SKRIPSI
Oleh
NIM: 131314047
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh
NIM: 131314047
YOGYAKARTA
2017
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
Rohandi, Ph.D.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terima kasih atas doa dan dukungan yang selalu diberikan kepada saya
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Al heb ik een uitgesproken westerse opvoeding gehad, toch ben en blijf ik in de
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
Penulis,
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 18 Juli 2017
Yang menyatakan
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN MUSEUM MISI
MUNTILAN SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
SOCIETY’S PERCEPTION OF MUNTILAN MISSIONARY MUSEUM
EXISTANCE AS A MEDIUM FOR CHARACTER EDUCATION
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
sebagai Sarana Pendidikan Karakter. Penelitian ini disusun guna memenuhi salah
Sejarah.
keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
dan Bapak Ignatius Bondan, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
2. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7. Romo Nugroho, Pr., selaku Direktur Museum Misi Muntilan yang telah
wawancara.
9. Bapak Ant. Tri Usada Sena dan Bapak Muji selaku tim edukasi dari Museum
Misi Muntilan yang selalu memberikan bantuan dan meluangkan waktu untuk
wawancara.
10. Seluruh staff Museum Misi Muntilan yang telah membantu peneliti dalam
melakukan penelitian.
11. Bapak Robertus Baluk Nugroho, S.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah Bagian
penelitian dan Ibu Lucia Desy, S.Pd., selaku guru sejarah SMA Pangudi Luhur
12. Bapak Joko selaku guru IPS SMP Kanisius Muntilan Lith yang membantu
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Kedua orang tua tercinta Bapak Junedi dan Ibu Victoria Runi yang selalu
memberikan dukungan
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun agar penelitian ini lebih baik. Semoga karya tulis
Penulis
(131314047)
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .....................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vii
ABSTRAK ....................................................................................................viii
ABSTRACT ...................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4
C. Batasan Masalah ............................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian............................................................................ 5
E. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 6
A. Kajian Teori.................................................................................... 6
1. Konsep Persepsi ...................................................................... 6
2. Konsep Museum ..................................................................... 9
3. Konsep Masyarakat ................................................................ 15
4. Konsep Misi ........................................................................... 17
5. Museum Misi Muntilan .......................................................... 25
6. Konsep Pendidikan Karakter.................................................. 27
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 34
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
manusia. Secara luas museum juga bergerak di sektor ekonomi, politik, dan
sosial.1 Museum berguna sebagai sarana pembelajaran dan sarana pewarisan nilai-
nilai dari kehidupan di masa lalu ke masa kini dan masa yang akan datang.
Melihat pentingnya peninggalan benda dari masa lalu untuk dirawat dan
dilestarikan maka tidak heran jika di negara kita banyak didirikan museum.
Hampir setiap ibukota provinsi memiliki museum tingkat provinsi dan museum
tingkat lokal tetaplah kehadirannya memiliki arti penting dan fungsi tersendiri.
Salah satu museum lokal yang ada di Indonesia adalah Museum Misi
Muntilan. Museum Misi Muntilan adalah museum yang terletak di Jalan Kartini 3,
Muntilan, Jawa Tengah. Museum ini diresmikan pada tahun 2004. Koleksi yang
ada ialah benda-benda yang berkaitan erat dengan kegiatan misi Katolik baik yang
1
Tjahjopurnomo, Sejarah Permuseuman di Indonesia (Jakarta:Direktorat Permuseuman,
Direktorat Jenderal dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2001) hlm. 88
2
Amir Sutaarga, Pedoman dan Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum (Jakarta :Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan) hlm. 4
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ada di sekitar maupun di luar Muntilan. Meski sudah lama diresmikan keberadaan
museum ini masih jarang diketahui masyarakat umum, bahkan umat Katolik
sekalipun. Ada umat Katolik yang sudah mengetahui keberadaan museum tersebut
tetapi belum pernah berkunjung. Ada juga yang memang sama sekali belum
memiliki koleksi yang lengkap dan bermanfaat bagi umat Katolik maupun non
dikenal oleh masyarakat. Tokoh-tokoh tersebut memiliki peran penting baik bagi
dalam menggali nilai-nilai karakter maka setiap ada yang berkunjung selalu diberi
Adapun karakter bangsa yang dikembangkan pada kurikulum 2013 meliputi nilai-
nilai: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)
cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat / komunikatif, (14) cinta
damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18)
tanggung jawab.3
Muntilan. Nilai karakter tersebut misalnya: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
cinta damai, peduli lingkungan dan sosial serta tanggung jawab. Hal ini juga
di era globalisasi ini. Pada saat masyarakat mulai kehilangan orientasi akar
budaya atau jati dirinya, maka museum dapat memberi inspirasi tentang hal-hal
penting dari masa lalu yang harus diketahui untuk menuju ke masa depan.4
Agar hal tersebut dapat terjadi maka persepsi tentang museum sebagai
tempat pameran benda masa lalu perlu diubah bahwa museum adalah tempat yang
3
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013) hlm. 52
4
Tjahjopurnomo, Loc. cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan penelitian ini Museum Misi Muntilan menjadi museum yang lebih dikenal
oleh masyarakat dan memberikan inspirasi bagi museum lain agar bisa menjadi
B. RUMUSAN MASALAH
Melihat latar belakang di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut:
2. Apa saja kegiatan Museum Misi Muntilan yang berkaitan dengan pendidikan
karakter?
C. BATASAN MASALAH
Museum Misi Muntilan, dan kegiatan yang ada di dalamnya serta persepsi
pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. TUJUAN PENELITIAN
E. MANFAAT PENELITIAN
untuk peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian mengenai Museum Misi
Muntilan.
3. Bagi Peneliti
pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Konsep Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Proses persepsi tidak dapat lepas dari penginderaan, dan proses penginderaan
menyadari tentang apa yang ada di inderanya itu. Proses inilah yang dimaksud
dengan persepsi. Jadi, stimulus diterima oleh alat indera, kemudian melalui proses
persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah
Dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, dan juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi
persepsi pada diri sendiri orang dapat melihat bagaimana keadaan dirinya sendiri.
Bila objek persepsi terletak di luar orang yang mempersepsi, maka objek persepsi
dapat berupa manusia. Bila objek persepsi berupa benda-benda disebut persepsi
benda (things perception) atau juga disebut non-social perception, sedangkan bila
objek persepsi berupa manusia atau orang disebut persepsi sosial atau social
5
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: Andi, 2003) hlm. 53
6
Ibid, hlm. 54
6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sifatnya, kualitasnya dan keadaan yang lain yang ada dalam diri orang yang
berpikir, dan pengalaman setiap individu yang tidak sama sehingga dalam
1) Faktor Internal
dalam mengadakan persepsi. Keadaan individu tersebut bisa datang dari dua
sumber antara lain sumber jasmani dan sumber psikologis. Bila jasmani terganggu
maka akan berpengaruh pada hasil persepsinya sedangkan sumber psikologis yang
oleh sifat struktural dari individu, sifat temporer dari individu, dan aktivitas yang
sedang berjalan pada individu. Sifat struktural adalah sifat permanen dari individu
misalnya ada individu yang suka memperhatikan keadaan sekitarnya tetapi ada
juga yang acuh tak acuh sedangkan sifat temporer individu berkaitan dengan
7
Ibid, hlm. 56
8
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi, 2005) hlm. 100
9
Ibid, hlm. 55
10
Ibid, hlm. 130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh pada persepsi antara lain stimulus dan
benda-benda bukan manusia, maka ketepatan persepsi lebih terletak pada individu
menjadi latar belakang stimulus berpengaruh pula pada persepsi terutama jika
objek persepsi adalah manusia. Objek yang sama dengan situasi sosial yang
interaksi mempengaruhi tingkah laku dan cara (jalan) pikiran seseorang, seperti:13
orang tersebut.
11
Bimo Walgito, op. cit, hlm. 127
12
Bimo Walgito, op. cit, hlm. 55
13
Irbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, (Jakarta:
Rajagrafindo Persada, 1994), hlm. 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Konsep Museum
a. Pengertian Museum
Kata museum berasal dari bahasa Yunani, muze yang berarti kumpulan
sembilan dewi perlambang ilmu dan kesenian.14 Dalam KBBI, museum adalah
gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang
patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu;
tempat penyimpanan kuno. Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak
manusia. Museum juga bergerak dalam sektor ekonomi, politik, sosial, dan lain-
lain. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peran strategis
museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai media edukasi untuk
14
Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 7
15
Tjahjopurnomo, op. cit. hlm. 6
16
Ibid, hlm. 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
badan swasta dalam bentuk perkumpulan atau yayasan yang di atur kedudukan,
diperlukan banyak biaya. Hal ini terkait dengan fungsi museum itu sendiri sebagai
pengelolaan museum itu bersifat ilmiah untuk tujuan edukatif dan kultural.19
b. Jenis Museum
berdasarkan jenis koleksi. Berdasarkan jenis koleksi maka ada tiga jenis museum,
antara lain: Museum Umum, Museum Khusus dan Museum Lokal. Namun pada
tahun 1975, pembagian jenis museum tersebut diubah menjadi Museum Umum,
Museum Khusus dan Museum Pendidikan. Pada tahun 1980 pembagian itu
umum adalah musum yang memiliki berbagai macam jenis koleksi sedangkan
museum khusus adalah museum yang hanya memiliki satu jenis koleksi, misalnya
17
Schouten, Pengantar Didaktik Museum (terj.) (Jakarta: Proyek Pembinaan Permuseuman
Jakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992) hlm. 2
18
Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 24
19
Loc. cit.
20
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungan dan bernilai nasional
dengan koleksi benda yang bercorak atau bernilai lokal berasal dari kabupaten
dimana museum itu berada, contoh: Museum Gerabah. Museum ini termasuk jenis
museum tingkat lokal karena terletak di Bantul yang merupakan salah satu
1) Museum umum
bukti material manusia dan atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai
cabang seni, disiplin ilmu dan teknologi, contoh dari museum umum yang ada di
2) Museum sejarah
yang berkaitan dengan masa kini dan masa depan. Koleksi yang dimiliki museum
sejarah sangat beragam seperti: dokumen, artefak, benda bersejarah, dan lain-lain.
21
Tjahjopurnomo, loc. cit
22
Mohammad Zakaria, Pengertian, Fungsi, dan Jenis-jenis Museum
(http://belajaritutiadaakhir.blogspot.co.id/2011/08/museum-di-indonesia.html), diakses tanggal 17
April 2017
23
Idem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3) Museum seni
Museum seni adalah sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari
seni visual yaitu di antaranya lukisan, gambar, dan patung. Museum ini disebut
juga galeri seni. Contoh dari museum seni adalah Museum Affandi dan Museum
Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang berada di TMII. 26
c. Fungsi Museum
pengetahuan (baik baru maupun lama) dan juga tempat melakukan studi atau
halnya pusat studi maupun pusat kajian universitas. Museum juga menjadi tempat
24
Museum, (https://id.wikipedia.org/wiki/Museum ) diakses tanggal 17 April 2017
25
Loc.cit
26
Iqbal, Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
(http://museumppiptek.blogspot.co.id/ ) diakses tanggal 17 April 2017
27
Khidir Marsanto P, “Revitalisasi Museum” Basis, Nomor 07-08, 2012, hlm. 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
sumber sejarah berupa dokumen, foto, dan lain sebagainya. Hampir semua
museum yang didirikan memiliki fungsi edukatif dan akademis bagi masyarakat.
peninggalan di masa lalu agar tidak hilang atau dilupakan oleh masyarakat.
benda peninggalan yang digunakan oleh manusia purba. Artinya museum menjadi
inspirasi kepada masyarakat umum. Salah satu contoh museum yang berfungsi
sebagai tempat rekreasi dan ekonomi adalah De Mata Trick Eye Museum.
Museum ini terletak di Yogyakarta. Koleksi yang ada berupa gambar-gambar tiga
dimensi seperti gambar pemandangan dan berbagai ilustrasi dengan ukuran besar.
4) Fungsi politik
atau mengklaim hal-hal yang simpang siur dan terlupakan. Sebab narasi besar
tentang identitas biasanya berada di wilayah abu-abu, dialektis, oleh karena itu
identitas perlu dibentuk dalam wacana yang tegas dan dikukuhkan melalui display
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dan aktivitas di museum. Contoh museum yang memiliki fungsi politik adalah
dengan Serangan Umum 1 Maret. Selain itu juga ada Museum Benteng Vredeburg
Museum ini juga memiliki koleksi berupa patung, foto, dan lukisan.
1) Permasalahan
a) Faktor internal
itu permasalahan laina adalah penanganan koleksi yang belum maksimal (mulai
b) Faktor eksternal
28
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2) Potensi
mempopulerkan museum.
3. Konsep Masyarakat
Kata masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut
KBBI masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat
16
penelitian ini adalah pengelola, pengunjung dan guru sekitar Museum Misi
mengenai benda koleksi di museum tersebut. Contoh dari pengunjung pelaku studi
adalah kelompok masyarakat dari salah satu pondok pesantren Gunung Pring di
Muntilan yang datang ke Museum Misi Muntilan dalam rangka menghadiri acara
32
Ibid, hlm. 39
33
Schouten, op. cit, hlm. 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
untuk berekreasi tanpa ada maksud tertentu atau memberikan perhatian khusus
4. Konsep Misi
a. Pengertian Misi
Kata misi adalah istilah Bahasa Indonesia untuk kata Latin missio yang
berarti perutusan.34 Istilah misi tidak hanya dipakai dalam lingkup keagamaan
tetapi juga di dunia profan seperti misi diplomatis, misi politis, misi ilmu
pelimpahan tugas dan tanggung jawab. Di dalam Gereja istilah misi digunakan
baik untuk menunjuk kegiatan yang lebih luas dan umum, yakni menyangkut
semua kegiatan Gerejawi, maupun untuk karya khusus pewartaan dan penyebaran
mendengar tentang Injil, yakni kepada orang-orang yang beragama lain atau yang
tidak beragama.35
pembentukan Gereja-Gereja baru. Semua arti ini menjadi biasa sejak kira-kira
berdirinya Serikat Yesus pada abad ke 16. Sebelumnya dalam teologi missio
berbicara mengenai Allah Tritunggal, mengenai perutusan Putera dan Roh oleh
34
Edmund Woga, Dasar-Dasar Misiologi (Yogyakarta: Kanisius, 2006) hlm. 13
35
Ibid. hlm. 13-15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Allah Bapa. Dalam arti penyebarluasan iman di antara bangsa-bangsa, kata misi
mulai dipakai sejak abad ekspansi kultural, politis dan ekonomis Eropa ke seluruh
dunia. Oleh karena itu, istilah misi dalam arti seperti digambarkan di atas erat
berhubungan dengan ekspansi Eropa itu dan sekarang ini turut memikul kesalahan
Istilah misi dengan arti penyebaran iman baru mulai digunakan pada
pertengahan kedua abad 16.37 Sebelumnya Gereja menggunakan istilah lain untuk
b. Perlunya Misi
36
George Kirchberger, Misi Gereja Dewasa Ini (Maumere: Lembaga Pembentukan Berlanjut
Arnold Jansen:, 1999) hlm. 8-9
37
Edmund Woga, op. cit, hlm. 16
38
Edmund Woga, loc. cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pemahaman mengenai misi itu ada dan perlu demi kemuliaan Allah
merupakan hasil pemikiran teologis yakni perutusan berasal dari Allah dan
segala bangsa untuk datang kepada Allah supaya Allah dimuliakan dan seluruh
ciptaan disatukan.40
Gereja) adalah sebagai cara yang baru dan definitif kedatangan Allah ke tengah-
keunikan Kristus bahwa Kristus adalah pengantara antara Allah dengan manusia.
Gereja dan Kristus tidak dapat dipisahkan karena adanya hubungan yang
eksplisit. Gereja adalah tubuh mistik Kristus dan Kepala Tubuh adalah Kristus.
Hubungan ini terjalin karena iman Gereja kepada Kristus ditandai dengan
39
Ibid, hlm. 207
40
Ibid, hlm. 207-208
41
Ibid, hlm. 209
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Iman akan Yesus Kristus menjadi usaha yang pertama dalam karya misi ditandai
Allah menciptakan manusia sebagai pribadi yang utuh; begitu pula dengan
manusiawi dalam segala segi dan dimensi hidupnya.45 Gereja sebagai sarana
Karya misi tidak hanya diarahkan pada keselamatan jiwa manusia, tetapi harus
kesempurnaan.46
42
Ibid, hlm. 211
43
Ibid, hlm. 212
44
Ibid, 214
45
Loc.cit
46
Ibid, 214-215
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Eskatologis adalah pemahaman ajaran tentang akhir dunia dan hidup yang
lebih sempurna setelah kehidupan di dunia ini.47 Misi Gereja dalam fenomena
akhir hidupnya. Misi menjadi ajakan kepada manusia untuk berziarah menuju
kepada Allah.48 Allah yang sejak awal datang kepada manusia tetap menyertai
manusia untuk mencapai tujuan akhirnya yaitu Allah sendiri. Misi berarti
kini.49 Misi bukan hanya persiapan untuk tujuan akhir, tetapi peristiwa dari akhirat
itu sendiri, justru karena daya ilahi pengudusan senantiasa menyertai Gereja.
Allah yang menjadi tujuan telah menyertai Gereja dan misinya sampai pada akhir
jaman.50 Karya misi merupakan partisipasi pada karya penyelamatan Allah yang
zaman.51
Indonesia. Kebebasan itu baru ada sebagai akibat bergemanya cita-cita revolusi
47
Ibid, 216
48
Ibid, hlm. 221
49
Ibid, hlm. 219
50
Loc. cit
51
Ibid, hlm. 221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Setengah pertama dari abad 19, karya kerasulan hampir terbatas karena
kemiskinan dari para missionaris dan adanya larangan dari pemerintah yang
Kalimantan (Dutch Borneo) tahun 1851, tetapi misi pertama didirikan oleh Jesuit
tahun 1883. Tahun 1853, seorang misionaris memilih untuk tinggal di Bangka
misionaris datang ke Sumatera. Namun, di pulau tersebut belum ada misi yang
hampir sama. Misi mulai di Manado tahun 1885, Kepulauan Kei tahun 1888, dan
Berbagai kegiatan misi meluas seiring dengan meningkatnya para imam Yesuit
dan kedatangan suster dan bruder yang lebih banyak. Tahun 1890 jumlah imam di
Hindia Belanda ada 45 orang. Peningkatan ini tidak hanya menghasilkan misi-
misi baru di luar Jawa, tetapi juga melahirkan sebuah strategi di pulau utama itu
sendiri.54
Pada tahun 1892 sudah ada karya Misioner Katolik di Magelang. Karya ini
dilakukan oleh Pastor Hebrans dan Pastor F. Voogels SJ. Mereka secara rutin
52
Tim KAS, Garis-Garis Besar Sejarah Gereja Katolikdi Keuskupan Agung Semarang,
(Semarang: KAS, 1992) hlm. 15
53
Bernard De Vaulux, History of the Missions (London: Burn and oates, 1969) hlm. 187-188
54
Karel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia 1808-1942 (jilid 1), (Maumere: Ledalero,
hlm. 2006), hlm. 359
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
berkunjung di beberapa desa di Muntilan. Hasil karya Pastor Voogels ini adalah
dibaptisnya 135 orang di Muntilan pada bulan Desember 1895.55 Namun, ada
kurangnya koordinasi dan kondisi umat yang menyedihkan, jarak yang harus
ditempuh, mentalitas umat, dan penyelewengan yang dilakukan oleh oknum yang
akan berkarya di Jawa.57 Sejak bulan Maret 1897 Pastors Hoevenaars ditempatkan
yang merupakan stasi misi baru.59 Sedangkan Fransiskus van Lith menjalankan
karyanya di Muntilan. Tanggal 21 Oktober 1897 Pastor van Lith memperoleh izin
pemerintah untuk membuka sebuah pos misi di Muntilan, stasi misi permanen
pertama.60
Pastor van Lith berhasil menemukan celah yang bisa dimasuki dalam
mengembangkan karya misi yaitu jalur pendidikan.61 Pada tahun 1904, dibukalah
kursus pelatihan untuk para katekis di Semarang. Hal ini menjadi suatu permulaan
55
J. Soenarjo, Muntilan: Awal Misi Katolik di Jawa. Kenangan 100 tahun Paroki Santo Antonius
Muntilan 1894-1994, (Muntilan, 1994) hlm. 12
56
J. Soenarjo, loc. cit
57
Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 367
58
Tim KAS, op. cit, hlm. 15
59
Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 371
60
Karel Steenbrink, op. cit, hlm. 375
61
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang baik untuk pembelajaran yang lebih umum bagi para guru sekolah dasar.62
perjalanannya sekolah yang didirikan oleh Pastor van Lith semakin berkembang.63
Pada tahun 1907 mulai dibuka sekolah/sekolah desa yang menjadi sebuah
Hindia Belanda. Para alumni dari sekolah Muntilan memiliki peluang kerja yang
amat besar. Beberapa kelompok siswa melanjutkan studi mereka untuk menjadi
imam.64 Pada tahun 1912, Pastor van Lith membentuk yayasan yang bernama
Xaverius College dibantu oleh para Bruder FIC.65 Tahun 1913 pendidikan rendah
ditutup digantikan dengan sekolah berbahasa Belanda dan Bahasa Jawa dijadikan
Pastor van Lith juga menaruh perhatian di bidang kesehatan. Pada tahun 1902,
rumah sakit sederhana didirikan di Muntilan.67 Karya Pastor van Lith dan para
pastor, bruder dan suster yang membantu dan meneruskannya (Pastor van Lith
Hubungan baik yang dibina oleh Pastor van Lith dan hasil karyanya di
berbagai bidang ini ternyata menghasilkan benih-benih baru bagi umat Kristus.
Hasil penuaian pertama dari benih ini terjadi di wilayah Yogyakarta, tepatnya di
desa Kalibawang dimana pada bulan Desember 1903 secara massal sebanyak 171
62
Kareel Steenbrink, op. cit, hlm. 384
63
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14
64
Kareel Steenbrink, loc. cit
65
J. Soenarjo, Muntilan, op. cit, hlm. 14
66
Kareel Steenbrink, Orang-Orang Katolik di Indonesia Jilid 2, (Maumere: Ledalero, 2006) hlm.
635
67
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
orang dipermandikan dengan air Sendang Sono.68 Pada akhir masa kolonial
rupanya yang diharapkan oleh Pastor van Lith menjadi kenyataan. Muntilan telah
dengan karya misinya tidak hanya dikenal dan berguna bagi Gereja tetapi juga
Keuskupun Agung Semarang rintisan van Lith, S. J. MMM PAM menjadi bagian
yang hidup bukan hanya sekedar tempat memajang koleksi benda-benda kuno
atau bersejarah. MMM PAM adalah museum yang sungguh merawat dan
MMM PAM berharap aneka koleksi bisa membawa umat sampai pada anamnesis.
Anamnesis yaitu penghadiran kembali karya misi dari masa silam ke masa kini
68
Ibid, hlm. 17
69
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14
70
Tim MMM PAM, Pedoman Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner, (Muntilan:
Museum Misi Muntilan, 2009) hlm. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
yang digunakan untuk membantu umat dalam menghadapi zaman dengan hati
permuseuman72, yakni:
a. Bidang koleksi
koleksi.73 Penyajian koleksi kepada publik bukanlah suatu kegiatan yang bebas
dari penilaian yang tunduk pada persyaratan keahlian dan pemberian bentuk yang
baik dan estetis. Namun, kegiatan itu merangkum segala hal yang berkaitan
pengembangan gedung dan sarana prasarana demi tercapai tujuan MMM PAM.75
c. Bidang edukasi
71
R. Sani Wibowo, SJ., “Membangun Museum yang Hidup” Rohani, No. 11, Tahun ke-60,
November 2013, hlm. 5
72
Tim MMM PAM, op. cit, hlm. v
73
R. Sani Wibowo, SJ., op. cit, hlm. 5
74
Schouten, op. cit, hlm. 23
75
R. Sani Wibowo, loc. cit
76
Ibid, hal, 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
a. Definisi Pendidikan
sebagai proses perubahan pikiran dan perasaan, perilaku secara keseluruhan baik
pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
77
Nyoman Kutha Ratna, Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam Pendidikan Karakter
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hlm. 74
78
Made Pidarta, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia (Jakarta:
Rhineka Cipta, 2013) hlm. 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
hanya mementingkan aspek kecerdasan (kognitif), seperti yang selama ini tampak
b. Definisi Karakter
Watak atau karakter berasal dari kata Yunani “charassein”, yang berarti
barang atau alat untuk menggores, yang kemudian hari dipahami sebagai stempel /
cap. Jadi, watak itu sebuah stempel atau cap, sifat-sifat yang melekat pada
seseorang. Watak sebagai sifat seseorang dapat dibentuk, artinya watak seseorang
dapat berubah, kendati watak mengandung unsur bawaan (potensi internal), yang
setiap orang dapat berbeda. Namun, watak amat dipengaruhi oleh faktor eksternal,
Karakter menjadi identitas, menjadi ciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi
Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai
29
Jadi, karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidup
sehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang
menyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Adanya karakter itulah kualitas seorang
(lingkungan sosial budaya dan lingkungan fisik). Karakter menjadi akar atau dasar
yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya.
Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru
Scerenko seperti yang dikutip oleh Muchlas Samani dan Hariyanto, dapat
keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi tokoh bijak dan pemikir besar), serta
praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan makna dari apa-apa
yang bersifat individu maupun kelompok, dan dengan sendirinya bangsa dan
81
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013) hlm. 43
82
Sutarjo Adisusilo, op. cit, hlm. 78
83
Muchlas Samani dan Hariyanto, loc.it.
84
Ibid, hlm. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
negara. Pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia harus sesuai dengan jiwa dan
manusia untuk mengadakan internalisasi nilai. Menurut Plato seperti yang dikutip
oleh Doni Koesoema, pendidikan karakter merupakan sebuah kinerja dari sebuah
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.88 Pendidikan karakter akan
85
Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 132
86
Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:
Gramedia, 2010) hlm. 104-112
87
Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 52
88
Loc.cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
secara moral.89
berikut:90
yang berbudi, membaangun semangat dan tekad dengan pikiran yang positif
dan sikap optimis, serta dengan rasa persaudaraan, persatuan dan kebersamaan
yang tinggi.91
dikembangkan.92
yang dilakukan dalam dunia pendidikan dan juga bisa diselenggarakan secara non
89
Dony Koesoema, op. cit, hlm. 116
90
Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm.52
91
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 104
92
Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter: Landasan, Pilar dan implemantasi, (Jakarta:
Kencana, 2014), hlm. 81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
banyak dilakukan karena sejak lahir hingga dewasa manusia selalu berhubungan
pembelajaran akan norma dan perilaku yang membentuk individu itu semakin
lama menjadi sistem nilai bersama yang mampu menjaga stabilitas masyarakat.94
itu hadir. Pendidikan karakter juga sebagai sarana pedagogis bagi masyarakat luar
sehingga dapat menumbuhkan perilaku dan tata nilai yang bermakna dalam
kehidupan bermasyarakat. Hasil yang baik dari pendidikan karakter bukan hanya
dilihat dari peserta didik saja tetapi juga masyarakat yang bergerak bersama.95
B. Kerangka Berpikir
dengan menyampaikan cerita di balik koleksi yang ada. Misalnya saja melalui
93
Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 239
94
Dony Koesoema, op. cit, hlm. 187
95
Ibid, hlm. 189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
agar masyarakat yang datang tidak hanya sekedar melihat koleksi saja.
ada termasuk nilai karakter pada tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi
stimulus yang diterima oleh masyarakat melalui panca indera yang selanjutnya
Muntilan memiliki karakter yang dapat dijadikan teladan bagi umat yang
Novena Selasa Kliwonan, gelar budaya, dan buka puasa bersama dengan
(Orang Muda Katolik). Pendampingan dilakukan oleh tim edukasi Museum Misi
pendampingan tersebut seperti toleransi (bukan hanya terhadap agama saja tetapi
persaudaraan di mana tidak ada perbedaan antara yang miskin dan kaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sebagai berikut:
MUSEUM MISI
MUNTILAN
KOLEKSI KEGIATAN
MASYARAKAT
PERSEPSI
PENDIDIKAN
KARAKTER
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang tidak
menghasilkan temuan atau data yang tidak diperoleh dengan prosedur statistik.
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati serta
penelitian ini mengunakan metode studi kasus. Studi kasus adalah salah satu jenis
penelitian dari penelitian kualitatif. Penelitian studi kasus yaitu studi yang
96
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 1-2
97
Rulam Ahmadi, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal 15
98
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rajagrafindo, 2015) hlm.13
99
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm. 22
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Muntilan:
Bulan
No. Kegiatan
Maret April Mei Juni Juli
1. Persiapan
2. Observasi
3. Pengambilan data
4. Pengolahan data
5. Penyusunan laporan
C. Sumber Data
atau dalam bentuk tertulis melalui analisis dokumen. Pada dasarnya data kualitatif
itu terdiri atas kutipan atau jawaban dan deskripsi tentang situasi, peristiwa, dan
interaksi.101 Peneliti menentukan sumber data yang digunakan pada penelitian ini
100
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, ( Bandung: Alfabeta, 2014) hlm
291
101
Rulam Ahmadi, op. cit, hlm. 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Muntilan, dan guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith),
koleksi benda museum dan dokumen museum berupa notulen rapat Museum Misi
Muntilan, dan buku kesan pengunjung dari tahun 2013 hingga tahun 2016.
yaitu:
1. Observasi
partisipatif aktif. Observasi partisipatif aktif maksudnya peneliti ikut terlibat pada
kegiatan yang dilakukan oleh narasumber agar data yang diperoleh lebih lengkap
dan tajam.104 Jadi, ketika melakukan observasi pada penelitian ini peneliti ikut
2. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih
102
Sugiyono, op. cit, hlm. 62
103
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Edisi Kedua),
(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 52
104
Sugiyono, op.cit, hlm. 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
pengumpulan data yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif. 106 Ada
berbagai jenis wawancara namun jenis wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dapat mengumpulkan data yang lebih luas dan memunculkan sesuatu yang belum
kepada pengunjung, guru SMP Kanisius Muntilan dan guru SMA Pangudi Luhur
3. Dokumentasi
105
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit, hlm. 55
106
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2013) hlm. 263
107
Sugiyono, op. cit, hal 73
108
Wina Sanjaya, op. cit, hlm. 263
109
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit, hlm. 69
110
Sugiyono, op. cit, hlm. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
rapat pleno MMM tahun 2015, buku pedoman Museum Misi Muntilan dan buku
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar pengumpulan data menjadi
gunakan:
1. Instrumen Observasi
observer untuk mencatat hasil pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan
pengamatan berupa check list atau daftar cek. Check list adalah pedoman
observasi yang berisikan daftar aspek yang diamati.112 Aspek yang diamati antara
2. Instrumen Wawancara
untuk menggali informasi dari pengelola museum, pengunjung museum dan guru
dari SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith. Instrumen
111
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rhineka Cipta, 2000), hlm. 101
112
Wina Sanjaya, op. cit, hlm. 274
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi luhur untuk menggali informasi
lampiran)
3. Instrumen Dokumentasi
yang berupa data pengunjung, data kegiatan museum, foto, gambar dan koleksi-
F. Pengambilan Sampel
melainkan sampel teoritis.113 Sampel teoritis adalah sampel yang didasarkan pada
konsep-konsep yang terbukti secara teoritik dengan teori yang sedang disusun.114
113
Ibid. hlm. 50
114
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (terjemahan),
(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2009) hlm. 196
115
Sugiyono, op. cit hlm. 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi kesempatan sama bagi
satu strategi bagi peneliti untuk memahami suatu kasus tanpa perlu
pengambilan sumber data, yang pada awalnya sumber data berjumlah sedikit
namun semakin lama sumber data yang diperoleh semakin banyak karena
informan yang dipilih akan merujuk peneliti kepada orang lain yang yang dapat
Sampel yang diambil oleh peneliti sebagai sumber data dalam penelitian
ini adalah pengelola museum yang nantinya juga merujuk ke informan lain yang
dapat membantu peneliti mendapat data lebih banyak sesuai dengan prosedur
teknik snowball sampling, pengunjung Museum Misi Muntilan dan guru SMP
116
Ibid. hal 52
117
Ibid. hal 53
118
Rulam Ahmadi, op. cit, hal 23
119
Sugiyono, op. cit, hlm. 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Kanisius Muntilan dan guru SMA Pangudi Luhur van Lith. Sampel dipilih untuk
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh
mengorganisasikan data hingga memilah data yang penting dan dibuat kesimpulan
Analisis ini dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data
sekunder yang digunakan dalam fokus penelitian. Namun, fokus penelitian ini
menggunakan model Miles dan Huberman. Analisis data menurut Miles dan
Huberman dalam Andi Prastowo terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi
bersamaan, yaitu:123
120
Sugiyono, loc. cit dan Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Edisi Kedua, (Jakarta: Prenada
Media Group, 2014), hlm. 108
121
Sugiyono, op.cit, hlm. 89
122
Andi Prastowo, op. cit. hlm. 240
123
Ibid, hlm. 241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
a. Reduksi Data
memfokuskan pada hal penting agar peneliti mendapat gambaran yang jelas.
banyak data.125
Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan dengan memilih data yang
sesuai baik hasil dari wawancara dengan pengelola dan pengunjung Museum Misi
Muntilan dan guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith
Muntilan.
b. Penyajian Data
kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart, dan sebagainya. Namun, yang paling sering digunakan adalah
teks naratif.127 Pada penelitian ini peneliti menyajikan data berupa teks naratif.
124
Ibid, hlm. 243
125
Sugiyono, op. cit, hlm. 92
126
Andi Prastowo, op. cit, hlm. 244
127
Sugiyono, op. cit, hlm. 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
deskripsi atau gambaran suatu objek yang belum jelas menjadi jelas setelah
Berikut ini gambar alur analisis data di lapangan menurut Miles dan
Reduksi Data
Kesimpulan /
Verifikasi
H. Validitas Data
Validitas merupakan ketepatan antara data yang ada pada objek penelitian
dengan data yang dilaporkan oleh peneliti.131 Dalam penelitian kualitatif, data
128
Ibid, hlm. 99
129
Andi Prastowo, op. cit, hlm. 249
130
Afrizal, op. cit, hlm.180
131
Sugiyono, op. cit, hlm. 118
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dinyatakan valid ketika tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti
dengan yang sesungguhnya terjadi di lapangan.132 Agar data yang dihasilkan dapat
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
1. Trianggulasi Sumber
dilakukan dengan memeriksa data yang didapat melalui berbagai sumber. Data
yang sama dan mana yang berbeda.135 Sumber dalam penelitian ini antara lain:
pengelola dan pengunjung Museum Misi Muntilan, guru SMP Kanisius Muntilan
dan SMA Pangudi Luhur van Lith, dan dokumen yang berupa notulen rapat
2. Trianggulasi Teknik
yang diperoleh dengan teknik yang berbeda.136 Pada penelitian ini, peneliti
132
Ibid, hlm. 119
133
Andi Prastowo, op. cit, hlm. 269
134
Sugiyono, op. cit, hlm. 125
135
Andi Prastowo, op. cit, hlm. 269
136
Sugiyono, op. cit, hlm. 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
3. Trianggulasi Waktu
hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam waktu atau situasi yang
berbeda. Data yang diperoleh oleh peneliti di waktu yang berbeda diperiksa
kembali apakah data yang diperoleh di waktu yang berbeda hasilnya tetap sama.
Jika hasilnya tetap sama maka data tersebut dapat dipercaya.137 Dalam penelitian
ini trianggulasi waktu digunakan untuk memastikan data yang diperoleh akurat
4. Trianggulasi Penyidik
pengumpulan data.138 Pengamat lain dalam penelitian ini adalah Erza Setiana
5. Trianggulasi Teori
dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan
hasil penelitian dengan kajian teori yang ada. Selain dengan trianggulasi, validitas
data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Meningkatkan Ketekunan
47
ketekunan dengan sering pergi ke lokasi penelitian demi memperoleh data yang
mencukupi.
dalam penelitian. Hal ini juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para
subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti itu sendiri.141 Peneliti
Teknik ini dilakukan dengan menunjukkan hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan sejawat. Pemeriksaan sejawat
yang memiliki pengetahuan umum yang sama mengenai hal yang sedang
diteliti.142 Dalam penelitian ini peneliti melakukan diskusi dengan teman yang
juga meneliti lokasi yang sama. Hal ini dilakukan untuk saling bertukar informasi
140
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Rosdakarya, 2004)
hlm. 329
141
Ibid, hlm. 327-329
142
Ibid, hlm.333-334
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
I. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data,
Bab V: Kesimpulan
peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
A. Deskripsi Latar
Tengah. MMM PAM berada di kawasan misi Muntilan. MMM PAM terletak di
antara Gereja Santo Antonius Muntilan dan Pastoran, dan di depan museum ada
SMP Kanisius Muntilan. MMM PAM juga dekat dengan SMA Pangudi Luhur
van Lith, Bruder FIC dan Kerkoff (Makam Gereja) Muntilan. MMM PAM adalah
museum yang terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdapat ruang pertemuan, dua
ruang makan, dapur, dan toilet. Lantai atas terdiri dari beberapa ruangan berisi
benda-benda koleksi yang dipamerkan dan tempat berdoa. Bangunan MMM PAM
tidak terlalu luas namun mampu menyimpan banyak benda koleksi. Jumlah
koleksi MMM PAM yang tercatat sampai dengan bulan Juli 2014 mencapai 824
buah koleksi.140 Sebagian koleksi ada yang dipamerkan dan ada juga yang masih
140
Notulen Pleno MMM PAM 5 Agustus 2014
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Jumlah Pengunjung
Pada data pengunjung terbaru tahun 2016 jumlah pengunjung museum mencapai
5.122 pengunjung.
Berikut ini adalah visi, misi, tujuan dan fungsi MMM PAM:141
a. Visi
141
Diambil dari Brosur MMM PAM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
b. Misi
3) Pengembangan panggilan iman dan hidup bakti (Saint Peter The Apostle).
c. Tujuan
d. Fungsi
MMM PAM memiliki dua fungsi yaitu sebagai fasilitas KAS untuk
2. Sarana-Prasarana
Berikut ini adalah daftar sarana prasarana yang dimiliki oleh MMM:142
a. Ruang Pertemuan
Fungsi ruangan pertemuan di MMM PAM adalah sebagai tempat untuk rapat,
142
Hasil observasi pada tanggal 27 April 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
b. Kantor
Kantor MMM PAM menjadi ruang kerja bagi para pengelola museum. Kantor
c. Perpustakaan
Perpustakaan yang dimiliki MMM PAM memang tidak berukuran besar tetapi
koleksi buku yang dimiliki cukup beragam, dari buku tentang agama Katolik,
d. Ruang Pameran
Ruang pameran adalah ruangan yang berisi benda-benda koleksi yang dipajang
Nomor
Tema koleksi
Ruang
Koleksi mimbar, meja altar, kursi untuk ekaristi kudus dalam rangka
kunjungan Paus Yohanes Paulus II 10 Oktober 1989 di Lanud Adi
12 Sucipto, Yogyakarta dan Koleksi 42 reliqui Santo-Santa, korpus
Yesus, Koleksi Jubah Uskup Mgr. Soegijapranata dan Kardinal
Darmajuwono.
Kisah dan koleksi dari Romo Sanjaya, Romo Mangunwijaya &
13
Pendulum Romo Wignya, Pr.
Koleksi Jubah dan benda-benda peninggalan lain dari Uskup KAS ke-
14
1 s/d ke-5.
Beberapa Kongregasi, Institut Sekuler yang berkarya di Keuskupan
15
Agung Semarang
16 dan Kisah katekis-katekis awal, Percetakan Kanisius, Ganjuran, Sarana
17 Bermisi.
143
Data diperoleh dari Slide Display Koleksi MMM PAM bahan rapat Agustus 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Sejarah awal misi Jawa, Jesuit dan pionernya, dan Aneka koleksi Mgr.
18 dan
Soegijapranata.
19
e. Ruang doa
Ruang doa di MMM PAM ini dapat digunakan bagi siapa saja yang ingin berdoa
f. Storage
dipamerkan.
g. Ruang Makan
h. Toilet
i. Area parkir
memperingati ulang tahun ke-50 tanggal 25 Juni 1990. Pada waktu itu, keuskupan
membuat beberapa program yang diarahkan untuk umat. Salah satu programnya
lembaga atau tempat untuk memelihara sejarah keuskupan agar tidak dilupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Semarang, Jalan Pandanaran 13, Semarang. Akan tetapi, tempat itu belum
seperti gudang.145 Pada tahun 1998, Mgr. Ignatius Suharyo meminta Romo
Bambang, Pr. untuk membuat museum yang hidup di Muntilan. Museum yang
hidup maksudnya museum yang bisa menjadi sarana edukasi dan mengikuti
perkembangan zaman. Museum yang akan didirikan ini bertujuan sebagai sarana
pembelajaran bagi umat mengenai dinamika hidup gereja. Panitia persiapan pun
mulai dibentuk. Panitia ini bernama Panitia Persiapan Museum Misi Muntilan
terkait dengan alasan historis. Kisah sejarah yang terjadi di Muntilan tidak hanya
terkait dengan Muntilan saja tetapi juga sejarah perkembangan KAS. Bahkan
Muntilan disebut sebagai Betlehem van Java. Muntilan adalah tempat Romo van
Lith peletak dasar gereja KAS menjalankan karya misinya. Jejak Romo van Lith
144
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada
tanggal 2 Mei 2017, dan Romo Bambang Sutrisno, Pr.pada tanggal 17 Mei 2017
145
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. loc. cit, Romo Bambang, Pr. loc. cit, Bapak Muji
pada tanggal 27 April 2017
146
Hasil wawancara dengan Bapak Seno, loc. cit, dan Bapak Muji, loc. cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mendukung dimana bangunan pastoran dekat dengan gereja dan memiliki nilai
sejarah. Akan tetapi, pastoran masih digunakan oleh romo-romo sehingga perlu
membuat gedung baru sebagai penggantinya. Izin pembangunan dari gedung ini
adalah untuk pastoran. Bentuk gedungnya pun ada ruang pertemuan dan kamar-
kamar yang direncanakan sebagai tempat pertemuan Orang Muda Katolik (OMK)
dan PIA (Pendampingan Iman Anak) (CL 13 dan CL 3).148 Namun, umat
Muntilan merasa bahwa gedung baru tersebut kurang ideal jika digunakan sebagai
pastoran. Hal ini memunculkan kebijakan baru yang dibuat oleh Mgr. Ignatius
Suharyo yaitu gedung baru yang direncanakan sebagai pengganti pastoran ditata
Pada tahun 2002, bangunan ini mulai difungsikan sebagai museum (CL 2
dan CL 3).150 Mulanya museum ini bernama Museum Misi Muntilan Sejarah
Gereja Keuskupan Agung Semarang. Akan tetapi, pada tahun 2004 Mgr. Ignatius
Suharyo meresmikan dan memberkati museum ini dengan nama Museum Misi
147
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit, dan Bapak Seno, loc. cit.
148
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr., loc. cit dan Bapak Seno, loc. cit.
149
Lebih lanjut disampaikan oleh Romo Bambang Pr. melalui wawancara pada tanggal 17 Mei
2017
150
Hasil wawancara dengan Bapak Muji pada tanggal 27 April 2017dan Bapak Seno pada tanggal
2 Mei 2017
151
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
b. Kendala
Masalah kepemilikan tanah bermula karena tanah yang akan digunakan sebagai
museum adalah tanah milik kongregasi Serikat Jesuit (SJ). Sementara itu, orang
umum melihat bahwa program tersebut adalah bagian dari program KAS yang
identik dengan Imam Praja. Banyak pihak yang belum mengetahui jika
pembangunan museum adalah program antara KAS, Serikat Jesuit, bruder FIC,
dan Suster Fransiskan karena terkait dengan kawasan situs misi di Muntilan (CL
13).152
Romo Provinsial S.J., dan Bruder Provinsial FIC yang menjelaskan bahwa
dipakai oleh Romo Sanjaya, Pr dan kapel di dekatnya untuk kepentingan ziarah
rohani, sedangkan pihak KAS menjadi pengelola karya museum lewat panitia
yang ditunjuknya.
museum. Dalam hal pendanaan untuk pembangunan museum itu tidak mudah.
152
Romo Bambang, Pr. loc. cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
gereja lainnya seperti ekaristi. Selain itu hasilnya tidak instan sebab museum ini
permuseuman. Ada yang memahami museum itu hanya pada sisi sejarah saja
seperti gudang. Akan tetapi, ada juga yang memahami bahwa museum itu adalah
sesuatu yang dinamis dan boleh berkembang (CL 3 dan CL 4).154 Dalam
hanya sebagai museum saja melainkan sebagai rumah bagi Komisi Karya
adalah Komisi Karya Misioner tetapi terkadang juga Karya Kepausan Indonesia.
MMM pernah hanya dipahami sebagai sarana atau alat saja untuk
Wisma KAS.156 Setelah disebarkan informasi tentang adanya museum ini koleksi
pun bertambah misalnya dari berbagai macam ordo dan kongregasi. Koleksi
souvenir, dan berbagai peralatan yang digunakan para misionaris maupun awam.
153
Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017
154
Hal ini diutarakan oleh Bapak Seno, loc. cit, dan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017
155
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit.
156
Hal ini dikatakan oleh Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017, Romo Nugroho, Pr.,
pada tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Bapak Muji pada tanggal 27
April 2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Koleksi benda yang dimiliki MMM bukanlah duplikat melainkan benda asli
Koleksi museum ini berasal dari hibah, kecuali lonceng dari Boro. MMM harus
mengganti lonceng tersebut dengan lonceng yang baru (CL 2 dan CL 3).158
Walaupun belum ada rumusan yang definitif. Akan tetapi, benda yang dapat
menjadi koleksi di MMM adalah benda-benda yang berkaitan dengan karya misi
gereja KAS dan memiliki nilai bukan hanya lokal tetapi juga KAS. Benda-benda
dan awam. Kriteria tersebut digunakan untuk memilah benda-benda yang memang
ada hubungannya dengan sejarah gereja KAS karena banyak umat yang
gereja KAS.159
program yang ditujukan untuk umat Katolik. Salah satu programnya adalah
museum ini adalah Muntilan. Alasannya, Muntilan adalah tempat lahirnya karya
157
Hasil wawancara dari Bapak Seno, loc. cit.
158
Hasil wawancara dari Bapak Seno, loc. cit, dan Bapak Muji, loc. cit
159
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno dan Bapak
Muji, loc. cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Proses pengumpulan koleksi MMM juga tidak mudah dan dibutuhkan kriteria
dipamerkan di museum cukup tinggi. Hal ini berarti masyarakat menyambut baik
Karakter
Kegiatan yang dilaksanakan di MMM PAM ada tiga, antara lain: kegiatan
bidang koleksi, reparasi dan konservasi, dan edukasi. Kegiatan bidang koleksi
tersebut dilaksanakan secara rutin (CL 2).160 Pada kegiatan bidang koleksi ada
perawatan rutin pada benda koleksi secara harian maupun mingguan. Begitu pula
160
Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
dengan kegiatan lainnya seperti reparasi dan konservasi yang rutin merawat cat,
dinding, listrik dan sebagainya setiap hari. Untuk kegiatan bidang edukasi yang
pengunjung baru diajak berkunjung untuk melihat koleksi yang ada (CL 2).162
Istilah lain dari pendampingan panjang ini adalah rekoleksi. Rekoleksi adalah
pendalaman yang bersifat rohani, artinya ada tarikan-tarikan atau refleksi yang
Sebenarnya kegiatan seperti ini yang paling diharapkan oleh pengelola museum
kehidupan dirinya.
Salah satu cara yang dilakukan oleh tim edukasi MMM dalam melakukan
edukasi tidak hanya menceritakan siapa, dimana, kapan dilahirkan dan tahun
161
Hal ini juga dikatakan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017
162
Hal ini disampaikan oleh Bapak Seno selaku anggota tim edukasi MMM tanggal 2 Mei 2017
163
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
memiliki semboyan 100% Katolik 100% Indonesia. Lalu setiap orang diberi
belum, apa yang akan dilakukan? Kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan pada
dahulu. Pertanyaan mengenai apa yang menjadi tujuan mereka datang ke museum
misalnya hanya berkunjung saja tetapi ada juga yang memang ingin belajar secara
khusus untuk mendalami sejarah dan semangat keuskupan. Untuk yang ingin lebih
yang dulu bernama Novena Jumat Kliwonan. Novena Misioner Selasa Kliwonan
dan lain-lain. Kegiatan ini adalah hasil kerja sama antara MMM PAM dengan
pengurus Kerkoff. Walaupun kegiatan itu tidak berkaitan langsung dengan benda
164
Hal ini disampaikan oleh Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017
165
Hal ini ditambahkan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
koleksi MMM tetapi kegiatan tersebut berkaitan langsung dengan semangat yang
diwariskan para pendahulu (CL 2 dan CL 4).166 Kegiatan edukasi lain yang
Karakter yang ingin dibangun ketika orang belajar di museum adalah karakter
misioner. Karakter misioner adalah karakter orang yang berani menjadi saksi
c. Kendala Kegiatan
MMM adalah inovasi penyelenggaran yang berkaitan dengan cara tim edukasi
MMM menyampaikan sejarah dan semangat misi kepada anak-anak dan orang
muda. Bahkan, tidak semua orang dewasa pun menyukai sejarah. Cara yang
pembelajaran secara rutin kepada tim edukasi MMM PAM (CL 4).168
ruangan. Semakin banyak orang yang mengenal MMM, semakin banyak yang
banyak. Cara menghadapi kendala tersebut dengan melakukan kerja sama dengan
pihak lain yang masih berkaitan untuk menyediakan ruangan khusus sebagai
pusatnya memang di Muntilan tetapi tim edukasi MMM bisa bekerja sama dengan
166
Hasil wawancara dengan Bapak Muji pada tanggal 27 April 2017 dan Romo Nugroho, loc. cit.
167
Hal ini ditambahkan oleh Romo Nugroho, Pr., loc. cit.
168
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gereja dan Susteran Fransiskan di Gedangan. Begitu juga dengan gereja tua di
Ambarawa dimana Romo van Lith pernah tinggal di sana dan MMM yang
ketika ada kunjungan mendadak sementara MMM sudah memiliki program lain.
Kendalanya ada pada kendala pengaturan waktu karena tenaga yang ada
jumlahnya terbatas sehingga tidak bisa melayani banyak orang (CL 2).169
bidang preparasi dan konservasi, dan bidang edukasi. Kegiatan bidang edukasi
Misioner Malam Selasa Kliwonan, dan kegiatan orientasi siswa sekolah di sekitar
ada karakter yang akan dibentuk oleh tim edukasi MMM. Dalam
penyelenggaraannya tim edukasi tidak lepas dari kendala. Kendala yang ada yakni
tenaga kerja. Namun, tim edukasi dapat menghadapi kendala tersebut. Hal ini
169
Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
pengunjung, guru, dan siswa. Berikut ini hasil penelitian tentang persepsi
masyarakat:
Karakter
1) Pengunjung MMM
Pengunjung MMM dari awal museum berdiri hingga sekarang adalah umat
Katolik (CL 3 dan CL 4).170 Umat Katolik yang datang pun masih terbagi ke
dalam beberapa kategori. Misalnya kategori anak dan remaja seperti komunitas
pertama. Berikutnya kategori orang muda sebagai contoh adalah Panitia Asian
Youth Day (AYD) 2017. Untuk kategori dewasa, contohnya adalah keluarga,
mulai berani membuka diri dengan membentuk jaringan dengan kelompok lintas
iman di mana pernah ada kelompok NU yang datang berkunjung. Salah satu
menyusun skripsi tentang perbandingan Romo van Lith dengan Sunan Kalijaga.
Beberapa mahasiswa UNY juga pernah datang dalam rangka mempelajari sejarah
65
pengunjung dari lintas iman yang memanfaatkan kunjungan ke MMM (CL 3 dan
CL 4).172
Tokoh yang menjadi ikon MMM adalah Romo van Lith. Romo van Lith
Jawa. Romo van Lith adalah orang yang memiliki gagasan bahwa pola bermisi di
Jawa tidak serta merta hanya pembaptisan menjadi Katolik saja. Ia memiliki
gagasan bahwa kekatolikkan bisa ditangkap kalau Jawa merdeka maka dia
menjalankan karya misinya melalui pendidikan. Padahal sebelum Romo van Lith,
kegiatan bermisi itu gambarannya Gereja Katolik itu membawa kebenaran dan
Jawa itu tanah kegelapan dan untuk menjadi terang maka Jawa harus
dikatolikkan.173
Mengenai karakter Romo van Lith, ada tiga karakter yang diungkapkan
oleh pengelola MMM. Karakter pertama adalah menjadi manusia beriman, ini
pendidikan. Karakter kedua adalah berguna bagi orang lain (man for the others).
Karakter ketiga adalah tidak pernah berhenti belajar. Ketiga karakter yang dimiliki
Romo van Lith ini dilandasi oleh iman sehingga kereligiusannya tidak hanya
berguna bagi diri sendiri tetapi juga berguna untuk masyarakat. Pendidikan yang
172
Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017 dan Romo Nugroho, Pr., loc. cit
173
Hal ini dikatakan oleh Romo Bambang Pr. pada tanggal 17 Mei 2017, Romo Nugroho, Pr. pada
tanggal 8 Mei 2017, Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017, dan Bapak Muji pada tanggal 27 April
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dikembangkannya pun tidak hanya menyiapkan manusia yang bisa bekerja tetapi
Sehubungan dengan hal di atas, banyak yang bisa dipelajari dari Romo van
Lith pada kehidupan sekarang. Romo van Lith adalah orang yang sangat
memahami kehidupan orang Jawa pada saat itu sehingga ia mampu menyatu
dengan rakyat. Hal tersebut penting bagi kehidupan masa kini untuk menghargai
kebudayaan yang ada. Menghargai kebudayaan ini perlu karena dalam kehidupan
kita berdampingan dengan saudara-saudara lain (CL 4 dan CL 13).175 Romo van
Lith telah memberi contoh bahwa Gereja Katolik itu tidak eksklusif dan harus
selalu berdialog dengan orang lain untuk memajukan kehidupan berbangsa dan
(CL 4).177 MMM bisa menjadi sebagai sarana pendidikan karakter karena MMM
menjadi sarana tugas perutusan karya misi dimana tugas karya misi saat ini adalah
adalah memahami diri sendiri di hadapan Tuhan agar bisa menghargai sesamanya.
174
Hasil wawancara dengan Bapak Seno, loc. cit.
175
Hal ini diungkapkan oleh Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017 dan Romo Bambang,
Pr. pada tanggal 17 Mei 2017
176
Hal ini ditambahkan Romo Nugroho, Pr. pada tanggal 8 Mei 2017
177
Hasil wawancara dengan Romo Nugroho, Pr., loc. cit
178
Hasil wawancara dengan Bapak Seno pada tanggal 2 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tertutup artinya tidak memiliki karakter. Seseorang yang tidak memiliki karakter
memiliki keyakinan diri, pemahaman terbuka, dan berprinsip. Orang yang sudah
berpendapat, berprinsip, dan terbuka serta kritis seperti Romo van Lith (CL 13).179
Karakter
macam. Ada pengunjung yang bertujuan dalam rangka ziarah ke Sendang Sono
dan kerkoff lalu sekaligus mengunjungi museum.180 Ada pula pengunjung yang
yang beragama Katolik. Kunjungan ini tidak hanya sekedar mampir saja tetapi
museum antara lain dalam rangka mengikuti kegiatan MOS (Masa Orientasi
Siswa) yang merupakan bagian dari acara pengenalan lingkungan dan untuk
179
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017
180
Hasil wawancara dengan Tia pada tanggal 22 April 2017, Ibu Harjono pada tanggal 11 Mei
2017, Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017, dan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017.
181
Hasil wawancara dengan Bapak Jimmy, loc. cit.
182
Hasil wawancara dengan Angel dan Sari pada tanggal 15 Mei 2017, dan Ryan 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
pada masa lalu dan benda peninggalan untuk mengenang jasa Romo van Lith.183
MMM. MMM memiliki berbagai benda yang berkaitan dengan perjalanan para
misionaris baik dari dalam negeri maupun luar negeri (CL 14).184 Mereka juga
umumnya terkesan dengan Romo van Lith (CL 1 dan CL 7),186 Barnabas
Sarikrama (CL 8 dan CL 11),187 dan Mgr. Ignatius Suharyo (CL 14).188
MMM. Beberapa kesan pengunjung dalam penelitian ini didapatkan dari Buku
halaman 180-184). Kesan pengunjung tersebut antara lain: bermanfaat bagi umat
berintropeksi diri,190 merasa bersyukur atas karya Tuhan dan museum menjadi
183
Hasil wawancara dengan Brurry pada tanggal 9 Mei 2017, Angel dan Sari pada tanggal 15 Mei
2017 dan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017
184
Hasil wawancara dengan Bapak Paulus, loc.cit.
185
Hasil wawancara dengan Tia, pada tanggal 27 April 2107, Ibu Harjono dan Bapak Jimmy pada
tanggal 11 Mei 2017, Brurry, loc. cit, Angel dan Sari, loc. cit, dan Bapak Paulus, loc. cit.
186
Hasil wawancara dengan Tia, loc. cit, Brurry, loc. cit¸ dan Sari loc. cit.
187
Hasil wawancara dengan Bu Harjono, pada tanggal 11 Mei 2017 dan Angel pada tanggal 15
Mei 2017
188
Hasil wawancara dengan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017
189
Kesan yang ditulis oleh Ignatius Redjo pada tanggal 10 Oktober 2013
190
Kesan yang ditulis oleh P. C. Joko Trisianto pada tanggal 10 Oktober 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
kebudayaan dan melayani sesama sehingga bisa menjadi inspirasi bagi anak-
anak.192 Ada pula pengunjung yang terinspirasi dengan MMM dan ingin
positif. Hal ini didukung oleh para pengunjung yang merasa mendapatkan manfaat
koleksi yang ada itu bagus, menarik, dan unik. Pengunjung berpendapat koleksi di
MMM tersebut tergolong lengkap didukung dengan adanya altar, baju uskup, dan
foto-foto pada jaman dahulu.194 Menurut pengunjung koleksi yang ada di MMM
dapat membuka wawasan seseorang (CL 7).195 Koleksi yang dimiliki oleh MMM
juga bermakna dan setiap koleksi memiliki cerita (CL 15).196 Sementara itu, ada
191
Kesan yang ditulis oleh Fr. M. Florianus, BHK pada tanggal 22 Maret 2014
192
Hasil dari dokumentasi kesan yang ditulis oleh guru SD PL Don Bosko Semarang pada tanggal
4 Oktober 2014 dan guru TK. St. Theresia Muntilan tanggal 31 Januari 2015
193
Hasil dari dokumentasi kesan yang ditulis oleh Dominikus Juang Tatum pada tanggal 15 Juni
2016
194
Hasil wawancara dengan Bu Harjono dan Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017, Sari dan
Angel pada tanggal 15 Mei 2017.
195
Hasil wawancara dengan Brurry pada tanggal 15 Mei 2017
196
Hasil wawancara dengan Ryan Saputra pada tanggal 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
pengunjung tersebut koleksi yang ada di MMM kurang lengkap karena sumbernya
banyak yang dibawa ke Belanda (CL 7).197 Koleksi MMM masih perlu ditambah
dari benda bersejarah yang dimiliki oleh paroki-paroki lain seperti paroki di
Semarang yang berkaitan dengan pendirian awal gereja dan perawatannya perlu
Memaknainya
Romo van Lith.199 Walaupun Romo van Lith bukan orang Indonesia beliau sangat
Jawa. Berkaitan dengan nilai karakter dari Romo van Lith yang dapat digali antara
dan mau mempelajari hal baru seperti belajar bahasa Jawa.200 Mengenai cara
mengerjakan tugas dengan total (CL 1),201 selalu terus belajar (CL 10),202
menghargai budaya (CL 9),203 bekerja keras dan pantang menyerah (CL 7).204
197
Hasil wawancara pada tanggal 9 Mei 2017
198
Hasil wawancara dengan Bapak Paulus dan Ryan pada tanggal 18 Mei 2017
199
Hal ini dikatakan oleh Tia pada tanggal 27 April 2017, Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei
2017, Brurry pada tanggal 9 Mei 2017, dan Sari pada tanggal 15 Mei 2017
200
Loc. cit
201
Hasil wawancara dengan Tia pada tanggal 27 April 2017
202
Hasil wawancara dengan Sari pada tanggal 15 Mei 2017
203
Hasil wawancara dengan Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017
204
Hasil wawancara dengan Brurry Nugroho pada tanggal 9 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
memiliki latar belakang profesi yang sama dan nilai karakter yang bisa digali dari
Mgr. Ignatius Suharyo adalah dalam melakukan pelayanan yang murah hati. Cara
memaknainya dengan berusaha menjadi orang Katolik yang sabar, penuh cinta
kasih, rendah hati dan juga ikhlas dalam melayani masyarakat (CL 14).205
Sarikrama adalah orang yang pertama kali dibaptis oleh Romo van Lith. Pada
awalnya Barnabas Sarikrama memiliki luka di bagian kakinya dan Romo van Lith
warga setempat untuk mempelajari ajaran Katolik bersama Romo van Lith.
Berawal dari kisah tersebut nilai karakter yang bisa digali dari Barnabas
Sarikrama yaitu rasa syukur dan kegigihannya. Melalui rasa syukur dan
ia dan warga lainnya untuk percaya akan kasih Tuhan. Nilai karakter tersebut bisa
dimaknai dengan tetap gigih berjuang serta belajar dan selalu bersyukur karena
mengesankan. Kesan tersebut dilihat dari cara beliau mengajar. Beliau sebagai
seorang guru agama mengajak orang yang tidak menyukai ajaran agama Katolik
205
Hasil wawancara dengan Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017
206
Hasil wawancara dengan Angel pada tanggal 15 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
untuk tetap mempelajarinya. Tujuannya agar bisa mengetahui bagian mana yang
Karakter
MMM telah melakukan hal-hal luar biasa dan sebagian besar tokoh-tokohnya
karena banyak kisah baik misionaris maupun orang awam yang dapat menjadi
teladan (CL 9).209 Hal ini juga didukung dengan MMM yang serius dalam
menjalankan fungsi edukatif berbeda dengan museum lainnya yang fokus dalam
penyelenggaran pameran saja. Selain itu latar belakang anggota tim edukasi
pendidikan karakter belum terlihat sarana prosesnya karena banyak orang yang
setiap hari minggu. Setelah itu dilakukan baru bisa terlihat hasilnya dan adakah
207
Hasil wawancara dengan Ryan pada tanggal 18 Mei 2017
208
Hasil wawancara dengan Tia pada tanggal 27 April 2017, Brurry pada tanggal 9 Mei 2017, Bu
Harjono dan Bapak Jimmy pada tanggal 11 Mei 2017, Bapak Paulus pada tanggal 18 Mei 2017
209
Lebih lanjut dikatakan oleh Bapak Jimmy, loc. cit
210
Hasil wawancara dengan Ryan pada tanggal 18 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
belum cukup untuk pendidikan karakter (CL 7).211 Mengenai MMM sebagai
MMM, mereka terketuk hatinya dan ada yang tertarik menjadi pastor dan pasti
berpendapat lain khususnya para siswa. Mereka mengatakan bahwa masih belum
mereka baru berkunjung sekali saat MOS dan menyarankan agar penataan
museum dibuat lebih menarik lagi sehingga minat anak-anak bertambah (CL 10
dan CL 11).213
van Lith maupun SMP Kanisius Muntilan menggunakan museum tersebut. SMA
Romo van Lith dan mulai dari awal sejarahnya agama Katolik di Muntilan ini.
Sekolah pun terbantu dengan adanya pendampingan yang dilakukan oleh tim
MMM sekolah sangat terbantu. Begitu pula dengan SMP Kanisius Muntilan
74
pembelajaran sejarah di kelas. Sebab koleksi yang ada berhubungan erat dengan
Romo van Lith ketika menyebarkan agama Katolik dan dalam materi sejarah
SMA itu tidak ada. Akan tetapi guru tetap memberikan materi tentang Romo van
Lith ketika menjelaskan masa pendudukan Jepang meski tidak banyak. Caranya
dengan menambahkan materi tentang Romo van Lith dari segi kepahlawanannya
Menurut para guru koleksi MMM sangat lengkap. koleksi yang ada di
MMM dapat membantu untuk mengingat sejarah berdirinya SMA Pangudi Luhur
van Lith. Mulai dari awal perubahan Kolese, lalu menjadi SGB hingga pada
akhirnya menjadi SMA (CL 6 dan CL 12).216 Walaupun koleksi MMM lengkap
214
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017
215
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk, loc. cit.
216
Hasil wawancara dengan Bapak Joko, loc. cit dan Bu Desy pada tanggal 15 Mei 2017
217
Hasil wawancara dengan Bapak Joko, loc. cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Muntilan maupun SMA Pangudi Luhur van Lith mengikuti kegiatan tersebut.
SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith mengikuti kegiatan
van Lith adalah dengan mengajak siswa untuk bekunjung ke MMM. Walaupun
memiliki film dari Puskat yang berjudul Betlehem van Java dan sering
museum ini ditujukan agar siswa memaknai museum tersebut sebagai gerbang
untuk mengetahui masa lalu (CL 5 dan CL 12).219 Begitu pula dengan SMP
Kanisius Muntilan, para siswa diajak untuk melihat, membaca, memahami dan
sederhana, bisa bertoleransi dengan setiap ajaran agama lain, dan hidup dalam
218
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017
219
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk, loc. cit dan Ibu Desy pada tanggal 12 Mei 2017
220
Hasil wawancara dengan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
MMM juga selaras dengan SMA Pangudi Luhur van Lith. Harapannya nilai
mereka selepas dari sekolah ini. Hal ini terbukti ketika mereka bertemu dengan
mereka yang memiliki nilai lebih jika dibandingkan alumni SMA lainnya (CL
5).222 MMM sebagai sarana pendidikan karakter dapat dilihat dari keteladanan
misionaris dari luar negeri dengan karakternya yang sopan, ramah dan bisa
sebagai sarana pendidikan karakter tersebut pada umumnya positif. Persepsi postif
ini dari segi pengelola, mereka begitu memahami karakter yang akan
dikembangkan. Hal ini didukung juga oleh pengelola yang menjadi bagian dari
tim edukasi memiliki latar belakang pendidikan agama Katolik. Persepsi positif
221
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk dan Bapak Joko pada tanggal 8 Mei 2017 dan Bu Desy
pada tanggal 12 Mei 2017
222
Hasil wawancara dengan Bapak Baluk tanggal 8 Mei 2017
223
Hasil wawancara dengan Bapak Joko tanggal 8 Mei 2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
dari pengunjung terlihat dari kesan yang mereka dapatkan setelah berkunjung.
Demikian juga dengan para guru yang merasa terbantu dengan adanya kegiatan
MMM. Persepsi negatif juga muncul dalam penelitian ini namun hanya sebagian
C. Pembahasan
Agung Semarang (KAS) tanggal 25 Juni 1990. Pada peringatan tersebut Gereja
menyadari pentingnya sejarah keuskupan agar tidak dilupakan oleh umat. Maka,
kesadaran sejarah keuskupan bagi umat yakni museum. Museum memang bisa
diselenggarakan oleh pemerintah maupun yayasan. Hal ini sesuai dengan teori
224
Tim MMM, op. cit, hlm. I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
dapat pula merupakan badan swasta, dalam bentuk perkumpulan atau yayasan
Pada tahun 1992 sebenarnya sudah dirintis sebuah museum Gereja KAS
yang berada di Wisma Uskup KAS, Jalan Pandanaran 13, Semarang. Museum
KAS seperti peninggalan dari para missionaris, para pendiri kongregasi dan
kuno.226 Sementara yang dimaksud dengan museum itu bukan hanya tempat untuk
menyimpan benda-benda kuno saja tetapi sebagai tempat terbuka untuk umum
Februari, 6 April, dan 1 Juni 1998 memutuskan untuk memindah museum KAS
museum yang baru karena ada pertimbangan historis. Muntilan adalah tempat
dimana Romo van Lith menjalankan karya misinya.229 Romo van Lith
memperoleh izin pemerintah untuk membuka sebuah pos misi di Muntilan, stasi
225
Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 24
226
Hasil wawancara dengan Romo Bambang, Pr. pada tanggal 17 Mei 2017 dan Bapak Muji pada
tanggal 27 April 2017
227
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 6
228
Tim MMM, op. cit, hlm. i
229
Ibid, hlm. 221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
misi permanen pertama tanggal 21 Oktober 1897.230 Hasil karya misi Romo van
Lith masih dapat dilihat sampai sekarang ini seperti adanya sekolah-sekolah,
Gereja Santo Antonius, pasturan, dan rumah sakit. Muntilan merupakan tempat
bangsa Indonesia. Bahkan, Muntilan juga disebut sebagai Betlehem van Java
karena Muntilan adalah tempat dimulainya misi gereja Katolik dan tempat awal
dan penggemblengan bagi Gereja Kristus. Muntilan dengan karya misinya tidak
hanya dikenal dan berguna bagi gereja tetapi juga bagi bangsa Indonesia.231
dengan alasan usia bangunan yang sudah tua dan letaknya dekat dengan gereja
Semarang dan Romo Bambang Sutrisno, Pr. dipilih sebagai ketua tim pelaksana
diharapkan dapat menjadi museum yang hidup. Museum yang hidup adalah
museum yang dapat digunakan sebagai sarana edukasi dan tidak hanya sebagai
sarana untuk memajang benda-benda sejarah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
230
Karel Steenbrink, op. cit,hlm. 375
231
J. Soenarjo, op. cit, hlm 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
Pada saat itu Romo Bambang, Pr. memiliki sebuah tim bernama P3J KAS
sejarah agar lebih bermakna bagi kehidupan di masa kini. Hal ini memang
menjadi tujuan dari MMM sebagai museum yang hidup. Artinya museum berguna
museum. Kendala kepemilikan tanah tersebut bermula dari tanah yang akan
digunakan sebagai museum adalah tanah milik kongregasi Serikat Jesuit (SJ).
Sementara, orang umum melihat bahwa program tersebut adalah bagian dari
program KAS yang identik dengan Imam Praja. Padahal program pembangunan
museum ini terkait dengan kawasan situs misi sehingga melibatkan banyak pihak.
Pihak yang terlibat yaitu KAS, Serikat Jesuit, Bruder Frates Immaculatae
232
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Bersama (SKB) antara Uskup Agung Semarang, Romo Provinsial SJ., dan Bruder
kesepakatan tidak tertulis yang telah berjalan. Kongregasi Serikat Jesuit Provinsi
FIC membuka kamar yang pernah dipakai oleh Romo Sanjaya, Pr. dan kapel di
pengelola karya museum lewat panitia yang ditunjuknya. Pemakaian aset tanah
persetujuan Pater Jendral Serikat Jesuit lewat surat No. IDO 01/13 tertanggal 10
Mei 2001.233 Jadi, dengan adanya SKB tersebut menjadi jelas bahwa MMM bukan
diperlukan banyak biaya mengingat fungsi museum bukan hanya sebagai tempat
museum itu bersifat ilmiah untuk tujuan edukatif dan kultural. 234 Selain itu,
pembangunan museum adalah sebuah gagasan yang baru ketika menggalang dana
di gereja sehingga tidak serta merta mendapat dukungan. Gagasan ini berbeda
dengan kegiatan gereja lainnya seperti ekaristi yang lebih mudah mendapatkan
dana.
233
Ibid, hlm. iv
234
Amir Sutaarga, op. cit, hlm. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
baru. Ketika itu pembangunan gedung baru tersebut sudah selesai tetapi muncul
pihak yang merasa jika gedung tersebut kurang ideal digunakan sebagai pastoran.
untuk menggunakan gedung baru tersebut sebagai museum. Maka, sampai hari ini
masih bisa dilihat bahwa bangunan museum memiliki banyak kamar. Sebenarnya
hal ini berkaitan dengan tujuan awal sebagai pastoran dan tempat untuk pertemuan
memahami museum hanya pada sisi sejarah saja tetapi ada juga yang memahami
sisi sifatnya yang dinamis sehingga bisa berkembang. Kendala seperti itu menjadi
faktor internal permasalahan museum yang kerap terjadi di Indonesia yang terkait
pemahaman dari tenaga museum itu sendiri.235 Tenaga MMM tidak memiliki latar
bagi Komisi Karya Misioner KAS dan Karya Kepausan Indonesia KAS. Hal ini
hanya dipahami sebagai sarana atau alat saja untuk menyelenggarakan karya-
karya.
Pada akhirnya museum ini mulai difungsikan pada awal Januari 2002 dan
berkantor di Jalan Kartini 3 Muntilan. Koleksi museum ini awalnya berasal dari
235
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
MMM tidak hanya dari Wisma KAS tetapi dari berbagai tempat. Koleksi yang
MMM disebut sebagai museum kaya karena koleksi yang dimiliki adalah benda
asli bukan replika. Koleksi yang dimiliki museum pada umumnya berasal dari
hibah. Hanya satu koleksi saja yang bukan dari hibah, yaitu Lonceng Prenthaler
dari Boro. Pihak MMM harus mengganti lonceng tersebut dengan lonceng yang
baru.
adalah benda yang menjadi koleksi harus berkaitan dan memiliki nilai karya misi
gereja KAS dan memiliki nilai bukan hanya lokal tetapi juga KAS. Benda-benda
biarawati, uskup, dan awam dalam proses perkembangan gereja dari awal sampai
diresmikan dan diberkati oleh Mgr. Ignatius Suharyo. Beliau menetapkan nama
aneka koleksi bisa membawa umat sampai pada anamnesis, yaitu penghadiran
kembali karya misi dari masa silam ke masa kini yang digunakan untuk
236
Tim MMM, op. cit, hlm. vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
membantu umat dalam menghadapi zaman dengan hati yang dikobarkan oleh
peristiwa iman para leluhur.237 MMM menjadi museum yang menekankan akan
keistimewaan dari MMM sendiri yang tidak hanya mementingkan pada kegiatan
pameran saja. MMM secara tidak langsung telah mempraktekkan teori yang
mengatakan bahwa museum memiliki peran strategis terhadap penguatan jati diri
masyarakat dengan cara menggali makna yang ada pada koleksi dan disampaikan
Karakter
antara lain kegiatan di bidang koleksi, preparasi dan konservasi, dan edukasi.
Hal ini sesuai dengan teori tentang penyajian koleksi. Penyajian koleksi tidak
hanya sekedar memperhatikan estetika atau keindahan tetapi juga informasi yang
kronologis melainkan tematis. Dilihat dari segi penyajian koleksinya yang tematik
ini justru menjadi keistimewaan tersendiri bagi MMM sebab penyajian tematik
237
R. Sani Wibowo, SJ., op. cit, hlm. 5
238
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 88
239
R. Sani Wibowo, SJ op.cit, hlm. 5
240
Schouten, op. cit, hlm. 23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
tercapai tujuan MMM PAM.242 Misalnya memeriksa kondisi gedung museum dan
merawat sarana prasarana yang ada. Kegiatan selanjutnya pada bidang edukasi.
bertanggung jawab atas kegiatan bidang edukasi ini juga menerbitkan buku-buku
(sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha
yang maksimal untuk mewujudkan makna dari apa-apa yang diamati dan
tokoh misioner sebagai usaha untuk mewujudkan makna dari karakter tokoh
241
Tjahjopurnomo, op. cit, hlm. 55
242
R. Sani Wibowo, op.cit, hlm. 5
243
Ibid, hlm. 6
244
Ibid, hlm. 16
245
Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
misioner yang dipelajari melalui kegiatan edukasi. Kegiatan edukasi yang sering
panjang.
pengunjung ke tempat presentasi film untuk diberi arahan, setelah itu diajak
pengunjung perorangan. Bagi tim edukasi MMM, walaupun hanya ada satu
pendalaman yang bersifat rohani berkaitan dengan semangat hidup untuk umat
merasakan sungguh makna dari koleksi MMM untuk dirinya dalam kehidupan
sehari-hari.
Salah satu cara yang dilakukan oleh tim edukasi MMM ketika
tokoh misioner Mgr. Soegijapranata. Pada saat pendampingan tim edukasi tidak
87
ada dari Mgr. Soegijapranata melalui semboyan 100% Katolik 100% Indonesia.
shalawatan, pertunjukkan seni, khotbah, dan lain-lain. Kegiatan ini adalah hasil
kerja sama antara MMM PAM dengan pengelola Kerkoff. Walaupun kegiatan ini
tidak berkaitan langsung dengan benda koleksi di MMM tetapi kegiatan ini
berkaitan dengan semangat yang diwarisi oleh para tokoh pendahulu. Hal ini
terkait dengan tujuan yang dikehendaki oleh MMM untuk membawa umat sampai
pada anamnesis, yaitu penghadiran kembali karya misi dari masa silam ke masa
kini yang digunakan untuk membantu umat dengan mengobarkan peristiwa iman
para leluhur.246
adalah orientasi sekolah yang dilakukan atas kerja sama antara sekolah yang ada
di sekitar museum dengan MMM. Misalnya SMA Pangudi Luhur van Lith yang
Romo van Lith. Melihat kegiatan edukasi yang beragam tersebut tentu saja MMM
tidak bekerja sendiri. MMM PAM melakukan kerja sama dengan jaringan kerja,
246
Sani Wibowo, SJ., op. cit, hlm. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
seperti SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi Luhur van Lith, kerkoff, dan
semangat misi itu baik kepada anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Untuk
secara rutin.
koleksi. Sementara, koleksi yang ada sudah banyak. Kendala tersebut diatasi
dengan mengajak pihak lain yang masih berkaitan untuk menyediakan ruangan
membantu dengan memberikan edukasi. Misal ketika ada yang ingin mempelajari
tentang Romo van Lith yang berpusat di Muntilan, tim edukasi MMM bisa
bekerja sama dengan Gereja dan Susteran Fransiskan di Gedangan maupun gereja
ada kunjungan yang mendadak sementara MMM sudah memiliki program lain. Ini
menjadi kendala dalam pengaturan waktu karena tenaga dari MMM ini terbatas
sehingga belum bisa melayani pengunjung dengan jumlah yang sangat besar.
89
banyak nilai karakter yang dapat digali, tetapi karakter utama yang ditonjolkan
kendala tersebut.
pun masih terbagi ke dalam beberapa kategori. Misalnya kategori anak dan remaja
kelompok komuni pertama. Kategori orang muda sebagai contoh adalah Panitia
Asian Youth Day (AYD) 2017. Untuk kategori dewasa, contohnya adalah
keluarga, lingkungan, paroki, romo, uskup, dan lain sebagainya. Seiring dengan
perkembangannya MMM mulai dikenal oleh masyarakat luas. MMM mulai berani
247
Bimo Walgito, op.cit, hlm. 53
248
Pengelola MMM antara lain: Romo Bambang Sutrisno, Pr. ketua tim pelaksana pembangunan
MMM, Romo Nugroho, Pr. direktur MMM periode 2014 sampai 2018, Bapak Seno anggota tim
edukasi MMM, dan Bapak Muji guru agama Katolik dan salah satu anggota tim edukasi MMM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
membuka diri dengan membentuk jaringan dengan kelompok lintas iman, sebagai
contoh kelompok NU. Tidak hanya itu saja pengunjung MMM juga ada yang
datang dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Negeri
pengunjung ke dalam tiga kategori sesuai dengan teori, yaitu: pengunjung pelaku
Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang menguasai bidang studi tertentu
pelaku rekreasi ialah pengunjung yang datang ke museum untuk berekreasi tanpa
ada maksud tertentu atau memberikan perhatian khusus terhadap koleksi atau
dari segi pengelola adalah positif. Pengelola MMM setuju jika MMM menjadi
249
Schouten, op. cit, hlm. 10
250
Pengunjung dengan kategori pelaku studi di dalam penelitian ini adalah Tia (mahasiswi
Universitas Surabaya), Angel dan Sari (Siswa SMA Pangudi Luhur van Lith), dan Ryan Saputra
(Mahasiswa jurusan museologi UGM).
251
Pengunjung pelaku rekreasi di dalam penelitian ini adalah Bu Harjono, Pak Jimmy, Brurry
Nugroho dan Pak Paulus Sulistyo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
internalisasi nilai.252 Hal ini sejalan dengan tujuan awal didirikannya museum dan
adalah karakter orang yang berani menjadi saksi kegembiraan Injil. MMM juga
menjadi sarana tugas perutusan karya misi di mana tugas karya misi saat ini
seseorang namun dapat dibentuk karena karakter itu sendiri dipengaruhi oleh
masyarakat.
agar masyarakat mampu memahami diri sendiri dan menghargai sesamanya dan
dan terbuka serta kritis seperti Romo van Lith.254 Beliau adalah tokoh yang
menjadi ikon di MMM. Romo van Lith menjadi ikon karena beliau adalah perintis
lahirnya jemaat Katolik di pulau Jawa dengan pembaptisan di Sendang Sono dan
Romo van Lith membuka gagasan bahwa pola bermisi di Jawa tidak hanya
dengan membaptis orang Jawa menjadi Katolik. Hal ini terkait teori perlunya misi
252
Doni Koesoema A, op. cit, (Jakarta: Gramedia, 2010) hlm. 104-112
253
Sutarjo Adisusilo, op. cit, hlm. 76-77
254
Hasil wawancara dengan Romo Bambang Sutrisno pada tanggal 17 Mei 2017
255
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
antara iman Gereja kepada Kristus ditandai dengan pembaptisan dan keanggotaan
jumlah penganut agama Kristen tetapi Iman akan Yesus Kristus menjadi usaha
yang pertama.256 Bagi Romo van Lith bermisi di Jawa adalah bentuk perjuangan
kasih Allah untuk mengangkat martabat orang Jawa agar setara dengan orang
Eropa.257
Romo van Lith sebagai ikon dari MMM tentunya adalah seorang
misionaris dengan karakter yang kuat. Karakter yang dimaksud di sini adalah cara
berpikir dan berperilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. 258 Jika dikaitkan
dengan teori tersebut maka karakter Romo van Lith antara lain beriman, berguna
bagi orang lain (man for the others), dan menghargai budaya. Melalui karakter
sebagai proses perubahan pikiran dan perasaan, perilaku secara keseluruhan baik
struktur sosial, institusi sosial yang bertujuan mewujudkan masyarakat damai dan
Romo van Lith. Pendidikan yang diselenggarakan oleh Romo van Lith mampu
256
Edmund Woga, op. cit, hlm. 211-214
257
Tim Edukasi MMM PAM, Pendidikan Model van Lith, (Muntilan: MMM, 2008), hlm. 29
258
Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 43
259
Nyoman Kutha Ratna, op. cit, hlm. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
yang nantinya menjadi tokoh yang berguna bagi bangsa. Tokoh-tokoh tersebut
antara lain: Mgr. Soegijapranata, I.J. Kasimo, C. Simajuntak, dan Yos Sudarso.
Dalam mendidik anak, remaja, dan kaum muda Romo van Lith tidak memandang
golongan kaya maupun miskin. Bagi Romo van Lith pendidikan tidak sekedar
Perwujudan iman berarti tekanan pada pengalaman atau tindakan hidup yang
Muntilan pada tahun 1904.261 Pada tahun 1907 sekolah desa yang menjadi sebuah
Hindia Belanda. Para alumni dari sekolah Muntilan memiliki peluang kerja yang
amat besar.262 Pada tahun 1912, Pastor van Lith membentuk yayasan yang
bernama Xaverius College dibantu oleh para Bruder FIC.263 Sekolah ini mendapat
didirikan oleh Pastor van Lith semakin berkembang.264Melihat hasil karya dalam
pendidikan tersebut terlihat kegigihan Romo van Lith dalam melakukan karya
misi di Jawa. Karya misi Romo van Lith tidak hanya berguna bagi gereja tetapi
260
Tim Edukasi MMM, op. cit, hlm. 35-36
261
Kareel Steenbrink, op. cit, hlm. 384
262
Kareel Steenbrink, loc. cit
263
J. Soenarjo, Muntilan, op. cit, hlm. 14
264
J. Soenarjo, op. cit, hlm. 14
265
J. Soenarjo, loc. cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
berkaitan dengan teori persepsi yakni proses stimulus diterima oleh alat indera,
kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu
dari luar maupun dari dalam individu.266 Stimulus yang dimaksud di sini adalah
koleksinya.
bahwa koleksi di museum lengkap dan menarik di mana setiap koleksi memiliki
ceritanya masing-masing dan bermakna, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa
koleksi MMM masih minim dan perlu ditambah lagi caranya melakukan kerja
sama dengan paroki-paroki yang memiliki koleksi berkaitan dengan sejarah gereja
yang ada. Hal ini disebabkan oleh faktor internal berkaitan dengan kondisi
jasmani dan fisik seseorang dan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan
sosial yang berpengaruh terhadap persepsi mereka dengan benda yang dilihat.
MMM tidak lengkap bisa saja karena dia memiliki ekspektasi yang tinggi
266
Bimo Walgito, op.cit, hlm. 53-54
267
Ibid, hlm. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Kesan positif yang muncul seperti pengunjung merasa mendapatkan manfaat dari
imannya semakin dikuatkan serta terdorong untuk memperbaiki diri dan melayani
Kesan pengunjung ini bisa disebut persepsi. Persepsi adalah suatu proses yang
didahului oleh penginderaan.268 Kesan tersebut adalah hasil dari suatu proses yang
dengan melihat koleksi dan mendengarkan cerita mengenai tokoh tertentu dibalik
masing individu. Dalam hal ini menurut aplikasi dari teori persepsi dalam
suatu proses dimana informasi tentang orang lain diubah menjadi pengetahuan
268
Bimo Walgito, op. cit hlm. 53
269
Irbandi Rukminto Adi, op.cit, hlm. 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
van Lith. Pengunjung mengatakan walaupun Romo van Lith bukan orang
yang ada pada diri Romo van Lith ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari bisa dengan menghargai budaya sekitar, peduli dengan sesama dengan tidak
yang terinspirasi dengan Mgr. Ignatius Suharyo. Alasannya karena memiliki latar
belakang profesi yang sama sebagai anggota TNI. Karakter yang digali dari Mgr.
tersebut bisa menjadi keteladanan bagi siapa saja bahwa melakukan pelayanan itu
harus secara murah hati. Cara memaknai nilai karakter tersebut dalam kehidupan
sehari-hari yang utama adalah berusaha menjadi orang yang sabar, penuh cinta
Barnabas Sarikrama merupakan orang yang pertama kali dibaptis oleh Romo van
Ketika itu kakinya sedang sakit, ia mau menempuh jarak jauh untuk bertemu
dengan Romo van Lith dan dari situ ia mulai belajar agama Katolik. Ketika
97
setempat untuk belajar agama Katolik bersama Romo van Lith. Karakter yang
dapat digali dari Barnabas Sarikrama adalah rasa syukurnya dan kegigihannya.
Cara memaknai karakter Barnabas Sarikrama adalah dengan selalu bersyukur agar
di MMM. Setiap tokoh memiliki karakter khas yang dapat diteladani hingga
sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan teori berikut bahwa karakter secara
hal yang bisa dipelajari dari setiap tokoh yang telah dijelaskan oleh tim edukasi
museum ketika pendampingan berlangsung. Banyak tokoh yang selama ini jarang
diangkat tetapi memiliki karya luar biasa dan bisa menjadi teladan termasuk
kisah-kisah dari orang awam. Pengunjung juga mengaku senang dengan adanya
270
Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
harapan agar ada yang terketuk hatinya dan muncul calon-calon pastor. Sementara
itu, seorang pengunjung pelaku studi memiliki persepsi bahwa MMM sebagai
sarana pendidikan karakter adalah hal unik. Selama ini walaupun museum selalu
dikatakan sebagai tempat edukasi, tetapi pada umumnya museum hanya fokus
pada kegiatan pameran saja. Hal ini berbeda dengan MMM. MMM justru
museum saja tetapi juga di luar museum. Selain itu, tim edukasi MMM berlatar
Persepsi masyarakat dari segi guru juga positif. Melihat koleksi dan
kegiatan yang ada di MMM para guru SMP Kanisius Muntilan dan SMA Pangudi
Luhur van Lith setuju dengan MMM sebagai sarana pendidikan karakter. Sesuai
dengan definisi dari pendidikan karakter yaitu sebagai upaya sadar dan sungguh-
Artinya para guru dan tim edukasi MMM sudah berusaha mengajarkan nilai-nilai
melalui kegiatan edukasi. Guru SMA Pangudi Luhur van Lith merasakan bahwa
karakter yang ditanamkan pada siswa itu bisa dikembangkan sampai siswa lulus
dari sekolah. Hal ini terbukti pada alumni-alumni yang memiliki nilai lebih ketika
Nugroho, Pr. nilai-nilai karakter itu sejalan dengan yang ada di MMM. Mengenai
MMM sebagai sarana pendidikan karakter guru SMP Kanisius mengatakan bahwa
271
Muchlas Samani dan Hariyanto, loc.it.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
museum. Cara yang dilakukan untuk menyampaikan nilai karakter kepada siswa
kedatangan para misionaris dengan karakternya yang sopan, ramah dan bisa
Para guru ini memiliki persepsi positif karena mereka marasakan manfaat
dari MMM. Para guru tersebut memanfaatkan MMM sebagai sarana pembelajaran
atau Kristen dan tidak menutup kemungkinan yang beragama lain. Para guru juga
sekolah tersebut tidak hanya mementingkan aspek kognitif saja, tetapi juga aspek
sosial dengan memanfaatkan pendampingan yang ada di MMM. Hal ini diperkuat
kecil yang berpersepsi negatif. Persepsi negatif ini muncul dari pengunjung yang
terdiri dari siswa dan umum. Siswa yang diwawancarai oleh peneliti berpendapat
272
Mukhrizal Arif, dkk, op. cit, hlm. 247
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
bahwa pendidikan karakter di museum itu belum terlihat. Hal ini disebabkan
karena mereka belum mendalami apa yang ada di museum dan berkunjung hanya
satu kali ketika masa orientasi saja. Salah satu pengunjung memiliki pendapat
bahwa MMM sebagai sarana pendidikan karakter itu belum terlihat karena orang
yang datang kesana juga hanya sekedar berkunjung. Menurutnya agar pendidikan
karakter itu terlihat harus ada proses di sana misalnya pendampingan secara intens
anak kecil setiap Minggu sehingga perubahan karakter pada anak dapat terlihat.
karakter ini dikarenakan adanya faktor yang berpengaruh pada persepsi, terutama
faktor internal yakni faktor dari dalam individu. Misalnya pemahaman atau
berbeda.273
pendidikan karakter di MMM itu belum terlihat. Sebenarnya hal itu terjadi karena
273
Bimo Walgito, op.cit, hlm. 100
274
Doni Koesoema A, op.cit, hlm. 104-112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pemahaman mereka tentang kegiatan edukasi di MMM masih kurang dan merasa
persepsi positif terhadap MMM sebagai sarana pendidikan karakter. Hal ini
pengunjung dan guru menyatakan setuju jika MMM digunakan sebagai sarana
mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik; (2) membangun perilaku bangsa yang multikultur; dan (3) meningkatkan
karakter pada teori di atas terwujud dalam kegiatan edukasi yang ada di MMM.
sehingga bisa selalu berperilaku baik, dan membangun perilaku bangsa yang
daerah, suku, bahkan dari luar negeri dan mengenalkan berbagai budaya melalui
acara Novena Misioner Malam Selasa Kliwon. Tujuan utama pendidikan karakter
275
Muchlas Samani dan Hariyanto, op. cit, hlm. 52
276
Loc. cit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
A. Kesimpulan
berikut:
diharapkan dapat menjadi museum yang hidup. Maksud dari museum yang
hidup adalah museum yang dapat menjadi sarana edukasi bagi setiap orang
bahwa Muntilan adalah tempat Romo van Lith sebagai peletak dasar awal
Betlehem van Java. Karya misi yang ada di Muntilan memiliiki pengaruh
yang kuat terhadap Keuskupan Agung Semarang. Pada saat itu Mgr.
102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
musyawarah.
pendidikan karakter dari segi pengelola adalah positif. Hal ini didukung
104
guru yang positif ini dipengaruhi oleh guru yang merasakan manfaat akan
ditampilkan di MMM.
