Anda di halaman 1dari 252

BAB 1

ANAK LELAKI BERTEMU...

KELINCI TAK BERGUNA?


Di lokasi tertentu di sana ada sebuah gua gelap dimana sinar matahari tidak pernah
sampai. Bagian dalam gua itu begitu sunyi sehingga orang pun tidak bisa mendengar
gemeresik serangga. Tak ada tanda-tanda bahwa tangan manusia pernah membentuk batu,
dan dinding, lantai, dan langit-langit semuanya tampak terbentuk secara alami. Meski
begitu, meski memiliki kemiripan gua yang sangat alami, namun tidak ada satu pun pintu
masuk atau keluar. Salah satu aspek tak wajar dari gua berbentuk alam ini.

Tentu saja, mungkin ada kantong udara yang memberi jalan ke ruang tertutup ini
di tanah. Namun, hanya ada satu ketidakteraturan lainnya yang tinggal di gua yang
membuatnya sangat jelas bahwa gua ini buatan manusia. Pola geometris melingkar yang
rumit dan rinci diukir di tanah. Dengan kata lain, sebuah lingkaran sihir. Apakah ada orang
di zaman ini yang bisa melihat lingkaran yang begitu canggih, rahang mereka pasti akan
jatuh. Beberapa orang yang lebih lemah bahkan mungkin akan runtuh segera. Itulah
betapa mengesankannya lingkaran itu.

Seandainya itu pernah ditemukan, maka itu akan diabadikan sebagai harta nasional
yang langka, tapi karena benda itu masih terbenam selama bertahun-tahun di gua yang
gelap itu. Sudah jelas belum diaktifkan sejak lama. Lingkaran sihir itu tetap diam di sana,
menunggu tuannya yang ditakdirkan muncul, persis seperti pedang suci Excalibur.

Kemudian, untuk pertama kalinya saat dewa tahu berapa lama, itu mulai bersinar.
Sulur mana scarlet mulai menelusuri jalan di sekitar prasasti lingkaran itu. Cahaya itu
suram pada awalnya, tidak lebih dari sebuah tusukan jarum, tapi terus tumbuh sampai
seluruh ruangan dibakar dengan cahaya merah.

Akhirnya, ada cahaya kilat yang menyilaukan. Cahaya merah yang cemerlang
mengantar sisa-sisa kegelapan terakhir yang berkerumun di sudut-sudut gua. Itu adalah
pemandangan yang sungguh menakjubkan. Siapa pun yang hadir pasti yakin bahwa apa pun
yang datang dari sisi lain lingkaran tidak mungkin manusia.

Namun, cahaya itu akhirnya mulai memudar, dan dua sosok yang setidaknya manusia
terwujud di tengah lingkaran.

"Dasar persetan," Salah satu sosok berbicara, ledakan konyolnya menghancurkan


aura kesungguhan.

Saat cahaya memudar dan kegelapan kembali memerintah di gua, anak lelaki yang
telah bicara memandang berkeliling dengan kecewa. Dia tentu saja tidak lain adalah orang
yang telah masuk ke nereka oleh salah satu teman sekelasnya saat melakukan perjalanan
di Labirin Orcus Agung— Nagumo Hajime.
Hajime telah menggali seratus lantai lagi melewati lantai seratus yang dianggap
sebagai ujung labirin, dan telah menemukan rahasia Tortus dari pencipta labirin. Di rumah
pria itu, para dewa telah memberi label maverick, Hajime telah menemukan lingkaran sihir
yang akan membawanya kembali ke permukaan.

Pikiran untuk bisa kembali ke permukaan membuat dia merasa lega setelah
menghabiskan waktu berbulan-bulan di lingkungan labirin yang keras, di mana dia harus
mengambil risiko hidup dan anggota badan setiap hari hanya untuk bertahan hidup. Dia
yakin tanpa syarat bahwa apa yang menunggunya di sisi lain lingkaran sihir adalah sinar
matahari yang hangat dan angin sepoi-sepoi yang lembut. Sebagai gantinya, semua yang
dia temukan saat membuka matanya adalah dinding batu yang sama dengan yang dia lihat
selama beberapa bulan terakhir ini. Tapi berteriak tentang itu dengan aksen aneh pun
tidak akan bisa mencapai apa pun juga.

Saat Hajime berkubang dalam keputusasaannya, dia merasakan seseorang menarik


lengan bajunya. Dia berbalik untuk menunduk pada gadis yang berdiri di sampingnya,
ekspresi bingung di wajahnya. Gadis itu sangat pendek hingga nyaris tidak sampai ke
dadanya.

Rambut berwarna emas-pirangnya bergelombang, dan mata merah mengingatkan


pada bulan merah. Bibirnya berwarna merah muda, dan kulitnya seputih porselen. Saat ini
kelopak matanya terkulai mengantuk. Tapi meski begitu, dia masih terlihat seperti bisque
doll yang indah. Dia tentu saja adalah Yue— gadis yang telah diselamatkan Hajime dari
penjara di dalam lubang neraka, dan gadis yang pertama kali dia mulai menaiki tangga
kedewasaan.

Untuk menghiburnya, Yue mulai menjelaskan situasinya dengan pelan.

"Ini adalah bagian rahasia... jadi mungkin dia sudah menyembunyikannya."

"...Oh ya. Kau mengerti juga. Ini mengarah langsung ke salah satu tempat
persembunyian para Liberator, jadi masuk akal jika dia harus merahasiakannya."

Hajime menggaruk kepalanya dengan canggung. Tidak percaya aku sangat gembira
sehingga aku pun tidak menyadari sesuatu yang sederhana.

Lalu dia menuangkan sedikit mana ke Treasure Trove-nya, sebuah artefak yang
membuka gerbang ke ruang interdimensional, tempat dia bisa menyimpan dan mengambil
barang, dan mengeluarkan senter glowstone hijau. Baik Hajime dan Yue masing-masing
bisa menggunakan kemampuan bawaan atau sihir mereka untuk mengatasi kegelapan, tapi
melakukan sesuatu yang rutin seperti ini membantu menenangkan Hajime.

Yue terkekeh, menyadari mengapa dia melakukan ini. Bukan karena dia mengolok-
oloknya, tapi karena menurutnya itu lucu. Demi kebanggaan sendiri, Hajime pura-pura
tidak mendengarnya dan malah memebentangkan lampu senternya di atas gua.

"Hm? Apa itu?" Dia menghentikan senter hijau pucatnya di bagian dinding yang
terlihat sangat berbeda. Ada garis vertikal lurus di dinding, dan berhenti dengab
heptagon seukuran telapak tangan yang diukir di dinding. Simbol yang berbeda menghiasi
masing-masing lambangnya, dan salah satunya adalah sesuatu yang mereka lihat cukup
sering selama beberapa minggu terakhir ini. Itu adalah lambang pribadi Oscar Orcus.

Hajime menarik bukti bahwa mereka telah menaklukkan labirin, cincin Orcus, dari
Treasure Trove dan mengangkatnya ke heptagon. Dengan ledakan dahsyat, dinding batu
itu terbuka lebar, memperlihatkan sebuah lorong rahasia.

Hajime dan Yue saling mengangguk dan melangkah maju ke lorong. Mereka tidak
menemukan cabang di jalan, jadi mereka terus berjalan. Ada beberapa pintu dan
perangkap yang disegel di sepanjang jalan, tapi cincin Orcus membukakan atau mematikan
semuanya secara otomatis. Mereka berdua berjaga-jaga, tapi itu terbukti tidak perlu
karena mereka terus berlanjut tanpa masalah... sampai akhirnya mereka melihat cahaya
samar di kejauhan.

Itu adalah cahaya dunia luar. Sinar matahari. Cahaya yang telah Hajime habiskan
selama beberapa bulan terakhir, dan telah Yue habiskan selama beberapa abad terakhir
ini, mendambakan.

Ketika mereka menyadari bahwa mereka hanya beberapa langkah dari berjemur di
cahaya matahari lagi, mereka terhenti dan saling pandang. Karena tidak dapat menahan
kegembiraan mereka, mereka menyeringai dan mulai berlari menuju cahaya pada saat yang
bersamaan.

Cahaya itu semakin besar saat mereka mendekat. Segera, mereka bisa merasakan
angin bertiup dari luar. Tidak seperti udara stagnan yang terpaksa mereka hirup selama
berabad-abad. Itu segar dan penuh kehidupan. Untuk pertama kalinya, Hajime menyadari
apa yang orang maksudkan saat mereka bilang bahwa udara terasa nikmat. Keduanya
meledak dalam cahaya pada saat bersamaan. Ke permukaan manis dan lezat.

Lebih khusus lagi, bagian permukaan yang paling dikenal sebagai tanah eksekusi.
Hampir tidak mungkin menggunakan sihir di bawah tebing-tebing aneh ini, dan monster
mematikan menghuni bagian bawah jurang. Jurang itu dalamnya satu kilometer, sampai dua
kilometer dangkalnya. Itu bisa berkisar dari sembilan ratus meter sampai delapan
kilometer lebarnyaz tergantung pada area, dan itu jauh-jauh dari Gurun Gruen di barat
ke Hutan Haltina di timur. Orang menyebutnya luka besar di bumi yang membelah utara
dan selatan.

Nama resminya adalah Reisen Gorge. Dan gua yang Hajime dan Yue baru saja keluar
terletak di bagian bawahnya. Tapi meski mereka berada di dasar jurang, setidaknya
mereka bisa melihat matahari bersinar tinggi di atas kepala, dan angin menerobos dengan
membawa aroma tanah dan kehidupan yang familier. Tidak peduli seberapa keras tempat
mereka menemukan diri mereka, setidaknya masih ada permukaannya.

Senyum Hajime dan Yue perlahan bertambah lebar saat mereka menatap matahari
dengan takjub. Dan, meski tanpa ekspresi biasanya, senyuman Yue adalah sesuatu yang
bahkan lebih lebar daripada senyuman Hajime.

"Kita... benar-benar berhasil kembali..." Hajime bergumam rendah, suaranya kental


dengan emosi.
"...Ya." Tanggapan Yue sama ekspresifnya. Realitas pelarian mereka akhirnya
membasahi mereka, dan mereka merobek tatapan mereka dari sinar matahari untuk saling
menatap. Mereka berdiri seperti itu sedetik sebelum saling berpelukan erat dan berteriak
di bagian atas paru-paru mereka.

"Yeaaaaaaaaaaaaaaah!!! Kita berhasiiiiiiiiiiiiiiiiiil!"

"Ya!"

Hajime mengangkat Yue dan mulai memutar tubuhnya. Senyum mereka sungguh
tidak pada tempatnya di lokasi yang telah dijuluki neraka oleh belahan dunia lainnya. Pada
suatu saat Hajime tersandung batu, membuat mereka terjatuh ke tanah. Tapi mereka
bahkan menganggapnya lucu dan mulai tertawa histeris sambil berbaring merentang di
lantai.

Pada saat tawa mereka akhirnya habis... mereka dikelilingi monster.

Hajime berdiri di tengah lolongan monster yang mengelilinginya di semua sisi dan
menggerutu pada dirinya sendiri.

"Sheesh, betapa kasarnya kalian? Kalian bisa membiarkan kita menikmati diri kita
sedikit lebih lama." Dia mengeluarkan Donner dan Schlag sebelum berhenti sejenak dan
memiringkan kepalanya.

"Tunggu, kurasa aku ingat pernah membaca sesuatu tentang sihir yang tidak
bekerja di sini." Ketika dia baru saja dipanggil, dia telah memperhatikan kelasnya selama
pelatihan dan ingat ketidakmampuan menggunakan sihir sebagai salah satu fitur utamanya.

"...Itu akan tersebar. Tapi seharusnya bukan masalah," jawab Yue. Alasan orang
tidak bisa menggunakan sihir di Reisen Gorge adalah karena mana yang masuk ke dalam
formasi mantra itu tersebar sebelum mantra bisa diaktifkan. Sihir Yue pun tak terkecuali.

Namun, Yue masih merupakan putri vampir kuno yang pernah dikhawatirkan sebagai
salah satu makhluk terkuat di dunia. Dia memiliki sejumlah besar mana, dan sekarang dia
memiliki rangkaian aksesori batu sihir yang dimilikinya. Yang harus dia lakukan hanyalah
merapalkan mantra yang sangat besar dan kuat sehingga jurang tidak akan bisa
menyebarkan semua mana tepat waktu. Hajime tersenyum masam saat mendengar betapa
yakin dirinya terdengar.

"Berapa banyak lagi yang dibutuhkan?"

"Hmmm... Kira-kira sepuluh kali lipat."

Jadi aku butuh mana sebanyak itu untuk mantra tingkat lanjut hanya untuk sesuatu
yang sederhana, huh? Itu akan sangat mempengaruhi jangkauannya.

"Ah, kalau begitu aku akan menangani mereka. Yue, kau hanya fokus menjaga dirimu
aman."

"Aww... Tapi—"
"Ini seperti tempat terburuk untuk penyihir sepertimu. Kau berada pada posisi
yang sangat merugikan di sini, jadi serahkan saja padaku."

"Baik... kalau kau mengatakannya." Yue mundur dengan enggan. Dia mengalami
kesulitan menerima saat ditinggalkan dari pertempuran pertama mereka di permukaan.
Mungkin juga sedikit menyakiti harga dirinya. Dia benar-benar cemberut.

Meskipun menyakiti Hajime untuk mengatakannya, Hajime tetap menyingkirkan


Yue dari pikirannya saat ini dan menembak Donner. Dia pun tidak melihat saat dia
menembak Donner dengan mulus dan mencapai sasarannya dengan sempurna. Gerakannya
sangat lemah sehingga monster-monster itu bahkan tidak menyadari bahwa mereka
diserang. Pada saat mereka akhirnya sadar, salah satu rekan mereka kepalanya lenyap.
Sisa dari mereka semua membeku kaku, tidak mampu memahami apa yang baru saja
terjadi. Hanya gema tembakan yang memecahkan kesunyian.

Selama dia menggunakan sepuluh kali lebih banyak, Hajime masih bisa
mengaktifkan Lightning Field, mantra penting untuk menggunakan railgun-nya. Dia
tersenyum tanpa rasa takut saat dia mengamati lawan-lawannya.

"Baiklah, aku ingin tahu apakah kalian lebih tangguh daripada musuh yang kuhadapi
di bawah ini... Mari kita cari tahu, oke?" Dia membawa kaki kanannya mundur dan
menurunkan pinggangnya secara perlahan saat menyilangkan senjatanya di depan dadanya.
Lengan kiri buatannya sedikit maju, dan Schlag ditahan sedikit lebih rendah dari Donner.
Dengan dua senjatanya, sekarang ia bisa menutupi belakang dan depannya secara
bersamaan. Hajime menempatkan kaki palsunya sedikit lebih jauh dari bagian tubuhnya
yang lain untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Sikap ini adalah aspek mendasar
dari senapan yang dia tumbuk ke tubuhnya setelah berjam-jam menghabiskan waktu
berlatih di jurang.

Ada kilau pembunuh di mata Hajime begitu dia selesai memasuki sikapnya. Pupil
matanya dingin, kolam tanpa emosi, dikeraskan oleh kondisi keras yang dia jalani.

Tatapan dingin itu saja sudah cukup untuk membuat semua monster yang hadir
untuk melangkah mundur tanpa disengaja. Mereka semua bisa merasakannya secara
naluriah. Orang yang mereka ajak bertarung adalah "binatang buas" yang kejam.
Tekanannya begitu besar sehingga orang normal akan pingsan karena intensitas silaunya
saja. Akhirnya salah satu monster tidak mampu menahannya dan mengeluarkan raungan
liar sebelum melompat ke depan.

"Graaaaaaaah!" Namun, bahkan tidak sedetik kemudian terdengar bunyi keras lagi
dan monster kedua kepalanya lenyap tanpa sempat bereaksi. Monster tanpa kepala itu
berhenti, remuk tak bernyawa di tanah tempat ia berhenti. Secercah asap tersapu dari
moncong Donner. Hajime bahkan tidak menyisakan sekam yang menyedihkan itu. Aliran
haus darahnya yang berputar-putar sudah diarahkan pada kawanan yang tersisa. Apa yang
terjadi selanjutnya adalah pembantaian daripada sebuah pertempuran.

Hajime tidak membiarkan satu pun dari mereka melarikan diri. Ya, setiap dan
masing-masing dari kepala mereka lenyap. Saat suara tembakan bergema lebih nyaring
lagi, teriakan putus asa monster itu semakin redup. Hanya dalam lima menit, tanah dipenuhi
mayat monster.

Dia memutar tabung Donner dan Schlag, mengisinya kembali sebelum


mengembalikannya ke sarung yang diikatkan ke kakinya. Setelah itu, dia sedikit
memiringkan kepala saat dia mengamati gunungan mayat.

Yue berlari cepat ke arahnya.

"...Ada apa?"

"Tidak ada, rasanya terlalu mudah... aku pernah mendengar monster di Reisen
Gorge ganas dan brutal, jadi mungkin kita keluar ke tempat lain?"

"...Kau terlalu mirip monster, Hajime."

"Itu cara yang cukup keras untuk menaruhnya. Yah, kurasa itu berarti monster di
jurang jauh lebih kuat."

Hajime mengangkat bahunya acuh tak acuh dan mengalihkan tatapannya dari
monster ke dinding ngarai.

"Kalau begitu, kita mungkin bisa menskalakan dinding ini dengan cukup mudah, tapi...
bagaimana menurutmu? Mereka bilang salah satu dari tujuh labirin besar ada di Reisen
Gorge. Karena kita sudah di sini, mau melihat-lihat sebentar saat kita menuju hutan?"

"...Kenapa hutan?"

"Maksudku, siapa yang ingin pergi ke padang pasir setelah sekian lama dikelilingi
batu karang? Lagi pula, aku yakin ada lebih banyak kota di sisi hutan."

"...Baik. Kau punya maksud di sana." Yue mengangguk setuju. Melihat betapa
lemahnya monster itu, jelas ngarai ini bukan labirin itu sendiri. Yang berarti pasti ada
pintu masuk yang tepat di suatu tempat. Aerodynamic Hajime dan sihir angin Yue akan
lebih dari cukup untuk menskalakan dinding, tapi mereka harus segera mencari ngarai, jadi
tidak ada alasan untuk tidak melakukannya sekarang.

Hajime menuangkan tetesan mana ke Treasure Trove yang dia kenakan di jari
tengahnya dan menarik Steiff. Itu adalah kendaraan bergaya Amerika yang besar dengan
bodi hitam. Tidak seperti sepeda motor di bumi, ini tidak menggunakan bensin sebagai
bahan bakar: ini murni ditenagai mana. Berkat itu jalan lebih tenang daripada mobil listrik.

Dia benar-benar mengharapkan mesin yang lebih keras, karena baginya itu lebih
keren, tapi dia hanya tahu bagaimana membuat mesin sederhana, jadi dia tidak bisa
membuat pembakaran yang lebih rumit. Dia bisa mengendalikan kecepatan Steiff dengan
menyesuaikan keluaran mana. Karena sifat hamburan mana Reisen Gorge, dia tidak akan
bisa membuatnya bertahan lama.

Hajime dengan gaya menaiki motornya. Yue melompat ke belakang, duduk berjejer.
Dia melingkarkan lengannya dengan erat di pinggang Hajime. Begitu selesai, dia menekan
perutnya dengan ringan dengan lengannya dan dia mulai menuangkan mana ke Steiff
dengan cepat.
Reisen Gorge berjalan dari timur ke barat dengan variasi utara-selatan hampir
tidak ada. Hampir tidak ada rute samping, jadi cukup sulit tersesat.

Karena tidak ada kekhawatiran tersesat, Hajime mengendarai Steiff ke depan


dengan santai saat mereka mencari sesuatu yang menyerupai pintu masuk labirin. Dia telah
mentransmutasi sebuah mesin ke bagian bawah motor yang merapikan tanah sebelum roda
menabraknya. Biasanya, motor bergaya Amerika akan mengalami kesulitan menghadapi
medan kasar seperti itu, namun berkat transmutasinya, mereka bisa melewati lantai
lembah dengan mulus.

"Merasa senang bisa berkendaraan seperti ini, kan, Yue?"

"...Ya. Benar."

Mereka mengendarai melewati angin, berjemur di bawah sinar matahari, dan


menghirup aroma dunia permukaan. Bagi mereka, itu lebih dari cukup untuk membuat
mereka senang. Dengan gembira Yue menyandarkan kepalanya ke punggung Hajime.
Sepanjang perjalanan santai mereka, tangan Hajime sendiri terus bergerak. Dia tidak
melewatkan satu tembakan pun saat dia terus-menerus menghabisi sekelompok monster
yang datang untuk menyerang mereka.

Setelah beberapa saat, dia mendengar raungan ganas dari kejauhan. Itu lebih
menakutkan daripada yang lainnya. Paling tidak, itu lebih kuat dari monster yang mereka
hadapi di ngarai sejauh ini. Dengan kecepatan mereka saat ini, mereka akan berhasil
melewatinya dalam waktu sekitar tiga puluh detik.

Hajime menuangkan lebih banyak mana ke Steiff, membulatkan lekukan yang besar,
dan menemukan monster raksasa menunggunya di ujung tikungan. Itu terlihat mirip dengan
dinosaurus yang Hajime hadapi di labirin, tapi itu memiliki dua kepala. Itu adalah T. rex
berkepala dua. Tapi yang lebih mengejutkan lagi adalah gadis bertelinga kelinci yang
melompat mondar-mandir di bawahnya, berusaha melepaskan cengkeramannya dengan
putus asa.

Kaget, Hajime menghentikan Steiff dan menatap gadis itu dengan rasa ingin tahu.

"Apa itu?"

"...Gadis kelinci?"

"Aku tahu, tapi kenapa dia di sini? Apa manusia kelinci tipe yang tinggal di ngarai?"

"...Tidak, sejauh yang kutahu."

"Lalu, apakah dia salah satu kriminal yang terlempar ke bawah sini sebagai
hukuman? Aku membaca bahwa Reisen Gorge adalah tempat eksekusi yang terkenal."

"...Hmm. Mungkin dia kelinci jahat?"

Hajime dan Yue melakukan percakapan santai saat mereka melihat gadis kelinci itu
berlari demi hidupnya. Tak satu pun dari mereka tampak tertarik untuk
menyelamatkannya. Bukan karena mereka khawatir bahwa dia mungkin semacam kriminal
berbahaya yang dilemparkan ke sini. Hajime sama sekali tidak tertarik pada orang asing.
Dia hanya berpikir untuk menyelamatkannya akan lebih merepotkan daripada harganya.

Sungguh, ini jauh berbeda dengan Hajime lama. Meskipun dia tidak mampu sedikit
pun, Hajime lama masih mencoba menyelamatkannya.

Situasinya berbeda dengan saat ia menyelamatkan Yue. Dia sama sekali tidak
bersimpati dengan gadis kelinci ini, dan karena dia tidak melihat ada untungnya untuk
menyelamatkannya, dia tidak merasakan keinginan untuk itu. Jika dia membantu semua
orang yang memohon, dia akan menjadi tua dan keriput sebelum dia bisa fokus pada
tujuannya sendiri. Lagi pula, dunia ini tidak lebih dari sekadar penjara bagi Hajime. Dengan
beberapa pengecualian, dia tidak tertarik untuk membantu penduduk dunia ini.

Namun, saat itulah gadis kelinci itu melihat Yue dan Hajime. Dia dihempaskan oleh
T. rex berkepala dua dan menabrak batu di dekatnya, tapi dia pulih dengan cepat dan
bergegas ke belakangnya, menatap Hajime selama ini.

T. rex membawa cakarnya lagi, kali ini menghempaskan seluruh bebatuan itu
bersamanya. Dia jatuh mundur, menggunakan momentum itu untuk berlari secepat
mungkin... Tepat menuju Hajime dan Yue.

Masih ada sedikit jarak di antara keduanya, tapi gema goresan ngarai itu
membiarkan ucapan gadis kelinci itu sampai padanya.

"Akhirnya! Akhirnya aku menemukanmuuuuuuuu! Torong seramatkan akuuu! Eek, ia


akan membunuhku! Aku akan mati! Slamatkan aku! Kumohon!" Air mata mengalir di
wajahnya saat ia berlari dengan sekuat tenaga. T. rex berkepala dua mengejar dia, berniat
melahap mangsanya. Pada saat hampir terjadi, dia ditakdirkan menjadi makanan
dinosaurus sebelum dia sampai pada Hajime dan Yue.

Setelah memohon dengan sungguh-sungguh, Hajime...

"...Dia 'akhirnya' menemukan kita? Itu adalah pilihan kata yang aneh. Lalu, dia
punya rentetan monster yang mengejarnya. Sepertinya dia tidak terlibat."

"...Ya. Sepertinya menjengkelkan."

...masih tidak berniat membantunya. Bahkan tangisnya yang tulus pun tak bisa
memanggilnya. Sebenarnya, mereka hanya memperburuk keadaan.

Ketika dia melihat mereka berpaling darinya, gadis kelinci itu menyadari bahwa
mereka tidak berniat membantu, jadi semakin banyak air mata mengalir di pipinya.
Sungguh menakjubkan bagaimana matanya sepertinya tidak kehabisan cairan untuk
dituang.

"Tungguuuuuu! Torong jangan tinggalkan aku! Kumohooooooooon!" Teriaknya, kali ini


lebih keras lagi. Jika Hajime tidak melakukan apa-apa, dia benar-benar akan dimakan. Atau
dia akan melakukannya, jika bukan karena fakta bahwa ia juga memamerkan taringnya pada
Hajime. Begitu T. rex melihat keberadaan Hajime, ia menenangkan tatapan laparnya dan
meraung dengan marah.
"Graaaaaaaaaaah!" Hajime tidak akan membiarkan lewat.

"Apa itu tadi?" Monster itu telah mengancam hidupnya. Ia ingin memakannya.
Tubuh Hajime bereaksi terhadap haus darahnya secara naluriah. Musuh ini menghalangi
jalanmu! Dan musuh yang menghalangimu harus dibunuh! Itulah satu-satunya kata yang
dipikirkannya.

Saat terus memburu gadis kelinci itu, T. rex membuka salah satu rahangnya lebar-
lebar. Keputusasaan memenuhi matanya saat dia berbalik dan melihat deretan gigi yang
tak terhitung jumlahnya menimpanya.

"Ah, jadi di sinilah semuanya berakhir..."

Tapi sesaat sebelum dia menjadi makanan dinosaur— Bang! Suara yang sangat asing
baginya bergema di seluruh ngarai. Sebuah garis merah melintas tepat di antara kedua
telinganya yang berkedut. Peluru yang melaju kencang terbang tepat ke perut terbuka T.
rex dan tanpa ampun menumbuk tengkoraknya saat melewati ujung salah satu kepalanya.

Tengkorak yang hancur itu merosot ke lantai, meluncur sebentar sebelum berhenti.
Karena tidak mampu mempertahankan keseimbangannya, T. rex terjatuh ke tanah dengan
bunyi gedebuk hebat.

Gelombang kejut dari dampak yang dikirim gadis kelinci muncul lagi... Langsung
menuju Hajime.

"Kyaaaaaaaa! B-Bantu akuuu!" Dia mengulurkan tangannya pada Hajime saat dia
meluncur ke arahnya. Wajahnya berantakan, dan potongan rambutnya terbuka tanpa malu-
malu untuk dilihat semua orang. Tapi saat itu juga, ada pria normal yang tidak ragu untuk
menyelamatkannya.

"Tidak, menjauhlah dariku!" Namun, pahlawan kami yang terhormat hanya


memundurkan Steiff untuk menghindari bertabrakan dengan gadis kelinci itu.

"Eeeeeeh!?" Masih terheran-heran, dia terjatuh ke tanah beberapa inci di depan


Hajime dengan suara gedebuk yang memuakkan. Dia berbaring telentang di tanah,
tubuhnya sesekali berkedut. Ternyata dia masih sadar, tapi tidak bisa bergerak karena
rasa sakit.

"...Sungguh menyedihkan kelinci itu." Yue mengatakan kata-kata kasar itu dengan
biasa saja, kepalanya mengintip dari balik bahu Hajime untuk melihat. Sementara itu, T.
rex berkepala dua berhasil merobek kepala yang sudah lenyap, sehingga hanya dengan T.
rex normal dengan leher ekstra mencuat pada sudut yang aneh.

Dengan keseimbangan yang dipulihkan, T. rex berkepala satu itu mengaum dengan
ganas. Deru itu cukup mengejutkan gadis kelinci itu. Dia tiba-tiba tangguh. Wajahnya
masih topeng air mata, dia bergerak dengan sangat cepat dan bersembunyi di belakang
Hajime.

Sepertinya dia bertekad untuk mengandalkannya sampai akhir. Sementara itu


masuk akal, karena dia pasti mati sendiri dan Hajime telah benar-benar berurusan dengan
kepala satunya meskipun dia tidak tahu bagaimana... keyakinannya yang kuat padanya masih
terasa sedikit tidak alami.

Bukan saja ini pertemuan pertama mereka, Hajime adalah seorang manusia, anggota
sebuah ras yang membenci orang-orangnya. Biasanya seseorang dalam situasinya baru saja
menggunakan Hajime sebagai umpan dan lari. Alasannya bukan karena dia sepertinya punya
alasan yang tidak diketahui untuk mempercayainya. Hajime tiba-tiba teringat kata-kata
yang dia katakan saat pertama kali melihatnya. Bahwa dia "menemukan" dirinya. Dia
sungguh merasa aneh. Tapi cara dia terus berpegangan padanya mulai mengganggu dia,
jadi alih-alih pertanyaan, apa yang keluar dari mulutnya adalah penghinaan.

"Hei kau. Dasar gadis kelinci keparat. Aku tidak pernah bilang bahwa kau bisa
menggunakanku sebagai perisai. Ayolah, bukankah kau setidaknya berani mencoba bunuh
diri sebelum memaksa masalahmu pada orang lain?" Kata Hajime, jelas kesal dengan gadis
kelinci yang menempel di mantelnya untuk hidup yang indah. Dia benar-benar tidak
melunakkan kata-katanya. Di belakangnya , tangan Yue ditekan menempel di pipi gadis
kelinci itu saat dia mencoba mengusir gadis itu darinya.

"Aku tidak punya keberanian begitu. Dan selain itu, jika aku melepaskannya, kau
hanya akan mencoba untuk meninggalkanku lagi, bukan?"

"Jelas. Aku tidak punya alasan untuk menyelamatkan gadis kelinci yang
menyebalkan yang bahkan tidak kukenal."

"P-Penolakan instan!? Bagaimana kau bisa mengatakan itu...? Apakah tidak ada
secuil kebaikan yang tertinggal di hatimu? Kau tidak akan benar-benar meninggalkan gadis
cantik polos sepertiku untuk mati, bukan?"

"Aku meninggalkan kemanusiaanku di neraka. Dan orang macam apa yang menyebut
dirinya cantik?"

"La-Lalu kalau kau menyelamatkanku... A-Aku akan melakukan satu hal a-a-apa pun
yang kau minta!" Dia tersipu saat dia mengatakan itu. Semuanya sangat, sangat cerdik
dimainkan. Seandainya gambaran itu tidak hancur oleh air mata dan ingus yang mengalir di
wajahnya, itu benar-benar akan sempurna. Dia juga tidak berbohong saat dia juga
menyebut cantik. Di balik semua kotoran dan air mata, orang bisa bilang bahwa dia sangat
cantik. Setiap pria normal pasti akan jatuh hati padanya meskipun mereka tahu itu tipuan.
Sial baginya, Hajime tidak normal.

"Tidak, terima kasih, tidak perlu. Dan menyingkirlah wajah kotormu dariku; kau
membuat kemejaku kotor." Kekejamannya tidak mengenal batas. Sudah cukup untuk
membuat seseorang ragu bahwa dia memiliki belas kasihan manusia yang tersisa sama
sekali.

"K-Kotor... kau tidak perlu mengatakannya begitu... aku tidak percaya kau! Aku
tidak—"

"Graagaaaaaah!"

"Eek. T-Torong sera—"


Marah saat diabaikan, T. rex mengeluarkan raungan yang hebat, mengganggu
protes gadis kelinci itu. Kemudian membungkuk rendah, bersiap untuk menyerang.

Gadis kelinci itu menjerit histeris dan mencoba menyatukan dirinya di antara
Hajime dan Yue. Karena sangat terganggu oleh hal itu, Yue mencoba menendang gadis
kelinci itu dari Steiff, tapi setelah wajahnya ditutupi cetakan sepatu, dia menolak untuk
melepaskannya. Kegigihannya benar-benar patut dipuji.

T. rex makin marah saat mereka terus mengabaikannya, sampai akhirnya, tidak
tahan lagi, ia menyerang maju.

Hajime mengangkat lengannya secara refleks dan membidik kening T. rex. Sebuah
tembakan diikuti tidak sampai sedetik kemudian, dan seberkas cahaya merah menyala saat
peluru itu menembus tengkorak T. rex.

Serangannya tiba-tiba dipotong pendek, dan jatuh pada sisinya dengan sebuah
kecelakaan yang menggelegar.

"Eh?" Gadis kelinci itu tanpa sadar mengeluarkan napas tersengal. Dia mengintip
dari balik punggung Hajime untuk memastikan T. rex itu sudah tewas.

"I-Ia benar-benar mati... kau membunuh Dihedwa dalam satu tembakan..." Matanya
bulat seperti piring makan. Ternyata T. rex kepala dua itu bernama Dihedwa.

Bahkan saat dia melihat mayat Dihedwa karena terkejut, Yue terus mencoba
mengusirnya tanpa henti. Namun, cengkeramannya terhadap Hajime tidak akan bergeming.
Bosan telinganya mendera setiap detik, Hajime membawa siku ke bagian belakang
kepalanya.

"Hawugh!?" Dia menjerit tak jelas dan mulai menggeliat di tanah sambil merintih,
"Kepalaku. kepalakuuuu." Hajime memberinya satu tatapan dingin terakhir sebelum
menuangkan sesuatu ke Steiff dengan cuek.

Dia pasti merasakan aliran mana karena gadis kelinci itu langsung bangkit kembali
dan berlari pada Hajime sebelum dia bisa pergi.

"Kau tidak bisa lolos dariku!" Bagi seorang gadis kelinci, dia sangat kuat.

"Terima kasih banyak telah menyelamatkanku lebih awal! Namaku Shea. Aku
anggota suku manusia kelinci, Haulia! Aku tahu ini egois, tapi bisakah kau menyelamatkan
keluargaku juga!? Kumohon, aku mohon padamu!" Dan cukup memaksa juga.

Hajime menatap gadis kelinci yang putus asa itu sekilas, lalu menghela napas berat.
Tentu saja hal pertama yang dia hadapi setelah melarikan diri dari neraka adalah gangguan
ini.

Melihat ekspresi jengkelnya, gadis kelinci itu, Shea, berulang kali mengulangi
permohonannya bahkan lebih keras lagi.

"Tolong, kau harus! Kumohon, kau harus menyelamatkan keluargaku!" Pada akhirnya
dia berteriak segera. Tampaknya keluarganya juga mengalami kesulitan. Akhirnya Hajime
menyadari mengapa dia begitu gigih. Permohonannya sangat tulus sehingga Yue pun
berhenti mencoba menendangnya sebentar.

Ketika dia melihat betapa putus asanya dia, Hajime mengangkat bahunya dengan
enggan. Berpikir bahwa dia akhirnya setuju, Shea menarik napas lega. Pada kenyataannya...
Hajime hanya mengaktifkan Lightning Field-nya.

"Abababababababaa!?" Dia telah mengendalikan voltase sehingga takkan


membunuhnya, tapi setidaknya akan membuatnya lumpuh untuk sementara. Kejutan itu
membuat telinga dan bulu kelincinya berdiri tegak, seperti karakter kartun. Setelah
melepaskan mantra, Shea terjatuh ke tanah, berkedut terus.

"Kau tak pernah tahu. Keluarkan semuanya, dan mungkin kau bisa
menyelamatkannya sendiri. Semoga berhasil, kurasa. Baiklah, Yue, ayo kita pergi."

"Baik..." Dia meninggalkan beberapa kata dorongan generik, jika itu bisa disebut
begitu, dan mulai menuangkan mana ke Steiff sekali lagi. Tapi...

"A-Aku tidak akan pernah membiarkanmu lolos!" Seperti zombie, Shea menyeret
dirinya ke kaki Hajime dan berpegangan erat padanya. Terkejut, Hajime secara tidak
sengaja berhenti mengirim mana ke Steiff.

"Apa kau ini, semacam zombie? Aku membuat kejutan listrik itu cukup kuat... jadi
bagaimana kau masih bisa bergerak? Kau sungguh mulai menggangguku."

"...Ya. Dia menyeramkan."

"Hiks... kenapa kalian berdua jahat sekali... Pertama kalian menyikuku, lalu kalian
menendangku, dan sekarang kalian kejut listrik diriku! Tidakkah kalian pikir kalian agak
kejam!? Aku menentang kekerasan! Kalau kalian menginginkan pengampunanku, maka tolong
selamatkan keluargaku!" Bahkan dalam kemarahannya dia tidak lupa untuk mengajukan
permintaannya sekali lagi. Benar-benar agak menakutkan bagaimana dia tampak sama
sekali tidak terluka. Kata "keras" tidak lagi melakukan keadilan tubuhnya yang tidak
normal. Itu juga bukan hal aneh di dalam dirinya: dia juga terus bergumam hal-hal aneh
seperti "Kalau kau mengacau di sini, masa depan akan berubah," untuk dirinya sendiri.

Hajime telah mempertimbangkan untuk menyalakan Steiff dan menggoncangnya,


tapi tubuhnya yang tidak masuk akal dan omelan ramalannya akhirnya sedikit memicu rasa
penasarannya. Lagi pula, dia merasa tenggelam meskipun dia mencoba mengusirnya,
bagaimana pun dia tetap berpegangan padanya... dan dia pun tidak begitu tak berperasaan
sehingga dia menyeretnya sampai mengerikan.

Jadi akhirnya dia memutuskan untuk mendengarkannya dengan enggan.

"Baik, baik, apa itu? Setidaknya aku akan mendengarmu, jadi biar aku pergi. Dan
berhenti menyeka wajahmu dengan mantelku." Shea tersenyum lebar saat ucapan itu
meninggalkan mulutnya, dan diam-diam dia menyeka wajahnya dengan mantel Hajime. Dia
sungguh tidak menahan diri. Hajime menyikut lagi agar membuatnya berhenti,
memunculkan jeritan aneh lain darinya.
"Hagyuun! K-Kau memukulku lagi... Bahkan ayahku tak pernah memukulku. Aku tidak
percaya kau akan terus memukul seorang gadis cantik berulang-ulang... Jangan bilang kau
lebih suka pria? Itukah sebabnya sindiran femininku tidak bekerja padamu sebelumnya?
Itu sudah—" Hajime membawa sepatu botnya ke kepala Shea sebelum dia bisa
memfitnahnya lebih jauh. Urat menonjol di keningnya.

"Siapa yang kau panggil gay, kelinci sialan! Dan bagaimana kau tahu kata-kata ini!?
Kau dan Yue, siapa yang mengajari kalian hal-hal ini? Bagaimana pun, aku tidak tahu apakah
tipu muslihat femininmu seharusnya merupakan upaya rayuan atau lelucon sih, tapi satu-
satunya alasan mengapa tidak bekerja adalah karena aku sudah memiliki seorang gadis
yang jauh lebih cantik daripada kau di sisiku. Sejujurnya aku tidak mengerti apa yang
membuatmu bisa mengalahkannya." Hajime berbalik untuk melihat Yue saat dia
mengatakan semua itu pada gadis kelinci itu. Dia merah padam, tangannya menangkup
pipinya saat dia menggeliat malu-malu.

Rambut pirang-emasnya yang berkilauan di bawah sinar matahari, dan kulit


porselennya yang sedikit memerah cukup sempurna untuk memikat siapa pun yang
melihatnya.

Dia tidak lagi kurus dan lemah karena pemenjaraannya yang panjang, saat dia
pertama kali bertemu dengannya. Selain itu, pakaiannya juga jauh lebih cocok. Dia
mengenakan kemeja putih berenda dan rok mini hitam, juga dengan embel-embel. Meliputi
semuanya adalah mantel putih dengan lapisan biru. Menghiasi kakinya adalah sepatu
pendek dan kaus kaki setinggi lutut. Setiap pakaian adalah Yue yang jahit dengan
menggunakan pakaian lama yang mereka temukan di kamar Oscar yang dipadukan dengan
bahan yang didapat dari monster. Mereka terpesona untuk memberinya stamina tinggi,
dan berfungsi dengan baik sebagai perangkat pertahanan.

Omong-omong, Hajime mengenakan mantel hitam dengan lapisan merah tua, dan
bajunya juga kombinasi warna merah dan hitam. Lengan kirinya dilekatkan ke bahu oleh
sejenis perekat khusus yang dibuatnya dari bagian monster, dan bisa dilepas dengan
mudah. Biasanya dia menyimpannya di Treasure Trove saat bertarung meninggalkan lengan
palsunya agar tidak terbebani. Lengan itu adalah karya Yue.

Shea agak kaget setelah melihat ke arah Yue.

Mereka berdua memang wanita yang sangat cantik, tapi yang mana yang lebih cantik
adalah keputusan subjektif yang lebih sesuai dengan preferensi seseorang daripada apa
pun. Secara obyektif, keduanya setara.

Shea memiliki rambut biru-putih yang panjang, dan mata biru yang berkilauan
seperti safir. Alis dan bulu matanya berwarna biru-putih juga. Mereka melengkapi kulit
pucatnya dengan cukup baik, dan selama dia tetap diam kebanyakan orang akan merasa dia
sangat memikat. Tubuhnya ramping, dan telinga kelinci dan ekornya yang mengkilap hanya
menambah pesona dirinya. Setiap penggemar gadis kelinci akan menangis tersedu-sedu
saat melihatnya.

Yang paling mencolok adalah... satu hal yang tidak dimiliki Yue. Yakni, payudara.
Khususnya milik Shea sangat besar. Potongan kain yang robek lebih banyak menonjolkan
kehadiran mereka daripada menyembunyikannya. Tanpa ada yang menahan mereka, mereka
bergoyang setiap kali dia bergerak. Sangat tidak senonoh. Hanya untuk mengingatkan
semua orang bahwa mereka ada di sana.

Pada dasarnya, dia berhak menyebut dirinya cantik. Hajime adalah orang yang aneh
karena begitu ditolak olehnya. Hajime lama pasti akan melakukan Lupin Dive langsung ke
lembah-lembah lembut miliknya, sambil menjerit "Telinga kelinci!" Namun... Bagaimana pun,
ketidakpeduliannya saat ini telah sedikit benar-benar menyakiti harga diri Shea. Dan
dengan begitu, dia mengatakan satu hal yang benar-benar tabu...

"Y-Ya... Setidaknya aku besar di payudara! Gadis itu sama datarnya dengan papan!"

—Sama datarnya dengan papan.

—Sama datarnya dengan papan.

—Sama datarnya dengan papan.

Teriakan menuduhnya bergema berulang-ulang di seluruh ngarai. Yue tiba-tiba


terdiam, wajahnya yang memerah segera hilang dalam sekejap. Ledakannya
menyembunyikan ekspresinya saat ia turun Steiff secara perlahan.

Hajime menatap langit dan menyatukan kedua tangannya, menawarkan doa kecil
untuk kelinci malang itu. Semoga telinga kelincimu beristirahat dalam damai... Dalam
semua keadilan, Yue tidak sedatar itu, tapi payudaranya pasti berada di sisi kecil. Mereka
tidak seperti tebing belaka yang saat ini mengelilingi pesta.

Shea meringkuk di hadapan Yue seperti tikus di depan seekor kucing. Ucapan Yue
berikutnya hampir tidak berbisik, tapi semua orang mendengarnya dengan sangat jelas.

"Ada kata-kata terakhir?"

"Kalau aku minta maaf, maukah kau memaafkanku?"

"......"

"Maaf, aku tidak ingin mati! Aku sungguh tidak ingin mati!"

"Storm Gust."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!"

Shea tersapu angin puyuh dan terbang tinggi ke langit. Tepat sepuluh detik setelah
teriakannya memudar, dia terjatuh ke tanah dengan gedebuk.

Kepalanya terkubur di tanah, dan anggota badannya bergoyang liar saat ia berusaha
membebaskan diri. Dia mirip karakter kartun tertentu, terlihat seperti itu. Sungguh
memalukan bahwa gadis cantik seperti dirinya membuat dirinya menyedihkan. Pakaiannya
yang compang-camping sudah robek lebih jauh lagi, dan hampir tidak bisa disebut pakaian.
Terbalik seperti dirinya, potongan pribadinya terbuka untuk dilihat semua orang. Bahkan
cinta seratus tahun pun akan pudar jika seseorang melihat orang yang mereka cintai dalam
keadaan seperti itu.
Yue mengusap sekat keringat khayalan dari alisnya, seolah mengucapkan selamat
atas pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik, sebelum kembali ke Steiff dan naik
kembali.

"...Apa kau suka payudara besar?"


Nah, itu pertanyaan yang masuk akal jika Hajime pernah mendengarnya. Dia baru
saja akan menjawab ya, tapi berpikir lebih baik saat melihat gadis kelinci itu masih bisa
menebak kesan terbaiknya akan seekor anjing yang kepalanya tertancap di tanah. Dia
tidak ingin berakhir begitu.

"...Yue, ukuran payudara tidaklah penting. Yang penting pemilik payudaranya."

"......"

Dia memutuskan untuk menghindari pertanyaan itu sepenuhnya, jadi dia


memberikan jawaban yang baik ya atau tidak. Betapa pengecutnya. Yue memejamkan mata
dan merenungkannya sejenak, sebelum akhirnya menerima jawabannya dan menempatkan
dirinya di kursi belakang.

Hajime bisa merasakan keringat dingin mengalir di punggungnya. Dia mencari topik
untuk memecahkan kesunyian yang canggung, tapi tidak ada yang terlintas di dalam benak.
Bahkan MasterCard pun tidak bisa membeli apa yang dibutuhkannya di sini.

Saat dia melihat sekeliling, mencoba menemukan sesuatu untuk dibicarakan, dia
menyadari Shea akhirnya berhasil mengangkat tangannya ke tanah dan sekarang sungguh-
sungguh berusaha melepaskan kepalanya. Untungnya, itu dibuat untuk topik yang hebat.

"Dia masih berjuang... Gadis itu pasti semacam zombie. Tidak peduli seberapa kuat
tubuhmu, tidak ada orang normal yang akan baik-baik saja dengan serangan itu..."

"......Ya."

Meski memang butuh waktu lebih lama dari biasanya untuk membalas, setidaknya
dia masih memberi jawaban. Hajime menarik napas lega saat Shea muncul dari tanah,
wajah dan rambutnya kusut karena kotoran.

"Ugh, itu mengerikan. Adegan ini tidak ada di dalam prediksiku..." Kata Shea dengan
suara sedih sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang berantakan sebelum merangkak
kembali ke tempat Hajime dan Yue tengah menunggu. Dia masih terlihat tidak terluka.

"Ada apa denganmu? Tidak terluka setelah semua itu tidaklah normal... Apa sih
kau?" Melihat bahwa mereka akhirnya siap untuk mendengarkan, Shea menenangkan diri
di bawah tatapan bingung Hajime. Ekspresinya mulai serius saat dia duduk di depan Steiff.
Meskipun agak terlambat bagi siapa pun untuk menganggapnya serius...

"Izinkan aku untuk memperkenalkan diriku kembali. Aku adalah Shea Haulia, putri
kepala suku Haulia. Sebenarnya adalah..."

Intinya, inilah cerita Shea yang memanas. Suku Shea, Haulia, adalah anggota
subspesies manusia kelinci dari manusia binatang. Ada beberapa ratus di antaranya, dan
mereka tinggal di sebuah desa yang tersembunyi jauh di dalam Hutan Haltina.

Meskipun mereka memiliki pendengaran yang sangat baik dan ahli dalam
menyembunyikan diri, statistik mereka jauh lebih rendah daripada kebanyakan manusia
binatang lainnya. Plus, mereka tidak memiliki ciri khusus lainnya untuk dibicarakan. Karena
itu, mereka dianggap lemah oleh banyak orang lain dari jenis mereka. Pada umumnya
mereka adalah jenis, ras cinta damai yang memperlakukan seluruh desa mereka seperti
keluarga dan sangat memperhatikan satu sama lain. Kebanyakan dari mereka juga sangat
cakap, tapi tidak seperti elf yang terkenal dengan kecantikannya, manusia kelinci lebih
dikenal karena keimutannya. Banyak kolektor di Kekaisaran Hoelscher mendambakan
mereka atas sifat itu, jadi mereka adalah target populer bagi pedagang budak.

Di antara manusia kelinci, salah satu suku, Haulia, telah melahirkan seorang gadis
asing. Manusia kelinci umumnya memiliki rambut biru tua, namun gadis ini lahir dengan
rambut biru muda. Lebih jauh lagi, dia adalah anomali di antara manusia binatang, dan mana
berlari melintasi tubuhnya. Yang lebih mengejutkan lagi adalah dia bisa langsung
memanipulasi mana, dan menggunakan sihir khusus seperti kebanyakan monster.

Hal ini, tentu saja, menyebabkan kegemparan besar di dalam desa. Ini tidak pernah
terjadi di dalam keseluruhan sejarah manusia kelinci— tidak, dalam sejarah buruk secara
keseluruhan. Dalam keadaan normal, siapa pun dengan kekuatan yang sama seperti monster
pasti telah dianiaya dan dikucilkan. Tapi gadis ini telah lahir dari satu ras yang menghargai
keluarga di atas segalanya. Sebuah ras yang memperlakukan seluruh desa berjumlah
ratusan sebagai satu keluarga besar. Karena itulah, pikiran untuk meninggalkannya tidak
pernah terlintas di benak Haulia.

Namun, hutan itu adalah rumah bagi negaranya sendiri, Verbergen, yang terletak
jauh di dalam lautan pepohonan. Jika salah satu penguasa mereka mengetahui keberadaan
gadis itu, dia pasti akan dieksekusi. Kekerasan semacam itu menunjukkan seberapa buruk
manusia binatang membenci monster.

Jadi, Haulia memutuskan untuk membesarkan gadis itu secara rahasia. Enam belas
tahun berlalu. Namun, beberapa hari yang lalu, seseorang dari luar mengetahui keberadaan
gadis itu. Untuk menghindari ganti rugi Verbergen, seluruh desa memutuskan untuk
melarikan diri dari hutan.

Tanpa menetapkan tujuan, mereka memutuskan untuk pertama-tama menuju


pegunungan di utara. Alasan mereka adalah karena mereka bisa hidup dari tanah di sana.
Pegunungan itu keras, tapi masih lebih baik daripada dijual sebagai budak di Kekaisaran
Hoelscher atau dieksekusi oleh Verbergen.

Namun, mereka takut kekaisaran menghancurkan semua rencana mereka. Dengan


pukulan sial yang ekstrem, mereka bertemu dengan tentara kekaisaran tepat di luar hutan.
Tidak mungkin untuk mengetahui apakah mereka berpatroli, atau hanya dalam latihan
rutin, tapi jika menghadapi tentara berukuran batalion, mereka tidak punya pilihan selain
melarikan diri ke selatan.

Para pria tetap tinggal untuk memberi wanita dan anak-anak lebih banyak waktu
untuk melarikan diri, tapi manusia kelinci yang lembut itu tidak dapat bertahan dari
pertempuran keras dengan tentara Kekaisaran Hoelscher, dan dalam waktu singkat,
separuh dari mereka telah ditangkap.

Sebagai ukuran parit terakhir, kelompok tersebut berlari ke arah Reisen Gorge
untuk menghindari penghancuran total. Mereka berharap ketidakmampuan menggunakan
sihir di sekitarnya akan memberi para tentara jeda, dan kehati-hatian mereka akan
menolak keinginan mereka untuk menangkap lebih banyak budak. Itu adalah judi yang
lengkap. Tidak ada yang tahu apakah para tentara akan mencapainya sebelum manusia
kelinci yang tersisa dimakan oleh monster liar.

Namun, bertentangan dengan semua harapan, pasukan kekaisaran terus mengejar.


Di ujung timur dan barat ngarai ada tangga yang dipotong langsung ke tebing, membiarkan
seseorang turun dengan selamat. Sebagian besar pasukan kembali, tapi mereka
meninggalkan sebuah batalion untuk menjaga tangga. Begitu manusia kelinci diserang oleh
monster, mereka tidak punya pilihan selain berlari kembali ke tangan tentara yang tengah
menunggu.

Seperti yang diharapkan, monster akhirnya datang menyerang manusia kelinci.


Memutuskan mereka lebih suka menyerah ke Kekaisaran Hoelscher daripada dimakan,
Haulia siap untuk berlari kembali meski itu berarti perbudakan. Namun, monster tidak
mengizinkan kemewahan semacam itu, dan malah mengejar mereka lebih dalam ke jurang.
Jadi, manusia kelinci itu terjebak di dalam jurang, dipaksa untuk terus berlari untuk
bertahan hidup.

"...Sebelum kami mengetahuinya, kelompok kami yang berjumlah enam puluh telah
dipangkas menjadi empat puluh. Kalau begini terus kita semua akan terbunuh. Tolong,
tolong kau harus menyelamatkan kami! Kumohon!" Kesedihan di wajah Shea tidak seperti
ekspresi komedi yang dimilikinya sebelumnya saat dia menangis.

Begitu dia menyelesaikan ceritanya, Hajime mengangguk.

"Aku mengerti." Pernyataan sederhana dan singkat itu yang dia katakan sebagai
tanggapan. Seperti Yue dan Hajime, Shea adalah salah satu dari ketidaksempurnaan dunia
ini. Alasan dia sangat tangguh adalah karena kemungkinan besar dia memperkuat tubuhnya
dengan manipulasi mana secara tidak sadar. Mungkin itu adalah bentuk atavisme seperti
kemampuan Yue.

Puas bahwa misteri itu sekarang telah usai, Hajime menatap Shea dengan saksama,
dan setelah mempertimbangkan dengan saksama, dia menjawab.

"Tidak." Waktu itu sendiri terhenti. Atau paling tidak, seperti itulah rasanya.

Mulut Shea terbuka dan tertutup tanpa kata, pikirannya tidak mampu memahami
apa yang baru saja keluar dari mulut Hajime. Baru pada saat Hajime mulai bersiap-siap
untuk menyalakan Steiff lagi, akhirnya dia kembali sadar dan mulai memprotes.

"T-T-Tunggu sebentar! Kenapa!? Bukankah seharusnya reaksi normal dengan


senyum meyakinkan dan berkata 'Oh, dasar malang, jangan khawatir. Aku akan
menyelamatkan sukumu!' atau begitu!? Bahkan aku mulai muak dengan ini! Monster tanpa
hati macam apa yang meninggalkan gadis cantik sendirian di jurang yang berbahaya ini!?
Hei, berhenti mengabaikanku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi tidak peduli seberapa
keras kau mencoba!" Hajime mengabaikan keluhan Shea dan mencoba untuk menyalakan
Steiff lagi, tapi dihentikan saat gadis kelinci itu melemparkan dirinya ke arahnya sekali
lagi. Kelinci serius itu telah duduk di sana beberapa saat yang lalu lenyap, dan yang tidak
berguna kembali menggantikan tempatnya.
Tidak peduli seberapa keras dia mencoba, Hajime tidak bisa melepaskan kakinya,
jadi akhirnya dia mendesah putus asa dan melotot pada kelinci itu.

"Jadi, apa yang kudapat dari keluargamu?"

"K-K-Kau ingin imbalan?"

"Kau telah diasingkan dari kerajaan lamamu, melarikan diri dari Kekaisaran
Hoelscher, dan dianggap sebagai elemen berbahaya oleh setiap anggota spesies lainnya.
Sejauh ini, sepertinya semua yang bisa kulakukan untuk menyelamatkanmu adalah
tumpukan masalah. Lagi pula, meski aku bisa mengeluarkanmu dari ngarai ini, kemana kau
akan pergi? Dari suaranya, kau pasti akan tertangkap. Jadi apakah kau meminta bantuanku
untuk itu juga? Lindungi kalian dari Kekaisaran Hoelscher sampai kaliam berhasil ke
pegunungan?"

"Umm, A-Aku... T-Tapi!"

"Kita juga memiliki tujuan kita sendiri, tahu? Membawa seseorang yang merepotkan
seperti kalian akan membuat pekerjaan kita lebih sulit."

"Tapi... Tapi aku melihatmu melindungi kita!"

"...Kau pernah menyebutkan hal seperti itu sebelumnya juga. Apa maksudmu, kau
dengar? Apakah ada kaitannya dengan sihir khususmu?"

"Ini bukan masa depan yang kulihat!" Kata Shea meratap sedih pada berapa keras
kepalanya Hajime. Hajime menduga ucapannya yang aneh itu ada kaitannya dengan
mengapa dia bertindak independen dari sukunya.

Dia benar-benar tidak ingin tahu apa itu, tapi sejak dia mendengarnya sejauh ini,
dia pikir mungkin dia juga bertanya. Shea tercengang oleh pertanyaan Hajime sejenak,
sebelum menyadari ini mungkin kesempatan terakhirnya untuk meyakinkannya. Dengan
giat, dia mulai menjelaskan.

"Huh? Oh, eh, ya! Sihir khususku bernama Future Sight, dan ini memungkinkan aku
melihat kemungkinan masa depan. Seperti, kalau aku memilih x, y akan terjadi... Ini juga
aktif dengan sendirinya saat aku dalam bahaya. Padahal, masa depan yang kulihat tidak
mutlak... Tetap saja, aku berjanji akan berguna! Kau akan melihat bahaya datang berkat
Future Sight-ku... Dulu aku menggunakannya juga! Ini menunjukkan padaku penglihatan
kalian menyelamatkan aku! Aku sangat senang masa depan yang kulihat untuk bertemu
dengan kalian berdua benar-benar menjadi kenyataan!"

Seperti yang telah dia jelaskan, Future Sight milik Shea adalah kemampuan sihir
khusus yang memungkinkannya melihat hasil masa depan apa yang akan dihasilkan dari
pilihan tertentu. Namun, ini mengkonsumsi banyak mana, cukup untuk membuatnya
kelelahan setelah digunakan. Ini juga diaktifkan secara otomatis setiap kali Shea berada
dalam bahaya. Entah benar atau tidaknya bahaya ini merupakan ancaman langsung baginya,
atau sesuatu yang secara tidak langsung akan menyakitinya tidaklah masalah. Ini
mengambil banyak mana juga, tapi tidak sebanyak mengaktifkannya secara sukarela.
Secara khusus, ini hanya mengambil sebanyak sepertiga.
Dari suara itu, Shea telah melihat masa depan dimana Hajime melindungi dia dan
keluarganya. Karena itulah dia berangkat untuk menemukannya.

"Kalau kau memiliki kemampuan seperti itu, bagaimana orang-orang Verbergen


menemukanmu? Tidakkah seharusnya kau bisa menghindarinya karena kau bisa melihat
masa depan?" Senyum Shea memberi Hajime senyum yang tidak bisa dia baca. Dia tidak
tahu apakah itu mencela diri sendiri, sedih, atau hanya dia yang berusaha bersikap keras.
Mungkin ketiganya. Bahkan suaranya pun tak bisa ditebak.

"...Masa depan adalah sesuatu yang selalu memiliki kekuatan untuk berubah.
Setidaknya, itulah yang kupercaya. Tapi ada beberapa hal yang tidak bisa kau ubah tidak
peduli seberapa keras kau mencoba... aku menyadari itu lagi setiap kali aku gagal mengubah
sesuatu. Aku tidak bisa mengubah masa depan yang sebenarnya kuinginkan. Mungkin kalau
aku baru saja mencoba sedikit lebih keras, bisa saja aku..."

"Kau..." Hajime tidak bisa membayangkan apa rasanya ingin mengetahui masa depan.
Jika itu adalah masa depan yang diinginkan, tentu saja mereka akan menghitung
mundurnya hari sampai tiba dengan senang hati. Tapi bagaimana jika masa depan yang
dilihat penuh dengan tragedi? Mungkinkah mereka benar-benar hanya duduk di sana dan
menerimanya sebagai tak terelakkan? Dia tidak bisa mengatakannya lebih awal karena
kepribadiannya yang sangat menyebalkan, tapi mungkin Shea telah berkali-kali
menentangnya. Dan sampai sekarang, pasti ada banyak sekali penglihatan lain yang tidak
bisa dicegahnya. Itulah beban gadis kelinci ini.

Bahkan saat ini pun, keluarga berharganya ditangkap dan dibunuh di depan matanya
karena dia tidak dapat melakukan apa pun tentang masa depan yang dia lihat. Itu
menjelaskan mengapa dia berusaha keras untuk meminta pertolongan mereka, tidak peduli
berapa banyak mereka menyiksanya. Dia berusaha mencapainya "sedikit lebih keras" yang
tidak bisa dia lakukan sebelumnya.

Shea Haulia benar-benar bertaruh nasib seluruh sukunya agar bisa meminta
bantuan Hajime. Untuk pertama kalinya, ekspresi Hajime mendung. Dia pasti bisa mengerti
perasaan seseorang yang merangkak maju mati-matian demi masa depan yang mereka
inginkan, mencoba bertahan dari satu-satunya cara mereka. Namun, ketika memikirkan
tujuannya sendiri, ia mulai merasa sedikit berkonflik. Itulah berapa banyak Hajime telah
berubah.

Akhirnya, dia memutuskan bahwa betapa pun kerasnya dia memohon, dia hanya
meninggalkannya secara paksa... Tapi sebelum dia bisa menyalakan Steiff, Shea mendapati
dirinya sebagai sekutu yang tak terduga.

"...Hajime, ayo bantu dia."

"Yue?"

"Oh! Aku tahu kau adalah orang baik saat pertama kali melihatmu! Aku minta maaf
karena memanggilmu datar saat awal!"

Mata Shea berkilauan penuh semangat, sementara Hajime dipenuhi perasaan


bingung, karena mereka berdua menatap Yue. Tapi sebelum hal lain bisa terjadi, komentar
Shea yang tidak perlu membuatnya mendapat tamparan dari Yue. Suasana yang serius di
awal sebelumnya telah lenyap. Itu wajar saja. Putus asa sedetik dan melompat gembira
saat berikutnya adalah bagaimana Shea berada.

Yue berpaling dari Shea, yang mengusap pipinya yang kesakitan, dan menjelaskan
alasannya pada Hajime.

"...Dia bisa membimbing kita melewati lautan pepohonan."

"Aaah, kau mengerti juga." Ada kabut tebal yang melanda Hutan Haltina, dan hanya
para manusia binatang yang bisa menavigasi jalan mereka dengan benar melewatinya.
Memiliki panduan gadis kelinci pasti akan sangat membantu. Mereka memang memiliki
rencana darurat untuk menavigasi hutan itu sendiri, tapi cukup kasar dan tidak ada
jaminan bahwa itu akan berhasil. Kasus terburuk, mereka bisa saja menangkap seorang
manusia binatang dan meminta mereka untuk menjadi pemandu mereka, tapi memiliki
seseorang yang membimbing mereka dengan senang hati akan lebih mudah pada hati nurani
mereka.

Mengingat betapa merepotkan permintaan Shea, Hajime masih ragu untuk


mengatakan ya. Tapi kata-kata berikutnya Yue melenyapkan semua keraguannya.

"...Jangan khawatir. Bersama-sama kita lebih kuat dari siapa pun." Itu adalah kata-
kata yang sama seperti yang dia katakan di kamar Orcus. Mereka tidak menahan apa pun
yang melawan mereka, bahkan seandainya itu adalah seluruh dunia. Selama mereka saling
berpelukan, mereka akan lebih kuat dari siapa pun. Hajime tersenyum masam; Dia tidak
pernah berpikir kata-katanya sendiri dilemparkan kembali padanya dengan cara begitu.

Memiliki bantuan manusia kelinci pasti akan membuat navigasi hutan jauh lebih
mudah. Tentu saja, itu datang dengan peringatan bahwa mereka akan terlibat dengan
Kekaisaran Hoelscher dan perang kecil manusia kelinci. Hajime tidak sengaja masuk ke
dalam masalah, tapi menghindari pilihan yang paling sederhana karena hal itu terjadi
dengan hambatan melawan kepercayaan pribadinya. Musuh yang menghalangi jalannya
harus dibunuh.

"Kau benar. Kau benar sekali, Yue. Kita akan menggunakan semua yang kita bisa.
Dan bunuh semua orang yang menghalangi kita. Itu saja."

"Ya." Yue membalas dengan tanda khasnya saat Hajime menepuk-nepuk kepalanya
dengan lembut.

"Apa mereka lupa aku masih di sini?" Shea bergumam pada dirinya sendiri saat
melihat keduanya saling menggoda. Akhirnya, Hajime berbalik untuk melihat Shea.

"Bergembiralah, kelinci bodoh. Kami mempekerjakan kau sebagai pemandu hutan


kami. Sebagai gantinya, kami akan menjamin keamanan keluargamu. Lebih baik kau tidak
mengeluh." Dia menyetujui permintaannya, tapi cara dia mengungkapkannya membuatnya
terdengar seperti bos mafia. Meski, mungkin cocok karena Shea baru saja menjalin kerja
sama dengan iblis yang mengalahkan gerombolan monster tanpa mengedipkan mata.
Baginya, dia sangat gembira karena dia berhasil mewujudkan masa depan yang
diinginkannya dengan aman.
"T-tentu saja tidak! Terima kasih banyak! Hiks, sungguh, thrima kasih bhanyak!!"
Kali ini dia menangis karena kebahagiaan. Tapi demi rekan-rekannya, dia tidak bisa
merayakannya terlalu lama. Dia cepat kembali tenang dan berdiri.

"U-Umm, sungguh, terima kasih banyak telah setuju untuk membantu! B-Boleh aku
bertanya siapa nama kalian..."

"Huh? Oh, kukira kita belum memperkenalkan diri kita, benar...? Aku Hajime,
Nagumo Hajime."

"...Yue."

"Jadi Hajime-san dan Yue-chan."

Shea mengulanginya beberapa saat untuk memastikan dia tidak lupa. Namun,
sepertinya Yue tidak puas dengan cara dia dipanggil.

"...Panggil aku Yue-san, kelinci bodoh."

"Fweh?" Sangat jarang Yue menyuruh orang lain, dan Shea jelas juga tidak
menunggunya. Tampaknya Shea mengira Yue lebih muda darinya, karena itulah dia
memanggilnya Yue-chan. Tapi begitu Yue menjelaskan bahwa dia adalah seorang putri
vampir kuno, Shea berlutut dan mulai memohon pengampunan. Ternyata Shea berhasil
mengatasi sisi buruk Yue. Meskipun Hajime sungguh tidak bisa tahu mengapa Yue menahan
kebencian seperti itu terhadap Shea... Hanya karena dia selalu menatap kebencian pada
bagian tertentu tubuh Shea bukan berarti itu pasti menjadi alasannya!

"Hei, berdiri, kelinci bodoh." Pada akhirnya, Hajime memutuskan untuk


mengabaikan kebencian tak berdasar Yue sepenuhnya. Shea memandang Hajime dengan
tatapan kosong. Itu tidak mengejutkan. Sepeda motor tidak ada di dunia ini. Yang bisa
diketahui Shea hanyalah bahwa ini semacam kendaraan. Dengan hati-hati, dia menaiki
dirinya ke motor di belakang Yue.

Kursi belakangnya terbuat dari kulit monster, dan karena ukuran Yue sedikit lebih
dari cukup untuk Shea. Shea memeluk Yue, terkejut melihat betapa lembutnya kursi di
bawahnya. Saat dia melakukannya, dua senjata mematikannya menempel di punggung Yue.

Yue melompat sedikit saat gundukan lunak Shea bersentuhan dengan punggungnya,
dan tiba-tiba dia berdiri dan merangkak melewati Hajime sehingga dia duduk di depan.
Dia cukup kecil sehingga Hajime tidak memiliki masalah untuk mengatasinya. Sepertinya
payudara Shea menekannya membuat Yue tidak nyaman. Dengan cemberut dia bersandar
pada Hajime, dan yang bisa dia lakukan hanyalah tersenyum dengan canggung.

"Huh? Ada apa?" Tanya Shea, jelas bingung. Tapi kemudian dia mendekat ke depan
dengan riang dan memeluk pinggang Hajime sebagai gantinya. Tidak seperti Yue, Hajime
bahkan tidak memperhatikan dan menyalakan Steiff dengan biasa saja. Dia jelas-jelas
tidak memperhatikan payudara Shea yang menekannya. Itu adalah fakta yang tak
terbantahkan.

Tanpa menyadari gejolak di hati mereka, Shea mengintip dari balik bahu Hajime
dengan curiga dan mengajukan sebuah pertanyaan.
"U-Umm... aku sangat senang kau membantu sampai aku lupa bertanya, tapi... apa
ini? Apakah ini semacam kereta? Lalu, Hajime-san dan Yue-san, kalian berdua
menggunakan sihir di sana, bukan? Kupikir kau tidak bisa menggunakan sihir di dalam
ngarai..."

"Aku akan menjawabnya saat dalam perjalanan."

Itu semua kata Hajime sebelum menjalankan pedal gas Steiff, mengirim mereka
melaju di ngarai. Shea menjerit ketakutan saat melihat sepeda motor itu menerobos
medan yang kasar dengan mudah. Dinding ngarai melesat saat mereka berlari melewati
jurang.

Shea memejamkan mata dengan erat untuk pengalaman pertama perjalanannya,


tapi ketakutannya perlahan mulai menjadi kegembiraan saat ia terbiasa dengan kecepatan
Steiff. Setiap kali Hajime membelok di sebuah tikungan atau mengelak dari sebuah batu
besar, dia menjerit gembira, karena akhirnya dia berhasil mengumpulkan keberanian untuk
membuka matanya dan sebagainya.

Di dalam perjalanan, Hajime menjelaskan dengan singkat apa itu Steiff, bagaimana
Yue bisa menggunakan sihir di dalam jurang, dan senjatanya adalah sesuatu yang mirip
dengan artefak. Pada saat dia menyelesaikan penjelasannya, rahang Shea terbuka lebar
karena terkejut.

"T-Tunggu... apakah itu berarti kalian berdua juga bisa langsung mengontrol mana
dan menggunakan sihir khusus?"

"Ya, kita bisa."

"...Ya."

Shea menatap mereka dengan takjub selama beberapa detik sebelum tiba-tiba
mengubur wajahnya ke bahu Hajime, dan kemudian menangis tersedu-sedu.

"...Sekarang apa? Pertama, kau bersemangat, lalu kau depresi, dan sekarang kau
menangis... kau punya sebundel besar emosi, huh?" Kata Hajime.

"...Apakah sudah terlambat untuk menyelamatkannya?" Tambah Yue.

"Apa maksudmu terlambat untuk menyelamatkanku? Selamatkan aku dari apa? Aku
akan memberitahumu bahwa aku adalah gadis yang sangat normal... aku sangat senang
untuk mengetahuinya... untuk mengetahui bahwa aku tidak sendiri..."

"......"

Dia pasti merasa sangat sendiri dan menganggap dirinya satu-satunya orang di
dunia ini yang memiliki kekuatan yang sama dengan monster.

Jelas, keluarganya pasti sudah menyiramnya dengan banyak cinta jika mereka mau
menyembunyikannya selama enam belas tahun dan kemudian meninggalkan rumah mereka
demi dirinya. Namun, terlepas dari semua itu, atau mungkin justru karena itu, Shea
pastinya selalu disiksa oleh kenyataan bahwa dia berbeda dari orang lain, yang
menyebabkan kesepian.
Ucapan Shea pasti sudah bergaung dengan Yue, karena dia mendadak terjerumus
dalam pikiran. Dan saat itu, wajahnya yang tanpa ekspresi menjadi semakin pucat dari
biasanya. Entah bagaimana, Hajime bisa menceritakan apa yang dipikirkannya.
Kemungkinan Yue melihat banyak dirinya pada Shea. Mereka berdua memiliki kemampuan
untuk menggunakan sihir dan kontrol khusus secara langsung, dan keduanya tidak memiliki
orang yang bisa mereka sebut "rekan" di zaman mereka sendiri.

Tapi, ada satu perbedaan definitif dalam situasi mereka. Yue bahkan tidak punya
keluarga yang mencintainya. Dia tidak benar-benar cemburu pada Shea, tapi masih banyak
perasaan rumit yang beredar di dalam dirinya. Lagi pula, Shea bisa menemukan rekan-
rekannya lebih cepat dari Yue. Dari perspektif Yue, Shea pasti cukup diberkati.

Hajime menepuk kepala Yue dengan lembut. Bagi Hajime, yang telah lahir di negara
Jepang yang damai dan dibesarkan dengan cinta oleh kedua orangtuanya, tidak mungkin
untuk benar-benar memahami keputusasaan yang Yue rasakan tidak hanya menjadi satu-
satunya dari jenisnya, tapi juga dipaksa. Untuk menanggung gelar ratu tersendiri. Karena
itulah dia tidak tahu harus berkata apa padanya. Yang bisa dia lakukan untuknya
mengingatkannya bahwa dia tidak sendiri lagi.

Dia mungkin telah berubah di labirin itu, tapi dia masih memiliki cukup sisa dirinya
yang dulu untuk diingat untuk bersikap baik terhadap orang-orang yang dekat dengannya.
Dan orang yang telah mempertahankan kemanusiaannya tidak lain adalah Yue. Seandainya
dia tidak bertemu Yue, pasti tidak akan ada orang yang tahu tentang dia. Karena itu, saat
ini Yue merupakan satu-satunya pilar pendukung Hajime yang tersisa. Sebagai bukti, satu-
satunya alasan Hajime merencanakan untuk menepati janjinya dengan Shea adalah karena
dia. Dia pun siap bertarung melawan kekaisaran jika mereka mulai membidik suku Haulia.

Sementara usaha Hajime untuk menghibur Yue cukup canggung, perasaan tulusnya
menimpanya, dan dia menenangkan ketegangan yang tidak disadarinya telah ditahannya
dan bersandar kembali ke pangkuan Hajime. Dia seperti kucing yang ingin dibelai oleh
pemiliknya.

"Umm, apakah kau melupakan aku lagi? Tidakkah seharusnya kau bilang sesuatu
seperti 'Pastinya itu sulit, sendirian selama ini. Tapi tidak apa-apa sekarang, karena aku
ada di sisimu,' atau apalah? Aku sangat tertekan, jadi bukankah seharusnya kau bersorak-
sorai? Ini seperti kesempatan termudah untuk mendapatkan sisi baik seorang gadis. Tapi
tidak, kau hanya pergi dan mengabaikan kesempatan sempurna ini dan mulai menggoda
dengan orang lain. Kalian mulai membuatku merasa kesepian! Biarkan aku ikut juga! Selain
itu, kalian berdua..."

"Diam, kelinci tak berguna!"

"...Baik... hiks..."

Shea tiba-tiba mulai berteriak di telinga Hajime dengan suara menangis, tapi dia
segera dibungkam oleh Yue dan Hajime. Meskipun, untuk bersikap adil, sangat kejam dari
mereka berdua untuk terus saling menggoda saat ada seorang gadis menangis yang duduk
tepat di belakang mereka. Lebih buruk lagi, mereka marah padanya saat dia berada dalam
haknya untuk marah. Namun, satu sifat menyelamatkan Shea adalah sifat tahan
bantingnya. Dia sudah beralih ke tujuan baru. Begitulah cepatnya dia pulih dari kegagalan.
Baiklah, pertama aku akan membuat mereka memanggil dengan namaku. Akhirnya aku
menemukan rekan-rekan yang kucari, jadi tidak mungkin aku membiarkan mereka lolos
begitu saja!

Mereka terus seperti itu untuk beberapa saat, bergantian antara Shea yang
semakin ribut dan Yue dan Hajime berteriak padanya untuk diam, sampai akhirnya mereka
mendengar raungan monster di kejauhan. Lumayan banyak.

"Ah! Hajime-san, kita hampir sampai dimana orang lain sedang menunggu! Lolongan
monster itu pasti berarti itu... me-mereka dekat! Ayah dan yang lainnya sangat dekat!"

"Berhenti berteriak di telingaku! Aku bisa mendengarmu. Aku akan


mempercepatnya sekarang, jadi pegang erat-erat."

Hajime menuangkan lebih banyak mana ke Steiff, mempercepatnya lebih jauh lagi.
Dinding ngarai bergabung menjadi blur abu-abu saat mereka melaju dengan kecepatan
yang luar biasa.

Ada begitu banyak makhluk yang masuk ke Steiff bahwa sampai sepeda motor itu
bersinar merah padam. Hanya butuh tiga puluh detik untuk sampai ke sumber lolongan itu.
Hajime memutar di satu tikungan terakhir, melayang di sekitar batu besar, dan melihat
sejumlah manusia kelinci diserang oleh sekelompok monster.

Teriakan teror bergema di seluruh Reisen Gorge. Semua telinga kelinci berlarian
bersembunyi di balik batu-batu besar atau meremasnya ke celah-celah. Sejumlah telinga
kelinci bisa terlihat muncul di balik berbagai bebatuan. Dari apa yang bisa dikatakan
Hajime, ada sekitar 20 pasang. Untuk semuanya, sepertinya ada sekitar 40 orang
berlarian.

Terorisasi mereka dari atas adalah sekelompok monster terbang, jenis yang langka
bahkan di kedalaman jurang. Mereka mirip dengan wyvern yang biasa ada di dalam game
fantasi. Tubuh mereka sekitar tiga sampai lima meter, dan cakar tajam menancapkan kaki
mereka seperti paku pada bintang pagi. Ekor mereka juga berduri.

"H-Hyveria..." Ujar Shea dengan suara gemetar. Rasanya seperti raptor mirip
wyvern yang bernama Hyveria. Ada enam totalnya. Saat ini, mereka berputar-putar tinggi
di atas manusia kelinci, seakan menilai mangsa mereka.

Akhirnya, salah satu dari mereka memutuskan untuk bergerak. Ia terjun ke salah
satu bebatuan dimana manusia kelinci bersembunyi, berbelok di udara, dan mengirim
ekornya jatuh ke batu dengan segala kekuatan gravitasi di belakangnya. Dengan dampak
menggelegar, bebatuan itu hancur berkeping-keping, dan teriakan bergema dari orang-
orang yang terlihat saat mereka bergegas pergi secepat mungkin.

Bosan menunggu, Hyveria membuka rahangnya lebar-lebar, mencoba memakan


kelinci paling lambat. Khususnya, dua di antaranya. Satu kaki anak termuda telah diberikan
pada mereka dan satu dari mereka tetap tinggal untuk mencoba melindunginya.
Keputusasaan berkedip di mata semua orang. Semuanya berpikir bahwa mereka
berdua ditakdirkan menjadi makanan Hyveria dalam beberapa detik lagi. Namun,
seseorang telah tiba yang tidak mengizinkan hal itu.

Monster jurang telah memberi tahu bahwa dia akan melindungi mereka, jadi
lindungi mereka. Bang! Bang! Dua suara tembakan bergema di seluruh ngarai. Pada saat
bersamaan, dua garis merah melintang menembus langit. Yang pertama lewat tepat di
antara alis Hyveria yang tengah mencoba untuk makan sepasang manusia kelinci. Kepalanya
meledak menjadi seribu potongan daging, dan tubuhnya membelok ke sisi kelompok yang
meringkuk saat jatuh ke tanah, mengangkat awan debu di belakangnya saat meluncur
melintasi ngarai.

Ada lolongan menakutkan di belakang mereka pada saat bersamaan. Bahkan tanpa
waktu untuk memproses apa yang baru saja terjadi, para manusia kelinci semua beralih ke
sumber suara baru ini untuk melihat bahwa cakar Hyveria yang lain telah meledak. Entah
bagaimana berhasil menyelinap tepat di belakang sepasang manusia kelinci yang meringkuk.

Mungkin mereka berharap bisa melancarkan serangan menyelinap ke pasangan itu


sementara perhatian mereka terfokus pada Hyveria yang datang dari depan mereka.
Peluru kedua adalah apa yang telah melepaskan lengannya. Dengan keseimbangan yang
hancur, Hyveria kedua ambruk ke tanah, menggeliat kesakitan.

"A-Apa..." Tatapan manusia kelinci dewasa itu melayang dari tubuh Hyveria yang
mati di depan yang menjerit kesakitan di belakangnya, rahangnya terbuka lebar sangat
heran.

Beberapa tembakan lagi menyusul tepat setelahnya, dan Hyveria yang menggeliat
di tanah berubah menjadi bantal peniti. Ia memberi jeritan bernada tinggi terakhir yang
menyedihkan sebelum mati, tubuhnya sedikit banyak tertiup di atas titik itu. Terdengar
bunyi gedebuk hebat saat ambruk.

Marah atas kematian rekan-rekan mereka, Hyveria yang tersisa menyerang


sekaligus. Manusia kelinci, yang beku kaku karena ketakutan, tiba-tiba mendengar suara
yang sangat asing bagi mereka.

Teling kelinci sensitif mereka menangkap suara bernada tinggi yang aneh, seperti
suara sesuatu yang melepaskan uap. Ketika mereka semua berbalik untuk melihat sumber
suara apa, mereka melihat sebuah kendaraan hitam aneh bergerak cepat menuju mereka
dengan kecepatan tinggi. Sepertinya ada tiga orang yang naik di atasnya.

Salah satunya adalah gadis yang mereka kenal. Dia telah menghilang tadi pagi, dan
seluruh suku telah keluar mencarinya. Khawatir tentang keluarganya seperti sebelumnya,
tidak ada sorak-sorai yang biasa di ekspresinya pagi itu. Dia pasti merasa bertanggung
jawab atas penderitaan suku, karena ekspresinya penuh dengan rasa bersalah. Semua
orang menduga alasan dia lenyap adalah karena dia khawatir tentang mereka dan telah
menuju keluar untuk mencoba sesuatu yang konyol. Karena itu, dengan hati-hati mereka
telah berhati-hati dalam menemukannya, dan telah ditemukan oleh Hyveria. Mereka
berharap bisa dilenyapkan di luar sana tanpa pernah menemukannya, tapi... itu dia, berdiri
di belakang kendaraan hitam yang aneh itu, melambai gembira. Senyumannya yang polos
biasanya terpampang di wajahnya lagi. Semua orang menatapnya dengan tak percaya.

"Semuanya... Aku sudah menemukan bantuan!" Suara akrabnya membawa mereka


semua kembali pada kenyataan, dan fakta bahwa mereka benar-benar diselamatkan
akhirnya memukul mereka. Dan begitulah, mereka semua meneriakkan namanya.

"Shea!?" Hajime menggetarkan lidahnya dengan kesal saat ia melihat Shea


melambai pada keluarganya dengan gembira. Dia, tentu saja, tidak membiarkan kecepatan
Steiff turun karena gangguan itu.

Bukan kebahagiaannya yang mengganggunya, tapi kenyataan bahwa dia


menyandarkan semua bobot tubuhnya ke arahnya agar tidak jatuh, yang tentu saja berarti
bahwa setiap kali dia melompat ke atas dan ke bawah dengan senang hati, payudara
besarnya memukul bagian atas kepala Hajime. Sebenarnya, alasan dia melewatkan
tembakan keduanya tadi adalah karena payudaranya telah mengalihkan perhatiannya.

Karena kesal karena terus melompat, Hajime menyambar Shea lewat pakaiannya
yang tersisa. Dia menunduk menatapnya penuh tanya. Karena dia masih menghadap ke
depan, dia tidak bisa membedakan ekspresi seperti apa dia, tapi entah kenapa dia merasa
tidak enak tentang ini. Dia menanyainya dengan nada malu-malu.

"U-Umm, Hajime-san? Ada apa? Kenapa kau menyambar pakaianku begitu?"

"Kalau kau hanya ingin menghalangi, aku lebih suka menggunakan energimu untuk
membantuku."

"Apa maksudmu... M-Menggunakan dengan baik bagaimana?"

"Oh, tidak banyak, hanya melemparmu ke gerombolan monster kelaparan."

"T-Tunggu, apa...? Ah, tolong jangan angkat aku seperti itu. Tolong berhenti
terlihat seperti hendak melempar aku." Shea berjuang tanpa daya melawan pegangan besi
Hajime, tapi strength stat-nya lebih dari sembilan ribu! Dia tidak pernah memiliki
kesempatan.

Hajime membelokkan Steiff dengan satu tangan, lalu menggunakan gaya


sentrifugal dari belokannya untuk melempar Shea pada gerombolan Hyveria yang terbang
di atas kepala.

"Pergi sana, kelinci tak berguna!"

"Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!"

Shea terbang melintasi langit dengan kecepatan yang mengejutkan. Teriakannya


bisa terdengar di seluruh ngarai. Keluarganya berteriak ketakutan, mata mereka terbuka
lebar. Sebenarnya, pergantian peristiwa ini sangat mengejutkan sampai Hyveria pun
tercengang. Bahkan saat dia berada tepat di depan mereka, mereka tidak melakukan apa-
apa selain menatapnya, tubuh mereka kaku karena terkejut.
Saat keraguan itu adalah apa yang telah ditunggu Hajime. Hyveria itu menjadi
latihan target yang bagus. Empat tembakan terdengar, dan empat kepala Hyveria
diledakkan.

Tiba-tiba saja mereka bahkan tidak sempat menjerit kesakitan sebelum mereka
tewas. Jadi, empat mayat tanpa kepala jatuh ke tanah. Hyveria dianggap lebih berbahaya
daripada yang dialami Dihedwa yang Shea temui sebelumnya, tapi Hajime menghabisi
seluruh kawanan seperti tidak ada apa-apanya. Setelah melihat begitu banyak kekuatan,
manusia kelinci sama sekali kehabisan kata-kata.

Tapi teriakan seorang gadis yang akrab membawa mereka kembali ke akal sehat
mereka.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaah! Tolong selamatkan akuuuuuu! Hajime-saaaaaaan!" Mereka


semua cepat-cepat berlari ke tempat Shea mendarat, tapi Hajime mendekati mereka
semua dengan Steiff, dan berhenti di titik pendaratan sebelumnya dia jatuh dari udara.
Dia lalu menjatuhkannya ke tanah begitu saja.

"Owie! Ugh, kau tidak harus begitu kasar padaku, tahu? Aku menuntut perlakuan
yang lebih baik. Aku ingin kau memperlakukan aku dengan baik seperti yang kau lakukan
pada Yue-san." Dengan mata terbelalak, Shea mulai memprotes perlakuan kasarnya. Bukan
berarti Shea memiliki perasaan romantis pada Hajime. Dia baru saja bertemu dengannya
beberapa jam yang lalu.

Namun, fakta bahwa dia adalah "harapan" yang dia lihat di kedalaman keputusasaan
membuatnya memiliki kepercayaan yang tak beralasan kepadanya. Terlepas dari betapa
brengseknya dia memperlakukan dirinya, dia tampak yakin bahwa dia tidak akan melanggar
janjinya. Selain itu, Hajime adalah jenis anomali yang sama dengan Shea. Itu saja sudah
cukup untuk membuatnya merasakan semacam hubungan kekerabatan dengan dia.

Selanjutnya, dia memperlakukan Yue, yang juga seorang anomali seperti dia, dengan
sangat lembut. Meskipun sudah lama mereka saling mengenal, hal itu jelas bagi Shea.
Terus terang saja, Shea cemburu akan keakraban mereka. Jadi bukan cinta, tapi hanya
keinginan untuk dimanjakan.

Tugas singkatnya sebagai gadis kelinci terbang telah membiarkan pakaiannya


menjadi lebih compang-camping daripada sebelumnya. Dia sungguh terlihat menyedihkan,
terisak-isak di tanah tanpa berpakaian sama sekali kecuali kain lap. Mungkin aku
berlebihan... Pikir Hajime. Dengan enggan, dia meraih Treasure Trove-nya dan
mengeluarkan mantel cadangan yang kemudian dia buang di kepala Shea. Dia bosan dengan
air mata yang dia keluarkan pada setiap hal kecil.

Namun, Shea sangat senang dengan pemberian tersebut. Dia menatapnya kosong
selama beberapa saat sebelum menyadari bahwa Hajime telah memberinya mantel, dan
berseri-seri dengan gembira saat dia membungkusnya di sekeliling dirinya sendiri. Itu
mantel putih, dan terlihat sama dengan yang dikenakan Yue. Yue telah menjahit ekstra
dengan harapan agar pakaian Hajime bisa sama dengannya.
"A-Astaga! Hajime-san, kau harus lebih jujur dengan dirimu sendiri! Memberiku
mantel yang sesuai dengan Yue... Apakah kau mencoba untuk membuatku move on? Yah,
sayangnya, aku tidak semudah itu. Ada perintah untuk hal-hal ini, tahu?" Ujar Shea dengan
gelisah sambil malu-malu saat ia bermain dengan ujung mantelnya. Merasa jengkelnya
bangkit lagi, diam-diam Hajime mengeluarkan Donner dan menembaknya ke kening Shea.

"Hakyun!" Peluru yang ditembak dilapisi dengan kulit karet monster dan dikemas
dengan ledakan yang jauh lebih sedikit. Itu dimaksudkan untuk tembakan yang tidak
mematikan. Tapi, itu masih sakit, dan Shea melengkung kebelakang dari dampak tembakan
sebelum dia jatuh ke tanah dan berguling kesakitan, berteriak "Kepalaku... Kepalakuuuuu!"

Tentu saja, sekuat dia biasanya, Shea pulih dengan cepat dan mulai memprotes
perlakuannya sekali lagi dengan marah. Hajime membungkamnya dengan cara biasa, dan
semua kelinci mulai berkerumun di sekitar Shea sebelum siklusnya bisa berlanjut lebih
jauh.

"Shea! Kau selamat!"

"Ayah!"

Yang pertama mencapai Shea adalah seorang pria bertelinga kelinci berusia
pertengahan empat puluhan, dengan rambut biru tua yang dipangkas. Meskipun
menyangkut Hajime, tidak ada gunanya meletakkan telinga kelinci pada seorang pria tua.
Dia melihat saat Shea berbicara dengan ayahnya, mengingat betapa anehnya hal ini dari
perspektif seorang bumi. Begitu mereka selesai menegaskan kembali keselamatan masing-
masing, mereka berdua berpaling untuk menghadapi Hajime.

"Kau pasti Hajime-dono, benar? Namaku Cam Haulia. Aku ayah Shea, dan kepala
suku Haulia. Aku bersyukur yang paling dalam karena menyelamatkan anak perempuanku
dan seluruh sukuku. Dan aku pernah mendengar bahwa kau bahkan akan membantu kami
dalam pelarian kami... Sebagai ayah dan kepala suku, aku tidak cukup berterima kasih." Si
kelinci bernama Cam menundukkan kepala saat ia selesai. Di belakangnya, sisa sukunya
mengikuti.

"Baiklah, terima kasih semuanya dan bagus, tapi jangan lupa, kalian akan
membimbing kita melewati lautan pepohonan setelah ini. Lalu, aku heran kalian sangat
mempercayaiku. Kupikir manusia dan manusia binatang tidak terlalu akur..." Dia hampir
lupa karena bagaimana eklektiknya Shea, tapi orang-orang malang itu diduga dianiaya oleh
ras lain. Padahal, alasan mereka terjebak di jurang ini adalah karena manusia. Namun,
meski begitu, mereka semua menundukkan kepalanya pada Hajime, manusia lain, dan
sepertinya benar-benar percaya bahwa dia akan menyelamatkan mereka. Meskipun benar,
itulah satu-satunya harapan mereka saat ini, dia masih merasa curiga bahwa mereka sama
sekali tidak benci padanya, dan mereka bersedia menerimanya dengan mudah.

Cam tersenyum canggung saat ia menjawab.

"Kau adalah seseorang yang dipercaya oleh Shea. Itulah mengapa kita juga menaruh
kepercayaan kita padamu. Kita semua adalah satu keluarga besar, jadi..." Hajime setengah
heran, setengah tercengang. Tidak masalah seberapa baik orang seperti mereka,
mempercayai orang asing sama sekali suatu kata yang menunjukkan kurangnya
kekhawatiran.

"Ehehe, jangan khawatir, Ayah. Hajime-san mungkin kejam terhadap wanita,


menuntut kompensasi atas semua yang dia lakukan, dan menggunakan orang sebagai umpan
tanpa ampun, tapi dia tidak akan pernah melanggar janji atau menginjak-injak harapan
orang lain! Aku yakin dia akan melindungi kita!"

"Hahaha, aku mengerti. Jadi apa yang kau bilang adalah dia hanya malu. Kalau
begitu, kita di tangan yang baik."

Dengan ucapan Cam, manusia kelinci sekitarnya mulai bergumam sekaligus. Kalimat
seperti "Aku mengerti, dia hanya malu," dan sejenisnya. Mereka semua mengangguk pada
diri mereka sendiri sambil menatap Hajime dengan ramah.

Hajime menarik Donner dengan marah, tapi sebelum dia bisa melakukan apa pun,
dia dibungkam oleh serangan mendadak.

"...Ya, Hajime benar-benar pemalu (di ranjang)."

"Yue..."

Wajahnya kram karena itu, tapi dia tahu jika dia terus berdebat terlalu lama
sampai mereka hanya memiliki lebih banyak monster untuk diatasi, jadi dia malah
memusatkan perhatian agar setiap orang siap untuk pergi. Setelah empat puluh dua
manusia kelinci siap, dia mulai membawa mereka ke jalan keluar ngarai.

Mereka berlari ke banyak monster di sepanjang jalan, saat karavan manusia kelinci
yang tak berdaya dibuat untuk sasaran empuk, tapi tidak ada satu monster pun yang bisa
melewati Hajime. Kapan pun sesuatu mengancam mereka muncul, Hajime segera akan
menembak tanpa ampun.

Dengan setiap tembakan, monster ganas Reisen Gorge lainnya memenuhi, tidak
mampu menahan sedikit pun perlawanan. Para manusia kelinci tercengang melihat betapa
mudahnya dia menghabisi monster yang akan menyerang orang lain bahkan untuk melarikan
diri. Tak lama kemudian, mereka semua menghormatinya karena kekuatannya yang luar
biasa. Anak-anak kelinci kecil itu menatap Hajime dengan mata berbinar, seperti dia
adalah pahlawan mereka.

"Fufufu, Hajime-san, lihat! Semua anak menatapmu! Kenapa tidak memberi sedikit
lambaian?" Melihat betapa tidak nyamannya Hajime karena dipuja oleh anak-anak itu,
Shea mulai mengolok-oloknya. Vena berdenyut marah di dahinya, dan tanpa kata-kata dia
menembak Donner padanya.

Bang! Bang! Bang!

"Awawawawah!?" Peluru karet langsung menuju kakinya, dan Shea harus melakukan
tarian mendadak untuk menghindarinya. Setelah terbiasa dengan tontonan ini, Cam hanya
tersenyum masam sementara Yue hanya tampak lelah dengan drama komedi yang sedang
berlangsung.
"Shea sepertinya sangat menyukaimu, Hajime-dono. Sampai akan menduga dia
mungkin... Yah, kukira dia sudah sampai usia itu sekarang. Sebagai ayahnya, aku merasa
sedikit sedih. Tapi aku akan lega jika aku mempercayakannya padamu, Hajime-dono..." Cam
sepertinya sangat tidak peduli dengan fakta bahwa putrinya masih ditembak, dan air mata
terkumpul di sudut matanya saat dia berbicara tentang pertumbuhannya.

"Seseorang selamartkan akuu," Teriak Shea, tapi manusia kelinci lainnya juga hanya
menonton dengan ekspresi hangat saat dia menari-nari di seputar badai peluru.

"Ada yang tidak beres dengan kalian. Kalian melihat ini dan itulah yang terjadi di
kepala kalian?"

"...Mereka aneh."

Seperti yang dikatakan Yue, pasti ada sesuatu yang aneh dengan gagasan orang
tentang akal sehat ini. Atau mungkin mereka cenderung menjadi kepala keluarga. Meskipun
tidak ada cara untuk mengetahui apakah itu sesuatu yang spesifik untuk suku Haulia, atau
berlaku untuk semua manusia kelinci.

Tak lama kemudian, party itu sampai di tangga yang akan membawa mereka keluar
dari Reisen Gorge. Hajime menggunakan Far Sight skill-nya untuk mencari tahu area itu,
dan kesan pertamanya tentang tangga adalah rekayasa yang mengesankan. Tangga itu
sebenarnya adalah serangkaian alihan yang langsung memotong menuju tebing. Setiap
alihan panjangnya sekitar lima puluh meter sebelum berputar. Melewati tangga adalah
lautan pepohonan, yang hanya bisa dilihat sekilas dari bawah di ngarai. Rata-rata orang
memerlukan sekitar setengah hari untuk menuju pintu keluar ngarai ke pintu masuk Hutan
Haltina.

Shea menyadari bahwa Hajime harus melakukan sesuatu untuk memperbesar


pandangannya, jadi dia bertanya dengan takut-takut,

"Apakah kau melihat tentara kekaisaran?"

"Tidak yakin. Mungkin mereka menyerah dan pulang ke rumah, tapi..."

"U-Umm, kalau kita bertemu dengan mereka... Hajime-san... apa yang akan kau
lakukan?"

"Apa maksudmu?" Dia memiringkan kepalanya dalam kebingungan, dan Shea butuh
beberapa saat untuk menguatkan dirinya sebelum melanjutkan. Anggota-anggota Haulia
lainnya merasa senang mendengarnya.

"Lawan kita kali ini bukanlah monster, tapi tentara... Manusia lain sepertimu,
maksudku. Akankah kau sungguh bisa melawan mereka?"

"Kelinci tak berguna, bukankah begitu kau melihatku membantu di masa depan yang
bisa kau lihat?"

"Ya, tentu. Aku benar-benar melihatmu melawan pasukan kekaisaran, Hajime-san,


tapi..."

"Lalu apa yang harus dikhawatirkan?"


"Aku tidak begitu khawatir; Aku hanya ingin memastikan. Melindungi kita dari
kekaisaran bisa membuatmu menjadi musuh manusia. Aku hanya ingin tahu bagaimana
perasaanmu tentang melawan bangsamu sendiri..."

Semua anggota Haulia menatap diam Hajime. Anak-anak yang lebih kecil jelas tidak
sepenuhnya memahami apa yang tengah terjadi, tapi mereka bisa bilang bahwa
atmosfernya tegang dan semua orang dewasa melihatnya, jadi mereka juga melakukannya.

Tapi, Hajime benar-benar tak terpengaruh oleh atmosfer yang serius dan
menjawab terus terang.

"Aku sungguh tidak melihat masalah."

"Huh?"

Meski nada serius Shea, Hajime menjawab dengan santai, tanpa sedikit pun
keraguan.

"Maksudku, apa salahnya mengubah seluruh umat manusia menjadi musuhku?"

"T-Tapi maksudku, mereka adalah bangsamu, bukan?"

"Apa sekarang kalian juga dikejar oleh 'bangsamu'?"

"Maksudku, kurasa itu benar, tapi..."

"Lagi pula, kupikir kalian salah paham dengan sesuatu."

"Apa maksudmu?" Kali ini Shea yang memiringkan kepalanya dengan bingung. Haulia
yang lain juga bingung.

"Baiklah, dengarkan. Aku telah mempekerjakan kalian untuk membantuku memandu


lautan pepohonan, itulah sebabnya saat ini aku melindungi kalian. Aku tidak bisa
membiarkan pemanduku mati. Aku tidak melakukan ini karena memiliki rasa keadilan atau
karena aku bersimpati dengan kalian atau apalah. Tidak bisa dibilang aku berencana
menjaga kalian selamanya juga. Kalian belum melupakannya, bukan?"

"Umm, tidak... Aku belum lupa..."

"Aku akan melindungi kalian selama dibutuhkan untuk membuat kalian menuntunku,
demi diriku sendiri. Dan tidak masalah siapa mereka. Siapa pun yang menghalangiku, entah
mereka monster atau manusia, adalah musuh. Dan satu-satunya yang menanti musuhku
adalah kematian. Itu saja."

"A-Aku mengerti..."

Shea tersenyum pahit pada bagaimana alasan Hajime. Meskipun dia melihat mereka
melindungi sukunya dari tentara kaisar, masa depan tidak diatur di dalam batu. Sementara
penglihatannya memiliki kesempatan tinggi untuk bisa melewatinya, pada kesempatan
bahwa kekaisaran menguasai Haulia, nasib yang lebih buruk daripada kematian yang
menantinya. Mereka akan dijual sebagai budak. Meskipun dia tidak pernah membiarkan hal
itu ditunjukan, Shea merasakan banyak rasa bersalah karena keluarganya terbungkus
dalam situasi ini, karena itulah dia harus 100% yakin bahwa Hajime akan menyelamatkan
mereka.

"Hahaha, aku suka pria yang bisa menjaga hal-hal sederhana. Jangan khawatir.
Biarkan kami membimbing kalian melewati lautan pepohonan." Cam tertawa riang. Lebih
mudah untuk mempercayai seseorang yang melakukan ini sebagai bagian dari kontrak
daripada seseorang yang mengatakan bahwa mereka hanya ingin menjadi pahlawan keadilan
atau semacamnya. Tertawanya tidak sedikit pun dipaksa. Itulah yang benar-benar
dipikirkannya.

Party kelinci perlahan-lahan mendekati kaki tangga. Dengan dipimpin Hajime,


mereka mulai mendaki banyak tangga batu. Terlepas dari kenyataan bahwa mereka
mungkin tidak sempat makan sejak melarikan diri ke ngarai, langkah kaki Haulia penuh
energi. Sebagai balasan karena tidak memiliki kemampuan magis, kebanyakan manusia
binatang sungguh kuat.

Akhirnya, mereka membersihkan alihan terakhir dan melarikan diri dari Reisen
Gorge.

Apa yang menunggu mereka saat mereka mencapai puncak tangga terakhir adalah...

"Sialan, kau serius? Mereka sebenarnya masih hidup! Dan di sini kupikir komandan
itu gila karena meninggalkan kita di sini. Yah, ini akan membuat hadiah bagus untuk dikirim
kembali ke rumah." Ada sekitar tiga puluh atau lebih tentara kekaisaran yang menunggu
di sekitar pintu keluar. Mereka telah menciptakan sebuah kamp darurat di dekat tangga,
dan ada beberapa kereta besar yang ditaruh di tempat perkemahan. Masing-masing
tentara mengenakan seragam khaki yang identik, dan kebanyakan dari mereka memiliki
pedang, tombak atau perisai yang tersandang di punggung mereka. Mereka jelas terkejut
melihat Hajime dan manusia kelinci. Tapi mereka cepat pulih dari shock awal mereka.
Senyuman meletus di wajah mereka saat mereka mulai menilai stok yang akan segera
mereka jual.

"Bos, gadis berambut pirang itu juga! Anda mengamati dia sebelumnya, bukan?"

"Oooh, hari ini sungguh hari keberuntunganku. Aku tidak peduli apa yang kalian
lakukan dengan orang tua, tapi sebaiknya kalian tidak menyakiti rambut di kepalanya,
kalian dengar?"

"Ada banyak wanita yang bisa diajak berkeliling, jadi tidak masalah jika kita
memeriksa beberapa barang sebelum melepaskannya lebih dulu, bukan? Mereka membuat
kita menunggu di sini entah di mana selama tiga hari penuh, tolong adil, bos? Kami pasti
mendapat sedikit bonus, bukan begitu?"

"Sheesh. Baiklah, tapi sebaiknya kalian tidak melakukan semuanya. Jagalah diri
kalian dan simpanlah dua atau tiga saja."

"Baiklah! Aku tahu Anda pria yang baik, bos!"

Para tentara jelas-jelas tidak melihat anggota Haulia sebagai ancaman, karena
mereka bahkan tidak mau masuk ke formasi. Perhatian mereka benar-benar terfokus pada
Haulia wanita, dan senyum vulgar ada pada masing-masing wajah mereka. Para manusia
kelinci menggigil ketakutan.

Akhirnya, orang yang menyeringai yang lain memanggil "bos" melihat kehadiran
Hajime.

"Hah? Siapa kau? Kau... bukan kelinci, kan?"

Dilihat dari nada mereka, tampaknya tidak mungkin mereka membiarkan Hajime
dan yang lainnya lewat, jadi dia memutuskan untuk menghibur mereka dengan menjawab.

"Ya, aku manusia."

"Huuuh? Dan apa yang manusia sepertimu lakukan dengan orang seperti mereka?
Datang dari Reisen Gorge. Tunggu, apa kau seorang pedagang budak? Apa kau datang ke
sini karena seseorang memberi tahu kau tentang kelinci? Yah, kau sungguh pedagang
berdedikasi, kau tahu. Menyebalkan sih. Sayangnya, orang-orang manis di sana adalah milik
kekaisaran, jadi aku harus memintamu pergi."

Komandan tentara membuat anggapannya sendiri dan menggonggong perintah


dengan keyakinan yang jelas hingga mereka akan mengikutinya tanpa pertanyaan.

Jelas, Hajime tidak berniat mematuhi.

"Tidak."

"Apa katamu?"

"Kubilang tidak. Orang-orang ini bersamaku. Aku tidak menyerahkan satu pun dari
mereka padamu. Kusarankan berkemas dan pulang ke rumah."

Berpikir pasti dia salah dengar, tanya sang pemimpin lagi. Namun, dia baru saja
bertemu dengan penolakan yang lebih sombong. Urat berdenyut di dahi si tentara.

"Nak, sebaiknya kau jaga mulutmu. Apa kau tidak menyadari siapa kita, ataukah kau
sebodoh itu?"

"Oh, aku tahu siapa kalian sebenarnya. Tapi kalian semua sungguh tidak berhak
menyebut siapa pun bodoh."

Senyum itu lenyap dari wajah sang komandan. Sisa tentara lainnya juga mulai
melotot marah pada Hajime.

Tiba-tiba, Yue melangkah dari belakang Hajime, menarik perhatian semua orang.
Meski penampilannya seperti anak kecil, ada aura kedewasaan yang mengelilinginya,
menawan semua pria yang hadir.

Sejenak, komandan itu tertegun juga, tapi kemudian dia menyadari betapa eratnya
dia menempel pada lengan baju Hajime dan menyadari bahwa dia pasti ada bersamanya.
Tiba-tiba, dia memakai senyum vulgar yang sama seperti sebelumnya.

"Aaah, sekarang aku mengerti. Begitu tampaknya. Kau hanyalah bocah yang tak tahu
bagaimana dunia bekerja. Baiklah, izinkan aku memberimu pelajaran gratis tentang betapa
kerasnya hal itu. Kuku, gadis di sana terlihat sangat manis. Kupikir aku akan
memperkosanya di depan matamu setelah aku memotong semua anggota tubuhmu. Setelah
itu, aku akan menjualnya kepada para budak." Alis Hajime bergetar, dan meski ekspresi
wajahnya tidak berubah, tatapan Yue jelas menusuk kebencian. Dia mengangkat lengannya
dengan anggun, seolah menolak bahwa pria ini bahkan punya hak untuk ada.

Namun, Hajime menahannya sebelum dia bisa melakukan apa pun. Dia meliriknya
dengan ragu-ragu, tapi dia membersihkan kebingungannya dengan kata-kata berikutnya.

"Jadi kau musuh kita, bukan?"

"Huuuh!? Kau masih belum mengerti, Nak? Kau bisa berlutut dan mengemis kalau
kau mau, tapi ini—" Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, dia diinterupsi oleh
sebuah tembakan. Seperti yang diharapkan Hajime, komandan itu terlalu sombong untuk
bahkan membicarakannya, dan akibatnya sekarang dia kehilangan kepalanya. Dia tidak
akan berbicara kotor pada siapa pun lagi. Mayat tanpa kepala jatuh lemas ke tanah
beberapa detik kemudian.

Tentara yang tersisa menatap dengan bodoh pada mayat bos mereka yang sudah
tewas, dan sebelum mereka bahkan bisa mengumpulkan akal sehat mereka, mereka
terkena serangan lanjutan.

Booom! Terdengar suara tembakan lagi, tapi yang ini memenggal lima tentara
sekaligus. Sebenarnya, ada lima tembakan, tapi Hajime menembak begitu cepat sampai
suara mereka menyatu.

Panik saat kematian mendadak rekan mereka, tentara tersebut bergegas menunjuk
senjata mereka pada Hajime. Meskipun mereka tidak tahu bagaimana hal itu terjadi, jelas
siapa yang bertanggung jawab. Semua mengatakan, reaksi mereka cukup cepat. Mereka
mungkin memiliki kepribadian busuk, tapi mereka masih tentara profesional. Pelatihan
mereka adalah sungguhan.

"Serang dia!"

"Semuanya, mulai merapalkan!"

Pasukan tersebut mengatur diri mereka ke garis belakang dan garis depan dengan
cepat. Namun, seakan mengejek kelemahan formasi mereka, sebuah benda kecil tiba-tiba
berguling ke salah satu anggota garis belakang. Itu semacam silinder hitam. Anggota garis
belakang menatapnya, tapi mereka tidak berhenti merapal. Pada saat berikutnya, itu tidak
lagi jadi masalah, bagaimana pun, karena mereka semua berubah menjadi mayat.

Dengan gemuruh keras, silindernya meledak, gelombang kejut yang mengirimkan


pecahan logam mematikan merobek setiap anggota garis belakang.

Silinder itu tentu saja merupakan salah satu granat Hajime. Yang itu adalah granat
serpihan yang dikemas sampai penuh dengan sisa-sisa logam. Itu jauh lebih kuat daripada
granat-granat yang dibuat di Bumi.

Ledakan awal saja sudah cukup untuk segera membunuh sepuluh atau lebih tentara
yang terdekat dengannya, dan melukai tujuh lainnya dengan fatal.
Selanjutnya, tujuh tentara yang tersisa yang membentuk garis depan dilempar ke
depan oleh kekuatan ledakan tersebut. Enam dari mereka berpaling untuk melihat ke
belakang dan langsung kehilangan kepala saat peluru meluncur melalui tengkorak mereka.
Suntikan darah yang dihasilkan membasahi korban yang satu lagi, yang kehilangan semua
keinginan untuk bertarung dan merosot ke tanah. Itu wajar saja. Dalam sekejap, seluruh
pasukan telah dimusnahkan. Itu juga bukan pasukan yang sangat lemah atau apalah.
Sebenarnya, mereka adalah salah satu unit elite di pasukan, yang justru mengapa matanya
saat ini melesat, pikirannya tidak dapat menerima apa yang terjadi sebagai kenyataan.

Sementara itu, monster yang menyebabkan tragedi semacam itu berbicara dengan
perasaan kasihan sehingga orang mengira dia mengomentari cuaca.

"Ya, seperti yang kuduga, bahkan aku pun tidak membutuhkan Lightning Field untuk
melawan manusia. Peluru polos lebih dari cukup."

Tentara itu melompat dengan cepat, dan menatap Hajime dengan takut. Hajime
mengetuk laras Donner di bahunya saat dia mendekati tentara tersebut secara perlahan.
Mantel hitamnya yang mengepak dan kemudahan yang dia berikan pada kematian
membuatnya tampak seperti malaikat maut. Atau, setidaknya, dia melakukannya pada
satu-satunya tentara yang masih hidup.

"Ah... M-Menjauhlah dariku! T-Tidaaaak! Aku tidak ingin mati! S-Seseorang! Siapa
saja! Selamatkan aku!"

Tentara itu merangkak mundur dengan keempat tumpuan saat dia memohon akan
nyawanya. Wajahnya berubah ketakutan, dan noda gelap di dekat selangkangannya
menunjukkan bahwa dia hampir membasahi dirinya sendiri. Hajime menunduk menatapnya,
es di matanya, sebelum tiba-tiba mengarahkan Donner ke punggung tentara itu dan
menembak beberapa kali berturut-turut.

"Ack!" Tentara itu jatuh dengan putus asa, tapi tidak ada dampak pada tubuhnya.
Itu karena Hajime baru saja mengakhiri semua tentara yang terluka parah akibat
granatnya. Dengan ketakutan, tentara itu berbalik, hanya untuk melihat keseluruhan
peletonnya dan benar-benar dimusnahkan.

Seluruh tubuhnya menegang saat melihat, dan dia pun tidak bisa bergerak saat
Hajime menekan laras Donner ke kepalanya. Dengan gemetar ketakutan, tentara tersebut
berusaha untuk membela hidupnya dengan putus asa.

"K-Kumohon, aku memohon padamu! Tolong jangan bunuh aku! Aku akan melakukan
apa pun! Apa pun!"

"Apa pun? Dalam hal ini, beritahu aku apa yang kalian lakukan dengan semua manusia
kelinci lain yang kalian tangkap. Aku pernah mendengar kalian mengambil beberapa...
Apakah kalian sudah mengirim mereka kembali ke kekaisaran?"

Alasan yang diajukannya adalah karena Hajime yakin akan memerlukan waktu yang
cukup lama untuk mengangkut lebih dari seratus orang, yang berarti mereka masih berada
di dekatnya. Jika memang begitu, dia tidak melihat ada masalah dengan menyelamatkan
mereka dalam perjalanan menuju lautan pepohonan. Meskipun jika mereka sudah dikirim
ke kekaisaran, meski dia tidak akan pergi sejauh ini untuk melakukan penyelamatan.

"J-Jika kukatakan, maukah kau membiarkan aku pergi?"

"Aku tidak berpikir kau berada dalam posisi untuk mengajukan tawaran di sini.
Tidak bisa dibilang itu informasi yang sangat kubutuhkan. Kalau kau tidak ingin berbicara,
aku akan membunuhmu sekarang juga."

"T-Tunggu, tolong! Aku akan bicara! Aku akan bicara, jadi tolong jangan bunuh aku!
Kupikir mereka mengangkut semuanya. Setelah mengurangi jumlahnya sedikit..."

