Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi
Persalinan normal adalah pervaginam tanpa bantuan apapun tidak kurang dari 18
jam, tanpa adanya gangguan jalannya persalinan.
Tanda- tanda persalinan normal:
1. Timbulnya his persalinan ialah his pembukaan dengan sifatnya sebagai berikut :
1. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2. Teratur
3. Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya.
4. Kalau di bawa berjalan bertambah kuat.
5. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
2. Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show).
1. Dengan pendataran dan pebukaan, lendir dari canalis cervikalis keluar disertai
dngan sedikit darah.
2. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput ajnin pada bagian
bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapilair terputus.
3. Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban itu
biasanya pecah, kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini
keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban
itu pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan.
Walaupun selaput robek sebelum persalinan, kita boleh mengharapkan bahwa
persalinan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar. Ketuban dinyatakan
pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
nmembran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan membrane disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina serviks. Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan dan ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalina, waktu
sejak pecah ketuban sampai terjadi kontrasi rahim disebut kejadian ketuban pecah
dini (periode laten ).
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric terkaitan
dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai
sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinata, dan menyebabkan
infeksi ibu.
Ketuban pecah dini atau sponkaneous/early/premature rupture of the
membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum partus yaitu bila pembukaan
pada premi dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

B. Anatomi Fisiologi
1. Uterus
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak
dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut
miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut
endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak
uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar
ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah
bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya.
Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi
uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 – 8 cm dengan berat 30
– 60 gram.
Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :
a. Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterine
b. Badan uterus : melebar dari fundus ke serviks
c. Isthmus : terletak antara badan dan serviks.
Bagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga
serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut
interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksterna.
2. Proses Kehamilan
Kehamilan (alamiah) terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam
indung telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena sperma
masuk ke indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan hubungan
badan. Normalnya, wanita hanya memproduksi satu sel telur setiap bulannya.
Dilain tubuh pria bisa memproduksi sperma terus menerus dalam jumlah besar.
Rata-rata setiap semprotan air mani mengandung 100-200 juta sperma. Namun
dari jumlah tersebut hanya satu yang berhasil menembus indung telur dan
membuahi sel telur. Ini merupakan salah satu bentuk seleksi alam untuk memilih
bibit yang terbaik.
Proses kehamilan adalah proses dimana bertemunya sel telur dengan sel
sperma hingga terjadi pembuahan. Proses kehamilan (gestasi) berlangsung selama
40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia
kehamilan sendiriadalah 38 minggu, karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi
(tanggal bersatunya sperma dengan telur), yang terjadi dua minggu setelahnya.
Dalam dunia kedokteran, proses kehamilan dibagi menjadi tiga fase sesuai
dengan pertumbuhan fisik bayi. Masing-masing fase tersebut disebut trimester.
a. Trimester Pertama (Minggu 0 – 12)

Dalam fase ini ada tiga periode penting pertumbuhan mulai dari periode
germinal sampai periode terbentuknya fetus.
a. Periode Germinal (Minggu 0 – 3)
Proses pembuahan telur oleh sperma yang terjadi pada minggu ke-2
dari hari pertama menstruasi terakhir. Telur yang sudah dibuahi sperma
bergerak dari tuba fallopi dan menempel ke dinding uterus (endometrium).
b. Periode Embrio (Minggu 3 – 8 )
Proses dimana sistem syaraf pusat, organ-organ utama dan struktur
anatomi mulai terbentuk seperti mata, mulut dan lidah mulai terbentuk,
sedangkan hati mulai memproduksi sel darah. Janin mulai berubah dari
blastosis menjadi embrio berukuran 1,3 cm dengan kepala yang besar.
c. Periode Fetus (Minggu 9 – 12)
Periode dimana semua organ penting terus bertumbuh dengan cepat
dan saling berkaitan dan aktivitas otak sangat tinggi.
d. Trimester kedua (Minggu 12 – 24)

Pada trimester kedua ini terjadi peningkatan perkembangan janin. Pada


minggu ke-18 kita bisa melakukan pemeriksaan dengan ultrasongrafi (USG)
untuk mengecek kesempurnaan janin, posisi plasenta dan kemungkinan bayi
kembar. Jaringan kuku, kulit dan rambut berkembang dan mengeras pada
minggu ke 20 – 21. Indera penglihatan dan pendengaran janin mulai
berfungsi. Kelopak mata sudah dapat membuka dan menutup. Janin (fetus)
mulai tampak sebagai sosok manusia dengan panjang 30 cm.
e. Trimester ketiga (24 -40)
Dalam trimester ini semua organ tubuh tumbuh dengan sempurna.
Janin menunjukkan aktivitas motorik yang terkoordinasi seperti menendang
atau menonjok serta dia sudah memiliki periode tidur dan bangun. Masa
tidurnya jauh lebih lama dibandingkan masa bangun. Paru-paru berkembang
pesat menjadi sempurna. Pada bulan ke-9 ini , janin mengambil posisi kepala
di bawah dan siap untuk dilahirkan. Berat bayi lahir berkisar antara 3 -3,5 kg
dengan panjang 50 cm.

C. Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Serviks inkompeten.
2. Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
3. Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP.
5. Infeksi yang menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proleolitik sel sehingga memudahkan ketuban pecah.

D. Mekanisme Persalinan
Mekanisme gerakan bayi memungkinkan ia untuk menyesuaikan diri dengan
pelvis ibu yakni penurunan, fleksi, rotasi dalam, ekstensi, rotasi luar, dan pengeluaran.
1. Engangement, tertangkapnya kepala janin pada PAP
2. Decent, turunnya kepala janin ke PAP
3. Flexion (menekuk), tahanan yang diperoleh dari dasar panggul makin besar maka
makin fleksi kepala janin, dagu menekan dada dan belakang kepala (oksiput) menjadi
bagian terbawah janin, mengakibatkan masuknya kepala janin dengan diameter
terkecil melewati jalan lahir terkecil melewati jalan lahir.
4. Internal rotation, pemutaran bagian terendah kebawah simpisis menyesuaikan posisi
kepala janin dengan bentuk jalan lahir
5. Extentition, setelah paksi dalam selesai dan kepala sampai vulva, lahir berturut
sisiput, dahi, hidung, mulut, dagu
6. External rotation, putaran kepala mengikuti putaran bahu
7. Expultion, pengeluaran bahu dan badan janin
E. Tahap- Tahap Persalinan
Terdapat empat tahap persalinan
1. kala I : Dimulai dari permulaan persalinan sampai dilatasi serviks secara lengkap
2. kala II : dari dilatasi serviks lengkap sampai kelahiran bayi
3. kala III : dari kelahiran bayi sampai kelahiran plasenta
4. kala IV : dari kelahiran plasenta sampai stabilisasi keadaan pasien, biasanya pada
sekitar 1 jam masa nifas
a. Kala I
Proses membukanya servik sebagai akibat his di bagi dalam 2 fase:
1) Fase laten: kurang lebih selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2) Fase aktif: dibagi dalam 3 fase lagi yaitu:
a) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
c) Fase deselarisasi: pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2
jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, fase deselarisasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primigravida dan multigravida.
Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu,
sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka.ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang sama.
Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap.
Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 5 cm, disebut ketuban
pecah dini. Kala 1 selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala 1 berlangsung kira-kira 13 jam , sedangkan pada multipara kira-
kira 7 jam.
b. Kala II.
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3
menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar pangggul, yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada
rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka dan tidak lama
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul
sudah lebih berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his
dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat
sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5
jam.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas
pusat beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d. Kala IV
Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati
apakah ada perdarahan postpartum.

F. Faktor- Faktor Yang Mempengeruhi Persalinan


Ada 5 faktor yang penting dalam persalinan yaitu;
1. Power
Tenaga, his, kontraksi otot dinding uterus, kontraksi diafragma pelvis / kekuatan
mengejan, ketegangan / kontraksi ligamentum rotundum.
2. Passanger
Faktor yang berasal dari janin dan plasenta.
3. Passage
Faktor yang berasal dari jalan lahir lunak ataupun jalan lahir keras.
4. Persiapan penolong
5. Psikis
Apabila ke 5 faktor di atas berjalan dengan baik tanpa adanya alasan intervensi
maka persalinan tersebut berjalan normal, tetapi apabila terjadi penyimpangan pada
kelima faktor diatas sehingga memerlukan bantuan dari luar.

G. Perubahan Fisik Setelah Post Partum


1. Kembalinya rahim kebentuk asalnya
Pada waktu hamil dapat terjadi perubahan besar pada otot rahim, yang
mengalami pembesaran ukuran karena pembesaran selnya (hipertrofi) dan
pembesaran ukuran karena pertambahan jumlah selnya (hiperplasia). Sehingga dapat
menampung pertumbuhan dan perkembangan janin sampai cukup bulan dengan berat
lebih dari 2500 gram. Berta rahim menjadi sekitar 1 kg, yang semula hanya 30 gram.
Stelah persalinan terjadi proses baliknya disebut “involusi” (kembalinya rahim
keukuran semula) dimana secara berangsur otot rahim mengecil kembali, sampai
seberat semula pada minggu ketujuh (42 hari).
Proses ini berlansung cepat dengan perkiraan urutan setelah persalinan :
tempat implantasi plasenta segera tertutup epitel sebagai proses penyembuhan,
sehingga tidak terjadi sumber perdarahan dan tempat masuknya infeksi. Liang
senggama yang meregang karena proses persalinan akan mengecil, sehingga
seminggu setelah persalinan hanya dapat di lalui satu jari. Robekan pada liang
senggama, menyembuh dengan sensirinya. Hanya robekan yang terdapat dalam mulut
rahim memerlukan perhatian, karena mungkin sukar sembuh dan dapat menjadi luka
menahun (kronis) sebagai sumber infeksi atau mengalami degenerasi ganas.
2. Perubahan lokea
Lokea adalah cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas. Cairan
ini dapat berupa darah atau sisa lapisan rahim. Urutan pengeluaran lokea ini terjadi
dimulai oleh keluarnya lokea rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan
darah terjadi antara 2 sampai 5 hari.
Macam- macam lokea :
a) Lokea rubra (hari 1-4): Jumlahnya sedang, berwarna merah, dan terutama darah.
b) Lokea serosa (hari 4-8): Jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda
(hemoserosa).
c) Lokea alba (hari 8-14): Jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak
berwarna.
3. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa tempat karena proses
hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit
sekitar payudara, hiperpigmentasi dinding perut (striae gravidarum). Setelah
persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi menghilang. Pada dinding perut
akan menjadi putih mengkilap yaitu ”striae albican”
4. Perubahan dinding perut
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan hamil.
Setelah persalinan dinding perut kendor, dan lebih kendor sesuai dengan jumlah
kehamilan. Tetapi kendornya dinding perut dapat dikurangai dengan jalan melakukan
latihan dinding perut melalui senam kesegaran jasmani.
5. Buang air besar dan berkemih
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Buang air besar akan biasa setelah sehari, kecuali ibu
takut pada luka episiotomi. Bila sampai 3 hari belum buang air besar sebaiknya
dilakukan “ klisma” untuk merangsang buang air besar sehingga tidak mengalami
sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka. Tentang berkemih, sebagian besar
mengalami pertambahan air seni, karena terjadi pengeluaran air tubuh berlebih, yang
disebabkan oleh pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil. Keadaan
demikian adalah normal bila air seni seret, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.

H. Perubahan Psikologis Ibu Post Partum


1. Dependent : taking in
a. Fokus kediri ibu: pemenuhan kebutuhan
b. 24 jam pertama(1-2 hari)
c. Gembira dan banyak bicara dengan pengalaman persalinannya
d. Ingin menceritakan pengalaman bersalin
2. Dependent- independent : taking hold
a. Mulai hari 2-3,berakhir hari ke 10/ beberapa minggu
b. Ibu fokus pada perawatan bayi dan kemampuan menjadi seorang ibu
c. Mengatasi ketidaknyamanan fisik dan perubahan emosional
3. Interdependent : letting go
a. Fokus : perubahan ke keluarga sebagai kesatuan dan interaksi dengan anggota
keluarga lain.
b. Penyesuaian diri dengan ketergantungan bayi
c. Keinginan merawat diri dan pasangan peran
d. Memulai hubungan dengan pasangan/suami

I. Patofisiologi
1. Terjadi penbukaan premature serviks.
2. Membrane terkait dengan pembukaan terjadi: selaput ketuban tidak kuat sebagai
akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
3. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
4. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan
enzim: enzim proteolitik dan enzim kolagenase.

J. Manifestasi klinis
1. Keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedikit-
sedikit atau skaligus banyak.
2. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
3. Janin mudah diraba.
4. Pada pemeriksaan dalam, selaput dalam sudah tidak ada air ketuban, sudah kering.
5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
K. Komplikasi ketuban pecah dini
1. Infeksi intrapartum (korioamnionitis)
2. Persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan preterm
3. Prolaps tali pusat
4. Oligohidamnion

L. Pemeriksaan diagnostic
1. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasikan kehamilan ganda, anomaly janin, atau
melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
2. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.
3. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin.
4. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peningkatan korioamnionitis.
5. Histopatologi
Cairan ditampung dalam tabung reaksi kemudian dibakar sampai tertinggal endapan
tersebut dilihat dibawah mikroskop dan bila air ketuban mengalami kelainan maka
akan terlihat seperti daun pakis.
6. Kertas lakmus
Bila merah menunjukkan cairan mengandung urine yang bersifat asam, bila biru
menunjukkan cairan mengandung air ketuban yang bersifat basa.

M. Penatalaksanaan
1. Penanganan umum:
a. Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
b. Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna,
bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes lakmus,bila
kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila kertas lakmus merah
menunjukkan cairan urine (asam)
c. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu), jangan
melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
d. Tentukan ada tidaknya infeksi
e. Tentukan tanda-tanda inpartus
2. Penanganan khusus:
Konfirmasi diagnosis:
a. Bau cairan ketuban yang khas
Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian.
Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah
cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.
3. Penanganan konservatif:
Rawat di rumah sakit:
a. Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
b. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
c. Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa
negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kkesejahteraan
janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
d. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
e. Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi
f. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin). Klien
dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap tali pusat.
4. Penanganan aktif:
a. Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali
b. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan
diakhiri:
1. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian induksi, jika tidak
berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
2. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Pada Kala I
a. Perubahan Fisiologis
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada masa persalinan, yaitu:
1) Tekanan Darah akan meningkat, sistolik rata-rata naik 10-20mmHg, diastolik
5-10mmHg, antara kontraksi tekanan darah normal. rasa sakit, cemas, dapat
meningkatkan tekanan darah.
2) Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur
disebabkan oleh kecemasan dan aktivitas otot skeletal. peningkatan ini
ditandai adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output,
pernafasan dan cairan yanghilang.
3) Suhu tubuh sedikit meningkat (tidak lebih dari 0,5-1C) karena peningkatan
metabolisme terutama selama dan segera setelah persalinan.
4) Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan
peningkatan metabolisme. sedangkan antara kontraksi detak jantung
mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.
5) Pernafasan terjadi peningkatan laju pernafasan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme. hipeventilasi yang lama dapat menyebabkan
alkalosis.
6) Perubahan pada ginjal poliuri(jumlah urin lebih dari normal) sering terjadi
selama persalinan, disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan
filtrasi glomerulus dan peningkatan aliran plasma ginjal. proteinuria dianggap
gejala normal selama persalinan.
7) Perubahan Gastro Intestinal (GI) motilitas lambung dan absorbsi makanan
padat secara substansial berkurang banyak selama persalian. pengeluaramn
getah lambung berkurang, menyebabkan aktivitas pencernaan hampir berhenti
dan pengosongan lambung menjadi lambat. cairan tidak berpengaruh dan
meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. mual dan muntah sering terjadi
sampai akhir kala I.
8) Perubahan hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram/100ml selama persalianan
dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah pasca
persalinan kecuali pada perdarahan postpartum.
b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh:’
1) Pengalaman sebelumnya
2) Kesiapan emosi
3) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
4) Support sistem
5) Lingkungan
6) Mekanisme koping
7) Kultur
8) Sikap terhadap kehamilan
Masalah psikologis yang mungkin terjadi:
1) Kecemasan menghadapi persalinan
Intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap
lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik
relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi
uterus.
2) Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses
persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
3) Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
Intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami)
untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung
4) Melakukan pendekatan treapeutik pada ibu hamil yang akan melahirkan pada
kala I pada ibu yang mengalami gangguan psikis.
2. Mengkaji riwayat kesehatan
Mengkaji Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang harus diperhatikan
Pernah bedah sesar (sectio cesarea)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
2. Gangguan rasa nyeri sehubungan dengan adanya luka episiotomi
3. Resiko terhadap ketidak efektifan menyusui yang berhubungan dengan penun-daan
pemberian ASI dan payudara membengkak.

Anda mungkin juga menyukai