Oleh:
Nurhidayah
06.55370.00313.09
Pembimbing
dr. Fredy Yudianto, Sp.R
PENDAHULUAN
Gambar 1: Kiri: Foto CT: Potongan axial abdomen Panah lurus:darah bebas,
intraperitoneal dan panah melengkung: fragmen limpa yang hancur; Li = hati, St =
perut. Tengah: Angiogram: ujung kateter pada a. lienalis (panah melengkung) dan
arteri limpa utama dengan bahan kontras (tanda panah). Bawah: Angiogram
menunjukkan oklusi sempurna dari arteri lienalis utama setelah penyisipan kumparan
logam ganda (panah) dan bubuk gelatin melalui kateter (agen embolisasi,
trombogenic).
Stent Graft
Fraktur panggul
• Perdarahan fraktur panggul berasal dari tulang, otot, dan pembuluh
darah besar.
• Pada pasien yang mengalami cedera berat prognosis (kematian
dpt terjadi > 25%), 25
• Jadi hal yg penting penatalaksanaan efektif dan segera
• Fraktur pelvis dikaitkan dg cedera abdomen lainnya
menekankan pentingnya pemeriksaan computed tomography
dalam rencana penatalaksanaan efektif.
• Eksplorasi bedah dan kontrol perdarahan panggul secara teknis
menarik namun terdapat gangguan karena tamponade
hematom(gambar 3).
• Penatalaksanaan: endovascular repair u/ perdarahan fraktur
panggul telah menjadi tehnik yg terbukti dan terpercaya.
• Fraktur pelvis sementara diimobilisasi dengan teknik sheet-wrap
agar bisa dilakukan penegakan diagnosa dengan CT dan
angiografi berikutnya.
• Penelitian retrospektif thdp 19 dari 26 pasien dg
hemodinamik stabil, angiografi mengidentifikasi perdarahan
arteri panggul, tetapi terlebih dahulu mengidentifikasi ketepatan
alat bedah eksternal fixator yang menyebabkan keterlambatan
angiografi dan homeostasis.
• Gambar 3. Foto CT: Potongan axial abdomen pada ps hemodinamik tidak stabil setelah
tindakan laparatomi gagal mengidentifikasi sumber perdarahan. Panah putus2
hematoma retroperitoneal krn tamponade abdomen stlh laparatomi ginjal kanan
terluka perdarahan terus-menerus. Panah opak: Ekstravasasi kontras intravena,
menunjukkan perdarahan aktif cepat. Panah pendek: Perluasan hematoma selama
operasi membatasi pengembalian usus ke dalam perut. Hati (Li), ginjal kiri normal ( Ki),
dan Aorta mengerut "shock"(panah berongga). Repair pembuluh darah berhasil
ditangani dengan embolisasi, tetapi pasien meninggal karena kegagalan multiorgan
yang disebabkan oleh syok hipovolemik yang berkepanjangan
• Komplikasi embolisasi mungkin sulit dibedakan dengan
komplikasi dari cedera itu sendiri.
• Penelitian retrospektif: 31 ps, 3 pasien: nekrosis gluteal luka
degloving pada bokong, meskipun telah dilakukan embolisasi.
• Penelitian retrospektif lain:100 pasien dg fr.panggul, 67 ps.
dilakukan embolisasi ditemukan komplikasi serupa,
komplikasi awal (nekrosis kulit, infeksi perineum, cedera saraf)
pda pasien dgn / tanpa embolisasi.
• Komplikasi jangka panjang: klaudikasio, ulserasi kulit, dan nyeri
di area ttt, meskipun parestesia > umum setelah embolisasi.
Mungkinkah intervensi radiologi dapat bermanfaat bagi
pasien yang mengalami cedera hebat?