Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah di bawah nilai


normal ( < 45 – 50 mg / dL). Hipoglikemia perlu dicegah pada pasien
diabetes yang mendapatkan terapi pengendalian kadar glukosa darah
karena dapat menyebabkan kematian apabila kadar gula darah tidak segera
ditingkatkan.
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh
penderita diabetes melitus. Tidak seperti nefropati diabetik ataupun
retinopati diabetik yang berlangsung secara kronis, hipoglikemia dapat
terjadi secara akut dan tiba – tiba dan dapat mengancam nyawa.Hal
tersebut disebabkan karena glukosa adalah satu – satunya sumber energi
otak dan hanya dapat diperoleh dari sirkulasi darah karena jaringan otak
tidak memiliki cadangan glukosa. Kadar gula darah yang rendah pada
kondisi hipoglikemia dapat menyebabkan kerusakan sel – sel otak.
Kondisi inilah yang menyebabkan hipoglikemia memiliki efek yang fatal
bagi penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4% kematian penderita
diabetes melitus disebabkan oleh hipoglikemia.
Gejala yang muncul saat terjadi hipoglikemia dapat dikategorikan
sebagai gejala neuroglikopenik dan neurogenik (otonom). Gejala
neuroglikopenik merupakan dampak langsung dari defisit glukosa pada sel
– sel neuron sistem saraf pusat, meliputi perubahan perilaku, pusing,
lemas, kejang, kehilangan kesadaran, dan apabila hipoglikemia
berlangsung lebih lama dapat mengakibatkan terjadinya kematian. Gejala
neurogenik (otonom) meliputi berdebar – debar, tremor, dan anxietas
(gejala adrenergik) dan berkeringat, rasa lapar, dan paresthesia (gejala
kolinergik).

1
Hipoglikemia dapat dialami oleh semua penderita diabetes melitus
(DM) dalam terapi pengendalian kadar gula darah, di mana pasien DM
tipe 1 dapat lebih sering mengalami hipoglikemia dibandingkan dengan
pasien DM tipe 2. Pasien DM Tipe 1 dapat mengalami 2 episode
hipoglikemia asimptomatis dalam 1 minggu dan mengalami 1 kali
serangan hipoglikemia berat setiap tahun. Pada DM tipe 2 didapatkan
kejadian hipoglikemia berat terjadi 3 – 72 episode per 100 pasien per
tahun
Hipoglikemia merupakan faktor penyulit dalam pengendalian
kadar gula darah penderita diabetes melitus
Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia senada
dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan
5,7% pada penduduk perkotaan di Indonesia. Prevalensi diabetes tersebut
berbeda – beda di berbagai provinsi dan prevalensi diabetes di daerah
perkotaan di Jawa Tengah sebesar 7,8%.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan
masalah yang dapat kelompok sampaikan yaitu: “Bagaimana asuhan
keperawatan kegawat daruratan Hipoglikemia?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar penulis dan
pembaca makalah ini dapat memahami mengenai asuhan keperawatan
kegawat daruratan Hipoglikemia.

2
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini agar penulis dan
pembaca mampu:
a. Menyebutkan definisi Hipoglikemia
b. Menjelaskan klasifikasi Hipoglikemia
c. Menjelaskan etiologi Hipoglikemia
d. Menyebutkan manifestasi klinis Hipoglikemia
e. Menjelaskan patofisiologi Hipoglikemia
f. Menjelaskan komplikasi Hipoglikemia
g. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik Hipoglikemia
h. Menjelaskan penatalaksanaan medis kedaruratan Hipoglikemia
i. Menjelaskan pengkajian gawat darurat Hipoglikemia
j. Menjelaskan intervensi keperawatan Hipoglikemia

D. Metode Penulisan
1. Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi bersumber dari buku-buku
mengenai gawat darurat di bidang penyakit dalam, penyakit
hipoglikemia, , buku ajar ilmu penyakit dalam, buku ajar keperawatan
medikal bedah, dan nanda nic-noc yang ada di perpustakaan STIKES
Hang Tuah Tanjungpinang.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan
dengan konsep mengenai asuhan keperawatan kegawat daruratan
Hipoglikemia.

3
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang asuhan


keperawatan kegawat daruratan Hipoglikemia. sehingga dapat
menambah wawasan dalam pengembangan ilmu keperawatan
khususnya dibidang gawat darurat.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai


asuhan keperawatan kegawat daruratan Hipoglikemia, sehingga dapat
dijadikan sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa dengan
meletakkan makalah ini diperpustakaan.

3. Bagi Pembaca

Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca


terutama berkaitan dengan asuhan keperawatan kegawat daruratan
Hipoglikemia.

F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok
membuat sistematika penulisan yang dimulai dari:
1. BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Yang terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi,
manifestasi klinik, patofisiologi, komplikasi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan medik kedaruratan, dan asuhan keperawatan kegawat
daruratan Hipoglikemia.

3. BAB III : PENUTUP


Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Medik


1. Definisi
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang
dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan,
aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. (Nabyl, 2009)

Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau


tergantung pada kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah
dari kebutuhan tubuh.(www.medicare.com)
Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah)
terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7
hingga 3,3mmol/L).
Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang
mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60
mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:

1. Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60


mg/dl
2. Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun
mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
3. Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
4. Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam
sesudah makan

5
2. Klasifikasi
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
a. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi
yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem
produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
b. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika
bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan
lemak dan glikogen.
c. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak
cadangan glikogen.
d. Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis,
atau metabolisme

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :


a. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
c. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya.

6
Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.

3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan
kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa
di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :
a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis
obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu.
Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula
darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak
sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila
menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat
pemeriksa gula darah sendiri.
b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan
kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan
yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
c. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip
dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan
glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan

7
menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
d. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar
glukosa darah akan menurun.
e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja
secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda
meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun
pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
f. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar
merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat
dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan
penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan
insulin menjadi lambat.
g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik
kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa
darah menjadi seimbang.
h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan
penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih
dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang
kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun
sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

8
i. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula
darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
j. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi
melebihi dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih
terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa
baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia
lagi.

4. Manifestasi Klinis

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam


darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar
gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi,
bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya
kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari
kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang
pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan,
gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar).
Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke
otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,
perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama
bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang

9
menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi
secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi
pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada
penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi
hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis
karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya
terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama
serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri dari dua fase, yaitu :

a. Fase I : gejala-gejala akibat aktivasi pusat otonom di hipotalamus


sehingga hormon epinefrin masih dilepaskan. Gejala awal ini
merupakan peringatan karena saat itu pasien masih sadar sehingga
dapat di ambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemia
lanjut.
b. Fase II : gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terganggunya
fungsi otak, karena itu dinamakan gejala neurologis. Pada awalnya
tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah
dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan
beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari
cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai
serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan,
jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang
lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan
menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku
yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan
penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung
lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa
terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling
sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat

10
hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil
insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman,
terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah
raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan
hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih
sering terjadi dan lebih berat.

5. Patofisiologi

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak


terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan
bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa
dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak
sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah
ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf
di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan
kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula
darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian
besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan
koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga
gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis. Dehidrasi,
kehilangan elektrolit, asidosis

11
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa
oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan
hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-
sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic
yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang
berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga
mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak
(liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak
bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis
diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat
dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya
keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun,
sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam
darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk
bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf
pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku
yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi
pada hipoglikemia sedang.

12
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami
gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
(Smeltzer. 2001).

13
6. Pathway Hipoglikemia

Penuaa Keturuna Infeksi Gaya Kehamilan Obesitas


n n hidup

Sel beta pankreas rusak atau


terganggu
Produksi insulin

Glukos
a
DIABETES MELITUS

Dosis insulin terlalu Puasa atau intake


tinggi berkurang
HIPOGLIKEMIA

Glukagon Epinerin

Glikogenolisis

Defisit glikogen pada hepar

Gula darah menurun < 60 mg/dl

Penurunan nutrisi jaringan otak

Respon
SSP

Respon Respon
Otak Vegetatif
Kortek serebri kurang suplai Adrenalin
energi

Sakit kepala, sulit berkonsentrasi


atau berfikir, gemetar, tidak
sadar, stupor, kejang, koma.14
Takikardi Banyak
, pucat, keringat
gemetar (diaforesis)
Glukosa darah
dalam otak

Penuruna
n
kesadaran

Lidah jatuh
kebelakang

Sumbatan
jalan
nafas

BERSIHAN
JALAN NAFAS
TIDAK
EFEKTIF

15
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Prosedur khusus: Untuk hipoglikemia reaktif tes toleransi glukosa
postpradial oral 5 jam menunjukkan glukosa serum <50 mg/dl
setelah 5 jam.
b. Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
c. Pemeriksaan laboratorium: glukosa serum <50 mg/dl, spesimen urin
dua kali negatif terhadap glukosa.
d. EKG: Takikardia.
e. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi
glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
f. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140
mg/dl/2 jam
g. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh
kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat
mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan
kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4-
6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
h. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah
terganggu
i. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

16
8. Penatalaksanaan Hipoglikemia

a. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan
pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus
segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200
ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan
nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak
dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal
makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram
karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan
keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau
gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.
b. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya
akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan
sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya
mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan
kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena.
Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan
pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan
dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti
crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat
kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit
dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi
insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan
puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol,
pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

17
c. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati.
Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc
setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10
% 6 kolf/jam.

9. Penanganan Kegawat Daruratan Hipoglikemia


Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit
setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet
glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang
yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul
dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes
maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan
yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak
mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka
diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode
hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon
adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan
karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan
biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor
penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum
pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering
mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia
dengan sering makan dalam porsi kecil.

18
B. Konsep dasar keperawatan
1. Pengkajian Gawat Darurat
1) Hipoglikemia
a. Pengkajian Primer
1. Airway: penilaian akan kepatenan dan bersihan jalan napas,
meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas,
adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan napas bersih.
Hasil: pada pasien yang mengalami syok kardiogenik, tidak
ditemukan adanya sumbatan yang akan menghalangi jalan
nafas.
Masalah Keperawatan: -

2. Breathing: mengkaji frekuensi nafas, apakah ada penggunaan


otot bantu pernapasan, retraksi dinding dada, adanya sesak
napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara napas,
kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing.
Hasil: pada pasien hipoglikemia yang mengalami penurunan
kesadaran akan menyababkan gangguan pernafasan, seperti:
takipnea, dangkal, tidak teratur, dispnea, dan ronkhi basah.
Masalah Keperawatan: Pola nafas tidak efektif b.d adanya
depresan pusat pernapasan.

3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan


cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga
meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi, akral,
kelembaban kulit.
Hasil: pada pasien yang mengalami hipoglikemia akan
ditemukan masalah pada sirkulasinya, seperti: klien tampak
pucat, klien tampak berkeringat, capilery refill 3 detik, nadi
teraba lemah, akral teraba dingin dengan suhu 358oC,

19
Masalah Keperawatan: Risiko penurunan perfusi jaringan
perifer b.d penurunan kadar glukosa darah.

4. Disability: menilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi


pupil.
Hasil: pada pasien yang mengalami hipoglikemia akan
ditemukan masalah pada disabilitinya, seperti: gelisah,
berontak, apatis, bahkan sampai terjadi penurunan kesadaran
dan mengalami koma.
Masalah Keperawatan: Penurunan kadar glukosa darah b.d
penurunan produksi energi metabolik.

5. Exposure: menilai adanya trauma dan mengkaji jika terjadi


nyeri secara menyeluruh (head to toe).
Hasil: pada pasien yang mengalami hipoglikemia akan
ditemukan masalah pada exposure, seperti: rasa nyeri, nyeri
akut (sakit kepala) terjadi pada penderita hipoglikemia karena
kurangnya glukosa ke otak Kepala terasa pusing, kepala
terasa senut- senut, nyeri dengan skala 6 dan nyeri sering
muncul dan bertambah ketika aktivitas
Masalah Keperawatan: Nyeri akut b.d penurunan oksigen
ke otak

b. Pengkajian Sekunder
1. Data subjektif
a) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa
raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –
sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
b) Riwayat kesehatan sekarang

20
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang
pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh penderita.

d) Riwayat kesehatan keluarga


Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu
anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit
keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
insulin misal hipertensi, jantung.

2. Data objektif
a) Tanda-tanda vital: umumnya menunjukkan tekanan darah :
95/70 mmHg, nadi : 92 x/ menit, Suhu : 360 C, pernafasan :
22 x/ menit.
b) Inspeksi: apatis, bingung, sianosis, apnea, nafas cepat
irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak
makan dan koma.
c) Palpasi: nadi cepat tetapi lemah bahkan tidak dapat dipalpasi.
d) Auskultasi: terdengar bunyi ronchi pada paru, bunyi jantung
sangat lemah, tidak teratur.

21
A. Diagnosa Keperawatan
Pengkajian Diagnosa Tujuan Intervensi Evaluasi
A. Airways (Jalan Nafas) Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Buka jalan nafas 1. Membantu
Mengkaji adanya sumbatan pada napas tiidak tindakan keperawatan 2. Identifikasi klien memenuhi
jalan nafas seperti: efektif b.d obs- selama ....x24 jam untuk pemasangan kebutuhan
1. Benda asing truksi jalan nafas diharapkan jalan jalan nafas buatan oksigen
2. Sputum / pe-ningkatan nafas kembali efektif 3. Keluarkan sekret 2. Untuk
3. Cairan sekresi dengan KH: mengetahui
4. Lidah jatuh trakheobronkheal. 1. Suara nafas adanya hipoksia
5. Tidak ada bersih 3. Membantu jalan
2. Sputum nafas klien
berkurang

B. Breathing (Pernafasan) Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui
Kaji frekuensi nafas serta efektif b.d adanya tindakan keperawatan kesadaran pasien adanya hipoksia
inspeksi misalnya: depresan pusat selama ....x24 jam 2. Observasi frekuensi 2. Menunjukkan
1. Batuk pernapasan. diharapkan pola nafas nafas, ekspansi usaha untuk
2. Nafas sesak kembali efektif paru dan mendapatkan
3. Apnue dengan KH: penggunaan otot oksigen

22
4. Restraksi dada 1. RR 16-24 x bantu pernafasan 3. Membantu
Auskultasi: permenit 3. Kolaborasi memenuhi
1. Suara nafas wheezing, 2. Ekspansi dada pemberian terapi kebutuhan
ronchi, rales, atau tidak ada. normal oksigen oksigen
Perkusi: 3. Sesak nafas 4. Posisikan ekstensi 4. Membuka jalan
1. Pekak, timfani, sonor, redup. hilang / nafas
Palpasi: berkurang
1. Vokal fremitus, nyeri, tidak 4. Tidak suara
ada nafas
abnormal

C. Circulation Risiko penurunan Setelah dilakukan 1. Pantau TTV 1. Mengetahui


Suhu, TD, HR, nadi, turgor perfusi jaringan tindakan keperawatan 2. Kaji sirkulasi kondisi pasien
kulit, pendarahan, nyeri perifer b.d selama ....x24 jam perifer 2. Mengetahui
dada, pemeriksaan labor: penurunan kadar diharapkan perfusi 3. Monitor tingkat keparahan
biasanya hasil pemeriksaan glukosa darah. jaringan perifer laboratorium penyakit
laboratorium pada trauma teratasi dengan KH : 3. Mengetahui
abdomen memperlihatkan 1. Denyut nadi kadar glukosa
penurunan Hb dan Ht serta perifer teraba darah

23
peningkatan kadar natrium kuat dan
sebagai akibat Hipovolemi. reguler
2. Warna kulit
sekitar luka
tidak
pucat/sianosis

D. Disability Penurunan kadar Setelah dilakukan 1. Memantau kadar 1. Mengetahui


Kaji GCS atau kesadaran glukosa darah b.d tindakan keperawatan glukosa darah kadar glukosa
penurunan selama ....x24 jam 2. Pantau tanda-tanda pasien
produksi energi diharapkan kadar hipoglikemia 2. Mengetahui
metabolik glukosa darah normal 3. Mengintruksikan tingkat keparahan
kepada pasien dan penyakit
keluarga terhadap 3. Agar dapat
pencegahan memanajemen
hipoglikemia hipoglikemia
pada pasien
E. Exposure Nyeri akut b.d Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi 1. Mengetahui

24
Pemeriksaan head to toe penurunan tindakan keperawatan nyeri tingkat nyeri
oksigen ke otak selama ....x24 jam 2. Ciptakan pasien
nyeri teratasi KH : lingkungan yang 2. Membuat pasien
1. Pasien rileks tenang lebih rileks dan
2. Tidak 3. Ajarkan teknik nyaman
meringis relaksasi 3. Mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipoglikemia merupakan salah satu kegawatan diabetic yang


mengancam, sebagai akibat dari menurunnya kadar glukosa darah < 60
mg/dl. Adapun batasan hipoglikemia adalah:

1) Hipoglikemia murni : ada gejala hipoglikemi , glukosa darah < 60


mg/dl
2) Reaksi hipoglikemia : gejala hipoglikemi bila gula darah turun
mendadak, misalnya dari 400 mg/dl menjadi 150 mg/dl
3) Koma hipoglikemi : koma akibat gula darah < 30 mg/dl
4) Hipoglikemi reaktif : gejala hipoglikemi yang terjadi 3-5 jam
sesudah makan

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :


a) Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala
seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
b) Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak
memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda
gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan
berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat,
bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan.
c) Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien
memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya.

26
Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan
bahkan kehilangan kesadaran.

B. Saran
Dalam makalah ini kami menyarankan bagi pembaca dalam
melakukan Asuhan keperawatan kegawat daruratan pada pasien
hipoglikemia pada pengkajian utamakan pemeriksaan kegawat daruratan
dan pengkajian Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian
terhadap tanda vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan
penurunan kesadaran, sehingga penanganan tindakan risusitasu ABC
(Airway, Breathing, Circulatory) tidak terlambat dimulai.

27

Anda mungkin juga menyukai