Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Definisi Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam

menjalankan suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi

dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan

organisasi (Nursalam 2002). Manajemen keperawatan adalah cara untuk

mengelola sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi-fungsi

manajemen untuk dapat memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan

kepada klien secara professional (Gillies, dalam Nursalam 2002).

Melalui manajemen ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan. Dalam manajemen terdapat suatu proses yang mengubah suatu

input menjadi suatu output yang diharapkan. Input manajemen ini terdiri atas

manusia, uang, material, alat dan metode yang selanjutnya akan mengalami

proses manajemen sehingga tercapailah output. Output pada manajemen

berupa efisiensi dalam pelayanan, staf yang kompeten dan ahli dibidangnya

serta peningkatan mutu suatu pelayanan.

Pengetahuan manajemen merupakan pengetahuan yang universal,

demikian juga pengetahuan manajemen yang ada didalam ilmu keperawatan.

Pengetahuan manajemen keperawatan menggunakan konsep-konsep yang

berlaku terhadap semua situasi manajemen keperawatan. Teori manajemen

keperawatan berkembang dari teori manajemen umum yang memprioritaskan

penggunaan sumber daya manusia dan materi secara efektif. Sejalan dengan

9
10

prinsip manajemen secara umum, manajemen dalam keperawatan juga terdiri

atas input, proses dan output.

Input dari manajemen keperawatan terdiri atas tenaga keperawatan, bahan-

bahan, peralatan, bangunan fisik, klien, pengetahuan dan keterampilan yang

akan mengalami suatu proses transformasi melalui manajemen asuhan

keperawatan oleh tenaga keperawatan sehingga dihasilkan suatu resolusi

masalah keperawatan klien. Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan oleh

perawat klinis, perawat kepala, pengawas, direktur dan tingkat eksekutif

dibidang keperawatan. Tapi pada dasarnya, prinsip manajemen yang diterapkan

adalah sama. Lima elemen besar dari teori manajemen seperti perencanaan,

pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian. Seluruh aktivitas

manajemen serta sumber daya yang ada bergerak secara simultan untuk

mencapai output yang diinginkan. Adapun output yang diinginkan dalam

proses manajemen keperawatan adalah resolusi masalah keperawatan sehingga

dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif kepada klien, keluarga,

dan masyarakat. Aktifitas ini dilakukan secara mandiri dan saling

ketergantungan.

2. Fungsi-Fungsi Manajemen Keperawatan

Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),

kepemimpinan (leading), pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas

keperawatan (Swanburg, 2000). Pada dasarnya manajemen keperawatan adalah

proses dimana seorang perawat menjalankan profesi keperawatannya. Segala

bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan manajemen


11

keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut ini adalah

pembahasan fungsi-fungsi manajemen secara lebih mendalam yaitu :

1) Fungsi Perencanaan (Planning)

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk

mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi

utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di

dalam planning, manajer memperhatikan masa depan. Membuat keputusan

biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap pilihan dibuat

berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning penting karena

banyak berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang lain.

Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana pekerjaan yang efektif

didalam kepegawaian organisasi (Raden, 2013).

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara

matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Fayol didalam

Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan

manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan pandangan

kedepan. Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena

mengurangi risiko pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu

mengantisipasi jika suatu proses tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Perencanaan juga dapat menolong pekerja-pekerja mencapai kepuasan

dalam bekerja. Selain itu perencanaan juga membantu penggunaan waktu

yang efektif.

Dalam suatu perencanaan dibutuhkan suatu pengetahuan yang mengacu

kepada proses, unsur dan standar dari suatu perencanaan. Selain hal tersebut
12

juga perlu didalami ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan

perencanaan sehingga perencanaan yang akan dilakukan dapat berjalan

sesuai dengan tujuan awal. Suatu perencanaan yang baik harus berdasarkan

pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar dan bersifat fleksibel,

seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dahulu

(Swansburg, 2000). Dengan menjalankan prinsip-prinsip yang ada dalam

perencanaan ini, maka diharapkan tujuan dapat tercapai dengan efektif baik

dalam penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya material.

Dalam manajemen keperawatan, perencanaan dimulai dengan kegiatan

menentukan tujuan, mengumpulkan data, menganalisis dan

mengorganisasikan data-data yang akan digunakan untuk menentukan

kebutuhan asuhan keperawatan dan menentukan sumber-sumber untuk

memenuhi kebutuhannya. Selain itu perencanaan juga membantu untuk

menjamin bahwa klien dapat menerima pelayanan yang mereka inginkan

serta mereka butuhkan. Selain itu sumber daya yang digunakan dapat

digunakan seefektif dan seefisien mungkin.

2) Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk

tujuan mencapai objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas

yang tepat dengan unit lainnya baik secara vertikal maupun horizontal yang

bertanggungjawab untuk mencapai objektif organisasi (Swansburg, 2000).

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik

setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai

tujuan yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi

penugasan setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang


13

spesifik dan menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan

beberapa tugas. Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan

kegiatan ke departemen atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya

kepegawaian, untuk memastikan bahwa sumber daya manusia diperlukan

untuk mencapai tujuan organisasi. Kepegawaian adalah suatu aktifitas

utama yang terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah

dari organizing (Raden, 2013).

Prinsip-prinsip pengorganisasian diantaranya adalah prinsip rantai

komando, kesatuan komando, rentang kontrol, dan spesialisasi. Prinsip

rantai komando menggunakan hubungan dalam alur yang hirarki dalam alur

autokratis dari atas kebawah. Komunikasi terjadi sepanjang rantai komando

cenderung satu arah. Sedangkan dalam prinsip kesatuan komando memiliki

satu pengawas, satu pemimpin dan satu rencana untuk kelompok aktifitas

dengan objektif yang sama. Prinsip rentang kontrol menyatakan bahwa

individu harus menjadi pengawas yang mengawasi secara efektif dalam hal

jumlah, fungsi maupun geografi. Prinsip spesialisasi menampilkan satu

fungsi kepemimpinan tunggal.

3) Fungsi Pengarahan (Actuating)

Menurut Douglas didalam Swansburg (2000), pengarahan adalah

pengeluaran penugasan, pesanan dan instruksi yang memungkinkan pekerja

memahami apa yang diharapkan darinya dan pedoman serta pandangan

pekerja sehingga ia dapat bekerja dan berperan secara efektif dan efisien

untuk mencapai objektif organisasi. Pada pengarahan yang harus

dipertimbangkan adalah komunikasi dalam hubungan interpersonal.


14

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai

dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda

dari planning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi

tindakan dalam dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana

akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi kenyataan

(Raden, 2013). Pengarahan itu dapat terjadi apabila seorang pemimpin

mendapatkan masukan yang optimum dari bawahannya untuk kepentingan

semua masalah oleh karena itu seorang pemimpin harus benar-benar

mengerti keterbatasan bawahannya.

Di dalam manajemen keperawatan, yang dimaksud dengan pengarahan

adalah tindakan fisik dari manajemen keperawatan, proses interpersonal

dimana personil keperawatan mencapai objektif keperawatan (Swansburg,

2000). Sebagai seorang pemimpin dalam manajemen keperawatan, ia harus

mempunyai kemampuan untuk membujuk bawahan bersama-sama bekerja

keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pelayanan keperawatan

untuk mencapai hal tersebut pimpinan keperawatan seharusnya telah

dibekali ilmu dasar yang kuat tentang kebijaksanaan organisasi, tujuan,

program-program baru dan rencana untuk perubahan.

Selain itu, pimpinan keperawatan juga harus mempunyai perilaku yang

dapat diterima secara sosial, kualitas personal yang dapat diterima bawahan,

keterampilan dalam memimpin, serta kemampuan komunikasi interpersonal

yang baik. Jika semua ini ada pada seorang pimpinan keperawatan maka

pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan sehingga dukungan bawahan

untuk mencapai tujuan manajemen keperawatan optimal. Secara operasional


15

keefektifan pengarahan dapat dilihat dari kesamaan komando dan

terciptanya tanggung jawab bawahan secara penuh kepada satu pimpinan.

4) Fungsi Pengendalian (Controlling)

Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala

sesuatunya terjadi sesuai rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah

dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan

untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan

tidak terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg, 2000).

Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini

membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan.

Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang

diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi.

Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu

direvisi, melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada

perubahan, maka seorang manajer akan kembali pada proses planning.

Dimana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil

dari controlling (Raden, 2013).

Pengontrolan dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul

sebaiknya satu sama lain bertemu dan menenangkan mereka melalui kontak

langsung. Untuk merangsang kerja sama, perlu peran serta sejak semula.

Proses pengontrolan dapat digambarkan dengan salah satunya membuat

standar bagi semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah yang

diterima serta hasil yang dapat diukur yang ukuran ini harus dapat

mengukur pencapaian dan tujuan yang ditentukan. Kontrol termasuk

koordinasi sejumlah kegiatan, pembuatan keputusan yang berhubungan


16

dengan perencanaan dan kegiatan organisasi, serta informasi dari

pengarahan dan pengevaluasian setiap kinerja petugas.

Kron dan Gray dalam Swansburg (2000) menunjukkan bahwa kontrol

menggunakan pengevaluasian dan keteraturan. Karakteristik suatu sistem

kontrol yang baik adalah harus menunjukkan sifat dari aktivitas, melaporkan

kesalahan-kesalahan dengan segera, memandang ke depan, menunjukkan

penerimaan pada titik-titik kritis, objektif, fleksibel, menunjukkan pola

organisasi, ekonomis, dapat dimengerti dan menunjukkan tindakan

perbaikan. Manajer perawat akan merealisasikan cara terbaik dalam

menjamin kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan di ruangan-

ruangan untuk menegakkan filosofi, standar pelayanan dan tujuan-tujuan.

3. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :

1) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena

melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko

pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan terencana.

2) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang

efektif. Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

3) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.

Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai

tingkat manajerial.
17

4) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus

perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang pasien

lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin utama dari

seluruh tujuan keperawatan.

5) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan

sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

6) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang

meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian

pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.

7) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk

memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

8) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

memberikan persamaan pandangan, arah dan pengertian diantara pegawai.

9) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya persiapan

perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi atau upaya

manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.

10) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi

penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian

instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,

membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki

kekurangan.
18

Prinsip-prinsip Organisasi menurut Fayol adalah :

1) Division of work (pembagian pekerjaan)

Tugas atau pekerjaan dibagi secara rata pada masing-masing individu

ataupun tim.

2) Authority dan responsibility (kewenangan dan tanggung jawab)

Masing-masing personal atau Tim memiliki kewenangan dan tanggung

jawab terhadap pekerjaan yang telah diberikan kepadanya.

3) Dicipline (disiplin)

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat pokok dalam sistem manajemen.

4) Unity of command (kesatuan komando)

Merupakan kesatuan perintah, satu perintah dari atasan menjadi tanggung

jawab bersama.

5) Unity of direction (kesatuan arah)

Merupakan tujuan yang sama.

6) Sub ordination of individual to generate interest (kepentingan individu

tunduk pada kepentingan umum)

7) Renumeration of personal (penghasilan pegawai)

Penghasilan pegawai merupakan bentuk reward yang diberikan atas jasa

yang telah dilakukan.

4. Proses Manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka

dimana masing-masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi serta

dipengaruhi oleh lingkungan. Karena merupakan suatu sistem maka akan

terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme

umpan balik.
19

1) Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi, personel,

peralatan dan fasilitas.

2) Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari

tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang

mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan

pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen diperlukan

keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar manusia dan

keterampilan konseptual.

3) Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset.

4) Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk

budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat,

prosedur yang standar dan akreditasi.

5) Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey

kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer dan administrator

seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan pengorganisasian

serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

5. Lingkup Manajemen Keperawatan

Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang

melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan kemudian

menjadi hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan

pelayanan kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan

menyeluruh sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai ditentukan


20

sebagian besar oleh gambaran pelayanan keperawatan yang terdapat

didalamnya.

Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis. Manajer keperawatan

yang efektif seyogyanya memahami hal ini dan memfasilitasi pekerjaan

perawat pelaksana. Kegiatan perawat pelaksana meliputi :

1) Menetapkan penggunakan proses keperawatan

2) Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa

3) Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh

perawat

4) Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan

5) Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan

Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa diinisiasi oleh para manajer

keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan dengan

melibatkan para perawat pelaksana.

B. KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. Definisi Kepemimpinan

Berikut ini adalah beberapa definisi kepemimpinan, diantaranya :

1) Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami

dan setuju dengan apa yang harus mereka kerjakan dan bagaimana

mengerjakan tugas tesebut secara efektif, serta proses untuk memfasilitasi

upaya individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

2) Kepemimpinan adalah proses dimana seorang pemimpin mempengaruhi

individu atau anggota kelompok untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan

mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang


21

dilakukan oleh seseorang untuk mempengaruhi orang lain, membimbing,

membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan dalam suatu

kelompok maupun organisasi.

3) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh

kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun tidak.

Apabila seorang manajer ingin kepemimpinan lebih efektif, ia harus mampu

memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki

kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, menggerakkan

stafnya agar mereka mampu melaksanakan tugas-tugas pokok organisasi

sesuai dengan kewenangan yang diberikan kepadanya dan tanggung jawab

yang melekat pada setiap tugas.

4) Menurut Gillies (1994) dalam Arwani (2006), mendefinisikan

kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai

arti beragam, seperti untuk memandu, untuk menjalankan dalam arah

tertentu, untuk mengarahkan, berjalan didepan, menjadi yang pertama,

membuka permainan dan cenderung kehasil yang pasti. Pemimpin yang

efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan interaksi yang efektif

diantara tenaga kerja, bahan dan waktu. Seorang pemimpin yang efektif

adalah seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha

banyak pekerja dengan bermacam-macam keterampilan.

5) Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah

kemampuan untuk mempengeruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain

untuk mencapai tujuan.


22

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses

dimana seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya untuk mencapai suatu

tujuan dan untuk mencapai tujuan tersebut, pemimpin menggunakan berbagai

cara agar bawahan bersedia melakukan sesuatu yang baik dan benar.

Menurut Swanburg (2001), menyatakan ada empat variabel besar untuk

memahami kepemimpinan, yaitu :

1) Karakteristik pimpinan

2) Sikap, kebutuhan dan karakteristik lainnya dari bawahan

3) Karakteristik dari organisasi, seperti tujuan, sruktur organisasi dan keadaan

organisasi yang akan dibentuk

4) Keadaan sosial, ekonomi dan politik lingkungan.

McGregor menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan yang

sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang

terjadi pada manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.

Morton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transakasi masyarakat

dimana seorang anggota mempengaruhi yang lainnya. Ia menyatakan bahwa

seseorang yang berkuasa, tidak perlu menggunakan kepemimpinan. Lebih baik

lagi, seorang dengan posisi sedang berkuasa akan lebih efektif sebab dapat

dikombinasikan antara kekuasaan dan kepemimpinan untuk membantu suatu

organisasi mencapai tujuan. Morton menguraikan ada 4 pemimpin yang efektif

yaitu :

1) Pemimpin yang mengerti apabila menerima suatu komunikasi

2) Pemimpin yang mempunyai pedoman apa yang harus dilakukan dan yang

diminta dalam komunikasi


23

3) Pemimpin yang percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan

kehendak perorangan dengan nilai yang baik

4) Pemimpin yang percaya bahwa hal itu sesuai dengan tujuan dan nilai

organisasi.

Semua definisi kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaksi yang

dinamis yang mencakup tiga dimensi yaitu pimpinan, bawahan dan situasi.

Masing-masing dari dimensi tersebut saling mempengaruhi.

2. Teori Kepemimpinan

Berikut ini adalah beberapa teori kepemimpinan yaitu sebagai berikut

(Nursalam, 2011) :

1) Teori Bakat (Trait Theory)

Teori bakat menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin

dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik

tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. Teori ini disebut

juga Great Man Theory. Teori bakat mengabaikan dampak atau pengaruh

dari siapa yang mengasuh, situasi dan lingkungan lainnya, tetapi menurut

teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat dikembangkan bukan

hanya dari pembawaan sejak lahir. Teori ini mengidentifikasi karakteristik

umum tentang intelegensi, personalitas dan kemampuan (perilaku).

Swanburg (2001) menyatakan ciri-ciri pemimpin menurut teori bakat yaitu :

a. Intelegensi : Sifat yang berhubungan dengan intelegensi termasuk

pengetahuan, ketegasan dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa

pengetahuan dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu

faktor terpenting dalam keefektifan pemimpin.


24

b. Kepribadian : Sifat kepribadian seperti kemampuan beradaptasi,

kepercayaan diri, kreativitas dan integritas personal dihubungkan dengan

kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang efektif

mengetahui bagaimana memotivasi semangat kerja para pekerja untuk

mencapai tujuan organisasi.

c. Kemampuan : Seorang pemimpin mempunyai cukup kepopuleran,

kemasyuran dan keterampilan interpersonal untuk memberikan simbol,

memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara anggotanya dalam

sistem tersebut.

2) Teori Perilaku

Teori perilaku lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan

bagaimana seorang manajer menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat

sebagai suatu rentang dari perilaku otoriter ke demokratis atau dari fokus

suatu produksi ke fokus pegawai. Menurut Vestal (1994), teori perilaku ini

dinamakan sebagai gaya kepemimpinan seorang manajer dalam suatu

organisasi.

3) Teori Kontingensi dan Situasional

Teori ini menekankan bahwa manajer yang efektif adalah manajer yang

melaksanakan tugasnya dengan mengkombinasikan antara faktor bawaan,

perilaku dan situasi. Tannenbaum dan Schmid (1983) menekankan bahwa

kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis diperlukan

oleh manajer. Unsur utama manajer adalah kemampuan manajer dan

penghargaan kepada kelompok, bergantung pada situasi suatu organisasi.

Fielder (1967) menegaskan bahwa gaya kepemimpinan yang paling tepat

adalah ideal dengan situasi. Dia menekankan bahwa hubungan antara


25

kelompok manajer dan pegawai merupakan unsur yang penting dalam

menilai sebagai manajer yang baik.

4) Teori Kontemporer

Teori ini menekankan pada empat komponen penting dalam suatu

pengelolaan, yaitu manajer / pemimpin, staf dan atasan, pekerjaan dan

lingkungan. Dia menekankan dalam melaksanakan suatu manajemen

seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk

mencapai tujuan organisasi. Teori kontemporer tersebut juga perlu didukung

oleh teori motivasi, interaksi dan teori transformasi.

3. Kegiatan Kepemimpinan

Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal.

Kegiatan tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan,

mensupervisi, mengawasi tindakan anak buah, mengkoordinasikan kegiatan

yang sedang atau akan dilakukan dan mempersatukan usaha dari berbagai

individu yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dari semua aktivitas,

mengarahkan adalah hal yang paling sulit. Untuk memimpin bawahan sesuai

yang telah ditetapkan, seorang pemimpin harus memiliki pandangan gambaran

akhir yang jelas, harus terbiasa dengan kemampuan dan memotivasi bawahan

serta harus menghargai pengeluaran waktu dan usaha mengikuti jalan yang

telah ditetapkan.

Mengarahkan orang lain adalah transaksi yang rumit karena hal ini

menempatkan si pemimpin didalam peran otoriter. Mengawasi merupakan

kegiatan yang termudah karena tanggung jawab supervisor sendiri

mendatangkan keingintahuan dan perhatian mengenai kontribusi bawahan.

Akhirnya koordinasi merupakan kegiatan kepemimpinan yang sangat penting


26

karena usaha semua pegawai disatukan dan difokuskan jelas pada tujuan

kelembagaan, tenaga ahli yang bermacam-macam bisa bekerja satu sama lain

(Gillies, 1989).

4. Gaya Kepemimpinan

Gaya diartikan sebagai cara penampilan karakteristik atau tersendiri

(khusus). Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan

berbeda-beda. Gillies (1970) dalam Nursalam (2000) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan dapat diidentifikasikan berdasarkan perilaku pimpinan itu

sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-

tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan

mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan

cenderung sangat bervariasi dan berbeda-beda.

Gaya yang dikembangkan oleh seorang pemimpin dipengaruhi oleh tiga

faktor utama. Ketiganya akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan

pengawasan terhadap kelompok yang dipimpin, yaitu :

1) Faktor kekuatan yang pertama bersumber pada dirinya sendiri sebagai

pemimpin

2) Faktor kedua bersumber pada kelompok yang dipimpin

3) Faktor yang ketiga tergantung pada situasi.

Secara mendasar gaya kepemimpinan dibedakan atas empat macam

berdasarkan kekuasaan dan wewenang, yaitu otoriter, demokratis, partisipatif

dan laissez faire. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut satu sama lain

memiliki karakteristik yang berbeda. Berikut beberapa gaya kepemimpinan

yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain :


27

1) Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekerjaan.

Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin dengan cara

otoriter, mempertanggung jawab untuk semua perencanaan tujuan dan

pembuatan keputusan serta memotivasi bawahannya dengan menggunakan

sanjungan, kesalahan dan penghargaan. Pemimpin menentukan semua

tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi

diberikan hanya pada kepentingan tugas. Motivasi dilakukan dengan

imbalan dan hukuman. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini

biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh

kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk mematuhi dan

melaksanakannya (DepKes, 1990).

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain :

- Wewenang mutlak berada pada pimpinan

- Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan

- Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

- Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

- Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para

bawahan dilakukan secara ketat.

2) Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi

orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama

antara pimpinan dan bawahan. Demokratis merupakan kepemimpinan yang

menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan


28

posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok

untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan

dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan

dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri antara lain :

- Wewenang pimpinan tidak mutlak

- Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan

- Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

- Komunikasi berlangsung timbal balik

- Pengawasan dilakukan secara wajar.

3) Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laissez Faire adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan

dengan cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan

kepada bawahan. Gaya kepemimpinan Laissez Faire disebut juga bebas

tindak atau membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan

menentukan sendiri kegiatan tanpa pangarah, supervisi dan koordinasi. Staf

atau bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan

hanya sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal atau

sebagai fasilitator (Nursalam. 2011).

Ciri gaya kepemimpinan ini antara lain :

- Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan

- Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan

- Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan


29

- Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan

- Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku bawahan.

4) Partisipatif

Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang

menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan

tersebut pada bawahannya. Pemimpin meminta saran dan kritik staf serta

memepertimbangkan respons staf terhadap usulannya. Keputusan akhir

yang diambil bergantung pada kelompok (Nursalam, 2011).

5. Penerapan Kepemimpinan Dalam Keperawatan

Mengimplementasikan kepemimpinan dalam keperawatan merupakan

tanggung jawab perawat, melalui kepemimpinan yang efektif diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan. Untuk itu diperlukan suatu keterampilan

kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif divisualisasikan sebagai suatu

rantai yang kokoh, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan. Menurut

Kron (1981), kegiatan-kegiatan untuk mencapai kepemimpinan yang efektif

melalui :

1) Perencanaan dan pengorganisasian

2) Membuat penegasan dan memberi pengarahan (making assigments and

giving directions)

3) Memberi bimbingan (Providing guidence)

4) Mendorong kerja sama dan partisipasi (Encouraging cooperation and

participation)

5) Mengkoordinasikan kegiatan (Coordinating Activities)

6) Observasi / supervisi (Observing or Supervising)

7) Evaluasi hasil penampilan kerja (evaluating performance results).


30

C. KONSEP MAKP / SP2KP

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur,

yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem MAKP.

Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan

menentukan kualitas produksi / jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak

memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang

independen, maka tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan dalam memenuhi

kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.

1. Model Praktik

1) Praktik Keperawatan Rumah Sakit

Perawat profesional (Ners) mempunyai wewenang dan tanggungjawab

melaksanakan praktik keperawatan di Rumah Sakit dengan sikap dan

kemampuannya.

2) Praktik Keperawatan Rumah

Bentuk praktik keperawatan rumah diletakkan pada pelaksanaan pelayanan /

asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah sakit.

3) Praktik Keperawatan Berkelompok

Beberapa perawat profesional membuka praktik keperawatan selama 24 jam

kepada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan dengan pola

yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan praktik keperawatan

rumah sakit dan rumah.

4) Praktik Keperawatan Individual

Pola pendekatan dan pelaksanaan sama seperti yang diuraikan untuk praktik

keperawatan rumah sakit. Perawat profesional senior dan berpengalaman


31

secara sendiri / perorangan membuka praktik keperawatan dalam jam

praktik tertentu untuk memberi asuhan keperawatan.

2. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan

Profesional (MAKP)

1) Sesuai dengan visi dan misi institusi

2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan

3) Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya

4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat

5) Kepuasan dan kinerja perawat

6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan

lainnya.

3. Lima Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Profesional

1) Fungsional (bukan model MAKP)

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.

Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat,

maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi

keperawatan saja (misalnya merawat luka) kepada semua pasien di bangsal.

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada

penyelesaian tugas dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk

melakukan tugas tertentu untuk dilaksanakan kepada semua pasien yang

dirawat disuatu ruangan. Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang

berorientasi pada tugas dimana fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada

setiap anggota staff. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2 jenis

intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal. Misalnya seorang


32

perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain

untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena,

seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain

memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab

penuh untuk perawatan seorang pasien. Seorang perawat bertanggung jawab

kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas

manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan.

Kelebihan Metode Fungsional :

a. Pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik

b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial dan perawat

pasien diserahkan kepada perawat junior.

d. Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu

singkat

e. Perawat akan terampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja

f. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja

g. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang

berpengalaman untuk tugas sederhana

h. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik

yang melakukan praktek untuk keterampilan tertentu.

Kelemahan Metode Fungsional :

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat lainnya

b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan

dalam penerapan proses keperawatan


33

c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan

keterampilan saja

d. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas

pekerjaan

e. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat

f. Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk.

2) MAKP Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-

beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.

Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / group yang terdiri atas tenaga

profesional, teknikal dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling

membantu.

Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok

ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta

memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas


34

dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok / ketua group dan

ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim.

Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan

kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam

menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim

melaporkan kepada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan

keperawatan terhadap klien.

Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai

pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat

menyatukan perbedaan kategori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk

menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional.

Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan

untuk sekelompok pasien dibawah arahan / pimpinan seorang perawat

profesional (Marquis & Huston, 2000).

Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat

bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan

terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota

tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok

mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan

keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat

yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui

kontribusinya didalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas

asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling

melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan


35

kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya

dalam pemberian asuhan keperawatan.

Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim

apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan

sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan

kebutuhan semua pasien yang ada didalam timnya dan merencanakan

perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi mengkaji anggota tim, memberi

arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan dan

mengkoordinasikan aktivitas klien.

Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus

diperhatikan yaitu :

a. Pemimpin tim didelegasikan / diberi otoritas untuk membuat penugasan

bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya

b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik

atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim

c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada

kelompok pasien.

d. Komunikasi diantara anggota tim adalah penting agar dapat sukses.

Komunikasi meliputi penu!isan perawatan klien, rencana perawatan

klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk

mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal diantara anggota

tim.
36

Kelebihan Metode Tim :

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi

dan memberi kepuasan kepada anggota tim

d. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif

e. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal

f. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-

beda secara efektif

g. Peningkatan kerja sama dan komunikasi diantara anggota tim dapat

menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara

keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai

kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan

h. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat

dipertanggung jawabkan

i. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama

bertugas.

Kelemahan Metode Tim :

a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk

konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk

dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk

b. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi

anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai

perawat pemimpin maupun perawat klinik


37

c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu

tergantung staf dan berlindung kepada anggota tim yang mampu

d. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena

membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.

3) MAKP Primer

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggungjawab penuh

selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk

sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada

kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini

ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien

dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan

koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar model

asuhan keperawatan ini adalah adanya tanggung jawab, tanggung gugat

serta otonomi dari perawat serta melibatkan keterlibatan pasien dan

keluarga.
38

Adapun tugas Perawat Primer antara lain :

a. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif

b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan

c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama dinas

d. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan

dokter maupun perawat lain

e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai

f. Menerima dan menyesuaikan rencana

g. Menyiapkan penyuluhan pulang

h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial

masyarakat

i. Membuat jadwal perjanjian klinik

j. Mengadakan kunjungan rumah sakit.

Ketenagaan Metoda Primer antara lain :

a. Setiap perawat primer adalah perawat bedside

b. Beban kasus pasien 4-6 orang perawat atau dengan rasio perawat dan

pasien sebesar 1:4 atau 1:5 disesuaikan dengan jumlah yang ada

diruangan dan jumlah perawat yang ada.

Kelebihan Metode Primer :

a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri

c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit

d. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan

karena terpenuhi kebutuhan secara individu


39

e. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang

efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi informasi dan advokasi

f. Pertukaran informasi tentang kondisi pasien selalu diperbaharui dan

komprehensif.

Kelemahan Metode Primer :

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan

klinis, penuh pertimbangan serta mampu berkolaborasi dengan berbagai

disiplin ilmu.

4) MAKP Kasus

Model ini menggunakan pendekatan holistic dari filosofi keperawatan

dimana setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien

saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap

shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang

sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu

pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat
40

privat / pribadi dalam memberikan asuhan keperawatan khusus seperti kasus

isolasi atau intensive care.

Kelebihan Metode Kasus :

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kelemahan Metode Kasus :

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang

sama.

5) Modifikasi : MAKP Tim-Primer

Model MAKP Tim dan Primer digunakan secara kombinasi dari kedua

sistem. Metode modifikasi merupakan penggunaan metode asuhan

keperawatan dengan modifikasi antara tim dan primer. Menurut Ratna S.

Sudarsono (2000) bahwa penetapan sistem model MAKP ini didasarkan

pada beberapa alasan yaitu :

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena perawat primer

harus mempunyai latar belakang pendidikan SI keperawatan atau setara

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab

asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim


41

c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan

keperawatan dan akuntabilitasnya terdapat pada primer.

Menurut Sudarsono (2000), MPKP dikembangkan beberapa jenis sesuai dengan

kondisi sumber daya manusia yang ada, antara lain adalah :

1. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula

Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap

awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan

keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen

utama yaitu ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan

dan dokumentasi asuhan keperawatan.

2. Model Praktek Keperawatan Profesional I

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional

tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu

ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang

digunakan. Pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan

metode tim disebut tim primer.

3. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional

tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan

spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat

spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan

kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset

dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer

pada area spesialisnya.


42

4. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Melalui asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat

tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang

berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan

riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan

keperawatan

D. KONSEP PERHITUNGAN TENAGA

1. Metode Douglas

Douglas (1984) dalam Swansburg & Swansburg (1999) menetapkan jumlah

perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi

klien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya,

yaitu sebagai berikut :

Tabel Perhitungan Tenaga Menurut Douglas


Jumlah Klasifikasi Pasien
klien Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,7 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst

Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan
minimal, 8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan
ketergantungan total.
43

Minimal Partial Total Jumlah


Pagi 0.17 x 3 = 0.51 0.27 x 8 = 2.16 0.36 x 6 = 2.16 4.83 (5) orang

Sore 0.14 x 3 = 0.42 0.15 x 8 = 1.2 0.3 x 6 = 1.8 3.42 (4) orang

Malam 0.07 x 3 = 0.21 0.10 x 8 = 0.8 0.2 x 6 = 1.2 2.21 (2) orang

Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang

2. Metode Akuitas

1) Kelas I : 2 jam / hari

2) Kelas II : 3 jam / hari

3) Kelas III : 4,5 jam / hari

4) Kelas IV : 6 jam / hari

Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30%

Contoh :

Rata-rata jumlah klien :

1) Kelas I = 3 orang x 2 jam / hari = 6 jam

2) Kelas II = 8 orang x 3 jam / hari = 24 jam

3) Kelas III = 4 orang x 4,5 jam / hari = 18 jam

4) Kelas IV = 2 orang x 6 jam / hari = 12 jam

Jumlah jam : 60 jam

Pagi / Sore = 60 jam x 35% = 2.625 orang (3 orang)

8 jam

Malam = 60 jam x 30% = 2.25 orang (2 orang )

8 jam

Jadi, jumlah perawat dinas 1 hari = 3+3+2 = 8 orang.


44

3. Metode Depkes

Dasar perhitungan sebagai berikut :

Tingkat Ketergantungan Pasien berdasarkan jenis kasus yaitu :

1) Pasien penyakit dalam : 3,5 jam perhari

2) Pasien bedah : 4 jam perhari

3) Pasien gawat : 10 jam perhari

4) Pasien anak : 4,5 jam perhari

5) Pasien kebidanan : 2,5 jam perhari

Rata-rata jumlah pasien perhari :

1) Jumlah jam perawatan yang diperlukan / hari / pasien

2) Jumlah jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari

3) Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam / hari

Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien : Pasien diklasifikasikan dalam

beberapa kategori yang didasarkan pada kebutuhan terhadap Asuhan

Keperawatan yaitu ada 4 kategori :

a. Asuhan Keperawatan Minimal (Minimal Care)

b. Asuhan Keperawatan Sedang (Intermediate)

c. Asuhan Keperawatan Agak Berat

d. Asuhan Keperawatan Maksimal (Total Care).

Penjelasan tiap kategori Asuhan Keperawatan sebagai berikut :

Asuhan Keperawatan Minimal, kriteria sebagai berikut :

1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, dilakukan sendiri

2) Makan dan minum dilakukan sendiri


45

3) Ambulasi dengan pengawasan

4) Observasi dengan tanda-tanda vital dilakuakn dengan setiap shift

5) Pengobatan minimal dan status psikoligis stabil.

Asuhan Keperawatan Sedang, kriteria sebagai berikut :

1) Kebersihan diri dibantu

2) Makan dan minum dibantu

3) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

4) Ambulasi dibantu dan pengobatan lebih dari sekali.

Asuhan Keperawatan Agak Berat, kriteri sebagai berikut :

1) Sebagian besar aktifitas dibantu

2) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali

3) Terpasang folley kateter dan intake output dicatat

4) Terpasang infus

5) Pengobatan lebih dari sekali

6) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

Asuhan keperawatan maksimal (total care), kriteria sebagai berikut :

1) Segala aktifitas diberikan oleh tenaga keperawatan

2) Posisi tidur

3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

4) Makan dan memerlukan NGT, dan terapi intravena

5) Penggunaan suction.
46

Tabel 2.2
Perhitungan dalam satu ruangan

Rata-rata Jam Jumlah Jam


Rata-rata
No Jenis/Kategori Perawatan Perawatan/
Pasien/Hari
/Pasien/Hari Hari
A B C D e
1 Pasien penyakit 8 3,5 28
dalam
2 Pasien bedah 10 4 40
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 4 2,5 10
Jumlah 26 24,5 101,5

Berdasarkan perhitungan jumlah jam perawatan tersebut diatas maka cara

menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan (Total Keseluruhan) di

Ruang Rawat Inap, dengan cara menjumlahkan :

1) Jumlah jam perawatan

2) Faktor koreksi terdiri dari :

a) Loss day yaitu Hari libur/ cuti/ hari besar: 78 hari/tahun

b) Faktor koreksi adalah jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan

tugas-tugas non keperawatan ( non nursing jobs ) seperti membuat

perincian pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien,

dan lain-lain diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.

Contoh cara perhitungan sebagai berikut :

Rumus : Jumlah jam perawatan


Jam kerja efektif per shift

101,5 jam = 14,5 orang


7 jam
= 14,5 orang dibulatkan jadi 14 orang.
47

Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah faktor koreksi

dengan :

a) Hari libur / cuti / hari besar (loss day) :

Rumus :

52 hari + 12 hari + 14 hari = 78 hari x 14 = 3,8 orang


286 hari
52 + 12 + 14 = 78 x 14 = 3,8
286 hari
= 3,8 orang dibulatkan jadi 4 orang.

b) Faktor koreksi :

Rumus : Jumlah tenaga keperawatan + loss day x 25


100
14 orang + 4 orang x 25 orang
100
14 + 4 x 25 = 4,5
100
= 4,5 orang dibulatkan jadi 5 orang.

Jadi Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan :

Rumus :

Jumlah Jam Perawatan + Loss Day + Faktor koreksi non keperawatan

: 14 + 4 + 5

: 23.

Jadi, tenaga keperawatan yang dibutuhkan berdasakan perhitungan diatas

adalah 23 orang perawat.


48

4. Metode Swansburg

Contoh :

Pada suatu unit dengan 24 tempat tidur dan 17 klien rata rata perhari.

Jumlah jam kontak langsung perawat – klien = 5 jam / klien / hari.

1) Total jam perawat / hari : 17 x 5 jam = 85 jam

Jumlah perawat yang dibutuhkan : 85 / 7 = 12,143 ( 12 orang) perawat / hari

2) Total jam kerja / minggu = 40 jam

Jumlah shift perminggu = 12 x 7 (1 minggu) = 84 shift / minggu

Jumlah staf yang dibutuhkan perhari = 84/6 = 14 orang

(jumlah staf sama bekerja setiap hari dengan 6 hari kerja perminggu dan 7

jam / shift).

Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999),

merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari :

→ pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 %

Sehingga jika jumlah total staf keperawatan / hari = 14 orang

Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7 orang

Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5 orang

Malam : 17% x 14 = 2,38 = 2 orang.

Anda mungkin juga menyukai