Anda di halaman 1dari 2

Resensi Novel

Happily Ever After

Judul Buku : Happily Ever After

Penulis : Winna Efendi

Penerbit : Gagas Media

Cetakan : Pertama

Tahun Terbit : 2014

Tebal : x+358 halaman

ISBN : 979-780-770-2

“...and they lived happily ever after.” Apakah kalian sering mendengar kata-kata
tersebut? Bagi para penggemar dongeng pasti sudah tidak asing dengan kata-kata tersebut.
Pada novel kali ini Winna Efendi akan membawa kita kembali mengingat dongeng-dongeng
yang telah menghiasi masa kecil kita, seperti Si Cantik dan Si Buruk Rupa, Putri Duyung,
serta dongeng-dongeng yang lainnya. Ia menyampaikan cerita dengan cara yang berbeda
yaitu dengan membuat sebuah cerita di dalam cerita yang membuat cerita terasa sangat
menarik.

Novel ini menceritakan kisah seorang penggemar dongeng bernama Lulu yang
memandang dunia dengan cara pandang yang berbeda. Ia memiliki banyak orang yang ia
kasihi di hidupnya. Konflik yang ia miliki juga tidak kalah banyaknya, mulai dari konflik
persahabatan, keluarga dan cinta.

Karin adalah sahabat seperjuangan dan sepetualangan bahkan bisa dibilang adalah
sahabat sejati yang pernah Lulu miliki sebelum ia berubah dan menjadikan Lulu sebagai
objek bullying-nya. Walaupun begitu hati Lulu tidak bisa berbohong, ia tetap merindukan
sosok Karin di hidupnya. Perubahan Karin adalah titik terendah di hidupnya kali itu karena
pacarnya dahulu, Ezra, meninggalkannya dan pergi bersama Karin.

Belum selesai permasalahannya dengan Karin, timbullah masa tersulit yang harus dia
hadapi. Sosok yang telah dijadikannya sebagai seorang idola selama hidupnya, sosok yang
dalam ingatannya sangat kuat dan gagah, sosok yang sangat ia cintai,ayahnya, menjadi lemah
dan tak berdaya digerogoti oleh kanker yang diidapnya. Tetapi masalah yang menimpanya
kali ini, telah mempertemukannya dengan seorang pria tampan, baik, dan optimis bernama
Eli, yang senang mengabadikan ekspresi-ekspresi bebas melalui sebuah kamera polaroid. Eli
telah menginspirasi Lulu dengan keoptimisannya saat memiliki masalah yang tidak kalah
beratnya dengan Lulu. Ia mengidap kanker yang menjauhkannya dari mimpi serta cintanya.
Eli telah berbagi harapannya kepada Lulu.

“Alam punya rencananya sendiri, Lu. Yang perlu kita lakukan adalah percaya pada rencana-
rencana di baliknya.” (Eli,hlm.251)

Eli telah mengenalkan kepada Lulu orang-orang yang tetap memiliki harapan walaupun
mereka tak memiliki banyak harapan. Eli menjadi penguat dan pemberi harapan di tengah
kesedihan dan keputusasaan Lulu. Waktu pun kian berlalu, rasa simpati berbuah menjadi
cinta yang menambah ketakutan di dalam hidup Lulu. Ketakutan ditinggalkan orang-orang
yang ia cintai terasa selalu menghampiri hidupnya.

Winna Efendi berusaha mengangkat masalah mengenai cara pandang kita terhadap
hidup bahagia selamanya yang hanya terdapat dalam dongeng. Bahwa dalam kehidupan
sesungguhnya, memang tidak ada akhir bahagia yang seperti kita ingini melainkan
kebahagiaan yang lain yang lebih bermakna dengan mengubah cara pandang kita dan
mempercayai bahwa bahagia itu selalu ada.

“Tidak semua dongeng berakhir bahagia. Namun barangkali kita memang harus cukup
berani memilih bagaimana akhir yang kita ingini. Dan percaya bahwa akhir bahagia
memang ada meskipun tidak seperti yang kita duga.”

Di dalam novel ini juga terkandung banyak pesan moral dan motivasi yang dapat kita petik,
mengajarkan kita untuk terus berharap di saat harapan-harapan kita mulai padam. Selain itu,
novel ini tidak akan membuat pembaca cepat bosan, karena suasana berbeda yang tercipta
atas cara penyampaiannya yang berbeda.

Tetapi cara Winna Efendi menutup cerita ini kurang apik, terkesan terlalu cepat dan di
bawah ekspetasi karena terlalu mudah ditebak dan seperti ada bagian yang
terlompat.Walaupun demikian novel ini tetap sangat menyenangkan dan mengharukan ketika
dibaca.

Anda mungkin juga menyukai