Ruang Irna Teratai RSUD Kota Tanjungpinang TB Resisten obat adalah TB yg disebabkan oleh basil M.Tuberkulosis yg telah resisten terhadap OAT. TB MDR adalah TB yg disebabkan oleh M.tb yg telah resisten terhadap INH dan Rifampisin. 1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2 2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yg tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan 3. Pasien TB yg mempunyai riwayat pengobatan TB yg tidak standar serta menggunakan kuinolon dan obat inj lini kedua minimal selama 1 bulan 4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yg gagal 5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 bulan pengobatan 6. Pasien TB kasus kambuh kategori 1 dan 2 7. Pasien TB yg kembali setelah lost to follow-up (putus berobat/default 8. Pasien terduga TB resisten obat yg mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB resisten obat 9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian OAT Berdasarkan pemeriksaan uji kepekaan M. Tuberculosis dengan tes cepat (gen exspert) Melakukan biakan kuman ,hasil biasanya didapat 2 bln kemudian Hasil keputusan dari TAK (Tim Ahli Klinis) Dosis yg diberikan adalah dosis maksimum berdasar BB, tetapi harus tetap memperhatikan kondisi klinis PMO yang diutamakan adalah petugas kesehatan yg terlatih Paduan pengobatan ini diberikan dalam 2 tahap, tahap awal dan lanjutan. Tahap awal adalah tahap pemberian oral dan suntikan paling sedikit 6 bln atau 4 bln setelah terjadi konversi biakan. Pada tahap ini obat oral ditelan setiap hari (7 hari dlm 1minggu). Dan obat suntikan diberikan 5 hari dlm 1minggu (senin-jumaat) Tahap lanjutan adalah pemberian OAT oral tanpa sutikan, dimana obat ditelan selama 6hari (hari minggu tidak minum obat) Lama pengobatan paling sedikit 18 bulan setelah terjadi konversi biakan, berkisar 19-24 bulan. Paduan pengobatan MDR TB di Indonesia Km – Eto- Lfx- Cs-Z-(E) / Eto- Lft- Cs- Z-(E) 1. OAT TB MDR SUNTIK Kanamisin (Km) = gagal ginjal akut Kapreomisin (Cm) 2. OAT TB MDR ORAL Ethionamid (Eto) = mual,muntah kuat, diare hipotiroidisme,neuropati Sikloserin (Cs) = g3 saraf, kejiwaan, insomnia, depresi Levofloksasin (Lfx) = ruptur tendon Para Amino Salicylic (PAS) = diare, anoreksia, hipotiroid Pirazinamid (Z) = GOAT, ikterus Etambutol (E) = Gangguan penglihatan 1. PENYABAB NYA 2. SUSPEK/ KRITERIA SUSPEK 3. PEMERIKSAAN PENUNJANG 4. LAMA PENGOBATAN 5. PADUAN OBATNYA 6. PMO 7. EFEK SAMPINGNYA Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis = TB paru dengan BTA neg , Ro positif Berdasarkan organ yg terkena = TB paru Berdasarkan tipe pasien = kasus baru Gejala klinis pada klien = batuk berdahak lebih dari 2 minggu, badan lemah (malaise), nafsu makan menurun, BB turun, demam. Paduan pengobatan = kategori 1, FDC Lepasan (2(HRZE)/ 4 (HR)3 Diagnosa yang muncul pada kasus ada 4, yang tidak muncul saat pengkajian hipertermi, g3 pertukaran gas. Intervensi pada Dx 1, yg tidak dilakukan adalah Fisioterapi dada dan Ko/ pemberian AB. Intervensi pada Dx2, yg tidak dilakukan adalah Monitor BB, Intervensi pada Dx3 , yg tdk dilakukan adl Mendukung keterlibaatan keluarga dg caara yg tepat , dan mengisntruksikan pasien menggunakan tehnik relaksasi sesuai kebutuhan Intervensi Dx4, yg tdk dilakukan adl menginstruksikan pengunjung melakukan cuci tangan sblm/sesudah kontak dg klien. Untuk pasien , lakukan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) TB dan pengobatannya serta ES. Suport PMO untuk kepatuhan minum obat klien Ajari etika batuk dan resiko penularan ke oranglain Untuk petugas kesehatan lakukan kebersihan /cuci tangan untuk mencegah resiko infeksi, dan gunakan APD.