TINJAUAN TEORITIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak kurang
dari 18 jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya sebagai
berikut :
- Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
- Teratur
- Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
- Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
3. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
- Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar
disertai dngan sedikit darah.
- Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput ajnin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair
terputus.
4. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu
biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini
keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban itu pecah pada pembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh mengharapkan bahwa
persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
nmembran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal
dari vagina serviks.
(Sarwono Prawiro, 2002)
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalina, waktu
sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi rahim disebut kejadian ketuban
pecah dini (periode laten ).
(Ida Bagus Manuaba EGC, 1998)
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric terkaitan
dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis
sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinata, dan
menyebabkan infeksi ibu.
(Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2001)
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila
pembukaan pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.
(Rustam Mochtar, 1998)
2. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
- Serviks inkompeten.
- Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
- Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
- Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
- Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.
-
5. Patofisiologi
a. Terjadi penbukaan premature serviks.
b. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
c. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang
mengeluarkan enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
6. Manifestasi klinis
a. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau skaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
c. Janin mudah diraba.
d. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban,
sudah kering.
e. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
8. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin,
atau melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru
janin.
3. Pemantauan janin
membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan
korioamnionitis.
5. Histopatologi
cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal
endapan tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami
kelainan maka akan terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila
biru menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.
9. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah,
warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes
lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila
kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu),
jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
Tentukan ada tidaknya infeksi
Tentukan tanda-tanda inpartus
b. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
Bau cairan ketuban yang khas
Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian
Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
Rawat di rumah sakit
Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes
busa negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi
Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali
pusat.
d. Penanganan aktif:
Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio
sesarea. Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan
diakhiri:
a. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi,
jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam
(prawirohardjo, 2002)
Kasus 24:
Ny. Y 24 tahun GI Po Ao usia gestasi 40 minggu. Masuk RS 21 juni 2005 jam 09:45
WIB. Dan anda melakukan pengkajian pada jam 10:00 WIB. Dx medis PROM dari
pemeriksan lab darah positif terdapat gambaran seperti pakis dari cairan yang diambil
pervaginam. Pemeriksaan VT pembukaan I ketuban telah pecah warna jernih. Blood
slym (negatif) kien mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah sholat magrib.
Klien mengaku cemas dengan keaadaannya. Klien menyatakan agar bayinya dapat
lahir dengan selamat. His 1X10 menit durasi 20 menit. TD 100/70 mmHg. Nadi kuat
teratur 80x/menit.T 37,0 oC. Tampak klien berkeringat banyak, baju klien basah dan
lembab.
Soal A:
1. buat NCP sesuai dengan data yang ada
2. bagaimana dengan implementasi dan evaluasi terkait dengan data berikut
pada siang harinya sebelum berganti dinas, anda melakukan evaluasi dari intervensi
yang anda lakukan pukul 13:30 WIB didapatkan data, tampak klien semakin lemah
TD 100/70 mmHg, Nadi kuat 86x/mnt, RR 24x/mnt, T 37,0o C, pemeriksaan leokosit
13000 mm3. klien cemas dengan persalinannya. Anda memberikan penjelasan tentang
cara nafas dalam bila nyeri timbul, tetapi klien tidak dapat berkonsentrasi karena
cemasnya. Klien dipasang IV FD Nacl 0,9 % 20 tetes per menit. His 2x / 10 mnt,
durasi 20 menit pembukaan 2.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
# Nama : Ny. Y
# Umur : 24 tahun
2. Keluhan utama
# Ny.Y mengeluh mulas-mulas sejak tadi malam setelah solat maghrib
# Ny.Y mengeluh c emas dengan keadaannya
# Ny.Y menanyakan apakah bayinya dapat lahir dengan selamat.
3. Riwayat obstetric
a) Riwayat haid
- Menarche : 16 tahun
- Siklus : 28 hari
- Durasi : 1 minggu
b) Riwayat kehamilan sekarang
c) Kehamilan ke : I
d) HPHT : 05 September 2004
e) HPL :21 Juni 2005
4. Pemeriksaan umum:
- tinggi badan
- berat badan
- TTV :-TD :100/70 mmHg
-N : 80x/mnt
-RR : 20x/mnt
-T : 37,0 c
5. Pemerisaan penunjang :
- leokosit : 13 ribu mm3 (13.30)
- pemeriksaan air ketuban : tampak gambaran seperti pakis dari cairan
ketuban
B. Analisa Data :
No. Data yang di dapat Masalah keperawatan
1. Ds :- klien memengaku cemas cemas
dengan keadaannya
- klien menyatakan agar bayinya
dapat lahir dengan selamat.
Do ; -
2. Ds : - Kekurangan volume cairan
Do :-klien tampak berkeringat banyak
-baju klien basah dan lembab
3. Ds: klien mengeluh mulas-mulas nyeri
sejak tadi malem setelah sholat
magrib.
Do: pemeriksaan VT pembukaan 1,
ketuban telah pecah, warna jernih
B. Diagnosa Keperawatan:
a.Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang kehamilan
b. Resti infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan mikroorganisme
c.Kekurangn volume cairan berhubungan dengan diaforesis meningkat
II. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan perawatan maternal bayi. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandun gan dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC