Artikel PDF
Artikel PDF
DI SUNGAI SURABAYA
ABSTRAK: Logam berat sebagai hasil buangan dari proses industri sangat
berbahaya bila melampaui standar baku mutu. Salah satu logam berat yang
termasuk bahan beracun berbahaya adalah tembaga (Cu). Tujuan penelitian
adalah mengetahui: 1) Kualitas Air berdasarkan parameter temperatur, pH,
kekeruhan, TDS, DO, BOD, dan COD di Sungai Surabaya. 2) Kandungan logam
berat tembaga (Cu) dalam air dan sedimen di Sungai Surabaya. Metode yang
digunakan dalam penelitian bersifat survey lapangan. Titik pengambilan sampel
berada di 5 lokasi yaitu Jembatan Canggu, Tambangan Cangkir, Tambangan
Bambe, Karang Pilang dan Jagir. Hasil penelitian yaitu parameter kualitas air
pada 5 lokasi pengambilan sampel: pH, Temperatur dan TDS tidak melebihi
ambang baku mutu yang telah di tetapkan oleh pemerintah, sedangkan DO,
Kekeruhan, BOD dan COD melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan
oleh pemerintah Dan kandungan Cu dalam air antara 0,37-0,81 ppm melebihi
ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,02 ppm,
sedangkan pada sedimen antara 27,58-77,29 mg/kg massa kering.
1
Keberadaan logam berat di perairan dapat berasal dari berbagai sumber,
antara lain dari kegiatan pertambangan, rumah tangga, limbah pertanian dan
limbah industri. Beberapa industri seperti industri tekstil, pelapisan logam,
peleburan logam dan kertas yang terdapat di DAS Brantas bagian hilir berpotensi
menghasilkan limbah sebagai sumber polutan logam berat di Sungai Surabaya.
Pencemaran yang dihasilkan dari logam berat sangat berbahaya karena
bersifat toksik, logam berat juga akan terakumulasi dalam sedimen dan biota
melalui proses gravitasi (Rochayatun dkk, 2006:36). Salah satu logam berat yang
termasuk bahan beracun dan berbahaya adalah tembaga (Cu), merupakan salah
satu logam berat yang banyak dimanfaatkan dalam industri, terutama dalam
industri elektroplating, tekstil dan industri logam (alloy). Ion Cu (II) dapat
terakumulasi di otak, jaringan kulit, hati, pankreas dan miokardium. Oleh karena
itu, proses penanganan limbah menjadi bagian yang sangat penting dalam industri.
Keberadaan unsur tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam
bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan. Cu
termasuk ke dalam kelompok logam essensial, dimana dalam kadar yang rendah
dibutuhkan oleh organisme sebagai koenzim dalam proses metabolisme tubuh,
sifat racunnya baru muncul dalam kadar yang tinggi (Rochayatun.,dkk. 2003:51-
71). Menurut Palar (2004) pada konsentrasi 0,01 ppm fitoplankton akan mati
karena Cu menghambat aktivitas enzim dalam pembelahan sel fitoplankton.
Konsentrasi Cu dalam kisaran 2,5-3,0 ppm dalam badan perairan akan membunuh
ikan-ikan.
Logam berat yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan mengalami
pengendapan, kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut.
Logam berat memiliki sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap
di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air. Mengendapnya logam berat
bersama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di
dasar perairan dan juga perairan sekitarnya.
Sungai Surabaya merupakan sungai utama DAS Brantas bagian hilir yang
merupakan sumber kebutuhan air utama sekaligus sebagai tempat pembuangan
limbah domestik dan industri di wilayah Surabaya (Utomo dkk., 2008). Pada DAS
Brantas terdapat sekitar 650 industri pada tahun 2006. Sungai Surabaya
merupakan bagian dari sungai Brantas yang mengalir mulai dari Bendungan
Lengkong Baru dan bermuara di pintu air Jagir Surabaya. Menurut PP Nomor 82
Tahun 2001 dan Perda Jatim Nomor 2 Tahun 2008 tentang pengelolaan kualitas
air dan pengendalian pencemaran air di Provinsi Jawa Timur Sungai Surabaya
termasuk sungai kelas I, yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air
baku air minum, sehingga senantiasa di kontrol kualitas airnya. Kadar tembaga
maksimum yang di perbolehkan Menurut PPRI No.82 Tahun 2001 adalah 0,02
mg/L.
Rochayatun, dkk (2006) pada penelitian distribusi logam berat dalam air
dan sedimen di perairan muara Sungai Cisadane, diperoleh data bahwa kadar
logam berat (Pb,Cd,Cu,Zn,Ni) dalam sedimen lebih tinggi daripada di perairan,
sedangkan Edward, dkk (2006) pada penelitian di perairan Halmahera Maluku
utara juga menunjukkan bahwa kadar logam berat (Pb,Cd,Cu,Zn,Ni) dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan di perairan, Sedimen berperan penting di
dalam penentuan kualitas air, karena sedimen sebagai tujuan akhir tempat
2
penampungan dari logam-logam berat, sampai saat ini analisis logam berat
terbatas pada sampel air dan belum menjawab wilayah sedimen. Untuk
mengevaluasi tingkat pencemaran yang terjadi, maka upaya analisis kandungan
tembaga dalam sedimen dipandang sangat penting. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui kualitas air serta kandungan logam berat tembaga (Cu) dalam
sedimen dan perairan di Sungai Surabaya.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian bersifat survey lapangan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 dan dilakukan pengambilan
sampel sebanyak tiga kali. Lokasi penelitian adalah sungai Surabaya diambil 5
titik sampling yaitu: Jembatan Canggu, Tambangan Cangkir, Tambangan Bambe,
Karang Pilang dan Jagir. Kemudian analisis sampel dilakukan di Laboratorium
penelitian kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.
Sampel air diambil dan disimpan dalam botol polietilen. Di lapangan
dilakukan uji parameter kualitas air yaitu: Suhu, pH, Kekeruhan, oksigen terlarut
(Dissolved Oxygen) dengan menggunakan alat WQC (Water Quality Checker).
Sampel air kemudian dibawa ke laboratorium Kimia UM. Di laboratorium,
sampel air (50 mL) ditambahkan HNO3 kemudian dilakukan penetapan kadar Cu
dengan AAS.
Sampel sedimen diambil dengan menggunakan Grab yang terbuat dari
stainless steel. Analisis Cu dalam sedimen menggunakan teknik destruksi
aquaregia dengan pemanasan Hotplate 140oC selama 3 jam. Perlakuan pertama
sedimen dikeringkan pada suhu 600C, setelah kering, sampel ditimbang sebanyak
2 g, di destruksi dengan Aqua Regia (HNO3 : HCl, 1 : 3) 20 mL, kemudian
didestruksi di atas hotplate dengan suhu 1100C selama 3 jam, di diamkan 30
menit, di saring filtrat diencerkan dengan Aquades hingga volume 100 mL
kemudian di uji dengan instrumen AAS, Penentuan kadar Cu sampel air maupun
sedimen digunakan instrumen AAS Shimadzu tipe AA-6200 pada panjang
gelombang 324,7 nm.
3
masih memenuhi standar baku mutu air kelas I (deviasi 3) menurut Perda Jawa
Timur No.2 Tahun 2008.
Nilai pH air yang terukur pada 5 lokasi pengambilan sampel yaitu 7,15-
7,29 masih tergolong normal sesuai dengan baku mutu Perda Jatim No 2. Tahun
2008 kelas I yang peruntukan utamanya sebagai sumber air baku air minum. Nilai
TDS yang tinggi di semua lokasi disebabkan oleh limbah buangan industri di
sekitar Sungai Surabaya, nilai TDS tertinggi pada Tambangan Bambe, hal ini
dimungkinkan karena pada daerah Bambe banyak terdapat industri-industri yang
sedang beraktifitas yang membuang limbahnya melalui anak sungai yang
kemudian mengalir ke Sungai Surabaya, sehingga menyebabkan nilai TDS tinggi.
Selain limbah industri, limbah domestik dari rumah tangga juga mempunyai
potensi yang sama menyebabkan tingginya nilai TDS.
Hasil penelitian menunujukkan nilai kekeruhan di Sungai Surabaya
berkisar antara 106-199 NTU, nilai ini melebihi ambang baku mutu yang telah
ditetapkan yaitu sebesar 50 NTU. Kekeruhan dapat mengurangi intensitas cahaya
matahari yang masuk ke badan perairan sehingga dapat menghalangi proses
fotosintesis (Achmad, 2004:32).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) adalah jumlah oksigen terlarut dalam
air yang berasal dari fotosintesis dan atmosfer/udara. Hasil penelitian
menunjukkan nilai DO telah melebihi ambang baku mutu yang telah di tetapkan
pemerintah (6 mg/L) untuk badan air kelas I.
Biologycal Oxygen Demand (BOD) dapat menggambarkan jumlah bahan
organik yang dapat diuraikan secara biologis, yaitu jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan
organik menjadi karbondioksida dan air. Berdasarkan Hasil penelitian nilai BOD
di Sungai Surabaya telah melebihi standar baku mutu yang telah ditetapkan yaitu
2 mg/L, banyak industri di sekitar Sungai Surabaya yang berpotensi menyumbang
limbah organik ke perairan, seperti perusahaan MSG dan pabrik pulp dan kertas
yang mengandung senyawa organik koloid terlarut yaitu serat hemisellulosa, gula,
lignin, alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang
mudah di degradasi oleh mikroorganisme sehingga menyebabkan BOD tinggi.
Chemical Oxygen Demand (COD) menggambarkan total oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2 dan H2O.
Dari hasil analisis di Sungai Surabaya nilai COD yang diperoleh pada rentangan
20-260 mg/L melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah,
4
yaitu 10 mg/L, maka perairan Sungai Surabaya telah mengalami pencemaran oleh
bahan organik sulit terurai. Beberapa industri yang berpotensi dapat meningkatkan
nilai COD Sungai Surabaya yaitu industri keramik, industri sabun dan detergen
yang menghasilkan limbah anorganik sulit terurai.
5
Gambar 1. Grafik Kandungan Tembaga di perairan Sungai Surabaya pada Tiga
Kali Periode Pengambilan Sampel
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari kelima titik lokasi
pengambilan sampel mulai dari Jembatan Canggu hingga Jagir, parameter kualitas
air pH, temperatur dan TDS tidak melebihi ambang baku mutu yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan DO, kekeruhan, BOD dan COD melebihi
ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan selama tiga kali
pengambilan sampel, Kandungan logam berat tembaga (Cu) antara 0,37-0,81 ppm
melebihi ambang baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu 0,02
ppm, sedangkan pada sedimen antara 27,58-77,29 mg/kg massa kering.
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya perlu dilakukan analisis parameter
logam berat dalam sedimen secara berkala, mengingat logam berat dalam sedimen
dapat terakumulasi dalam tubuh biota air.
DAFTAR RUJUKAN
Anazawa, K., Kaida, Y., Shinomura, Y. Tomiyasu,T., and Sakamoto, H. 2004.
Heavy-Metal Distribution in River Waters and Sediments Around
a”Firefly Village”, Shihoku, Japan: Application of Multivariate Analysis.
Analytical Sciences, Januari Vol. 20: 79-84.
Australian and New Zealand Environment and Conservation Council (ANZECC),
2000, ANZECC interim sediment quality guidlines. Report for the
Environmental Research Institute of the Supervising Scientist, Sydney,
Australia.
Edward, Ahmad, F. & Taufik. 2006 .Pemantauan Kadar Logam Berat dalam air
Laut dan sedimen di Perairan P.Halmahera, Maluku Utara. Jurnal
Kimia Indonesia, (Online), 1 (2): 47-53, diakses 3 Desember 2012.
7
Hidayah, M. A, Purwanto. & Soeprobowati, T. R. 2012. Kandungan Logam
Berat Pada Air, Sedimen dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn) di
Karamba Danau Rawapening. Makalah disajikan dalam Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2012,
Semarang, 11 September 2012.
Horsfall Jr, M.and Spiff, A.I. 2002. Distribution and Partitioning of Trace Metals
in Sediment of The Lower Reaches of The New Calabar River, Port
Harcourt, Nigeria. J.Environmental Monitoring and Assessment 78: 309-
326.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Prawita, A., Murnitasari, D & Darmawati, A. April 2008. Kandungan Logam
Berat Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu) dalam Air Kali
Wonokromo. Majalah Farmasi Airlangga, 6 (1): 29-31.
Rochayatun, E., Edward & Rozak, A. 2003 . Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu,
Zn, Ni, Cr, Mn & Fe Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan
Kalimantan Timur . Jurnal Oseanologi dan Limnologi, (Online), 35
(1): 51-71, diakses 4 Januari 2013.
Rochayatun, E., Kaisupy, M.T. & Rozak, A. 2006 .Distribusi Logam Berat
Dalam Air dan Sedimen di Perairan Muara Sungai Cisadene. Jurnal
Makara Sains, (Online), 10 (1): 35-40, (http://repository.ui.ac.id),
diakses 3 Oktober 2012.
Rochayatun, E. & Rozak, A. 2007 .Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam
Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Makara Sains, (Online), 11
(1): 28-36, diakses 3 Oktober 2012.
Rukaesih, A. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI.
Tsail, J., Yu K.C., Ho, S.T., Chang, J.S. and Wu, T.S. 2003. Correlation of
Particle Sizes and Metals Speciation in River Sediment, Poster Papers in
Diffuse Pollution Conference, Dublin 08/04/2006.