B. Saran
sebagai berikut:
105
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. 2014. Penelitian Kualitatif Edisi Kedua, Jakarta: Prenada Media
Group
De Vaulux, Bernard. 1969. History of the Missions. London: Burn and oates
Alfabeta
Irbandi Rukminto Adi. 1994. Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan
107
Rosdakarya
Muchlas Samani, dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Media
Nyoman Kutha Ratna. 2014. Peranan Karya Sastra, Seni, dan Budaya dalam
Media
R. Sani Wibowo, SJ. 2013. Rohani, No. 11, “Membangun Museum yang Hidup”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Maumere: Ledalero
Maumere: Ledalero
Persada
Tim Edukasi MMM. 2008. Pendidikan Model van Lith. Muntilan: MMM PAM
Tim MMM PAM. 2009. Pedoman Museum Misi Muntilan Pusat Animasi
109
Sumber Internet:
(http://belajaritutiadaakhir.blogspot.co.id/2011/08/museum-di-
110
Lampiran 1
LEMBAR OBSERVASI MUSEUM
Lokasi : Museum Misi Muntilan
Waktu Pelaksanaan : 27 April 2017
No Objek yang diamati Hasil
Ya Tidak
1. Lokasi museum strategis √
2. Museum memiliki bangunan pokok ( pameran tetap,
pameran temporer, auditorium, kantor,laboratorium √
konservasi, perpustakaan, bengkel preparasi, dan ruang
penyimpanan
Koleksi)
3. Museum memiliki bangunan penunjang (lobby, tempat √
parkir, toilet dan pos keamanan)
4. Koleksi museum memiliki nilai sejarah dan nilai-nilai √
ilmiah
5. Koleksi museum dijelaskan secara historis dan √
fungsinya
6. Museum memiliki alat pengamanan (CCTV) √
7. Museum memiliki pengamanan yang ketat terhadap √
koleksi
8. Ruangan penataan koleksi museum terjaga √
kebersihannya
9. Museum memiliki pengatur suhu ruangan untuk √
menjaga koleksi
10. Pencahayaan ada di setiap ruang koleksi di museum √
11. Museum memiliki ruang penyimpanan koleksi yang √
luas
12. Museum memiliki daftar inventaris koleksi yang √
diperbarui secara rutin
13. Museum memiliki kurator √
14. Museum memiliki memiliki tim edukasi √
15. Museum memiliki tenaga administrasi √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
No Butir-Butir Pertanyaan
1 Tujuan berkunjung ke museum
2 Kesan pengunjung terhadap Museum Misi Muntilan
3 Persepsi terhadap Museum Misi sebagai sarana pendidikan karakter
No Butir-Butir Pertanyaan
1 Penggunaan Museum Misi sebagai sarana pembelajaraan
2 Penapat guru tentang koleksi
3 Cara memanfaatkan Museum Misi Muntilan
4 Persepsi terhadap Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan
karakter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 3
a. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Misi Muntilan? Apa saja
kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh Museum Misi Muntilan?
b. Apa yang menjadi kegiatan favorit yang dilaksanakan oleh Museum Misi
Muntilan? Mengapa kegiatan tersebut menjadi kegiatan favorit?
c. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh Museum Misi Muntilan dalam bidang
edukatif? Bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan? Adakah tim
khusus yang menangani kegiatan tersebut?
d. Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukatif tersebut?
e. Bagaimana tanggapan dari masyarakat atas kegiatan edukatif tersebut?
Adakah masyarakat yang terlibat pada kegiatan tersebut?
f. Adakah kendala dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut?
Bagaimana Museum Misi Muntilan menghadapi kendala tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
a. Siapa saja yang menjadi pengunjung Museum Misi Muntilan? Berasal dari
mana saja pengunjung Museum Misi Muntilan?
b. Dari banyak tokoh yang ditampilkan di museum, siapa tokoh yang menjadi
ikon dari Museum Misi Muntilan? Mengapa tokoh tersebut dijadikan ikon
dari museum? Karakter apa yang dapat digali dari tokoh tersebut?
c. Selain karakter dari tokoh yang menjadi ikon Museum Misi Muntilan,
karakter apa saja yang bisa digali dari museum ini?
d. Bagaimana pendapat anda mengenai Museum Misi Muntilan sebagai sarana
pendidikan karakter?
114
115
CATATAN LAPANGAN 1
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Tia (Pengunjung, Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya,
Jurusan Farmasi)
Waktu : 22 April 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
I: Penasaran, Museum Misi? Aku memang suka hal-hal berbau sejarah, apalagi
ketika masuk ke dalam Museum Misi ada jubah-jubah Romo. Aku suka.
P: Dari banyak ruangan yang ada di Museum Misi Muntilan, ruangan mana yang
membuat berkesan atau ruangan mana yang paling menarik?
I: Ada dua ruangan yang membuat berkesan. Pertama, ruangan yang menceritakan
sejarah Paus Yohannes Paulus II yang datang ke Indonesia. Alasannya karena
penasaran dengan apa yang dilakukan Paus ketika datang kesini dan ada foto-foto
ketika Paus memimpin perayaan. Ruangan kedua, ruang yang ada foto van Lith.
Van Lith memiliki pengaruh namun jarang diangkat dalam tulisan sejarah. Aku
kagum dengan van Lith karena dia mengajarkan tentang persatuan bahwa orang
yang merdeka harus mengenal Allah dulu. Makanya beliau mengkatolikkan, atau
istilahnya menobatkan orang Jawa supaya merdeka, ketika orang Jawa merdeka
maka menjadi setara dengan Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
P: Jadi, tokoh yang menginspirasi Tia adalah Romo van Lith. Menurut Tia, apa
saja nilai-nilai yang bisa diteladani dari tokoh van Lith untuk kehidupan sehari-
hari?
I: Van Lith itu bukan orang Indonesia tetapi beliau mau berkorban dan melakukan
pelayanan yang total. Saat dia mencoba untuk mendekati orang Jawa secara tidak
langsung pasti dia “dilihat” sebelah mata oleh orang asing lain tetapi dengan
kerendahan hatinya, dengan tulusnya, untuk tetap menjalankan misinya, saya
harus membuat semua orang merdeka dihadapan Tuhan itu benar-benar
melakukan totalitas. Nilai yang bisa aku teladani adalah totalitasnya dalam
melakukan tugas. Aku belum bisa sampai kesitu jadi aku mau berusaha buat
melakukan tugas secara total.
P: Bagaimana tanggapan Tia kalau misalnya museum misi muntilan ini dijadikan
sarana pendidikan karakter?
I: Setuju sekali, karena banyak hal yang bisa dipelajari dari setiap tokoh-tokoh
yang dijelaskan oleh pendamping, banyak banget tokoh yang belum dikenal tetapi
hal-hal yang mereka kerjakan itu luar biasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
CATATAN LAPANGAN 2
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Pak Muji (Pengelola MMM PAM)
Waktu : 27 April 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
118
mereka ada proses pembelajaran, kalau dibiarkan masuk (museum) hanya melihat
saja kurang mendapatkan makna.
P: Apa kriteria suatu benda koleksi dari MMM untuk bisa dipajang?
I: Jadi di sini itu pendekatannya adalah pendekatan proses dan tokoh. Pertama,
kita tampilkan tokoh-tokoh. Lalu di ruang tertentu proses bagaimana
perkembangan gereja dari awal hingga perkembangannya. Lalu ada tokoh awam,
tokoh biara-biarawati, tokoh-tokoh uskup, tokoh-tokoh berkharisma. Jadi, kami
tidak sembarang meletakkan setiap ruang itu mempunyai maksud tertentu.
P: Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh MMM dalam bidang edukatif?
I: Dalam bidang edukatif antara lain: pertama, semua pengunjung harus dipandu.
Pemanduan itu adalah melaksanakan bahwa MMM menjadi pusat animasi
missioner yang menggemakan semangat bermisi. Pemanduan itu adalah proses
edukasi kepada pengunjung. Kedua dengan mengadakan kerja sama dengan
kelompok pengurus kerkoff yaitu setiap malam Selasa Kliwon “mengadakan
semacam pengajian” yaitu pertemuan dengan menggunakan musik tradisional,
shalawatan, penampilan, khotbah, dll. Itu adalah proses edukasi. Itu saya katakan
proses edukasi dari museum karena hampir semua yang menangani museum.
Ketiga, kami sering berkunjung ke kelompok-kelompok tertentu, kami tidak
hanya menunggu yang datang ke museum tetapi juga datang ke kelompok-
kelompok tertentu seperti paroki dan lingkungan. Disitulah mengadakan edukasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
120
CATATAN LAPANGAN 3
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Bapak Ant. Tri Usada Sena (Pengelola MMM PAM)
Waktu : 2 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
121
pastor umat, memang ada beberapa ahli sejarah termasuk Ibu Sumini. Ibu Sumini
menjadi pendamping dari sisi sejarah lalu juga ada Romo Hasto. Lalu pada sisi
bangunan itu para insinyur dari Universitas Soegijapranata. Memang ada praktisi
museum namanya Pak Marsudi, beliau orang dari pemerintah yang bekerja pada
bidang kebudayaan bagian Muskala (Museum dan Benda Purbakala). Lalu dalam
perkembangannya, kita baru tahu gagasan Mgr. Ignatius Suharyo adalah supaya
museum yang dibangun ini nanti tidak seperti museum-museum yang lain. Waktu
itu museum-museum ada bangunan, ada benda-benda penting mahal
dikumpulkan. Lalu menjadi seperti istilahnya “gudang mahal”. Mgr. Ignatius
Suharyo berfikir supaya museum yang nanti didirikan Keuskupan Agung
Semarang itu istilahnya menjadi museum yang hidup. Museum yang bisa menjadi
sarana edukasi, museum yang tetap ada hubungannya dengan perkembangan
zaman. Maka waktu itu dipilihlah Romo Bambang Sutrisno yang mempunyai tim
bernama P3J. Tim inilah yang mengolah bagaimana sebuah benda mati bisa
berbicara untuk orang hidup jaman sekarang. Contohnya adalah sepeda onthel
(benda mati). Kalau dilihat hanya sepeda, tapi bagaimana dari sepeda itu bisa
memancing orang jaman sekarang, iya aku juga punya sarana transportasi, aku
juga punya sarana, bagaimana bisa aku gunakan untuk menjadi berkah bagi
banyak orang. Kira-kira itu latar belakang pendirian museum. Jadi ada historis,
ada yang kelembagaan tadi Keuskupan Agung Semarang. Tapi juga ada latar
belakang orang-orang tertentu seperti Mgr. Suharyo, lalu Romo Bambang dari sisi
ketokohannya dan kebetulan juga mulai dikumpulkan sebetulnya benda-benda
yang nanti akan menjadi koleksi di museum. Beberapa koleksi dikumpulkan di
Semarang sana. Lalu 1998 terbentuk panitia, sudah rapat lalu muncul dua bidang
dalam kepanitian itu, satu sisi namanya bidang kewadakan itu akan mengurus
bangunan, pemajangan, situasi sekitarnya, dan yang tidak kalah penting sisi
isinya. Isi itu lalu memikirkan edukasinya seperti apa. Lalu yang bagian wadak itu
lebih banyak ditangani oleh teman-teman dari Semarang, arsitek, ahli bangunan,
pendanaan dan sisi edukasi. Bu Sumini banyak mengisi sejarahnya, bagaimana
menata sejarah, urutannya seperti ini, dst. Lama-lama juga bergabung beberapa
teman dari Museum Benteng Vredeburg yang memberi masukan-masukan. Lalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
tambah Romo Banar mulai menyusun belajar tentang sejarah, belajar tentang
museum, belajar tentang dokumen gereja yang ada kaitannya dengan kesejarahan
dan permuseuman. Setelah banyak belajar lalu tahun 2000 membangun wadahnya.
Lalu ini dibangun dan menjadi catatan sejarah untuk museum sendiri waktu itu
dipilih tempatnya di Muntilan. Bukan di Semarang. Alasannya adalah ketika tim
ini rapat yang bagian isi yang didampingi Bu Sumini dkk, pada rapat menemukan
jejak bahwa sebetulnya kekatolikan itu mau direpresentasikan seperti apa, kalau
secara historis maka Muntilan tempatnya karena di sinilah dulu Romo van Lith
peletak dasar sejarah gereja Keuskupan Agung Semarang tinggal dan menjalankan
aksinya maka mengapa museum ini tidak ada di Semarang tetapi ada di Muntilan.
Alasannya itu pertimbangan historis. Disinilah Romo van Lith pernah tinggal
buktinya ada pastoran, Gereja Santo Antonius, sekolah, maka lalu dipikirkan
museumnya ada di Muntilan tepatnya di pastoran dekat gereja, bangunannya tua,
memiliki nilai sejarah, merepresentasikan apa yang mau dibuat dengan museum
dan sangat mendukung suasananya. Karena pastoran masih digunakan maka perlu
Romo-Romo yang berkarya disitu dibuatkan rumah baru. Maka dibangunlah
tempat ini. Ini dulu ijinnya pastoran, maka kita lihat itu tempatnya dekat dengan
gereja, bentuk bangunannya ada ruang pertemuan, yang di atas itu kamar, yang di
bawah ada ruang pertemuan dan kamar yang gambarannya untuk pertemuan
OMK, PIA, dst. Tapi itu menjadi catatan sejarah saja karena ada umat yang
merasa kurang tepat sebetulnya kalau bangunan baru yang sebetulnya
diperuntukkan untuk pastoran lalu mau digunakan sungguh sebagai pastoran.
Terlalu sayang. Umat Muntilan masih merasa sayang kalau melepaskan pastoran
yang bersejarah itu lalu diganti ini. Timbul dinamika tertentu pada waktu itu..
Lalu Mgr. Ignatius Suharyo dengan kebijakan visionernya, bangunan yang calon
pastoran itu coba ditata menjadi museum. Maka tahun 2002, bangunan baru ini
lalu coba difungsikan menjadi museum. Dari situ, dari tahap awal yang dibuat itu,
Romo Bambang menawarkan beberapa kegiatan edukasi museum. Jadi di
museum tidak sekedar orang datang melihat koleksi tetapi ada sisi edukasinya
terutama untuk pengembangan umat, lalu pihak keuskupan Mgr. Ignatius
Suharyo, Romo Wignya, Mgr. Pujasumarta (mendiang) yang nanti menjadi uskup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
P: Apa saja hambatan yang dihadapi ketika mendirikan Museum Misi Muntilan?
I: Kalau hambatannya lebih soal pemahaman tentang permuseumnya sendiri. Ada
yang memahami lalu mencoba menyatukan pemahaman itu sendiri. Ada yang
gambarannya sisi sejarah saja tapi lalu ada yang mengatakan, museum itu juga
sesuatu yang dinamis, boleh berkembang. Lalu hambatan lainnya itu pendanaan,
itu jelas karena gagasan seperti ini berbeda, di dalam gereja itu paling laris kalau
kegiatan ada ekaristi, dst tetapi kalau untuk pengembangan-pengembangan seperti
tidak serta merta lalu didukung. Apalagi ini tidak instan langsung kelihatan,
investasi jangka panjang tapi semuanya bisa dilalui dengan baik. Lalu pendanaan
dipikirkan dengan sungguh-sungguh. Tantangan selanjutnya dari sisi menyatukan
banyak pemahaman itu. Lalu dari umat yang tidak serta merta langsung
memahami ini maunya seperti apa. Tantangan internal sendiri kami bukan orang
sejarah sementara gambaran orang itu sendiri, orang datang ke museum tidak
salah kalau mengatakan itu sejarah. Lalu menghadapi tantangan itu kami belajar
sungguh dalam arti menyediakan tempat, waktu, datang ke ahli-ahli sejarah tapi
juga pembelajaran yang tidak langsung dari orang datang memberi masukan.
Tantangan berikut muncul setelahnya, entah bagaimana padahal tidak ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
sosialisasi yang khusus rupanya menarik minat banyak orang juga museum ini
dan mulai berdatangan. Ketika berdatangan tantangan baru muncul lagi, seperti
bagaimana mengatur jadwal untuk melayani pengunjung, belum lagi nanti
semakin banyak lalu bagaimana menata supaya ada sinergi karena di sini ada
banyak sekali kepentingan seperti bruder memiliki kegiatan sendiri, sekolah
memiliki kegiatan, lalu bagaimana kalau museum juga ada kegiatan? Tapi justru
dengan melewati tantangan-tantangan itu gambaran museum yang diharapkan
terpetakan dengan baik, seperti kepentingan untuk sinergi, kepentingan untuk
edukasi, kepentingan untuk pencarian dana, atau kepentingan untuk kepentingan
internal kita. Dari sisi kelembagaan tantangan yang tidak mudah juga adalah
museum ini didirikan dengan menyatukan beberapa lembaga yang menjalankan
museum ini faktanya pada tahap awal adalah tim yang disebut P3J (Pelayanan
Pendampingan Penggembala Jemaat) Keuskupan Agung Semarang sebetulnya
urusannya mengurus umat tidak ada hubungannya dengan sejarah atau museum.
Lalu bagaimana itu menyatukan sisi sejarah dengan pengembangan umat? Itu juga
tidak mudah. Belum lagi dalam perkembangan lalu tim ini juga dipercaya untuk
mengelola namanya lembaga yang namanya Lembaga Karya Kepausan Indonesia
(KKI). Itu tidak mudah karena ada pengembangan jemaat lalu menjadi namanya
Komisi Karya Misioner, Karya Kepausan Indonesia, ada museum. Tahun 2006
bulan Desember muncul surat dari Mgr. Ignatius Suharyo menjembatani
ketegangan antar lembaga itu dengan mengatakan Museum Misi Muntilan itu
menjadi istilahnya sarana tugas perutusan bagi Komisi Karya Misioner dan Karya
Kepausan Indonesia. Setelah tantangan itu dijalani, bukan berarti tantangan
hilang, tidak.sampai sekarang pun masih ada suasana itu, ini museum tapi juga
Komisi Karya Misioner, juga Karya Kepausan Indonesia. Jadi, di Keuskupan
Agung Semarang secara kelembagaan museum ini boleh dikatakan yang dilihat
oleh Keuskupan sebagai lembaga itu ada Komisi Karya Misioner, lalu dibawah itu
ada divisi museum. Jadi, museum itu semacam divisi saja sementara untuk
masyarakat umum mereka tidak akan mengenal Komisi Karya Misioner yang
dikenal justru Museum Misi. Jadi tantangan dari sisi lembaga atau institusional
sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
P: Berasal dari mana saja koleksi Museum Misi Muntilan? Bagaimana suatu
benda bisa menjadi koleksi Museum Misi Muntilan?
I: Pada tahap awal semua koleksi merupakan kiriman dari Keuskupan Agung
Semarang, bentuknya ada jubah, patung, lalu ada gambar, foto, beberapa naskah,
panji-panji, dsb. Dalam perkembangan seringkali museum ini dikatakan museum
yang kaya. Karena semua benda koleksi yang kami miliki itu benda real (asli)
bukan duplikat. Misalnya ada jubah, sepeda, bentuk alat-alat liturgi. Sering kali
ada yang tanya belinya berapa. Lalu kami tunjukkan bahwa koleksi di museum ini
lebih banyak pemberian (hibah) yang pernah kami beli dalam arti mengganti
hanya sedikit, salah satu contoh lonceng Prenthaler karena kami berpikir itu
sangat bersejarah kami menemukan ada di suatu lokasi di Boro, Kulon Progo
karena benda itu masih berfungsi kita mengganti dengan lonceng yang baru tapi
yang lainnya itu hibah. Misal ada seorang bapak menyerahkan buku yang pernah
digunakan shalawatan di Sendang Sono, lalu ada bapak menyerahkan tutup
tabernakel sebagai praktik devosi. Ada lagi yang bersemangat untuk memberi, di
suatu paroki ketika ada yang datang 1 mobil ada yang membawa tumpukan kertas
banyak sekali dan dimasukkan sini, setelah dilihat rupanya tidak berhubungan
dengan sejarah KAS. Hal ini berkaitan dengan kriteria. Maka mulai menata
kriteria meski sampai sekarang belum terumuskan secara jelas. Lalu gambaran
besarnya yang bisa masuk ke Museum Misi Muntilan adalah benda-benda yang
ada hubungannya dengan 1) karya misi gereja 2) memiliki nilai bukan hanya lokal
tetapi untuk keseluruhan Keuskupan Agung Semarang. Baru dua itu kriterianya
dan itu masih sangat relatif. Setiap benda koleksi yang masuk, yang bisa kami
buat hanya dicatat, ini tahun berapa, nilai sejarahnya, ukurannya apa, baru sampai
tahap itu dulu. Belum sampai rumusan yang definitif untuk kriteria koleksi. Benda
tersebut bisa milik pribadi, tokoh atau milik lembaga.
126
127
dimana, meninggal tahun berapa, apa saja jabatannya tapi lalu juga merasakan
sungguh, beliau mempunyai semboyan semangat 100% Katolik 100% Indonesia
misalnya seperti itu, lalu orang diberikan kesempatan untuk merefleksikan
hidupnya apakah aku sebagai orang Katolik sudah mencoba menghidupi apa yang
disemboyankan oleh Monsigneur ini, apakah dalam hidupku jaman sekarang juga
tetap 100% Katolik 100% Indonesia. Lalu di tahap berikutnya bahkan ditanya
dengan refleksi lebih mendalam, kalau sudah bagaimana mempertahankannya,
kalau belum apa yang akan dilakukan? Itu bisa pribadi bisa kelompok bahkan
kelompok besar. Itu secara edukatif dicoba dijalankan di Museum Misi Muntilan
ini. Sekarang bagian ini sangat ditolong oleh tim sejarah, yang menyediakan data-
data meskipun masih belum terlalu lengkap, misalnya yang terakhir itu adalah
data-data tentang Lembaga Hidup Bakti yang ikut berkarya di keuskupan Agung
Semarang. Mereka menggali kelahiran tarekat-tarekat tertentu apa perannya, dst.
Itu sangat membantu untuk visi edukasi kita. Tapi kalau kegiatan yang berkaitan
dengan museum yang paling konkret adalah mendampingi pengunjung. Hal yang
harus diingat bahwa museum ini menjadi sarana tugas bagi Komisi Karya
Misioner dan Karya Kepausan Indonesia. Lalu dari kacamata museum, KKM dan
KKI itu mengisi dari sisi isi edukasinya yaitu semua edukasi yang dilakukan di
Museum Misi Muntilan intinya mendampingi pengunjung (menjadi guide bagi
pengunjung) itu tidak hanya cukup menunjukkan benda koleksi dengan data-data
fisik tetapi menyisipkan bagaimana caranya tentang semangat bermisi. Itu yang
menjadi seni di Museum Misi Muntilan ini. Siapa yang datang, mereka tidak bisa
dituntut untuk datang lalu mau mengembangkan semangat misi karena hal itu jauh
dari kehidupan, orang datang ke museum itu mau melihat museum, mau mengerti
sejarah, tetapi lalu di sini ada isi, tambahan isi tentang semangat misi itu. Maka
seringkali mencari celah, misalnya ditunjukkan ini foto Soegijapranoto, sejarah
hidupnya seperti ini tapi lalu akan disisipi semangatnya seperti ini 100% Katolik
100% Indonesia. Unsur permuseuman tidak terlalu penting sebetulnya, yang
penting ini foto, difoto tahun berapa, ukurannya berapa, harusnya seperti itu. Jadi,
mungkin kegiatan edukasi di sini yang lalu menjadi unik yaitu tidak sekedar
menunjukkan misalnya ada foto Basuki Abdullah itu, dipajangkan di museum ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
di museum lain yang akan ditunjukkan koleksinya itu, ini buatan Basuki Abdullah
tahun sekian, dibuat dengan cat seperti ini. Tapi disini lalu foto itu akan berbunyi:
Basuki Abdullah, orang awam ikut mencoba mengungkapkan imannya lewat
lukisan, maka kamu sebagai orang yang bukan romo, bukan bruder, kamu adalah
pelajar, kamu bisa melakukan apa sebagai seorang pelajar? Bisa dengan belajar
yang baik, tidak mencontek. Itu isi edukasi di sini seperti itu.
129
130
I: Kalau keterlibatan dalam arti menjadi team guide itu pada waktu tertentu ada.
Kami selalu mengusahakan ada orang yang terlibat. Memang ada keterlibatan
umat Katolik di sini yang menjadi tim edukasi Museum Misi Muntilan. Misal ada
kunjungan yang banyak itu mengundang Bu Gatik, Pak Ali, Pak Daruno, dst.
Keterlibatan juga ada dalam bidang koleksi jadi umat menyerahkan miliknya
untuk diserahkan di museum. Itu kan juga keterlibatan masyarakat, terutama
masyarakat Katolik.
131
Pujasumarta secara eksplisit dalam surat gembala menyebut bahwa umat Katolik
KAS didorong untuk datang ke MMM PAM belajar lagi semangat misi. Sejak dua
tahun lalu sebelum beliau meninggal. Lalu semakin banyak lagi umat yang
datang. Meskipun kalau kami pergi ke paroki kemarin terakhir ke paroki
Gondang, di Klaten itu saja, paroki yang dekat, ketika mendampingi lalu kami
tanya siapa yang belum pernah datang ke museum? Hampir semua belum. Jadi,
masih banyak juga yang belum datang. Ada juga museum ini didatangi dari
wisatawan mancanegara, wisatawan dalam arti memang berwisata karena dibawa
oleh agen wisata. Dalam perjalanan dari Jogja ke Borobudur lalu dimampirkan
kesini. Ada juga yang datang kesini karena kompleks ini pernah menjadi situs
sejarah bagi orang Belanda tahun 1942-1944 kalau tidak salah menjadi markas
bagi tentara Jepang lalu banyak orang Belanda ditawan di sini lalu mereka
bernostalgia. Tapi juga ada orang luar yang memang kepentingannya ingin
melihat sejarah gereja biasanya mereka orang religius seperti suster, bruder.
P: Dari banyak tokoh yang ditampilkan, siapakah tokoh yang menjadi ikon dan
mengapa tokoh tersebut menjadi ikon di Museum Misi Muntilan?
I: Ikon dari Museum ini Romo van Lith, yang secara kronologis titik pijaknya
adalah van Lith. Van Lith menjadi ada titik masa sebelum van Lith dan sesudah
van Lith. Van Lith dari sisi perkembangan sejarah, dia adalah orang yang
membuka gagasan, gambaran, pola bermisi di Jawa yang menekankan bermisi
tidak sama dengan membaptis, kekatolikkan tidak serta merta dibaptis dan
memiliki KTP Katolik tetapi juga saya semakin memahami sosok van Lith
sebagai pribadi yang luar biasa. Bayangkan dia itu guru biasa, dia tidak
meninggalkan benda-benda yang bisa kelihatan sampai sekarang misalnya
jubahnya, catatannya, buku atau apa yang pernah melekat pada beliau itu kita
nggak punya. Tetapi semangat itu nampak dari penerus-penerus beliau. Apakah
ada seorang guru di Indonesia yang sampai melahirkan 4 orang muridnya jadi
pahlwan nasional, itu sangat istimewa, orang Belanda dan Katolik tinggal di sini,
mendidik anak Jawa, diakui oleh negara ini lewat murid-muridnya. Ada
Soegijapranata, Yos Sudarso, Cornelis Simanjuntak, ada lagi I.J Kasimo. Mereka
mengakui murid-murid Romo van Lith itu berjasa bukan hanya bagi gereja tapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
juga bagi masyarakat. Itu istimewa, jadi keistimewaan gerejawi dia sebagai
pembeda antara masa sebelum dan sesudah Romo van Lith. Sebelum Romo van
Lith bermisi itu sangat tradisional jadi gambarannya gereja Katolik itu membawa
kebenaran, Jawa itu tanah kegelapan, terang itu artinya Jawa di Katolikkan.Tapi
Romo van Lith tidak seperti itu, dia dengan gagasannya yang sangat visioner itu
karakter kekatolikkan bisa ditangkap kalau Jawa merdeka. Itu dari sisi
gerejawinya. Kalau dari sisi pribadinya, seorang guru dengan 4 murid yang
menjadi pahlawan nasional tidak mudah. Maka bisa menjadi istimewa kalau
sebagai pribadi pada masa hidupnya biasa saja. Saya membayangkan Romo van
Lith seperti romo pada umumnya. Ketika beliau masih hidup itu banyak tokoh
Katolik yang lebih hebat menurut saya, ada Hoevenaars, ada tokoh lain yang
sampai dipatungkan di Bandung yang sampai meninggal di tanah misi. Tapi
Romo van Lith yang menjadi tokoh yang luar biasa karena itu tadi usaha
pencerdasan dan pembangkitan nasionalisme bagi orang Jawa.
P: Lalu apa saja nilai karakter yang dapat digali dari Romo van Lith?
I: Satu, menjadi manusia yang beriman, umat itu terungkap di dalam usaha
memperbaiki kehidupan masyarakat, supaya bisa seperti itu orang harus terdidik.
Lalu karakter yang kedua berguna bagi orang lain (man for the others) bukan
hanya diriku tapi juga orang lain. Ketiga, terdidik terus menerus. Terdidik tidak
dalam arti selesai sekolah selesai. Tapi dia terus menerus mau belajar mau
mendengarkan. Saya kira yang saya tangkap dari van Lith ya tiga itu.
Landasannya adalah iman, menjadi manusia religius tapi kereligiusannya itu tidak
sekedar kepentingan agama sendiri tapi lalu juga berguna untuk masyarakat.
Misalnya: Sogijapranata 100% Katolik 100% Indonesia. Yos Sudarso meninggal
untuk menyelamatkan yang lainnya, I. J Kasimo pada masanya menjadi menteri
kerakyatan yang sampai bertentangan dengan Sukarno kalau sudah sampai
kerakyatan. Cornelis Simanjuntak membangkitkan semangat nasionalisme melalui
lagu-lahu yang dia miliki. Bukan hanya untuk kepentingan dirinya lalu beriman,
berguna dan terdidik, terus menerus belajar. Kira-kira warisan itu yang bisa
diambil dari semangatnya Romo van Lith. September lalu kalau tidak salah dapat
penghargaan dari pemerintah dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
hanya menyiapkan orang untuk bisa bekerja tapi bisa sungguh menjadi semakin
manusia dan memanusiakan orang lain. Bedanya apa? Bedanya kalau hanya
sekedar bekerja saya belajar untuk kepentingan saya sendiri tapi kalau yang
diusahakan Romo van Lith saya bisa bekerja dan membuat orang lain semakin
bahagia hidupnya. Karena kalau hanya sekedar membahagiakan diri sendiri
pokoknya saya kaya, saya mulia, terserah orang lain, dan itu bukan humanisme
yang dibawa oleh Romo van Lith. Kalau dari sisi Romo van Lithnya, bisa seperti
itu karena sisi religius, karena dia sangat percaya kepada Tuhan.
P: Nilai-nilai karakter apa yang secara umum dapat digali dari museum ini?
I: Kalau kami sekarang yang kami tawarkan sesuai dengan rencana induk
keuskupan itu membantu gereja bersama-sama sebagai bagian dari gereja
menawarkan pertama pada internal gereja, kita semua selalu sadar bahwa gereja
harus berdiri paling depan ketika berurusan dengan soal-soal keimanan. Seorang
Katolik itu seorang yang beriman. Kedua, membantu agar semakin sejahtera.
Iman itu terwujud bukan soal doa tetapi harus terwujud pada kehidupan
kesejahteraannya juga harus nampak. Orang Katolik sejati itu orang Katolik yang
tidak bisa lalu banyak hutang. Punya hutang tapi harus untuk terus berkembang.
Bukan lalu hidupnya sempurna, boleh jatuh tetapi tidak berhenti di dasar tapi
harus bangkit. Lalu yang ketiga, yang menjadi kekhasan bagi gereja Katolik yaitu
humanisme. Ketiga itu yang kami tawarkan di museum ini. Dimanapun itu lintas
agama, semua orang harus beriman, membantu orang lain sejahtera dan yang
ketiga hidup sebagai sesama manusia tidak boleh dibeda-bedakan. Istilahnya Mgr.
Soegijapranata itu kemanusiaan itu satu. Yang namanya manusia itu ya manusia.
Kamu Katolik, kamu Budha itu ya manusia, pokoknya manusia kita bela atau
menjadi manusia yang menghargai kemartabatan.
134
menemukan banyak support. Dulu ada semacam ketakutan tetapi begitu terbuka
ternyata banyak orang yang mau berelasi membangun jaringan. Tapi masih
banyak yang perlu dibenahi baik bagian teknis maupun isi. Saya setuju kalau
museum dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter karena sebutannya memang
sarana tugas perutusan karya misi. Karya misi gereja saat ini adalah pembentukan
karakter itu. Karya misi bukan sekedar membuat orang menjadi Katolik. Karya
misi itu tugasnya membuat orang semakin beriman, sejahtera, dan bermartabat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
CATATAN LAPANGAN 4
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Romo Y. Nugroho Tri S, Pr. (Direktur Museum Misi
Muntilan periode 2014-2018)
Waktu : 8 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
136
P: Apa yang menjadi visi dan misi dari Museum Misi Muntilan?
I: Memang visi belum diperbarui yang ditulis di sana itu. Intinya sebetulnya ingin
membangkitkan semangat misi dengan semangat dari pendahulu terutama dari
Romo van Lith untuk mengawal perjalanan seluruh Keuskupan Agung Semarang
karena setiap lima tahun paling tidak Keuskupan Agung Semarang punya arah
dasar perbaruan visi dan misi itu. Mungkin fokusnya bisa berubah maka kita
sebagai salah satu lembaga keuskupan mengikuti perubahan gerak itu dan
memberi warna khasnya pada dimensi misioner, dimensi perutusan, dimensi
kesaksian. Rumusan bisa berubah sesuai dengan gerak langkah Keuskupan Agung
Semarang yang terumus dalam arah dasar Keuskupan Agung Semarang. Arah
dasar Keuskupan Agung Semarang itu boleh juga dikatakan sebagai visi dan
misinya keuskupan. Lembaga-lembaga keuskupan mengikuti arah dan dasar dari
keuskupan itu.
137
orang yang cenderung masih mengatakan museum itu tempat untuk menyimpan
atau menjadi gudang. Maka beberapa kali beberapa paroki yang tua-tua itu
kadang-kadang bertanya, “saya punya buku-buku lama. Boleh tidak disimpan di
museum?” atau “Saya punya organ tua yang sudah rusak dan tidak dipakai” lalu
ditanya itu nilai sejarahnya apa? “Nilai sejarahnya bagi kami yaitu itu amat
penting seumur dengan gereja.” Tetapi apakah ada relevansinya dengan seluruh
keuskupan? Pertanyaan-pertanyaan yang seperti itu, membagi kesadaran kepada
umat bahwa museum ini memang milik Keuskupan Agung Semarang sebagai
bagian dari animasi missioner yang di sini tentu saja berkaitan dengan sejarah
Keuskupan Agung Semarang. Bukan hanya sejarah kecil atau milik pribadi.
Kedua, ada kaitan dengan penyelenggaraannya. Museum ini tidak hanya menjadi
lembaga museum saja, tetapi rumah ini juga menjadi rumah karya untuk Komisi
Karya Misioner KAS dan Karya Kepausan Indonesia KAS dengan aneka macam
tugas dan karyanya. Maka kalau dilihat sebetulnya memang tidak fokus
penyelenggaraan museumnya, tidak fokus itu artinya kadang-kadang yang
berperan adalah Komisi Karya Misioner kadang-kadang yang berperan adalah
Karya Kepausan Indonesia dan bahkan pernah museum ini hanya dipahami
sebagai sarana atau alat saja untuk menyelenggarakan karya-karya. Padahal dulu
tentu saja harapan para pendirinya tidak sampai di situ. Maka kita mencoba
menjembatani itu semua dengan membuat kegiatan-kegiatan edukasi yang
temanya untuk mengembangkan museum. Misalnya dengan mengutus teman-
teman yang ada di museum ini lalu belajar ke tempat-tempat lain misal Museum
Benteng atau mengikuti pertemuan-pertemuan untuk penyelenggara museum
sehingga saling berbagi pengalaman dan wawasan mengenai museum dan aneka
macam hal ikhwal penyelenggaraannya. Kemudian juga memperbarui koleksi-
koleksinya dan melakukan penyegaran-penyegaran berkaitan dengan benda-benda
museum itu sendiri. Memang tidak serta merta semuanya bisa berjalan sesuai
dengan apa yang kita bayangkan mengenai museum tapi memang itu semua
menjadi bagian dari keseluruhan gerak dan sinergi antara ketiga lembaga yang ada
di rumah ini.
138
I: Koleksi museum ini berasal dari berbagai tempat. Berbagai tempat itu ada yang
pertama tama sudah merupakan koleksi dari yang sudah dikumpulkan di wisma
uskup itu. Kemudian ada koleksi dari berbagai macam ordo, kengregasi tarekat.
Misalnya para romo serikat Jesus mereka mempunyai banyak koleksi. Kemudian
susteran-susteran, mereka juga punya sumbangan-sumbangan koleksi. Kemudian
juga dari gereja-gereja tertentu. Jadi, koleksi-koleksi yang ada di sini ini dari
berbagai tempat. Tapi juga ada dari peristiwa-peristiwa tertentu misal altar dan
mimbar serta tempat duduk yang pernah dipakai oleh Paus Yohannes Paulus II
ketika berkunjung ke Indonesia. Itu kan dari peristiwa tertentu dulu itu disimpan
sebagai bagian dari koleksi, tetapi sekarang menjadi koleksi yang berharga karena
Paus Yohanes Paulus II sudah dinyatakan sebagai orang kudus atau santo. Maka
peninggalan itu menjadi peninggalan yang penting karena menjadi relikui yakni
peninggalan dari orang-orang Kudus dan kita berbangga hati karena memiliki
peninggalan itu.
139
orang yang mencoba menulis atau mendalami tentang sejarah Keuskupan Agung
Semarang. Itulah hal-hal yang kami kembangkan supaya museum ini terus
menerus berkembang sesuai dengan visi, misi dan harapan pendiriannya.
140
Muda Katolik. Jadi, ada masyarakat (orang-orang) yang terlibat dalam kegiatan
tersebut.
141
Romo van Lith pernah singgah di sana. Lalu kita yang merangkaikan dalam
bentuk katekese (edukasi) itu untuk mengatasi kendala dalam bentuk ruangan tadi.
P: Dari banyak tokoh yang ditampilkan di MMM, siapa yang menjadi ikon?
I: Tentu saja pertama Romo van Lith, kemudian Romo Sanjaya, kemudian uskup-
uskup dan yang tingkatnya internasional adalah peninggalan dari Paus Yohannes
Paulus II
P: Karakter apa yang dapat digali dari tokoh tersebut, terutama Romo van Lith?
I: Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari Romo van Lith. Untuk konteks
sekarang misalnya semangat misi yang dihidupi dalam konteks budaya setempat
yang menyatu dengan konteks Indonesia dan kebudayaan-kebudayaan yang ada di
sini. Itu penting untuk kehidupan gereja sampai sekarang karena kita hidup
berdampingan dengan saudara-saudara yang lain. Maka, kita tidak bisa
mengatakan gereja Katolik itu ekslusif dan Romo van Lith sudah memberi contoh
hal itu. Bahwa kita harus terus menerus berdialog dengan setiap orang yang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
P: Selain karakter dari Romo van Lith, karakter apa saja yang dapat digali dari
museum ini?
I: Terutama karena sesuai dengan tujuannnya tentu karakter misioner. Semangat
untuk siap diutus menjadi pembawa kabar baik.
143
CATATAN LAPANGAN 5
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Robertus Baluk Nugroho (Waka Kurikulum SMA Pangudi
Luhur van Lith)
Waktu : 8 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
144
P: Melihat kayanya koleksi yang memiliki nilai-nilai karakter yang dapat digali
serta memiliki kegiatan edukatif, setujukah anda apabila Museum Misi Muntilan
menjadi sarana pendidikan karakter? Bagaimana pendapat anda?
I: Melihat koleksi yang kaya yang berada di MMM, sekolah tentunya sangat
setuju. Kaitannya dengan pengembangan karakter anak muda yang Katolik.
Bagaimana semangat yang militan yang kami genderangkan di sekolah ini,
nantinya bisa muncul ketika mereka sudah lulus dari sekolah ini.
145
CATATAN LAPANGAN 6
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Bapak Joko (Guru SMP Kanisius van Lith)
Waktu : 8 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
I: Bagus, sangat menarik. Selain edukasi atau pembelajaran secara umum, juga
bisa untuk refreshing atau wisata. Untuk anak-anak lebih tahu tentang sejarah
Katolik, romo-romo, peninggalannya, dsb.
146
I: Ya karena kegiatan MMM setiap ada kegiatan, entah itu Sumpah Pemuda, 17
Agustus, kita selalu bekerja sama dengan Museum Misi Muntilan. Salah satunya
entah itu untuk Gelar Budaya, kebersihan lingkungan, selalu melibatkab tidak
hanya SMP Kanisius Muntilan, tapi SMP di seluruh Muntilan khususnya yang
yayasan Katolik.
P: Melihat kayanya koleksi yang memiliki nilai-nilai karakter yang dapat digali
serta memiliki kegiatan edukatif, setujukah anda apabila Museum Misi Muntilan
menjadi sarana pendidikan karakter? Bagaimana pendapat anda?
I: Ya, saya setuju. Melihat setiap karakter yang di contohkan atau dari keteladanan
romo-romo yang ada di situ, peninggalannya di situ, sebagian besar itu dari luar
negeri ada yang dari Belanda tapi juga ada dari daerah lain. Mereka bisa
menyelami, memahami budaya, adat istiadat di sekitar Muntilan sambil mereka
menyebarkan agama.
147
CATATAN LAPANGAN 7
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Brurry Nugroho (pengunjung / salah satu penduduk sekitar
Museum Misi Muntilan dan pernah menjadi guru sejarah di SMA
Pangudi Luhur van Lith)
Waktu : 9 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
I: Jarang.
I: Yang pasti museum yang dibuat untuk mengenang jasa-jasa Romo van Lith.
Setahu saya itu.
P: Bagaimana pendapat mas Brurry tentang koleksi yang ada di Museum Misi
Muntilan?
I: Kalau untuk koleksi saya lihat kurang karena untuk sumber sendiri itu banyak
yang dibawa ke Belanda. Jadi untuk koleksinya minim. Belum lagi nanti
berbenturan dengan koleksi yang ada di kolsani yang juga bagian dari Museum
Misi.
I: Kalau ruangan tidak ada. Cuma yang paling bagus itu menurutku gedung
sebelahnya itu yang berbau sejarah.
P: Kalau dilihat dari koleksinya, mas Brurry memilih koleksi yang mana?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
I: Kalau yang paling banyak itu van Lith karena dia yang membuka pandangan
bahwa misi di Indonesia berhasil itu dia dan ada baptisannya juga di Sendang
Sono. Van Lith juga menjadi fondasi awal misi di Indonesia.
P: Nilai-nilai karakter apa saja yang bisa digali dari tokoh van Lith?
P: Bagaimana cara mas Brurry untuk memaknai nilai karakter tokoh tersebut?
I: Pertama sempat diajak. Cuma saya nggak bisa. Waktu itu jadi pemeran di
Ketoprak waktu ada pementasan. Lalu yang kedua cuma menemani saja.
149
I: Kalau untuk sarananya prosesnya saja yang belum terlihat. Kebanyakan orang
datang ke sana cuma melihat.untuk proses pendidika karakternya itu belum
kelihatan. Jadi memang ketika valuenya karakter harus ada proses di sana
misalnya pendampingan secara intens, anak kecil setiap Minggu didampingi di
Museum Misi. Nanti baru terlihat hasilnya. Pendidikan karakter itu apa. Karakter
anak ini ada perubahan tidak. Kalau hanya sekedar berkunjung tidak bisa. Harus
ada proses pendampingan di sana, lebih dari sekali dan intens.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
CATATAN LAPANGAN 8
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Bu Harjono (pengunjung / lansia)
Waktu : 11 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P: Apakah anda sering mengunjungi museum?
I: Saya kagum, ada bapak yang bernama Barnabas Sarikrama yang menjadi orang
Jawa Katolik pertama.
I: Koleksi foto-foto di sini lengkap, ada sejarah orang tua dari salah satu ibu ini
menyumbangkan sepedanya di sini oleh keluarga itu Mbah Dharmo.
P: Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang paling anda sukai? Mengapa
anda menyukai ruangan tersebut?
I: Ruangan yang ada sepeda Mbah Dharmo, karena itu menjadi bukti kerja keras
Mbah Dharmo dalam menyampaikan ajaran Katolik dengan sepedanya.
151
I: Romo van Lith. Romo van Lith itu yang mengenalkan agama Katolik ke
Barbanabas Sarikrama dan menyembuhkan kakinya yang sakit.
I: Setuju, museum ini baik dan bagus, pengunjungnya didampingi jadi bisa tahu
cerita-ceritanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
CATATAN LAPANGAN 9
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Pak Jimmy (pengunjung / lansia / Jakarta)
Waktu : 11 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P: Apakah anda sering mengunjungi museum?
I: Kesannya baik, ada ya museum yang menceritakan cerita seperti ini. Biasanya
cuma ziarah saja.
P: Bagus, semuanya ada artinya cuma kita belum begitu mendalaminya, sepintas
saja.
153
I: Romo van lith, karena pendiri, orang luar yang peduli dengan nasib penduduk
di sekitar sini.
P: Nilai-nilai karakter apa saja yang anda dapat dari tokoh tersebut?
I: Bagus, setuju, banyak kisah orang awam yang dapat dijadikan teladan untuk
menjadi perutusan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
CATATAN LAPANGAN 10
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Maria Hapsari Prajna Paramita (Siswa SMA Pangudi Luhur van
Lith kelas XI IPS 1)
Waktu : 15 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
I: Tidak pernah.
I: Waktu itu pertama berfikir ada museum seperti ini. Biasanya museum itu
selama ini cuma berisi benda peninggalan perang, ternyata ini seperti
peninggalan-peninggalan yang berhubungan dengan agama.
I: Dulu itu waktu MOS, jadi itu pengenalan lingkungan sekitar terus diajak jalan-
jalan sama kakak kelasnya ke Museum Misi Muntilan. Jadi, baru sekali kesana.
P: Dari banyaknya tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan, siapa yang
menginspirasi? Mengapa tokoh tersebut menginspirasi?
I: Tokohnya itu Romo van Lith, karena banyak tokoh yang sebenarnya tidak
dikenal. Tapi karena sekolah di van Lith jadi mengerti sejarahnya. Beliau punya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
keinginan besar untuk membuat orang Jawa mengenal pendidikan. Beliau juga
berusaha sebaik mungkin mendidik orang Jawa.
P: Nilai-nilai karakter apa saja yang dapat digali dari tokoh van Lith?
I: Kurang tahu bisa atau tidak. Soalnya kurang mengena, terus ke situ (Museum
Misi Muntilan) baru sekali waktu MOS. Itu juga Cuma melihat untuk sampai
mendalami belum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
CATATAN LAPANGAN 11
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Angela Amanda Amalia Aprilia (Siswa SMA Pangudi Luhur
van Lith kelas X IPS 2)
Waktu : 15 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P: Apakah Angel sering ke Museum?
I: Pada waktu itu saya pikir Museum Misi Muntilan ini tempat seperti jejak
karyanya Romo van Lith karena gereja sama sekolah ini berdekatan. Saya pikir ini
adalah jejak rekam Romo van Lith tapi sampai sana nggak cuma itu saja tapi ada
penyebaran dan hasil ajaran Romo van Lith itu gimana.
P: Dari banyak tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan siapa yang
paling menginspirasi Angel? Mengapa?
I: Kalau menurut saya yang menginspirasi itu Barnabas Sarikrama. Jadi, Barnabas
Sarikrama ini adalah orang yang pertama kali dibaptis oleh Romo van Lith. Jadi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
sebenarnya saya sebelum ke Museum Misi Muntilan sudah tahu tentang Barnabas
Sarikrama tapi setelah sampai di sana saya lebih mengenal lagi. Jadi Barnabas
Sarikrama orang pertama kali yang dibaptis Romo van Lith karena waktu itu dia
memiliki luka di kakinya sehingga dia tidak bisa jalan. Akhirnya setelah dia
ketemu sama Romo van Lith dan dia berguru dengannya terus dia jadi sembuh.
Akhirnya sebagai ucapan terima kasihnya ia mengajak warga setempat untuk ikut
bersama Romo van Lith. Jadi, sebenarnya yang turut mengajak itu nggak hanya
Romo van Lith dan kawan-kawanya tapi juga Barnabas Sarikrama.
P: Nilai-nilai karakter apa saja yang dapat digali dari Barnabas Sarikrama?
I: Nilai-nilainya itu rasa syukurnya. Jadi, rasa syukurnya yang membawa dia
percaya akan kasih Tuhan. Orangnya juga gigih. Kegigihannya itu yang
membawa dia akan kesungguhan. Dia harus berjalan dari Muntilan ke Sendang
Sono dalam keadaan kaki yang sakit. Jadi, dia gigih memperjuangkan apa yang
menjadi keinginan dan kebutuhannya. Dia juga bisa mengajak orang-orang
sekitarnya untuk percaya akan Kerajaan Allah sendiri.
P: Apakah Angel tahu kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan?
I: Kurang tahu.
I: Kalau dijadikan sebagai sarana pendidikan karakter akan lebih bagus karena
disitu juga memperlihatkan perjuangan karya mereka yang menyebarkan Kerajaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Allah. Menurut saya itu bagus, tapi sampai saat ini saya kurang tahu apakah itu
cuma jiwa museum saja atau mereka seperti membuka pintu menarik anak-anak
di sekitarnya untuk melihat lebih dalam di situ. Jadi, bisa dijadikan sarana
pendidikan karakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
CATATAN LAPANGAN 12
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Lucia Desy Puspitasari (Guru Sejarah SMA Pangudi Luhur
van Lith)
Waktu : 15 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
I: Kalau selama ini saya belum pernah menggunakan Museum Misi. Soalnya pasti
akan berhubungan dengan bagaimana Romo van Lith menyebarkan agama di sini.
Walaupun ada beberapa materi ada biasanya akan tetap ada yang namanya pas
masa Jepang. Bagaimana para interneran yang ditawan. Bagi saya itu tidak harus
dengan bagaimana agamanya Romo van Lith menyebarkan tapi lebih perannya
dia dalam mengajarkan agama tapi dilihat dari segi kepahlawanannya. Walaupun
di materi saya tidak ada. Kalau yang dulu juga memasukkan Romo van Lith
dalam buku pelajarannya.
I: Dari 2 tahun ini, saya belum pernah mengajak anak untuk masuk ke sana.
Mungkin kalau dengan anak biasanya untuk kegiatan di sekitar Museum Misi
mungkin mereka lebih tertarik.
P: Bagaimana pendapat anda terhadap berbagai kegiatan yang diselenggarakan
oleh Museum Misi Muntilan?
160
I: Untuk pendidikan karakter masuknya ketika di sini visi dari SMA van Lith ini
Kristiani, Cerdas, Visioner, Unggul, Peduli. Ini kan masuk dalam bagaimana
Romo van Lith juga mengajarkan hal itu. Dia Kristiani dan visioner bagaimana
visionernya itu membangun sekolah ini tidak hanya masa itu tapi juga sampai
sekarang masih ada pendidikannya. Letaknya sama terus bagaimana
kekatolikkannya dibina. Di sini biasanya setiap Sabtu ada yang namanya RPK
(Remaja Pecinta Kristus). Jadi, hampir seperti kebaktian, seperti bagaimana
belajar tentang Kristus itu sendiri. Anak-anak biasanya juga ikut PIA jadi
kristianinya kuat terus visionernya membangun bagaimana di sini kegiatannya
banyak, berarti sumpanya tugas untuk minggu depan, mereka tidak bisa satu hari
atau dua hari sebelumnya mereka kerjakan. Tapi bisanya dicicil minggu ini
mengerjakan apa dulu. Nanti pas hari H bisa selesai soalnya padat banget.
P: Nilai-nilai apa yang bisa digali dari Romo van Lith selain visioner dan
kristiani?
I: Romo van Lith itu katakanlah dia pendatang tapi dia lebih menjunjung
bagaimana orang Jawa bisa belajar lebih, yang penting kamu sekarang belajar
soalnya pendidikan itu adalah pintu dari segala sesuatu. Dari situ, dia tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
memandang siapapun. Begitu juga ketika saya di sini. Anak-anak di sini dari
Sabang sampai Merauke, saya tidak membedakan mereka, mau yang pintar yang
bodoh, mau yang cantik yang ganteng, semua saya rangkul. Jadi, saya tidak
membedakan mereka.
I: Kalau nilai-nilai seperti itu tidak harus diajarkan, ini nilai kasih sayang atau
nilai apa, tapi mereka kalau bisa lebih ke tindakan biar mereka sendiri yang
menggali nilai-nilai itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
CATATAN LAPANGAN 13
WAWANCARA
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
163
I: Sebelumnya museum ada di Semarang di Wisma Uskup. Dulu ada ulang tahun
KAS ke 50 lalu ada beberapa program besar. Satu, konferensi pastoral. Lalu
muncul pastoral lingkungan, pendataan dan yang ketiga itu membuat museum.
Jadi, koleksinya itu banyak sebetulnya. Tapi dulu saya tidak tertarik di Wisma
Uskup Semarang. Menjenguk saja tidak, tidak ada yang memperhatikan. Ternyata
menjadi keprihatinan dari para petinggi (konsetor) lalu memutuskan dipulangkan
ke Muntilan karena Muntilan itu disebut Betlehem van Java, tempat lahirnya
Tuhan di Jawa. Lembaga Keuskupan yang ada di Muntilan (Kevikepan Kedu) itu
karya misioner, saya yang di situ. Muntilan untuk gereja umat Jawa dipandang
sebagai tempat lahir. Jadi dikembalikan kesitu.
I: Kendalanya itu kami orang lapangan, pelaksana dari putusan tingkat tinggi. Itu
kendalanya, pertama soal kepemilikkan tanah karena itu tanahnya Kongregasi
imam SJ. Programnya orang melihatnya itu utusan Keuskupan Agung Semarang.
Orang sering kali lihat, Projo. Jadi, ada Jesuit dan Projo sementara kalau orang-
orang umum tahunya itu tanahnya paroki Muntilan. Maka kami lalu menempati
tanahnya Jesuit kemudian untuk paroki Muntilan. Lalu ada yang merasa
dirugikan. Museum yang sekarang ada sebetulnya bukan untuk museum. Itu untuk
ganti pastoran. Pastoran sekarang itu yang sebelumnya direncanakan untuk
museum. Maka pertama kali pembangun pastoran baru. Sehingga nanti romo-
romo pindah kesitu, nanti ada rehabilitasi lagi pastoran sekarang itu untuk
museum. Program museum itu program kerja sama anatara Keuskupan, Serikat
Jesuit, lalu dengan bruder FIC karena menyangkut situs misioner di Muntilan.
Maka ada yang merasa “direbut”. Ketika membangun pun ada yang tidak puas.
Banyak yang tidak tahu bahwa itu putusannya konsorsium. Waktu itu prosedur
perijinan sudah terpenuhi tetapi ada yang tidak ikhlas. Ini dulu jadi perkara
sendiri. Akhirnya saya dipanggil oleh Provincial SJ dan wakilnya karena waktu
itu saya membuat reaksi juga dalam arti walaupun sudah jadi kalau tidak boleh ya
sudah, tidak memakai situ. Ternyata pimpinan SJ memanggil saya mengatakan
“kamu mau merusak kerja sama Keuskupan dengan SJ ya, kamu minta pindah?”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
jadi itu tanah SJ dipakai untuk kerja sama dan tenaganya dari keuskupan. Saya
sendiri adalah tenaga keuskupan. Jadi program Keuskupan memakai aset Jesuit.
Kalau nanti suatu saat itu program ini bubar semua kembali ke SJ. Kendala
berikut sampai pada permuseumannya, ada ahli yang merasa kalau ini bukan
museum dan harus dirombak. Saya hanya diam saja. Sebetulnya disuruh kerja
sama tapi kalau harus segala-galanya, dulu mau kerja sama dengan yang lain lalu
merasa dia jadi penentu. Lalu harus ini itu dan yang membiayai kami. Ya sudah,
pokoknya jalan terus. Itu yang awal-awal seperti itu. Yang paling susah itu karena
saya tidak tahu tentang museum, hanya sejarah tapi bagaimana permuseuman saya
tidak tahu. Teman-teman saya juga bukan orang orang berlatar belakang
pemahaman museum, sejarah juga tidak tapi dengan landasan kerangka dasarnya
itu pemahaman sejarah, itupun nanti ramai dengan yang orang-orang museum
kepurbakalaan segala. Banyak pihak yang dulu terlibat istilahnya kerja sama.
Semua punya gambaran atau paradigma yang sadar atau tidak sadar
“memaksakan”. Sementara saya hanya melakukan yang saya pahami, yang ahli
museum saya lihat menata juga seperti itu. Lalu sampai pada visi, lalu akhirnya
diberi nama Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Tadinya MMM
Sejarah Gereja Keuskupan Agung Semarang. Lalu dalam perjalanan jauh,
museum lalu ada karya missioner dan karya kepausan tadinya seperti itu. Dalam
pelaksanaannya, saya jadikan satu karena yang melaksanakan satu. Saya padukan,
itu juga jadi ribut. Karya misioner, karya misioner dan karya kepausan, karya
kepausan, itu ribut sampai Dewan Pastoral Keuskupan Agung Semarang. Saya
bilang kalau yang diminta itu, aparatnya harus lain kalau satu aparat tidak bisa. Itu
juga membutuhkan waktu 2 tahun. Baru lalu akhirnya uskup yang membuat lalu
jadi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner. Nanti dalam logonya atau
cap itu Sarana Perutusan Karya Misioner dan Karya Kepausan Indonesia KAS.
Lalu terumus visi misi, itu dirumuskan sambil jalan. Jadi, itu bukan ada hal yang
jelas dulu tapi sambal jalan. Itu perjalanannya.
165
I: Pertama kali dari yang ada di KAS, di Wisma Uskup. Lalu dikirm ke kami. Jadi
rasanya itu menerima barang-barang yang kami tidak tahu apa-apa. Dulu bingung,
ini bagaimana. Tetapi setelah mulai tahu dan kebetulan dalam proses yang kami
belum jelas itu lalu saya sudah dianggap orang yang tahu sejarah, kebetulan waktu
itu tahun 2004 ada ulang tahun 100 tahun Sendang Sono. 2002 sudah mulai
bergerak, panitia, dan saya diminta untuk ikut terlibat dalam visi misi Sendang
Sono. Romo Hasto itu ahli sejarah misi, tapi ketika dia diminta untuk berbicara
tentang Sendang Sono dia memberi tahu keuskupan, Bambang saja. Dia punya
koleksi banyak, data-data banyak. Lalu saya dari situ kemudian harus bicara. Dari
situ saya mulai tahu sejarahnya gereja kuncinya Muntilan-Sendang Sono,
Muntilan-Sendang Sono, itu dulu mulai tahu. Lalu ada buahnya saya mulai
mereka-reka untuk penataan museum itu, lalu hanya di ruang aula itu dulu. Untuk
percobaan, dari keuskupan Mgr. Pujasumarta dulu masih vikjen itu, kalau
memimpin retreat di Muntilan itu pasti selalu dibawa belajar sejarah itu. Saya
harus menyajikan belum ada lemari-lemari itu lalu untuk cerita. Dari situ,
kemudian museum itu memang 3, ada koleksi, edukasi, dan konservasi. Lalu yang
saya kuati edukasi, siapa saja yang terlibat di Museum harus jadi edukator. Pelan-
pelan dari situ mulai ada penataan. Lalu dari banyak koleksi itu, baru lihat
koleksinya itu jauh lebih banyak daripada yang dipajang. Kami tahu koleksinya
darimana, dari keuskupan, lama-lama menguasai latar belakangnya, maknanya
jadi setiap momen ada maknanya. Kemudian mulai banyak yang datang. Lalu
orang-orang yang punya, banyak yang diserahkan sehingga awalnya koleksi dari
keuskupan tapi setelah itu banyak yang dari umat diserahkan. Ada juga kami tahu
disana, ada yang diminta dan diganti misal Lonceng Prennthaler. Jadi ada yang
praktis kami mengeluarkan biaya tapi kebanyakan diberikan oleh umat misal
buku-buku, patung, dll. Itu yang mereka takut kalau di rumah tidak dihargai oleh
anak cucunya. Entah itu dari pastoran, tapi kebanyakan dari awam. Jadi koleksi
asalnya dari situ dan itu asli semua. Sehingga orang luar negeri datang melihat
kami ini museum itu kaya raya, uangnya pasti banyak karena bisa punya asli. Itu
mahal sekali. Lalu banyak yang tidak percaya kalau ini diberikan. Pasti ada
datanya dan pelan-pelan kami mulai tahu saya mesti mengirim kalau ada training-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
training tenaga museum, dan lama-lama pemanfaatan koleksi itu menjadi sarana
untuk edukasi, pesannya. Dulu selalu dipersalahkan oleh orang-orang museum
karena itu tidak ada tulisannya. Kalau saya harus ada yang memandu sehingga
meresap. Kalau rombongan harus di ruang aula dulu ada pengantar dulu, lalu di
dampingi. Entah itu keluarga, kelompok, masyarakat harus sampai disitu
pesannya. Tahun 2008 baru tahu, kalau permuseuman itu ada dua macam, yaitu
museograf dan museologi. Museograf itu menekankan penyajian benda kalau
museologi menekankan warisan nilai-nilai, hanya yang bernilai yang dipajangkan.
Ternyata yang saya lakukan museologi. Mgr. Suharyo ketika membuat hanya
memiliki pesan, buat museum yang hidup karena museum kerap dianggap sebagai
gudang mahal. Bulan desember 2004 Museum Misi Muntilan baru diresmikan.
Penataan pada koleksi ganti sampai 3 kali karena kerangka teoritis kami itu ada
pergeseran-pergeseran. Kerangka dibuat seperti tata cara ekaristi, pertama ada
pembuka, lalu distu ada pengantar, nanti bagian konservasi menyediakan aula.
Lalu koleksi ada pengantar yang menyampaikan edukasi. Lalu baru prosesnya.
Kemudian penutup itu perutusan.
P: Siapa tokoh yang menjadi ikon dari Museum Misi Muntilan? Mengapa tokoh
tersebut menjadi ikon? Nilai karakter apa yang dapat digali dari tokoh tersebut?
I: Romo van Lith, dia itu sosok yang memahami realita. Jadi karyanya selalu
bertolak dari situasi atau kondisi konkret. Missionaris jaman dulu itu secara kasar
tugasnya membuat orang yang tidak Katolik jadi Katolik (membaptis). Lalu nanti
membina gereja Katolik, menumbuhkan, mengembangkan supaya gereja Katolik
menjadi besar. Maka romo Hoevenaars yang bersama-sama itu begitu bisa
berbahasa Jawa karena waktu itu syarat utamanya harus bisa berbahasa Jawa.
Nanti romo-romo SJ Eropa tidak boleh belajar bahasa Indonesia sebelum
menguasai bahasa Jawa karena harus masuk ke orang Jawa. Romo Hoevenaars
bisa lalu menerjemahkan doa-doa, pelajaran-pelajaran agama, kemudian
membaptis orang-orang. Romo van Lith ketika belajar bahasa Jawa kemudian
memahami dia heran dengan realitas. Romo van Lith berfikir atas situasi konkret
keadaan Jawa yang berbeda dengan Eropa. Romo van Lith masuk ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
budaya. Romo van Lith mempelajari Jawa itu real, masuk dalam budaya, sosial,
pola hidup. Lalu tersentuh karena Jawa itu banyak hal sudah amat sangat rohani.
Misalnya sudah ada sesaji, malam selasa Kliwon, ada pakaian jatuh saja ada
maknanya. Lalu ada candi-candi, banyak tempat pemujaan. Jadi, orang Jawa itu
sudah amat mendalam hidup rohaninya sekalipun tidak kenal Yesus. Romo van
Lith amat sangat menghargai budaya Jawa itu, kemudian sampai pada dia tidak
hanya memahami budaya tapi juga ikut berprihatin, ternyata Belanda itu
dibandingkan Jawa bukan apa-apanya. Arsitektur budaya Jawa itu hebat
dibandingkan Belanda sana yang kecil. Romo van Lith lalu berfikir apakah orang
Jawa itu bodoh? Literatur-literatur menunjukkan intelektual kok sampai terjajah?
Ini berarti apa tidak sesuai dengan Kerajaan Allah. Karena satu orang-orang Jawa
ditindas, lain dengan Belanda yang lain. Romo van Lith di desa Semampir.
Pokoknya misionaris Jawa harus di pedesaan. Dulu Romo Palincx mengusulkan
itu dan itu dijalankan. Lalu van Lith menemukan penyebabnya karena
cakrawalanya sempit, aspek pendidikan. Maka ada 3 hal inkulturasi, nasionalisme,
dan pendidikan. Kemudian dipilih kuncinya pendidikan. Van Lith masuk kesitu.
Supaya kerajaan Allah ditegakkan disitu, punya martabat sederajat dengan orang
Eropa. Itu perjuangan Romo van Lith. Maka, dia berjuang sungguh-sungguh tapi
di hadapan pemimpin misi tidak ada hasilnya, hasilnya tidak begitu ada karena
yang dibaptis hanya sedikit. Romo van Lith kemudian dipindah, sebelum dipindah
Romo van Lith membaptis 173 orang. Itu menjadi kejutan. Bagi Romo van Lith
edukasi itu nomor satu, dan penghargaan pada budaya setempat, dan martabat
manusia begitu tinggi sehingga dia menyatu dengan rakyat. Sekolah van Lith itu
tidak ada pelajaran agama sehingga kalau ada yang ingin jadi Katolik itu urusan di
luar sekolah. Bahkan lulusan van Lith yang bekerja untuk gereja itu di luar jam
mengajar. Mereka guru-guru. Guru-guru lulusan van Lith yang aktif-aktif itu di
luar kerja, sore hari. Kalau yang misi lain kan di sekolahan. Di situ pelajaran
umum. Ini yang terjadi. Romo van Lith ikut belajar gamelan, ikut acara kampung
nyadran, lalu membantu membuat perjanjian-perjanjian, surat-surat, dia
membantu rakyat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
P: Melihat banyaknya nilai-nilai yang bisa digali dari Museum Misi Muntilan itu
bagaimana pendapat Romo mengenai Museum Misi Muntilan sebagai sarana
pendidikan karakter?
I: Ya disini lalu orang belajar memahami diri di hadapan Tuhan, dari situ
penghargaan kemanusiaan sangat besar baik personal maupun bersama-sama. Di
situ orang tidak akan diseragamkan, kamu mau jadi apa. Jadi kalau ada
pendampingan itu nomor satu menggali dulu jadi tidak bertolak dari kerangka
berfikir seperti kurikulum itu tapi proses bukan kok pelajaran, kuliah sudah ada
buku pegangan, nomor satu itu. Bisa kelompok bisa perorangan. Lalu baru input,
baru cakrawala sehingga orang semakin matang. Orang kalau semakin matang itu
terbuka. Orang yang fanatik tertutup itu orang yang tidak punya karakter, orang
yang dikuasai oleh kekuasaan tertentu sampai tidak mengerti diajak demo tapi
tidak mengerti apa yang didemokan. Tapi orang yang berkarakter punya
keyakinan diri, pemahaman, terbuka dan di sana kalau pendampingan untuk
belajar. Biasanya yang sudah ikut itu orangnya untuk jaman sekarang itu pasti
punya prinsip. Maka kader-kadernya bisa berani mengeluarkan pendapat, punya
prinsip, terbuka dan kritis. Van Lith itu pendidikannya yang mampu menjadi
pemimpin, maka berkarakter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
CATATAN LAPANGAN 14
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Paulus Sulistyo ( Pengunjung / Dinas di Buntal KODAM IV
Diponegoro, membawahi museum Mandala Bakti Tugu Muda)
Waktu : 18 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P: Apakah anda sering mengunjungi museum?
I: Ya, karena saya juga kebetulan dinas di museum. Kita seringkali mengunjungi
museum kemudian kita mengambil sisi-sisi yang baik di museum lain kemudian
kita terapkan di museum yang kita kelola.
I: Ketika saya mendengar Museum Misi berarti bayangan saya itu di sini pasti
tempat benda-benda untuk jaman-jaman misionaris awal-awal. Kemudian ketika
saya masuk, saya melihat memang itu ada justru yang lebih banyak adalah
perjalanan dari para missionaris dari luar maupun dalam negeri.
I: Kita memang rombongan dari kantor setiap 3 bulan ada namanya program
triwulan, kita jauh hari sudah direncanakan kita mempunyai program-program di
militer itu. Salah satunya adalah program ziarah rohani. Ziarah rohani, kita tadi ke
Sendang Sono kemudian ke Museum Misi dan dilanjutkan ke makam Sanjaya.
170
tetapi karena tidak ada yang tahu dari Museum Misi ini sehingga benda-benda
bersejarah itu hanya teronggok begitu saja di Paroki. Terutama saya juga di gereja
saya, di paroki Semarang sana ada benda-benda jaman pendirian awal-awal.
P: Dimana ruangan Museum Misi Muntilan yang paling anda sukai? Mengapa
anda menyukai ruangan tersebut?
I: Saya yang paling suka di ruang yang ada Soegijapranata karena saya juga
melihat di situ ketika kita mengunjungi Universitas Soegijapranata juga di sana
ada tasnya, ada benda-benda peninggalan juga ada di Universitas Soegijapranata.
I: Hampir semua uskup memberi inspirasi karena rata-rata kami dari kalangan
TNI tentunya kami sering menjadikan uskup TNI Polri ini sebagai teladan kami.
Salah satunya adalah Mgr. Suharyo.
P: Nilai-nilai karakter yang bisa digali dari tokoh tersebut apa saja?
I: Keteladanan dari Mgr. Ignatius Suharyo yang selalu saya ingat adalah
pelayanan yang murah hati.
I: Itu sebetulnya idealnya seorang Katolik seperti Mgr. Suharyo. Sabar, penuh
cinta kasih, kemudian juga rendah hati. Itu yang utama.
171
CATATAN LAPANGAN 15
WAWANCARA
Topik : Persepsi Masyarakat Terhadap Keberadaan Museum Misi
Muntilan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter
Nama Peneliti : Nur Ardita Rahmawati
Responden : Ryan Saputra ( Pengunjung / Mahasiswa S2 Museologi,
UGM)
Waktu : 18 Mei 2017
Keterangan P: Peneliti
I: Informan
P: Apakah mas Ryan sering mengunjungi museum?
I: Lumayan sering.
P: Apa kesan pertama mas Ryan ketika mendengar kata Museum Misi Muntilan?
I: Jadi begini, punya bayangan akan apa isinya sekaligus terus penasaran apa
isinya. Jadi, tahu kira-kira ceritanya tentang ini Cuma waktu pertama kali
mendengar tidak tahu koleksinya bakal bagaimana. Karena saya kerja di museum
agak cenderung mungkin bias. Cuma keseringan lihat museum gitu seperti
menilai isi museumnya bagus atau tidak. Ketika dengar Museum Misi Muntilan
itu pertama penasaran, sekaligus koleksinya mengimbangi tidak.
P: Bagaimana pendapat mas Ryan tentang koleksi yang ada di Museum Misi
Muntilan?
I: Koleksinya berharga, cukup banyak dan ada isinya. Bisa ada cerita yang
dikeluarkan dari sana.jadi, latar belakang cerita di balik koleksinya itu lumayan
bagus. Perawatannya kurang, agak kurang serius dirawat.
P: Dari banyak ruangan yang ada, ruangan mana yang paling berkesan?
I: Yang ruangan pertama setelah naik tangga, yang bagian sejarah karena
koleksinya cenderung lebih tua.
P: Melihat banyak tokoh yang ditampilkan di Museum Misi, siapa tokoh yang
memberikan inspirasi?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
I: Sebenarnya bukan inspirasi, tapi lebih berkesan. Bapak bapak dari Gunung
Kidul yang mengajarkan agama dengan cara maksa. Mau tidak mau, orang
dipaksa belajar, orang tidak suka dipaksa belajar dengan alasan toh kalau kamu
tidak suka nanti biar tahu tidak sukanya karena apa. Itu kan agak garis keras.
P: Apakah mas Ryan tahu kegiatan apa saja yang ada di Museum Misi Muntilan?
I: Beberapa tahu seperti Selasa Kliwon yang di kerkoff. Selain itu pendampingan
sekolah, retret, outbond.
I: Unik. Jadi begini, selama ini menurutku museum itu selalu dibilang institusi
pendidikan cuma jarang yang benar-benar serius mengerjakan pendidikannya.
Misalnya cuma dengan pameran, yang bikin kegiatan itu jarang. Ada beberapa
cuma jarang menurutku yang sebagus Muntilan. Sekaligus bicara aja. Aku
magang di sana karena memang untuk melihat sistem pendidikan di Museum Misi
Muntilan. Karena aku melihat di sana baik cenderung lebih baik daripada rata-rata
museum lainnya yang cuma melihat pendidikan dari sisi pameran. Museum Misi
Muntilan punya program yang memang dikemas buat misalnya seperti rekoleksi
itu mereka mengkhususkan rekoleksinya untuk apa. Tidak harus berhubungan
dengan museumnya dan itu unik karena lembaganya juga unik. Mereka bisa
memberi pendampinan di luar hal yang ada di museum. Jadi, tidak terikat di
museumnya dan itu bagus jadi ciri atau karakter yang kuat. Menjawab pertanyaan
tadi soal pendidikan karakter, museumnya saja karakternya kuat saya rasa untuk
membentuk karakter orang bisa dan orang-orangnya backgroundnya kan
pendidikan malahan bukan orang-orang museum. Jadi, itu sepertinya cukup
berpengaruh mengapa program pendidikannya lumayan bagus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
174
175
176
Wawancara dengan peserta didik SMA Pangudi Luhur van Lith pada tanggal 12
Mei 2017
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Wawancara dengan Romo Bambang Sutrisno, Pr. Pada tanggal 17 Mei 2017
Sumber: Dokumen Pribadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Lampiran 6.
LEMBAR PENGAMATAN DOKUMEN
Hasil
No. Obyek yang diamati
Ya Tidak
1. Dokumen data pengunjung √
2. Museum Misi Muntilan memiliki brosur √
3. Museum Misi Muntilan memiliki katalog √
4. Buku pedoman mengenai Museum Misi Muntilan √
Dokumen Penelitian
178
179
181
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sejenisnya.
Mendasarkan semangat para Romo
dan Suster pendahulu untuk
berjuang dalam melayani sesama
kepada para umat.
25/10/2014 Rombongan SMK Saraswati Jl. Hasanudin 738 67 orang Mengenal, mengetahui serta
Salatiga menambah wawasan tentang
sejarah iman Katolik yang tumbuh
di Jawa Tengah
Para siswa sangat senang bisa
mengunjungi Museum Misi
Muntilan
10. Pak Gito sangat memotivasi para
siswa dengan apa yang telah
disampaikannya dengan
menceritakan dengan jelas mantap,
humor, dan motivasi ini membawa
harapan untuk hidup iman yang
lebih. Dan pasti memotivasi untuk
menjadi pewarta lebih baik.
21/11/2014 Kel. Besar IPPAK Semester Jl. Ahmad Zazuli 43 orang Kami semakin tertarik untuk
III No. 2 Yogyakarta menjadi katekis-katekis sederhana
11.
tetapi memiliki visi dan misi yang
sungguh dapat mengembangkan.
30/11/2014 PIA PIR Emmanuel Ngawen Ngawen 50 orang Menjadi sarana belajar dan
tambahan pengetahuan tentang
12. tokoh-tokoh Katolik. Semoga
keteladanan iman mereka
menguatkan anak-anak untuk
182
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 8
SILABUS
MATA PELAJARAN SEJARAH
KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
sebagai karunia Tuhan yang
Maha Esa.
186
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
ekonomi, dan kebudayaan Masa Kekuasaan pemerintahan, sosial, ekonomi, dan tertulis hasil analisis Sejarah
masyarakat Indonesia pada Hindu-Buddha dan kebudayaan masyarakat Indonesia mengenai sistem kelas XI
masa kerajaan-kerajaan Islam pada masa kerajaan-kerajaan besar pemerintahan, sosial, Buku-
besar Hindu-Buddha yang Sistem Hindu-Buddha dan Islam yang ekonomi, dan buku
berpengaruh pada pemerintahan, berpengaruh pada kehidupan kebudayaan masyarakat lainya
kehidupan masyarakat sosial, ekonomi, dan masyarakat Indonesia masa kini. Indonesia pada masa Sumber
Indonesia masa kini. kebudayaan kerajaan-kerajaan besar lain yang
masyarakat Menanya: Hindu-Buddha dan tersedia
3.2 Menganalisis sistem Indonesia pada masa Menanya dan berdiskusi untuk Islam yang berpengaruh
pemerintahan, sosial, kerajaan-kerajaan mendapatkan klarifikasi, penjelasan pada kehidupan
ekonomi, dan kebudayaan besar Hindu-Buddha dan perluasan bahan analisis masyarakat Indonesia
masyarakat Indonesia pada yang berpengaruh mengenai sistem pemerintahan, masa kini.
masa kerajaan-kerajaan pada kehidupan sosial, ekonomi, dan kebudayaan
besar Islam di Indonesia masyarakat masyarakat Indonesia pada masa Observasi:
yang berpengaruh pada Indonesia masa kini. kerajaan-kerajaan besar Hindu- Mengamati kegiatan
kehidupan masyarakat Sistem Buddha dan Islam yang peserta didik dalam
Indonesia masa kini. pemerintahan, berpengaruh pada kehidupan proses mengumpulkan
sosial, ekonomi, dan masyarakat Indonesia masa kini. data, analisis data dan
4.1 Menyajikan warisan sistem kebudayaan pembuatan laporan.
pemerintahan, sosial, masyarakat Mengeksplorasikan:
ekonomi, dan kebudayaan Indonesia pada masa Mengumpulkan data dan informasi Portofolio:
masyarakat Indonesia pada kerajaan-kerajaan lanjutan terkait dengan pertanyaan Menilai laporan tertulis
masa kerajaan-kerajaan besar Islam di mengenai sistem pemerintahan, hasil analisis mengenai
besar Hindu-Buddha yang Indonesia yang sosial, ekonomi, dan kebudayaan sistem pemerintahan,
berpengaruh pada berpengaruh pada masyarakat Indonesia pada masa sosial, ekonomi, dan
kehidupan masyarakat kehidupan kerajaan-kerajaan besar Hindu- kebudayaan masyarakat
187
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
Indonesia masa kini, dalam masyarakat Buddha dan Islam yang Indonesia pada masa
bentuk tulisan dan media Indonesia masa kini. berpengaruh pada kehidupan kerajaan-kerajaan besar
lain. masyarakat Indonesia masa kini, Hindu-Buddha dan
melalui bacaan dan sumber lain Islam yang berpengaruh
4.2 Menyajikan hasil yang tersedia. pada kehidupan
identifikasi warisan sistem masyarakat Indonesia
pemerintahan, sosial, Mengasosiasikan: masa kini.
ekonomi, dan kebudayaan Menganalisis informasi dan data
masyarakat Indonesia pada yang di dapat dari bacaan dan Tes:
masa kerajaan-kerajaan sumber lain yang terkait mengenai Menilai kemampuan
besar Islam di Indonesia sistem pemerintahan, sosial, peserta didik dalam
yang berpengaruh pada ekonomi, dan kebudayaan menganalisis sistem
kehidupan masyarakat masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan, sosial,
Indonesia masa kini, dalam kerajaan-kerajaan besar Hindu- ekonomi, dan
bentuk tulisan dan media Buddha dan Islam yang kebudayaan masyarakat
lain. berpengaruh pada kehidupan Indonesia pada masa
masyarakat Indonesia masa kini kerajaan-kerajaan besar
Hindu-Buddha dan
Mengomunikasikan: Islam yang berpengaruh
Membuat laporan hasil analisis pada kehidupan
dalam bentuk tulisan dan atau masyarakat Indonesia
media lain mengenai sistem masa kini.
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan-kerajaan besar
Hindu-Buddha dan Islam yang
188
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
berpengaruh pada kehidupan
masyarakat Indonesia masa kini
189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
Mengumpulkan data dan informasi Menilai karya tulis
lanjutan terkait dengan pertanyaan peserta didik tentang
dan materi tentang pemikiran dan pemikiran dan
peristiwa-peristiwa penting di Eropa peristiwa-peristiwa
antara lain: Merkantilisme, penting di Eropa antara
Renaissance, Reformasi Gereja, lain: Merkantilisme,
Revolusi Industri dan pengaruhnya Renaissance, Reformasi
bagi kehidupan bangsa Indonesia Gereja, Revolusi
dan bangsa lain di dunia pada masa Industri dan
itu dan masa kini, melalui bacaan pengaruhnya bagi
dan sumber-sumber lainya yang kehidupan bangsa
terkait Indonesia dan bangsa
lain di dunia pada masa
Mengasosiasikan: itu dan masa kini.
Menganalisis informasi dan data
yang di dapat dari bacaan dan Tes:
sumber lain yang terkait mengenai Menilai kemampuan
pemikiran dan peristiwa-peristiwa peserta didik dalam
penting di Eropa antara lain: menganalisis tentang
Merkantilisme, Renaissance, pemikiran dan
Reformasi Gereja, Revolusi Industri peristiwa-peristiwa
dan pengaruhnya bagi kehidupan penting di Eropa antara
bangsa Indonesia dan bangsa lain di lain: Merkantilisme,
dunia pada masa itu dan masa kini. Renaissance, Reformasi
Gereja, Revolusi
Mengomunikasikan: Industri dan
190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
Membuat karya tulis mengenai pengaruhnya bagi
pemikiran dan peristiwa-peristiwa kehidupan bangsa
penting di Eropa antara lain: Indonesia dan bangsa
Merkantilisme, Renaissance, lain di dunia pada masa
Reformasi Gereja, Revolusi Industri itu dan masa kini.
dan pengaruhnya bagi kehidupan
bangsa Indonesia dan bangsa lain di
dunia pada masa itu dan masa kini.
191
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
pembuatan laporan.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data dan informasi Portofolio:
lanjutan terkait dengan pertanyaan Menilai tulisan dan atau
dan materi mengenai keterkaitan media lain mengenai
antara revolusi-revolusi besar dunia keterkaitan antara
(Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan revolusi-revolusi besar
Indonesia) dan kehidupan umat dunia (Perancis,
manusia pada masa itu dan masa Amerika, Cina, Rusia
kini, melalui bacaan dan sumber- dan Indonesia) dan
sumber lainnya yang terkait. kehidupan umat
manusia pada masa itu
Mengasosiasikan: dan masa kini.
Menganalisis informasi dan data
yang di dapat dari bacaan dan Tes:
sumber lain yang terkait mengenai Menilai kemampuan
keterkaitan antara revolusi-revolusi peserta didik dalam
besar dunia (Perancis, Amerika, menganalisis
Cina, Rusia dan Indonesia) dan keterkaitan antara
kehidupan umat manusia pada masa revolusi-revolusi besar
itu dan masa kini, melalui bacaan dunia (Perancis,
dan sumber-sumber lainnya yang Amerika, Cina, Rusia
terkait. dan Indonesia) dan
kehidupan umat
Mengomunikasikan: manusia pada masa itu
Membuat laporan dalam bentuk dan masa kini.
192
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
tulisan dan media lain mengenai
keterkaitan antara revolusi-revolusi
besar dunia (Perancis, Amerika,
Cina, Rusia dan Indonesia) dan
kehidupan umat manusia pada masa
itu dan masa kini, melalui bacaan
dan sumber-sumber lainnya yang
terkait.
193
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
nasionalisme di Asia-Afrika kini. nasionalisme di Asia-Afrika pada proses mengumpulkan
dalam bentuk tulisan dan masa itu dan masa kini. data, analisis data dan
media lain. pembuatan laporan.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan data dan informasi Portofolio:
lanjutan terkait dengan pertanyaan Menilai tulisan dan atau
dan materi mengenai hubungan media lain mengenai
perkembangan faham-faham besar hubungan
seperti nasionalisme, liberalisme, perkembangan faham-
sosialisme, demokrasi, Pan faham besar seperti
Islamisme dengan gerakan nasionalisme,
nasionalisme di Asia-Afrika pada liberalisme, sosialisme,
masa itu dan masa kini. demokrasi, Pan
Islamisme dengan
Mengasosiasikan: gerakan nasionalisme di
Menganalisis informasi dan data Asia-Afrika pada masa
yang di dapat dari bacaan dan itu dan masa kini.
sumber lain yang terkait mengenai
hubungan perkembangan faham-
faham besar seperti nasionalisme, Tes:
liberalisme, sosialisme, demokrasi, Menilai kemampuan
Pan Islamisme dengan gerakan peserta didik dalam
nasionalisme di Asia-Afrika pada menganalisis hubungan
masa itu dan masa kini. perkembangan faham-
faham besar seperti
Mengomunikasikan: nasionalisme,
194
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
Membuat laporan dalam bentuk liberalisme, sosialisme,
tulisan dan atau media lain demokrasi, Pan
mengenai hubungan perkembangan Islamisme dengan
faham-faham besar seperti gerakan nasionalisme di
nasionalisme, liberalisme, Asia-Afrika pada masa
sosialisme, demokrasi, Pan itu dan masa kini.
Islamisme dengan gerakan
nasionalisme di Asia-Afrika pada
masa itu dan masa kini.
195
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
lain. regional. data, analisis data dan
pembuatan laporan.
Mengeksplorasikan:
Mengumpulkan informasi lanjutan Portofolio:
terkait dengan pertanyaan dan Menilai tulisan dan atau
materi mengenai pengaruh PD I media lain mengenai
dan PD II terhadap kehidupan pengaruh PD I dan PD
politik, sosial-ekonomi dan II terhadap kehidupan
hubungan internasional (LBB, politik, sosial-ekonomi
PBB), pergerakan nasional dan dan hubungan
regional, melalui bacaan dan internasional (LBB,
sumber-sumber lain yang terkait. PBB), pergerakan
nasional dan regional.
Mengasosiasikan:
Menganalisis informasi dan data Tes:
yang di dapat dari bacaan dan Menilai kemampuan
sumber lain yang terkait untuk peserta didik dalam
menyimpulkan keterkaitan pengaruh menganalisis pengaruh
PD I dan PD II terhadap kehidupan PD I dan PD II terhadap
politik, sosial-ekonomi dan kehidupan politik,
hubungan internasional (LBB, sosial-ekonomi dan
PBB), pergerakan nasional dan hubungan internasional
regional. (LBB, PBB),
pergerakan nasional dan
Mengomunikasikan: regional.
Menyajikan dalam bentuk tulisan
196
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
dan atau media lain mengenai
pengaruh PD I dan PD II terhadap
kehidupan politik, sosial-ekonomi
dan hubungan internasional (LBB,
PBB).
197
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
Indonesia pada zaman sumber-sumber lain yang terkait Imperialisme dan
pendudukan Jepang. mengenai Imperialisme dan kolonialisme Barat,
kolonialisme Barat, Sumpah Sumpah Pemuda,
3.10 Menganalisis akar-akar Pemuda, pendudukan militer Jepang pendudukan militer
nasionalisme Indonesia dan akar-akar nasionalisme. Jepang dan akar-akar
pada masa kelahirannya dan nasionalisme.
pengaruhnya bagi masa Mengasosiasikan:
kini. Menganalisis dan menyimpulkan Tes:
pengaruh imperialisme dan Menilai kemampuan
kolonialisme Barat di Indonesia, peserta didik dalam
4.7 Menyajikan hasil evaluasi peran Sumpah Pemuda bagi menganalisis mengenai
tentang pengaruh kehidupan kebangsaan di Indonesia, Imperialisme dan
imperialisme dan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, kolonialisme Barat,
kolonialisme Barat di militer dan pendidikan di Indonesia Sumpah Pemuda,
Indonesia dalam bidang pada zaman pendudukan Jepang, pendudukan militer
politik, ekonomi, sosial- serta akar-akar nasionalisme Jepang dan akar-akar
budaya, pendidikan dan Indonesia nasionalisme.
agama serta perlawanan
kerajaan Indonesia dalam Mengomunikasikan:
bentuk tulisan dan media Menyajikan dalam bentuk tulisan
lain. dan atau media lain tentang
imperialisme dan kolonialisme
4.8 Menyajikan hasil evaluasi Barat, Sumpah Pemuda,
penerapan semangat pendudukan militer Jepang dan
Sumpah Pemuda dalam akar-akar nasionalisme.
kehidupan generasi muda
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
Indonesia dan dalam
kehidupan bernegara bangsa
Indonesia masa kini, dalam
bentuk tulisan atau media
lain.
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
pada masa itu dan masa sekitar Proklamasi artinya bagi kehidupan berbangsa Agustus 1945 dan buku
kini. 17 Agustus 1945 dan bernegara pada masa itu dan artinya bagi kehidupan lainya
dan artinya bagi masa kini. berbangsa dan Internet
4.11 Menyajikan gambaran kehidupan bernegara pada masa itu (jika
peristiwa-peristiwa sekitar berbangsa dan Menanya: dan masa kini. tersedia)
Proklamasi 17 Agustus bernegara pada masa Menanya dan berdiskusi untuk Gambar-
1945 dan artinya bagi itu dan masa kini. mendapatkan klarifikasi dan Observasi: gambar
kehidupan berbangsa dan pendalaman pemahaman mengenai Mengamati kegiatan peristiwa
bernegara dalam bentuk peristiwa-peristiwa sekitar peserta didik dalam proklama
media visual. Proklamasi 17 Agustus 1945 dan proses mengumpulkan si
artinya bagi kehidupan berbangsa data, analisis data dan kemerde
dan bernegara pada masa itu dan pembuatan laporan. kaan RI
masa kini. 17
Portofolio: Agustus
Mengeksplorasikan: Menilai media gambar 1945.
Mengumpulkan data dan ifnormasi karya peserta didik
lanjutan melalui bacaan dan tentang peristiwa-
sumber-sumber lain yang terkait peristiwa sekitar
mengenai peristiwa-peristiwa Proklamasi 17 Agustus
sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 1945 dan artinya bagi
dan artinya bagi kehidupan kehidupan berbangsa
berbangsa dan bernegara pada masa dan bernegara pada
itu dan masa kini. masa itu dan masa kini.
Mengasosiasikan: Tes:
Menganalisis dan menyimpulkan Menilai kemampuan
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Alokasi Sumber
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian
Waktu Belajar
mengenai peristiwa-peristiwa peserta didik dalam
sekitar proklamasi 17 Agustus 1945 menganalisis materi
dan artinya bagi kehidupan peristiwa-peristiwa
berbangsa dan bernegara pada masa sekitar Proklamasi 17
itu dan masa kini. Agustus 1945 dan
artinya bagi kehidupan
Mengomunikasikan: berbangsa dan
Menyajikan dalam bentuk media bernegara pada masa itu
gambar peristiwa-peristiwa sekitar dan masa kini.
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
artinya bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara pada masa itu dan
masa kini.
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
Lampiran 9
203
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu:
1. Menganalisis pengaruh imperialisme dan kolonialisme Barat dalam bidang
agama khususnya mengenai sejarah Museum Misi Muntilan terkait dengan
awal mula Gereja Katolik di Jawa
2. Menganalisis kegiatan edukasi di Museum Misi Muntilan yang berkaitan
dengan pendidikan karakter
3. Menganalisis tentang Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan
karakter
4. Membuat laporan tertulis berbentuk artikel tentang pengaruh imperialisme
dan kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang agama khususnya
tokoh-tokoh yang ditampilkan di Museum Misi Muntilan
D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Sejarah berdirinya Museum Misi Muntilan terkait dengan awal mula
Gereja Katolik di Jawa.
2. Kegiatan edukasi berkaitan dengan pendidikan karakter.
3. Museum Misi Muntilan sebagai sarana pendidikan karakter.
E. METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Pembelajaran : Pembelajaran Saintifik
2. Strategi Pembelajaran : Cooperative Learning
3. Model Pembelajaran : STAD (Students Team Achivement Divison)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Guru mengucapkan salam
Guru meminta salah satu peserta didik untuk
memimpin doa
Guru memerika kehadiran peserta didik
Guru memeriksa materi ajar dan alat atau media 15
A. Pendahuluan
pembelajaran Menit
Guru menanyakan materi yang disampaikan
minggu lalu
Guru menyampaikan kompetensi dasar dan
tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti Mengamati
Peserta didik mengamati video tentang sejarah
Museum Misi Muntilan
Peserta didik mengamati powerpoint tentang
kegiatan edukatif di Museum Misi Muntilan
Menanya
Peserta didik diberi arahan untuk untuk
bertanya dari video yang sudah ditayangkan
Peserta didik bertanya mengenai powerpoint
yang sudah ditayangkan
Mengumpulkan Informasi
Peserta didik dibagi menjadi 4 kelompok.
Masing-masing kelompok diminta berdiskusi
tentang tokoh yang diteladani beserta
karakternya dari yang ditampilkan di Museum 60
Misi Muntilan. Menit
Peserta didik mengumpulkan informasi melalui
video yang ditayangkan oleh guru, internet,
buku referensi dan berdiskusi dengan teman
kelompok.
Mengasosiasi
Setiap kelompok berdiskusi tentang tokoh yang
mereka teladani beserta karakternya
Peserta didik menghubungkan hasil diskusinya
Setelah berdikusi, peserta didik mengerjakan
kuis secara individu.
Mengkomunikasikan
Setiap kelompok mempresentasikan hasil
diskusi dan kelompok lain yang tidak presentasi
diperbolehkan untuk bertanya kepada kelompok
yang presentasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
206
2. Instrumen Penilaian
a. Penilaian sikap diskusi dan presentasi kelompok
Mengkomunikasikan
Bertanggungjawab
Mengemukakan
Mendengarkan
Kerjasama
Menanya
pendapat
No Nama Jumlah
Keterangan Penilaian:
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria;
Baik Sekali :4
Baik :3
Cukup :2
Kurang :1
x 100
x 100
207
Kunci Jawaban
1) Sejarah berdirinya Museum Misi Muntilan:
208
Masalah
Penutup
Pustaka
Daftar
Peserta Jumlah
Isi
No
Didik
209
Petunjuk Penskoran
Peserta didik memperoleh nilai:
Baik sekali: apabila memperoleh skor 26-30
Baik : apabila memperoleh skor 18-25
Cukup : apabila memperoleh skor 9-17
Kurang : apabila memperoleh skor 1-8
210
Materi Pembelajaran
1. Sejarah Museum Misi Muntilan
211
212