ini
mengandung perangkat metabolik sel.
3. Terminal sinaps, terletak paling dekat dengan bagian anterior mata,
menghadap ke sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang
dihasilkan fotoreseptor karena stimulasi cahaya ke sel-sel selanjutnya
diluar jalur penglihatan (Sherwood, 2012).

Setiap retina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor, dan lebih dari
1 milyar molekul fotopigmen yang terkemas di dalam segmen luar setiap
fotoreseptor. Fotopigmen mengalami perubahan kimiawi ketika diaktifkan 30
oleh sinar. Dimana ketika cahaya memicu fotopigmen yang kemudian
menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya
menghasilkan potensial aksi. Potensial aksi ini akan menyalurkan
informasi ini ke otak untuk pemprosesan visual (Sherwood, 2012).

Talamus dan korteks penglihatan menguraikan pesan visual.

Penghentian pertama di otak untuk informasi di jalur penglihatan adalah


nukleus genikulatum lateral di thalamus. Bagian ini memisahkan informasi
yang diterima dari mata dan menyalurkan melalui berkas-berkas yang
dikenal sebagai radiasi optik ke berbagai daerah di korteks, yang masing
masing memproses berbagai aspek dari rangsangan penglihatan.

Secara struktural adapun jalur-jalur penglihatan adalah sebagai berikut :


Jaras penglihatan secara kasar dapat dibagi menjadi sistem baru dan
sistem primitive. Sistem baru adalah sistem yang menyalurkan penjalaran
sinyal penglihatan secara langsung menuju korteks penglihatan yang
terletak di lobus occipitalis. Sedangkan sistem primitive melakukan
penjarasan ke otak tengah dan dasar otak depan (Guyton,2006).

Sinyal saraf penglihatan


yang meninggalkan retina
pada sistem baru melalui
nervus optikus akan
bersilangan di kiasma
optikum. Serabut-serabut
nervus optikus dari bagian
nasal retina menyeberangi
garis tengah, tempat dimana
serabut nervus optikus akan
bergabung dengan serabut-serabut yang berasal dari bagian temporal 30

retina mata yang lain sehingga terbentuklah traktus optikus. Serabut-


serabut dari setiap traktus optikus bersinaps di nukleus genikulatum
lateralis dorsalis pada thalamus. Dari sini serabut-serabut
genikulokalkarina berjalan melalui radiasi optikus (traktus
genikulokalkarina) menuju korteks penglihatan primer yang terletak di
sulcus kalkarina lobus oksipitalis (Guyton, 2006).

Serabut penglihatan yang melalui beberapa daerah sistem primitive


adalah sebagai berikut: (1) dari traktus optikus menuju nukleus
suprakiasmatik di hipotalamus, yang memungkinkan untuk pengaturan
irama sirkardian yang akan mensinkronkan berbagai perubahan fisiologis
tubuh dengan siang dan malam; (2) ke nuclei pretektalis di otak tengah,
untuk mendatangkan gerakan refleks agar mata dapat difokuskan kearah
objek yang penting dan untuk mengaktifkan refleks pupil terhadap
cahaya; (3) ke kolikulus superior, untuk mengatur gerakan arah kedua
mata yang cepat; (4) menuju nukleus genikulatum lateralis ventralis pada
thalamus dan daerah basal otak sekitarnya, yang fungsinya untuk
membantu mengendalikan beberapa fungsi sikap tubuh (Guyoton, 2006).

Korteks Primer dan Sekunder

Korteks penglihatan terbagi menjadi korteks penglihatan primer dan


korteks penglihatan sekunder, seperti korteks sistem sensorik yang lain.
Korteks penglihatan primer terletak pada area fisura (sulcus) kalkarina,
yang meluas kearah depan dari ujung oksipital pada bagian medial setiap
korteks oksipital. Sinyal-sinyal dari daerah macula retina berakhir didekat
ujung oksipital. Korteks penglihtan primer juga disebut sebagai Area
Penglihatan I atau korteks striata (Guyton, 2006).

30
Area penglihatan sekunder disebut juga area asosiasi penglihatan,
terletak disebelah lateral, anterior, superior, dan inferior terhadap korteks
penglihatan primer. Sebagian besar daerah ini juga melipat kearah luar
melewati permukaan lateral korteks oksipitalis dan korteks parietalis.
Sinyal sekunder yang dijalarkan ke daerah ini digunakan untuk
menganalisis arti penglihatan. Sebagai contoh, semua sisi korteks
penglihatan primer merupakan Area 18 Brodmann, yang merupakan
tempat sesungguhnya bagi semua sinyal yang berasal dari korteks
penglihatan primer untuk lewat. Oleh karena itu, Area 18 Brodmann
disebut Area penglihatan II (V-2) (Guyton,2006).

3. Anatomi dan fisiologi telinga


Telinga manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu telinga bagian luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga),
meatus auditiva eksterna (saluran telinga), dan membrane timpani (gendang
telinga).

30
Pinna merupakan lapisan tulang rawan yang meninjol berlapiskan kulit
yang berfungsi mengumpulkan gelombang suara dan mengantarkannya ke
saluran telinga luar. Kemudian gelombang suara akan memasuki meatus
auditiva eksterna, yang dijaga oleh rambut-rambut halus. Kulit yang melapisi
saluran mengandung kelenjar keringat yang menghasilkan serumen. Serumen
adalah sekresi lengket yang menjebak partikel-partikel asing. Rambut halus
dan serumen membantu mencegah partikel udara mencapai bagian dalam
saluran telinga yang dapat menciderai membrane timpani dan mengganggu
pendengaran (Sherwood, 2012).

30
Membran timpani yang membentang merintangi pintu mesuk ke telinga tengah
akan bergetar saat terkena gelombang suara (Sherwood, 2012). Bagian dari
telinga luar dapat di lihat pada gambar berikut (Atlas Anatomi Netter).

30
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetarnya membrane timpani ke
cairan telinga dalam. Hal ini dibantu oleh tulang-tulang pendengaran yang
berjumlah 3 buah, yaitu malleus, inkus, dan stapes. Osikulus tersebut
membentang dalam teling tengah. Stapes merupakan tulang yang melekat pada
jendela oval (Sherwood, 2012).
Selain ketiga tulang tersebut, juga terdapat tuba eustachius atau tuba
auditiva yang berfungsi untuk menyamakan tekanan antara bagian luar
membrane timpani dengan bagian dalam membrane timpani. Apabila tidak
seimbang, maka seeorang akan merasakan sakit di telinga bahkan akan
mencederai membrane timpani. Misalnya saja pada orang yang sedang dalam
pesawat yang sedang terbang. Tuba eustachius berhubungan langsung dengan
faring (Sherwood, 2012).
Di bagian dalam, telinga mempunyai struktur yang disebut koklea. Koklea
terdiri dari 2 kompartemen cairan, yaitu skala media di bagian tengah, skala
vestibuli di bagian atas, dan skala timpani di bagian bawah. Skala vestibule dan
skala timpani mengandung perilimfe, sedangkan skala media mengandung
endolimfe. Pergerakan cairan pada kompartemen inilah yang akan merangsang
bergeraknya membrane basilaris. Membran basilaris yang akan menggerakan sel
rambut, dan akan menyebarkan impuls saraf untuk mendengar (Sherwood,
2012).

30
Sumber gambar : Atlas Anatomi Netter

4. Mekanisme pendengaran
Sebagaimana kita ketahui suara yang masuk ke dalam telinga kita di
hantarkan melalui suatu gelombang udara yang nantinya gelombang udara
tersebut masuk ke dalam telinga kita melewati pinna dan meatus auditorius
yang akhirnya akan sampai ke membran timpani dan menggetarkan membran
timpani. Getaran tersebut akan merambat ke tulang telinga tengah yaitu
malleus, inkus, dan stapes. Stapes nantinya akan bertindak sebagai pemukul
yang akan memukul jendela oval sehingga ia menggetarkan jendela oval
tersebut. Selanjutnya, getaran jendela oval tersebut akan menyebabkan
terjadinya gerakan cairan di dalam kokhlea sehingga menggetarkan membran
basilaris. Kemudian, akan menyebabkan menekuknya rambut di reseptor sel
rambut dalam organ Corti sewaktu getaran membran basilaris menggesar
rambut-rambut ini secara relatif terhadap membran tektorium di atasnya
yang berkontak dengan rambut tersebut. Selanjutnya, akan terjadi
perubahan potensial aksi berjenjang dan apabila terjadi perubahan frekuensi
potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius makan akan menyebabkan
perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak
untuk persepsi suara (Sherwood,2012).
Gelombang suara yang masuk ke telinga tersebut akan diterima oleh
serabut saraf dari ganglion spiralis Corti memasuki nukleus koklearis dorsalis
dan ventralis yang terletak pada bagian atas medula. Pada titik ini, semua
serabut sinaps, dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang
berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Dari
sini, jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial dan akhirnya ke radiasio
auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada girus superior 30
lobus temporalis. Selain itu, jaras ini juga berlanjut sampai sisi lateral lobus
temporalis pada korteks insularis dan bahkan ke bagian lateral dari
operkulum parietalis yang merupakan korteks auditori skunder (Guyton and
Hall, 2012).
Langkah-langkah dari mekanisme pendengaran terdiri dari 8 langkah, yaitu:

1. Aurikula meneruskan gelombang suara ke dalam kanal audiotorius


eksternal
2. Ketika gelombang suara mencapai membaran timpani, tekanan yang
tinggi maupun yang rendah menyebabkan membrane timpani
bergetar. Gelombang bergerak tetapi sangat kecil tergantung dari
intensitas dan frekuensi gelombang suara. Membran timpani bergetar
dengan respon lambat terhadap frekuensi lemah dan cepat terhadap
frekuensi tinggi (high-pitched)
3. Area sentral dari membrane timpani menghubungkan ke malleus
yang juga awal untuk bergetar. Getaran di transmisikan dari malleus
ke incus yang kemudian ke stapes.
4. Karena pergerakan yang maju mundur, itu mendorong membrane
dari jendela oval masuk dan keluar. Jendela oval bergetar sekitar 20
kali lebih banyak daripada membrane timpani karena efisiensi ossikle
mentransmisikan getaran kecil yang menyebar ke permukaan lebih
luas .
5. Pergerakan dari jendela oval menyebabkan terjadinya tekanan
gelombang cairan di pelimphe koklea. Karena jendela oval menuju ke
tonjolan, mendorong ke perilimphe skala vestibule.
6. Tekanan gelombang ditransmisikan dari skala vestibule ke skala
timpani dan secara bertahap ke jendela bundar yang menyebabkan
keluar ke dalam telinga tengah.
7. Karena tekanan gelombang merusak dinding skala vestibuli dan skala
timpani, mereka juga mendorong membrane vestibular maju dan
mundur, membuat tekanan gelombang dalam endolimphe dalam 30
duktus koklear.
8. Tekanan gelombang di endolimphe menyebabkan membaran basilar
bergetar, yang menggerakaan sel rambut organ spiral melawan
membrane tectorial. Kumpulan rambut sell stereocilia menghasilkan
potensial reseptor yang pasti ke generasi impuls saraf (Tortora, 2006)

30
BAB III
PENUTUP

3. 1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kecil yang telah kami laksanakan
kami dapat mengambil kesimpulan bahwa mata dan telinga adalah salah
satu bagian dari sistem sensorik khusus. Dimana, masing-masing menerima
impuls berupa gelombang cahaya sedangkan telinga menerima impuls
berupa gelombang suara yang dihantarkan melalui udara. Setiap sensorik
ini masing-masing di kontrol oleh sistem saraf baik sistem saraf tepi
maupun sistem saraf pusat juga sistem saraf otonom. Apabila bila ada
gangguan baik pada struktur anatomi, fisiologis maupun pengontrolnya
maka mata dan telinga akan mengalami gangguan dalam mempersepsikan
apa yang kita lihat maupun apa yang kita dengar karena mereka adalah
satu kesatuan yang saling berkerjasama untuk melaksanakan fungsinya
yaitu melihat dan mendengar.

3.2. SARAN
Mata dan telinga adalah salah satu organ yang sangat penting bagi
kita sehingga kita sebaiknya menjaga dan melindungi serta menghindari
akan segala sesuatu yang bisa menganggu ia dalam menjalankan fungsinya.

30

DAFTAR PUSTAKA
Ebook Netter Atlas Anatomi Edisi 4.

Ebook Tortora, 2006.

Guyton and Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Alih
bahasa: Brahmn U. Pendit. Jakarta: EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai