Anda di halaman 1dari 66

Kepaniteraan Klinik Ilmu Forensik dan Medikolegal

Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi


Periode 26 Februari – 24 Maret 2018

Jurnal Reading:
Carbon monoxide poisoning in Iran during 1999–
2016: A systematic review and meta-analysis
Seyed Mohammad Hosseininejada, Hamed Aminiahidashtia, Iraj Goli Khatira, Seyed
Khosro Ghasempourib, Ali Jabbaric, Mahmoud Khandashpourd.
Nov 2017. Elsevier Ltd and Faculty of Forensic and Legal Medicine

Dosen Penguji:
Saebani, SKM., M.Kes

Residen Pembimbing:
dr. Dadan Rusmanjaya
PENDAHULUAN

Beracun Tramadol
Pestisida
CO
Tidak
berwarna Kematian: Opioid
Tidak Keracunan
berbau

Prevalensi keracunan CO di seluruh wilayah Iran adalah berkisar dari 1,9


sampai 37 per 100.000 individu. Selain itu, tingkat fatalitas kasus di
provinsi bagian barat Iran diketahui dapat mencapai 20%.
METODE

Pemelihan
Kriteria penelitian
Pengukuran Sumber Strategi
Eligibilitas/ dan proses
Outcome informasi pencarian
Kelayakan pengumpul
an data
Kriteria Eligibilitas/ Kelayakan

(1) penelitian harus dilakukan di Iran;


(2) semua kasus keracunan CO yang terdiagnosis
secara klinis harus didasarkan pada Klasifikasi
Penyakit Internasional, 10 Revisi (ICD-10)
yang mencakup kode T58, X47, X67, dan Y17.
Pengukuran Outcome
mengetahui karakteristik-karakteristik demografi para korban

memahami prevalensi keseluruhan dari kasus keracunan CO diseluruh


wilayah negara

mengetahui sumber-sumber utama CO

mengklasifikasikan mekanisme-mekanisme utama dari insiden


keracunan CO

mengidentifikasi lokasi dari kasus keracunan CO dan penempatan


perkakas

mengidentifikasi lokasi dari kasus keracunan CO dan penempatan


perkakas

mengetahui tingkat kematian akibat keracunan CO di seluruh wilayah negara


Sumber informasi

• Medline via PubMed,


• SCOPUS,
• Cochrane Central Register of Controlled Trials, dan
Cochrane Database of Systematic Reviews,
• Google Scholar
• Database-database dalam negeri yang mencakup
Magiran, IranDoc, dan SID (Database Informasi
Ilmiah).
Strategi pencarian

CO Keracunan

Intoksikasi Toksikasi

21/3/1997
Iran sampai
21/7/2017
Pemelihan
Pemelihanpenelitian
penelitiandan
danproses
prosespengumpulan
pengumpulandata
data
HASIL
HASIL
HASIL
PEMBAHASAN

Kepedulian dan
pemahaman Keterbatasan/
dalam hal Kekurangan
keselamatan
Edukasi kurang data
tentang
instruksi
pencegahan
kebakaran
KESIMPULAN

• CO merupakan salah satu penyebab keracunan


yang paling umum di banyak negara dan di Iran.
• Tingkat fatalitas kasus keracunan CO secara
keseluruhan adalah 9,5%.
• Hampir dari seluruh insiden keracunan CO terjadi
pada individu yang berusia muda dengan rerata
usia 31,14 tahun ) yang memiliki tingkat
pendidikan sekolah menengah.
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI

Gas pembuangan kendaraan bermotor

Peralatan rumah tangga

Kebakaran gedung/ tempat tinggal

Proses industri

Pembakaran tidak sempurna


Benneto, L., Powter, L., & Neil, S. J. (2008). Accidental Carbon Monoxide Poisoning Presenting Without a History of Exposure : A Case Report.
Journal of Medical Case Report, UK , 1-4.
Knight B., Saukko P., Knight Forensic Pathology. Ed 3rd. 2004. UK: Edward Arnold.
DEFINISI

tidak
racun tertua tidak berbau
berwarna

tidak
lebih ringan paling umum
merangsang
dari udara ditangani
selaput lendir

Benneto, L., Powter, L., & Neil, S. J. (2008). Accidental Carbon Monoxide Poisoning Presenting Without a History of Exposure : A Case Report.
Journal of Medical Case Report, UK , 1-4.
Knight B., Saukko P., Knight Forensic Pathology. Ed 3rd. 2004. UK: Edward Arnold.
EPIDEMIOLOGI

[Inggris]
[AS]
[AS] Mati: 50/
Intoksikasi CO:
Kematian tahun
mati 500-600/
utama Cacat: 200/
tahun
tahun

[SG]
[IND]
1999-2003: 12
Tidak ada data
intoksikasi CO

Benneto, L., Powter, L., & Neil, S. J. (2008). Accidental Carbon Monoxide Poisoning Presenting Without a History of Exposure : A Case Report.
Journal of Medical Case Report, UK , 1-4.
Knight B., Saukko P., Knight Forensic Pathology. Ed 3rd. 2004. UK: Edward Arnold.
STRUKTUR KIMIA CO

Karbon Oksigen Carbon


Monoksida

Karbon monoksida terdiri dari satu atom karbon


yang secara kovalen berikatan dengan satu atom
oksigen.

Ernst A., Zibrak JD. Nov 26, 1998. Carbon Monoxide Poisonin. 339 (22); 1603-08. New England Journal of Medicine.
• Karbon monoksida terbentuk apabila terdapat
kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran.
• Gas karbon monoksida mempunyai potensi
bersifat racun yang berbahaya karena mampu
membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen
darah yaitu hemoglobin:
Hb CO COHb

Wichaksana A, Astono S, Hanum K, Dampak Keracunan Gas Karbon Monoksida bagi Kesehatan Pekerja. In Cermin dunia Kedokteran No. 136
2002. p. 24-28
Mekanisme Keracunan CO

Berikatan dengan hemoglobin

Berikatan dengan kompleks sitokrom oksidase

Membentuk COMb

Guy N. Shochat, MD. Toxicity, Carbon Monoxide: Differential Diagnoses and Workup. http://emedicine.medscape.com/article/819987-Diagnosis,
Apr 27, 2010. Diakses tanggal 15 Maret 2018
BERIKATAN DENGAN HB

CO Terinhalasi CO+Hb COHb

Perubahan
Depresi reversibel
Miokard
Perpindahan O2 dari
Vasodilatasi molekul Hb
Perifer
0₂ yang dilepaskan ke jaringan
Hipoksia HIPOKSIA menurun
jaringan

Guy N. Shochat, MD. Toxicity, Carbon Monoxide: Differential Diagnoses and Workup. http://emedicine.medscape.com/article/819987-Diagnosis,
Apr 27, 2010. Diakses tanggal 15 Maret 2018
BERIKATAN DENGAN SITOKROM

Sitokrom
CO
Oksidasi
ATP
berkurang

sel platelet nitrit okside Peroksinitrit

Radikal bebas

xantin
xanthin oksidasi stress oksidatif
dehirogenase
Guy N. Shochat, MD. Toxicity, Carbon Monoxide: Differential Diagnoses and Workup. http://emedicine.medscape.com/article/819987-Diagnosis,
Apr 27, 2010. Diakses tanggal 15 Maret 2018
Membentuk COMb

Mio Iskemia
CO globulin serebral

Guy N. Shochat, MD. Toxicity, Carbon Monoxide: Differential Diagnoses and Workup. http://emedicine.medscape.com/article/819987-Diagnosis,
Apr 27, 2010. Diakses tanggal 15 Maret 2018
FA R MAKOKINETIK &
FAR MAKODINAMIK C O
FARMAKINETIK CO

• Karbon monoksida (CO) hanya diserap melalui paru dan


sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara reversibel (tidak
tetap) dan membentuk karboksihemoglobin.

• Absorbsi atau ekskresi CO ditentukan oleh :

1. Kadar CO dalam udara lingkungan (ambient air),

2. Kadar COHb sebelum pemaparan (kadar COHb inisial),

3. Lamanya pemaparan dan ventilasi paru.

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
CO Fresh air

Kadar COHb semula


berkurang 50% dalam 4-5
jam

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
FARMAKODINAMIKA CO
Hb inaktif  darah berkurang
Diikat secara reversibel
kemampuan untuk
CO Hb Afinitas 208-245x
COHb mengangkut O2

Menghambat disosiasi
oksi-Hb

Protein heme
Mioglobin
ekstravaskuler lain HIPOKSIA

Cytochrome oksidase Cythochrome P-450

Cytochrome a3

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
HIPOKSIA

Mempresipitasi sel endotelial & platelet

Melepaskan nitrit okside

Membentuk radikal bebas


peroxynitrate

Lebih jauh akan mengakibatkan: gangguan mitokondria, kebocoran kapiler,


sekuestrasi leukosit dan apoptosis

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
• 50 ppm (0,005%) adalah TLV (Threshold Limit Value, nilai ambang batas)
gas CO yaitu konsentrasi CO dalam udara lingkungan yang dianggap aman
pada inhalasi selama 8 jam setiap hari
• Pada 200 ppm (0,02%), inhalasi 1-3 jam  kadar COHb mencapai 15-20%
saturasi dan gejala keracunan CO mulai timbul.
• Pada 1000 ppm (0,1%), inhalasi 3 jam ; 3000 ppm, inhalasi 2 jam
kematian.
• Pada 10.000 ppm (1%) inhalasi 15 menit  kehilangan kesadaran dengan
COHb 50% saturasi, sedangkan inhalasi 20 menit menyebabkan kematian
dengan COHb 80% saturasi.

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
Rumus Handerson dan Haggard

• Berlaku bagi orang dalam keadaan istirahat.

• Hasil perkalian waktu (jam) dan konsentrasi (ppm), bila:

= 300, tidak ada gejala yang muncul.

= 900, telah timbul gejala sakit kepala rasa lelah dan mual.

= 1500, menandakan bahaya dan dapat berakibat fatal.

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
TANDA KLINIS
Sulit
Mual
berpikir

Lelah Sakit
Pusing
kepala

Dipsneu Lemah

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
Sakit Sesak Sakit Hilang
Kepala Mual Pusing
Napas Kepala Kesadaran

Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb di
dalam darah.
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
Takikardi Hipertensi
/ hipotensi

Hipertermia Takipnea Cherry


Red

Eritema Perdarahan
dan bula retina

Penemuan tanda inhalasi asap seperti rambut hidung yang


terbakar, mucus yang hangus, atau trauma pada mukosa
hidung dapat menjadi perhatian. Jika tanda ini ditemukan,
kemungkinan pasien menderita keracunan CO yang berat.
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat
hipoksemia dan komplikasi yang timbul selama penderita
dirawat.

OTAK GINJAL PARU

PEMBULUH
MIOKARDIUM KULIT
DARAH
Budiyanto, A., Widiatmaka, W., Sudiono, S., Mun`im, W. A., Sidhi, Hertian, S., et al. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P.87-94
PEMERIKSAAN PENUNJANG
UJI DILUSI ALKALI
• Ambil 2 tabung reaksi,
masukkan ke dalam tabung
pertama 1-2 tetes darah
Darah Terbentuk
korban dan tabung kedua 1-2 normal hematin alkali
tetes darah normal sebagai
kontrol
• Encerkan masing-masing
Merah
darah dengan menambahkan kehijauan
10 ml air
• sehingga warna merah pada
kedua tabung kurang lebih
sama
• Tambahkan pada masing-
tidak berubah
masing tabung 5 tetes Darah yang
warnanya selama
mengandung COHb
larutan NaOH 10-20% lalu beberapa waktu
dikocok.
Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235,
Surabaya, 2006
UJI FORMALIN (Eachlolz-Liebman)
Bila darah mengandung
COHb 25% saturasi
Darah normal terbentuk
terbentuk koagulat
koagulat yang berwarna
berwarna merah yang
cokelat.
mengendap pada dasar
tabung reaksi

Semakin tinggi kadar COHb,


semakin merah warna
koagulatnya

• Darah yang akan diperiksa ditambahkan larutan


formalin 40% sama banyak.
Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235,
Surabaya, 2006
Cara Getler-Freimuth(Semi-kuantitatif)

Darah + Kalium ferisianida > CO dibebaskan dari COHb

CO + PdCl2 +H2O > Pd + CO2 + HCl

Paladium (Pd) ion diendapkan pada kertas saring berupa endapan berwarna
hitam. Dengan membandingkan intensitas warna hitam tersebut dengan
warna hitam

Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235,
Surabaya, 2006
SPEKTROFOTOMETRIK
• Cara spektrofotometrik adalah cara terbaik untuk melakukan analisis CO
atas darah segar korban keracunan CO yang masih hidup, dapat
ditentukan rasio COHb : OxiHb. • Sumber sinar polikromatis berfungsi
sebagai sumber sinar polikromatis
dengan berbagai macam rentang
panjang gelombang.
• Monokromator mengubah cahaya yang
berasal dari sumber sinar polikromatis
menjadi cahaya monokromatis
• Sel sampel berfungsi sebagai tempat
meletakan sampel
• Detektor berfungsi menangkap cahaya
yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik
• Read out merupakan suatu sistem baca
yang menangkap besarnya isyarat listrik
yang berasal dari detector

Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235,
Surabaya, 2006
PEMERIKSAAN PENCITRAAN

Pemeriksaan
Foto Thorax

MRI

CT-Scan

Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235,
Surabaya, 2006
Pemeriksaan Lain-lain: Elektrokardiogram

• aritmia mungkin disebabkan


oleh hipoksia iskemia atau
infark
• pasien dengan kadar HbCO
rendah dapat menyebabkan
kerusakkan yang serius
pada pasien penderita
penyakit kardiovaskuler

Hariadi A., dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Airlangga, hal 223-235,
Surabaya, 2006
PENANGANAN
Penanganan pada kasus keracunan karbon
monoksida diarahkan pada perbaikan hipoksia
jaringan dan menghilangkan karbon monoksida
dari dalam tubuh. Pemberian 100% oksigen
normobarik direkomendasikan pada banyak
kasus, sedangkan terapi oksigen hiperbarik
digunakan untuk keracunan yang parah.

Ilano, A. L., Raffin, A. T. 1990. Management Of Carbon Monoxide Poisoning. Chest, California, USA , 165-69.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan CO

2. Berikan
inhalasi oksigen.

Ilano, A. L., Raffin, A. T. 1990. Management Of Carbon Monoxide Poisoning. Chest, California, USA , 165-69.
Pemberian
merujuk
oksigen 100
pasien ke
%
Pada pasien unit terapi
dilanjutkan
yang oksigen
sampai
mereduksi mengalami hiperbarik,
pasien tidak
kadar COHb gangguan jika kadar
menunjukka
didalam jantung dan HbCO diatas
n gejala dan
darah ke paru 40% atau
tanda
level dasar sebaiknya adanya
keracunan
kadar HbCO gangguan
dan kadar
dibawah 2% kardiovaskul
HbCO turun
er dan
dibawah
neurologis
10%

Ilano, A. L., Raffin, A. T. 1990. Management Of Carbon Monoxide Poisoning. Chest, California, USA , 165-69.
Terapi Oksigen Hiperbarik

HBO bermanfaat untuk


terapi keracunan CO

terapi HBO adalah untuk


mencegah defisit
neurologis yang tertunda.

kriteria untuk HBO adalah pasien


koma, riwayat kehilangan kesadaran
dan gejala yang menetap setelah
pemberian oksigen normobarik.

Ilano, A. L., Raffin, A. T. 1990. Management Of Carbon Monoxide Poisoning. Chest, California, USA , 165-69.
PENCEGAHAN
Tindakan Pencegahan Keracunan Karbon Monoksida

Sumber potensial gas CO rutin periksa sistem


Gas knalpot mobil pembangunan kendaraan
dalam garasi anda setiap tahunnya
Alat pemanggang jangan menjalankan
berbeque di dalam mobil di dalam garasi
garasi kendaraan yang sedang
Pengering pakaian tertutup.
Dapur tanpa ventilasi jika beristirahat di dalam
yang memadai mobil, jangan menutup
Sumbatan pada semua kaca dan pintu
cerobong asap rumah dengan penyejuk udara
masih menyala.
PERINGATAN
 Jangan pernah menggunakan peralatan
berbahan bakar minyak dan gas di dalam ruangan
minim ventilasi.
 Memasang detektor karbonmonoksida
 Membuka jendela untuk mendapatkan ventilasi
yang baik
 Jika memiliki generator di rumah anda, yakinkan
generator memiliki jarak bebas sekitar 3-4 kaki di
semua sisi dan di atasnya
 Yakinkan semua peralatan yang digunakan di
dalam ruangan bekerja dengan kondisi baik
 Jika mengalami gejala keracunan gas CO segera
dapatkan udara segar dan dapatkan perawatan
medis
DETEKTOR

 Memasang carbon monoside gas detector atau


detektor gas CO, yang dilengkapi dengan alarm, di
ruangan di mana gas CO dihasilkan.
 Memastikan bahwa sistem ventilasi terpasang
dan beroperasi dengan baik.
 Contoh masker yang dapat dipakai untuk
mencegah keracunan CO
ASPEK HUKUM
Pasal 359 KUHP
Kasus kecelakaan (Ketidaksengajaan)

“Barang siapa karena kekhilafanya menyebabkan


orang mati, dipidana dengan penjara selama-
lamanya lima tahun, atau pidana kurungan
selam-lamanya satu tahun”. (UU. N.1/1960)
Pasal 338 KUHP

“Barang siapa dengan sengaja menghilangkan


nyawa orang,karena pembunuhan biasa,
dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya penjara lima belas tahun”.
Pasal 360 KUHP

1. Barang siapa karena khilafan menyebabkan orang luka


berat, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya
lima tahun atau pidana kurungan selama-lamanya satu
tahun.
2. Barang siapa karena kekhilafannya menyebabkan orang
luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit
sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau
pekerjaanya sementara dipidana dengan pidana penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau dipidana dengan
pidana kuruangan selama-lamanya enam bulan atau
pidana denda setinggi-tingginya empat ribu lima ratus
rupiah (UU. No. 1 Tahun 1960)
Pasal 340 KUHP

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan


direncanakan lebih dahulu menghilangkan
nyawa orang, karena bersalah melakukan
pembuhuan berencana, dipidana dengan pidana
mati atau penjara seumur hidup atau penjara
sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.
Pasal 203 KUHP

1. “Barang siapa karena kesalahannya (kealpaanya)


menyebabkan bahwa barang sesutau dimasukan ke
dalam sumur, pompa, sumber atau ke dalam
perlengkapan air minum untuk umum atau untuk dipakai
oleh bersama-sama dengan orang lain. Sehingga karena
perbuatan ituiar lalu berbahaya bagi nyawa atau
kesehatan orang diancam dengan pidana penjara paling
lama sembilan bulan atau pidana kurungan paling lama
enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah”.
2. “Jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama
satu tahun empat bulan atau pidana kurungan paling
lama satu tahun”.
Pasal 205 KUHP

1. “Barang siapa karena kesalahannya


(kealpaannya) menyebabkan barang-barang
berbahaya bagi nyawa atau kesehatan orang,
dijual, diserahkan, atau dibagi-bagikan tanpa
diketahui sifat bahaya oleh yang memberli atau
memperoleh diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan atau pidana
kurangan paling lama enam bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah
2. “Barang-barang itu dapat disita
Pasal 359 KUHP

1. Barang siapa karena kesalahanya


(kealpaannya) menyebabkan orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling
lama satu tahun.
2. Apabila perbuatan itu dilakukan dengan
sengaja, maka terdakwa dapat dijatuhi
pidana berdasarkan pasal 202 dan 338 KUHP
 Apabila tidakan pembunuhan dengan racun itu
dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu,
maka terdakwa dapat dijatuhi pidana
berdasarkan pasal 304 KUHP yang berbunyi:
“Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan
terlebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan rencana,
dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau
selama waktu tertentu, paling lama dua puluh
tahun”
KESIMPULAN
• CO merupakan suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa yang berbahaya bagi manusia. Karbon monoksida
merupakan hasil pembakaran yang tidak sempurna dari
senyawa karbon dan oksigen.
• Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO,
ditemukan lebam mayat berwarna merah terang (cherry pink
color) yang tampak jelas bila kadar COHb menempati 30%
atau lebih. Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan
CN, penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah terang.
Juga pada mayat yang didinginkan warna merah terang lebam
mayatnya tidak merata selalu masih ditemukan daerah yang
keunguan (livid). Sedangkan pada keracunan CO, jaringan
otot, visera dan darah juga berwarna merah terang. Kadang-
kadang dapat ditemukan petekiae di substansia alba bila
korban dapat bertahan hidup lebih dari ½ jam.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai