PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Hipoglikemia dapat dialami oleh semua penderita diabetes melitus
(DM) dalam terapi pengendalian kadar gula darah, di mana pasien DM
tipe 1 dapat lebih sering mengalami hipoglikemia dibandingkan dengan
pasien DM tipe 2. Pasien DM Tipe 1 dapat mengalami 2 episode
hipoglikemia asimptomatis dalam 1 minggu dan mengalami 1 kali
serangan hipoglikemia berat setiap tahun. Pada DM tipe 2 didapatkan
kejadian hipoglikemia berat terjadi 3 – 72 episode per 100 pasien per
tahun
Hipoglikemia merupakan faktor penyulit dalam pengendalian
kadar gula darah penderita diabetes melitus
Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan
5,7% pada penduduk perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut
berbeda – beda di berbagai provinsi dan prevalensi diabetes di daerah
perkotaan di Jawa Tengah sebesar 7,8%.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah yang dapat kelompok sampaikan yaitu: “Bagaimana asuhan
keperawatan kegawat daruratan Hipoglikemia?”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dan
pembaca makalah ini dapat memahami mengenai asuhan keperawatan
kegawat daruratan Hipoglikemia.
2
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini agar penulis dan
pembaca mampu:
a. Menyebutkan definisi Hipoglikemia
b. Menjelaskan klasifikasi Hipoglikemia
c. Menjelaskan etiologi Hipoglikemia
d. Menyebutkan manifestasi klinis Hipoglikemia
e. Menjelaskan patofisiologi Hipoglikemia
f. Menjelaskan komplikasi Hipoglikemia
g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Hipoglikemia
h. Menjelaskan penatalaksanaan medis kedaruratan Hipoglikemia
i. Menjelaskan pengkajian gawat darurat Hipoglikemia
j. Menjelaskan intervensi keperawatan Hipoglikemia
D. Metode Penulisan
1. Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi bersumber dari buku-buku
mengenai gawat darurat di bidang penyakit dalam, penyakit
hipoglikemia, , buku ajar ilmu penyakit dalam, buku ajar keperawatan
medikal bedah, dan nanda nic-noc yang ada di perpustakaan STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan
dengan konsep mengenai asuhan keperawatan kegawat daruratan
Hipoglikemia.
3
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
3. Bagi Pembaca
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok
membuat sistematika penulisan yang dimulai dari:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Yang terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan medik kedaruratan, dan asuhan keperawatan kegawat
daruratan Hipoglikemia.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
2. Klasifikasi
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
a. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi
yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem
produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak
cadangan glikogen.
d. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolisme
6
Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.
3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa
di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis
obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu.
Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula
darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat
pemeriksa gula darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan
kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan
yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip
dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan
glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan
7
menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun
pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih
dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang
kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun
sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
8
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula
darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi
melebihi dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa
baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia
lagi.
4. Manifestasi Klinis
9
menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi
pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada
penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi
hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis
karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :
10
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil
insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah
raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih
sering terjadi dan lebih berat.
5. Patofisiologi
11
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan
hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic
yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga
mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak
bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis
diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun,
sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam
darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk
bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku
yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi
pada hipoglikemia sedang.
12
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).
13
6. Pathway Hipoglikemia
Glukos
a
DIABETES MELITUS
Glukagon Epinerin
Glikogenolisis
Respon
SSP
Respon Respon
Otak Vegetatif
Kortek serebri kurang suplai Adrenalin
energi
Penuruna
n
kesadaran
Lidah jatuh
kebelakang
Sumbatan
jalan
nafas
BERSIHAN
JALAN NAFAS
TIDAK
EFEKTIF
15
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa
postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl
setelah 5 jam.
b. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
c. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin
dua kali negatif terhadap glukosa.
d. EKG: Takikardia.
e. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
f. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam
g. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-
6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
h. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
i. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi
16
8. Penatalaksanaan Hipoglikemia
a. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan
pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus
segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200
ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak
dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal
makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram
karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan
keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau
gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya
akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan
kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena.
Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat
kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit
dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan
puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.
17
c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati.
Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc
setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10
% 6 kolf/jam.
18
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian Gawat Darurat
1) Hipoglikemia
a. Pengkajian Primer
1. Airway: penilaian akan kepatenan dan bersihan jalan napas,
meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas,
adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan napas bersih.
Hasil: pada pasien yang mengalami syok kardiogenik, tidak
ditemukan adanya sumbatan yang akan menghalangi jalan
nafas.
Masalah Keperawatan: -
19
Masalah Keperawatan: Risiko penurunan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan kadar glukosa darah.
b. Pengkajian Sekunder
1. Data subjektif
a) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –
sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
b) Riwayat kesehatan sekarang
20
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.
2. Data objektif
a) Tanda-tanda vital: umumnya menunjukkan tekanan darah :
95/70 mmHg, nadi : 92 x/ menit, Suhu : 360 C, pernafasan :
22 x/ menit.
b) Inspeksi: apatis, bingung, sianosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma.
c) Palpasi: nadi cepat tetapi lemah bahkan tidak dapat dipalpasi.
d) Auskultasi: terdengar bunyi ronchi pada paru, bunyi jantung
sangat lemah, tidak teratur.
21
A. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
A. Airways (Jalan Nafas) Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas 1. Membantu
Mengkaji adanya sumbatan pada napas tiidak tindakan keperawatan 2. Identifikasi klien memenuhi
jalan nafas seperti: efektif b.d obs- selama ....x24 jam untuk pemasangan kebutuhan
1. Benda asing truksi jalan nafas diharapkan jalan jalan nafas buatan oksigen
2. Sputum / pe-ningkatan nafas kembali efektif 3. Keluarkan sekret 2. Untuk
3. Cairan sekresi dengan KH: mengetahui
4. Lidah jatuh trakheobronkheal. 1. Suara nafas adanya hipoksia
5. Tidak ada bersih 3. Membantu jalan
2. Sputum nafas klien
berkurang
B. Breathing (Pernafasan) Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui
Kaji frekuensi nafas serta efektif b.d adanya tindakan keperawatan kesadaran pasien adanya hipoksia
inspeksi misalnya: depresan pusat selama ....x24 jam 2. Observasi frekuensi 2. Menunjukkan
1. Batuk pernapasan. diharapkan pola nafas nafas, ekspansi usaha untuk
2. Nafas sesak kembali efektif paru dan mendapatkan
3. Apnue dengan KH: penggunaan otot oksigen
22
4. Restraksi dada 1. RR 16-24 x bantu pernafasan 3. Membantu
Auskultasi: permenit 3. Kolaborasi memenuhi
1. Suara nafas wheezing, 2. Ekspansi dada pemberian terapi kebutuhan
ronchi, rales, atau tidak ada. normal oksigen oksigen
Perkusi: 3. Sesak nafas 4. Posisikan ekstensi 4. Membuka jalan
1. Pekak, timfani, sonor, redup. hilang / nafas
Palpasi: berkurang
1. Vokal fremitus, nyeri, tidak 4. Tidak suara
ada nafas
abnormal
23
peningkatan kadar natrium kuat dan
sebagai akibat Hipovolemi. reguler
2. Warna kulit
sekitar luka
tidak
pucat/sianosis
24
Pemeriksaan head to toe penurunan tindakan keperawatan nyeri tingkat nyeri
oksigen ke otak selama ....x24 jam 2. Ciptakan pasien
nyeri teratasi KH : lingkungan yang 2. Membuat pasien
1. Pasien rileks tenang lebih rileks dan
2. Tidak 3. Ajarkan teknik nyaman
meringis relaksasi 3. Mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.
B. Saran
Dalam makalah ini kami menyarankan bagi pembaca dalam
melakukan Asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien
hipoglikemia pada pengkajian utamakan pemeriksaan kegawat daruratan
dan pengkajian Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian
terhadap tanda vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan
penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan risusitasu ABC
(Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.
27