Dengan "mengurangi jumlahnya," mungkin maksudnya agar para tentara membunuh


semua orang tua dan orang lain yang tidak mungkin dijual. Semua Haulia mendengar kata-
kata tentara itu dengan putus asa. Hajime melirik mereka sekilas sebelum mengembalikan
perhatiannya kepada tentara tersebut. Pembunuhan berdiam di matanya sekarang karena
dia tidak lagi berguna baginya.

"Tunggu! Kumohon! Aku akan menceritakan hal lain yang kau tanyakan! Aku akan
menceritakan apa pun yang kau mau, jadi kumohon!"

Tentara itu mulai memohon hidupnya lagi saat menyadari bahwa Hajime berencana
untuk membunuhnya. Namun, satu-satunya jawaban yang dia dapatkan... adalah satu peluru
di kepala.

Terdengar napas bersama saat Haulia tersentak. Tampaknya mereka terkejut


dengan betapa tak berdayanya dia. Untuk sekali ini, ada ketakutan di mata mereka. Bahkan
Shea menatapnya agak dengan rasa takut.

"U-Umm, tidak bisakah kau membiarkan yang terakhir itu pergi..." Dia menatapnya
tajam, dan dia mundur dengan ketakutan. Inilah orang-orang yang membunuh dan
memperbudak rekan-rekannya, dan dia masih ingin menunjukkan belas kasihan mereka?
Manusia kelinci ini terlalu baik. Atau tunggu, mungkin mereka hanya cinta damai saja?
Hajime hendak membuka mulutnya untuk memprotes, tapi Yue memukulinya dengan
pukulan.

"...Tidakkah menurutmu agak egois bagi musuh yang menjatuhkan pedang mereka
dan mengemis untuk hidup mereka hanya setelah mereka tahu mereka kalah bersaing?"

"T-Tapi..."

"Lagi pula, dialah yang melindungimu, jadi bukankah kau mengira kau takut pada
orang yang salah?"

"......"

Meski nada suaranya sepi, dia sangat marah. Dia tidak bisa memaafkan bahwa
mereka takut padanya saat dia yang melindungi mereka. Dengan begitu, tampaknya sangat
tidak tahu berterima kasih, dan Haulia berpaling dengan canggung.
"Hmm, aku minta maaf atas kekasaranku, Hajime-dono. Kami tidak pernah
bermaksud mengkritik tindakanmu. Namun, kita tidak terbiasa dengan konflik brutal
semacam itu... Metodemu mengejutkan kami."

"Maaf juga, Hajime-san." Shea dan Cam meminta maaf atas nama suku mereka, tapi
Hajime melambaikan permintaan maaf mereka, menunjukkan bahwa dia sama sekali tidak
tersinggung.

Dia berjalan mendekati kuda dan kereta yang tak tersentuh dan memberi isyarat
kepada yang lain. Butuh waktu setengah hari untuk membawanya ke lautan pohon dengan
berjalan kaki, tapi tidak ada alasan untuk tidak menggunakan kereta yang sangat bagus
yang mereka temukan.

Dia mengeluarkan Steiff dari Treasure Trove-nya, lalu memasangnya ke kereta.


Dia membaginya di antara kelompok berkuda dan kelompok kereta sebelum membawa
mereka ke arah pepohonan.

Sebelum mereka pergi, Yue menggunakan sihir anginnya untuk melemparkan mayat
tentara kekaisaran ke jurang. Semua yang tersisa dari pembantaian yang telah terjadi
adalah beberapa genangan darah.

Hutan Haltina bisa dilihat dari kejauhan. Jauh di dalam ceruk-ceruknya adalah
negara manusia binatang, Verbergen, dan di suatu tempat di dalam salah satu dari Tujuh
Labirin Agung. Mereka melaju dengan kecepatan tinggi, dan hutan tumbuh lebih besar
dengan cepat di cakrawala.

Seperti biasa, Yue duduk di pangkuan Hajime saat ia mengendarai Steiff, dengan
Shea memeluknya dari belakang. Hajime telah mencoba meyakinkan Shea untuk naik
kereta, tapi dia berkeras mengendarai Steiff bersamanya. Yue telah mencoba
menendangnya berulang-ulang, tapi dia hanya akan bangkit kembali seperti zombie, jadi
akhirnya Yue menyerah.

Alasan dia begitu gigih adalah karena Shea ingin mengenal kedua rekannya yang
akhirnya dia temukan lebih baik. Makanya mengapa dia terlihat sangat senang dengan
Hajime. Tampaknya Shea sangat menyukai kursi belakang Steiff; Atau lebih tepatnya, dia
hanya menikmati berada di belakang Hajime... Secara mental, Yue membuat sebuah
catatan untuk mengikatnya jika segala sesuatunya mulai tidak terkendali.

Terjepit di antara Yue yang agak kesal dan Shea yang sangat senang, Hajime terus
mengendarai Steiff saat dia memandang menuju kejauhan, sedikit terbentang.

Tiba-tiba, Yue angkat bicara.

"...Hajime, kenapa kau melawan mereka sendiri?"

"Hm?"

Dia, tentu saja, mengacu pada pertarungan sebelumnya dengan pasukan kekaisaran.
Saat itu, Hajime telah menahan Yue dan menghadapi semuanya sendirian. Entah dia telah
membantu atau tidak, tentara tersebut akan dimusnahkan seketika. Namun, setelah
pertarungan Hajime sepertinya hilang di dalam pikiran, itulah yang membuat minat Yue
terpukau.

"Hmm. Yah, ada sesuatu yang ingin kupastikan, jadi..."

"...Apa yang ingin kau pastikan?" Tanya Yue. Shea mengintip dari balik bahu Hajime,
juga sangat tertarik untuk mendengar jawabannya.

"Baiklah, kau lihat..." Penjelasannya terus berlanjut cukup lama, tapi intinya kurang-
lebih sebagai berikut.

Alasan pertama ia menahan Yue adalah karena ia ingin melakukan sedikit


eksperimen. Dia mengarahkan kepala semua orang untuk berjaga-jaga, tapi dia juga
melepaskan beberapa tembakan eksperimental ke armor mereka. Alasan dia ingin
memastikan peluru normalnya bisa menembus armor adalah karena senjatanya akan terlalu
berlebihan melawan lawan-lawan manusia, dan di tempat-tempat tertutup seperti kota-
kota yang mungkin menimbulkan korban jiwa secara tidak sengaja.

Sementara dia tidak memiliki kesepakatan untuk membantai orang yang


menentangnya, dia menolak keras untuk membunuh seorang saksi yang benar-benar tidak
bersalah, atau menembaki rumah seseorang dan membunuh sebuah keluarga secara tidak
sengaja. Hanya karena dia tidak lagi keberatan tentang pembunuhan tidak berarti dia
memiliki keinginan untuk membunuh orang tanpa pandang bulu. Jadi, dia ingin menguji
berapa banyak ledakan yang dibutuhkan untuk membunuh tentara berarmor. Untung
baginya, dia mendapatkan banyak data bagus. Berkat hasilnya, dia memiliki gagasan bagus
tentang berapa banyak yang dia butuhkan untuk mengatur kekuatan senjata.

Alasan kedua adalah karena ia ingin melihat apakah ia akan ragu jika lawan-lawannya
adalah sesama manusia. Tidak peduli berapa banyak dia telah berubah, itu masih
merupakan saat pertamanya melawan orang sungguhan. Jadi, dia ingin memastikan bahwa
dia bisa menangani pembunuhan seseorang secara mental, baik di dalam tindakan itu
sendiri, dan setelah perbuatan itu dilakukan.

Pada akhirnya, dia menyimpulkan bahwa "Aku tidak terlalu merasakannya." Pada
saat itu, filosofinya membunuh apa pun yang menentangnya telah benar-benar tenggelam.

"Alasan aku melamun adalah karena aku sedang memikirkan berapa banyak yang
harus kuganti bahkan tidak mau menahan diri setelah membunuh seseorang..."

"Begitu ya... Apakah itu baik-baik saja denganmu?"

"Ya, aku tidak begitu keberatan. Inilah diriku sekarang, dan pola pikir ini pasti akan
membantu dalam pertempuran yang akan datang."

Shea terkejut mendengar ini adalah pertama kalinya dia membunuh seseorang
mengingat betapa dia telah membantai mereka tanpa ampun. Pada saat yang sama, dia
kagum dengan indra Yue yang tajam, setidaknya saat mengenai Hajime, telah melihat
sedikit perubahan yang dia alami. Yang mendasari semua itu adalah rasa kesepian yang
samar karena tidak tahu apa-apa tentang Hajime atau Yue.
"Umm! Hajime-san, Yue-san, bisakah kalian menceritakan lebih banyak tentang diri
kalian?"

"Hm? Kupikir aku sudah memberitahumu tentang diriku sendiri."

"Tidak, maksudku bukan seperti kemampuan dan hal begitu. Maksudku, bagaimana
kalian berakhir di jurang atau apa pun, atau kenapa kalian sedang dalam perjalanan, atau
apa yang telah kalian lakukan sampai sekarang. Aku ingin tahu lebih banyak tentang kalian
berdua."

"...Kenapa?"

"Tidak ada alasan, aku hanya ingin tahu... Karena aku, aku telah menyebabkan
banyak masalah bagi keluargaku. Kerena itu aku selalu membenci diriku sendiri... Tentu
saja, setiap orang selalu mengatakan bahwa aku bukan beban, dan aku yakin bermaksud
begitu, tapi... Rasanya aku selalu tidak termasuk ke dalam dunia ini. Itu sebabnya aku
senang saat pertama kali bertemu dengan kalian berdua. Untuk pertama kalinya, akhirnya
aku menemukan orang-orang sepertiku. Untuk pertama kalinya, aku tidak merasa orang
aneh... Aku tahu itu egois, tapi akhirnya aku senang telah menemukan orang-orang yang
merasa seperti t-teman... Itu sebabnya aku ingin tahu lebih banyak tentang kalian
berdua... Aku tidak begitu yakin bagaimana cara mengatakannya, tapi..."

Semakin dia berbicara, semakin malu dia jadinya, dan pada akhirnya dia hanya
berbisik ke punggung Hajime. Hajime dan Yue tidak tahu harus berkata apa. Dengan
berpikir kembali, Shea sangat senang bertemu dengan mereka.

Pada saat itu, mereka sibuk menyelamatkan suku Haulia, jadi Yue tidak sempat
memilah-milah perasaannya yang samar-samar. Akibatnya, yang dia katakan pada Shea
adalah hal-hal sederhana seperti mengapa dia bisa menggunakan sihir. Shea pasti
bertanya-tanya tentang dua rekan barunya sepanjang waktu ini.

Itu adalah fakta bahwa di dunia ini, orang-orang dengan disposisi fisik yang serupa
dengan monster tidak begitu diterima, jadi wajar jika Shea merasakan persahabatan.
Konon, Hajime dan Yue tidak bisa melihatnya sebagai teman begitu mudah.

Namun, masih ada beberapa saat sampai mereka di lautan pepohonan. Karena
mereka tidak punya alasan untuk menyembunyikannya, Hajime dan Yue memutuskan untuk
membicarakan masa lalu mereka untuk menghabiskan waktu. Pada saat mereka
menyelesaikan kisah mereka...

"Uweeeeh... Hiks...Itu mengerikan. Kasihan. Hajime-san, dan kau juga, Yue-san...


dibandingkan dengan apa yang kalian derita, aku sudah hampir diberkati... Uweeeh, aku
tidak percaya aku sangat menyedihkan." Shea berantakan. Dia terus menggumamkan hal-
hal seperti "Aku tidak percaya aku begitu manja," dan "Aku tidak akan pernah mengeluh
lagi," di sela isak tangis. Pada saat yang sama, dengan sembunyi-sembunyi dia menyeka
wajahnya dengan ujung mantel Hajime. Setelah mengetahui mereka berdua telah
menderita, Shea merasa sedih karena menganggap situasinya sendiri sangat berat.

Dia terus menangis untuk sementara, tapi kemudian dia tiba-tiba mengepalkan
tangan dan menatap dengan teguh.
"Hajime-san! Yue-san! Aku sudah memutuskan! Izinkan aku untuk menemani kalian
dalam perjalanan kalian! Aku akan menjadi sinar terang yang menyinari kegelapan dalam
hidup kalian! Tidak perlu malu, kami bertiga adalah rekan yang dihubungkan oleh ikatan
bersama. Mari kita selesaikan cobaan di depan bersama, dan mimpikan impianmu!" Baik Yue
dan Hajime menatapnya dengan dingin saat Shea mengatasi delusinya sendiri.

"Dan apa yang memberimu hak untuk mengatakan itu, kau kelinci lemah? Perlu
kuingatkan bahwa kita masih melindungimu sekarang? Kau akan menghalangi."

"...Dan kita sudah pergi dari orang-orang yang 'merasa seperti teman' menjadi
rekan-rekan sebenarnya... Sungguh kelinci yang tak tahu malu."

"K-Kalian tidak perlu memandangku begitu dingin... Kalian akan menghancurkan


hatiku... Juga, bisa tolong panggil aku dengan namaku?" Dia agak terguncang betapa
dinginnya mereka menolak permintaan tulusnya. Namun, mereka belum selesai.

"...Kau hanya ingin rekan seperjalanan, bukan?"

"Ap—!?"

Sepertinya Hajime tepat sasaran, saat Shea tiba-tiba melompat.

"Setelah kau selesai memastikan keluargamu aman, kau berencana untuk


meninggalkan mereka, bukan? Dan karena dua 'rekan seperjalanan' kebetulan muncul
sekitar waktu yang sama saat kau memutuskan untuk pergi, kau pikir kau akan bepergian
bersama mereka, bukan? Aku ragu kelinci kecil begitu akan bertahan lama."

"...Umm, itu benar, tapi... aku juga sangat ingin membantu kalian berdua..." Dengan
bingung, Shea mencoba menutupi kenyataan bahwa Hajime benar. Sebenarnya, Shea sudah
memutuskan. Melalui neraka atau air yang tinggi, dia akan mengajak Hajime
menyelamatkan keluarganya, dan setelah itu dia akan meninggalkan suku tersebut. Selama
dia bersama mereka, mereka selalu berada dalam bahaya. Dalam insiden ini juga, dia telah
kehilangan banyak anggota keluarganya yang berharga. Lain kali dia mendapat masalah,
mereka mungkin saja akan mati. Dan itulah satu-satunya hal yang ingin dia hindari dengan
segala cara.

Tentu saja, ini berlawanan dengan keinginan sukunya, dan berarti bisa disebut
mengkhianati mereka. Namun, pikirannya sudah bulat.

Kasus terburuknya, dia pasti akan menyerangnya sendiri, tapi dia yakin jika dia
melakukannya, keluarganya akan khawatir dan mengejarnya. Tapi jika dia mengatakan
kepada mereka bahwa dia akan membantu Hajime yang tak terkalahkan dalam
perjalanannya sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkan keluarganya,
mereka pasti akan membiarkannya pergi. Terlepas dari semua penampilannya, Shea
sungguh-sungguh dan sangat putus asa tentang hal-hal yang ingin dilakukannya.

Bukan berarti dia juga tidak terlalu tertarik pada Yue dan Hajime, karena memang
begitu. Seperti yang dikatakan Hajime, dia akhirnya menemukan rekan-rekannya dengan
senang hati, karena itulah dia merasa hampir tidak dekat dengan mereka. Semua hal
dipertimbangkan, pertemuannya dengan Hajime jujur saja terasa seperti takdir.
"Aku tidak mencoba menyalahkanmu atau apa. Tapi kusarankan buanglah harapan
sesatmu. Tujuan kami adalah menaklukkan Tujuh Labirin Agung. Sama seperti ngarai yang
kita lewati, mungkin akan penuh dengan monster yang sekuat kita. Kau akan terbunuh
dalam sekejap. Itu sebabnya kami tidak bisa mengajakmu."

"......"

Shea terdiam mendengar penjelasan blak-blakan Hajime yang tanpa ampun. Namun,
cara acuh tak acuh Yue dan Hajime sepertinya menyampaikan penalaran itu membuatnya
semakin tertekan. Untuk beberapa saat dia terdiam, tenggelam dalam berpikir, ekspresi
rumit menempel di wajahnya.

Beberapa jam kemudian, kelompok tersebut tiba di pintu masuk Hutan Haltina. Dari
luar itu tampak tidak lebih dari hutan biasa, tapi begitu ada yang melangkah masuk,
mereka langsung dikelilingi oleh kabut tebal.

"Sekarang, Hajime-dono, Yue-dono. Harap tetap dekat dengan kami begitu kami
berada di dalam. Kalian akan bepergian di tengah kelompok kami, tapi tetap saja mungkin
kalian bisa berpisah, jadi hati-hati. Juga, kalian hanya ingin kami membimbing kalian ke
pusat, di mana Grand Tree berada, bukan?"

"Yeah, sejauh yang kutahu itu mungkin pintu masuk labirin."

Cam mengingatkan Hajime tentang bahaya sekaligus menegaskan tujuan mereka.

Grand Tree yang Cam sebut adalah pohon besar yang berada di hutan terdalam.
Orang-orang malang menyebutnya Pohon Suci Uralt, dan area sekitar itu dianggap suci.
Jarang ada yang pernah menghampirinya. Hajime telah mendengar semua itu dari Cam
setelah mereka berhasil lolos dari jurang.

Pada awalnya, Hajime menganggap keseluruhan Hutan Haltina sendiri adalah


labirinnya, namun pada saat dia menyadari bahwa itu berarti monster tingkat jurang akan
merangkak mengelilingi keseluruhan hutan, sehingga hal itu sama sekali tidak bisa dihuni
oleh para manusia binatang. Jadi seperti Labirin Orcus Agung, ada alasan bahwa pintu
masuk ke labirin sejati ada di tempat lain. Dan dari apa yang Cam katakan padanya, Grand
Tree sepertinya tempat yang bagus untuk memulai. Cam mengangguk dan memberi isyarat
kepada seluruh sukunya, di mana mereka semua mulai berkerumun di sekitar Hajime dan
Yue.

"Hajime-dono, bisakah kau menghapus kehadiranmu sebanyak mungkin? Grand Tree


dianggap tanah suci, jadi orang biasanya tidak mendekat, tapi bukan tanah terlarang atau
semacamnya, jadi mungkin kita bisa bertemu dengan orang-orang dari Verbergen atau
permukiman terpencil lainnya di sana. Karena kita semua dicari, kita lebih suka
menghindari ditemukan oleh siapa pun."

"Baiklah, aku mengerti. Baik Yue dan aku cukup pandai mengambil tindakan
terselubung, jadi kau bisa mengandalkan kami."

Seperti yang dia katakan itu, Hajime mengaktifkan Hide Presence. Yue
menggunakan bakat bawaannya yang dia latih di jurang untuk bersembunyi.
"Ah!? Ini cukup... Hajime-dono, mungkinkah kau menyembunyikan dirimu pada level
Yue-dono?"

"Apakah ini bagus?"

"Ya, itu sempurna. Jika kau benar-benar menghapus kehadiranmu seperti yang kau
lakukan sebelumnya, mungkin kita akan lupa diri. Sebenarnya, aku yakin kita akan
melakukannya. Kau sungguh sesuatu."

Meskipun statistik manusia kelinci rata-rata, pendengaran mereka yang sangat


sensitif membuatnya sangat mudah bagi mereka untuk menangkap hampir semua kejadian
di dekatnya, dan mereka juga ahli dalam persembunyian. Fakta bahwa mereka bisa
menangkap kehadiran Yue sekali pun, meski skill yang dia hadapi di jurang, membuktikan
kemampuan mereka. Mereka adalah pelacak utama.

Namun, Hide Hadence milik Hajime berada pada tingkat yang lebih tinggi dari itu.
Biasanya manusia kelinci tidak akan pernah melupakan orang yang mereka tandai, bahkan
di lautan pohon yang luas ini, tapi keahlian Hajime begitu mutlak sehingga mereka pun
tidak dapat merasakannya.

Cam tersenyum pahit saat menyadari bahwa manusia ini telah melampaui dia di satu
bidang yang menurut rasnya tidak dapat dicapai. Entah kenapa, Yue mengembungkan
dadanya dengan bangga. Shea, sebaliknya, memiliki ekspresi aneh di wajahnya. Dia
akhirnya menyadari perbedaan kemampuan yang telah diisyaratkan Hajime sebelumnya.

"Baiklah, mari kita berangkat."

Dengan persiapan mereka selesai, party tersebut menuju ke hutan, dengan Cam
dan Shea memimpin kelompok tersebut. Mereka terus menyusuri jalan setapak yang tidak
bisa disebut jalan setapak. Kabut tebal itu muncul seketika, sehingga membatasi jarak
pandang setiap orang. Namun, Cam berjalan maju dengan percaya diri. Dia tahu persis di
mana mereka berada, dan justru apa sikap mereka. Hajime tidak mengerti alasan yang
mendasarinya, tapi tampaknya setiap manusia binatang lahir dengan kemampuan bawaan
untuk melintasi pepohonan yang lebat ini.

Setelah beberapa saat berjalan mulus, Cam tiba-tiba terhenti, mengamati


sekelilingnya dengan hati-hati. Dia merasakan kehadiran monster. Hajime dan Yue juga
merasakannya. Tampaknya mereka dikelilingi oleh sejumlah besar dari mereka.

Haulia mengeluarkan pisau yang disediakan Hajime saat mereka memasuki hutan.
Biasanya, mereka hanya menggunakan skill mengendap superior mereka untuk melarikan
diri, tapi sepertinya itu tidak akan berhasil. Semua orang memiliki ekspresi gugup di wajah
mereka.

Tiba-tiba, Hajime menarik lengan kirinya. Ada desisan samar, dan suara sesuatu
yang dilontarkan bisa terdengar. Sesaat kemudian, Thud. Thud. Thud. "Kiiiiiiiiiii!?"

Tiga monster dari penampilan tak dikenal bisa terdengar jatuh ke tanah, teriak
kesakitan. Sesaat kemudian, tiga monyet bertangan empat tiba-tiba keluar dari kabut,
masing-masing setinggi enam puluh sentimeter.
Yue mengangkat tangannya ke salah satu dari mereka, dan mengucapkan nama
mantranya.

"Wind Blade." Bilah angin yang tajam melayang di udara, memotong salah satu
monyet menjadi dua. Kedua bagian jatuh ke tanah, monyet itu mati bahkan sebelum sempat
menjerit.

Dua sisanya berpisah dan mencoba menjepit kelompok. Salah satu dari mereka
menuju ke bocah di dekatnya, sementara yang lainnya mengarahkan cakarnya pada Shea.
Keduanya menegang karena takut, membuat sasaran empuk bagi monyet. Orang dewasa
terdekat mencoba menutupi keduanya... tapi kekhawatiran mereka tidak perlu.

Hajime mengayunkan lengan kirinya ke arah mereka berdua, dan dengan desisan
pneumatik lainnya, kedua monyet itu mati, kepala mereka tertusuk jarum sepanjang
sepuluh sentimeter.

Dia menggunakan senapan jarum yang dipasangnya ke lengan buatannya.

Dia telah mencuri gagasan itu dari kalajengking yang telah dilawan, dan dia bisa
menembakkan baut atau semburan ala shotgun. Dia mengeluarkannya menggunakan
Lightning Field-nya, dan meski tidak sesuai dengan kekuatan Donner atau Schlag, itu masih
cukup kuat.

Jaraknya hanya sepuluh meter, tapi sangat tenang, dan jarumnya dilapisi racun,
membuat alat pembunuhan yang sangat efektif. Dia sama sekali tidak menggunakan Donner
karena dia tidak ingin menarik perhatian dengan tembakan.

"Terima kasih banyak, Hajime-san."

"Terima kasih, Onii-chan!"

Shea dan anak laki-laki yang telah diselamatkannya mengucapkan terima kasih atas
intervensinya yang tepat waktu. Dia melambaikan tangannya dengan santai, menunjukkan
bahwa itu bukan apa-apa. Mata bocah itu bersinar saat dia menatap Hajime. Shea,
bagaimana pun, merosot ke bahunya, kecewa pada dirinya sendiri karena membeku pada
tanda bahaya pertama.

Cam tersenyum canggung, dan dia mulai memimpin mereka lagi atas desakan Hajime.

Mereka diserang oleh monster beberapa kali selama perjalanan mereka, tapi
Hajime dan Yue menyerang setiap gelombang dengan mudah. Monster yang mendiami hutan
dianggap kuat oleh penduduk setempat, tapi sama sekali tidak menimbulkan masalah bagi
Hajime dan Yue.

Tapi, beberapa jam setelah mereka memasuki hutan, mereka mendapati diri
mereka dikelilingi sehingga mereka harus berhenti. Jumlah mereka, haus darah, dan
bahkan koordinasinya di tingkat atas monster yang mereka hadapi sejauh ini.

Telinga manusia kelinci bergetar gugup saat mereka mencoba mencari tahu berapa
banyak yang ada. Ketika mereka menemukan identitas lawan mereka, semua manusia kelinci
meringis. Shea melangkah lebih jauh, dan wajahnya sangat pucat. Saat Hajime dan Yue
menyadari siapa yang mengepung mereka, mereka juga mengerutkan kening kesal. Lagi
pula, yang mengelilingi mereka tak lain adalah...

"Kau di sana... Kenapa ada manusia di tengah-tengah kalian? Nyatakan ras dan
kaummu!"

Seekor manusia binatang buram dengan ekor bergaris dan sepasang telinga harimau
menghalangi jalan mereka.

Sudah pasti tidak normal melihat manusia binatang dan manusia bersatu di lautan
pepohonan. Manusia binatang harimau itu terlihat tidak percaya pada Cam, seolah-olah dia
semacam pengkhianat ras. Ada pedang dua tangan yang tampak berbahaya di tangannya.
Beberapa lusin pria yang mengelilingi mereka semua melotot pada manusia kelinci, jelas
marah.

"U-Umm, kami..." Keringat dingin mengalir di dahi Cam saat dia mencoba
memikirkan semacam alasan. Namun, si manusia harimau melihat Shea sebelum dia bisa
melangkah sangat jauh.

"Seorang gadis kelinci... berambut putih? Kau pasti suku Haulia di dalam laporannya.
Kau aib untuk semua manusia binatang. Kau menipu sesama manusia binatang selama
bertahun-tahun, menyembunyikan gadis iblis yang keji itu, dan sekarang kau pun membawa
manusia ke dalam diri kita! Pengkhianat! Aku tidak akan mendengarkan alasanmu! Kalian
semua akan dieksekusi di sini! Semuanya, se—"

Bang! Tepat sebelum dia bisa selesai memberi perintah serang, senapan Hajime
meledak. Sebuah garis merah tergores melewati pipi manusia harimau, mengukir sebuah
lubang tepat di balik pohon di belakangnya, menghilang jauh ke lautan pepohonan.

Jejak darah mengalir di pipi si manusia harimau saat ia berdiri membeku di tempat.
Seandainya telinganya berada di sisi kepalanya seperti milik manusia, salah satunya pasti
hancur total. Semuanya menegang tiba-tiba pada serangan baru yang telah datang begitu
cepat sehingga tidak ada yang sempat bereaksi.

Terlepas dari nada santainya, kata-kata Hajime membawa jumlah berat yang
mengejutkan. Itu karena Intimidation skill yang dia gunakan, yang membuat lawan-
lawannya merasakan tekanan fisik dari kata-katanya.

"Aku bisa menembak serangan seperti itu beberapa kali dalam hitungan detik. Aku
tahu persis di mana masing-masing diri kalian. Dan kalau aku mau, aku bisa membunuh
kalian semua dalam waktu kurang dari satu menit."

"A-Ap— bahkan tidak ada rapalan."

Si manusia harimau tersendat. Bukan hanya manusia ini yang mampu melepaskan
serangan tak dikenal yang luar biasa, dia tampaknya bisa menembak beberapa kali sedetik
bahkan tanpa rapalan. Plus, mengakhirinya, ia pun seharusnya tahu di mana mereka semua
berada. Seakan ingin membuktikan maksudnya, Hajime mengeluarkan Schlag dan
mengarahkannya menuju kejauhan. Tepat di mana tangan kanan si manusia harimau tengah
menunggu dalam penyergapan. Hajime tahu dia gemetar di balik kabut.
"Kalau kau memerintahkan orang-orangmu untuk menyerang, aku tidak akan
menunjukkan belas kasihan sama sekali. Sampai kontrak kita selesai, kehidupan orang-
orang ini berada di bawah perlindunganku... Jangan berpikir bahkan satu pun dari
prajuritmu akan pulang hidup-hidup kalau kalian mencoba menyakiti mereka."

Hajime menuangkan haus darah ke dalam kata-katanya di atas Intimidation-nya.


Aura yang mengancam mengalir dari setiap pori-porinya membuat si manusia harimau
berkeringat dingin. Dia menahan dorongan naluriahnya untuk melolong ketakutan dengan
putus asa.

Kau pasti bercanda! T-Tidak ada manusia yang bisa melakukan sesuatu seperti ini!
Orang itu semacam monster! Agar terhindar dari ketakutan, si manusia harimau mencoba
menenangkan dirinya sendiri, tapi Hajime menyamakan Donner dan Schlag dengannya
sebelum melanjutkan.

"Tapi kalau kau bersedia pergi dengan tenang, aku tidak akan mengejar kalian. Kalau
kau bukan musuhku, maka aku tidak perlu membunuhmu. Sekarang pilihlah. Apakah kau
akan pulang dalam diam, atau mati demi kebanggaan bodohmu?"

Si manusia harimau yakin. Jika dia memberi perintah untuk menyerang,


keterampilan tadi itu akan melenyapkan seluruh pasukannya. Bahkan tidak ada sedikit pun
kesempatan bagi mereka untuk bisa bertahan hidup-hidup.

Dia adalah kapten regu penjaga kedua Verbergen. Adalah tugasnya untuk patroli
Verbergen dan permukiman terpencil, dan menjaganya agar tetap aman dari monster atau
penjajah. Dia bersedia mati dalam tugas dengan senang hati, karena itulah dia tidak bisa
mundur begitu saja, bahkan dengan mengetahui hal itu mungkin akan mengundang kematian
seluruh skuadnya.

"...Bisakah aku bertanya sesuatu dulu?" Si manusia harimau berusaha mengeluarkan


kata-kata itu. Hajime menggerakkan kepalanya, menunjukkan bahwa tidak masalah baginya
untuk melanjutkan.

"...Apa yang kau kejar?" Sebuah pertanyaan sederhana. Namun, apakah dia
menyuruh anak buahnya untuk segera tewas bergantung sepenuhnya pada jawabannya.
Tatapannya menunjukkan bahwa jika Hajime bermaksud untuk menyakiti warga
Verbergen, dia tidak akan mundur tanpa mempedulikan pertarungan tanpa harapan.

"Kami hanya ingin mengunjungi Pohon Suci, Uralt."

"Kau ingin pergi ke Grand Tree... Tapi kenapa? Untuk apa?"

Manusia harimau telah yakin bahwa manusia ini telah datang untuk memperbudak
manusia binatang atau sejenisnya, jadi dia tidak mengharapkan tanggapan itu. Sementara
mereka memang menganggap wilayah ini sebagai tempat keramat, itu tidak terlalu penting,
karena itulah dia sangat bingung. Itu sebenarnya lebih merupakan objek wisata daripada
berhala penyembahan.
"Karena pintu masuk yang benar ke salah satu labirin mungkin ada di sana. Kami
sedang dalam perjalanan untuk menaklukkan Tujuh Labirin Agung. Dan kami telah
mempekerjakan suku Haulia untuk membimbing kita ke sana."

"Pintu masuk yang benar? Apa maksudmu? Hutan ini sendiri dianggap sebagai salah
satu dari tujuh labirin agung. Sebuah labirin alami di mana orang lain selain manusia
binatang akan tersesat selamanya begitu mereka melangkah masuk ke dalam."

"Yeah, tapi ada masalah dengan logika itu."

"Apa?"

Si manusia harimau bertanya dengan curiga, tidak yakin dari mana asal kepercayaan
Hajime.

"Monster di sini terlalu lemah untuk menjadi labirin sejati."

"...Terlalu lemah?"

"Ya. Monster yang kutemui di labirin terakhir semuanya berada pada level yang
berbeda. Paling tidak, di kedalaman Labirin Orcus Agung seperti itu. Dan selain itu..."

"Selain itu?"

"Labirin adalah cobaan yang ditinggalkan oleh para Liberator. Jika ada manusia
binatang tua yang bisa melewati hutan, maka itu tidak benar-benar membuat banyak
percobaan. Karena itulah aku tidak menganggap hutan itu sendiri adalah labirinnya."

"......" Si manusia harimau sangat bingung dengan penjelasan Hajime karena apa yang
dia katakan sama sekali tidak masuk akal baginya. Entah itu monsternya terlalu lemah,
atau pembicaraan tentang kedalaman Labirin Orcus Agung, atau para Liberator, atau
pencobaan dan yang lainnya... tidak satu pun dari itu adalah sesuatu yang pernah
didengarnya.

Dalam keadaan normal, dia akan menganggapnya sebagai omong kosong belaka.
Namun, tidak ada alasan bagi Hajime untuk berbohong. Dialah yang memiliki semua
kelebihan, jadi tidak perlu baginya untuk membuat alasan.

Lagi pula, mereka entah bagaimana tidak terdengar seperti bohong. Dan jika
tujuannya benar-benar tidak berbohong dengan Verbergen, maka masuk akal untuk
membiarkannya pergi ke Grand Tree dan menyelesaikan urusannya sehingga dia tidak akan
mengganggu mereka lagi. Dia juga tidak perlu menyia-nyiakan bawahannya dengan cara
seperti itu.

Si manusia harimau mencapai kesimpulan itu dalam sekejap. Namun, karena betapa
Hajime yang sangat kuat, dia tidak bisa membiarkannya pergi begitu saja. Meskipun dia
juga sadar bahwa kemampuan Hajime benar-benar di luar kemampuannya untuk ditangani.
Jadi, dia menawarkan kompromi.

"Jika kau tidak bermaksud membahayakan bangsaku atau orang-orangnya, maka


aku tidak keberatan membiarkanmu mengunjungi Grand Tree. Aku sama sekali tidak
berminat untuk menyia-nyiakan nyawa anak buahku." Yang lain di sekitar Hajime semuanya
tampak terguncang. Ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya untuk membiarkan
manusia saling terkait bahkan jauh ke wilayah mereka.

"Tapi, seorang kapten penjaga sepertiku tidak memiliki wewenang untuk


mengizinkannya. Izinkan aku menghubungi atasanku. Mungkin saja sesepuh kita mungkin
memiliki beberapa informasi tentang pintu masuk asli yang kau cari. Jika kau benar-benar
bermaksud tidak membahayakan orang-orang yang bukan musuhmu, maka pastilah kau akan
bersedia menunggu di sini saat kami mengirim seorang utusan."

Meski keringat dingin tertuang di punggungnya, matanya tegas. Atas usulnya,


Hajime terpaku pada pemikiran tersebut.

Kemungkinan inilah kompromi terbesar yang bisa dilakukan si manusia harimau.


Hajime pernah mendengar penyusup di lautan pepohonan biasanya dieksekusi tanpa
pertanyaan. Dia yakin jauh di dalam manusia harimau masih ingin mereka dieliminasi juga.
Namun, jika dia memberi perintah untuk menyerang, anak buahnya akan mati semua. Jadi,
dia telah menghasilkan kompromi yang membuat anak buahnya tetap hidup, dan mudah-
mudahan tak terikat dalam unsur berbahaya yaitu Hajime.

Dia sebenarnya agak terkesan dengan si manusia harimau karena menemukan solusi
yang rasional. Jadi, dia membebani keuntungan hanya membunuh mereka semua dan
melanjutkan perjalanannya lawan manfaat membiarkan Verbergen memantau gerakannya
tapi setidaknya mendapatkan izin mereka untuk lewat... dan memutuskan yang terakhir
tidak akan merepotkan.

Pada kesempatan yang sama, Grand Tree bukan pintu masuk labirin, dia pasti perlu
melakukan pemanduan lagi. Dengan persetujuan resmi Verbergen pasti akan menjadi lebih
baik. Tentu saja, sangat mungkin dia hanya membuat musuh dari seluruh bangsa, tapi jika
keadaan bisa diselesaikan dengan damai, maka itulah yang terbaik. Itu bukan keputusan
yang diambil dari belas kasihan daripada analisis biaya-keuntungan sederhana.

"Baik. Tapi pastikan kau menyampaikan pesanku dengan benar, kau dengar?"

"Tentu saja. Zam, kau dengar kami! Pergilah ke sesepuh secepat mungkin!"

"Roger!" Salah satu kehadiran di sekitar mereka lenyap. Hajime menyarungkan


kedua senjatanya dan berhenti menggunakan Intimidation skill-nya.

Ketegangan sedikit rileks. Sementara dia merasa lega, si manusia harimau masih
sedikit curiga dengan betapa mudahnya Hajime menurunkan panjagaannya. Beberapa anak
buahnya bahkan siap melancarkan serangan mendadak terhadapnya. Tapi Hajime, yang
sudah menebak niat mereka, hanya tersenyum tanpa rasa takut.

"Menurutmu mana yang lebih cepat, seranganmu atau hasil tarikan cepatku...?
Tidak bisa bilang bahwa aku keberatan mengujinya, jika kau ingin mendorong
keberuntunganmu."

"...Tidak, aku lebih suka tidak. Tapi, tolong jangan lakukan sesuatu yang gegabah.
Jika kau melakukannya, kita akan terpaksa menyerang."

"Baiklah."
Meskipun mereka masih dikelilingi, Cam dan yang lainnya menarik napas lega saat
mengetahui bahwa tidak akan ada pertumpahan darah segera, dan semua orang duduk.
Dengan begitu, tatapan manusia harimau diarahkan pada manusia kelinci adalah sesuatu
selain menyenangkan, sehingga tidak bisa benar-benar disebut situasi damai.

Setelah beberapa saat, Yue bosan dengan kontes menatap tanpa tujuan, dan tanpa
memperhatikan atmosfer yang berat, mulai menggoda Hajime untuk menghabiskan waktu.
Bosan dengan atmosfer yang menindas, atau mungkin hanya berharap bisa meringankan
suasana hati, Shea ikut bergabung juga. Hajime berdiri bersamanya dengan enggan, dan
ketegangannya sedikit reda. Para manusia kelinci tercengang saat Hajime mulai "digoda"
di tengah wilayah musuh.

Sekitar satu jam kemudian. Shea sudah agak terlalu nakal, dan sekarang Yue
memakinya dengan kunci lengan. Gadis kelinci itu menjerit dengan putus asa "Paman!
Paman!" Sementara anggota keluarganya yang lain tampak tak percaya. Akhirnya, mereka
merasakan sejumlah sosok mendekatinya dengan cepat.

Suasana tegang kembali dalam sekejap, meski Shea masih menjerit kesakitan.

Dari kabut muncul rombongan aneh yang tidak dikenal. Pria tua di tengah mereka
menonjol di antara mereka. Dia memiliki rambut pirang yang panjang dan mengalir, dan
sepasang mata biru yang mencolok yang berbicara tentang kebijaksanaan yang terkumpul.
Tubuhnya sangat rapuh sehingga hembusan kuat akan menghempaskannya. Meski wajahnya
yang megah berkerut keriput, mereka hanya berusaha menonjolkan penampilan mulianya.
Bagian yang paling khas dari penampilannya adalah telinganya yang panjang dan meruncing.
Dia adalah salah satu dari rakyat hutan gaib, elf.

Hajime menduga bahwa dia pasti salah satu sesepuh. Dan firasatnya ternyata
benar.

"Hmm, jadi kau adalah manusia yang telah menyebabkan keributan di hutan kita.
Siapa namamu?"

"Hajime. Nagumo Hajime. Siapa kau, orang tua?"

Binatang-binatang disekitarnya terkejut dengan sikapnya yang sombong. Tapi, elf


tua itu mengulurkan tangan untuk menenangkan mereka sebelum kemarahan mereka
mendidih.

"Aku adalah Ultric Heipyst. Aku mendapat kehormatan mewakili Verbergen sebagai
salah satu sesepuhnya. Sekarang, aku telah diberitahu tentang permintaanmu, tapi
sebelum aku memberikan jawaban, aku ingin bertanya padamu sesuatu. Dari mana kau bisa
belajar tentang Liberator?"

"Oh, kami baru saja mendengarnya dari pria di rumah Oscar di dasar jurang."

Hajime terkejut Ulfric lebih tertarik pada Liberator daripada tujuan mereka di
hutan. Dan sementara Ulfric tidak membiarkan hal itu terjadi di wajahnya, dia heran
bahwa Hajime tahu tentang Liberator. Alasannya hanya karena orang-orang yang sangat
dekat dengan Liberator yang mengetahui nama asli mereka, atau Oscar Orcus adalah salah
satu dari mereka.

"Begitu ya. Jadi kau mengaku telah menemukannya di dasar jurang. Aku tidak bisa
bilang bahwa aku pernah mendengar tentang tempat seperti itu... Bisakah kau
membuktikan klaimmu?" Ulfric khawatir mungkin ada seseorang di antara kepemimpinan
orang-orang yang telah membocorkan informasi rahasia, karena itulah dia bertanya.

Ekspresi Hajime mendung. Satu-satunya hal yang bisa dipikirkannya adalah


menunjukkan kekuatannya, tapi itu tetap tidak akan membuktikannya. Saat dia bingung
memikirkan masalah ini, Yue memberi saran.

"...Hajime, bagaimana dengan kristal mana, atau beberapa benda Oscar?"

"Oh ya, bagus sekali. Coba aku cari dulu..."

Hajime bertepuk tangan sebelum membuka Treasure Trove dan menarik kristal
mana yang sangat besar sehingga tak ada monster di permukaan yang bisa
memproduksinya. Dia menyerahkannya pada Ulfric untuk diperiksa.

"Aku tidak percaya itu... Aku belum pernah melihat kristal mana dengan kemurnian
begini..." Rahang manusia harimau ternganga karena shock. Begitu pun, Ulfric menaikkan
alisnya dengan takjub.

"Oh, ini juga. Rupanya ini cincin yang dikenakan Oscar atau semacamnya." Hajime
juga mengeluarkan cincin dengan lambang Orcus. Kali ini Ulfric tidak mampu menahan
keterkejutannya dan membuka matanya lebar-lebar saat dia melihat lambangnya. Dia
mulai menarik napas dalam-dalam dan dalam agar bisa menenangkan diri.

"Aku mengerti... Jadi kalian sungguh mencapai tempat peristirahatan Oscar Orcus.
Masih ada beberapa hal yang sangat ingin kupelajari, tapi... baiklah. Aku akan
membiarkanmu melalui Verbergen. Dengan hakku sebagai sesepuh, kau bebas melakukan
perjalanan sesukamu. Tentu saja, Haulia juga diterima."

Manusia binatang di sekelilingnya bukanlah satu-satunya yang terkejut. Bagaimana


pun, Cam dan yang lainnya terkejut juga. Seketika, manusia harimau mulai memprotes
keputusan sesepuh tersebut dengan panas. Itu wajar saja. Tidak sekali pun manusia
diizinkan melewati Verbergen.

"Kita harus memperlakukan mereka sebagai tamu kehormatan. Mereka telah


mendapatkan hak itu. Ini adalah salah satu hukum kuno hanya mereka yang duduk di dewan
sesepuh yang diceritakan." Nada tegas Ulfric tidak menyisakan ruang untuk
ketidaksepakatan, jadi manusia binatang itu tenang. Namun, yang mengejutkan, Hajime-
lah yang mengajukan keberatan.

"Tunggu. Jangan memutuskan rencana kita pada kita. Satu-satunya urusanku adalah
Grand Tree; Aku tidak berencana pergi ke Verbergen atau apa. Kalau kita bebas pergi,
maka kita akan menuju langsung ke Grand Tree, terima kasih banyak."

"Aku khawatir kau tidak bisa melakukannya."


"Apa?"

Jadi mereka benar-benar akan mencoba menghalangi kita? Hajime langsung


berhati-hati, tapi Ulfric hanya menjawab dengan bingung.

"Kabut di sekitar Grand Tree begitu tebal sehingga manusia binatang pun
kehilangan arah. siklus bertambah dan berkurang, dan hanya jika kabut tertipis dapat kita
dekati dengan aman. Aku takut siklus berikutnya adalah sepuluh hari... Kupikir semua
manusia binatang sadar akan fakta itu, tapi..." Ulfric menatap Hajime dengan tatapan
bingung sebelum berbalik untuk melihat Cam. Setelah beberapa saat menghabiskan
menyerap informasi baru ini, Hajime juga menoleh untuk melihat Cam. Dihadapkan dengan
dua tatapan menanti, Cam membalas dengan...

"Ah," seakan baru saja dia mengingatnya. Urat berdenyut di dahi Hajime.

"Cam?"

"Oh, uh, aku tidak yakin harus berkata apa... Yah, ada banyak sekali yang terjadi,
jadi wajar saja kalau aku lupa... Ya, aku pernah berada di sana sendiri saat masih kecil,
dan aku tidak benar-benar memperhatikan siklus atau apa pun saat itu..." Dia terus
berusaha membuat alasan, tapi pandangan Hajime dan Yue yang tak kenal ampun tidak
akan membiarkan dia melarikan diri. Akhirnya, dia membentak dan berbalik pada saudara-
saudaranya.

"Hei, Shea! Sisanya juga! Kenapa kalian tidak mengatakan sesuatu? Kalian semua
tahu tentang siklus kabut juga, bukan?!"

"Apa!? Kenapa kau menyalahkan kita tiba-tiba, Yah? Kau terlihat sangat yakin
bahwa kau tahu bahwa inilah saat yang tepat dalam siklus... Ini semua salahmu!"

"Tepat! Kami semua menganggapnya agak aneh juga, tapi kau sangat yakin bisa
membawa kami ke sana sehingga kami pikir mungkin kami adalah orang-orang yang salah
tanggal..."

"Ya, kau terdengar begitu yakin, Ketua..."

Kemarahan Cam yang salah membuat Shea membalas, dan sukunya mulai
mengalihkan pandangan mereka, mengalihkan semua kesalahannya kepadanya.

"K-Kalian! Kupikir kita keluarga! Bukankah itu berarti kita berbagi waktu baik dan
buruk!? Hajime-dono, kalau kau harus menghukumku, mohon hukum kita secara
bersamaan!"

"Pengecut! Ayah, aku tidak percaya Ayah akan mencoba mengatakan sesuatu
seperti itu! Hanya karena Ayah takut dihukum bukan berarti Ayah harus menyeret kami
bersama Ayah!"

"Jangan bawa-bawa kami, Ketua!"

"Bodoh! Tidakkah kau melihat betapa Hajime-dono yang tak kenal belas kasihan
terhadap musuhnya? Aku akan mati kalau harus menghadapi hukuman itu sendirian!"
"Aku tidak percaya kau masih punya rasa malu untuk menyebut dirimu sebagai
kepala suku kami!"

Itulah orang-orang yang terkenal sebagai orang paling baik di antara para manusia
binatang, tapi pada saat itu mereka sibuk berusaha untuk saling menyalahkan. Ke mana
semua kebaikan yang seharusnya itu pergi...? Yah, kurasa mereka adalah keluarga Shea.
Seluruhnya adalah kelinci tak berguna.

Hajime bergumam hanya satu kata.

"Yue."

"Baik." Yue melangkah maju, lalu mengangkat salah satu tangannya. Ekspresi
anggota Haulia menegang sekaligus.

"T-tunggu dulu, Yue-san! Kalau kau harus menghukum seseorang, hukum Ayah!"

"Hahaha, kita akan bersama selamanya!"

"Enyahlah!"

"Yue-dono, tolong jangan serang kami dan disiplinkan saja kepala suku!"

"Aku tidak melakukannya! Aku tidak melakukannya! Kepala sukunya yang salah!"

Yue hanya tersenyum tipis dalam menanggapi, lalu menggumamkan satu kalimat.

"Storm Gust."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!!" Langit tiba-tiba mulai dihujani telinga kelinci. Jeritan


mereka bisa terdengar di seluruh hutan. Meskipun mereka sendiri yang disiksa, Ulfric dan
yang lainnya sepertinya tidak marah sedikit pun. Sebenarnya, mereka melihat ke langit
dengan takjub. Dilihat dari ungkapan mereka, mereka juga tahu betapa menyedihkannya
keberadaan Haulia.

Lantai hutan tampak seperti sisa-sisa medan perang. Tersebar di antara dedaunan
ada banyak telinga kelinci yang berkedut-kedut. Hajime melanjutkan dengan rentetan
peluru karet tanpa ampun, menembak kaki Haulia, air mata mengalir di mata mereka.

Masih agak bingung, Ulfric memberi isyarat pada salah satu manusia harimau, Gil.
Gil mendesah lelah, lalu mulai membimbing kelompok itu melewati kabut.

Mereka berjalan dalam formasi, dengan Hajime, Yue, Ulfric dan Haulia di tengah
dan manusia harimau mengelilingi mereka dalam batas pertahanan. Satu jam kemudian
mereka masih belum sampai di kota, dan Hajime menyadari untuk pertama kalinya Zam
pasti mengirim pelari cepat agar sesepuh itu tiba sangat cepat.

Setelah sekitar satu jam berjalan, kabut mulai menjadi tipis. Tapi hanya di garis
depan di depan mereka, seperti terowongan. Sisa lingkungan mereka tetap diselimuti
kabut tebal. Setelah diperiksa lebih dekat, Hajime menyadari bahwa kedua sisi jalan
ditandai dengan kristal biru bercahaya yang tertanam di tanah. Rasanya hampir seperti
kristal yang menangkal kabut.
Ulfric melihat Hajime sedang mengamati kristal-kristal itu, jadi dia mengajukan
sebuah penjelasan.

"Itu namanya kristal verdren. Untuk suatu alasan, mereka mengusir kabut dan
monster. Verbergen dan desa-desa sekitarnya dilindungi oleh kristal-kristal ini. Mereka
bekerja sempurna untuk kabut, tapi mereka hanya agak efektif dalam mengusir monster."

"Aku mengerti. Masuk akal. Maksudku, mungkin kalian semua bisa gila karena harus
hidup dalam kabut sepanjang waktu. Meski kalian tahu tujuan kalian, kalian mungkin tidak
ingin tinggal di sana."

Sementara hutan mungkin tertutup kabut, tampaknya desa-desa tidak terhindar


dari nasib seperti itu. Mengingat mereka akan menghabiskan sepuluh hari berikutnya di
sini, itu adalah kabar baik. Mata Yue bersinar dengan gembira juga. Dia jelas juga tidak
senang dengan ide menghabiskan sepuluh hari di dalam kabut.

Akhirnya, kelompok tersebut berdiri di depan gerbang besar. Batang tebal saling
bertautan untuk membentuk lengkungan, dan pintu ganda yang diabadikan di dalamnya juga
terbuat dari kayu. Di tempat dinding ada penghalang pohon yang menjulang tinggi, masing-
masing setinggi tiga puluh meter. Sebuah tanda yang sangat cocok untuk perbatasan
negara manusia binatang.

Gil memberi isyarat ke penjaga gerbang, dan pintu besar perlahan-lahan berderit
terbuka. Sejumlah besar orang menatap party Hajime dari atas cabang pepohonan. Setiap
orang takut mendengar bahwa manusia diizinkan masuk ke tanah mereka. Jika Ulfric tidak
berada di sana, pertempuran mungkin akan pecah. Mungkin alasan dia datang secara
langsung adalah karena dia mengharapkan reaksi seperti itu.

Melewati tembok pepohonan, sebuah dunia baru tersebar dihadapan Hajime.

Banyak pohon besar bertebaran di pemandangan, sebuah hunian yang diukir masing-
masing. Lampu sorot keluar dari jendela yang telah dipotong-potong menjadi batang pohon.
Cabang tebal, cukup lebar sehingga puluhan orang bisa berjalan sejajar, menghubungkan
puncak pohon ke satu jalan raya udara yang besar. Vines berfungsi sebagai katrol,
memungkinkan lift besar cukup besar untuk menarik gerobak. Bahkan ada saluran air kayu,
membawa air dari pohon ke pohon. Dan masing-masing pohon tingginya setinggi bangunan
dua puluh lantai juga.

Hajime dan Yue terpaku kagum, mulut mereka terbuka lebar pada pemandangan
yang fantastis. Setelah beberapa detik, Ulfric berdeham untuk menarik perhatian
mereka. Sepertinya mereka begitu terpesona oleh kota sehingga mereka lupa terus
berjalan.

"Hoho, sepertinya kota Verbergen kita yang bagus sesuai dengan keinginanmu."
Ulfric tersenyum hangat. Semua manusia binatang disekitarnya, Haulia pun,
membusungkan dada mereka dengan bangga. Melihat betapa bahagianya mereka, Hajime
memberikan kesan jujurnya terhadap kota ini.

"Ya, ini pertama kalinya aku melihat kota yang menakjubkan. Bahkan udaranya
terasa harum. Sungguh terasa kalian bersatu dengan alam."
"Ya... ini sangat cantik."

Para manusia binatang terkejut dengan pujian yang begitu jujur. Dengan senang
dan malu pada saat bersamaan, mereka mengalihkan tatapan mereka, telinga dan ekor
mereka bergoyang gembira. Hajime dan Yue tidak terganggu oleh tatapan ingin tahu,
ketakutan, kebingungan, dan kebencian yang dilewati penduduk, dan terus menikmati
pemandangan saat mereka berjalan melalui kota, yang dipimpin oleh Ulfric.

"...Begitu ya. Jadi imbalan untuk menyelesaikan cobaan itu adalah sihir kuno, dan
para dewa sebenarnya telah menipu kita selama ini..."

Begitu mereka tiba di aula yang telah disiapkan Ulfric untuk mereka, Hajime dan
Yue telah menjelaskan apa yang telah mereka pelajari. Dia telah membahas pidato Oscar
Orcus tentang para Liberator, sihir yang dia warisi dari Zaman Dewa, kenyataan bahwa
dia adalah seorang manusia dari dunia lain, dan bahwa dia ingin menaklukkan labirin dengan
harapan. Menemukan mantra yang bisa membawanya pulang.

Ulfric tidak tampak sangat terkejut saat mendengar tentang niat sebenarnya para
dewa. Ketika Hajime bertanya kepadanya mengapa dia tampak begitu tenang, dia
menjawab dengan "Dunia ini tidak baik bagi kami para manusia binatang, jadi kenapa kita
harus percaya bahwa para dewa itu baik hati?" Apakah para dewa mengoceh gila atau
maharaja ramah tidak penting bagi manusia binatang. Bagaimana pun, mereka juga akan
tertindas. Karena Gereja Suci tidak memiliki pengaruh di sini, kebanyakan gereja juga
tidak terlalu religius. Jika ada, mereka menyembah alam.

Begitu Hajime menyelesaikan ceritanya, Ulfric menceritakan kepadanya tentang


hukum kuno yang telah diturunkan di antara para sesepuh Verbergen.

Itu adalah sebuah hukum samar-samar yang hanya menyatakan jika ada yang
membawa lambang salah satu dari Tujuh Labirin Agung yang muncul di lautan pepohonan,
manusia binatang itu tidak menentang orang itu terlepas dari siapa mereka, dan
membimbing mereka ke mana pun mereka ingin pergi jika mereka tampak baik.

Pencipta labirin Hutan Haltina, Lyutilis Haltina, telah memberi tahu sesepuh
pertama bahwa dia telah menemukan bahwa dia adalah seorang Liberator, meskipun dia
tidak menjelaskan apa itu Liberator, dan siapa nama rekannya. Ini sudah lama sebelum
Verbergen muncul, dan pengetahuannya telah diturunkan sejak berabad-abad. Alasannya
mungkin dia bertekad untuk tidak melawan mereka adalah karena dia pasti tahu bahwa
manusia binatang itu tidak cocok untuk siapa pun yang cukup kuat untuk membersihkan
labirin. Dan alasan mengapa Ulfric tampak begitu terkejut saat melihat lambang Orcus
adalah karena ada sebuah tablet batu di dekat Grand Tree yang memiliki tujuh lambang
Liberator yang diukir.

"Jadi, itu sebabnya kau membiarkanku masuk..." Setelah penjelasan Ulfric,


akhirnya Hajime mengerti mengapa dia diundang ke Verbergen. Namun, tidak semua
manusia binatang mengetahui pengetahuan yang dimiliki Ulfric, jadi mungkin akan ada
kebutuhan untuk menjelaskan kehadirannya nanti.
Kadang selama percakapan Hajime dan Ulfric, keributan dimulai di lantai di
bawahnya. Mereka berdua berada di lantai tertinggi pohon ini, sementara Shea dan yang
lainnya menunggu di bawah. Dari suara itu, mereka bertengkar dengan seseorang. Hajime
dan Ulfric saling bertukar pandang sebelum berdiri pada saat bersamaan.

Di lantai bawah, manusia beruang, manusia harimau, manusia rubah, sejenis manusia
binatang bersayap, dan beberapa manusia binatang kecil tertutup bulu melotot marah
pada suku Haulia. Haulia meringkuk di sebuah sudut, dengan Cam berusaha keras untuk
melindungi Shea. Baik pipi mereka merah dan bengkak, yang berarti mereka sudah terkena
setidaknya satu kali.

Saat Hajime dan Yue turun beberapa langkah terakhir, semua orang berpaling
untuk memelototi mereka. Si manusia beruang adalah orang pertama yang bicara.

"Sialan kau, Ulfric... Apa yang kau pikirkan, membawa manusia ke sini!? Dan kelinci
sialan ini juga! Kau pun membiarkan gadis terkutuk itu melangkahkan kaki di tanah kami...
Bergantung pada jawabanmu, mungkin aku harus memintamu untuk dieksekusi pada
pertemuan para sesepuh berikutnya." Dia baru saja menahan diri untuk tidak terburu-
buru pada mereka. Kedua tangannya dikepalkan, dan lengannya menggigil karena
kemarahan yang nyaris tak tertekan. Jadi kebanyakan manusia binatang benar-benar
melihat manusia sebagai musuh fana. Situasinya hanya diperparah oleh kenyataan bahwa
Ulfric telah mengundang suku Haulia yang dibenci juga. Semua makhluk malang lainnya
melotot marah pada Ulfric, bukan hanya si manusia beruang. Tapi, Ulfric tampak sama
sekali tidak terpengaruh oleh kemarahan mereka.

"Aku hanya mematuhi tradisi kuno kita. Kalian semua adalah sesepuh dari berbagai
suku kalian, jadi pastilah kalian menyadari alasanku."

"Tradisi kuno apa!? Semua itu bukan apa-apa selain omong kosong! Kita tidak pernah
memiliki penggunaan hukum kuno sejak pendirian Verbergen!"

"Kalau begitu, itu yang pertama. Tenangkan diri kalian. Kalian semua adalah sesepuh
di sini, kalian tahu bahwa kalian harus mematuhi hukum tersebut. Kalau kita tidak memberi
contoh sebagai pemimpin rakyat kita, lalu apa gunanya peraturan atau tradisi kita?"

"Apa kau coba bilang bahwa anak kecil itu sungguh melewati labirin!? Bahwa dia
terlalu kuat untuk kita lawan!?"

"Itu betul." Ulfric berbicara dengan acuh tak acuh sepanjang waktu, seakan dia
hanya mengomentari cuaca. Tatapan tak percaya si manusia beruang bergeser dari Ulfric
pada Hajime.

Di dalam Verbergen, semua ras kuat terkemuka memilih salah satu dari mereka
sendiri untuk menjadi sesepuh mereka, dan individu tersebut mewakili seluruh ras di
dewan sesepuh. Dewan sesepuh bertemu secara teratur untuk membahas urusan negara,
dan hukum dan pajak diputuskan oleh pemungutan suara di antara mereka. Mereka, pada
dasarnya, penguasa negeri ini. Mereka juga bertindak sebagai hakim negara. Rupanya
anggota yang berkumpul di sini adalah sesepuh negara tersebut. Namun, tidak semua dari
mereka sepakat tentang hukum kuno.
Meskipun Ulfric mungkin telah menganggap tradisi itu sebagai penghormatan
tinggi, sesepuh lainnya tampaknya tidak melakukannya. Elf seperti Ulfric diketahui hidup
lebih lama dari kebanyakan manusia binatang. Dari apa yang diingat Hajime tentang buku
yang dibacanya, biasanya mereka rata-rata sekitar 200 tahun. Itu berarti pandangan
Ulfric dan para sesepuh lainnya mungkin berbeda karena perbedaan usia di antara mereka.
Kebanyakan manusia binatang lainnya hanya hidup sekitar 100 tahun.

Sesepuh lainnya tidak tahan memikirkan manusia dan sekelompok kriminal yang
mengembara masuk ke tempat suci mereka.

"...Baiklah, kenapa kita tidak menguji apakah dia sungguh berkualitas, di sini dan
sekarang!"

Si manusia beruang akhirnya membentak dan menyerang Hajime. Begitu tiba


sehingga tidak ada orang lain yang bisa bereaksi. Bahkan Ulfric pun tidak mengira dia akan
menyerang, jadi matanya melotot kaget.

Dalam sekejap tubuh besar 2,5 meter dan otot mengarah pada Hajime, satu tangan
langsung menuju wajahnya.

Manusia beruang dikenal dengan stamina mengesankan dan kekuatan lengan yang
luar biasa. Dan manusia beruang ini adalah kepala sukunya. Satu ayunan lengannya sudah
cukup untuk menebang pohon. Semua orang kecuali Yue dan Haulia menganggap Hajime
pasti mati.

Namun, mereka semua membeku ketakutan karena takut melihat apa yang terjadi
selanjutnya. Hajime menangkap kaki si manusia beruang dengan malas dengan lengan kiri
prostetiknya.

"Menyedihkan. Kau menyebutnya pukulan? Tapi yah, kau masih mendatangiku


dengan maksud membunuh. Kuharap kau siap untuk apa artinya itu." Hajime menguatkan
cengkeramannya. Ada suara retak tajam dari lengan si manusia beruang. Panik mengatasi
keterkejutannya, dan si manusia beruang berusaha melepaskan diri dari genggaman
Hajime.

"Gaaah! Lepaskan!" Dia menarik sekuat tenaga, tapi Hajime, yang baru saja sampai
di dadanya, tidak bergerak sedikit pun. Sebenarnya, Hajime baru saja mentransmutasikan
lempengan logam yang dimasukkannya ke sepatu bot agar membuatnya tertempel, tapi si
manusia beruang tidak mengetahuinya. Baginya, Hajime sama tak tergoyahkannya seperti
batu besar.

Hajime menuangkan lebih banyak mana ke lengan kirinya, menguatkan


cengkeramannya lebih jauh.

"Ah!?" Dengan celah tajam lainnya, lengan si manusia beruang berderak. Tapi, dia
tidak berteriak. Dia masih memiliki harga dirinya sebagai sesepuh untuk dilindung. Itu
tidak menghentikannya untuk merasa sakit dan mengejutkan. Mengambil keuntungan dari
keadaan tidak bergeraknya, Hajime menarik tangannya kembali. Sementara si manusia
beruang masih tidak seimbang, Hajime langsung menghindar dan melemparkan pukulan.
"Menyingkirlah dari pandanganku." Dia mengaktifkan Steel Arms skill-nya saat
melakukannya, dan untuk mengukur dengan baik, membakar blastrock cartridge yang
disematkan di siku untuk menambah kekuatan pukulannya. Tinjunya sangat mematikan, tapi
pada saat itu didukung oleh kekuatan ledakan mesiu.

Tinjunya yang berkekuatan ganda tenggelam tanpa ampun ke dalam perut si manusia
beruang, membuatnya terbang mundur. Dia pun tidak diberi cukup waktu untuk berteriak
saat dia jatuh menembus dinding dan jatuh ke tanah. Baru saat dia menabrak tanah,
teriakan akhirnya terulur.

Apa yang benar-benar diaktifkan Hajime adalah shotgun yang terpasang di


lengannya. Tapi, peluru shotgun itu benar-benar ditembak di belakangnya. Alasannya yaitu
dia bisa menggunakan recoil untuk menguatkan pukulannya, dan jika dia bertarung dengan
Donner dan Schlag, dia bisa menembaki musuh di belakangnya tanpa harus berbalik. Dia
telah menggunakannya untuk efek menguatkan pukulan kali ini. Dikombinasikan dengan
Steel Arms, itu menjadi senjata yang sangat tangguh.

Semua orang kehabisan kata-kata. Terdengar bunyi klik saat Hajime mengeluarkan
cartridge bekas. Secara default tidak perlu ada, tapi dia menambahkannya sebagai tipu
yang menyenangkan. Setelah itu, dia menyapu tatapannya yang mematikan di atas sisa
sesepuh.

"Jadi? Apakah kalian masih menjadi musuhku?"

Tidak ada yang mengangguk. Tindakan Hajime telah mencegah situasi menjadi
pertumpahan darah, dan Ulfric berhasil menenangkan keadaan setelah itu. Si manusia
beruang merasakan luka serius pada organ dalam tubuhnya dan membuat tulang hampir
retak di tubuhnya, namun ajaibnya tetap hidup. Mereka harus menggunakan sejumlah obat
penyembuhan langka dan mahal untuk mencegahnya mati karena luka-lukanya. Dan
sementara dia akan pulih, hari-hari pertempurannya sudah berakhir. Begitu kondisinya
stabil, sesepuh manusia harimau Zel, sesepuh manusia binatang bersayap Mao, sesepuh
manusia rubah Lua, manusia tikus tanah, atau kurcaci, sesepuh Guze, dan terakhir sesepuh
elf Ulfric duduk bersama Hajime. Yue, Shea, dan Cam duduk di sampingnya dengan sisa
anggota Haulia yang meringkuk di belakang punggungnya.

Selain Ulfric, para sesepuh sangat gugup. Si manusia beruang, Jin, adalah salah
satu pejuang terkuat mereka, tapi Hajime telah berurusan dengannya dalam sekejap.

"Jadi? Apa yang kalian inginkan denganku? Aku hanya ingin pergi ke Grand Tree.
Kalau kalian tidak berencana untuk menghalangiku, aku tidak punya alasan untuk melawan
kalian, tapi... kalau orang-orang yang tidak bersatu dalam keputusan itu, aku tidak akan
tahu siapa yang harus dibunuh dan siapa yang harus dilepaskan jika saatnya tiba. Dan itu
hanya hal buruk bagi kalian. Aku tidak begitu lembut sehingga aku peduli dengan siapa aku
membunuh jika seseorang mendatangiku."

Para sesepuh menegang dengan nada santai Hajime. Mereka menyadari bahwa dia
bersedia berperang melawan seluruh ras manusia binatang jika dia harus melakukannya.
"Kau hampir membunuh salah satu rekan kami, anggap saja nada itu dengan kami...
dan berharap kami memanggilmu teman?" Guze setengah berbisik, setengah meneriakkan
beberapa kata itu, ekspresinya terpaku dalam kesedihan.

"Hei, pria beruang itu yang menyerang lebih dulu. Aku hanya membela diri. Kalau
dia tidak bisa bertarung lagi karena hal itu, itu bukan salahku."

"D-Dasar brengsek! Jin... Jin hanya memikirkan apa yang terbaik untuk negaranya!"

"Dan itu tidak masalah untuk mencoba membunuh seorang pria yang baru saja kau
kenal?"

"I-Itu— Tapi—"

"Jika ada, aku korban di sini. Si beruang itu memulainya. Bukankah kalian sesepuh
seharusnya menjadi hakim juga? Tidakkah kalian pikir kalian seharusnya sedikit tidak
memihak?"

Guze mungkin teman baik Jin, itulah sebabnya mengapa meski Hajime benar, Guze
masih tidak dapat menerimanya. Namun, Hajime tidak tertarik dengan perasaan orang
asing.

"Guze, aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi tinggalkan saja itu. Dia benar, kau
tahu." Teguran Ulfric menegur Guze dengan keras, dan dia duduk kembali, wajahnya
berubah karena emosi yang saling bertentangan. Dia duduk di sana dalam keheningan
sambil cemberut, masih mendidih karena marah.

"Memang benar anak lelaki itu memiliki satu dari tujuh lambang, dan kekuatannya
dibutuhkan untuk menyelesaikan labirin. Aku bersedia percaya bahwa dia memenuhi
persyaratan."

Orang yang berbicara adalah manusia rubah, Lua. Matanya memandang Hajime
beberapa saat sebelum dia menyapukan pandangannya ke para sesepuh lainnya. Mao dan
Zel menyuarakan kesepakatan mereka, meski jelas mereka sendiri masih keberatan.
Mewakili semua sesepuh, Ulfric menjatuhkan keputusan akhir.

"Nagumo Hajime. Kami sesepuh Verbergen telah memutuskan bahwa kau memang
memiliki kualifikasi yang dibicarakan dalam perjanjian kuno. Kami tidak akan
menentangmu... dan kami akan memohon semua orang di dalam domain kami untuk tidak
melakukannya juga. Tapi..."

"Tidak ada jaminan?"

"Benar. Seperti yang kau sadari, kebanyakan manusia binatang tidak terlalu
memikirkan manusia. Jika aku jujur, kebanyakan dari kita membencimu. Aku tidak dapat
menjamin bahwa beberapa orang berdarah panas di antara kita tidak akan mengabaikan
keputusan kita. Terutama suku Jin. Aku sangat ragu manusia beruang akan bersedia
melepaskan kemarahan mereka. Jin adalah pemimpin yang sangat populer..."

"Dan?" Ekspresi Hajime sama sekali tidak berubah dalam penjelasan Ulfric. Jelas
dari tatapannya bahwa dia hanya melakukan apa yang dia pikir perlu, dan akan terus
melakukannya. Sementara Ulfric mengerti semua ini, dia juga memiliki tanggung jawab
sebagai sesepuh si manusia binatang, dan keinginan yang tak tergoyahkan untuk
mencocokkannya.

"Aku ingin meminta agar kau tidak membunuh orang-orang yang menyerangmu."

"...Kau ingin aku menahan diri terhadap seseorang yang mencoba membunuhku?"

"Tepat. Dengan kekuatanmu, seharusnya itu menjadi tugas yang mudah, bukan?"

"Jika pria beruang itu adalah pejuang terkuatmu, aku akan mengatakan itu pasti
mungkin. Tapi sejujurnya, aku tidak berniat menahan diri jika lawanku bertekad
mengubahnya menjadi laga mati. Aku mengerti perasaanmu tentang masalah ini, tapi tidak
ada hubungannya denganku. Kalau kau tidak ingin orang-orang sebangsamu mati,
kusarankan kau memastikan mereka tidak memusuhiku."

Kenyataan bahwa semua musuh harus dieliminasi secara menyeluruh adalah nilai
yang telah ditanamkan oleh jurang maut kepadanya secara cukup efektif. Lagi pula, tidak
ada yang tahu konsekuensi apa yang mungkin terjadi pada lawanmu. Seekor tikus terpojok
akan memperlihatkan taringnya. Selalu ada kemungkinan menahan diri bisa membuat
Hajime terbunuh. Karena itulah dia tidak mau menyetujui permintaan Ulfric.

Tapi, si manusia harimau, Zel, tidak akan membiarkan Hajime menolak.

"Kalau begitu aku takut kita tidak bisa membimbingmu ke Grand Tree. Bahkan
tradisi mengatakan bahwa kita tidak berkewajiban untuk membantumu jika kami tidak
menyukaimu." Hajime menatapnya dengan ragu. Sejak awal ia berencana membiarkan
pemandu Haulia menuntunnya. Dia tidak perlu meminjam bantuan dari Verbergen.
Tentunya para sesepuh menyadari hal itu juga. Namun, kata-kata Zel selanjutnya
mengungkapkan maksud sebenarnya.

"Jangan pikir Haulia bisa membantumu. Mereka dianggap kriminal. Mereka akan
diadili menurut hukum Verbergen. Aku tidak tahu apa kesepakatanmu dengan mereka, tapi
kau akan berpisah dengan mereka di sini. Anak iblis terkutuk itu dan para kriminal yang
melindunginya telah membahayakan Verbergen. Dewan telah memutuskan untuk
melaksanakannya."

Atas ucapan Zel, Shea mulai gemetar, air mata mengalir di matanya. Cam dan yang
lainnya sudah tampak pasrah dengan takdir mereka. Fakta bahwa tidak satu pun dari
mereka yang menyalahkannya bahkan sekarang menunjukkan betapa baiknya mereka
sebenarnya.

"Sesepuh terhormat! Kumohon, tolong tunjukkan belas kasih pada keluargaku!


Kumohon!"

"Shea, jangan! Kita sudah membuat keputusan. Semua ini bukan salahmu. Kita tidak
begitu tak berperasaan sehingga kita membuang keluarga kita untuk hidup. Kita semua
sudah membicarakan hal ini, dan kita semua siap. Kau tidak perlu merasa bersalah karena
hal itu."

"Tapi...!"
Shea sujud di hadapan para sesepuh dalam permohonan belas kasihan, tapi
tampaknya Zel tak mau memberi maaf.

"Penghakiman sudah diputuskan. Semua Haulia akan dieksekusi. Kalau kalian tidak
menipu Verbergen, kami pasti akan memutuskan untuk mengusir anak iblis itu, tapi sudah
terlambat sekarang."

Air mata mengalir di wajah Shea. Cam dan yang lainnya berusaha menghiburnya.
Jadi eksekusi mereka benar-benar sudah diatur di dalam batu. Tak satu pun dari sesepuh
lainnya berbicara. Sepertinya mereka lebih memperhatikan ancaman yang diajukan Shea
kepada Verbergen daripada nasib Shea sendiri, karena itulah hukuman mereka sangat
serius. Dengan kata lain, kebaikan Haulia hanya memperburuk situasi. Betapa ironisnya.

"Jadi begitulah. Satu-satunya cara lain untuk mencapai Grand Tree hilang. Apa
yang kau rencanakan sekarang? Ujilah keberuntunganmu dan lihat apakah kau bisa
berhasil?"

"Jika kau tidak menyukainya, maka sebaiknya kau mendengarkan tuntutan kami,"
atau begitulah maksud yang tak terkatakan itu. Para sesepuh lainnya sepakat. Tapi, Hajime
tampaknya tidak terlalu terganggu dengan ultimatum mereka.

"Apakah kalian semua bodoh atau apa?"

"Apa katamu tadi?" Mata Zel hampir keluar dari soket mereka saat Hajime
menyeringai. Shea pun menatapnya dengan heran. Yue sudah tahu apa yang dipikirkannya,
jadi ekspresinya tidak berubah.

"Aku sudah bilang bahwa aku tidak peduli dengan keadaan kalian. Berusaha
menyingkirkan orang-orang ini dariku sama dengan menghalangi jalanku." Hajime melotot
ke arah para sesepuh sambil meletakkan tangan pelindung di kepala Shea. Tubuhnya
gemetar saat disentuh, dan dia menatapnya dengan wajah bernoda air mata.

"Dan aku yakin aku sudah menunjukkan pada kalian... apa yang terjadi pada orang-
orang yang menghalangiku."

"Hajime-san..."

Hajime hanya mencoba mengembalikan investasinya, dan menghilangkan apa pun


yang menghalangi jalannya itu. Itu saja, sungguh. Tapi, fakta bahwa ia bersedia untuk
menyatakan perang melawan semua manusia binatang di jantung kota Verbergen yang
beresonansi dengan Shea, yang berada di kedalaman keputusasaan.

"Apakah kau sungguh serius?" Sinar tajam dan ekspresi buram Ulfric membuat
jelas bahwa kebohongan akan dipenuhi dengan konsekuensi yang keras.

"Tentu saja." Meski begitu, Hajime tidak goyah. Kehendaknya tak tergoyahkan. Di
dunia ini, siapa pun yang menyiratkan membahayakan dirinya atau berniat menghalangi
jalannya akan dibantai tanpa ampun. Itulah yang telah dia sumpah saat di kedalaman
jurang.
"Meskipun kita menawarkan bimbingan untuk mereka?" Keputusan untuk
mengeksekusi Haulia adalah sesuatu yang telah diputuskan oleh dewan sesepuh, yang
berarti bahwa jika mereka menyerahkan ancaman Hajime dan mencabutnya, hal itu akan
merusak reputasi mereka sebagai sebuah bangsa. Meskipun mereka kehilangan timbal
balik yang mereka harapkan bisa digunakan untuk menarik janji belas kasihan bagi mereka
yang menyerang Hajime, mereka tidak mampu kehilangan muka dengan menarik kembali
keputusan mereka. Itulah sebabnya Ulfric menawarkan kompromi itu. Tapi, Hajime
menjelaskan bahwa tidak ada ruang untuk negosiasi.

"Jangan membuatku mengulanginya lagi. Haulia akan menjadi pemanduku."

"Kenapa kau bersikeras menyuruh mereka melakukannya? Siapa pun bisa


membawamu ke Grand Tree." Kesal pada Ulfric, Hajime melirik ke arah Shea. Dia telah
memperhatikan tatapannya beberapa saat lalu, jadi saat dia berbalik, mata mereka
bertemu. Shea bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia mengalihkan
pandangannya seketika, tapi jantungnya berdebar kencang.

"Karena aku membuat janji. Aku berjanji untuk melindungi mereka sebagai imbalan
untuk membimbingku."

"Janji? Dalam hal ini, tidak bisakah kau menganggap sudah terpenuhi? Kau
melindungi mereka tidak hanya dari monster di jurang, tapi juga tentara kekaisaran,
benar, kan? Yang tersisa hanyalah menerima imbalanmu, bukan? Apa bedanya jika kita
memberi imbalan itu atau mereka?"

"Ada perbedaan. Aku berjanji akan menjamin keamanan mereka sampai mereka
membawaku kemana aku ingin pergi. Hanya karena kesepakatan yang tampak lebih bagus
muncul di tengah jalan, bukan berarti aku bisa melupakan janji itu..." Hajime berhenti di
tengah jalan dan memandang Yue. Dia juga menatapnya, dan tersenyum sedikit saat mata
mereka bertemu. Dia membalas senyumannya dan mengangkat bahunya sebelum kembali
pada Ulfric dan melanjutkan dengan dingin.

"Takkan jadi keren untuk melanggar janjiku, kau tahu?" Kejutan serangan, tebing,
perangkap, trik pengecut, keseluruhan murni. Hajime tidak memiliki masalah dengan
menggunakan salah satu dari mereka dalam pertempuran. Dia bersedia menggunakan cara
apa pun agar bisa bertahan.

Namun, di luar pertarungan sampai mati, dia masih memiliki prinsip yang ingin dia
ikuti. Jika dia membuangnya, dia tidak akan memiliki sisa kemanusiaan. Dan dia masih
seorang pria. Dia tidak ingin menyeberangi garis itu di depan gadis yang telah
menyelamatkannya dari terjatuh sejauh ini. Dia ingin tinggal seseorang yang bisa
dibanggakannya. Singkatnya, ia ingin terlihat keren di depan gadis yang dicintainya.

Melihat bahwa dia tidak berniat mundur, Ulfric menarik napas panjang. Para
sesepuh lainnya saling memandang, berharap ada yang punya solusinya. Keheningan
memenuhi ruangan itu beberapa saat sebelum Ulfric mengeluarkan satu saran terakhir
dengan ekspresi lelah di wajahnya.
"Kalau begitu, katakan saja mereka adalah budakmu. Menurut hukum Verbergen,
siapa pun yang meninggalkan lautan pepohonan dan tidak kembali, atau mereka yang
ditangkap sebagai budak, dianggap sudah mati. Sementara kita mungkin memiliki
kesempatan melawan manusia di hutan tertutup kabut ini, di luar sihir mereka akan
memisahkan kita. Oleh karena itu mengapa mereka yang tertangkap dianggap telah mati,
dan mengejar mereka dilarang mencegah adanya lebih banyak korban... Jika mereka sudah
mati, kita hampir tidak bisa mengeksekusinya."

"Ulfric! Kau tidak bisa!" Sofisme adalah semua itu, tidak lebih. Para sesepuh
lainnya, tentu saja, tidak senang dengan usulan tersebut. Zel pun telah melakukan protes.

"Zel. Tentunya kau melihat bahwa anak lelaki ini tidak mau mundur, juga tidak
memiliki kekuatan untuk memaksanya melakukannya. Kalau kita mencoba mengeksekusi
Haulia, dia akan melawan kita. Sebagai sesepuh... aku tidak bisa mengambil risiko
pengorbanan yang akan diambil atas keputusan itu."

"Tapi bagaimana kita bisa memberi contoh untuk seluruh rakyat kita!? Kalau orang-
orang menyadari bahwa kita menyerah untuk memaksa dan membiarkan monster gadis ini
berlari bebas bersama dengan teman-teman iblisnya, apa yang akan mereka pikirkan
tentang kita? Harga diri kita akan ternoda!"

"Tapi..."

Pertengkaran Zel dan Ulfric berlanjut, dan para sesepuh lainnya mulai menyuarakan
pendapat mereka juga. Tak lama kemudian berubah menjadi pertandingan teriakan.
Seperti yang diharapkan, membiarkan ancaman potensial berjalan bebas dan mengabaikan
putusan yang sudah diputuskan bukanlah sesuatu yang bisa mereka telan dengan mudah.
Ini akan menjadi preseden berbahaya, dan selamanya mencemari nama dewan tersebut.
Tumbuh bosan dengan pertengkaran mereka, Hajime memutuskan untuk bungkam
meskipun dia tahu hal itu akan memperburuk keadaan.

"Umm, maaf mengganggu pembicaraan yang ramai itu, tapi jangan khawatir tentang
kelinci tak berguna ini setelah sekian lama ini tidak ada gunanya?" Semua orang terdiam
sekaligus. Para sesepuh memandang Hajime dalam kebingungan. Dia menggulung lengan
kanannya, lalu mulai langsung mengendalikan mana. Vena Crimson naik ke permukaan
lengannya yang terbuka. Lalu dia mengaktifkan Lightning Field untuk lebih menggambarkan
masalahnya, dan percikan mulai mengalir di lengannya.

Para sesepuh menatap takjub. Ketika mereka melihatnya menggunakan sihir tanpa
lingkaran atau mantra, rahang mereka semua terjatuh. Mereka mengira lengan kiri Hajime
adalah semacam artefak, dan begitulah cara dia mengalahkan Jin.

"Sama seperti dia, aku bisa mengendalikan mana-ku secara langsung, dan
menggunakan sihir khusus yang seharusnya dimiliki monster saja. Oh, Yue juga bisa,
omong-omong. Kita semua pada dasarnya adalah monster di sini. Jika memiliki kemampuan
yang sama seperti monster sebenarnya adalah alasan untuk eksekusi, bukankah
seharusnya kalian juga berusaha mengeksekusi kita? Tapi tunggu dulu, bukankah hukum
kalian bilang jangan menentang siapa pun yang memiliki kualifikasi yang tepat, tidak peduli
siapa mereka? Tidak peduli apa yang kalian lakukan, kalian harus melanggar salah satu
hukum kalian. Jadi begitu terpaku padanya sepertinya tidak ada gunanya bagiku." Butuh
beberapa saat agar para sesepuh pulih dari keterkejutan mereka, tapi ketika akhirnya
mereka mulai saling berbisik. Akhirnya mereka sampai pada sebuah keputusan, dan Ulfric,
perwakilan mereka, menyampaikannya dengan desahan yang semakin lelah.

"Haaah, dengan peraturan dewan, anak terkutuk Shea Haulia akan dianggap sebagai
kerabat dari anak terkutuk Nagumo Hajime. Sebagaimana Hajime telah menunjukkan
bahwa dia memiliki kualifikasi yang dibicarakan dalam hukum kuno kita, kita tidak akan
menentang perjalannya. Namun, dia akan dilarang dari Verbergen dan permukiman
sekitarnya. Sejak saat itu, siapa pun yang mengambil tindakan melawan Hajime atau
kerabatnya melakukannya atas risiko mereka sendiri, tanpa restu atau perlindungan
Verbergen... Itu saja. Apakah ini cukup?"

"Ya, tidak masalah. Seperti yang kubilang, yang kupedulikan adalah sampai ke Grand
Tree dan menyuruh orang-orang ini membimbingku, jadi tidak ada masalah."

"...Begitu. Baiklah, bisakah aku memintamu untuk pergi, kalau begitu? Sayangnya
kita tidak bisa memberikan sambutan yang lebih baik kepada orang pertama yang pernah
memenuhi perjanjian kuno itu, tapi..."

"Jangan khawatirkan hal itu. Aku sadar aku telah membuatmu banyak masalah
karena keegoisanku sendiri. Sejujurnya aku senang kau tidak memilih melakukan sesuatu
yang bodoh."

Ulfric tersenyum pahit. Para sesepuh lainnya tampak sama-sama tidak bahagia dan
kelelahan. Bukan begitu banyak sehingga mereka menanggung dendam, atau bahkan
membenci Hajime, mereka hanya menginginkan dia pergi dan berhenti mengganggu. Dia
mengangkat bahunya tanpa daya dan memberi isyarat kepada Yue dan yang lainnya untuk
bangkit.

Yue bangkit berdiri secara perlahan. Dia tidak tahu jika dia tidak tertarik pada
percakapan mereka sedari awal, ataukah dia tidak merasa menyuarakan pendapatnya.
Namun, Shea dan anggota Haulia lainnya masih duduk. Sepertinya kejutan dari apa yang
telah terjadi begitu hebat sehingga mereka masih belum mencatat fakta bahwa telah
diselamatkan. Mereka telah siap mati, dan sekarang mereka baru saja diasingkan.
Kebanyakan dari mereka masih belum yakin jika mereka pergi begitu saja.

"Hei, berapa lama kalian akan duduk di sana sambil melamun? Bangunlah, kita pergi."
Para manusia kelinci berdiri tergesa-gesa dan terhuyung setelah mendengar kata-kata
Hajime. Ulfric dan yang lainnya ikut serta juga, mengatakan bahwa mereka akan
mengantarnya ke gerbang.

Saat mereka berjalan kembali, Shea mendekati Hajime dengan takut dan
mengajukan sebuah pertanyaan.

"U-Umm, apakah kita... benar-benar tidak akan dieksekusi?"

"Apakah kau tidak mendengarkan kata yang kami ucapkan?"


"T-Tidak, aku mendengarkan, tapi... kami berhasil melakukannya dengan mudah
sehingga tetap tidak terasa nyata... Aku merasa aku akan terbangun sebentar lagi dan
mencari tahu ini hanya mimpi..." Haulia yang lain memiliki ekspresi bingung yang sama di
wajah mereka. Menurut Hajime, betapa absolutnya penilaian sesepuh terhadap para
manusia binatang. Yue tiba-tiba masuk, melihat bahwa Shea masih belum tahu apa yang
harus dilakukan dengan perasaannya.

"...Bersenang-senanglah."

"Yue-san?"

"Hajime menyelamatkan kalian. Itulah kebenaran yang sederhana. Kenapa tidak


senang saja?"

"......" Sambil memikirkan kata-kata Yue, Shea melirik Hajime. Dia hanya
mengangkat bahu tanpa berbalik.

"Maksudku, itu adalah bagian dari janji itu."

"Ah..."

Bahu Shea bergetar. Sebagai imbalan untuk membimbingnya melewati lautan


pepohonan, Hajime berjanji untuk melindunginya dan keluarganya. Dia telah menggiling
tulangnya, hampir secara harfiah, untuk memeras janji itu darinya.

Meskipun dia telah melihat masa depan di mana dia melindungi mereka, tidak ada
jaminan bahwa masa depan akan terjadi. Pilihan Shea terus-menerus mempengaruhi masa
depan yang dilihatnya. Itulah sebabnya dia begitu putus asa untuk mendapatkan kerja
sama. Meskipun dia tidak menawarkan apa-apa untuk ditawarkan, dan penyelamat potensial
adalah seorang manusia, anggota ras yang didiskriminasi terhadap manusia binatang. Yang
harus dinegosiasikan dengannya hanyalah tubuhnya dan sihir khususnya. Ketika dia
mengabaikan kedua hal itu, dia benar-benar ingin menangis, tapi dia masih berusaha keras
untuk merampas janji darinya. Jadi, dalam perjalanan mereka untuk menyelamatkan
keluarganya, dia menyadari bahwa dia bukanlah tipe orang yang akan kembali pada
perkataannya. Bagian dari keyakinannya berasal dari fakta bahwa dia tidak pernah
mendiskriminasinya, seorang gadis kelinci.

Namun, semua itu didasarkan pada perasaannya; Dia tidak pernah punya alasan
konkret untuk percaya bahwa Hajime akan berpegang teguh pada janjinya. Itulah
sebabnya dia masih sedikit khawatir jauh di dalam. Karena itulah dia mencoba mengatakan
hal-hal seperti "Dia bukan orang yang akan mengembalikan perkataannya!" Dengan percaya
diri, dan mengambil janji bahwa dia bersedia berperang melawan sesama manusia.
Meskipun ketakutan awalnya, dia sungguh merasa lega saat dia membunuh tentara
kekaisaran itu tanpa ragu sedikit pun.

Meski begitu, saat mereka berunding dengan para sesepuh, ketakutan Shea bahwa
dia akan meninggalkan mereka telah kembali. Keadaannya sangat berbeda. Apa yang telah
dilakukannya sama saja dengan mengancam perang terhadap wajah Kaisar Hoelscher.
Namun, dia tetap menepati janjinya tanpa dukungan sama sekali. Terlepas dari apakah dia
melakukannya demi dirinya sendiri atau tidak, Yue benar. Dia telah menyelamatkannya dan
keluarganya.

Hanya memikirkannya membuat detak jantungnya kembali kencang sekali lagi. Dia
bisa merasakan wajahnya memerah, dan perasaan tak terlukiskan terjaga di dalam dirinya.
Dia tidak yakin apakah itu kebahagiaan karena keluarganya telah diselamatkan, atau...
Memikirkannya lebih sulit lagi membuat otaknya terlalu panas, jadi dia memutuskan untuk
berhenti mencemaskannya dan hanya merasa senang seperti yang Yue telah beritahu.
Emosinya yang baru ditemukan berteriak-teriak untuk diungkapkan, jadi Shea
melakukannya satu-satunya cara dia tahu caranya. Dengan memeluk Hajime sekeras yang
dia bisa, tentu saja.

"Hajime-saaan! Terima kasih banyaaaaaak!"

"Oof. Kenapa?"

"Grr..."

Dengan air mata di matanya lagi, Shea mengubur wajahnya ke bahu Hajime,
menempel padanya dengan kekuatan yang tidak manusiawi. Ada senyum cerah di wajahnya,
dan pipinya merah padam.

Yue menggeram dengan sedih, tapi kemudian dia berpikir lebih baik untuk
menendang Shea. Sebagai gantinya, dia hanya membawa tangan Hajime ke tangannya.

Saat mereka melihat Shea meledak dengan sukacita, kenyataan bahwa mereka
berhasil diselamatkan akhirnya memukul Haulia yang lain, dan mereka semua mulai saling
berpelukan, menikmati kesenangan semua orang. Para sesepuh mengawasi dengan
canggung, tidak yakin bagaimana perasaannya. Ada banyak tatapan benci dan marah yang
mengawasi mereka pergi.

Hajime tersenyum pahit saat menyadari bahwa masalahnya di Hutan Haltina baru
saja dimulai.
BAB 2

REFORMASI KELINCI
"Kalau begitu, kupikir aku perlu mengajari kalian cara bertarung." Setelah
meninggalkan Verbergen, Hajime dan yang lainnya mendirikan sebuah markas sementara
di dekat pinggiran Grand Tree. Meskipun mungkin "markas" memberi mereka terlalu
banyak keyakinan. Semua yang Hajime lakukan adalah mencuri... Tidak, mengambil
beberapa kristal verdren dari jalan setapak dan serahkan di sekitar markas mereka.
Sebagian besar manusia kelinci menatap kosong pada Hajime. Mereka duduk di atas
tunggul dan batu-batu besar, beristirahat sejenak.

"U-Umm, Hajime-san. Dengan mengajari kita bagaimana bertarung, maksudmu..."


Shea bertanya ragu-ragu, menyuarakan pertanyaan yang dimiliki seluruh bangsanya.

"Maksudku persis seperti itu. Kita terjebak di sini selama sepuluh hari berikutnya,
kan? Mungkin juga melakukan sesuatu yang berguna pada saat itu, bukan begitu? Sudah
saatnya kalian kelinci lemah, pengecut belajar bagaimana bertahan dalam pertarungan."

"K-Kenapa kita harus..." Pertanyaan Shea adalah reaksi alami terhadap sifat
mendadak dari pernyataan Hajime. Semua telinga kelinci gemetar saat Hajime melotot
pada mereka dengan mengancam.

"Kenapa? Kenapa kau berpikir untuk mengajukan pertanyaan bodoh begitu, kelinci
tak berguna?"

"Aww, kau masih belum memanggilku dengan namaku..."

Hajime mengabaikan gumaman Shea yang sedih dan terus berbicara.

"Dengar, aku berjanji untuk melindungi kalian sampai kalian selesai membimbingku
ke Grand Tree. Tapi apakah kalian sudah memikirkan apa yang akan terjadi begitu
selesai?"

Haulia saling bertukar pandang dan menggelengkan kepala dengan ragu-ragu. Cam
pun memiliki ekspresi cemas di wajahnya. Meskipun mereka memiliki kekhawatiran yang
mengganggu di belakang pikiran mereka, urutan kejadian gila yang mereka lempar satu per
satu telah membuat khawatir. Atau mungkin mereka sama sekali tidak menganggapnya
sama sekali, siapa tahu.

"Seperti yang kuduga, kalian sama sekali tidak memikirkannya. Meski kalian
melakukannya, bukan berarti kalian memiliki jawaban untukku. Kalian lemah. Tanda bahaya
pertama dan satu-satunya pikiran kalian adalah berlari. Dan sekarang kalian bahkan tidak
memiliki tempat perlindungan Verbergen untuk melindungi kalian. Jadi pada dasarnya,
kalian kacau begitu aku pergi."

"......"
Ekspresi muram menempel di wajah Haulia saat mereka menyadari kata-kata
Hajime menorehkan tanda itu. Mereka diguncang oleh pernyataannya yang menakjubkan.

"Kalian tidak punya tempat untuk dituju, tidak ada tempat untuk bersembunyi, dan
segera kalian tidak memiliki siapa pun untuk melindungi kalian. Tapi monster dan manusia
tidak akan berhenti menyerang kalian karena kasihan, kalian tahu? Kalau begini terus,
kalian pasti akan mati. Apakah kalian semua baik-baik saja dengan itu? Maksudku terbunuh
hanya karena kalian lemah. Kalian beruntung bisa bertahan selama ini dan sekarang kalian
akan membuang nyawa itu? Baik?"

Tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun saat suasana suram jatuh. Akhirnya,
seseorang bergumam pelan.

"Tentu saja kita tidak baik-baik saja dengan itu." Kata-kata itu membuat mereka
tersingkir dari pingsan dan semua orang menatap Hajime. Bahkan tatapan Shea pun
dipenuhi dengan tekad. Hajime mengangguk setuju, dan kenangan akan dirinya yang tak
berdaya muncul di dalam pikirannya saat dia berbicara.

"Benar. Kalian tidak baik-baik saja dengan itu. Tapi apa yang bisa kalian lakukan?
Jawabannya sederhana. Menjadi lebih kuat. Menghabisi apa saja yang menghalangi kalian,
dan bertarung demi hak kalian untuk bertahan hidup."

"...Tapi kita manusia kelinci. Kita tidak seperti manusia harimau atau manusia
beruang yang memiliki tubuh yang kuat, atau seperti ras bersayap atau kurcaci yang
memiliki sifat khusus yang bisa mereka gunakan untuk menghindari masalah. Kita hanya..."

Fakta bahwa manusia kelinci lemah hanya membuat mereka putus asa bahkan lebih
pada kata-kata Hajime. Mereka lemah, jadi bagaimana mungkin mereka bisa berharap
untuk bertarung? Tidak peduli berapa banyak mereka berjuang, mereka tidak akan pernah
menjadi kuat seperti Hajime. Tapi Hajime hanya mengejek mereka.

"Kalian tahu, di masa lalu rekanku memanggilku juga tak berguna."

"Huh?"

"Tak berharga. Lemah. Tak berguna. Baik statistik dan skill-ku sangat biasa-biasa
saja. Aku adalah orang terlemah dalam kelompokku. Tidak lebih dari orang menyusahkan.
Itulah sebabnya rekan-rekanku menatap remeh diriku. Dan itu semua benar."

Rahang semuanya ternganga kaget mendengar pengakuan Hajime. Mereka tidak


percaya bahwa Hajime, anak lelaki yang telah mengalahkan seorang sesepuh manusia
beruang seperti itu bukan apa-apa dan menghabisi sejumlah monster ganas di Reisen
Gorge, pernah disebut tidak berguna atau lemah.

"Tapi saat aku jatuh ke dalam neraka, aku melakukan segalanya dengan kekuatanku
untuk menjadi lebih kuat. Bukan tentang apakah aku bisa atau tidak bisa melakukannya.
Jika tidak, aku akan mati. Aku berjuang seperti hidupku bergantung padanya, karena
memang begitu. Dan kemudian, sebelum aku menyadarinya, aku seperti ini." Dia bicara
dengan santai, tapi isi ceritanya yang luar biasa mengejutkan Haulia.

Jika dia memiliki statistik rata-rata untuk manusia, maka dia bahkan lebih lemah
dari pada manusia kelinci. Tapi meski begitu, dia bertempur melawan monster yang jauh
lebih kuat daripada musuh yang mereka hadapi di Reisen Gorge. Tetap saja, itu bukan
kekuatannya atau kenyataan bahwa dia bertahan yang paling mengaguminya. Kekuatan
pikirannya inilah yang membuat dia menghadapi musuh yang mengerikan tanpa berkedip.
Ketika mereka terjebak, Haulia menerima kematian mereka dengan patuh. Sama seperti
mereka menerima keputusan para sesepuh dengan patuh.

"Kalian seperti aku dulu. Tapi jangan khawatir. Selama aku terikat oleh janji ini,
aku akan melakukan apa yang kubisa untuk menyelamatkan kalian dari keputusasaan. Kalau
kalian bilang mustahil kalian bisa melakukannya, berarti tidak masalah juga. Kalian akan
mati saat waktu kalian habis. Aku tidak akan datang menyelamatkan kalian begitu kontrak
kita berakhir. Kalian bisa menghabiskan sisa hidup singkat kalian untuk meratapi
kelemahan kalian untuk semua yang kupedulikan."

Jadi apa jadinya? Mata Hajime sepertinya mengatakan itu. Haulia tidak segera
menjawab. Atau lebih tepatnya, mereka tidak mampu melakukannya.

Mereka menyadari satu-satunya jalan bertahan hidup adalah menjadi lebih kuat.
Dan Hajime itu tidak melindungi mereka dari rasa keadilan yang mulia. Dia akan
meninggalkan mereka tanpa berpikir lama begitu akhir tawar-menawar mereka berakhir.
Tapi, gagasan untuk bertarung adalah asing bagi cinta kasih yang baik dan lembut.
Menerima saran Hajime berarti melangkah ke wilayah yang belum dipetakan. Ini mungkin
akan membawa kejadian yang sangat radikal seperti yang terjadi pada Hajime untuk
mengubah sifat mereka secara mendasar.

Jadi, mereka hanya saling memandang tanpa suara. Namun, Shea sendiri berdiri
tegak. Sepertinya dia sudah lama mengambil keputusan.

"Aku akan melakukannya. Tolong, ajari aku bagaimana bertarung! Aku bosan lemah!"
Dia berteriak sangat nyaring sehingga suaranya bergema di seluruh hutan. Semua orang
yang hadir bisa melihat bahwa dia dipenuhi dengan tekad. Tentu saja, Shea pun membenci
pertempuran. Itu menakutkan, sakit, tapi lebih dari apa pun dia benci menyakiti orang lain.

Tetap saja, tak dapat disangkal kesalahannya bahwa keluarganya berada dalam
kekacauan ini, dan dia membenci pemikiran untuk menyebabkan kematian keluarganya.
Lebih dari itu, ada satu alasan lain yang sangat diinginkan Shea untuk melawan sifatnya
dan tumbuh lebih kuat.

Shea menatap Hajime tak henti-hentinya. Cam dan yang lainnya mengamatinya
dengan kagum, tapi setelah beberapa lama, kekaguman mereka memberi jalan untuk
memutuskan, dan mereka pun mulai berdiri. Bukan hanya pria. Wanita dan anak-anak juga.
Ketika Cam melihat semua orang berdiri, dia melangkah maju sebagai wakil sukunya dan
berbicara dengan Hajime.
"Hajime-dono... tolong ajari kami semua yang kau bisa." Permintaan singkat. Tapi
setiap kata didukung oleh kemauan yang keras. Keinginan untuk menolak ketidakadilan
dunia ini.

"Baik. Lebih baik kalian mempersiapkan diri. Seberapa kuat kalian akan menjadi
segalanya bagi kalian. Aku hanya di sini untuk mengizinkan kalian. Jika kalian ingin
menyerah di tengah jalan, maka aku tidak akan mencoba memanjakan kalian untuk menahan
kalian di sini. Kita hanya punya waktu sepuluh hari, jadi aku akan bekerja dengan kalian.
Apakah kalian hidup atau mati akan bergantung pada seberapa kuat kalian dapatkan."
Semua orang mengangguk muram. Tidak ada yang akan mundur sekarang.

Sebelum latihan dimulai, pertama kali Hajime mengeluarkan peralatan yang


dibuatnya untuk mempraktikkan transmutasinya dari Treasure Trove-nya dan
menyebarkannya kepada mereka. Selain pisau yang dia dikeluarkan tadi, semua orang
mendapat pedang pendek melengkung mereka sendiri, mirip dengan kodachi Jepang.
Pedang-pedang itu dibuat Hajime untuk mempraktekkan ketelitian transmutasi, yang
berarti tepian mereka sangat tajam. Dan karena terbuat dari batu taur, mereka juga
sangat kokoh. Meski begitu ramping, bilahnya tidak mudah patah.

Begitu semua orang bersenjata, Hajime mulai mengajarkan dasar-dasar


pertempuran. Tentu saja, Hajime bukanlah seniman bela diri. Sedikit yang dia tahu
tentang permainan pedang berasal dari game dan manga, dan tentu saja hampir tidak
cukup untuk mengajari orang lain. Jadi, apa yang dia ajarkan pada mereka bukanlah teknik,
tapi gerakan yang dia pelajari di kedalaman neraka yang membantunya melawan monster.
Dia menurunkan semua pengetahuan yang dia dapatkan, dan menemukan monster yang
cocok untuk mereka gunakan sebagai latihan hidup. Haulia unggul dalam mengendap dan
mengintai. Untuk memanfaatkannya, Hajime mengajari mereka cara menggunakan
serangan kejutan dan taktik berkerumun.

Yue sangat menyukai Shea, dan lebih banyak mengajarinya bagaimana menggunakan
sihir. Meskipun dia adalah seorang manusia binatang, Shea memiliki mana dan bisa
mengendalikannya secara langsung, jadi dengan pengetahuan yang benar dia bisa
menggunakan sihir. Dia tidak perlu mengucapkan terima kasih atas kemampuannya, tapi
dia masih membutuhkan lingkaran sihir, karena dia tidak memiliki keterampilan untuk itu.
Teriakan sesekali bisa terdengar dari luar kabut, yang berarti latihan Shea berjalan
dengan baik.

Namun, sekitar dua hari setelah mereka memulai latihan mereka, Hajime
menyaksikan latihan Haulia dengan marah. Seperti yang mereka janjikan, mereka berusaha
melawan sifat cinta-damai mereka dan belajar bertarung dengan baik. Mereka pun
berhasil mengalahkan beberapa monster, meski mereka menderita luka-luka. Tapi...
Snnnrk. Ada suara basah saat pedang pendek khusus Hajime tersangkut ke sayap monster.

"Aaah, mohon maafkan tindakan berdosa itu." Si kelinci yang membunuhnya


memeluk monster yang sudah mati itu dengan lembut. Sebenarnya, dia tampak seperti
ayah yang terpaksa membunuh anaknya.
Thud! Monster lain jatuh ke tanah.

"Aku minta maaf! Aku minta maaf! Aku tidak punya pilihan!" Seorang gadis Haulia
gemetar tak terkendali saat ia memotong kepala mangsanya. Sepertinya dia baru saja
membunuh kekasihnya secara tidak sengaja.

Snap! Di ambang kematian, salah satu monster yang tersisa menggunakan kekuatan
terakhirnya untuk menembak proyektil pada Cam. Ia melemparkannya ke belakang, tapi
bukannya mengumpat, dia hanya berbaring di tanah dan menggumamkan surat wasiat
terakhirnya.

"Heh, jadi inilah hukumanku karena memamerkan taringku pada seseorang. Ini
tidak lebih dari yang kuterima..." Air mata mengalir di mata Haulia yang lain, dan mereka
semua memandangnya dengan sedih.

"Ketua, tolong jangan katakan itu! Kita semua berbagi dosa yang sama!"

"Tepat! Meskipun kita harus diadili atas kejahatan kita suatu hari nanti, hari itu
bukanlah sekarang! Kembalilah, Ketua!"

"Kita tidak bisa kembali lagi, jadi mari kita lihat sejauh mana jalan ini bisa membawa
kita, Ketua."

"K-Kalian... Kalian benar. Kita tidak bisa berhenti di sini. Kita harus mengatasi
kematian monster tikus mungil ini dan terus maju!"

"Ketua!" Mereka memiliki saat yang cukup hangat. Tak tahan lagi, Hajime akhirnya
masuk.

"Gaaah! Kalian sangat menyebalkan! Berhenti jadi sangat emosional setelah setiap
monster kalian bunuh! Astaga, apa-apaan itu!? Apakah kalian hanya menarik kakiku!?
Sepertinya ini berasal dari sinetron jelek! Kalian tidak perlu membuat adegan setiap saat,
bunuh saja diam-diam! Dan cepat juga! Selain itu, berhentilah memanusiakan hal-hal yang
kalian bunuh, itu sangat menyeramkan!"

Hajime tahu mereka mencoba yang terbaik, tapi dia benci bagaimana mereka harus
mengeluarkan banyak masalah dari setiap monster yang mereka bunuh. Hal ini telah
terjadi beberapa kali dalam dua hari terakhir ini, dan Hajime mencoba menunjukkannya
setiap saat dengan tenang. Tapi, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda memperbaiki
kebiasaan mereka, jadi akhirnya Hajime membentak.

Mereka semua tersentak dalam menghadapi kemarahan Hajime, tapi mereka masih
menggumamkan alasan seperti "Mudah untuk kau katakan..." atau "Tapi meski itu adalah
monster, aku masih merasa tidak enak..." lagi dan lagi .

Urat menonjol di dahi Hajime. Salah satu anak laki-laki Haulia melangkah maju
untuk mencoba menenangkan Hajime. Dia adalah orang yang telah diselamatkan Hajime
dari dimakan di Reisen Gorge, dan dia sangat menyukai Hajime. Namun, saat dia hendak
maju selangkah lagi, tiba-tiba dia melompat mundur. Bingung, Hajime menanyainya.

"Huh? Ada apa?"

Anak laki-laki itu menepuk-nepuk telapak kakinya dengan pelan sebelum menjawab.

"Oh, kau tahu... Aku akan menginjak bunga di sana itu... Fiuh, hal baik yang
kuperhatikan tepat waktu. Mungkin sudah hancur kalau tidak kuperhatikan. Itu sangat
cantik. Ya ampun, akan sangat sia-sia untuk membunuhnya." Ekspresi Hajime menegang.

"B-Bunga?"

"Ya! Kau tahu, aku suka bunga. Dan ada begitu banyak di sekitar sini sehingga sangat
sulit untuk tidak terinjak saat kami berlatih." Dia menyeringai gembira pada Hajime.
Haulia yang lain juga menatapnya dengan bangga. Perlahan, Hajime menurunkan kepalanya.
Rambut putihnya menutupi wajahnya.

"...Apa kau bilang alasanmu melompat beberapa kali secara acak... hanya karena
kalian khawatir dengan bunga itu?" Dia bertanya pelan, suaranya nyaris tidak berbisik.
Seperti yang telah disebutkan Hajime, Haulia kadang-kadang melompat ke arah yang aneh
dengan interval yang aneh selama latihan mereka. Sudah lama itu mengganggunya, tapi
menurutnya itu hanya sesuatu yang mereka lakukan untuk melakukan tindakan mereka
selanjutnya lebih mulus, untuk lebih menghabisi musuh mereka.

"Oh tidak, tentu saja tidak. Kami tidak akan pernah."

"Haha, ya, siapa yang akan melakukan itu?" Kata Hajime, lega.

Cam tersenyum canggung, dan ekspresi Hajime akhirnya mulai sedikit rileks. Tapi...

"Tentu saja kita tidak hanya mewaspadai bunga. Kita harus berhati-hati untuk
tidak menghancurkan serangga. Merekalah yang keluar entah dari mana, jadi mereka lebih
sulit diwaspadai. Meskipun kami berhasil menghindari menginjak mereka sejauh ini."

Rahang Hajime terjatuh tepat pada saat itu. Dia mulai bergoyang bolak-balik,
seperti hantu. Khawatir bahwa mereka mungkin telah mengatakan sesuatu yang salah,
Haulia saling melirik dengan tidak nyaman. Masih sedikit bergoyang, Hajime menghampiri
anak itu, lalu tersenyum lebar. Anak laki-laki itu tersenyum kembali.

Lalu, masih tersenyum... dia menghancurkan bunga di bawah kaki. Dia tidak hanya
menginjaknya, dia menekannya.

Anak laki-laki itu menatap kosong. Akhirnya, dia melepaskan kakinya. Yang tersisa
dari apa yang dulu merupakan bunga cantik adalah kelopak yang tersebar, dan batang yang
telah tertekan ke tanah.
"B-bunganya!" Tangisan putus asa anak itu bergema di seluruh pepohonan. Kaget,
semua Haulia menatap Hajime. Dia berbalik menghadap mereka, senyum cerah dan nada
pucat masih ada di wajahnya.

"Baiklah, aku mengerti. Akhirnya aku mengerti betapa lembutnya kalian. Ini
salahku. Aku salah menilai ras kalian. Haha, aku tidak percaya kau benar-benar khawatir
tentang bunga dan serangga saat kau dalam perjuangan hidup dan mati... Masalah kalian
jauh lebih mendasar daripada kurangnya kemampuan tempur atau latihan melawan musuh
sungguhan. Seharusnya aku menyadari ini lebih awal. Aku tidak percaya aku begitu naif...
Hahaha."

"Hajime-dono?"

Senyum Hajime tampak sangat mengerikan, dan Cam dan yang lainnya perlahan
mulai mundur. Alih-alih balasan... Bang! Dia menembak Donner. Cam dilemparkan tak jauh
dari udara sebelum ia terjatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk hebat. Peluru karet yang
mengenai keningnya terjatuh beberapa detik kemudian dengan pelan. Hanya angin yang
bergerak dalam kesunyian yang mengikutinya. Hajime mendekati Cam secara perlahan,
yang telah terjatuh tak sadarkan diri, dan menembak peluru lagi ke perutnya.

"Hauugh!" Dia mengeluarkan sesuatu yang merupakan persilangan antara batuk dan
jeritan saat dia terbangun, dan mengedipkan mata saat dia melihat Hajime. Ada sesuatu
yang tidak masuk akal tentang seorang pria tua dengan telinga kelinci yang tengah duduk
dengan pose yang sering Hajime lihat di anime, tapi dia menyingkirkannya untuk
sementara.

"Baiklah, kau tidak berharga sedikit pun. kalau kalian tidak ingin kepala kalian
lenyap, sebaiknya kalian mulai melawan monster ini seperti hidup kalian bergantung
padanya! Jangan berani khawatir tentang bunga atau serangga atau omong kosong itu! Aku
akan membuat kalian menyesal kalau kalian melakukannya! Sekarang cepatlah dan mulai
membunuh, belatung sialan!" Semua Haulia menegang karena takut dengan bahasanya yang
sangat kasar. Tapi sejengkelnya dia, dia bahkan tidak menunggu jawaban mereka sebelum
menembaki Donner lagi.

Bang! Bang! Bang! Bang! Bang! Bang! Mereka bertebaran seperti empat angin,
tersandung diri untuk menghindari kemarahan Hajime. Semua kecuali anak kecil, yang
berpegangan mati-matian ke kaki Hajime.

"Hajime nii-chan! Kenapa kau melakukan ini!? Apa yang terjadi denganmu!?" Cahaya
berbahaya berkilau di matanya saat dia melotot ke arah anak itu. Hajime melihat
berkeliling, mencoba melihat semua bunga di dekatnya. Diam-diam, dia mulai menembaki
semua. Satu per satu mereka mati. Anak itu menjerit.

"Kenapa!? Kenapa kau melakukan ini!? Hentikan, Hajime nii-chan!"

"Diam, bocah. Menyingkirlah! Semakin lama kau duduk di sini sambil menangis,
semakin banyak bunga mati. Kasih dan perhatianmu yang lembut tidak akan menyelamatkan
mereka. Mereka semua akan mati, dan kalian akan duduk di sini dengan air mata di mata.
Kalau kalian tidak menyukainya, pergilah ke sana dan bunuh monster!"

Untuk menekankan maksudnya, Hajime menembak beberapa bunga lagi. Masih


menangis, bocah itu lari ke kabut.

Beberapa saat kemudian, teriakan bercampur aduk dengan lolongan monster saat
Haulia berusaha menghindari kemarahan Hajime. Dia harus bersikap keras terhadap
mereka, atau kalau tidak, dia tidak akan pernah mengubah sifat manusia kelinci yang
terlalu pasif. Saat ini lebih penting bagi mereka untuk mempelajari pola pikir yang benar
daripada teknik tempur sebenarnya. Meski teknik spartannya mulai menyerupai Sgt.
Hartman dari Full Metal Jacket... Dan begitulah, sepuluh hari berlalu di bawah pencucian
otak Hajime saat ia menghubungkan otak mereka untuk pertempuran. Seiring latihan
mereka berlanjut sampai hari terakhir, entah di luar kabut, ada satu anggota Haulia
lainnya yang juga berhasil.

Boom! Bang! Snap! Crackle! Pop! Bam! Suara gemuruh bergema di seluruh pepohonan.
Kawasan itu tampak seperti zona perang. Pohon-pohon besar dengan batang-batang tebal
bertebaran seperti tangkai alang-alang, beberapa hangus, yang lainnya membeku, yang lain
hanya memutar dengan ngeri, dan kawah-kawah besar bertebaran di tanah seakan ada
hujan meteor yang melanda bumi.

Dua gadis bertanggung jawab atas semua penghancuran ini. Dan kata penghancuran
masih berlanjut.

"Teyaaaaaah!" Terdengar teriakan penuh semangat, dan tiba-tiba pohon


berdiameter kira-kira satu meter terbang di udara. Itu melonjak mendekati sasarannya
dengan kecepatan yang luar biasa, sangat cepat sehingga pengamat biasa mungkin akan
merasa tertindas. Kecepatan dan berat memberikan sejumlah kekuatan mematikan ke
pohon, dan hal itu menghilangkan hambatan di jalannya ke depan.

"Crimson Javelin." Kekuatan yang nyaris tak terbendung ini disambut dengan
tombak yang menyala yang membakar semua yang tersentuh menjadi abu. Meski memiliki
massa yang signifikan, pohon itu langsung terbakar sampai abu seketika. Sesaat kemudian
bola itu berubah menjadi bola api yang menyala-nyala, sebelum kayu terakhir akhirnya
habis terbakar dan nyala api lenyap.

"Ini belum selesai!" Dampak dari Crimson Javelin dan pohon besar menciptakan
gelombang kejut yang cukup besar untuk menerbangkan kabut selama beberapa detik. Di
jendela singkat waktu itu, siluet samar bisa terlihat melesat menembus hutan. Sesaat
kemudian, batang lain meluncur turun dari langit seperti meteor. Namun, target yang
dituju dipadatkan pada waktunya untuk menghindari dampak gencar sambil menyiapkan
tombak api lainnya.

Tapi sebelum dia bisa melepaskannya, siluet itu mengarah ke batang pohon yang
tertusuk ke tanah dan memberikannya tendangan yang menghancurkan bumi. Kekuatannya
meremukkan pohon, dan serpihan kayu meluncur ke arah gadis itu dengan kecepatan yang
tak terbayangkan.

"Ah! Blazing Barrier. " Serangan serpihan itu dipotong pendek oleh dinding yang
menyala yang tiba-tiba muncul di udara. Tak ada sepotong kayu pun yang berhasil
melewatinya. Namun...

"Sekarang aku mendapatkanmu!"

"Ah!"
Waktu yang dibutuhkannya untuk melemparkan mantra itu sudah cukup bagi
bayang-bayang untuk berada di belakangnya. Gadis yang menendang pohon itu segera
menyembunyikan kehadirannya, dan kemudian dia telah menggunakan kabut untuk
menyelinap ke belakang mangsanya. Dia memegang palu besar yang beratnya lebih dari
gadis itu sendiri, tapi dia mengayunkannya dengan mudah mirip mengayunkan pemukul lalat.

"Wind Wall." Palu memukul tanah dengan kekuatan luar biasa. Butir batu terbang
ke segala arah saat batu di bawah dilumatkan. Namun, rentetan batu ini dibelokkan oleh
penghalang angin yang telah dipasang oleh gadis lain. Selain itu, dia menggunakan pusaran
yang berputar untuk menetapkan jarak aman juga. Gadis dengan palu menegang sesaat,
konsekuensi menggunakan keterampilan yang begitu besar, dan lawannya memanfaatkan
pembukaan itu.

"Crystal Coffin."

"Fweh!? T-Tunggu—" Menyadari kebodohannya, dia mencoba untuk meminta


gencatan senjata dengan cepat, tapi tentu saja lawannya tidak akan mendengarkan.
Berpikir cepat, dia menjatuhkan palu dan mencoba melompat mundur, tapi sihir es itu telah
membekap kakinya dan merangkak naik ke kakinya. Tak berapa lama, segalanya kecuali
kepalanya terbungkus kuburan es.

"S-Sangat dingin! Tolong lepaskan aku... Yue-saaan."

"...Aku menang."

Tentu saja, kedua gadis yang bertempur dengan sangat ganas adalah Yue dan Shea.
Setelah sepuluh hari latihan mereka yang keras, tantangan terakhir Shea adalah
pertempuran pura-pura melawan Yue. Kondisinya yang melintas adalah mendarat satu
goresan saja pada Yue. Hasil akhirnya menjadi...

"Waaah... Aku tidak— Tunggu, tepat di sana! Ada di pipimu! Ada goresan, Yue-san!
Seranganku memukulmu! Ahaha, aku benar-benar berhasil! Aku menang!"

Memang ada goresan kecil di pipi Yue. Salah satu kerikil pasti bisa melewati
pertahanan Yue dan menggoresnya. Itu hampir tidak terlihat, tapi kemenangan adalah
kemenangan. Shea telah menyelesaikan percobaannya.

Dia tersenyum penuh kemenangan saat dia menunjuk pipi Yue. Kotoran keluar dari
hidungnya dari rasa dingin yang dirasakannya, tapi senyum sombongnya tetap terpampang
di wajahnya. Telinganya yang kelinci juga berkedut gembira. Itu wajar saja. Ini bukan saja
menunjukkan bahwa dia lulus dari pelatihan, tapi janji yang sangat penting yang dia
dapatkan dengan Yue telah didapat dari kemenangannya.

Meskipun Yue tidak begitu tertarik untuk melihatnya terpenuhi. Lalu—


"...Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan." Berkat kenyataan bahwa
regenerasi otomatisnya menyembuhkannya hampir seketika, Yue bisa bermain bodoh.
Mencibir, Yue berbalik saat mengatakan itu.

"Ap—!? Dasar curang! Aku melihatnya... Maksudku, itu hilang sekarang, tapi tetap
saja! Aku tahu itu ada di sana! Berhenti bermain bodoh, dasar jahat! Dan cepatlah
keluarkan aku dari sini! Ini makin dingin dan dingin... Huh, aku juga mulai sedikit
mengantuk..." Kepala Shea mulai terkulai dan lebih banyak ingus mengalir keluar dari
hidungnya. Dia mungkin sudah mati karena flu jika itu terus berlanjut. Dengan enggan,
sambil menghela napas panjang, Yue menyingkirkan sihir yang dimilikinya.

"Achoo! Achoo! Waah, dingin. Kupikir aku hampir menyeberang ke sisi lain di sana."
Shea bersin beberapa kali sebelum meniup hidungnya pada beberapa daun di dekatnya.
Begitu selesai, dia kembali menatap Yue dengan ekspresi serius. Melihat tatapannya,
ekspresi Yue sendiri berubah dengan mantap. Cukup bahwa wajah sulit ditebaknya benar-
benar hancur, sebenarnya.

"Yue-san, aku menang."

"...Ya."

"Kau berjanji, ingat?"

"...Ya."

"Bahwa jika aku memukulmu sekali saja dalam sepuluh hari ini... kau akan
membiarkanku bergabung dengan kalian dalam perjalanan kalian. Itu janji, ya?"

"......Ya."

"Atau setidaknya kau akan berusaha meyakinkanku untuk meyakinkan Hajime-san."

"......Aku ingin tahu makan malam hari ini."

"Hei! Jangan mencoba mengubah topik pembicaraan! Dan kalau kau akan
melakukannya, setidaknya kau bisa sedikit kurang jelas tentang hal itu! Selain itu, kau
hanya minum darah Hajime-san untuk makanan, bukan? Kenapa kau tiba-tiba peduli dengan
makan malam!? Sebaiknya bantu aku, oke!? Karena kalau kau bilang bahwa kita harus
melakukan sesuatu, Hajime-san hampir selalu mengatakan ya!"

Yue mulai merasa terganggu oleh geliuman Shea yang tak henti-hentinya. Tapi
seperti yang Shea katakan, Yue membuat sebuah janji. Jika Shea berhasil mendaratkan
pukulannya padanya, tidak peduli seberapa meliriknya, itu akan menjadi hitungan. Dan Yue
mengizinkan Shea menemani mereka dalam perjalanan mereka. Lebih dari itu, dia akan
membantu mencoba dan meyakinkan Hajime bersama Shea untuk meminta izin kepadanya.

Saat ini, harapan terbesar Shea adalah melakukan perjalanan bersama kedua orang
tersebut. separuhnya adalah karena dia tidak ingin membebani keluarganya lagi, tapi
separuh lainnya hanya karena dia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Hajime
dan Yue.

Namun, dia tahu tidak peduli bagaimana dia bertanya bahwa dia akan ditolak dengan
dingin. Itu sudah jelas dari sikap mereka. Karena itulah dia memikirkan ide agar Yue
membuat janji itu.

Shea menyadari betapa lemahnya Hajime pada Yue, dan telah memutuskan untuk
melupakan pertahanannya dengan menggunakan dia sebagai senjata. Lebih dari segalanya,
Shea juga perempuan. Dia tahu persis bagaimana perasaan Yue tentang Hajime. Bagaimana
pun, dia merasakan hal yang sama. Tentu, itu berarti kebalikannya juga benar. Yue pasti
menyadari bagaimana perasaan Shea tentang Hajime, dan kemungkinan dia tidak senang
dengan itu. Oleh karena itu, mengapa Shea membutuhkan Yue untuk menerimanya lebih
dulu, sebelum hal lain

Dia tidak berniat mencuri Hajime dari Yue. Pikiran itu bahkan tidak terlintas di
dalam benaknya, jujur saja. Bahkan meninggalkan perasaan Hajime, Shea benar-benar
menghormati Yue, dan ingin mendekatinya. Perasaannya kemungkinan besar dipengaruhi
oleh fakta bahwa Yue dan Hajime adalah satu-satunya "rekan seperjuangan" yang pernah
dia temukan. Sederhananya, Shea hanya ingin berteman dengan mereka. Dengan begitu
dia bisa dekat dengan pria yang dicintainya, dan gadis yang juga mencintai pria yang
dicintainya. Itulah masa depan yang diimpikannya.

Pertanyaan sebenarnya adalah mengapa Yue setuju untuk membuat janji semacam
itu. Tidak ada apa-apa untuknya. Sesuatu seperti 20% darinya hanya karena dia merasakan
simpati pada Shea. Ketika dia pertama kali mendengar cerita Shea di dasar Reisen Gorge,
awalnya dia mengira bahwa Shea telah jauh lebih diberkati daripada sebelumnya. Tapi
bahkan saat itu, dia tidak bisa tidak merasa seperti Shea benar-benar adalah "teman".
Dan perasaan samar persahabatan itu membuat Yue hanya bisa memanjakan Shea.

80% sisanya adalah... hanya karena dia keras kepala. Shea telah memanfaatkannya
untuk menarik Yue agar membuat janji. Dia telah menjebaknya seperti ini: "Kalau kau
benar-benar berpikir aku menghalangi, maka paksa aku. Kalau tidak bisa, maka itu hanya
membuktikan bahwa aku pantas bersama Hajime-san." Shea berharap bisa mendorong Yue
untuk menyetujui dengan menggunakan perasaannya pada Hajime. Seandainya saja ada
gadis selain Shea, Yue tidak peduli. Tapi, meski sedikit, Yue masih menerima Shea sebagai
rekan. Dan saat dia melihat betapa bersemangatnya Shea dalam pelatihannya,
menunjukkan betapa kuat perasaannya, Yue tidak bisa mundur. Akibatnya, janji itu dibuat,
dan Shea menang.

"...Haaah. Baik. Aku akan menepati janjiku."

"Sungguh!? Jangan menariknya kembali! Kau harus membantuku!"

"......Baik."

"Kau masih tidak menyakinkan, tapi... kau benar-benar akan membantuku, bukan?"
"...Menjengekelkan." Dengan enggan, Yue mengakui kemenangan itu pada Shea.
Shea masih sedikit khawatir dengan jawaban Yue, tapi dari penampilannya, Yue sama
seperti Hajime karena dia tidak akan pernah mengembalikan kata-katanya.

Sudah hampir waktunya bagi Hajime untuk menyelesaikan latihan Haulia lainnya
juga. Shea, yang tersenyum senang, dan Yue, yang mengerutkan kening dengan tidak
senang, keduanya menuju ke tempat Hajime berada.

Mereka menemukan Hajime bersandar pada pohon di dekatnya, tangannya terlipat


dan matanya terpejam. Ketika dia merasakan kehadiran mereka, dia membuka matanya
dan berpaling untuk melihat mereka. Dia merasa penasaran bahwa mereka memakai
ekspresi yang sama sekali berlawanan, dan dia mengangkat tangan untuk mereka saat
menyapa.

"Yo. Bagaimana keadaannya? Apakah kalian berdua menyelesaikan duel kalian atau
apalah?" Hajime tahu mereka memiliki semacam taruhan di pertandingan itu. Aneh jika
tidak, karena dialah yang membuat palu Shea. Dia masih teringat pada malam Shea
mendekatinya, memintanya untuk membuatnya menjadi senjata yang bisa membantunya
mengalahkan Yue. Yue sendiri tidak keberatan, dan semua yang mereka katakan kepada
Hajime saat dia bertanya adalah ada taruhan dari jenis yang mereka buat. Dia pun mengira
dengan senjata kuat Yue tidak akan memiliki masalah dalam kemenangan, jadi dia membuat
palu untuk Shea.

Bagaimana pun, 9 kali dari 10 Yue pasti menang. Hajime telah melihat betapa
kuatnya Yue saat di jurang. Meski dia memiliki kemampuan yang sama untuk
memanipulasinya secara bebas, Shea telah menjalani kehidupan yang damai sejauh ini.

Namun, dilihat dari ungkapan mereka, tampaknya bagi Hajime bahwa dugaannya
telah ditolak. Dia mengagumi fakta bahwa Shea bisa menang. Masih berseri-seri, Shea
mulai berbicara dengan Hajime.

"Hajime-san, Hajime-san! Dengarkan ini! Akhirnya aku mengalahkan Yue-san! Itu


menakjubkan! Ya ampun, aku berharap bisa menunjukkan betapa kerennya aku! Saat Yue-
san tahu dia telah kalah, dia—Guooh!?" Dengan gerakan menyapu, dia mulai menceritakan
rincian pertarungannya dengan penuh semangat. Kesal dengan bagaimana Shea terbawa
arus, Yue melompat dan mengeluarkan tamparan yang begitu kuat sehingga mengirim Shea
terbang melayang-layang. Dia jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk dan terbaring di sana
dengan suara canggung. Yue bergumam sedih dan mengembalikannya pada Shea,
sementara Hajime menyeringai dengan saksama sebelum kembali pada Yue.

"Begitu? Bagaimana keadaannya?" Dia lebih tertarik dengan isi pertandingan


daripada hasil mereka. Terus terang, ia merasa sulit untuk percaya bahwa Shea bisa
mengalahkan Yue. Itulah sebabnya dia ingin mendengar penilaian Yue tentang dirinya.
Ekspresi Yue jelas tersirat bahwa dia tidak ingin membicarakannya, tapi dia tetap
menjawab dengan enggan.

"...Kemampuannya untuk sihir sama dengan milikmu."


"Yah, itu kejutan. Betapa sia-sia, mengingat kemampuannya... Begitu? Itu belum
semuanya, kan? Lagi pula, dia bisa menggunakan palu besar itu."

"Ya. Dia benar-benar pandai memperkuat tubuh. Sangat bagus. Dia monster dengan
sendirinya."

"...Wow. Seberapa kuat dibanding kita?"

Hajime menyipitkan matanya dengan rasa ingin tahu. Penilaian Yue tentang Shea
jauh lebih tinggi dari perkiraannya. Dan ekspresi masamnya menjawab pertanyaan Hajime
jauh lebih baik daripada kata-kata lainnya. Setelah memikirkannya sejenak, Yue menatap
Hajime dan memberinya jawaban yang lebih konkret.

"Mungkin mendekati 60% kekuatanmu, Hajime... Kalau kau tidak menggunakan Limit
Break."

"Serius? Apakah itu yang terkuat yang bisa dia buat sendiri?"

"Ya... Untuk sekarang, pokoknya. Dia bisa lebih kuat dengan lebih banyak latihan."

"Wow. Itu sangat gila."

Meskipun dia tidak menunjukkannya, Hajime terkejut melihat betapa hebatnya


kekuatan Shea. Dia menunduk menatap monster yang dimaksud.

60% kekuatannya tanpa Limit Break masih berarti bahwa semua statistik Shea
dapat 6000 dengan mudah. Itu lebih dari 1,5 kali statistik dari seorang pahlawan rata-
rata menggunakan Limit Break. Memanggil kekuatannya mengerikan itu tidak dapat
diremehkan. Tidak heran dia bisa memukul Yue. Kau tidak akan pernah bisa menebaknya
dengan penampilannya sekarang. Pikir Hajime, saat dia melihat air mata dengan baik di
mata Shea saat dia memegang pipinya.

Setengah tersedu-sedu, setengah tercengang, dia melihat saat dia akhirnya


melihat tatapannya, berdiri, dan berjalan sambil berjuang untuk mencegah emosinya tetap
ada.

Beberapa meter darinya, dia menegakkan punggungnya dan mengayunkan bahunya.


Rambut biru-putihnya berkibar tertiup angin dan telinga kelincinya berdiri tegak. Ini akan
menjadi permintaan terpenting dalam hidupnya. Atau mungkin... pengakuan akan menjadi
kata yang lebih baik. Dengan gemetar, ekspresinya kaku, namun dia terus melangkah
beberapa langkah ke depan. Akhirnya, dia menatap lurus ke matanya, dan Hajime melihat
tekadnya menyala di dalam dirinya.

"Hajime-san. Tolong biarkan aku menemanimu di dalam perjalananmu. Kumohon!"

"Tidak."

"Begitu!?"
Mengingat atmosfernya, Shea mengharapkannya untuk sedikit merenungkan
permintaannya sebelum menjawab. Dia membuka matanya lebar-lebar karena terkejut
saat mendengarnya tiba-tiba. Hajime menunduk menatapnya dengan ekspresi yang
berteriak, "kenapa?"

Kaget diberi ucapan marah. Setidaknya kau bisa meminta permintaanku sedikit
lebih serius!

"K-Kau sangat kejam, Hajime-san. Aku sangat serius, dan kau bilang bukan begitu..."

"Tidak terlihat serius bagiku. Lagi pula, apa yang akan kau lakukan dengan Cam dan
yang lainnya? Kau tidak bisa mengharapkanku membawa mereka semua bersamaku."

"T-Tidak, bukan begitu! Maksudku aku saja! Tanyaku sebelumnya juga, ingat? Dulu
kau bilang aku tidak ingin membebani keluargaku bukan alasan yang cukup baik untuk
membawaku, tapi sekarang..."

"Tapi sekarang apa?"

Shea gelisah. Jemarinya bergetar dan wajahnya yang pucat merayapi pipinya.
Betapa liciknya. Dia benar-benar menguasai keahliannya. Sial baginya, Hajime hanya
menatapnya curiga. Di sebelahnya, Yue melotot marah padanya.

"Tapi sekarang... Aku meminta untuk pergi denganmu karena aku mau, jadi..."

"Huh? Kenapa kau mau ikut dengan kita? Kau bahkan tidak akan menjadi beban
keluargamu lagi dengan seberapa kuat kau. Astaga, mungkin kau bisa menghadapi musuh
yang muncul di permukaan."

"Aku tahu, tapi..."

"......" Dia gelisah tanpa henti selama beberapa menit sebelum Hajime akhirnya
menjadi tidak sabar dan menarik Donner. Menyadari bahwa dia harus segera mengatakan
sesuatu, Shea mengumpulkan keberaniannya dengan cepat dan membuka mulutnya,
memutuskan untuk membiarkan perasaannya berbicara untuknya.

"Aku ingin tinggal bersamamu, Hajime-san! Karena aku menyukaimu!"

"Kau apa?"

Keparat, aku menggigit lidahku! Dengan bingung, Shea mencoba menenangkan diri,
sementara Hajime hanya memandang dengan sangat kaget. Sepertinya dia tidak percaya
apa yang baru saja didengarnya. Akhirnya, roda gigi di otaknya mulai berputar lagi dan dia
mengurai kata-katanya.

"Tunggu tunggu... Tunggu. Ini tidak masuk akal. Ke mana aku bahkan memicu salah
satu flag-mu? Maksudku, aku pun tahu aku sudah cukup berarti bagimu sepanjang waktu
ini... Tunggu, jangan katakan padaku bahwa maksudmu itu?" Meski menurutnya dugaannya
tidak mungkin benar, dia masih mundur untuk berjaga-jaga. Tentu, Shea membantah
tuduhannya.

"Berani-beraninya kau memanggilku orang mesum! Aku tidak seperti itu! Dan kalau
kau menyadari bahwa kau sedang bersikap jahat, bukankah kau menganggap kau sedikit
lebih baik padaku?"

"Aku tidak melihat mengapa aku harus bersikap baik kepadamu... Apakah kau sangat
menyukaiku? Apa kau yakin itu bukan karena gertakan saja?"

Hajime masih belum bisa percaya bahwa Shea sangat menyukainya, maka
anggapannya bahwa efek jembatan gantung telah mulai dimainkan. Dan mengingat
bagaimana dia memperlakukannya sampai sekarang, tidak mengherankan. Namun,
sepertinya Shea sangat tidak senang karena dia meragukan perasaannya.

"Aku tidak bisa bilang bahwa aku benar-benar tidak terpengaruh oleh situasi ini.
Lagi pula, kau menyelamatkan kita dari begitu banyak keadaan buruk, dan kau benar-benar
orang buangan sepertiku... dan aku sangat senang saat memberi tahu para sesepuh bahwa
kau akan melindungi janjimu tidak peduli apa pun... Tapi entah itu karena semua itu atau
bukan, faktanya aku suka kau sekarang belum berubah. Bahkan kupikir itu agak aneh.
Kenapa kau, dari semua orang? Kau bahkan tidak memanggilku dengan namaku, kapan pun
kau marah, kau langsung mulai menembak orang, kau jahat, kau tidak peduli dengan
perasaan orang lain, kau hanya membuang orang ke gerombolan monster, kau tidak memiliki
belas kasihan. Kau jahat, kau tidak pernah melakukan sesuatu yang baik, kau hanya baik
pada Yue-san, kau jahat... Huh? Sungguh, kenapa aku menyukaimu? Huh?"

Sambil mendengarkan omelannya, Shea mulai mempertanyakan perasaannya


sendiri. Dia memiringkan kepalanya dalam kebingungan, dan sementara Hajime sangat ingin
mengeluarkan Donner, dia menahan diri. Tidak ada yang dikatakannya salah.

"Bagaimana pun, tidak peduli apa perasaanmu, aku tidak berencana untuk
membawamu bersama kami."

"Tidak mungkin! Dengar, semua itu hanya lelucon, oke? Aku sangat menyukaimu,
jadi tolong bawa aku bersamamu!"

"Begini, meskipun... Meskipun perasaanmu nyata, aku sudah memiliki Yue.


Sebenarnya, aku heran kau mengaku semua itu saat dia berdiri di sini di depanmu... Kalau
dipikir-pikir, hal yang benar-benar menyeramkan tentangmu bukanlah kemampuan
penguatan tubuh itu, tapi betapa tak tahu malunya kau. Apakah hatimu terbuat dari
azantium atau semacamnya?"

"Maaf, hatiku tidak sekeras itu! Aww, aku tahu ini akan terjadi... tapi tidak apa-
apa. Aku sudah tahu aku tidak bisa berurusan denganmu melalui cara normal, Hajime-san."
Shea mencibir penuh kemenangan, yang membuat Hajime menatapnya dengan curiga.
"Aku sudah merencanakan semua ini! Itu sebabnya aku membawa kehidupanku
dalam bahaya! Sekarang, Yue-sensei, kalau kau akan bagitu baik!"

"Hah? Yue?" Hajime berkedip saat tiba-tiba dalam percakapan. Dengan kesal, Yue
tetap setia berpaling untuk melihat Hajime. Ekspresinya membuatnya terlihat seperti
baru saja menelan seratus kecoak, dan dengan sangat enggan dia membuka mulutnya.

"......Hajime, ayo kita bawa dia bersama kita."

"Tunggu, eh... Apa? Apa yang terjadi di sini? Kau jelas tidak menyukai idenya, tapi...
Tunggu, apa ini taruhannya?"

"...Aku ceroboh."

Yue mengangkat bahunya dengan sedih, dan Hajime, yang akhirnya bisa menduga
apa yang terjadi di antara mereka, sangat heran.

Shea pasti tahu bahwa dia langsung bertanya kepadanya hanya akan membuatnya
segera menolaknya, jadi dia telah melakukan segalanya untuk mendapatkan permintaannya
kepadanya. Dia bahkan mengerti Hajime dengan cukup baik untuk menyadari bahwa dia
akan mendengarkan Yue, meskipun dia tidak mendengarkannya.

Itulah sebabnya dia mencoba meminta Yue untuk membantunya. Dalam arti yang
sangat nyata, dia telah mempertaruhkan nyawanya untuk mendapatkan sekutu yang begitu
kuat. Perasaan setengah matang tidak akan pernah sampai ke Yue. Hajime baru saja
melihatnya dalam sepuluh hari terakhir ini, tapi dia yakin dia pasti sudah terlatih seperti
hidupnya bergantung pada hal itu untuk mengalahkan Yue. Dan itu berarti perasaannya
sangat nyata.

Hajime menggaruk kepalanya dengan canggung. Meskipun Yue telah menyetujui dia,
meski dengan enggan, masih belum ada alasan bagus untuk membawa Shea bersama
mereka. Jadi, pada akhirnya, itu masih terasa sampai pada perasaan Hajime.

Meskipun Yue telah setuju untuk membantu dengan enggan, sepertinya dia sudah
menyerah. Dia telah melihat dia dari dekat dalam sepuluh hari terakhir ini, dan tahu
betapa kerasnya Shea telah berlatih untuk melewati rintangan yang telah dilemparkan
Yue. Karena itulah dia bersedia mengajaknya. Selain menyisakan perasaan Shea pada
Hajime, Yue hanya punya sedikit alasan untuk membencinya.

Shea tersenyum penuh kemenangan saat dia meminta bantuan Yue, tapi sekarang
dia khawatir sekali lagi melapisi wajahnya, dan dia menatap dengan tidak enak pada
Hajime. Dia telah melakukan semua yang dia bisa, dan sekarang yang tersisa hanyalah
menunggu keputusannya.

Akhirnya, Hajime menarik napas dalam-dalam dan mengunci mata dengan Shea.
Masing-masing ucapannya diambil dengan sangat hati-hati. Di setiap giliran, Shea
menjawab dengan keyakinan.
"Meskipun aku membiarkanmu datang, itu bukan berarti aku akan menanggapi
perasaanmu, kau tahu?"

"Tidakkah kau tahu? Masa depan tidak diatur di dalam batu."

Karena dia adalah seseorang yang bisa melihat masa depan, dia tahu itu pasti.
Bergantung pada tindakan seseorang, masa depan bisa berubah.

"Takkan ada bedanya selain bahaya."

"Untung aku monster, kalau begitu. Aku tidak akan menghalangi kalian saat
bertengkar."

Para sesepuh telah mencemoohnya dengan nama itu sekali sebelumnya, tapi
sekarang dia memakainya dengan bangga. Dan itu semua karena dia tahu ada beberapa hal
yang tidak bisa dilakukan kecuali kau adalah monster.

"Tujuanku adalah kembali ke duniaku sendiri. Kau mungkin tidak akan pernah
melihat keluargamu lagi kalau kau ikut denganku."

"Aku sudah bicara dengan mereka tentang itu, tapi aku masih ingin pergi. Ayah juga
mengerti." Shea tidak merasakan apa-apa selain rasa syukur atas keluarga yang telah lama
melindunginya. Mungkin dia tidak akan bisa menggambarkan apa yang dia rasakan saat
keluarga yang dia jalani sepanjang hidupnya telah mengirimnya pergi dengan senyuman
setelah dia memberi tahu mereka maksudnya.

"Mungkin tidak mudah hidup di duniaku."

"Aku akan mengatakannya sebanyak yang harus kulakukan... Aku masih ingin pergi."

Pikiran Shea sudah bulat. Kata-kata lagi tidak akan menghalangi dia lagi... Tidak,
mereka tidak bisa mencegahnya. Begitulah kuatnya perasaannya.

"......"

"Fufu, apa yang harus kau katakan? Apakah itu berarti aku menang?"

"Apakah ada 'menang' di sini...?"

"Ada sesuatu. Itu berarti perasaanku membuatmu menang... Hajime-san."

"...Apa maksudnya?"

Dia memutuskan untuk mengulanginya, niat Shea Haulia.

"Tolong bawa aku bersamamu."

Hajime dan Shea saling menatap sebentar. Tercermin di dalam mata safir Shea
adalah pupil Hajime sendiri. Akhirnya...
"...Baiklah, sesukamu. Aneh."
Apa pun yang dilihatnya di matanya pasti sudah cukup untuk meyakinkannya, seperti
yang Hajime berikan sambil menghela napas.

Teriakan penuh kegembiraan, diikuti oleh suara orang yang tidak bertele-tele yang
meniup hidung mereka di atas hutan. Hajime hanya bisa tersenyum masam saat ia meratapi
masa depan yang menunggunya.

Shea menangkup pipinya dan mengeluarkan serangkaian tawa aneh yang terdengar
seperti "Ehehe! Uheheheh Kufufu!" Saat dia melompat dengan senang hati. Ekspresinya
yang serius sebelumnya telah lenyap tanpa bekas.

"...Menjijikkan." Gumam Yue, tak tahan lagi. Telinga kelinci Shea yang sensitif tidak
merindukan penghinaan yang berbisik.

"Hei, apa yang menjijikkan di sini, ya? Aku tidak percaya kau... Aku sangat senang
jadi mau bagaimana lagi, oke? Ini seperti pertama kalinya Hajime bersikap baik padaku.
Apakah kau melihatnya? Bagaimana dia melihat akhir di sana? Aku merasa jantungku
berdetak kencang saat melihat itu. Dengan kecepatan seperti ini, aku akan segera segera
menyusulnya."

Shea berada di atas bulan. Sebenarnya, dia mungkin lebih dari bintang-bintang.
Bosan dengan embusan yang bersemangat, baik Yue maupun Hajime membuka mulut
mereka secara bersamaan.

"...Kelinci bodoh."

"Ap!? Apa itu tadi!? Kenapa kalian tidak bisa mengatakan namaku saja! Toloooong,
kita bahkan rekan seperjalanan sekarang. Jangan bilang bahwa kalian akan terus
menggunakan julukan mengerikan itu selamanya. Kalian tidak akan lakukan, kan?"

"......"

"Ke-Kenapa kalian mendadak diam saja? Tunggu, tolong jangan memalingkan mata
begitu. Ayolah, itu bukan nama yang sulit untuk diucapkan. Shea. She-ah. Ulangi setelah
aku. She-ah."

Mereka mengabaikan Shea, yang terus berusaha membuat mereka mengatakan


namanya, dan mulai mendiskusikan rencana masa depan mereka. Pada saat Shea mulai
berpegangan pada mereka sambil menangis, "Tolong jangan abaikan akuuu... Aku salah satu
dari kalian sekarangg!" Hanya karena mereka menjadi rekan bukan berarti mereka akan
memperlakukannya dengan lebih baik.

Jadi, trio yang berisik, terutama karena Shea, berhasil melewati kabut ke tempat
sisa Haulia menunggu. Mereka telah menyelesaikan percobaan keras Hajime yang
mengerikan, yang buktinya sudah berakhir di tangan mereka. Setelah diperiksa lebih
dekat, tampak jelas bahwa Cam sedang bersama mereka.
Shea tersenyum gembira saat melihat keluarganya untuk pertama kalinya dalam
beberapa saat. Terakhir kali dia berbicara dengan mereka sebelum latihan dimulai, saat
dia memberi tahu mereka niatnya. Baru sepuluh hari berlalu, tapi betapa kerasnya latihan
mereka, waktu itu terasa seperti keabadian. Bagi Shea, rasanya sudah berbulan-bulan
sejak terakhir kali dia melihatnya.

Dia langsung menuju ayahnya begitu dia melihatnya. Ada banyak hal yang ingin dia
katakan padanya. Tapi saat dia mendekat, mulutnya tertutup secara refleks. Cam dan yang
lainnya memiliki aura aneh di sekitar mereka.

Dia hanya tersenyum manis sebelum kembali memandang Hajime. Lalu....

"Boss. Kami membantai monster yang Anda minta."

"B-Boss? A-Ayah? Ada apa dengan cara berbicara itu... dan kenapa kau terlihat
begitu..."

Cam mengabaikan kebingungan putrinya, lalu menunjukkan taring dan cakar dari
beberapa monster hutan yang lebih kuat pada Hajime.

"Kupikir aku sudah bilang satu saja sudah cukup..."

Tugas terakhir Hajime untuk murid-muridnya adalah mengalahkan salah satu


penghuni lautan pepohonan yang lebih kuat sebagai sebuah tim. Tapi kalau dilihat dari
jumlah bagian monster yang telah didapat, mereka membunuh lebih dari sepuluh ekor
dengan mudah. Cam menyeringai serigala saat ia menjawab.

"Itu yang Anda bilang, Boss. Tapi saat kami memburu target kami, teman-teman
terkutuk itu muncul... Brengsek-brengsek itu berani memperlihatkan taringnya pada kami,
jadi kami hanya melakukan apa yang alami. Bukankah itu benar?"

"Benar, Boss. Monster terkutuk itu perlu belajar tempat mereka."

"Kami memastikan tidak satu pun dari mereka lolos. Mereka semua mendapatkan
apa yang pantas mereka dapatkan."

"Mereka sedikit susah untuk diatasi, tapi... mendengar jeritan mereka sungguh
sangat berharga. Fufu..."

"Mungkin kita harus menggantung mereka di pohon sebagai contoh bagi yang lain..."

"Yah, kita potong-potong, jadi itu mungkin cukup bagus."

Masing-masing kata-kata mereka sangat meresahkan. Ungkapan lembut mereka


yang biasa tidak terlihat di mana pun. Dengan kilatan berbahaya di mata mereka, mereka
melaporkan hasil misinya kepada Hajime. Shea memperhatikan mereka dengan heran.
"...Siapa kalian?" Tiba-tiba, dia kembali sadar dan menghampiri Hajime, karena dia
kemungkinan besar bertanggung jawab atas perubahan radikal dalam keluarganya.

"A-Apa-apaan ini? Hajime-san, apa yang kau lakukan terhadap mereka!?"

"T-Tenanglah... Aku tidak melakukan apa-apa... Ini hanya hasil latihan mereka..."

"Mustahil! Pelatihan macam apa yang akan mengubahnya menjadi begini!? Mereka
semua sama sekali berbeda! Hei, apa kau tidak mengalihkan tatapanmu! Lihat aku!"

"...Mereka tidak berubah banyak."

"Apa matamu hanya untuk pertunjukan!? Lihat mereka! Mereka semua menatap
pisau mereka dengan niat membunuh di mata mereka! Dengar, salah satu dari mereka
bahkan menamai pisaunya Julia! Mereka benar-benar jatuh hati dengan senjata mereka!
Ini tidak normal!" Teriakan histeris Shea terdengar di lautan pepohonan. Cam mengamati
ekspresi mereka dengan ekspresi bingung di wajahnya. Sementara Shea berteriak pada
Hajime, bahkan lebih dari Haulia kembali ke tempat terbuka. Masing-masing dari mereka
memiliki pandangan yang agak... liar. Bahkan wanita dan anak-anak dan orang tua.

Hajime mengalihkan tatapannya dengan canggung dari tatapan Shea yang melotot
dan mencoba membuat alasan untuk menjelaskan situasinya. Menyadari bahwa dia tidak
akan bertanya-tanya tentang Hajime, Shea berpaling kepada Cam sebagai gantinya.

"Ayah! Kalian! Apa yang terjadi dengan kalian semua!? Ini seperti kalian telah
menjadi orang yang sama sekali berbeda! Bahkan cara kalian berbicara jadi menakutkan...
Kembali ke akal sehat kalian, semuanya!" Shea memohon pada ayahnya dengan putus asa,
dan kilatan berbahaya di matanya perlahan memudar saat ekspresi normalnya kembali. Dia
mendesah lega. Namun...

"Apa yang kau bicarakan, Shea? Kami sangat waras. Kami baru saja belajar sesuatu
akan kebenaran dunia ini. Berkat bos kami di sini."

"Ke-Kebenaran dunia ini? Apa artinya itu?" Mendadak Shea mengalami firasat
buruk, dan Cam mengembungkan dadanya dengan bangga.

"90% masalah dunia bisa diatasi melalui kekerasan."

"Kau sudah gila! Ayah baik, lembut pergi untuk selamanya! Waaaaaaah!" Karena
tidak dapat menahan keterkejutan dari apa yang akan dia hadapi, Shea berlari sambil
menangis menuju lautan pepohonan. Tapi sebelum dia bisa menghilang ke dalam kabut, dia
berlari ke dalam siluet kecil. Dia mengeluarkan teriakan kaget dan jatuh di pantatnya.
Sosok yang berhasil dia hadapi berhasil mempertahankan keseimbangan mereka, dan
mereka mengulurkan tangan pada Shea.

"M-Maaf. Terima kasih."


"Jangan khawatir, Shea-anego. Wajar bagi seorang pria untuk membantu seorang
wanita."

"A-Anego?"

Dari kedalaman kabut muncul anak laki-laki Haulia yang dulu pernah mencintai
bunga. Terayun di bahunya adalah panah besar, dan dua pisau dan sebuah katapel
menggantung dari sabuk yang diikatkan ke pinggangnya. Senyumnya nihilisme. Tidak
pernah dalam hidupnya Shea pernah ditangani secara formal. Ini sangat mengejutkan
karena dia mengingat jelas anak laki-laki yang memanggilnya "Shea onee-chan" di masa
lalu. Dia berjalan melewati Shea dan memberi hormat pada Hajime dengan sopan.

"Boss! Aku minta maaf karena telah kembali dengan tangan hampa! Tapi, aku punya
laporan! Izin untuk berbicara?"

"S-Silakan. Apa itu?" Saat dia melihat anak laki-laki itu bertingkah seperti veteran
berpengalaman, Hajime memang harus mengakui bahwa dia mungkin telah menggunakan
teknik pelatihannya yang sederhana sedikit berlebihan. Anak laki-laki itu melanjutkan
laporannya dengan biasa saja.

"Pak! Saat mengejar target, aku menemukan sebuah batalyon manusia beruang
bersenjata. Aku menempatkan mereka pada rute menuju Grand Tree. Aku menduga
mereka percaya bahwa mereka bisa menyergap kita dengan bodoh!"

"Ah, jadi mereka benar-benar datang. Kupikir mereka akan mencoba melacak kami
segera, tapi... begitu ya. Jadi, sebenarnya mereka punya kelancangan untuk mencoba
menghentikan kita tepat di depan tujuan kita, huh? Mereka punya nyali... dan?"

"Dengan seizin Anda, Pak, kami akan mengurus mereka!"

"Hmm... Bagaimana menurutmu, Cam? Kau mendengar anak itu."

Cam menyeringai serigala yang sama, lalu mengangguk setuju.

"Dengan seizin Anda, dengan senang hati kami akan menghancurkan mereka. Ini
adalah kesempatan bagus... untuk melihat seberapa baik kita melaju melawan lawan
sekaliber mereka. Jangan khawatir, kami tidak akan mempermalukan nama Anda." Atas
ucapan Cam, Haulia yang lainnya mulai menyeringai haus darah. Tiba-tiba, rasanya lebih
seperti manusia kelinci memberi nama pada senjata mereka. Shea melihat dengan putus
asa.

"...Kalian sungguh bisa melakukannya?"

"Tentu, Pak!"

Orang yang menjawab adalah anak laki-laki yang menyampaikan laporan awal.
Hajime memejamkan mata, menarik napas panjang, dan mengembuskannya lagi.
"Dengarkan, orang-orang dari Haulia! Bangga dan gagah berani! Hari ini adalah hari
kalian akhirnya lulus dari belatung tak berguna! Dulu kalian pernah jadi seriphan sampah
yang harganya kurang dari ludah di sepatu botku! Tapi, tidak lagi! Dengan kekuatan kalian
menghancurkan irasionalitas dunia ini, dan dengan liciknya kalian menjalankan lingkaran di
sekitar siapa pun yang berani menentang kalian! Kalian telah terlahir kembali sebagai
pejuang besar suku Haulia! Sekarang pergilah, dan ajarkan bajingan beruang itu agar tidak
dapat memikirkan apa pun selain balas dendam sesat mereka siapa bosnya! Mereka
hanyalah batu loncatan di jalan kalian! Brengsek tak berguna yang bahkan tidak pantas
dipertimbangkan! Bangun gunung dengan mayat mereka, dan tempelkan bendera kalian di
puncaknya! Bendera itu adalah bukti bahwa kalian hidup! Bahwa Haulia si kelinci kecil yang
lemah lembut tidak lagi! Biarkan semua Hutan Haltina tahu keberadaan kalian!"

"Pak, baik Pak!"

"Katakan padaku, anak-anak! Kalian adalah pejuang paling kuat di semua Haltina!
Apa harapan kalian!?"

"Pembantaian! Pembantaian! Pembantaian!"

"Apa keahlian kalian!?"

"Pembantaian! Pembantaian! Pembantaian!"

"Dan apa yang kalian lakukan terhadap musuh kalian!?"

"Pembantaian! Pembantaian! Pembantaian!"

"Benar, bunuh mereka! Itulah kekuatan yang kalian raih! Berjuang untuk hidup
kalian!"

"Aye aye, Pak!"

"Itulah semangat! Bangga anggota suku Haulia, inilah perintahku! Cari dan
hancurkan! Pergi sekarang!"

"Yahaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

"Waaaaaah, semua keluargaku sudah tiadaaaaaa. Mereka semua mati."

Atas perintah Hajime, semua Haulia berbalik dan masuk ke dalam kabut.

Tidak ada jejak ras cinta kasih yang dulu. Shea meremas lututnya dan menangis
tanpa berkata-kata. Teriakannya bergema di seluruh hutan. Bahkan Yue pun tidak bisa
menahan diri untuk tidak terpengaruh oleh emosi seperti itu, dan dia membelai kepala
Shea dengan lembut.

Bertujuan untuk bergabung dengan teman-temannya, bocah kecil itu berlari dari
belakang Shea, tapi dia memanggilnya untuk menahannya.
"Par-kun! Tolong tunggu! L-lihat, ada bunga kecil yang cantik di sini! Seharusnya
kau tidak pergi dengan mereka... kau bisa menunggu di sini bersamaku. Apa yang kau
katakan? Tidakkah kau ingin tinggal?" Jika tidak ada yang lain, setidaknya dia ingin
menyelamatkan anak laki-laki satu ini dari jalur yang salah. Dia berusaha keras untuk
menariknya kembali dengan janji bunga. Kenapa bunga? Itu karena dia tidak lain adalah
anak laki-laki yang sama yang begitu terpikat dengan bunga sebelumnya.

Dengan kata-kata Shea, anak muda itu, Par, berhenti. Dia menarik napas lega dan
mengangkat bahunya. Itu adalah reaksi berlebihan yang mempertimbangkan pertanyaan
itu.

"Lady Shea, tolong jangan menggali kenangan buruk. Aku sudah membuang masa
laluku. Anak laki-laki yang mencintai bunga itu lemah."

Sebagai referensi, Par masih berumur sepuluh tahun.

"K-Kenangan buruk? Membuang masa lalumu. Umm, aku benar-benar tidak


mengerti, tapi apakah itu berarti kau tidak menyukai bunga lagi?"

"Benar, aku membuang cinta itu bersama dengan masa laluku."

"Tapi kau dulu sangat mencintainya..."

"Hmph, itu tidak lebih dari kebodohan masa muda."

Diulangi, Par baru berumur sepuluh tahun.

"Bagaimana pun, Shea-anego."

"Ap-apa?" Melihat betapa drastis anak laki-laki yang biasa berlari-lari pergi, "Shea
onee-chan, Shea onee-chan" telah berubah meninggalkan Shea yang hampir terdiam.
Diperlukan setiap ons kesadarannya untuk membalasnya. Tapi kata-kata yang dia tangani
begitu keras hanya membuat keadaan menjadi lebih buruk.

"Seiring dengan masa laluku, aku telah membuang nama lama dan lemahku itu. Aku
bernama Baltfeld sekarang. Baltfeld si Eksekutor. Silakan gunakan nama baruku mulai
sekarang."

"Apa!? Ke mana nama seperti Baltfeld berasal!? Dan apa maksudnya 'si
Eksekutor'!?"

"Whoops, maaf. Rekan-rekanku sedang menunggu, jadi aku harus pergi. Sampai
jumpa!"

"Hei tunggu! Kembali ke sini! Aku belum selesai— astaga, kau cepat! Tunggu! Aku
bilang tunguuuuuuu!" Shea mengulurkan tangannya ke kabut dengan tak berdaya,
sepertinya dia baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya. Tapi tidak ada jawaban;
Keluarganya bergerak menuju perang. Jadi, dia hanya menundukkan kepalanya dan
melanjutkan isak tangisnya. Keluarga yang dikenalnya telah hilang. Mau tak mau
mengasihani penderitaannya.

Tidak yakin apa yang harus dikatakan untuk menghiburnya, Yue hanya bisa
tersenyum canggung. Bahkan Hajime pun menghindari pandangannya dengan tidak enak.
Matanya yang mengembara melihat Yue, dan dia terus bergumam.

"...Kau luar biasa, Hajime. Kau terus melakukan hal-hal yang manusia normal bahkan
tidak pernah bisa bermimpi seperti itu bukan apa-apa."

"Tidak juga, bukannya..."

"Kau mencuci otak mereka semua tanpa menggunakan sihir gelap... Luar biasa."

"Sejujurnya, kurasa aku agak berlebihan. Tapi aku tidak menyesalinya."

Beberapa saat kemudian, satu-satunya hal yang bisa didengar di bagian hutan itu
adalah suara isak tangis Shea. Sementara itu...

Regin Vanton selanjutnya menjadi kepala suku Vanton, yang terkuat di antara
manusia beruang. Desas-desus mengatakan bahwa dia adalah salah satu manusia beruang
terkuat di Haltina. Dia adalah tangan kanan kepala suku, Jin Vanton, yang praktis dia
idolakan.

Bukan hanya Regin. Semua anggota klan Vanton, terutama yang lebih muda,
memujanya. Keleluasaan luas Jin dan patriotisme yang bersemangat, dikombinasikan
dengan kekuatannya yang cukup besar, adalah alasan utama untuk popularitasnya yang luar
biasa.

Ketika mereka pertama kali mengetahui nasib Jin, sebagian besar klannya
menertawakannya sebagai lelucon yang buruk. Tidak mungkin manusia biasa bisa
mengalahkan Jin dengan begitu mudah, atau sangat menyakitkan sehingga dia tidak akan
bisa bertarung lagi. Tapi saat bukti itu disodorkan di depan mata mereka, mereka tidak
bisa lagi mengabaikan kenyataan. Tubuh Jin yang lemah terbaring di ranjang rumah sakit
adalah bukti tak terbantahkan dari klaim tersebut.

Perasaan Regin tertegun saat pertama melihat sosok kurus Jin dengan cepat
memberi cara untuk meredam kemarahan. Tersapu oleh kemarahannya, dia telah bergegas
pergi ke Aula Sesepuh dan mendesak mereka atas rincian kejadian tersebut. Begitu
mengetahui kebenarannya, Regin mengabaikan peringatan sesepuh itu dan mengatakan
kepada sisa sukunya apa yang dia dengar, mendesak mereka untuk mengikutinya membalas
dendam.

Berkat kata-kata sesepuh, beberapa manusia beruang memilih untuk tinggal, tapi
semua pemuda berdarah panas dari klan Vanton, bersama beberapa orang lainnya yang
sangat dekat dengan Jin, bersumpah untuk bergabung dengan kelompok balas dendam
Regin. Semuanya kira-kira, sekitar lima puluh orang memilih mengikuti Regin. Karena
mereka tahu tujuan manusia yang dibenci itu adalah Pohon Suci, Uralt, mereka
memutuskan untuk menunggu di jalan yang menuju ke sana. Alasan mereka adalah
memotong tepat di depan tujuannya akan jauh lebih menyakitkan.

Musuh mereka tidak lebih dari sekelompok sampah manusia kelinci yang dipimpin
oleh manusia. Dan meski manusia itu telah mengalahkan Jin, pasti karena serangan licik
semacam itu. Dalam kabut yang dalam ini, dia akan menjadi lebih cacat dengan indranya
dalam kekacauan, dan kelinci yang lemah itu bahkan tidak layak dihitung sebagai kekuatan
tempur.

Regin adalah manusia beruang yang sangat terampil. Dalam keadaan normal, dia
tidak akan menganggap remeh musuh-musuhnya. Tapi kemarahannya telah membutakannya
dari kehati-hatian seperti itu.

Tapi, meskipun dia bersedia mengakui kemarahannya telah membuatnya bertindak


tergesa-gesa...

"Ini masih berlebihan!" Regin berteriak, suaranya penuh dengan keputusasaan.


Alasan kesedihannya berasal dari fakta bahwa manusia kelinci, salah satu dari suku-suku
paling lemah, telah menghancurkan pasukan manusia beruangnya, salah satu suku manusia
binatang terkuat.

"Ayolah! Itu saja!? Menyedihkan!"

"Ahahahaha! Benar, berteriak seperti babi tak berguna!"

"Kalian semua sampah! Hyahahaha!"

Tawa parau Haulia bergema di tempat terbuka, dan pisau yang tak terhitung
jumlahnya berkilauan di bawah sinar mentari yang redup. Ekspresi asli mereka yang lembut
dan damai tidak bisa ditemukan. Manusia beruang terguncang karena keganasan tak
terduga yang ditunjukkan manusia kelinci.

"Sialan! Apa-apaan ini!? Monster macam apa orang-orang ini!?"

"Tidak mungkin orang-orang ini adalah manusia kelinci!"

"Uwaaaaah! Menjauhlah dariku! Menyingkirlah darikuuuu!"

Para manusia beruang tiba-tiba menemukan diri mereka di akhir penyergapan.


Lebih buruk lagi, kelinci yang seharusnya keliru itu telah menunjukkan kekuatan di luar
dugaan siapa yang mungkin ada di antara mereka. Panah dan batu menghujani manusia
beruang, yang tidak memiliki cara untuk melakukan pembalasan. Manusia kelinci tidak
hanya menyembunyikan kehadiran mereka di kabut dengan terampil, koordinasi mereka
sempurna. Tapi yang terburuk adalah tawa-tawa haus darah. Semua faktor tersebut
digabungkan adalah apa yang menyebabkan manusia beruang, yang memiliki statistik
superior, didorong mundur.
Seandainya manusia beruang benar-benar melawan manusia kelinci satu per satu,
mereka pasti akan menang dengan mudah. Tapi, berkat latihan luar biasa yang mereka
terima, Haulia memiliki keuntungan saat menghadapi tantangan dan taktik kelompok.

Biasanya, manusia kelinci jauh lebih lemah daripada ras manusia binatang lain. Tapi
karena kelemahan bawaan itu, mereka telah menyempurnakan kemampuan mereka untuk
merasakan bahaya dan menyembunyikan diri. Itu adalah alat yang telah dipoles untuk
bertahan hidup.

Digunakan sebagai senjata, keterampilan yang sama sempurna untuk menyerang


musuh. Bahkan bisa dikatakan bahwa mereka adalah ras yang paling cocok untuk
pembunuhan diam-diam. Tapi karena sifat cinta damai mereka, keterampilan itu tidak
pernah digunakan.

Sampai Hajime telah melepaskan keengganan mereka untuk bertempur selama


latihan mereka. Dia menyudutkan mereka, mendorong mereka sedemikian keras sehingga
mereka perlu mengatasi ketidaksukaan mereka karena berjuang hanya untuk bertahan
hidup. Sebagai hasil dari pelatihannya yang sederhana, hati mereka telah disulap menjadi
sesuatu yang keras dan tak kenal ampun hanya dalam sepuluh hari. Hajime mungkin telah
sedikit berlebihan, namun... Lagi pula, mereka tidak hanya ragu untuk bertarung, mereka
mencari konflik dengan bersemangat. Dan ikatan mereka sudah kuat untuk memulainya,
jadi mereka tidak memiliki masalah dalam mengkoordinasikan serangan mereka dengan
sempurna, yang melipatgandakan kekuatan mereka. Kombinasikan itu dengan kemampuan
mereka untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan musuh dengan cepat dan mereka
menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan.

Tentu saja, salah satu alasan besar mereka tumbuh begitu kuat begitu cepat juga
karena senjata khusus yang telah dibuat Hajime untuk mereka.

Masing-masing memiliki dua pedang pendek, dibuat oleh Hajime menjadi ultra tipis,
ultra ringan, dan ultra tajam. Dan karena terbuat dari taur, pedang itu juga sangat tahan
lama. Mereka juga memiliki gudang senjata pisau lempar yang dibuat dengan cara yang
sama.

Senjata jarak jauh juga merupakan bagian dari persenjataan mereka. Dengan
menggunakan benang yang dia hasilkan dari seekor monster laba-laba di jurang, Hajime
telah membuatkan ketapel dan busur mereka lebih kuat dari yang bisa ditemukan orang di
permukaan. Banyak anak-anak Haulia tidak cocok untuk bertempur sama sekali, namun
berkat indra mereka yang luar biasa, mereka membuat penembak jitu hebat bahkan dalam
kabut tebal.

Par... atau lebih tepatnya, Baltfeld si Eksekutor, bersama dengan anak-anak yang
lain, langsung melakukan sikap dengan busur.

"Satu tembakan satu membunuh! Aku akan melenyapkan kepala para brengsek ini!
Aku bersumpah demi gelar si Eksekutor!"
Atau... atau lebih tepatnya, Baltfeld si Eksekutor, telah mengalami bicara kotor
selama beberapa hari terakhir ini. Omong-omong, "gelar"-nya adalah sesuatu yang
diproklamirkan sendiri. Awalnya dia sangat suka mengatakan "Bang!" Setiap kali dia
menembak jatuh musuh, tapi Hajime telah menghentikannya. Sebagian besar karena itu
membuatnya merinding. Terserah, berkat pelatihan mengerikan itu manusia beruang
didorong oleh Haulia. Karena tak bisa memasang perlawanan, mereka sudah kehilangan
setengah dari pasukan mereka.

"Regin-dono! Kita tidak akan bertahan lama lagi!"

"Tolong perintah mundur!"

"Izinkan aku mengambil pertahanan bel— Guaah!?"

"Tonto!?"

Meski semua pasukannya mendesaknya untuk mundur, Regin ragu-ragu. Logika


penuh dengan kemarahan, karena Jin tidak hanya lumpuh, tapi sekarang Regin juga
kehilangan bawahannya yang berharga. Tapi keraguan itu hanya membuatnya kehilangan
lebih banyak pria. Manusia beruang yang mengambil barisan belakang dengan sukarela
sekarang memiliki anak panah yang menembus keningnya.

Terguncang oleh ketepatan yang sangat rendah, formasi manusia beruang


berantakan. Merasakan kesempatan mereka, Cam dan yang lainnya memutuskan untuk
mengakhirinya dalam satu dorongan terakhir.

Panah dan batu ditembak dengan akurasi di pergelangan kaki, pergelangan tangan,
dan area vital lainnya dari manusia beruang. Sementara perhatian mereka diduduki oleh
hujan proyektil, Haulia yang lain menyelinap ke atas manusia binatang itu, mengiris dan
menyodorkan pedang tajam mereka.

Akhirnya, saat manusia beruang menangkis serangan berbagai arah, Haulia akan
menyelinap ke belakang masing-masing dan mengakhirinya. Dengan memanfaatkan jumlah,
Haulia berputar menghampiri manusia beruang. Tak lama kemudian, Regin dan yang lainnya
gemetar ketakutan. Apakah orang-orang itu sungguh-sungguh sama bodohnya, lemah yang
telah kita lihat sebelumnya!?

Meskipun mereka mengulurkan tangan untuk waktu yang mengesankan, Regin pun
ditutupi dari ujung kepala hingga ujung kaki, dan dia harus menggunakan kapaknya sebagai
penopang hanya untuk mempertahankan posisi dirinya sendiri. Haulia telah mematikan
serangan dalam gelombang, membiarkan manusia beruang itu tidak punya waktu untuk
beristirahat. Saat ini, Regin dan yang lainnya terengah-engah, dengan punggung
menghadap pohon besar saat manusia kelinci menghadapinya.

"Ayolah, dasar brengsek tak berguna! Apa ini saja yang kalian punya? Ataukah
kalian hanya sekelompok pecundang yang tak berdaya!?"
"Kau mempermalukan namamu sebagai ras terkuat, kau tahu itu, bangsat!? Kemana
bolamu pergi, pengecut!?"

"Ayo, ambil senjatamu! Keparat!"

Hinaan mereka sangat kasar sehingga tidak ada yang mengharapkan ras apa pun,
setidaknya semua manusia kelinci, untuk melemparkan mereka. Sesuatu yang gila pasti
terjadi pada orang-orang ini untuk membuat mereka menyukai hal ini! Manusia beruang
telah kehilangan keinginan untuk bertarung. Semua manusia beruang kekar, macho
menangis saat mereka memohon belas kasihan... Itu adalah pemandangan aneh, untuk
memastikannya.

"Kukuku, ada kata terakhir? Tn. 'Aku bagian dari ras terkuat'?" Sarkasme keluar
dari suara Cam. Setelah terbangun karena naluri pertempurannya, sepertinya dia ingin
kembali memandang rendah hidupnya. Cam lama tidak akan pernah begitu kejam.

"Ngh..." Regin hanya menggerutu karena frustrasi. Setelah mereka bergabung


kembali dari kebingungan awal mereka, Regin akhirnya kembali sadar. Sambil menyaksikan
kekuatan Haulia yang luar biasa rasanya seperti memiliki seember air dingin yang tercebur
di wajahnya. Api kebencian pada apa yang terjadi pada Jin masih membara di dada Regin,
tapi dia tahu bahwa tanggung jawabnya saat ini adalah menyelamatkan nyawanya sebanyak
mungkin yang dia bisa. Dia sangat sadar bahwa itu adalah kesalahannya sehingga banyak
rekannya tertangkap dalam keadaan sulit ini.

"Aku tidak peduli apa yang kalian lakukan padaku. Siksa aku, bunuh aku, lakukan apa
pun sesuka kalian. Tapi semua yang ada di sini karena aku memaksa mereka untuk datang.
Jadi tolong, biarkan mereka pergi."

"Ap— Regin-dono!?"

"Regin-dono! Kau tidak bisa..."

Semua bawahannya mulai berbicara sekaligus. Mereka tidak tahan dengan


kenyataan bahwa dia berusaha mengorbankan dirinya demi mereka. Tapi dia hanya
membungkam mereka semua dengan suara menggelegar.

"Diam! Akulah yang dibutakan oleh kemarahan dan membawa kalian ke jebakan
maut! Manusia kelinci... Maksudku kepala suku Haulia. Aku mengerti aku banyak meminta
padamu Tapi tolong, lepaskan hidup mereka! Kumohon!"

Regin melepaskan senjatanya dan berlutut di depan Cam. Anggotanya tahu


seberapa besar kebanggaan yang dia dapatkan dalam kemampuannya, jadi mereka juga
tahu berapa banyak yang dibutuhkannya untuk bersujud di hadapan musuh. Ketika mereka
melihat betapa dalam tekadnya, mereka tidak bisa memaksa diri untuk melawan.

Cam juga melihat keteguhan mata Regin. Jadi, jawabannya adalah...

"Aku menolak." Dia melemparkan salah satu pisaunya saat dia mengatakan itu.
"Uwooh!?" Regin nyaris tidak berhasil menyimpang dari jalan. Tapi pisau Cam tidak
lebih dari sekadar isyarat. Beberapa detik kemudian, badai batu dan anak panah
menghujani manusia beruang yang tak berdaya. Haulia tertawa terbahak-bahak saat
mereka melihat Regin dan yang lainnya sangat membela diri dengan kapak besar mereka.

"Kenapa!?" Regin nyaris tidak bisa mengerang satu kata pun.

"Kenapa? Bukankah sudah jelas? Kalian adalah musuh kami. Apa alasan lain yang
kita butuhkan?"

Logika dalam jawaban Cam sederhana saja.

"Guh, tapi—!"

"Dan selain itu... senang melihatmu bangsat sombong diremehkan, dan merangkak
di tanah seperti sampah! Hahaha!"

"Apa!? Dasar monster! Bagaimana bisa!?"

Kegembiraan dalam suara Cam tak salah lagi. Sukunya semua menembaki ketapel
dan busur dari jarak yang aman saat mereka menyiksa manusia beruang. Mereka semua
menunjukkan tanda-tanda orang yang sudah gila karena selera pertama mereka. Tergesa-
gesa kemenangan melawan salah satu subspesies terkuat dari ras mereka telah
menyebabkan mereka meninggalkan indra mereka. Mereka benar-benar di luar kendali.

Keganasan serangan mereka meningkat sampai Regin dan yang lainnya meringkuk
bersama di tumpukan menyedihkan, hampir tidak berpegangan. Tapi itu pun tidak akan
berlangsung lama lagi. Meskipun tidak satu pun dari mereka terluka parah, mereka semua
luka-luka ringan maupun kecil. Serangan berikutnya akan mengakhirinya.

Cam menyeringai dengan kejam dan mengangkat satu lengan ke udara. Dengan
gembira, selebihnya Haulia mengunci busur mereka dan memasukkan ketapel mereka.
Menyadari tidak ada yang bisa dilakukannya, ini mencegahnya menjadi kuburannya, Regin
menjatuhkan senjatanya untuk menyerah. Dalam hati, dia meminta maaf kepada anak
buahnya karena menuntun mereka pada kematian mereka dengan bodohnya.

Lengan Cam berayun turun seperti sabit penarik suram itu sendiri saat dia memberi
isyarat api. Semua orang langsung lepas. Regin menatap dengan menantang pada serangan
yang akan menjadi kematiannya, bertekad untuk setidaknya tidak memberi mereka
kepuasan untuk berpaling. Tapi kemudian...

"Hentikaaaaaaan!" Sebuah siluet putih melesat di depan manusia beruang dan


menghempaskan proyektil dengan palu logam besar.

"Huh?" Rahang Regin terbuka karena terkejut. Itu wajar saja. Tepat saat dia akan
mati, seorang gadis kelinci berambut pucat telah jatuh dari langit bersama dengan palu
besar. Dan gelombang kejut yang melanda tanah telah menghancurkan semua panah dan
batu yang menuju ke arahnya dan rekan-rekannya. Wajahnya yang terkejut hampir
terlihat lucu. Manusia beruang lainnya memiliki ungkapan yang serupa.

Gadis kelinci yang marah itu, tentu saja, tidak lain adalah Shea. Berkat transmutasi
kompresi Hajime, palunya sangat tebal. Meski begitu, Shea mengayunkan palu yang sangat
berat seperti tidak ada apa-apanya, lalu mengarahkannya pada Cam. Bahkan gerakan
sederhana seperti itu menyebabkan angin kencang yang dahsyat.

"Aku tidak percaya kalian! Ayah, dan kalian semua juga, kembalilah!" Mereka
tercengang melihat Shea tiba-tiba, tapi mereka menenangkan diri dengan cepat dan
melotot marah padanya.

"Shea, aku tidak tahu apa yang sedang kau mainkan, tapi menyingkirlah. Kita tidak
bisa membunuh mereka kalau kau tidak menyingkir."

"Tidak, aku tidak mau bergerak. Kaulah yang harus berhenti!"

Mata Cam menyipit dengan marah.

"Berhenti? Jangan bilang kau berencana berpihak pada musuh, Shea. Bergantung
pada jawabanmu, mungkin aku harus..."

"Tidak, aku tidak terlalu kalau jika orang-orang ini mati atau tidak."

"Tidak!?" Manusia beruang telah yakin bahwa dia datang ke sini untuk
menghentikan pembunuhan sukunya, sehingga mereka terpana oleh jawabannya.

"Tentu saja tidak. Aku tidak akan selamat dari latihan Yue-san jika aku masih cukup
lunak untuk bersikap remeh terhadap orang yang mencoba membunuhku. Bahkan aku tahu
itu hanya akan membuatmu terbunuh."

"Hmph, lalu kenapa kau menghentikan kami?" Meskipun dia berbicara dengan
putrinya, nada Cam kasar. Sisa sukunya juga melotot curiga padanya.

"Bukankah sudah jelas!? Karena kalau aku tidak menghentikan kalian, kalian akan
hancur! Kalian akan hancur berantakan!"

"Hancur? Hancur berantakan?" Jelas dia tidak mengerti sepatah kata pun yang
telah Shea katakan sebelumnya.

"Benar! Tidakkah kau lihat!? Hajime-san mungkin tidak menunjukkan belas kasihan
kepada musuh-musuhnya, atau mendengarkan permintaan mereka, atau pernah merasa
kasihan, tapi dia tidak pernah suka menyiksa! Dia mengajari kalian cara membunuh musuh
kalian, bukan bagaimana menyiksanya!"

"K-Kami tidak..."

"Kau bahkan tahu ekspresi seperti apa yang kau buat sekarang, Ayah?"
"Ekspresi? Maksudku, aku tidak bisa melihat wajahku sendiri..." Dengan ucapan
Shea, Haulia saling berpaling. Shea berhenti sejenak untuk menarik napas dalam-dalam
dan lalu diam-diam, tapi tegas, melanjutkan.

"...Kalian terlihat sama seperti tentara kekaisaran yang menyerang kita."

"Ap—!?"

Itu mengejutkan. Yang cukup besar untuk meniup tabir haus darah yang telah
mengaburkan pemikiran mereka sejauh ini. Mereka tidak lebih baik dari monster yang
menertawakan mereka sementara memperbudak sebagian besar suku mereka... Justru
karena Haulia telah melihat keburukan seperti itu sehingga mereka tahu betapa
menjijikkannya hal itu. Lebih buruk daripada sampah yang telah mengambil keluarga
mereka... Itu adalah kebenaran yang pahit untuk ditelan.

"Sh-Shea... Aku..."

"Hmph, sepertinya kau sudah sedikit tenang. Baik. Aku khawatir aku harus
menendang semua pantat kalian lebih dulu sebelum kalian sadar."

Shea mengayunkan palunya beberapa kali dengan santai. Ekspresi tegasnya sedikit
rileks saat dia melihat senyuman haus darah memudar dari wajah keluarganya.

"Nah, ini pertarungan pertama kalian, jadi semuanya bagus asalkan kalian
menyadari kesalahan kalian tepat pada waktunya. Lagi pula, ini semua benar-benar
kesalahan Hajime-san. Aku tahu dia perlu menguatkan mental kalian juga, tapi dia
melangkah terlalu jauh! Dia mengubah kalian menjadi berserker, bukan pejuang!" Kali ini
kemarahannya diarahkan pada Hajime. Dia menambahkan dengan pelan, "Bagaimana aku
bisa jatuh cinta dengan pria seperti itu?" Ke monolognya

Tiba-tiba, sebuah tembakan terdengar di seluruh ruang terbuka. Salah satu


manusia beruang di belakang Shea mengeluarkan erangan yang tercekik dan meremas ke
tanah. Menyadari bahwa mereka benar-benar mengabaikan lawan mereka selama beberapa
menit terakhir, Shea dan Cam bergegas untuk melihat apa yang mereka rencanakan. Ketika
mereka melihat ke belakang, mereka melihat Regin memegang dahinya dan mengerang
kesakitan.

"Sungguh kau tidak berpikir untuk mencoba melarikan diri saat mereka tidak
melihat. Sebaiknya kau duduk diam sampai pembicaraan selesai." Hajime dan Yue terwujud
dari dalam kabut. Rupanya Regin dan yang lainnya mencoba menyelinap pergi sementara
Shea dan Cam berdebat. Untuk suatu alasan, Hajime telah memutuskan untuk
menggunakan salah satu peluru karetnya yang tidak mematikan.

Meskipun kata-kata Hajime, manusia beruang masih mengamati lingkungan sekitar


dengan hati-hati, mencari kesempatan untuk melarikan diri. Hajime mengaktifkan
Intimidation agar tetap jinak. Dengan tekanan sihirnya membuat mereka menggigil,
Hajime bebas berjalan santai menuju Shea dan yang lainnya. Hajime memandang
berkeliling dengan canggung selama beberapa detik sebelum mendorong tekadnya dan
menatap Cam dengan penuh permintaan maaf.

"Uh, yah, kau tahu, salahku. Aku baik-baik saja dengan itu, tapi aku lupa kejutan
membunuh seseorang yang bisa dilakukan seseorang. Sungguh, aku minta maaf."

Cam dan Shea tertegun. Tidak ada yang pernah mengharapkan Hajime, dari semua
orang, untuk selalu meminta maaf.

"B-Boss!? Apa kau baik baik saja!? Apakah Anda memukul kepala Anda di suatu
tempat!?"

"Medis! Medis! Kami butuh bantuan mendesak!"

"Boss, bertahanlah!"

Makanya reaksi tak berlebihan. Ada urat yang sudah menonjol di dahi Hajime.

Hajime merasa dirinya salah, dan dia meminta maaf dengan tulus. Karena dia baik-
baik saja dengan membunuh orang, dia gagal memperhitungkan bagaimana kejutannya
terhadap orang lain. Kuat seperti dia, Hajime tidak memiliki pengalaman mengajar orang
lain. Dan pengalaman itu hampir membuat dia bisa memecahkan pikiran Haulia. Itulah
sebabnya dia memberikan permintaan maaf yang tulus. Tapi alih-alih menerimanya, kelinci
bodoh itu telah mempertanyakan kewarasannya. Meskipun, di satu sisi, dia tidak yakin
apakah dia seharusnya marah, atau merenungkan bagaimana dia bertindak. Dia
memutuskan untuk mengesampingkan masalah nanti, dan malah menghampiri Regin. Lalu,
dia perlahan-lahan menekan Donner ke kepala si manusia beruang.

"Kalau begitu, apakah kau lebih memilih mati dengan kematian yang gagah atau
hidup dalam aib?" Adalah Haulia yang bahkan lebih terkejut dengan ultimatumnya daripada
si manusia beruang. Tidak terpikirkan bahwa Hajime benar-benar menawarkan untuk
menyelamatkan nyawa musuh. Inilah orang yang sama yang telah membunuh orang tanpa
ampun yang telah memamerkan taring mereka kepadanya selama mereka mengenalnya.

"Dia benar-benar memukul kepalanya entah di mana, benar..." Gumam Cam pelan.
Urat lain bergabung dengan yang pertama, tapi jika dia membiarkan semua yang dikatakan
para manusia kelinci kepadanya, mereka pasti tidak mendapatkan apa-apa.

Regin menatap Hajime dengan bingung. Karena dia tidak diragukan lagi orang yang
telah mengubah Haulia menjadi monster haus darah, Regin tidak mengira dia akan
menunjukkan belas kasihan.

"Apa maksudmu? Kau rela membiarkan kita hidup?"

"Yeah, kalau itu yang kau mau. Tapi aku punya sebuah kondisi."

"Sebuah kondisi?" Manusia beruang lainnya mulai berteriak-teriak pada prospek


keselamatan.
"Kalau aku memukulnya lagi, mungkin itu akan memperbaikinya..." Gumam Shea
dengan sangat serius saat melihat dari belakang kepala Hajame menuju palu dan
belakangnya lagi. Cam dan yang lainnya mengangguk penuh semangat.

Kupikir mereka membutuhkan disiplin yang sangat ketat saat kita kembali. Tapi
untuk saat ini, dia mengabaikan mereka.

"Ya, sebuah kondisi. Saat kalian kembali ke Verbergen, aku ingin kalian
menyampaikan sebuah pesan kepada para sesepuh."

"Sebuah pesan?" Regin khawatir dia akan meminta sesuatu yang memalukan, jadi
dia sedikit lega mendengar mereka hanya menjadi pembawa pesan. Namun, isi pesan itu
membuat darahnya membeku.

"Kalian berutang padaku."

"...Ah!? Kau tidak bermaksud—"

"Baik? Jadi bagaimana? Iya atau tidak?"

Regin tidak bisa menahan suaranya saat menyadari apa maksud Hajime. Hajime
menunggu jawaban Regin dengan sabar.

Dengan menyampaikan pesan itu, berarti Verbergen suatu hari harus melunasi
utang mereka kepadanya. Para sesepuh telah kehilangan salah satu dari mereka sendiri,
dan bahkan membatalkan keputusan dewan mereka untuk membuat Hajime menjauh dari
kota mereka, tapi jika Regin menyampaikan pesan itu, maka mereka dipaksa untuk
menerima permintaannya tanpa syarat. Melihat hal itu secara obyektif, Regin dan Jin
adalah yang pertama menyerang, membiarkan Regin hidup berarti mereka akan mendapat
kehormatan untuk menyetujuinya. Mengabaikan utang itu akan membuat mereka terlihat
tercela. Lagi pula, jika mereka tidak menerima, Hajime benar-benar bisa menyerang
mereka. Dengan kata lain, jika Regin memilih untuk hidup, dia akan membiarkan negaranya
terkena bahaya. Mereka tidak hanya mengabaikan peringatan para sesepuh, mereka telah
kalah, dengan setengah dari pasukan mereka tewas. Setelah semua itu bualan yang mereka
lakukan tentang menjadi yang terkuat, juga... Seperti kata Hajime, itu benar-benar
berarti hidup dalam aib. Sementara Regin putus asa pada pilihannya, Hajime memberikan
pukulan terakhir.

"Oh, dan sebaiknya kau mengatakan kepada semua orang bahwa kematian
bawahanmu sepenuhnya salahmu. Dan bahwa kau dikalahkan oleh tangan Haulia, tidak
kurang."

"Ugh." Ada alasan Hajime rela membiarkan lawan ini pergi. Belas kasihan sama
sekali tidak memperhitungkan keputusannya. Verbergen telah memotongnya sepenuhnya,
tapi mungkin dia harus kembali ke sana pada titik tertentu jika mencari labirin lain yang
pernah menunjuk ke arah itu. Bagaimana pun, salah satu Liberator telah meninggalkan
sebuah dekrit untuk orang-orang di negara tersebut secara pribadi. Dia merasa seperti
situasi dengan para sesepuh bisa ditangani sedikit lebih diplomatis, dan dia telah menyesal
diusir. Jadi, saat rejeki nomplok dari keberuntungan yang tak terduga telah terjatuh di
pangkuannya, dia bermaksud memanfaatkannya sebaik mungkin. Regin sepertinya tidak
tahu apa yang harus dilakukan, tapi Hajime tidak memiliki kesabaran untuk memikirkannya.

"Kau punya waktu lima detik. Kalau kau tidak menjawab, aku akan mulai membunuh
anak buahmu satu per satu. Nilaimu sesuai keputusan yang tepat, bukan?" Hajime perlahan
mulai menghitung mundur, dan Regin memberikan jawabannya dengan panik.

"B-Baiklah. Kami memilih untuk hidup!"

"Begitu. Lalu menyingkirlah dari pandanganku. Dan lebih baik kau menyampaikan
pesanku, kau dengar? Kalau aku kembali dan mengetahui kau belum memberitahunya,
yah..." Haus darah yang begitu kental itu terasa ditekan pada Regin. Dia menelan ludah
dengan ketakutan.

"Katakan saja Verbergen mungkin tidak ada lagi." Cara Hajime mengungkapkan
ancamannya membuatnya terlihat seperti hiu pinjaman yakuza, atau lebih tepatnya
seorang teroris. Desah lega bisa terdengar di belakangnya.

"Aah, syukurlah kita memiliki Hajime lama kembali," "Boss sudah kembali normal,"
dan sejenisnya bisa didengar dari kelompok manusia kelinci. Hajime mengabaikan ucapan
mereka dengan tegas. Tapi mereka tetap berusaha merusak suasana tegang yang dia
bangun. Oh ya, mereka butuh disiplin yang sangat keras saat kita kembali

Tak satu pun dari manusia beruang membantah keputusannya untuk mengemis akan
hidup mereka, dan Regin memimpin sisa pasukannya ke rumah dengan sedih. Fakta bahwa
begitu banyak tentaranya masih muda mungkin berperan dalam keputusasaan Regin. Dia
tidak akan pernah bisa lagi mengerumuni Verbergen seperti pemilik tempat itu.
Sebenarnya, kemungkinan besar dia akan dikucilkan oleh semua orang. Dia mengira bahwa
dia telah melepaskannya dengan ringan, meskipun, mengingat dialah yang telah memulai
permusuhan. Dalam beberapa menit, para manusia beruang telah ditelan oleh kabut.

Begitu mereka tidak terlihat, Hajime menghampiri Shea dan Cam. Kepalanya
tertunduk, jadi tidak ada yang bisa melihat ekspresinya, dan ada aura aneh yang
mengelilinginya. Semua manusia kelinci masih melupakan rasa malu mereka karena hampir
jatuh ke dalam kegilaan, jadi mereka menghampiri dia seperti tidak ada yang salah. Hanya
Shea yang berkeringat dingin saat menyadari ada aura berbahaya yang memancar di
sekelilingnya.

Sedikit gemetar, dia mengangkat kepalanya untuk menatap mereka. Ada senyum di
wajahnya, tapi tidak pernah sampai di matanya. Akhirnya, Cam dan yang lainnya menyadari
ada yang tidak beres dengan Hajime juga.

"B-Boss?" Cam bertanya dengan rasa takut.


"Ya? Kau tahu, aku sungguh merasa tidak enak dengan apa yang telah kulakukan
terhadap kalian. Meskipun itu untuk melatih kalian secepat mungkin dalam waktu singkat,
aku harus menghentikannya setelah beberapa saat."

"T-Tidak, Boss, itu... semua karena kami terlalu muda..."

"Sekarang sekarang, aku benar-benar mau mengakui kesalahanku sendiri. Tapi...


Tapi kau tahu, meskipun aku meminta maaf dengan tulus... reaksi kalian berlebihan.
Maksudku, aku mengerti. Ini salahku karena sangat jahat setiap hari... Aku tahu. Aku tahu
itu, tapi aku masih harus melakukan sesuatu tentang semua kemarahan ini yang membangun
di dalam diriku... kalian mengerti, kan?"

"Tidak, Pak. Aku tidak bisa bilang aku mengerti..." Keringat dingin mulai menetes
ke punggung Cam. Oh keparat, dia kesal. Cam mulai mundur secara perlahan. Sikap Hajime
membawa kembali kenangan akan latihan neraka mereka, dan lebih dari beberapa dari
Haulia menangis.

"Sekarang kesempatanku!" Teriak Shea, lalu mencoba memanfaatkan keraguan


sesaat Hajime untuk melarikan diri. Dia bahkan menggunakan Haulia lainnya sebagai
perisai daging saat dia berlari. Namun... Bang! Peluru Hajime terbang di antara kaki Haulia,
memantul dari akar di dekatnya, dan mengenai Shea tepat di pantatnya.

"Hakyun!" Ini hanyalah salah satu dari banyak keterampilan menembak Hajime.
Dengan memancarkan peluru dari berbagai permukaan, ia bisa menyerang dari sudut mana
pun. Jadi, dia bisa membidik pantat Shea secara akurat di mana pun dia bersembunyi. Itu
adalah keterampilan senapan yang tanpa ujung yang tidak menyia-nyiakan gerakan untuk
itu.

Shea melompat-lompat kesakitan saat memegangi pantatnya. Lalu dia tersandung


akar, memperlihatkan pantatnya untuk dilihat semua orang. Sebuah asap sulur samar
muncul dari tempat peluru mengenainya. Dia tidak menunjukkan tanda-tanda bangun, dan
hanya bergerak tak berdaya di tanah.

Cam dan yang lainnya menyaksikan dengan ngeri saat Shea terperangkap di tanah.
Pria yang pelurunya telah lewat di antara kakinya memegang selangkangannya dengan
protektif dan terisak tak terkendali. Gelombang kejut yang dilepaskan peluru Hajime
telah menyentuh bolanya sedikit.

Hajime dengan santai menyarungkan Donner dan tersenyum sinis. Suara nyaringnya
dibawa ke salah satu Haulia.

"Kalian semua rasakan satu peluru sebelum aku selesai!"

"Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!" Semua Haulia terlihat berantakan


seperti laba-laba, tapi Hajime tidak membiarkan satu pun dari mereka melarikan diri tanpa
cedera. Untuk waktu yang lama teriakan mengerikan kelinci bergema di seluruh hutan.
Sampai hanya tersisa Shea, asap masih naik dari pantatnya.
"...Jadi kapan kita bisa pergi ke Grand Tree?" Yue, yang selama ini diam, akhirnya
angkat bicara.

Beberapa jam kemudian, setelah Hajime benar-benar melepaskan semua rasa


frustrasinya, Cam dan yang lainnya membawa mereka melewati kabut ke Pohon Suci, Uralt.

Cam memimpin, sedangkan Haulia yang lain, yang jauh lebih bijak sekarang berkat
pelatihan mereka, menyebar untuk mengintai area sekitarnya. Gagasan bahwa
kecerobohan menyebabkan kematian telah tertanam kuat dalam masing-masing pikiran
mereka, jadi mereka semua menganggap pekerjaan mereka serius. Benjolan yang
membesar di berbagai bagian tubuh mereka sedikit memecah ketegangan, meski...

"Gaah, itu masih menyengat." Shea mengeluh dengan getir saat menggosok
pantatnya. Dia melotot marah pada Hajime.

"Berhenti menatapku seperti itu, itu menyebalkan."

"Itukah yang kau katakan pada dirimu sendiri? Tak dapat dipercaya. Aku tidak
percaya kau akan menembak seorang gadis di pantat. Dengan keterampilan yang begitu
penting, juga."

"Katakan saja gadis yang serius merenungkan diri memukulku di kepala. Dan kau
bahkan mencoba menggunakan pria di sebelahmu sebagai perisai saat kau berlari... Aku
tidak berpikir kau punya hak untuk bicara."

Pria yang Shea bersembunyi di belakangnya mengangguk dengan penuh semangat.


Dia berjalan beberapa langkah dari mereka.

"Itu hanya karena latihan Yue-san."

"Aku melatih Shea dengan baik."

"Itu bukan pujian."

Yue membusungkan dadanya dengan bangga saat dia menatap Shea. Hajime
memanfaatkan keterampilan mengabaikan yang belakangan ini dia punya banyak waktu
untuk diasah.

Lima belas menit berlalu sementara Yue dan Shea berbisik riang. Party itu akhirnya
sampai di Grand Tree, dan Hajime adalah orang pertama yang berbicara.

"Apa ini?" Suaranya diwarnai ketidakpercayaan dan heran. Yue juga menatap
bingung. Mereka berdua telah mengharapkan versi pohon berukuran sangat besar yang
pernah mereka lihat di Verbergen. Semacam tontonan agung dan menakjubkan.
Sebaliknya, yang mereka dapatkan adalah... pohon yang sangat layu.
Ukurannya masih seperti yang mereka harapkan. Sebenarnya, itu lebih besar dari
yang mereka bayangkan. Sulit mengukur ketebalannya hanya dengan sekilas, tapi
diameternya paling tidak 50 meter. Jauh lebih besar dari pohon yang mereka lihat sejauh
ini. Namun, terlepas dari kenyataan bahwa semua pohon di sekelilingnya subur dan sehat,
Grand Tree tampak sudah sekarat.

"Grand Tree seharusnya seperti ini sejak sebelum pendirian Verbergen. Tapi tidak
pernah membusuk. Itu tetap layu seperti itu selama kita tahu. Karena cara kabut beraksi
di sekitarnya, dan fakta bahwa ia tidak pernah mati meski sudah layu, orang-orang di
hutan ini menganggapnya suci. Yah, kataku suci, tapi ini lebih seperti objek wisata
mewah..." Melihat wajah bingung mereka, Cam menawarkan penjelasan. Hajime berjalan
perlahan ke dasar pohon. Seperti yang dikatakan Ulfric, ada sebuah batu dengan sebuah
litograf.

"Ini... sama seperti Oscar..."

"...Ya. Itu sama."

Terukir ke dalam batu adalah sebuah heptagon, dengan lambang yang berbeda pada
setiap puncak. Hal yang sama seperti yang mereka lihat di rumah Oscar, atau di gua
tersembunyi yang ada lingkaran sihir yang men-teleport mereka.

Hanya untuk memastikan, Hajime mengeluarkan cincin Orcus. Bagian lambangnya


cocok dengan yang ada di batu.

"Jadi ini benar-benar salah satu pintu masuk labirin. Tapi... bagaimana kita bisa
masuk?" Hajime mengacak-acak koper dengan buku-buku jarinya, tapi tentu saja itu tidak
berhasil. Cam dan yang lainnya juga tidak tahu apa-apa selain ini. Tidak ada apa pun dalam
legenda yang pernah dikatakan Ulfric kepadanya tentang bagaimana memasuki labirin ini.
Meskipun selalu mungkin, Ulfric tidak memberi tahu Hajime apa pun yang dia ketahui.
Haruskah aku meminta bantuanku segera?

Tiba-tiba, Yue memanggilnya.

"Hajime... lihat ini."

"Hm? Ada apa?"

Yue menunjuk ke belakang tablet batu itu. Ada tujuh lekukan yang diukir ke
belakang, di tempat yang sama lambang ada di depan.

"Itu berarti..."

Hajime mencocok cincin itu ke dalam lubang yang sesuai dengan lambang Orcus.
Beberapa detik kemudian, tablet batu itu mulai bersinar.
Haulia yang lain juga berkerumun di sekitarnya, ingin tahu apa yang terjadi. Setelah
beberapa saat cahaya mulai memudar, dan huruf-huruf mengambang muncul di udara di
atas batu. Inilah yang katanya:

—Empat penanda kekuatan.

—Kekuatan pemulihan.

—Suar yang disusun dari rantai.

—Hanya dengan ketiga bahan tersebut jalan menuju percobaan baru akan dibuka.

"Apa artinya?" Tanya Hajime.

"Empat penanda kekuatan... mungkin menunjuk empat kutub dari labirin lain?"

"Yeah, itu masuk akal. Lalu bagaimana dengan kekuatan pemulihan dan suar yang
disusun dari rantai?" Hajime memiringkan kepalanya dalam kebingungan saat dia bertanya,
tapi yang mengejutkan, Shea mendapat jawaban.

"Hmmm, apakah suar yang disusun dari rantai mungkin mengacu pada apakah kau
bisa mendapatkan orang-orang semacam manusia binatang untuk membimbingmu ke sini,
bukan? Kebanyakan manusia binatang tidak pernah meninggalkan lautan pepohonan, dan
meminta seseorang untuk membimbingmu ke sini seperti yang kau lakukan adalah sesuatu
yang belum pernah terjadi sebelumnya."

"Begitu ya. Kedengarannya kau benar."

"Yang tersisa hanyalah kekuatan pemulihan... Apakah itu berarti aku?" Yue
menunjuk pada dirinya sendiri, tidak diragukan lagi mengacu pada regenerasi otomatisnya.
Sebagai percobaan, dia memotong jarinya sendiri dan mendorongnya ke kulit pohon saat
sihirnya diaktifkan... tapi tidak ada yang terjadi.

"Hmm... kurasa bukan."

"Yah, mungkin kita harus... mengembalikan pohon itu... dan membawa setidaknya
empat lambang dari labirin lainnya...? Jadi bukan saja kita harus membersihkan lebih dari
setengahnya, kita perlu mendapatkan sihir pemulihan kuno dari salah satunya?"

Begitulah dugaan Hajime. Yue mengangguk setuju.

"Haaa, sial. Jadi kita tidak bisa memulai yang satu ini dulu... Keparat. Kurasa kita
harus melakukan yang lain dulu..."

"Ya..."
Hajime frustrasi karena mereka harus kembali setelah menghabiskan begitu
banyak usaha untuk sampai ke sini. Yue juga tidak terlihat senang. Tapi kecuali mereka
bisa menemukan jalan masuk alternatif, tidak ada gunanya duduk di sana sambil mengeluh.
Hajime mengatasi frustrasinya dengan cepat dan memutuskan untuk mengubah tujuan
langsungnya untuk membersihkan tiga labirin lainnya.

Dia berdiri dan memanggil semua Haulia.

"Seperti yang kalian lihat, kita harus membersihkan tiga labirin lain sebelum kita
kembali ke yang satu ini. Janjiku untuk melindungi kalian sampai kalian membawa kita ke
sini sekarang telah terpenuhi. Seperti kalian sekarang, bahkan tanpa perlindungan
Verbergen, kalian seharusnya tidak memiliki masalah hidup dengan aman di hutan ini. Jadi,
di sinilah kita berpisah."

Dia kemudian kembali ke Shea. Tatapannya memperjelas bahwa jika dia memiliki
kata-kata perpisahan yang ingin dia katakan kepada mereka, inilah satu-satunya saat untuk
melakukannya. Meskipun mereka menjamin kembali ke sini pada akhirnya, menaklukkan tiga
labirin akan memakan waktu lama. Dia tidak akan bisa melihat keluarganya cukup lama.
Shea mengangguk tegas dan mendekati Cam dan yang lainnya.

"Aku—"

"Hei, Boss! Ada sesuatu yang ingin kukatakan!"

"...Tunggu, Ayah? Sekarang giliranku untuk bicara..." Cam mengabaikannya dan


berjalan mendekati Hajime. Dia memberi hormat dan merasa diperhatikan.

"Ayah? Hei, Ayah?" Shea terus mengganggunya dari belakang, tapi seperti penjaga
kerajaan Inggris, dia sama sekali mengabaikannya dan hanya menatap Hajime.

"Ya, ada apa?" Seperti Cam, Hajime memutuskan ini akan berjalan lebih cepat jika
dia hanya mengabaikan Shea. Cam menarik napas dalam-dalam sebelum menyuarakan
kehendak sukunya.

"Boss, tolong biarkan kami menemani Anda dalam perjalanan Anda!"

"Huh!? Ayah, kau juga mau ikut dengannya!?" Shea berteriak kaget. Ketika mereka
melakukan diskusi ini sepuluh hari yang lalu, sepertinya Shea akan menjadi satu-satunya
yang pergi, jadi ini membuatnya benar-benar lengah.

"Kami sekaligus Haulia, dan bawahan Anda, Boss! Tolong izinkan kami bepergian
dengan Anda! Inilah kehendak seluruh suku!"

"Tunggu, Ayah! Itu bukan masalahnya! Dan tunggu, kalau Hajime-san bilang iya, lalu
apa inti kerja kerasku..."

"Jujur saja, kami cemburu pada Shea!"


"Wow, kau mengakuinya begitu mudah! Aku tidak percaya! Apa yang terjadi pada
kalian selama sepuluh hari ini!?"

Suara keras Cam menenggelamkan protes Shea. Agak bingung, Hajime masih
memberi jawaban segera.

"Mustahil."

"Kenapa!?" Seperti Shea sebelumnya, Cam terkejut dengan jawaban langsungnya.


Haulia yang lain mulai mengganggunya juga.

"Karena kalian berat."

"Tapi—"

"Jangan ke-PD-an dengan diri kalian sekarang. Kalian mungkin sudah sedikit
membaik, tapi sudah terlalu awal 180 hari bagi kalian berada di dekat level-ku."

"Jumlah yang aneh sekali!"

Terlepas dari penolakan singkat Hajime, Cam menolak untuk menyerah. Dia bahkan
mengatakan "Meski Anda tidak memberi kami izin, kami akan mengikuti Anda!" Sebagai
tanggapan pelatihan spartan Hajime telah membangun rasa persahabatan yang aneh
antara dia dan para manusia kelinci, jadi saat ini mereka sangat menghormatinya. Dia yakin
mereka benar-benar akan mengikutinya kemana pun dia pergi, jadi dia memutuskan untuk
membiarkan mereka bergabung dengan sebuah kondisi.

"Baiklah, kita akan melakukannya dengan cara ini. Kalian fokus dua kali lebih keras
dari latihan kalian. Kalau kalian sudah cukup kuat pada saat aku datang ke sini lagi, mungkin
aku akan mempertimbangkan untuk membiarkan kalian bergabung."

"...Anda tidak hanya berbohong untuk menyingkirkan kami, bukan?"

"Bukan begitu."

"Jika begitu, maka kita akan pergi ke setiap kota manusia yang bisa kita temukan
dan meneriakkan nama Anda seperti semacam kultus gila, oke?"

"K-Kalian hanya tidak menyerah, ya?"

"Kami bangga menyebut diri kami pasukan Anda, Boss."

Hajime sedikit merinding saat melihat betapa "gagahnya" bawahannya. Yue


menepuk-nepuk lengannya dengan nyaman. Dia benar-benar berlebihan kali ini, lebih dari
satu cara.

Ini adalah kesalahannya sendiri, jadi yang bisa dia lakukan hanyalah menghela
napas. Lain kali dia kembali ke sini, dia akan mengalami sakit kepala yang hebat.
"Waaa... tidak ada yang memperhatikanku... meski aku akan berangkat..." Shea
menggambar lingkaran di tanah saat dia meratap, tapi itu juga tidak menarik perhatiannya.

Mereka berpisah di tepi hutan. Begitu selamat tinggal selesai, Hajime


mengeluarkan Steiff dan segera mereka berlari melintasi dataran. Formasi berkuda
mereka seperti sebelumnya, dengan Yue di depan, Hajime di tengah, dan Shea di belakang.
Rasanya bagi Hajime bahwa Shea berpegangan padanya lebih erat dari sebelumnya, tapi
dia berusaha sekuat tenaga untuk mengabaikannya. Jika dia bereaksi sedikit pun, dia yakin
Yue akan memperhatikannya. Telinganya yang kelam mengepak tertiup angin, dan Shea
memejamkan mata dengan gembira saat menikmati sensasi berkendaraan bebas di bawah
langit terbuka.

"Hajime-san. Aku lupa menanyakan ini sebelumnya, tapi tepatnya kita mau kemana?
Vulkan Gruen Agung?"

"Oh? Aku belum memberitahumu?"

"Belum!"

"...Dia memberitahuku." Yue mengembungkan dadanya dengan bangga.

"A-aku salah satu dari kalian sekarang, oke!? Berhenti menyimpan rahasia dariku!
Komunikasi penting di antara sekutu, bukan?"

"Maaf maaf. Kita kembali ke Reisen Gorge."

"Reisen Gorge?" Ulang Shea, jelas tidak mengikuti. Selain Hutan Haltina, satu-
satunya labirin yang diketahui adalah Vulkan Gruen Agung dan Labirin Orcus Agung.
Hajime telah membersihkan labirin Orcus, jadi Shea menganggap tujuan mereka
berikutnya adalah gunung berapi itu. Merasakan kebingungannya, Hajime menjelaskan
keputusannya.

"Ada rumor bahwa Reisen adalah salah satu dari tujuh labirin Agung juga. Karena
berjalan dari sini sampai ke benua barat dimana padang pasir berada, kita mungkin juga
melewatinya dan memeriksa perjalanan kita."

"J-Jadi kita hanya akan melewatinya seperti petunjuk..." Wajah Shea menegang.
Bukan saja itu dianggap sebagai alasan eksekusi dunia, tapi juga di mana dia baru saja
kehilangan banyak keluarganya. Bahkan dengan mengetahui kekuatan mereka, dia sedikit
terkejut karena mereka bisa memperlakukannya seperti jalan raya. Karena betapa eratnya
dia berpegangan padanya, reaksinya disampaikan dengan sempurna kepada Hajime, yang
mendesah.

"Kau tahu, kau harus memiliki sedikit kepercayaan pada kekuatanmu sendiri.
Seperti kau sekarang, monster di dasar ngarai hampir tidak lagi menjadi ancaman daripada
monster yang kau lawan di hutan. Alasan semua orang sangat takut Reisen adalah karena
mana menyebar dengan cepat tepat setelah dipancarkan dari tubuh, tapi itu bahkan tidak
akan mempengaruhimu karena kau menggunakan penguatan tubuh. Sebenarnya, di situlah
jalanmu lebih kuat dari orang lain."

"...Sebagai mastermu, aku malu kau tidak menyadari sesuatu yang begitu
sederhana."

"Uuu... Maafkan aku." Air mata mengalir di mata Shea pada teguran Yue. Canggung,
dia mencoba mengubah topik pembicaraan.

"J-Jadi, apakah kita akan berkemah di lembah? Atau kita akan mencari tempat
tinggal di kota?"

"Kurasa di kota. Aku ingin persediaan makanan dan mengubah beberapa barang yang
telah tergeletak menjadi uang tunai. Jika peta yang pernah kulihat akurat, pasti ada kota
di sekitar sini."

Hajime lebih dari siap untuk mendapatkan makanan yang tepat untuk sekali ini. Baik
Hajime maupun Yue tidak pernah belajar memasak, jadi semua makanan yang mereka buat
di jurang rasanya terasa hambar. Kemudian, di lautan pepohonan, mereka terlalu fokus
untuk melatih para manusia kelinci agar mengkhawatirkan memasak, jadi mereka baru saja
memakan makanan yang tersisa. Dia mendambakan sesuatu yang dimasak oleh seseorang
dengan keterampilan yang sebenarnya. Dan jika dia akan menghabiskan malam di
penginapan dan membeli persediaan, dia butuh uang. Dia memiliki lebih banyak bahan
monster langka daripada yang bisa diperoleh, jadi dia ingin menukar sebagian menjadi uang
tunai. Dia juga hanya ingin sedikit rileks sebelum mereka kembali turun ke jurang dan
mulai bertempur lagi.

"Haaah... Begitu... Syukurlah." Shea mendesah lega. Hajime memberinya tatapan


bingung dan bertanya sebabnya.

"Oh, aku khawatir kau akan langsung menuju Reisen Gorge dan mengatakan sesuatu
seperti 'Aku bisa hidup dari daging monster.' Dan Yue baik-baik saja dengan darahmu,
jadi... aku khawatir aku harus meyakinkanmu untuk membeli makanan. Syukurlah kau masih
punya akal sehat. Aku tidak tahu kau masih makan makanan normal, Hajime-san!"

"Tentu saja... Tidak mungkin aku makan daging monster kalau aku punya pilihan. Dan
monster macam apa yang kau lihat dari diriku?"

"Semacam karnivora baru?"

"Kedengarannya kau ingin aku mengikatmu ke bagian belakang sepeda motor dan
menyeretmu ke kota."

"Hei, tunggu, hentikan! Dari mana kau mendapatkan ide itu!? Tolong jangan... Aku
tidak ingin mati! Yue-san, bantu aku!"
"Kau menuai apa yang kau tabur." Gurauan trio yang riang adalah semua yang bisa
didengar bermil-mil di dataran kosong yang luas ini.

Mereka melihat kota beberapa jam kemudian, sekitar waktu matahari mulai
terbenam. Senyum membelah wajah Hajime. Sama seperti saat pertama kali melihat
matahari, pemandangan kota itu benar-benar membawa pulang fakta bahwa dia akhirnya
bebas dari jurang. Yue juga melompat naik dan turun di pangkuannya. Seperti dia, dia
sangat senang bisa melihat peradaban lagi. Mereka saling pandang dan senyum mereka
semakin lebar.

"Um, maaf mengganggu kalian berdua, tapi tolong lepaskan kerah ini dariku
sekarang? Aku tidak bisa melepasnya sendiri... Um, apa kalian mendengarkan? Hajime-
san? Yue-san? Tolong jangan abaikan aku! Kalian akan membuatku menangis, oke? Apakah
kalian benar-benar ingin melihatku menangis!?" Kedua senyuman mereka hanya tumbuh
lebih lebar. Ketika mereka seperti itu, tidak ada yang bisa mengganggu mereka. Apalagi
ratapan kelinci kecil yang malang itu duduk di belakang mereka.

Beberapa menit berkendara membawa mereka lebih dekat ke kota, dan keduanya
akhirnya kembali menuju kenyataan. Kini setelah mereka lebih dekat, mereka bisa melihat
bahwa itu adalah sebuah desa kecil yang dikelilingi pagar dan parit sementara. Ada
gerbang kayu tempat desa itu bertemu dengan jalan, dengan gubuk-gubuk kecil yang
melapisi kedua sisinya. Itu mungkin tempat penjaga gerbang ditempatkan. Setidaknya itu
berarti paling tidak cukup besar untuk menjamin seorang penjaga, yang memberi isyarat
bahwa Hajime pasti mendapatkan persediaan. Dia tersenyum gembira.

"Kalau kau dalam suasana hati yang baik, bisakah kau melepaskan kerah ini dariku?"
Shea menggerutu sedih saat Hajime mengamati kota itu. Ada permata kecil yang mencolok
di dalam kerah hitam yang menempel di leher Shea. Meski sudah menjadi hukumannya saat
mengejek Hajime, itu sebenarnya adalah sebuah karya yang sangat bergaya. Tapi entah
mengapa dia tidak bisa melepaskannya, karena itulah dia terus meminta Hajime untuk
melakukan hal itu untuknya.

Mereka cukup dekat sehingga para penjaga bisa segera menemukan mereka, jadi
Hajime menyingkirkan Steiff dan mereka terus berjalan kaki. Akan ada keributan besar
jika naik ke kota dengan sepeda motor hitam pekat.

Shea mengeluh sepanjang perjalanan, tapi Hajime dan Yue hanya mengabaikannya
selama mereka berjalan, saat mereka menuju tujuan selanjutnya dengan cepat.

Akhirnya, saat mereka sampai di kota, dua orang berarmor keluar dari gubuk di
kedua sisi gerbang. Mereka ditutupi tutup dada kulit sederhana, dan tali sepatu panjang
yang diikatkan pada pinggang mereka adalah satu-satunya senjata yang mereka bawa. Alih-
alih tentara, mereka tampak lebih seperti petualang. Mereka meminta Hajime untuk
berhenti.

"Berhenti. Tunjukkan pelat status kalian, dan beritahu kami untuk apa kalian di
sini." Prosedur standar. Para penjaga juga tahu hal itu, dan sepertinya tidak semua
waspada. Hajime mengeluarkan pelat statusnya dengan patuh dan menawarkannya pada
salah satu penjaga.

"Aku kebanyakan di sini untuk persediaan. Kita sedang dalam perjalanan." Tentara-
petualang hmm sudah tertarik dan melihat pelat status Hajime. Matanya melebar. Dia
segera mengangkatnya ke lampu, lalu mengusap matanya untuk memastikan dia tidak hanya
melihat sesuatu. Menyadari apa yang terjadi, Hajime tahu ia pasti lupa menyamarkan stat-
nya.

Sebenarnya ada skill yang memungkinkan seseorang mengubah nomor pada pelat
status seseorang. Petualang dan tentara memanfaatkannya secara ekstensif karena
informasi mereka bisa diterima orang yang salah bisa berakibat fatal. Selusin kebohongan
berbeda berkelebat di belakang pikiran Hajime, jadi dia hanya memilihnya secara acak.

"Aku diserang monster beberapa waktu lalu. Sudah rusak sejak saat itu."

"R-Rusak? Tapi..." Salah satu penjaga gerbang tergagap. Itu wajar saja. Tidak
hanya level terdaftar sebagai unknown, tapi stat dan skill-nya benar-benar menggelikan.
Pelat status bisa hancur, tapi biasanya hanya dalam pengertian fisik, tidak pernah terlihat
kesalahan seperti ini. Biasanya, penjaga itu pasti menertawakannya karena telah
mengatakan kebohongan yang jelas, tapi dengan angka Hajime yang begitu aneh, berarti
dia tidak yakin harus percaya apa lagi. Hajime hanya mengangkat bahunya tanpa daya, lalu
melanjutkan pernyataan sebelumnya.

"Bagaimana lagi kau menjelaskan angka-angka itu? Jika itu nyata, maka aku akan
menjadi semacam monster. Apa aku terlihat seperti tipe orang yang bisa melenyapkan
seluruh kota ini hanya dengan mengangkat jariku?" Dia melebarkan lengannya seperti
sedang bercanda, dan penjaga itu tersenyum bersamanya. Jika pelat status benar-benar
mengatakan yang sebenarnya, maka Hajime adalah monster yang jauh lebih hebat daripada
pahlawan atau penguasa iblis manapun. Meski itu tidak pernah terdengar, masih saja masuk
akal jika pelatnya rusak.

Jika petualang-petualang itu tahu yang sebenarnya, dia pasti sudah pingsan. Yue
dan Shea melihat dengan takjub saat Hajime memutar kebohongannya tanpa mengedipkan
kelopak mata.

"Haha, ya, kau pasti tidak terlihat seperti monster. Aku belum pernah mendengar
tentang pelat status yang rusak seperti ini, tapi kurasa ada pertama kali untuk semuanya...
Pokoknya, sekarang ke kalian berdua..." Penjaga itu mengalihkan tatapannya ke kedua gadis
yang berdiri di belakang Hajime. Mereka sebagian disembunyikan oleh sosok Hajime
sebelumnya, jadi dia belum sempat memeriksanya lebih awal, tapi dia membeku saat
melihat siapa yang bepergian dengan Hajime.

Warna crimson perlahan menebarkan di wajahnya saat dia menatap Yue dan Shea.
Yue tentu saja adalah kecantikan menakjubkan yang menyerupai bisque doll. Dan Shea
sama memikatnya, selama dia menutup mulutnya. Pada dasarnya, kedua penjaga gerbang
itu benar-benar jatuh hati.
Hajime berdeham keras. Kembali ke indra mereka, keduanya segera menoleh ke
arah Hajime.

"Keduanya kehilangan pelat mereka saat kami diserang oleh monster yang
kuceritakan tadi. Dan gadis kelinci ini ada di sini, yah... kau mengerti, kan?" Mereka berdua
mengangguk sadar dan mengembalikan pelat status Hajime kepadanya.

"Tapi bung, kau sungguh mendapatkan gadis cantik. Kudengar manusia kelinci
berambut cerah sangat langka. Kau pasti kaya, huh?"

Mereka berdua terus mencuri tatapan gadis-gadis itu saat pria itu berbicara,
suaranya jelas penuh rasa iri. Hajime hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban, tidak
mengatakan apa-apa.

"Baiklah, terserah. Kau bebas untuk lewat."

"Terima kasih. Oh ya. Adakah di mana aku bisa menjual beberapa bahan yang
kudapat?"

"Hm? Ada guild petualang di jalan tengah. Mereka yang cocok dengan hal itu.
Mereka juga punya peta kota di sana, kalau kau memerlukannya."

"Keren, terima kasih sudah boleh masuk." Informasi didapat, Hajime dan yang
lainnya menuju ke kota.

Menurut tanda yang tergantung dari gerbang utama, nama kota itu adalah Brooke.
Kota itu ramai dengan aktivitas. Horaud, kota yang menjadi tempat Hajime saat pertama
kali pergi berlatih di Labirin Orcus, lebih besar lagi, tapi sejumlah kios masih bisa dilihat
di ujung jalan utama, dengan pedagang menjajakan barang dagangan mereka dan pelanggan
dengan tawar-menawar dengan hangat.

Entah kenapa, melihat semua aktivitas di sekelilingnya membuat Hajime pusing


dengan kegembiraan. Yue juga menyeringai gembira. Hanya Shea yang gemetar tak
terkendali, melotot pada Hajime dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak berteriak, tapi
hanya melotot marah padanya. Karena tidak dapat lagi mengabaikannya, Hajime mendesah
lelah. Sambil menggerutu pada dirinya sendiri, dia berbalik menghadap Shea.

"Apa? Akhirnya aku bisa menikmati berada di sekitar orang lain lagi, jadi kenapa
kau memelototiku? Kau terlihat seperti monster gorila yang mengerikan sehingga aku
harus menahan diri untuk tidak menjatuhkan batu besar."

"Permisi, aku tidak terlihat seperti gorila! Dan ada apa dengan deskripsi itu? Aku
mulai merasa tidak enak dengan gorila malang yang mungkin kau bunuh ini!"

"...Tapi apakah kau tidak keperihan setelah mencium ketiakmu?"

"Bukan kau juga!? Betapa jahatnya, aku tidak melakukannya!"


Shea sangat berisik seperti biasanya. Dengan panik ia mengepakkan tangannya,
memprotes kata-katanya dengan hangat. Sebagai samping, monster gorila yang dimaksud
Hajime adalah monster yang akhirnya dia gunakan sebagai subjek uji untuk Compression
Synthesis-nya. Itu murni untuk penelitian, bukan kenikmatan. Meski sempat mengendus
Yue. Steel Arms skill Hajime telah datang darinya, sebenarnya.

"Lakukan sesuatu tentang kerah ini! Semua orang mengira aku adalah budakmu...
Hajime-san, maksudmu ini sengaja, bukan? Betapa kejamnya. Kupikir kita rekan!" Bahkan
saat dia marah, Shea tidak begitu menyukainya. Meski masih merasa sangat terkejut
karena rekannya berusaha membuatnya terlihat seperti budak. Tentu saja, kerah yang
telah ditaruh Hajime bukanlah kerah budak yang asli, dan juga tidak memiliki kemampuan
untuk mengikatnya. Shea juga tahu itu. Tetap saja, ini mengejutkan.

Melihatnya dengan kesal, Hajime menggaruk kepalanya dengan canggung.

"Dengar, apa kau sungguh mengira manusia binatang bisa berkeliling kota di tempat
terbuka jika mereka bukan budak seseorang? Terutama gadis kelinci kecil sepertimu,
karena kau sangat populer. Plus, kau memiliki rambut putih dan tubuh yang bagus. Aku
dapat menjamin kau bahwa jika kau tidak mengenakan kerah itu, seseorang akan mencoba
menangkapmu saat kita memasuki kota. Dan kemudian semua menjadi satu kekacauan
besar penculik. Dan itu akan menjengkelkan... Tunggu, apa yang membuatmu memerah
begitu?" Selama penjelasannya, tatapan Shea yang marah telah digantikan oleh wajah malu
malu. Pada akhirnya, dia memegang pipinya dengan tangannya dan menggeliat karena malu.
Yue hanya memelototinya dengan dingin.

"O-Oh, Hajime-san. Aku tidak percaya kau akan begitu berani di depan umum.
Mengatakan hal-hal seperti memiliki tubuh yang bagus, atau kepribadian hebat, atau
bahwa aku adalah gadis termanis dan terseksi di dunia. Astaga, betapa mema—Bugaah!?"
Tinju Yue menyela delusi Shea yang berlebihan. Teriakannya yang berikutnya tidak sedikit
pun ada kelucuannya. Juga, karena dia tidak membela diri dengan penguatan tubuh, pipinya
merah tua.

"...Jangan ke-PD-an."

"Maarf, Yue-san."

Shea gemetar mendengar suara dingin Yue. Lelah dengan drama komedi kecil
mereka, Hajime memotongnya dengan melanjutkan penjelasannya.

"Bagaimana pun, berpura-pura menjadi budak saat kita berada di wilayah manusia
adalah demi dirimu. Aku lebih suka tidak akhirnya harus menyelamatkanmu dari masalah
setiap kali kita pergi ke kota."

"Aku... mengerti, tapi..." Dia mengerti secara logis mengapa Hajime melakukannya.
Tapi dia masih merasa sulit untuk menelannya. Dia sangat mementingkan gagasan bahwa
mereka adalah rekan seperjalanan, dan dia merasa benci untuk membuangnya, meskipun
itu hanya sebuah kepura-puraan. Kali ini, Yue yang mencoba meyakinkannya.
"...Tidak masalah apa yang dipikirkan orang lain."

"Yue-san?"

"Yang penting adalah bahwa orang-orang penting bagimu mengetahui yang


sebenarnya... Benar?"

"...Ya kau benar. Kau benar sekali."

"...Baik. Meski agak menyebalkan. Kau adalah seseorang yang kukenal dengan Shea...
jadi berhentilah memikirkan semua hal kecil."

"Yue-san... Ehehe... Terima kasih."

Di masa lalu, Yue telah memegang kekuasaannya demi rakyatnya. Meskipun dia
sedikit bicara, jawaban yang dia temukan setelah pengkhianatan dramatisnya membawa
banyak beban. Oleh karena itu mengapa mereka bergemuruh di dalam hati Shea. Hajime,
Yue, dan Haulia yang lain tahu dia adalah rekan mereka, itulah yang penting. Tidak perlu
berteriak ke seluruh dunia jika itu akan membawa masalah yang tidak perlu. Tentu saja,
itu masih tidak akan menghentikannya untuk berharap bisa... Shea tersenyum malu-malu
pada Yue sebelum berbalik untuk melihat kembali Hajime. Ada tatapan penuh harap di
matanya. Kurasa aku harus mengatakan sesuatu juga. Hajime mengangkat bahu.

"Yah, kalau kabar keluar dan para pencari budak datang mengejarmu, setidaknya
kita tidak akan meninggalkanmu."

"Meskipun kau harus mengubah semua orang di kota menjadi musuhmu?"

"Kau tahu aku sudah membunuh sekelompok tentara kekaisaran, bukan?"

"Jadi kau akan membantuku jika itu berarti membuat seluruh kerajaan menjadi
musuhmu? Fufu..."

"Jangan konyol. Meskipun aku harus melawan seluruh dunia, atau para dewa itu
sendiri, jika mereka menjadikan diriku sebagai musuhku, aku akan melawan mereka."

"Fufufu, Yue-san, apa kau dengar itu? Hajime-san sungguh mengatakan beberapa
hal yang sangat memalukan. Dia pasti benar-benar peduli dengan kita!"

"...Satu-satunya yang dia pedulikan adalah aku."

"Hei, ayolah, baca mood-nya dong! Seharusnya kau bilang '...Ya.' Seperti yang selalu
kau lakukan." Meski dia mengeluh, Shea masih memiliki senyuman di wajahnya. Mendengar
Hajime mengatakan bahwa dia akan melawan seluruh dunia demi dia telah membuatnya
merasa sangat bahagia. Apalagi sejak dia jatuh hati padanya.

Hajime mengabaikan kejenakaan mereka dan terus menjelaskan keputusannya


untuk mengenakan kerah padanya.
"Juga, kerah itu sudah terpasang batu telepati dan batu penglihatan, sehingga kau
bisa menggunakannya dalam keadaan darurat. Tuangkan saja mana ke dalamnya dan
mereka akan mengaktifkannya."

"Batu telepati dan... batu penglihatan?"

Seperti namanya, batu telepati memungkinkan penggunannya berkomunikasi secara


telepati dengan orang lain. Hajime telah menciptakannya dengan menggunakan sihir
penciptaan yang ia pelajari di labirin. Jarak yang bisa ditempuh dengan yang lain
tergantung pada jumlah mana yang dimasukkan ke dalam batu. Namun, setiap transmisi
yang dilakukan dengan batu telepati akan disiarkan ke siapa saja yang juga memilikinya,
jadi itu tidak cocok untuk percakapan rahasia.

Batu penglihatan juga merupakan sesuatu yang diciptakannya dengan sihir


penciptaan. Dia telah menambahkan Sense Presence [+Precision Sensing] ke dalam batu
biasa. Skill ini memungkinkan target yang telah ditandai sebelumnya ditunjukkan di antara
kelompok kehadiran lainnya. Dengan demikian, kerah juga berfungsi sebagai semacam suar
bagi Hajime untuk menemukan Shea kapan saja. Kekuatan suar itu, seperti jangkauan
transmisi batu telepati, bergantung pada seberapa banyak mana Shea menuangkannya.

Semakin lama dia mendengarkan penjelasan itu, semakin bersyukur dia pada
Hajime.

"Oh, juga, kau bisa melepasnya dengan memasukkan mana jumlah tertentu ke
dalamnya, oke?"

"Begitu. Jadi dengan kata lain... kau memberikan ini padaku agar kau bisa
mendengar suaraku kapan pun kau mau, dan agar kau selalu tahu di mana aku berada,
bukan? Apakah kau benar-benar terobsesi denganku? Itu agak aneh, tapi, yah, bukannya
aku membencinya atau apa— Bragahgwa!?"

"Jangan ke-PD-an."

"Ugh... Maafkan aku."

Tangan Yue mengukir busur yang sempurna sebelum menghubungkan lurus dengan
bagian belakang kepala Shea dan mengirimnya ke tanah. Suaranya sedingin es. Hajime
mulai bertanya-tanya apakah Yue benar-benar buruk di pertempuran jarak dekat saat dia
mengklaim hal itu. Dan hanya karena Yue mengizinkan Shea untuk menemani mereka, itu
tidak berarti dia menghargai ucapannya saat dia mendekati Hajime. Meskipun ragu apakah
tindakan Shea bahkan bisa dianggap "pendekatan."

Setelah berjalan beberapa menit, rombongan riang mendapati dirinya menatap


sebuah bangunan dengan sebilah pedang panjang besar yang ditarik ke papan nama. Itu
adalah tanda yang sama seperti yang Hajime lihat di Horaud, tanda guild petualang. Meski
bangunan ini kira-kira berukuran setengah dari ukuran di Horaud.
Hajime mendorong pintu kayu yang berat dan melangkah masuk. Karena kata-kata
guild petualang itu mengingatkan bayangan tipe kasar dan jatuh, Hajime mengira bagian
dalamnya akan suram, tapi bersih sekali. Ada konter langsung ke depan, sementara seluruh
sisi kiri tampaknya restoran. Sejumlah petualang sedang duduk mengobrol atau makan.
Dilihat dari kenyataan bahwa tidak satu pun dari mereka yang minum alkohol, Hajime
menganggap tempat itu tidak melayaninya. Kira-kira mereka tidak ingin pemabuk
mengacaukan tempat itu.

Begitu Hajime melangkah melewati pintu, perhatian semua orang beralih


kepadanya. Biasanya, kelompok tiga orang yang tidak dikenal tidak akan menarik perhatian
terlalu lama, tapi rasa ingin tahu mereka terganggu saat tatapan orang beralih dari Hajime
ke dua gadis yang berdiri di belakangnya. Terdengar lebih dari satu gumaman penuh
apresiasi, dan beberapa petualang ditampar oleh teman perempuan mereka. Sampai ada
lebih banyak pukulan daripada tamparan yang pas untuk sekelompok petualang.

Menilai dengan bagaimana segala sesuatunya berjalan dalam novel fantasi, Hajime
juga mengantisipasi beberapa ejekan, namun bertentangan dengan harapan, kebanyakan
orang tetap diam. Itu agak antiklimaks, tapi Hajime masih senang tidak ada yang
memutuskan untuk menghalangi.

Saat dia berjalan ke konter, dia berhadapan langsung dengan seorang wanita paruh
baya yang cantik. Yang tubuhnya bagus. Tubuhnya dua kali lebih lebar dari Yue. Stereotip
sampai semua resepsionis guild adalah wanita cantik sepertinya orang yang salah. Sama
seperti pada kenyataannya sebagian besar maid sebenarnya adalah wanita yang lebih tua.
Tidak peduli dunia mana pun, kebenaran lebih keras daripada fiksi.

Bukan berarti Hajime berharap resepsionis itu akan menjadi seorang gadis cantik.
Tidak, tidak sedikit pun. Itulah sebabnya dia berharap Shea dan Yue akan segera berhenti
menatapnya. Itu mulai menjadi tidak nyaman. Entah dia menebak apa yang terjadi melalui
kepala Hajime atau tidak, resepsionis itu terus tersenyum padanya.

"Kau punya dua gadis cantik bersamamu dan kau masih belum puas? Yah, sayang
sekali, resepsionis ini tidak cantik."

...Apakah wanita ini menggunakan sihir membaca pikiran atau semacamnya?


Ekspresi Hajime menegang dan dia mencoba menjawab dengan santai.

"Oh, aku sama sekali tidak memikirkan hal seperti itu."

"Ahaha, jangan remehkan intuisi seorang wanita, Nak. Kami bisa membaca kalian
para pria seperti buku yang terbuka. Dua temanmu di sana tidak akan menyukainya jika
kau terus menatap setiap gadis yang kau temui, kau tahu?"

"...Aku akan mengingatnya."

Ketika dia mendengar jawaban sedihnya, dia segera meminta maaf.


"Oh, lihat berapa umurmu? Maaf untuk menguliahimu saat baru bertemu."

Sulit membenci seseorang seperti dia. Ketika Hajime melirik ke arah petualang
yang lain, dia melihat mereka semua memberinya tatapan kasihan, seolah mengatakan
"anak malang, jadi dia juga mengejekmu, huh?" Ternyata alasan petualang disini sangat
dewasa karena dia.

"Bagaimana pun, selamat datang di guild petualang cabang Brooke. Urusan apa yang
kau punya dengan kami?"

"Oh, ya, benar... aku ingin menjual beberapa bahan."

"Begitu ya. Bolehkah aku meminta untuk melihat pelat statusmu?"

"Huh? Aku perlu menunjukkan pelat statusku hanya untuk menjual barang?"

Wanita tua itu menatap Hajime dengan bingung.

"Apakah kau bukan petualang? Kau tidak memerlukan pelat status hanya untuk
menjual barang, tapi jika kau seorang petualang terdaftar, kau akan mendapatkan bonus
10% untuk penjualanmu."

"Aku tidak tahu itu."

Menurut penjelasan wanita tersebut, ada banyak manfaat lain untuk menjadi
petualang terdaftar. Karena merekalah yang keluar untuk mengumpulkan kristal dan
tanaman obat yang dibutuhkan kebanyakan kota, mereka diperlakukan dengan baik. Karena
area di luar kota selalu dipenuhi dengan monster, orang-orang biasa akan mengalami masa-
masa sulit untuk mendapatkan apa pun. Itu wajar bagi mereka yang mengambil pekerjaan
yang lebih berbahaya memiliki hak istimewa.

"Banyak penginapan dan pertokoan yang berbisnis dengan guild akan memberi
petualang 10-20% untuk layanan mereka, dan jika level-mu cukup tinggi, kau bisa menyewa
kereta secara gratis. Apa yang kau pikirkan? Apakah kau ingin mendaftar bersama kami?
Biaya pendaftarannya hanya seribu Luta." Luta adalah mata uang standar yang digunakan
di seluruh bagian utara Tortus. Dengan menggabungkan bijih zagalta dengan berbagai
logam, mereka bisa menciptakan paduan dengan berbagai warna. Luta terbuat dari paduan
tersebut, dan ditandai dengan segel khusus. Satuannya berwarna biru, merah, kuning,
ungu, hijau, putih, hitam, perak, dan emas. Masing-masing memiliki nilai setara 1, 5, 10, 50,
100, 500, 1000, 5000, dan 10000 Luta. Yang cukup menarik, nilainya sama dengan uang
kertas dan koin Jepang.

"Hmm, aku mengerti. Dalam hal ini, kurasa aku mungkin juga mendaftar. Sayangnya,
aku tidak punya uang sekarang. Bisakah kau memotongnya dari jumlah semua barang yang
kujual? Aku tidak keberatan mengambil tingkat dasar untuk seberapa banyak yang harus
kudaftar."
"Apa yang kau lakukan, berjalan tanpa uang sepeser pun dengan dua gadis cantik
seperti itu? Aku akan memberikan bonus untuk semuanya, jadi pastikan kau
memperlakukan mereka dengan benar, oke?" Wanita tua ini sebenarnya sungguh hebat.
Hajime menerima tawarannya dengan ramah, lalu menyerahkan pelat statusnya.

Dia ingat untuk menyembunyikan statistiknya dengan benar, jadi hanya namanya,
umur, jenis kelamin, dan pekerjaannya yang seharusnya terdaftar. Dia bertanya apakah
Yue dan Shea juga ingin mendaftar, tapi mereka menolak. Mereka bahkan tidak memiliki
pelat status, jadi mereka harus mengeluarkan beberapa dari wanita tua itu. Tapi kemudian
dia akan melihat semua statistik dan skill konyol mereka sebelum mereka sempat
menyembunyikannya.

Hajime penasaran untuk melihat seperti apa statistik mereka, tapi itu akan
menyebabkan kegemparan besar. Berurusan dengan hal itu pasti terasa menjengkelkan,
jadi dia memutuskan untuk tetap memasang rendah.

Ketika dia mengembalikan pelatnya kepadanya, ada sesuatu yang baru tertulis di
atasnya. Di samping kolom job adalah kolom occupation, yang saat ini bertuliskan
"Adventurer." Ada sedikit tanda biru di sebelahnya.

Tanda itu melambangkan peringkatnya. Seperti mawar itu akan berubah menjadi
merah, lalu kuning, lalu ungu, lalu hijau, lalu putih, lalu hitam, lalu perak, dan akhirnya
emas... Ah, aku mengerti. Peringkat petualang itu sama dengan warna koin Luta. Dengan
kata lain, petualang peringkat biru pada dasarnya tidak berharga sepeser pun. Sungguh
menyedihkan. Master guild pertama yang telah merancang sistem ini pasti memiliki
kepribadian yang cukup berliku.

Juga, tampaknya siapa pun tanpa job tempur tidak bisa naik di atas peringkat
hitam. Meskipun baru saja, bahkan job tempur pun setidaknya bisa sampai ke empat digit.
Mereka yang berhasil sejauh ini bahkan lebih dikagumi daripada petualang petarung yang
bertarung yang berhasil mencapai emas, jadi mereka bisa melihat betapa pentingnya
warna yang mereka berikan pada warna ini.

"Kalau kau pria, lebih baik kau bertujuan untuk warna hitam, kau dengar? Kau tidak
ingin terlihat payah di depan teman wanitamu, kan?"

"Yeah, aku akan bekerja keras. Baiklah, jadi aku bisa menjual barangku sekarang
juga?"

"Silakan. Aku adalah penilai yang berkualitas, jadi aku bisa mengurusnya untukmu."
Jadi bukan hanya dia seorang resepsionis, tapi dia juga seorang penilai. Sungguh seorang
wanita berbakat.

Hajime telah memasukkan beberapa barang di Treasure Trove-nya ke tasnya


sebelumnya, yang sekarang dikeluarkan. Itu adalah bermacam-macam kulit monster,
cakar, taring, dan kristal aneh. Dia memasukkan semuanya ke dalam wadah kecil di meja
yang dirancang untuk tujuan ini, dan wanita tua itu menatapnya dengan takjub.
"I-Ini kan—!" Dengan penuh takut dia mengambil setiap barangnya, memeriksanya
dengan saksama. Setelah menjalani pemeriksaan, wanita tua itu mendesah dan menatap
Hajime.

"Kau telah membawaku beberapa hal gila di sini, Nak. Ini... berasal dari monster
yang ditemukan di lautan pepohonan, kan?"

"Ya, benar." Ini juga, menyimpang dari harapan Hajime. Hajime menghindari
mencoba menjual apa pun yang dia dapat di jurang dengan sengaja, karena dia menduga
monster seperti itu tidak berkeliaran di permukaan. Jika dia mengeluarkannya, pasti ada
keributan besar. Dia sudah menduga bahan dari monster di hutan masih agak langka, tapi
dia tidak memiliki barang lain untuk dijual. Dan berdasarkan reaksi wanita tua itu, mereka
memang langka.

Tentu saja, Hajime sama sekali tidak berharap resepsionis guild akan panik saat
melihat apa yang telah dia bawa, memanggil kepala cabangnya, dan seketika itu dia juga
menaikkan peringkat maksimal untuk petualang. Dia juga tidak berharap dia akan langsung
jatuh hati padanya setelah melihat betapa menakjubkannya dia... Tidak, tidak sedikit pun.
Jadi bisakah kalian berdua berhenti menatapku seperti itu? Kalian mulai menakut-
nakutiku.

"Kau hanya tidak belajar, ya?" Wanita tua itu melotot pada Hajime.

"Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan." Jurang bisa mencukur semua
bagian kepribadiannya, tapi hati otaku tidak mudah dilepas... Bukan berarti itu sesuatu
yang bisa dibanggakan. Hajime mengalihkan tatapannya dan mencoba bersikap bodoh.

"Kebanyakan hal dari lautan pepohonan sangat berkualitas, jadi aku akan mengambil
ini dengan senang hati." Dia melanjutkan dengan biasa saja. Sepertinya dia tahu bagaimana
cara mengatasinya juga. Sungguh wanita tua yang hebat. Hajime ragu ada wanita tua di
luar sana yang lebih menakjubkan dari dia.

“Jadi itu langka?”

"Begini, manusia mudah tersesat di lautan pepohonan, dan banyak orang yang
mengembara tidak akan pernah keluar lagi. Itu sebabnya kebanyakan orang
menghindarinya seperti wabah. Ada beberapa budak manusia binatang yang masuk ke sana
dengan harapan bisa mencapai kaya, tapi jika mereka tidak memperlakukan mereka dengan
benar, tidaklah sulit bagi para budak untuk memimpin majikan mereka tersesat. Dan
sedikit yang beruntung bisa kembali dengan sesuatu sampai mendekati ibukota untuk
menjual barang-barang yang mereka dapat. Mereka akan bisa mendapatkan harga yang
lebih tinggi di sana, dan ketenaran mereka akan meningkat lebih cepat."

Wanita tua itu melirik Shea. Dia mungkin mengira kita menyuruhnya membimbing
kita. Berkat kehadiran Shea, rasanya aneh bagi Hajime untuk memiliki bahan dari lautan
pepohonan. Sebagai gantinya, dia memiliki wajah cemas di wajahnya, dan menggumamkan
sesuatu seperti, "Melakukan sesuatu yang sangat berbahaya meski kau masih sangat
muda..." Aku bertanya-tanya apa yang akan dipikirkannya... jika kukatakan padanya aku
pergi jauh-jauh ke Verbergen, dan mengubah seluruh suku manusia kelinci menjadi
monster haus darah? Meski mengingat bagaimana dia berakting sejauh ini, mungkin dia
sama sekali tidak terkejut. Hajime tersenyum masam pada dirinya sendiri.

Setelah menilai semua barang, wanita tua itu menawarkan harga 487.000 Luta
untuk seluruh simpanan. Sungguh banyak.

"Apa kau sungguh baik-baik saja dengan itu? Kau bisa lebih dekat dengan ibukota."

"Tidak, tidak apa-apa. Ini sudah cukup."

Hajime menerima 51 koin Luta-nya dengan syukur. Mungkin ada kaitannya dengan
bijih yang mereka hasilkan, tapi koinnya sangat ringan. Mereka juga cukup tipis sehingga
bahkan 51 diantaranya bisa dibawa berkeliling dengan mudah. Meskipun sangat besar,
Hajime hanya bisa menyimpannya di Treasure Trove-nya.

"Omong-omong, penjaga gerbang menyebutkan sesuatu tentang kalian memiliki


peta kota..."

"Oh, ya, kita punya. Permisi sebentar... Ini, ketemu. Penginapan dan pertokoan yang
kusarankan semuanya sudah ditandai." Peta yang dia serahkan sangat rinci, dan semua
informasi terpenting mudah ditemukan. Ini mirip pamflet wisata yang biasa digunakan
Hajime. Dia tidak percaya guild tersebut memberikan sesuatu yang baik ini secara gratis.

"Hei, apa sungguh baik-baik saja untuk mengambil ini secara gratis? Ini adalah peta
yang sangat bagus. Astaga, aku benar-benar bersedia membayar untuk sesuatu seperti
ini..."

"Aku tidak keberatan. Aku hanya menggambarnya untuk bersenang-senang di


waktu senggangku. Sebenarnya job-ku adalah Scribe, jadi hal seperti ini mudah bagiku."

Apakah wanita ini Wonder Woman atau semacamnya? Apa yang seseorang yang
sangat terampil lakukan di kota terpencil begini? Hajime yakin cerita tentang bagaimana
dia berakhir di sini akan membuat sebuah cerita yang menarik.

"Kau yakin? Baiklah, terima kasih."

"Tidak apa-apa. Bagaimana pun, karena kau memiliki uang yang lumayan sekarang,
aku akan merekomendasikan tinggal di tempat yang menyenangkan. Kota ini cukup aman,
tapi aku yakin setidaknya ada beberapa orang yang akan mencoba melakukan sesuatu yang
bodoh karena mereka berdua di sisimu."

Bermanfaat sampai akhir. Hajime tersenyum penuh apresiasi, mengucapkan terima


kasih, dan menuju pintu. Yue dan Shea juga membungkuk padanya sebelum mengikutinya.
Para petualang saling berbisik saat mereka melihat gadis-gadis itu meninggalkan bangunan.
"Heh, sungguh kelompok yang menarik..." Wanita tua itu bergumam pada dirinya
sendiri.

Hajime dan yang lainnya melihat-lihat peta mereka, yang ternyata lebih merupakan
buku panduan, dan memutuskan untuk bermalam di "Masaka Inn." Menurut uraian di peta,
makanannya sangat enak, berada di lingkungan yang aman, dan yang terpenting, mandi.
Yang terakhir itulah yang memutuskannya untuk Hajime. Itu sedikit mahal, tapi karena
mereka kaya, itu tidak masalah. Dia sedikit terganggu oleh namanya, tapi... seluruh lantai
pertama penginapan adalah restoran, dan ketika mereka tiba, mereka menemukan
beberapa orang sedang makan malam di sana. Dan sama seperti dengan guild petualang,
perhatian semua orang tertuju pada Yue dan Shea. Mereka mengabaikan tatapannya dan
berjalan ke konter, di mana seorang gadis bersemangat mungkin berusia lima belas tahun
keluar untuk menyambut mereka.

"Selamat datang di Masaka Inn! Apakah Anda di sini mencari kamar atau makan?"

"Aku ingin menyewa kamar. Kami datang ke sini mengikuti buku panduan ini, apakah
harganya masih sama dengan apa yang ada di sini?" Hajime menunjukkan peta kepadanya,
dan gadis itu mengangguk dalam pengertian.

"Oh, Anda datang ke sini mendapatkan rekomendasi Catherine. Yap, harga kami
masih sama. Berapa banyak malam Anda akan tinggal?" Dia melanjutkan dengan cepat.
Namun, pikiran Hajime ada di tempat lain. Aneh mengejutkannya bahwa nama wanita tua
itu adalah Catherine.

"Umm, permisi, Pak?" Ucapan gadis itu membawa Hajime kembali ke akal sehatnya.

"O-Oh, maaf. Hanya satu malam. Juga, kami juga suka makan malam dan mandi
juga."

"Baik. Biayanya 100 Luta untuk setiap 15 menit di bak mandi. Saat ini, kami punya
slot waktu kosong." Dia mengangkat sebuah papan kecil dengan slot waktu yang tertulis.
Hajime ingin meluangkan waktu di bak mandi, dan mereka harus berpisah dengan laki-laki
dan perempuan, jadi dibutuhkan paling sedikit 2 jam. Gadis itu berteriak kaget saat dia
menyebutkannya, tapi sebagai orang yang lahir dan dibesarkan di Jepang, Hajime akan
menetap dengan tidak kurang.

"J-Juga, umm, berapa kamar yang Anda mau? Kami memiliki kamar dua dan tiga
orang yang tersedia, jadi..." Ada sedikit rasa ingin tahu di matanya saat dia memintanya.
Dia berada di sekitar usia di mana dia tertarik pada hal-hal seperti asmara. Meskipun
Hajime berharap para tamu lain juga berhenti mencoba menguping percakapan itu. Dia
tahu Yue dan Shea sangat cantik, tapi ini bahkan melebihi harapannya. Mengingat
bagaimana mereka bertemu, tidak mengherankan jika Hajime sedikit tidak tahu
bagaimana orang lain bisa melihatnya.
"Kamar tiga orang seharusnya baik-baik saja." Tidak ada sedikit pun keraguan
dalam suaranya. Tamu-tamu di sekitar terpesona. Gadis itu juga sedikit tersipu. Namun,
ada seseorang yang keberatan dengan pilihan Hajime.

"Tidak. Dua kamar dua orang." Yue. Tamu-tamu lain, terutama para pria, semua
menyeringai sombong. Mereka tentu saja berpikir Yue ingin membagi laki-laki dan
perempuan. Namun, kata-kata selanjutnya Yue menghancurkan harapan mereka.

"...Satu untukku dan Hajime. Kau bisa ambil yang lain, Shea."

"Hei kenapa!? Aku tidak ingin sendiri! Ayo, ayo kita semua berbagi kamar!" Shea
memprotes dengan hangat.

"...Karena kau akan menghalangi."

"Menghalangi apa... Tunggu, apa rencanamu di sana?"

"...Bukankah sudah jelas? Seks."

"Bwah!? B-Bagaimana kau bisa mengatakannya saat banyak orang!? Tidakkah kau
punya kelas!?"

Ucapan Yue mendorong semua pria ke dalam keputusasaan. Mata terbakar karena
cemburu, mereka melotot pada Hajime. Pemilik penginapan itu telah menjadi merah
seperti tomat saat dia melirik Yue dan Hajime. Hajime mencoba masuk sebelum kedua
gadis itu bisa mempermalukannya lebih jauh, tapi sudah terlambat.

"B-Baiklah, kalau begitu pergilah ke kamar lain, Yue-san! Akulah yang akan berbagi
kamar dengan Hajime-san!"

"...Oh, dan kenapa begitu?" Tatapan Yue sedingin badai salju musim dingin. Tatapan
dingin itu membawa kembali ingatan traumatis tentang latihannya, jadi Shea mulai
gemetar karena ketakutan, tapi dia menguatkan tekadnya dan melotot tepat ke belakang.

"S-supaya aku bisa memberi Hajime-san keperawananku!"

Diam mengelilingi ruangan. Tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun, atau
bahkan membuat suara. Perhatian semua orang tertuju pada Hajime dan yang lainnya.
Bahkan orang tua gadis itu keluar dari dalam dapur dan melihat-lihat pertukaran mereka
dengan ekspresi "pasti enak jadi muda" di wajah mereka. Kalau begini terus, Yue bisa saja
membeku karena tatapannya sendiri.

"...Ada kata-kata terakhir?"

"Ugh. Aku tidak akan kalah darimu! Hari ini aku mengalahkanmu dan mengambil alih
peran heroine!"
"Izinkan aku untuk mengajarimu bahwa tidak ada murid yang lebih kuat dari master
mereka."

"Nah, saatnya murid ini mengungguli masternya!"

Aura mengintimidasi mulai membungkus dirinya di sekitar Yue, dan Shea menarik
palu yang diikatkan ke punggungnya dengan jemari gemetar. Semua orang menelan ludah
dengan gugup, terlalu takut untuk bergerak. Dalam suasana tegang inilah... Clang! Clang!

"Hii!?"

"Hakyuu!?"

Tinju logam jatuh pada kedua gadis itu. Mereka berdua berjongkok di tanah, air
mata mengalir dari mata mereka. Orang yang menyerang mereka adalah Hajime.

"Sheesh, berhenti mengganggu tamu lain. Dan yang lebih penting lagi, berhentilah
mempermalukan aku."

"Uuu, cintamu kesakitan, Hajime..."

"S-Setidaknya kau bisa sedikit menahannya... Aku bahkan menggunakan penguatan


tubuh dan masih sakit..."

"Itu salahmu sendiri, tolol."

Hajime memberi mereka tatapan tajam sebelum kembali ke gadis di konter. Dia
menegakkan tubuhnya dengan permulaan.

"Maaf atas keributan itu. Kamar tiga orang saja."

"...J-Jika Anda mendapatkan kamar tiga orang... apakah itu berarti Anda akan
melakukannya sekaligus? M-Mengagumkan... Tunggu, apa itu kenapa Anda mau dua jam di
bak mandi? Apakah Anda akan saling mencuci punggung dan sebagainya!? Dan kemudian...
melakukan sesuatu yang sedikit lebih... Sungguh memalukan!"

Gadis malang itu telah kehilangannya. Karena tidak dapat terus menonton lebih
lama lagi, ibunya, yang mungkin pemiliknya, menyeretnya menjauh dari konter. Ayahnya
menggantikannya dan selesai menyelesaikan dokumennya.

"Maaf tentang putriku," katanya dengan nada meminta maaf saat menyerahkan
kunci kamar. Tapi sama seperti orang lain, matanya juga penuh cemburu. Dia sungguh tipe
pria yang akan bersikap sarkastik dan pergi "Baiklah, apakah Anda menikmati diri Anda
semalam?" Di pagi hari.

Apa pun yang dikatakan Hajime akan membuat kesalahpahaman itu semakin buruk,
jadi dia mengambil kuncinya dalam diam, membawa Yue dan Shea, meletakkannya di atas
bahunya, dan melarikan diri ke kamarnya di lantai tiga. Butuh waktu lama sebelum suara
yang terdengar dari bawah lagi. Seluruh cobaan telah membuat Hajime lelah, jadi dia
hanya berusaha untuk tidak memikirkannya.

Akhirnya, Hajime masuk ke kamarnya. Mengabaikan protes mereka, dia


melemparkan Shea dan Yue ke ranjang masing-masing sebelum menyelam ke ranjangnya
sendiri dan membiarkan tidurnya bisa mengalahkannya.

Beberapa jam kemudian, Yue membangunkannya untuk memberitahunya bahwa


sudah waktunya makan malam. Menyegarkan, Hajime menuju ke lantai bawah bersama
Shea dan Yue. Karena alasan apa pun, semua orang yang duduk saat dia datang untuk check
in masih di sana. Tidak ada satu pun dari mereka yang pergi.

Wajah Hajime sedikit menegang, tapi dia pura-pura tenang dan duduk. Gadis yang
sama sebelumnya datang untuk mengambil pesanannya, tersipu malu.

"Aku minta maaf atas kejadian yang terjadi tadi," dia meminta maaf. Tapi ada lebih
banyak keingintahuan daripada penyesalan di matanya.

Makanan yang mereka pesan memang lezat, tapi Hajime sulit menikmati makanan
pertamanya yang layak karena semua tatapan penasaran dan cemburu itu mengarah
padanya. Dia mendesah saat dia menghabiskan makanannya, berharap bisa makan dalam
kondisi kurang menguras.

Dan meskipun dia mendapat waktu terpisah untuk laki-laki dan perempuan, Yue dan
Shea datang untuk mengganggu saat mandi. Sebelum adegan pembantaian lain bisa dimulai,
dia harus menenangkan mereka dengan kepalan tangannya dan memaksa mereka untuk
menumpahkan air mata yang masih mengalir di mata mereka. Tentu saja, gadis itu juga
mengintip mereka juga, dan ketika ibunya mengetahuinya, itu berubah menjadi urusan
besar lain dengan gadis yang dipukulnya...

Kemudian, saat dia mencoba tidur, Yue telah menyelinap ke tempat tidurnya untuk
tidur dengannya. Tentu saja, Shea mengikutinya, jadi Hajime telah berakhir dengan Yue
yang menempel di lengan kanannya dan Shea menangis pelan saat ia berpegangan pada si
kiri yang dingin dan metalik. Namun, saraf buatan di lengannya masih membiarkan dia
merasakan hal-hal seperti itu normal saja, jadi Hajime benar-benar sadar akan torpedo
kembar Shea yang menekannya. Dan itu tentu saja membuat Yue melotot marah padanya,
sehingga menyulitkan dia untuk beristirahat sama sekali... Keesokan paginya, Hajime
mengumpat. Lain kali, dia baru saja berbagi kamar dengan Yue. Shea merajuk tidak ada
apa-apanya dibandingkan dengan amarahnya. Sinar dingin yang dimilikinya mungkin telah
memotong beberapa tahun kehidupannya.

Begitu mereka makan sarapan, Hajime membayar makanan itu, lalu meminta kedua
gadis itu untuk mendapatkan persediaan yang mereka butuhkan. Checkout tidak sampai
siang hari, jadi dia masih bisa menggunakan kamar mereka selama beberapa saat lagi. Ada
sesuatu yang ingin dia selesaikan sementara Yue dan Shea sedang membeli persediaan.
"Apa yang harus kau selesaikan?" Shea bertanya, penasaran. Jawaban Hajime
adalah sinis.

"Ada sesuatu yang ingin coba kubuat. Aku punya ide dasar, jadi seharusnya butuh
beberapa jam. Aku benar-benar akan membuatnya tadi malam, tapi... yah, aku benar-benar
lelah karena suatu alasan." Dia melotot tajam pada mereka saat dia mengatakan itu.

"A-Aku mengerti. Yue-san, aku ingin melihat-lihat beberapa pakaian, bolehkah?"

"Ya, tidak masalah. Aku juga ingin melihat kiosnya."

"Oh, kedengaran menyenangkan! Kami hanya bisa melihatnya kemarin, jadi alangkah
baiknya mendapatkan makanan dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbelanja."

Mereka berdua berpaling dan mulai berbicara tentang belanja. Keduanya tahu itu
salah mereka, tapi tak satu pun dari mereka yang mau mengakuinya, jadi mereka
memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan secara bersamaan.

"Kalian berdua sungguh bergaul dengan cukup baik." Komentar Hajime juga
diabaikan begitu saja.

Kedua gadis itu melarikan diri ke kota, bergegas melepaskan diri dari pandangan
teguran Hajime. Meskipun mereka punya waktu beberapa jam sampai siang hari, mereka
masih harus merencanakan perjalanan mereka jika mereka ingin mendapatkan segalanya
tepat pada waktunya. Hal-hal utama dalam daftar adalah makanan, pakaian baru untuk
Shea, dan obat-obatan.

Shea masih mengenakan pakaian compang-camping yang sama seperti di lautan


pepohonan. Pakaian yang terlihat lebih mirip baju renang daripada pakaian tradisional para
manusia kelinci, dan yang harus ia kenakan adalah mantel putih dan biru yang diberikan
Hajime kepadanya di jurang. Tapi pakaian itu masih membuat perut dan kakinya terekspos.
Lebih penting lagi, pakaian semacam itu tidak sesuai untuk kondisi kasar yang harus
dihadapi selama perjalanan mereka. Itulah sebabnya Shea menginginkan pakaian yang
lebih kokoh dan kurang mengekspos. Berkat Hajime, mereka tidak perlu mengisi kembali
senjata atau peralatan.

Meski sudah pagi, kota ini sudah ramai. Pedagang sudah berusaha memikat
pelanggan, dan ibu rumah tangga dan petualang sama-sama tawar-menawar dengan ganas.
Meski sarapan baru saja lewat, warung makan penuh sesak dengan orang-orang, dan aroma
daging panggang dan saus manis tercium di jalanan.

Toko barang dan makanan semuanya dikemas, jadi keduanya memutuskan untuk
membeli baju Shea lebih dulu. Peta mereka ditandai dengan rapi dimana toko-toko bagus
untuk pakaian santai, yang bagus untuk pakaian formal, dan mana yang bagus untuk para
petualang dan pelancong yang mencari sesuatu yang lebih tahan lama. Wanita itu...
Catherine, benar-benar hal lain. Dia sangat teliti.

Kedua gadis itu langsung menuju toko yang menangani pakaian petualang. Fakta
bahwa itu juga menjual pakaian santai adalah hal yang meyakinkan mereka untuk
mencobanya lebih dulu. Baik variasi dan kualitas pakaian di toko sangat mengesankan,
menunjukkan kedalaman pengetahuan Catherine yang sebenarnya. Tidak hanya itu, tapi
semua pakaian itu sangat praktis dan sangat modis. Itu tidak mengecewakan. Tapi...

"Oh, selamat datang. Sungguh sepasang gadis cantik yang kita miliki saat ini. Onee-
san sangat senang Anda datang! Aku akan memberi Anda dua pasang." Toko itu dikelola
monster. Lebih khusus lagi, hulk berotot tinggi dua meter yang nyaris tidak bisa disebut
manusia. Wajahnya dipahat sedemikian rupa sehingga terlihat seperti secarik komik, dan
meskipun bagian atas kepalanya botak, rambut panjang yang tumbuh dari sisinya diikat ke
dalam tenunan yang rumit. Itu naik melewati kepala botaknya seperti naga yang naik ke
langit, dan di puncak koif ada pita pink imut.

Otot-ototnya beriak dengan setiap gerakan, yang menghancurkan efek yang ingin
dia jalani dengan menepuk pipinya dengan malu-malu. Pakaiannya... Tidak, beberapa hal
lebih baik dibiarkan tidak disebutkan. Tak perlu dikatakan lagi, lengan, kaki, dan perutnya
terbuka bagi dunia untuk dilihat.

Yue dan Shea sama-sama terkejut. Shea sudah pingsan di mana dia berdiri,
sementara Yue tampak seakan sedang bersiap menghadapi monster yang lebih buruk
daripada yang dia hadapi di jurang.

"Astaga? Ada apa, dua gadis cantikku? Ekspresi muram begitu tidak sesuai dengan
wajah cantik Anda! Ayo, tersenyum!"

Kaulah alasan mengapa kita tidak bisa tersenyum sekarang, pikir Yue dan Shea, tapi
menahan diri untuk tidak berkata keras.Mereka berdua termasuk orang terkuat di Tortus,
dan bahkan mereka tidak mengira mereka memiliki kesempatan melawan monster ini.

Saat terus mendekati mereka dengan senyum berseri yang sama di wajahnya, Yue
akhirnya membentak dan menggumamkan sesuatu.

"...Apa kau manusia?" Pertanyaan itu membuat monster itu sangat marah.

"Dan siapa kau yang memanggil iblis yang mengerikan yang bahkan monster
legendaris melarikan diri!? Makhluk yang begitu mengerikan ternyata siapa saja yang
melihatnya gilaaaaaaaaa!?"

"A-Aku minta maaf..." Yue melangkah mundur dengan gemetar, air matanya
membara. Shea hanya merosot ke tanah... dingin yang aneh menyebar melalui bagian bawah
tubuhnya. Begitu Yue meminta maaf atas senyuman monster itu, kalau bisa disebut
demikian, kembali. Setelah itu, sekali lagi mulai memperlakukan mereka seperti pelanggan.
Transformasi instan itu mengerikan.
"Permintaan maaf diterima. Jadi, pakaian apa yang kalian cari? Shea masih belum
bisa apa-apa, jadi Yue menguatkan diri dan menjelaskan apa yang mereka cari. Shea
menarik-narik lengan lengan Yue dan menggelengkan kepalanya, matanya memohon agar
Yue pergi, tapi sebelum dia bisa membalas, si monster berkata "serahkan saja padakuuu!"
Dan membawa Shea ke belakang toko. Dia tampak seperti anak domba yang tahu akan
disembelih.

Pada akhirnya, keduanya menemukan penjaga toko yang mengerikan itu, Crystabel,
memiliki selera mode yang indah. Dan dia jauh lebih lembut daripada yang terlihat. Dia
hanya membawa Shea ke belakang karena betapa jelek pakaiannya.

Begitu mereka selesai membeli pakaian Shea, keduanya berterima kasih pada
Crystabel dan meninggalkan tokonya. Mereka bahkan datang menemuinya— meskipun
mereka tidak 100% yakin dia sebenarnya adalah seorang gadis— tersenyum sebagai salah
satu daya tariknya.

"Astaga, aku tidak yakin apa yang akan terjadi padaku, tapi ternyata dia orang yang
sangat baik hati."

"Ya... Kurasa kau tidak bisa menilai buku dari sampulnya."

"Ya!"

Mereka berjalan ke toko barang saat mereka mengobrol. Sayangnya, keduanya


menonjol. Sebelum mereka sampai jauh, mereka mendapati diri mereka dikelilingi oleh
belasan orang. Kebanyakan dari mereka adalah petualang, tapi beberapa di antaranya
memakai celemek dan benar-benar pegawai toko.

Salah satu dari mereka bahkan melangkah maju. Meskipun Yue tidak mengenalinya,
dia adalah salah satu dari orang-orang yang pernah berada di guild petualang saat mereka
mengunjungi malam sebelumnya.

"Kalian berdua namanya Yue-chan dan Shea-chan, kan?"

"Hm...? Ya. Benar." Yue menyipitkan matanya dengan curiga. Shea terkejut ada
orang lain yang bersikap begitu ramah karena dia adalah seorang manusia binatang.

Pria itu berbalik dan mengangguk kepada teman-temannya. Lalu, dengan ekspresi
pasti, dia kembali pada Yue. Banyak juga yang melangkah maju. Lalu...

"Yue-chan, tolong pergi bersamaku!"

"Shea-chan, tolong jadilah budakku!"

Yah, ini tidak terduga. Alasan pengakuan semua orang terhadap Shea terdengar
sangat berbeda adalah karena dia masih manusia binatang. Secara teknis, seorang budak
hanya bisa dipindahkan ke pemilik lain dengan izin majikan mereka, tapi orang-orang di
penginapan tadi melihat bahwa Shea dan Hajime sangat dekat. Itulah sebabnya mereka
yakin bahwa jika mereka bisa mendapatkan persetujuan Shea, mereka bisa membujuk
Hajime entah bagaimana... Atau sesuatu di sepanjang kalimat itu.

Sebagai tambahan, percakapan tadi malam sangat mengejutkan sehingga membuat


pikiran mereka lamban bahwa budak biasanya tidak akan bisa melawan perintah
majikannya. Seandainya mereka lebih memperhatikan, mereka pasti menyadari bahwa
Shea tidak mungkin menjadi budak. Itu mungkin untuk memberikan budak pembatasan
kurang dalam kontrak mereka, tapi tidak ada yang pernah melakukannya. Setelah
mendengar pengakuan tulus mereka, Yue dan Shea...

"...Shea, toko barang sebelah sini."

"Oh baiklah. Alangkah baiknya jika kita bisa mendapatkan semuanya di satu
tempat."

...mengabaikan mereka sepenuhnya dan terus berjalan.

"T-Tolong tunggu! Tidakkah kau setidaknya memberi kita jawaban!? Tolong,


setidaknya hanya—"

"Tidak."

"Tidak."

"Guh... Ditembak jatuh... dengan cepat." Beberapa laki-laki jatuh berlutut setelah
dibuang oleh gadis-gadis itu. Yang lainnya tidak mau menyerah begitu saja. Terus terang,
Yue dan Shea tidak ada bandingannya saat tampil. Bisa dimengerti mengapa beberapa
orang mungkin ingin menggunakan kekerasan.

"Baiklah, kalau begitu aku akan membuatmu menjadi milikku dengan paksa!" Dengan
teriakan bersemangatnya, secercah harapan mulai bersinar di mata orang-orang yang
telah menyerah. Semua orang mulai mengelilingi kedua gadis itu.

Ketika pengepungan selesai, orang yang sebelumnya berteriak pada Yue menyerang.
Seandainya ada orang Jepang, mereka pasti berkomentar tentang bagaimana penyakitnya
tampak seperti Lupin Dive. Yue, bagaimana pun, hanya menatap dingin ke arahnya dan
menggumamkan dua kata.

"Coffin Crystal." Sesaat kemudian, pria itu dikuburkan di lehernya dengan es.
Bobot tambahan ini membuatnya terdorong ke tanah. Dia mengeluarkan gerutuan yang
sangat tidak biasa saat dia menabrak lantai.

Yang lain memandang dengan takjub. Yue telah melemparkan salah satu mantra air
level tertinggi, Crystal Coffin, tanpa rapalan. Mereka mulai saling berbisik. "Dia pasti
pernah merapalkan itu sebelumnya," atau "Aku yakin dia menyembunyikan lingkaran sihir
di bawah pakaiannya" bisa didengar di antara banyak suara.
Yue berjalan cepat menuju orang yang membeku. Meskipun mereka terpesona oleh
kekuatannya, semua pria bersiap untuk menyerang, siap menjadi Lupin berikutnya untuk
ditembak untuk menjadi kekasihnya. Untuk menghemat waktu, Yue memutuskan untuk
memberi contoh tentang orang pertama.

Dia melambaikan tangannya, dan es yang menutupi tubuhnya perlahan mulai


mencair. Berpikir bahwa dia membebaskannya, pria itu tersenyum lega. Dengan asumsi ini
berarti dia masih punya kesempatan, dia menatap penuh gairah pada Yue.

"Y-Yue-chan. Maaf karena berlari padamu begitu tiba-tiba! Dengar, aku hanya ingin
kau tahu bahwa aku serius—" Masih banyak yang tertutup es, pria itu tiba-tiba berhenti
di tengah pengakuan. Karena dia menyadari Yue hanya mencairkan es di sekitar satu bagian
tubuhnya. Yaitu...

"U-Umm, Yue-chan? Kenapa kamu hanya mencairkan... es di bawah sana?" Memang,


Yue hanya mencairkan es yang mengelilingi selangkangannya. Sisanya masih tertancap di
tempatnya. Sebuah firasat yang mengerikan terlintas dalam pikirannya, dan dia menatap
dengan cemas pada Yue. Tidak mungkin, dia tidak mau. Dia tidak mau, kan?

Yue hanya menyeringai.

"Tembak dia." Bola angin mulai membentur bola pria itu, satu per satu.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!!! Tolong hentikan! Ibuuuuuuu!" Jeritan pria itu bergema


di jalanan. Setiap bola yang kena dia membuat suara yang mirip dengan yang terdengar
saat Mario mengumpulkan koin. Tidak, jujur saja, suara sebenarnya tidak seperti itu, tapi
karena terlalu mengerikan untuk dijelaskan, lebih baik berpura-pura itu adalah sesuatu
yang sangat menenangkan. Testisnya berdesak-desakan seperti punching bag yang dipukul
oleh petinju.

Semua pria di area itu, bahkan penonton yang penasaran dan pemilik kios yang tidak
ada hubungannya dengan situasi ini, mencengkeram bola mereka secara naluriah.

Serangan terus-menerus akhirnya berakhir sekitar waktu yang sama orang itu
kehilangan kesadaran. Dia sengaja membuat bola angin masing-masing cukup lemah
sehingga dia tidak segera kehilangan kesadaran, tapi masih cukup kuat untuk terluka. Itu
benar-benar prestasi yang sangat istimewa. Yue meniupkan bagian atas jarinya seperti
laras senjata dan menancapkan paku terakhir di peti mati.

"...Kau mungkin juga menjadi gadis sekarang." Hari itu, satu orang tewas, dan
Crystabel kedua, atau lebih tepatnya Mariabel, lahir. Sebenarnya, dia akan terus berlatih
di bawah Crystabel, dan membuka toko cabang di namanya. Ini benar-benar menjadi
sangat populer... tapi itu adalah cerita untuk lain waktu.

Sejak hari itu, rumor mulai menyebar tentang "Si Penghancur Bola." Desas-desus
akhirnya sampai ke ibukota, dan alias baru Yue menjadi simbol ketakutan bagi petualang
laki-laki di seluruh dunia, tapi itu juga paling baik ditinggalkan untuk lain waktu.
Yue dan Shea mengabaikan tatapan takut orang lain dan berjalan ke toko barang.
Beberapa wanita yang telah menyaksikan pertukaran itu bergumam "Yue onee-sama..."
saat dia lewat, tapi dia juga mengabaikannya.

Mereka menyelesaikan sisa belanja mereka, dan ketika mereka kembali, mereka
menemukan Hajime selesai mengerjakan pekerjaannya. Dia akan segera menyambut
mereka kembali, tapi kata-kata itu mati di bibirnya saat dia melihat bagaimana Shea
melihat.

"Ehehe. Bagaimana menurutmu, Hajime-san? Apa aku lebih mirip petualang


sekarang?" Shea berputar sedikit saat dia mengatakan itu. Rok pendeknya mengepak di
ketinggian yang berbahaya, dan payudaranya bergoyang-goyang dengan liar di balik
kemeja, jika seseorang bahkan bisa menyebutnya begitu, yang menekankan
pembelahannya. Seperti sebelumnya, perutnya benar-benar terbuka.
Jujur saja, pakaian barunya hampir sama dengan pakaian lamanya. Satu-satunya
perbedaan nyata adalah bahwa sandal tipisnya telah diganti dengan sepatu bot yang kokoh.
Dengan kata lain, mereka hanya mengikat pergelangan kakinya, jadi tidak banyak yang
berubah bahkan di sana.

"...Apa yang kalian beli? Kelihatannya kelinci tak berguna ini masih mengenakan
pakaian yang sama seperti sebelumnya..."

"Ayo, apa yang kau katakan, Hajime-san? Perhatikan baik-baik. Meskipun rokku
dibalik, hot pants ini akan membuat orang tidak melihat celana dalamku. Lihat?" Dengan
agak malu-malu, Shea mengangkat roknya untuk menunjukkan Hajime. Memang ada
sepasang hot pants putih di bawahnya, yang terlihat tahan lama. Rupanya bagian atas
pakaiannya, yang mirip baju renang lebih dari apa pun, juga merupakan semacam armor
bikini, sehingga sebenarnya melindungi vitalnya secara efektif. Tapi meski begitu,
bagaimana ini seharusnya melindungi perutnya, paha, atau bagian tubuhnya yang lain?
Hajime menatap penuh curiga pada Shea.

"...Tidak apa-apa. Shea mengatakan semua pakaian lainnya terlalu ketat dan
membuatnya sulit bergerak." Yue menjawab untuknya. Sepertinya Shea menekankan
fleksibilitas gerak di atas sejumlah pakaian pelindung yang mungkin ditawarkan. Dengan
demikian, gadis kelinci itu dilengkapi sesetel pakaian baru yang praktis tidak berbeda
dengan yang lama, dengan pengecualian bahwa itu sedikit lebih bergaya, dan menawarkan
sedikit perlindungan lebih. pakaian itu diakhiri dengan salah satu mantel buatan tangan
Yue. Baiklah. Jika dia baik-baik saja dengan itu, maka kurasa tidak apa-apa.

"Bagaimana pun, selama kita menyelesaikan semuanya, itu yang penting. Terima
kasih telah melakukan belanja. Oh ya, sangat berisik di luar beberapa saat yang lalu.
Apakah ada yang terjadi?" Hajime mengabaikan Shea, yang masih memutar-mutar pakaian
barunya, dan mengubah topik pembicaraan. Bahkan dia melihat keributan sebelumnya.
Shea mengempis sedikit saat melihat Hajime mengabaikan usahanya untuk memamerkan
pesonanya, sementara Yue menjawab pertanyaannya.

"...Sebenarnya. Itu bukan masalah besar."

"Ah, aku mengerti. Itu bagus, kalau begitu."

Penjaga toko yang mengerikan dan pria yang dikirim Yue hampir ke surga itu semua
dilambaikan sebagai "bukan masalah besar". Hajime menatap curiga mereka berdua selama
beberapa detik sebelum mengangkat bahunya.

"Apakah kita memiliki semua yang kita butuhkan?"

"Ya. Kami berhasil mendapatkan semuanya."

"Ya. Kami mendapat sejumlah makanan juga, jadi kami tidak akan kelaparan dalam
waktu dekat. Treasure Trove itu sangat berguna!"
Hajime telah membiarkan mereka meminjam Treasure Trove-nya saat mereka
berbelanja. Shea menatap dengan iri pada cincin itu, yang mana Hajime hanya tersenyum
canggung. Dengan level skill saat ini, ia tidak mampu menciptakan sesuatu seperti Treasure
Trove. Tapi karena betapa nyamannya itu, dia juga ingin bisa membuatnya untuk Yue dan
Shea juga.

"Nah, Shea. Ini untukmu." Hajime mengulurkan sebuah benda mekanis berbentuk
silindris yang panjangnya sekitar lima puluh sentimeter dan empat puluh sentimeter.
Semuanya adalah perak berkilau, dan ada semacam pegangang yang menempel di
sampingnya.

Shea mengambilnya di tangannya secara refleks, dan berat tak terduga itu
menyebabkannya tersandung mundur. Dengan cepat, dia menggunakan tubuhnya untuk
menguatkan tubuhnya dan mengangkatnya.

"A-Apa benda ini? Ini sangat berat..."

"Itu adalah palu perang baru yang kubuat untukmu. Bagus lebih berat, kan?"

"Hah? Ini... palu?" Pertanyaan Shea sudah bisa diduga. Bagian pegangan silinder itu
mirip dengan palu, tapi pegangannya terlalu pendek untuk diayunkan dengan benar. Itu
terlalu tidak seimbang.

"Ya. Seperti itulah tampilannya saat standby, atau dalam mode pengeboman.
Sekarang, teruskan, cobalah menuangkan mana ke dalamnya."

"Umm, seperti ini? Ah!?"

Ketika dia menuangkan mana ke dalamnya, palu berbentuk aneh membuat


sekumpulan klausa mekanis saat pegangan terbentang ke belakang, jadi di tempat yang
tepat untuk memegang palu.

Ini adalah artefak pertempuran yang diciptakan Hajime, yang dia namai Drucken.
Dia menambahkan banyak fitur tambahan yang tidak dimiliki palu normal. Dalam mode
pemboman dasarnya, pegangannya tetap dekat sampai akhir karena digunakan sebagai
pemicu untuk menembakkan cangkang besar ke musuh. Menuangkan mana ke bagian
tertentu membuatnya berubah menjadi bentuk palu yang lebih dikenal yang biasa
digunakan Shea. Peluru menembak bukanlah satu-satunya alat pacu yang dimiliki palu ini.

Inilah yang diinginkan Hajime untuk tinggal dan selesai. Dia menghabiskan pagi hari
untuk menyempurnakannya sementara Yue dan Shea pergi berbelanja.

"Ini adalah yang terbaik yang bisa kulakukan untuk saat ini, tapi begitu aku memoles
skill-ku lagi, aku berencana untuk memperbaikinya. Tidak ada yang tahu apa yang akan kita
temui di mana kita pergi. Aku tahu Yue melatihmu, tapi itu masih hanya untuk sepuluh hari.
Berbahaya bagimu untuk ikut bersama kami, jadi aku membuat senjata ini untuk
memaksimalkan kekuatanmu. Pastikan kau terbiasa dengan benda itu, oke? Kau adalah
rekan kita sekarang. Sebaiknya kau tidak mati, atau aku akan membunuhmu sendiri."

"Hajime-san... Fufu, itu bahkan tidak masuk akal... Yah, jangan khawatir. Aku akan
menjadi lebih kuat lagi, jadi aku bisa mengikutimu kemana pun kau pergi!"

Shea memegang Drucken di dekat dadanya dengan senang hati. Bahkan saat dia
bahagia, hal itu berlebihan sia-sia. Yue hanya mengangkat bahunya tanpa daya, sementara
Hajime tersenyum masam. Aku tahu akulah yang membuatnya, tapi aneh melihat seorang
gadis begitu senang menerima warhammer.

Mereka pergi untuk check out dari penginapan, dengan Shea mengikuti dengan
gembira di belakang mereka. Putri pemilik penginapan itu masih tersipu saat melihat
Hajime, tapi dia memutuskan untuk mengabaikannya.

Saat itu tengah hari yang tinggi saat mereka melangkah keluar, dan sinar matahari
yang hangat menerpa mereka. Hajime mengangkat tangan untuk menutupi matanya dan
menarik napas dalam-dalam. Saat dia berbalik, dia melihat Yue dan Shea tersenyum
kepadanya.

Dia mengangguk kepada mereka berdua, lalu mulai berjalan ke depan. Mereka
mengikuti.

Dan begitulah, perjalanan mereka dilanjutkan.


BAB 3

LABIRIN REISEN
Disaat Hajime mengubah manusia kelinci cinta damai menjadi pembunuh yang
kejam, party Kouki tengah beristirahat sejenak dalam perjalanan mereka ke Labirin Orcus
Agung dan beristirahat di Horaud.

Pelatihan mereka membawa mereka sampai ke lantai labirin yang ketujuh puluh, dan
kekuatan dan jumlah monster yang mereka hadapi saat ini sudah berjalan dengan baik.
Untuk berkumpul kembali, party tersebut memutuskan untuk kembali ke kota dan
beristirahat sejenak.

Mereka juga membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri secara mental, karena
akhirnya mereka mencapai titik di mana Kapten Meld dan para ksatria lainnya tak lagi
dapat mengikuti mereka. Alasan mereka memilih lantai ketujuh puluh adalah karena
mereka menemukan lingkaran sihir di sana yang bisa meneleport mereka kembali ke lantai
tiga puluh. Karena mereka telah menemukan jalan kembali, Meld telah mengambil
kesempatan untuk merekomendasikan mereka semua untuk kembali.

Jadi, mereka memutuskan untuk beristirahat beberapa hari untuk bersantai di


Horaud. Semua orang menghabiskan istirahat mereka namun mereka tampak semangat.

Di pinggiran kota ada satu murid semacam itu. Dia sangat terengah-engah.

"Haaah Haah... Stigmata cahaya suci, turun dari langit dan menyegel musuh-
musuhku— Binding Blades of Light!" Dia menguatkan lututnya agar tidak terjatuh, lalu
mengayunkan tongkat putihnya yang murni. Gadis ini adalah penyembuh party pahlawan,
Priestess, Shirasaki Kaori.

Apa yang muncul dari tongkat penyembuh bukanlah sihir penyembuh, melainkan
segumpal salib yang menyerupai pedang yang terdiri dari cahaya. Begitulah sifat
mantranya, Binding Blades of Light.

Sekelompok monster berbentuk serigala, Deloses, melolong, saat rentetan salib


cahaya menimpa mereka. Tapi binatang-binatang gesit itu menghindar dengan cepat dan
mulai bergegas menuju Kaori.

"Divine Shackles!" Dia langsung melepaskan mantra lanjutan. Biasanya, mantra yang
dipancarkan tanpa mantra akan sangat lemah, tapi Kaori telah mengemasi mantra untuk
Divine Shackles ke dalam rapalan yang dia ucapkan untuk Binding Blades of Light. Ini
adalah teknik multicasting asli yang dikembangkannya sendiri. Dengan begitu, mantra
kedua ini sama kuatnya seperti yang pertama.

Rantai cahaya meletus dari tanah, melilit diri mereka di sekitar kaki Deloses.
Kekuatan serangan Deloses tidak cukup dekat untuk memecahkan belenggu, jadi berhenti
agak cepat.
Dua dari mereka baru saja nyaris tidak terikat, dan sekarang mereka pindah untuk
menjepit Kaori. Terlepas dari kenyataan bahwa dia seharusnya menjadi pejuang garis
belakang, dan penyembuh pada saat itu, Kaori sama sekali tidak merasa terganggu karena
mereka berhasil mendekat.

"Perish!" Saat teriaknya, banjir bandang menyambar hujan turun dari langit,
membuat dua Deloses tengah lompatan. Binding Blades of Light pada dasarnya merupakan
skill pengekangan, dan sementara salib berhasil menyematkan Deloses ke tanah, mereka
tidak menghasilkan luka fatal. Seperti rekan-rekan mereka yang telah terikat oleh Divine
Shackles, mereka ditancap tapi tidak terluka. Setelah memastikan keefektifan mantra
ini, Kaori melanjutkan ke mantra lain.

"Cahaya penghakiman, membawa pembalasan atas orang-orang jahat dan


menghancurkan yang dikendalikan oleh keadilan." Tiba-tiba, mantra cahaya yang
seharusnya tidak memiliki kekuatan destruktif membuat Deloses mulai melolong
kesakitan. Divine Shackles mulai mengencang sekitar tahanan mereka, sementara Binding
Blades of Light mendorong lebih dalam ke tanah.

Meski tidak bisa langsung menembus kulit, mantra Kaori masih bisa melukai
musuhnya secara tidak langsung. Meskipun, karena ini bukan penggunaan yang dimaksudkan
untuk mantra itu, dibutuhkan sejumlah besar konsentrasi dan pencitraan ulang dari sifat
mantra, bersamaan dengan lingkaran sihir yang terampil.

Itulah sebabnya Kaori datang kemari. Monster-monster di sekitar kota jauh lebih
lemah daripada yang mereka temukan di labirin, jadi bahkan seseorang yang tidak cocok
untuk bertempur seperti dia bisa melawan mereka. Dia ingin berlatih mengubah skill
penahannya menjadi serangan, musuh yang begitu lemah seperti mereka sangat cocok
untuk itu.

Dia pernah berlatih sendirian di sini selama berjam-jam, dan tubuh dan pikirannya
hampir mendekati batas. Pasokan mana-nya telah hampir habis, dan penglihatannya kabur.
Dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Namun, sinar yang berkilau di mata Kaori tidak
pernah goyah. Hari itu terbakar sejak hari ia tahu anak lelaki yang dicintainya telah
lenyap, pada hari ia memutuskan untuk menemukan kebenaran itu sendiri. Keinginan yang
begitu kuat sehingga melelehkan es di sekeliling hatinya yang putus asa tidak akan mudah
terbakar begitu saja. Tidak ada waktu untuk disia-siakan saat istirahat. Keteguhannya
tidak akan membiarkannya.

Jadi—

"Tekanlah, O cahaya tebal, selama tekadku tetap benar— Heaven Crusher!"


Meskipun lebih banyak musuh muncul, dia tidak akan pernah mundur. Meskipun itu
sembrono, meskipun itu murni kebodohan, dia tidak akan pernah berhenti. Jika dia
berpikir untuk menyerah, sesuatu yang dalam di dalam akan berbisik "Apakah itu saja?
Kau akan melanggar janji lain?" Dan sisi keras kepala itu akan memaksanya melangkah
maju.
Dari langit muncul gelombang baru monster. Bahal, makhluk berbentuk gagak
dengan sayap sehitam malam. Mereka tidak terlalu kuat, tapi kebanyakan petualang
membenci mereka. Yakni karena bulunya, rentetan yang menuju tepat ke arah Kaori.

Mereka menyerang dalam kelompok, tidak pernah mendekati tanah, dan menyerang
petualang yang tidak berperasaan dengan hujan yang kencang di atas mereka.

Kaori memblokir serangan mereka dengan menciptakan sejumlah penghalang kecil


seukuran telapak tangan di sekelilingnya. Aku perlu membuat gambar lebih jelas, dan
mengeluarkannya lebih cepat. Aku tidak bisa membuat penghalang besar seperti Suzu-
chan, tapi aku bisa menebusnya dengan jumlah dan skill! Wajah pucat, Kaori berhasil
menangkis gelombang pertama Bahal. Meski begitu, meski prestasinya, dia tidak puas.
Selanjutnya, meskipun menciptakan penghalang berada di luar kemampuan job-nya, dia
menciptakan lusinan perisai, mengarahkan mereka untuk mengarahkan pukulan daripada
menghentikannya secara langsung.

Seandainya Barrier Master class, Taniguchi Suzu, melihat perisai darurat Kaori,
dia pasti akan takjub. Dia pun tidak akan bisa melakukan pertahanan yang sempurna tanpa
usaha keras. Meskipun kedua penghalang dan penyembuhan jatuh di bawah domain sihir
cahaya, hampir tidak mungkin bagi seorang Priestess, yang mengkhususkan diri dalam
penyembuhan, mencocokkan kekuatan pertahanan seorang Barrier Master, yang
mengkhususkan diri dalam pertahanan.

"Haah, Haaah..." Tapi setelah menyelesaikan prestasi yang susah dikerjakan


seperti itu, Kaori tidak tersenyum. Sementara dia menangkis serangan Bahal, dia telah
menghabiskan terlalu banyak mana dan harus menggigit bibirnya dengan keras hanya untuk
menjaga dirinya tetap sadar. Dia bersandar pada artefaknya untuk menjaga dirinya tegak,
menolak jatuh dengan keras kepala.

Karena Bahal menggunakan sebagian tubuh mereka untuk menyerang, mereka tidak
dapat menyerang secara berurutan, karena mereka harus menunggu bulu mereka tumbuh
kembali. Mengambil keuntungan dari itu, Kaori melepaskan Binding Blades of Light yang
lain dengan cepat ke kawanan itu, lalu mengerahkan Heaven Crusher-nya untuk menahan
mereka. Seperti Deloses, Bahal dibawa ke ambang kematian dengan kekuatan meriam
mantranya sendiri. Tapi kemudian, saat dia akan memulai mantra berikutnya—

"Ah..." Akhirnya tubuhnya menyerah, dan dia merosot ke tanah. Karena tidak
mampu menahannya lagi, Deloses terbebas dari ikatan mereka. Kebanyakan dari mereka
sudah kehilangan kesadaran, namun beberapa di antaranya telah berhasil terjaga. Mereka
terbatuk-batuk saat mereka bangkit, mata merah mereka melotot pada Kaori.

Pikirannya berteriak padanya untuk berlari, tapi tubuh Kaori tidak mau lagi
mendengarkan. Beberapa Deloses masih menyerang dirinya. Air liur menetes ke kaki
mereka saat mereka melolong dengan penuh kemenangan. Kaori berlutut, menggunakan
tongkatnya untuk mendapat dukungan. Terengah-engah, dia mulai merapalkan mantra yang
mengikat, tapi... tidak mungkin dia bisa tepat waktu.
Sesaat sebelum taring mengerikan mereka melahap Kaori, ada yang turun tangan.

"Kaori!" Itu adalah suara yang Kaori tahu betul. Dalam beberapa detik, Deloses
telah dipotong-potong.

"Shizuku-chan?"

"Benar. Ini aku, sahabatmu. Sahabatmu yang saat ini marah padamu. Sahabatmu
yang ingin menamparmu karena begitu bodoh."

"U-Umm... Ahaha... Maaf."

Kaori membiarkan dirinya meluncur turun ke tanah saat dia meminta maaf, bertemu
dengan tatapan marah sahabatnya, Yaegashi Shizuku. Dia tahu jika dia mengatakan
sesuatu yang bodoh seperti "Kenapa kau sangat marah?" Shizuku benar-benar akan
menamparnya. Lagi pula, dia sudah menduga mengapa Shizuku sangat marah.

"Tak dapat dipercaya. Aku tidak akan memberitahumu untuk tidak memaksakan diri
terlalu keras. Tapi setidaknya, berjanji akan membawaku bersamamu! Monster lemah ini
pun bisa membunuhmu kalau kau salah, tahu!? Kupikir kau ingin menemukan Nagumo-kun!?
Bagaimana kau akan menemukannya kalau kau sudah mati!? Dasar tolol! Bodoh, bego!"

"M-Maaf, Shizuku-chan..."

"Tidak, aku tidak memaafkanmu dengan mudah. Aku tahu kau akan kabur lagi kalau
aku melepaskan mataku darimu. Berhenti mencoba mengambil tempat Ryutarou, idiot
dungu! Aku tahu kau telah mencoba banyak hal, tapi kau masih bagian dari barisan
belakang. Kau terkuat saat kau memiliki seseorang untuk melindungimu saat kau
merapalkan mantra. Kau akan bisa berlatih lebih efisien kalau aku ada untuk mendukungmu,
dan dengan begitu kau tidak perlu khawatir terbunuh! Yang harus kau lakukan hanyalah
memintaku untuk ikut dan aku akan bergabung! Kenapa kau pun tidak mempercayaiku!? Hei,
apa kau mendengarku, Kaori!?"

"A-Aku sedang mendengarkan... Sungguh, aku minta maaf."

"Tidak, aku tidak percaya padamu! Duduk tegak! Kau akan mendengarkan aku kali
ini entah kau suka atau tidak!" Shizuku menjatuhkan diri di depan Kaori. Yang diikuti
adalah ceramah panjang dan sangat bersemangat oleh Shizuku.

Umm, Shizuku-chan. Kurasa aku kehilangan kesadaran, jadi aku benar-benar tidak
tahu apa yang kau katakan, maaf. Meskipun kata-kata spesifiknya tidak berhasil sampai
ke Kaori, dia bisa tahu betapa khawatirnya Shizuku tentang dia, juga betapa dia sangat
ingin Kaori mengandalkannya. Jadi, meski beberapa inci, dia duduk di sana dan
mendengarkan ceramah Shizuku dengan patuh.

Di tengah ceramahnya, Deloses yang lain terbangun, dan Bahal kembali dengan
mantel bulu baru, namun Shizuku memusnahkan semuanya tanpa mengedipkan mata dan
kembali ke ceramahnya. Akhirnya, sekitar waktu mata putih Kaori mulai terlihat, Shizuku
berhenti.

"Oh tidak, sepertinya bentuk Kaorin sangat buruk!"

"Sh-Shizuku... Aku tahu kau ingin menceramahi dia, tapi bukankah menurutmu
sebaiknya kau membiarkan Kaori mengembalikan mana-nya dulu?"

Suzu dan Eri muncul. Mereka benar-benar telah mencari Kaori bersama, tapi
Shizuku telah putus saat sensor Kaori-nya mulai kesemutan.

Kedatangan mereka akhirnya membuat Shizuku menghentikan ceramahnya. Dia


melihat Kaori dengan tepat, dan melihat bahwa dia terhuyung-huyung di tengah
ketidaksadaran. Sambil menggerutu pada dirinya sendiri, Shizuku mengeluarkan ramuan
mana dan membuang isinya ke mulut Kaori yang setengah terbuka.

Kaori tercengang kaget, tapi Shizuku memerintahkannya untuk menelan semuanya


tanpa ampun. Shizuku menyandarkan Kaori saat dia minum dengan lembut, dan setelah
selesai dia menyeka tetes cairan yang telah tumpah dari bibirnya.

"ShizuShizu, kau terlihat seperti ib—"

"Suzu, kalau kau tidak ingin dia membunuhmu, kurasa seharusnya kau berhenti." Eri
buru-buru menghentikan temannya untuk menandatangani hukuman mati sendiri.

Sekitar saat Kaori memperoleh kembali kemampuan untuk berpikir jernih, keempat
gadis itu mendengar seseorang memanggil mereka. Ternyata Kouki dan yang lainnya sudah
sampai.

"Kaori, syukurlah kau selamat."

"Astaga, tidak sepertimu yang jadi segila ini. Aku tahu kita kembali ke sini untuk
istirahat, tapi kau masih bisa meminta kita untuk membantumu dalam latihanmu. Kita tidak
akan marah, tahu?"

Kouki duduk di sebelah Kaori dan tersenyum meyakinkan saat meletakkan


tangannya di bahunya. Ryutarou mengatakan bagiannya dan mengejeknya. Dengan caranya
sendiri, mereka juga mengkhawatirkannya juga.

"Aku minta maaf karena membuat kalian khawatir tentangku. Kupikir setidaknya
aku akan bisa menangani monster di sekitar kota... tapi kurasa aku terlalu berlebihan. Aku
sangat menyesal." Dia menunduk, merasa bersalah karena membuat semua orang khawatir
karena kecerobohannya. Akhirnya Shizuku berhenti mencemaskan Kaori seperti induk
ayam, dan suasana hati yang menyenangkan menenangkan para murid.

Kouki mengusulkan mereka semua kembali ke kota, dimana semua orang mengangguk
setuju. Tapi saat Kaori mencoba berdiri, dia terhuyung-huyung tak berdaya. Sementara
dia tidak lagi kekurangan mana dan grogi, kelelahan fisiknya masih tetap ada.
Kouki buru-buru mengulurkan tangan untuk membantunya, tapi...

"Kau baik-baik saja, Kaori?"

"Shizuku-chan... Terima kasih. Maaf, sepertinya aku tidak bisa berjalan dengan
baik." Shizuku muncul di sisi Kaori dengan cepat, dan bantuan tangan Kouki tidak punya
tempat untuk dituju. Alisnya ternganga sedih, tapi seperti pahlawan sejati dia menolak
membiarkan hal itu menghalangi dia. Tanpa gentar, dia mencoba menawarkan untuk
membawa Kaori, karena dia tidak bisa berjalan. Tentu, dia akan membawa putri itu
kembali. Tapi...

"Sheesh, kau tidak punya harapan lagi. Belajar dari kesalahanmu dan berhenti
kabur sendiri, oke?"

"T-Tunggu, Shizuku-chan. Ini memalukan."

"Fufu, ini hukumanmu karena meninggalkanku."

Seorang gadis yang cukup kuat untuk pergi melawan monster di lantai bawah jurang
bisa dengan mudah membawa satu orang sendirian. Jadi, Shizuku yang bertugas membawa
Kaori kembali. Kaori tersipu malu saat Shizuku membawakannya seperti seorang putri saat
kembali ke kota. Shizuku memotong sosok gagah, dengan sikap dingin dan pedangnya yang
terikat diikatkan ke pinggangnya. Dia tampak seperti pangeran dari dongeng, lengkap
dengan putri untuk diselamatkan.

"Astaga, ShizuShizu... kau sangat keren."

"Ahaha... ini sungguh terasa seperti kalian berdua adalah pasangan."

Suzu sedikit tersipu, dan Eri tersenyum canggung. Kouki berdiri di belakang
mereka, tangannya masih terulur. Itu adalah bukti ketabahannya sebagai pahlawan bahwa
senyumnya tidak pernah hancur. Sahabatnya menepuk bahunya dengan simpati.

"Bahkan di dunia lain, ksatria Kaori akan selalu menjadi Shizuku... Semoga berhasil,
Kouki."

"Tidak apa-apa Ryutarou, sama sekali tidak menggangguku. Tidak, sama sekali
tidak. Sungguh, tidak."

"Begitu. Mari kita lupakan ini dan mencari sesuatu untuk dimakan."

"...Ya."

Sangat jarang bagi Ryutarou yang berotak otot menunjukkan belas kasihan.

Beberapa saat kemudian, kelompok tersebut bertemu dengan Kapten Meld,


bersama dengan tim Nagayama dan Hiyama, dan mereka berangkat untuk menjelajahi
lantai tujuh puluh yang belum dipetakan. Tidak ada yang menyadari bahwa di antara
mereka ada yang membawa bom dengan mereka. Atau bayangan yang berbahaya mulai
merayapi kelompok itu. Tapi itu adalah cerita untuk lain waktu...

Gunungan mayat terbentang. Jauh di dasar Reisen Gorge, sebuah tontonan neraka
menyebar ke segala arah. Beberapa monster menggelayuti kepala mereka, yang lainnya
kepalanya lenyap, namun yang lainnya hangus terbakar menjadi benjolan hitam tak
berbentuk. Mereka telah tewas dalam berbagai cara, tapi mereka semua mati seketika.
Tentu saja, hanya ada satu kelompok yang bisa memasuki ngarai, jurang yang ditakuti oleh
semua orang sebagai tempat eksekusi yang mengerikan, dan meninggalkan pembantaian.

"Ada yang lain!" Boom!

"Menyingkirlah." Fwoosh!

"Enyahlah." Bang! Hajime, Yue, dan Shea.

Setelah Hajime dan yang lainnya meninggalkan Brooke, mereka menaiki Steiff
sampai ke pintu masuk Reisen Gorge. Lalu Mereka mengalami kemajuan yang mantap
setelah memasuki ngarai, dan sudah dua hari keluar dari gua tersembunyi yang menampung
lingkaran teleportasi ke rumah Orcus.

Monster ngarai tampaknya tidak mampu belajar dari kesalahan mereka, karena
mereka sekali lagi menyerang party Hajime berbondong-bondong.

Setiap ayunan palu perang Shea adalah sebuah pukulan mati secara harfiah,
menghancurkan tengkorak dengan setiap serangan. Tak satu pun dari monster itu bahkan
bisa mendekati. Mereka semua menjadi bubur kertas.

Beberapa yang berhasil melewati kelinci tumbukan mochi kematian itu dibakar
sampai garing oleh sihir Yue. Meskipun butuh lebih banyak mana daripada biasanya untuk
mengaktifkan mantranya, kolam mana yang sangat besar dikombinasikan dengan mana yang
disimpannya di asesorisnya berarti dia tidak pernah kehabisan. Kemampuan penyebaran
mana di ngarai menurunkan jangkauannya, tapi juga menurunkan waktu serangannya, jadi
dia bisa membuang bola api yang hampir menyala seketika.

Teknik Hajime juga bukan main-main. Bahkan saat mengemudikan Steiff, ia tidak
pernah melewatkan satu tembakan pun dengan Donner. Meski menyalakan Steiff dan
Lightning Field-nya secara bersamaan di ngarai, sepertinya dia sama sekali tidak
kehabisan.

Monster buas yang berkeliaran di tanah yang keras ini hanyalah makanan ternak
bagi kelompok tersebut. Mereka membantai pasukan monster selama perburuan mereka
untuk masuk ke labirin. Beberapa hari yang mereka habiskan di sana, mereka sudah
memenuhi jurang dengan mayat.
"Haah. Mengetahui pintu masuk ada di suatu tempat di Reisen ini terlalu kabur."
Mereka benar-benar memeriksa setiap gua yang mereka lewati, tapi mereka masih belum
menemukan sesuatu yang menyerupai pintu masuk. Hajime mulai menjadi tidak sabar.

"Yah, kita hanya memeriksa tempat ini dalam perjalanan ke gunung berapi, jadi
menemukan sesuatu hanyalah bonus. Dan siapa tahu, kita mungkin menemukan beberapa
petunjuk lagi setelah kita membersihkan gunung berapi."

"Kurasa kau benar."

"Yeah... tapi monster ini mulai membuatku gugup."

"Sama. Kurasa kau benar-benar membenci tempat ini, Yue-san."

Bahkan saat mereka mengeluh, trio itu terus maju. Jadi, tiga hari lagi berlalu.

Mereka juga tidak menemukan apa pun pada hari itu, dan saat cahaya bulan mulai
menerangi jurang, Hajime memutuskan untuk berkemah. Mereka mendirikan tenda mereka
dan mulai menyiapkan makan malam. Bahan dibawa keluar, bumbu diatur, dan piring
disiapkan. Segala sesuatu dari tenda sampai peralatan makan telah dibuat oleh Hajime,
jadi semuanya memiliki kualitas artefak.

Tenda itu ditambah dengan heatstone dan coldstone, yang mengatur suhu di
dalamnya. Berkat sifat coldstone, Hajime juga bisa membuat lemari es dan freezer.
Bingkai logam tenda juga diselingi beberapa batu. Batu-batu ini telah dijiwai dengan "Hide
Presence" skill, sehingga menyulitkan monster untuk menemukan kamp mereka.

Panci dan wajan semuanya dipanaskan sebanding dengan mana dituang ke dalamnya,
menghilangkan kebutuhan untuk menyalakan api. Bahkan pisau pun digabung dengan Gale
Claw, membuat pisau cukur tajam. Dia juga membuat pembersih uap darurat. Mereka
semua adalah kreasi tercinta yang membuat perjalanannya lebih nyaman. Dan karena
mereka hanya berguna bagi orang yang bisa mengendalikan mana secara langsung, tidak
ada yang mau mencurinya.

"Sihir kuno dari Zaman Dewa sangat berguna." Itu adalah kata-kata tepat Hajime
saat dia menciptakan semua artefak ini. Setiap praktisi sihir saat ini akan pingsan saat
mendengar hal-hal yang relatif tidak penting yang digunakan Hajime untuk membuatnya.

Makan malam hari ini adalah daging Kululu yang direbus dalam sup tomat. Kululu
pada dasarnya adalah ayam yang bisa terbang. Daging mereka terasa sama dengan ayam
biasa. Masakan Kululu ternyata sangat populer di Tortus. Mereka sudah membaur dan
memotong daging Kululu, jadi mereka hanya merebusnya dengan beberapa sayuran dengan
kaldu berbasis tomat.

Rasa Kululu semakin disempurnakan dengan mentega yang dioleskan dan rasa tajam
dari tomat yang telah direndam ke dalam daging. Sayuran lainnya, yang semuanya
menyerupai satu jenis sayuran tanah atau lainnya, dan sup itu sendiri juga sangat indah.
Bahkan roti yang mereka celupkan ke sup terasa menakjubkan.

Setelah mereka selesai makan malam, Hajime dan yang lainnya duduk untuk
mengobrol sebentar, seperti yang mereka lakukan setiap malam. Berkat stealthstone di
tenda, mereka tidak perlu khawatir dengan serangan monster. Beberapa yang mengembara
di dekatnya karena kecelakaan sering ditangani oleh Hajime. Dia hanya menempelkan
tangannya dari jendela yang dirancang untuk tujuan itu, kemudian menembak mereka. Saat
tiba waktunya tidur, ketiganya akan memutar arloji sampai pagi.

Malam ini, giliran Hajime untuk berjaga pertama. Yue dan Shea bersiap untuk tidur
sementara dia berjaga-jaga. Tenda itu dilengkapi dengan futon yang lembut juga, sehingga
mereka bisa tidur nyenyak bahkan di alam liar. Tepat sebelum mereka tertidur, Shea
keluar dari tenda.

Hajime memberinya tatapan bertanya, dan dia menjawab dengan santai.

"Hanya akan mengambil bunga."

"Tidak ada bunga di sini."

"Ha-ji-me-san!" Mukanya yang acuh tak acuh hancur dan dia melotot dengan
sungkan pada Hajime.

"Maaf," katanya tanpa penyesalan, menyadari apa yang sebenarnya dia maksudkan.

Shea cemberut dengan marah saat melangkah keluar dari perkemahan mereka dan
berlari keluar. Beberapa menit kemudian...

"H-Hajime-san! Yue-san! Aku menemukan sesuatu! Kemarilah kemari!" Dia telah


lupa bahwa monster masih mengerumuni jurang di luar perkemahan mereka dan menjerit
minta tolong. Hajime dan Yue saling melirik sebelum berlari keluar tenda.

Suara Shea datang dari tempat salah satu batu jatuh di dinding ngarai,
menciptakan celah kecil. Dia melambaikan tangannya dengan liar tepat di depannya,
wajahnya dipenuhi kegembiraan.

"Di sini! Lihatlah apa yang kutemukan!"

"Baiklah, baiklah, berhenti menarikku. Penguatan tubuhmu penuh dengan ledakan.


Tenang saja."

"...Sungguh mengganggu."

Shea meraih kedua tangan mereka dan menarik mereka lebih dalam ke celah itu.
Hajime berusaha menenangkannya, sementara Yue hanya menunjukkan rasa frustrasinya
di wajahnya. Saat dia memimpin mereka masuk, Hajime melihat bahwa dinding itu telah
dilubangi di satu sisi, membuat ruangan itu sangat luas. Shea membusungkan dadanya
dengan bangga dan menunjuk ke bagian dinding yang berada di tengah antara pintu masuk
dan belakang.

Hajime dan Yue melihat apa yang sedang ditunjukkannya dan berkedip dalam
kebingungan. Sebuah papan persegi panjang diukirkan langsung ke dinding batu. Ditulis,
dengan huruf miring yang lucu, adalah ini:

—Selamat datang semuanya! Selamat datang di dungeon berdebar-debar Miledi


Reisen~

Tanda seru dan tilde hanya berfungsi untuk memperburuk pembaca.

"Apa-apaan ini?"

"...Apa?"

Hajime dan Yue berbicara bersamaan. Kelihatannya mereka tidak bisa


mempercayai mata mereka sendiri. Tulisan tangan imut itu sama sekali tidak pada
tempatnya di ngarai yang sepi.

"Maksudnya apa? Ini pintu masuk, jelas! Saat aku akan mandi... Maksudku, saat aku
mencari bunga, aku menemukannya di sini secara tidak sengaja. Memikirkan Reisen Gorge
benar-benar jalan masuk ke labirin yang lain." Hajime dan Yue akhirnya pulih dari
keterkejutan mereka untuk saling menatap dengan tak percaya.

"Yue. Kau rasa ini asli?"

"......Ya."

"Itu jeda panjang. Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

"...Miledi."

"Masuk akal..."

Catatan Oscar telah memberi tahu mereka bahwa nama depan Reisen memang
Miledi. Nama Reisen terkenal, tapi kebanyakan orang tidak mengenal nama depannya. Jadi,
fakta bahwa itu tertulis di papan tulis membuatnya sangat mungkin bahwa itu adalah pintu
masuk labirin yang tepat. Satu-satunya alasan mereka ragu sama sekali adalah karena...

"Ada apa dengan tulisan imut-imut ini?" Hajime memikirkan kembali banyak
perjuangan hidup-mati yang dia hadapi di Labirin Orcus Agung. Jika labirin ini seperti itu,
dia akan bertarung dengan keras. Namun, pintu masuk ditandai dengan tanda cahaya itu
benar-benar tidak masuk akal. Yue juga merasakan secara langsung betapa keras
labirinnya, jadi mau tak mau dia bertanya-tanya apakah ini bukan ide seseorang membuat
lelucon saja.
"Tapi tak ada yang terlihat seperti pintu masuk di sini. Gua ini hanya mengarah ke
jalan buntu lebih jauh..." Karena tidak menyadari kekacauan batin mereka, Shea melirik
ke sekeliling gua dan mengetuk dinding, mencari bukaan.

"Hei, Shea .Jangan..." Clunk!

"Fugyah!?"

"Jangan sentuh benda-benda sembarangan seperti itu" adalah apa yang coba
Hajime katakan, tapi sebelum dia bisa, dinding yang diputar Shea tiba-tiba membalik,
menyeret Shea ke arah apa pun yang ada di sisi lain. Itu seperti salah satu pintu tipu daya
yang akan kau lihat di tempat persembunyian ninja.

"......" Saat Shea baru saja menemukan pintu masuk rahasia, kata-kata yang diukir
di batu tiba-tiba tampak lebih bisa dipercaya. Jadi pintu masuk labirin Reisen benar-benar
ada di sini. Hajime sudah mulai merindukan suasana labirin Orcus yang lebih serius. Ini
sepertinya lebih mirip taman hiburan daripada dungeon. Dia menemukan pintu putar yang
telah melenyapkan Shea, saling menghela napas bersama Yue, dan mendorong maju.

Mekanisme apa pun mengoperasikan pintu yang diaktifkan, mendorong Hajime dan
Yue ke sisi lain dinding. Kegelapan menyapanya di sisi lain. Pintu selesai berputar, akhirnya
berhenti di posisi semula.

Sesaat kemudian terdengar suara bising berputar-putar, sementara sekelompok


sesuatu terbang lurus ke arah Hajime. Setelah mengaktifkan Night Vision, Hajime bisa
melihat apa yang akan terjadi padanya. Panah. Mereka dicat hitam pekat untuk
memastikan tidak ada secercah cahaya.

Hajime mengeluarkan Donner dan menembak sebagian besar. Sisanya ia blokir


dengan kaki palsunya. Suara keruh memenuhi ruangan karena logam terkena logam.

Ada sekitar dua puluh panah. Panah itu seluruhnya terbuat dari logam, seolah-olah
telah diukir dengan bentuk itu. Setelah yang terakhir menabrak tanah, diam kembali ke
ruangan.

Cahaya samar mulai meresapi ruangan sekitar waktu yang sama. Mereka berada di
ruangan seluas sekitar sepuluh meter di semua sisi, dengan lorong terbentang jauh dari
ujungnya. Ada lempengan batu di tengah ruangan, dengan sebuah pesan yang diukir dengan
tulisan tangan yang sama seperti sebelumnya.

—Hei, apakah aku mengejutkanmu? Benarkah? Aku yakin kalian kencing di celana,
bukan? Hahaha. Ada yang terluka? Mungkin seseorang di party kalian tewas? Fufu~—

"....." Hajime dan Yue selaras saat mereka membaca pesan itu.

"Bajingan yang menyebalkan."


Hanya tawa di dalam pesan yang diukir lebih dalam ke batu untuk menekankan
kehadirannya. Dia sengaja menjengkelkan. Seandainya seseorang masuk dan benar-benar
kehilangan anggota party mereka karena perangkap itu, pastilah mereka sangat marah.

Seperti itu, Hajime dan Yue masih cukup marah, tapi kemarahan Yue tiba-tiba
menghilang saat dia menyadari sesuatu.

"...Dimana Shea?"

"Ah."

Mengingat anggota party mereka yang tersisa, Hajime kembali ke pintu putar
dengan cepat. Karena pintu melakukan setengah putar dengan setiap aktivasi, mungkin
saja Shea dikirim kembali ke luar saat mereka masuk. Yang membuat khawatir Hajime
adalah bahwa dia tidak mencoba untuk kembali meski satu atau dua menit yang baik
pastilah telah lewat. Jadi, dia buru-buru mengaktifkan pintunya lagi.

Seperti pintu berbalik sekali lagi dia melihat... Shea. Terjebak di pintu.

"Uuuu... Hiks... Hajime-saaan... jangan lihat akuuuu. Tapi tolong lepaskan ini. Biarkan
aku turun, tapi jangan lihat aku. Kumohooon." Gadis kelinci malang itu. Shea pasti juga
disambut hujan es. Meskipun dia tidak bisa melihat dalam kegelapan, indra tajamnya pasti
membuatnya bisa mengelak. Tapi ini sangat jarang terjadi, jadi panah itu telah menusuk
pakaiannya, menyematkannya ke dinding dengan pose komedi yang mengingatkan pada
tanda-tanda keluar darurat itu.

Telinga kelincinya terpelintir dalam pola zig-zag yang aneh, jadi jelas bahwa ia
telah mengambil semua yang harus ia hindari. Alasan dia menangis bukan karena dia hampir
tewas. Genangan air di kakinya adalah penyebab kesusahannya.

"Oh ya, kau tengah 'memetik bunga', bukankah begitu...? Yah, terserah. Terjadi
sepanjang waktu."

"Tidak, tidak. Uuu, kenapa aku tidak menyelesaikan urusanku sebelum memanggil
kalian lagi! " Shea menangis tak terkendali. Dia tidak hanya membasahi dirinya sendiri,
tapi dia telah melakukannya di depan pria yang dicintainya. Teling kelincinya kembali
berkedut. Meskipun, mengingat betapa menyedihkan penampilannya saat pertama kali
bertemu dengan Hajime, ini pada dasarnya adalah setetes di ember. Itulah sebabnya
Hajime lebih kesal daripada jijik saat dia menatap Shea. Namun, penampilannya hanya
melukai perasaannya.

"Jangan bergerak." Sebagai sesama gadis, Yue merasa sedikit bersimpati padanya,
jadi dia melepaskan anak panah yang menjepit Shea ke pintu dengan cepat.

"Kau seharusnya bisa menangani ancaman tingkat ini... Amatir."

"Maaf, aku akan bekerja lebih keras dari sekarang... Hiks..."


"Hajime, kita butuh ganti baju."

"Baiklah." Dia menarik set pakaian Shea dari Treasure Trove dan menyerahkannya.
Menghadapi rasa malu, Shea ganti baju dengan cepat.

Begitu dia sudah siap, Shea dengan bersemangat berlari ke depan, hanya untuk
berhenti saat melihat tablet batu di tengah ruangan.

Poninya menutupi ekspresinya saat membaca tulisan itu. Setelah beberapa detik
terdiam, dia tiba-tiba menarik Drucken dan mengayunkannya sekuat tenaga. Dengan
gemuruh, tablet itu hancur seribu keping. Tablet itu pasti adalah jerami terakhir, saat
Shea terus membanting palunya di atas batu yang sudah hancur itu berulang-ulang.

Tapi setelah itu dilumatkan, kata-kata baru diukir sendiri ke dalam potongan-
potongan batu. Sekarang terbaca: —Sayang sekali~ Setelah beberapa saat batu itu
meregenerasi~ Kukukuku—

"Graaaaaah!" Mengatasi dengan marah, tanpa berpikir Shea mengayunkan Drucken


lagi. Seluruh ruangan berguncang seolah-olah berada dalam gempa, dan gelombang kejut
besar menyebar dari titik benturan.

Mengabaikan Shea, Hajime mulai berbicara dengan Yue.

"Miledi Reisen mungkin satu-satunya Liberator yang benar-benar musuh


kemanusiaan."

"Setuju."

Labirin Reisen Agung pasti tidak akan menjadi seperti Labirin Orcus Agung, tapi
tidak sesuai dengan alasan yang mereka harapkan.

Beberapa jam setelah ledakan gila Shea, Hajime telah menemukan bahwa dungeon
itu jauh melampaui perkiraan pesimisnya tentang bagaimana hal itu akan terjadi.

Pertama, mereka tidak bisa menggunakan sihir dengan benar di dalam. Apa pun itu
yang menghamburkan mana di ngarai jauh lebih kuat di kedalaman. Yue terkena pukulan
keras karenanya. Dia bahkan tidak bisa membentuk mantra tingkat yang lebih tinggi, dan
jangkauannya yang lebih menengah sangat terbatas. Lima meter sering menjadi batas
tertinggi. Itu masih cukup berguna untuk digunakan dalam pertarungan, tapi dia tidak bisa
lagi melenyapkan monster dengan satu serangan.

Bahkan cadangan yang dia simpan di aksesoris batu sihirnya terkuras sampai
mengkhawatirkan, jadi dia harus berhati-hati. Itu adalah berapa banyak mana yang
dibutuhkan untuk melakukan apa pun. Orang normal tidak akan bisa membuang apa pun di
dungeon ini.
Hajime juga terpengaruh. Baik Aerodynamic dan Gale Claw membutuhkan energi
sihir di luar tubuh seseorang, jadi dia tidak dapat menggunakannya dengan sangat efektif,
bahkan Lightning Field-nya lumpuh. Donner dan Schlag mengoperasikan kurang dari
separuh kekuatan mereka yang biasa, dan Schlagen pun hanya bisa menembak dengan
kekuatan sebanyak yang biasa dilakukan Donner.

Makanya, penguatan tubuh sangat penting untuk membersihkan dungeon ini. Bidang
keahlian Shea. Dengan begitu, kelinci yang dapat diandalkan dari party Hajime adalah...

"Aku akan membunuhmu... Begitu menemukan tempat persembunyianmu, aku akan


mencabik-cabik anggota badanmu dari anggota tubuh yang menjerit!" Teriak Shea saat
memburu mangsanya, tatapan berbahaya di matanya. Dia benar-benar, sama sekali, marah.
Bahkan cara dia berbicara terdengar lebih liar. Cinta Miledi Reisen untuk menggoda orang
lain sepertinya sudah tersampaikan pada Shea.

Hajime dan Yue benar-benar mengerti perasaan itu, jadi mereka tidak mengatakan
apa-apa. Dan selama Shea sangat marah, mereka bisa mempertahankan ketenangan dengan
menatapnya. Ini mengatakan sesuatu tentang berapa banyak keadaan mental mereka telah
memburuk sehingga mereka membutuhkan Shea untuk tetap waras. Mereka telah
membuat kemajuan yang layak sejak masuk, tapi mereka sudah mengalami sejumlah
perangkap frustasi dan prasasti yang menyebalkan. Tanpa kemarahan Shea untuk
menenangkan mereka, Hajime dan Yue mungkin telah marah sejak lama.

Shea sudah beralih ke kekacauan yang berantakan, tapi setiap masih terus
memperhatikan jebakan saat mereka maju.

Akhirnya, mereka menemukan diri mereka berada di ruangan yang aneh. Tangga,
menghubungkan lorong, dan bahkan tata letak ruangan itu benar-benar serampangan.
Rasanya seperti anak berusia tiga tahun baru saja mengumpulkan sekelompok blok lego
secara acak. Tangga yang mengarah ke lantai tiga kemudian terhubung ke jalur miring yang
mengarah kembali ke lorong yang mengarah keluar dari lantai pertama, sementara tangga
di lantai dua sepertinya hanya berakhir di dinding.

"Kurasa tempat ini adalah labirin."

"...Ya. Terlihat mudah tersesat."

"Hmph, seharusnya aku menduga ini dari bajingan busuk itu. Ruangan memutar ini
merupakan cerminan kepribadiannya yang mengerikan!"

"Percayalah, aku mengerti bagaimana perasaanmu, tapi kurasa kau perlu tenang."

Kemarahan Shea masih belum tenang. Hajime menatapnya dengan setengah


jengkel, setengah kasihan dan mengajukan pertanyaan.

"Jadi, ke mana kita pergi sekarang?"

"Hajime. Tidak ada gunanya memikirkan itu."


"Hmm, rasanya kau benar. Kita hanya perlu menandai dan memetakan tempat itu
sendiri seperti yang kita jelajahi."

"Ya..." Yue mengangguk setuju. Pembuatan peta adalah skill mendasar yang
dibutuhkan untuk menjelajahi dungeon. Namun, dengan bagaimana keliling konstruksi
labirin itu, Hajime tidak yakin seberapa akurat petanya. Dia mengerutkan kening, jelas
tidak senang.

Tanda yang dia maksud adalah skill sihir khusus lainnya, Tracking. Mantra ini
membiarkan Hajime menandai lokasi tertentu dengan mana. Lalu dia bisa menemukan lokasi
yang ditandai itu di mana pun dia berada. Jika dia menandai makhluk hidup, dia bisa
melacak lokasinya. Dia akan menggunakannya di labirin untuk menandai di mana mereka
berada, jadi dia bisa memetakan lokasi mereka. Dia juga bisa membuat jejaknya terlihat,
jadi Yue dan Shea juga bisa melihatnya. Sebagai mana yang melekat pada objek, itu tidak
hilang seperti mantra lain yang mereka rapalkan.

Hajime memutuskan untuk memulai dengan bagian di sisi kanan, dan menandai
sebelum masuk.

Lorongnya sekitar dua meter, terbuat dari batu bata. Dan seperti Labirin Orcus
Agung, dindingnya sedikit bersinar. Mereka tidak diterangi oleh glowstone hijau. Cahaya
di dungeon ini berwarna biru pucat.

Ketika dia memeriksa apa itu dengan Ore Appraisal, dia menemukan bahwa itu
bernama linrock. Itu bersinar saat berhubungan dengan udara. Ruang pertama yang
mereka masuki pasti terpesona entah bagaimana tidak bersinar sampai seseorang
melangkah masuk. Lorong mirip tambang di Laputa sebenarnya. Yang mana mereka
bertemu dengan pria tua yang bisa berbicara dengan batu. Tampaknya linrock tidak pernah
berhenti bersinar setelah bersentuhan dengan udara sekali saja.

Hajime mengenang sebuah anime dari tanah airnya saat ia menuju ke lorong yang
panjang. Clunk. Salah satu ubin di lantai sedikit tenggelam saat Hajime menginjaknya.
Itulah pertama kalinya lantai melakukan itu. Dia menunduk memandangi kebingungannya.

Lalu, tiba-tiba— Fssssssh! Suara sesuatu yang mengiris udara tiba-tiba memenuhi
lorong saat dua gergaji melingkar muncul dari kedua sisi dinding. Yang di sebelah kanan
hampir setinggi leher, sedangkan yang di sebelah kiri hampir setinggi pinggang. Kedua
bilah itu melesat ke arah mereka.

"Semuanya, menunduk!" Hajime langsung menunduk ke belakang, nyaris


menghindari kedua baling-baling. Dengan singkat Yue, yang harus dilakukannya hanyalah
berjongkok untuk menghindari keduanya. Shea berhasil melepaskan diri dari bahaya.
Mereka bisa mendengar Shea menangis kaget saat bilah-bilah itu melaju melewatinya.
Karena tangisannya tidak terdengar sakit, Hajime menganggapnya aman.

Sebenarnya Shea baru saja berhasil menghindar, dan beberapa bulu di telinga
kelincinya telah dicukur habis... tapi itu bukan masalah besar.
Setelah bilah itu melewati Hajime dan yang lainnya, mereka lenyap ke dinding
seolah mereka tidak pernah ada. Untuk beberapa saat, Hajime hanya berdiri di sana,
dengan waspada menunggu gelombang kedua. Tapi tidak ada yang datang. Dia mendesah
lega, lalu kembali ke yang lain. Saat melakukannya, menggigil mengalir di tulang
punggungnya.

Setelah instingnya, dia meraih Yue dan Shea, lalu melemparkan dirinya ke depan.
Tidak lama kemudian, bilah pemenggal membanting ke lantai tempat mereka berdiri.
Mereka bergetar saat turun, mengiris lantai seperti mentega.

Berkeringat deras, dia menatap bilah yang telah jatuh beberapa inci dari kakinya.
Yue dan Shea menegang ketakutan juga.

"Mereka semua perangkap fisik. Karena itulah Demon Eye-ku tidak bisa
merasakannya." Dia begitu terfokus pada perangkap sihir yang gagal dia pertimbangkan
kemungkinan kejadian fisik. Karena perangkap yang ditemuinya dalam kunjungan labirinnya
sejauh ini adalah sihir, matanya bisa melihat benda-benda itu dengan mudah. Tapi terlalu
mengandalkan matanya adalah apa yang menyebabkannya lengah. Dia terlalu percaya pada
kemampuannya.

"Haah. Ku-Kupikir kita sudah selesai. Tunggu, Hajime-san! Kenapa kau tidak
menghentikan mereka saja? Kau punya lengan logam!"

"Itu sangat tajam, tahu? Meskipun tidak memotongnya, aku yakin mereka akan
merusaknya. Aku tidak bisa menggunakan Diamond Skin di sini, ingat?"

"R-Rusak...? Apa yang lebih penting bagimu, perlengkapanmu atau nyawaku?"

"Maksudku, kau baik-baik saja, bukan? Apa masalahnya?"

"Hei, jangan hindari pertanyaannya! Kau tidak akan benar-benar meninggalkan aku
untuk mati, bukan? Aku lebih penting, kan? Benar, kan?" Shea berpegangan pada Hajime
saat dia mendesaknya dengan keras kepala pada sebuah jawaban. Tapi Yue-lah yang
menjawab.

"...Kelinci beringus. Satu-satunya alasan kau hampir mati adalah karena kau kurang
latihan."

"B-Beringus—bawa kembali itu, Yue-san! Itu berlebihan, bahkan untukku!" Dengan


demikian, nama lain ditambahkan "kelinci sedikit sesuatu". Meski hampir sekarat dua kali
dalam beberapa jam yang mereka jelajahi, Shea masih cukup bersemangat. Kekuatan yang
sebenarnya adalah betapa kokohnya dia. Meski mungkin dia mengeluh kalau ada yang
memberitahunya.

Tetap saja, apa yang Shea katakan itu benar adanya. Meskipun dia telah memilih
untuk mengelak, Hajime bisa memblokir dengan lengan dan senjatanya. Mantelnya terbuat
dari kulit monster, jadi akan terlayani dengan baik untuk mempertahankannya. Dan jika
bilah itu menembus semua itu, ia memiliki pelat logam yang melindungi vitalnya. Perangkap
seperti ini tidak akan membunuhnya dengan mudah.

Meski begitu, bilah itu jelas-jelas berlebihan bagi manusia biasa. Perisai normal
akan dipotong menjadi dua dengan seberapa cepat mereka bergetar. Kecuali jika itu
adalah sesuatu seperti armor Hajime yang dibuat dengan bijih yang ditemukannya di
jurang, calon penjelajah pasti harus mengelak.

"Yah, kalau ini seburuk yang didapatnya, maka seharusnya aku baik-baik saja."
Hajime mengabaikan Shea dan Yue yang biasa berdebat dan menggumamkannya pada
dirinya sendiri. Tidak peduli seberapa kuat perangkapnya, dia baik-baik saja asalkan tidak
ditambah dengan sihir. Dan Yue memiliki regenerasi otomatisnya. Jadi, meski dia berhasil
meraih Yue, dia akan bertahan. Yang berarti... Shea adalah satu-satunya yang hidupnya
dalam bahaya serius. Entah dia menyadari itu atau tidak, jelas dia yang paling stres dari
semua orang yang hadir.

"Huh? Hajime-san, kenapa kau memberi aku tatapan kasihan itu?"

"Tunggu sebentar, Shea..."

"U-Uh, apa? Ada apa? Dan kenapa aku memiliki perasaan buruk tentang ini..." Shea
menggosok-gosok lengannya dengan hati-hati, jelas-jelas ditunda oleh tampilan kebaikan
Hajime yang tidak biasa. Dia terus mencari kejutan yang tidak menyenangkan saat mereka
melangkah lebih jauh ke lorong.

Sejauh ini, mereka tidak menemui monster. Mungkin saja tidak ada di labirin ini,
tapi optimisme yang tidak berdasar biasanya menyebabkan kematian awal. Kemungkinan
mereka akan melompat entah dari mana, sama seperti jebakan.

Setelah beberapa menit, jalannya terbentang ke ruangan lain. Yang satu ini
memiliki tiga koridor berbeda. Setelah menandai lokasinya, Hajime memilih jalan paling
kiri, sebuah tangga mengarah ke bawah.

"Uuuu, aku punya firasat buruk tentang ini. Sesuatu yang buruk selalu terjadi saat
telingaku terdengar sangat nyaring." Mereka berada di tengah tangga saat Shea
mengatakan itu. Seperti yang dia katakan, telinganya berdiri dan sedikit berkedut.

"Hei, jangan membawa nasib sial itu. Seseorang selalu berakhir menginjak
perangkap tepat setelah seseorang mengatakan itu... Lihat, dengar."

"I-Itu bukan salahku!"

"Kelinci pembawa sial."

Sementara mereka berbicara, terdengar suara gemuruh yang tak menyenangkan,


dan tangga itu menjadi meluncur. Tangganya cukup curam, jadi mereka tidak akan mudah
mempertahankan pijakan mereka. Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, cairan
hitam licin mulai mengalir dari lubang mungil di tangga.
"Kuh, sial!" Hajime mentransmutasikan pelat logam di sepatu botnya menjadi paku
dengan cepat, bersama dengan jari di lengan tirinya. Berkat itu, dia hampir tidak mampu
menjaga keseimbangannya. Yue telah melompat ke arah Hajime dalam hitungan detik
sebelum dia jatuh, jadi dia selamat didukung olehnya. Dia telah meramalkan bahwa ia akan
menjepit dirinya sendiri. Keduanya telah menghabiskan cukup waktu bersama untuk bisa
saling membaca gerak masing-masing.

Sayangnya, tambahan terbaru untuk party mereka tidak sinkron seperti itu. Shea
telah gagal memprediksi Hajime akan jangkar sendiri.

"Ugyaaaaah!?" Tanpa apa pun untuk mendukungnya, dia jatuh meluncur, memukul
bagian belakang kepalanya di tanah. Dia mendengus kesakitan, dan dalam beberapa detik
dia diliputi pelumas apa pun bermunculan. Gravitasi melakukan tugasnya, dan dia meluncur,
selangkangan dulu, langsung ke wajah Hajime.

"Buh!?" Kekuatan dampak melepaskan tangan kirinya dari dinding yang dipakainya,
dan dia terjatuh ke belakang, tangan kanannya masih menempel pada Yue. Paku kakinya
juga keluar, jadi dia meluncur ke bawah. Shea naik di atas tubuhnya saat mereka meluncur
turun.

"Kelinci bodoh, payah! Menyingkirlah!"

"Maarf, tapi aku tidak bisa berkerak."

Mereka mulai meluncur lebih cepat lagi. Hajime berusaha menghentikan gerakan
mereka dengan paku, tapi mereka sudah terlalu cepat untuk melakukan sesuatu yang baik.
Mengubah jalur, dia kemudian mencoba mentransmutasikan tangga secara langsung, tapi
pembuangannya terlalu kuat dan dia tidak bisa melakukannya.

Shea akhirnya berjuang untuk posisi duduk. Dia sekarang mengendarai Hajime
seperti kuda.

"Gunakan tongkat Drucken untuk menahan kita di suatu tempat!" Teriak Hajime.
Salah satu trik yang dia tambahkan pada Drucken milik Shea adalah tongkat yang bisa
meluas dari palu. Dia juga ingin memberinya senjata tajam, kalau-kalau dia
membutuhkannya. Sebuah tongkat yang besar berpotensi bisa menghentikan jatuhnya
mereka.

"O-Oke, serahkan saja pa— Tunggu, Hajime-san! Lihat, jalannya!" Shea bergerak
untuk meraih Drucken, tapi kemudian tiba-tiba berhenti.

Hanya itu yang perlu dia katakan agar Hajime mengerti. Luncuran ini mencoba
meludahkan mereka ke suatu tempat.

"Yue!"

"Baik!"
Hajime memanggil Yue. Dia tidak perlu mengatakan apa-apa lagi, karena dia sudah
menebak niatnya.

"Berpegangan, Shea!"

"O-Oke!" Shea berpegangan pada Hajime.

Peluncurannya tiba-tiba berakhir, dan sesaat mereka semua tertahan di udara,


tanpa bobot. Yue memanfaatkan detik itu.

"Updraft!" Ini adalah salah satu mantra angin paling dasar. Biasanya digunakan
untuk meningkatkan daya lompatan seseorang. Praktisi yang terampil bisa menggunakannya
untuk meniru penerbangan dalam waktu singkat. Tapi di dungeon ini, sihirnya lumpuh.
Bahkan Yue hanya bisa menahan mereka untuk bertahan beberapa saat.

"Lebih dari cukup." Kata Hajime dengan penuh kemenangan. Beberapa detik itu
hanya yang dibutuhkannya untuk memeriksa sekelilingnya. Yue telah melakukan lebih dari
cukup.

Dengan kedua gadis yang masih menempel padanya, Hajime menunjuk lengan kirinya
di langit-langit. Dia menuangkan sedikit mana, dan dengan desisan pneumatik, sebuah
kawat dengan sebuah jangkar yang dilemparkan dari pergelangan tangannya. Itu tertanam
sendiri di langit-langit, dan berpegangan kencang.

Hajime mendesah lega saat melihat jangkar itu tidak terlepas. Ketiganya
bergantung di sana, dipegang oleh satu kawat tipis. Mereka mempertaruhkan sekilas apa
yang terbentang di bawah mereka, dan langsung menyesali hal itu.

Meluncur... Mendesis... Ketak... Fwoosh... Meluncur... Ada lubang kalajengking


langsung di bawahnya. Panjangnya hanya sekitar sepuluh sentimeter. Kalajengking yang
telah Hajime hadapi di labirin Orcus mungkin lebih berbahaya, tapi melihat begitu banyak
yang merangkak berkeliling, lebih merusak mental. Merinding saat dia menyadari ada satu
kawat yang memisahkannya dari kalajengking neraka.

"......" Semuanya terdiam. Tidak ada yang mau memikirkan apa yang ditunggu di
bawah ini, jadi mereka semua menatap tajam ke langit-langit. Ketika mereka
melakukannya, mereka menyadari bahwa ada huruf yang terbentuk. Mereka sudah tahu
apa yang akan terjadi, tapi mereka tetap membaca pesannya.

—Karena sengatan kalajengking tidak beracun, tapi akan melumpuhkanmu. Kuharap


kau menikmati tidur dengan bayi kecilku yang imut untuk sementara, Buhaha—

Dia pasti telah membuat linrock yang menampung pesan sangat padat, karena
bersinar lebih terang dari pada sekitarnya. Siapa pun yang jatuh akan ditakdirkan untuk
berbaring di sana, lumpuh, saat kalajengking menerjang tubuh mereka yang rawan. Mereka
berusaha merentangkan tangan mereka ke langit-langit dengan putus asa hanya untuk
menemukan kata-kata itu.
"......" Keheningan berlanjut, tapi untuk alasan yang berbeda kali ini. Semua orang
berusaha keras untuk tidak tersentak oleh ejekan Miledi.

"Hajime, di sana."

"Hm?"

Melihat sesuatu, Yue menunjuk sebuah titik di bawahnya. Ada terowongan kecil di
sana.

"Terowongan... Menurut kalian apa yang harus kita lakukan? Kita bisa naik kembali,
atau kita bisa melihat apa yang ada di bawah sana."

"A-Aku baik-baik saja dengan apa pun yang kau putuskan, Hajime-san. Yang
kulakukan adalah memperburuk keadaan bagi kita, jadi..."

"Jangan khawatir, kami akan menghukummu dengan benar saat kita keluar dari
sini."

"Sekarang aku khawatir! Tidak bisakah kau meninggalkannya dengan 'jangan


khawatir'!?"

"Betapa cerdiknya. Hukumanmu telah berlipat ganda."

"Kau juga, Yue-san!? Astaga, aku tidak akan bisa beristirahat bahkan setelah kita
selesai dengan tempat ini."

Hajime dan Yue sama tanpa belas kasihannya seperti biasanya.

"Haah, seandainya saja kau bisa memanfaatkan Future Sight-mu untuk


menunjukkan ke mana harus pergi."

"Umm, aku masih belum bisa dengan itu. Aku telah berlatih, tapi..."

Future Sight adalah satu-satunya sihir khusus yang bisa digunakan Shea. Ini
memungkinkannya melihat salah satu potensi masa depan yang mungkin terungkap. Tapi
karena banyak mana yang dibutuhkannya, dia hanya bisa menggunakannya sekali sehari.
Dan karena kekuatannya bergantung pada penguatan tubuhnya, tanpa mana apa pun dia
hanyalah seekor kelinci tak berguna. Dia telah berlatih saat mereka punya waktu,
menurunkan jumlah mana yang dibutuhkan sedikit demi sedikit, tapi... dia masih harus
menempuh perjalanan jauh sebelum dia menguasai teknik ini.

"Yah, tidak ada gunanya mengeluh tentang apa yang tidak kita miliki. Aku lebih suka
terus maju, jadi mari kita periksa terowongannya."

"Baik."

"Baiklah."
Hajime menembak jangkar lain dari lengannya, dan berlayar menuju terowongan.

Terowongan, seperti bagian labirin lainnya, diterangi oleh linrock. Rasanya tidak
bercabang sejauh yang bisa mereka katakan dan terus lurus ke depan. Kenyataan bahwa
bahkan tidak ada satu pun yang mencurigakan. Atau mungkin pelecehan terus-menerus
Miledi telah membuat mereka semua paranoid.

Dengan gelisah, kelompok tersebut berjalan menyusuri lorong. Mereka melanjutkan


perjalanan beberapa ratus meter tanpa insiden. Keseragaman terowongan yang sama
membuatnya sulit mengukur jarak secara akurat. Semuanya begitu tidak berubah sehingga
mereka mulai bertanya-tanya apakah mereka hanya berjalan di tempat.

Saat mereka mulai curiga, ada perubahan monoton, seakan gua itu telah
mengantisipasi kekhawatiran mereka. Ada ruangan yang luas di depan. Kelompok itu sedikit
rileks, buru-buru bergegas memasuki ruangan... hanya untuk mendengar suara perangkap
lain yang familier.

"Apa kali ini... Oh, langit-langitnya."

"Shea."

"B-Baiklah!"

Semuanya melihat ke langit-langit dan melihat bahwa itu perlahan-lahan turun ke


atas mereka. Itu klise, sejauh perangkap pergi, tapi karena sihir mereka praktis disegel,
itu sangat efektif.

Dari lorong, sepertinya ruangan itu tiba-tiba lenyap dan diganti dengan dinding.
Begitulah cepatnya langit-langit jatuh. Lorong yang mereka jalani sekarang sudah buntu.

Diam memenuhi ruangan.

Sepertinya tidak mungkin Hajime dan yang lainnya berhasil menghindari kematian.
Keheningan membuatnya tampak lebih mungkin mereka berakhir.

Namun, sesuatu terjadi beberapa menit kemudian. Percikan api mulai terbang dari
dinding di seberang Hajime dan yang lainnya masuk dari sana. Dan setelah itu, lubang yang
cukup besar bisa dijelajahi seseorang. Dari dalam, Hajime, Yue, dan Shea memanjat.

"Haah... Haah... I-Itu hampir saja."

"Ya. Pasti menyebalkan jika kita hancur saat sana."

"Itu akan lebih dari sekadar 'menyebalkan'. Biasanya, kau akan mati kalau kau
hancur oleh itu, tahu?"
Tidak ada tempat untuk ditelusuri, dan mereka tidak akan sampai di lorong di
seberang, jadi Hajime dan Shea telah mengangkat langit-langit hanya beberapa detik
sementara Hajime mentransmutasikan lubang tepat di atas mereka.

Karena sifat unik labirin itu, dia terpaksa bekerja empat kali lebih lambat, dengan
jangkauannya berkurang menjadi hanya satu meter di sekelilingnya. Terburuk dari semua
hal, seluruh cobaan telah menghabiskan lebih banyak mana daripada seharusnya. Mereka
semua meringkuk bersama di ruang kecil yang dibuatnya untuk mereka sementara dia
mengubah jalannya perlahan-lahan. Untuk berpikir aku harus menggali dinding lagi seperti
ini... Aku tidak merasakan penghinaan seperti itu sejak pertama kali jatuh ke jurang. Dia
mengungkapkan ketidaksenangannya dengan serangkaian umpatan.

"Keparat brengsek. Aku tidak percaya aku telah membuat ini lagi. Lebih buruk lagi,
regenerasi mana kecepatan tinggiku bahkan tidak bekerja. Astaga, mana-ku tidak pulih
sama sekali." Di sampingnya, Yue mengeluarkan botol kecil dari sakunya, lalu
menawarkannya pada Hajime sambil tersenyum.

"Bagaimana dengan ramuan mana?"

"Jangan pedulikan aku."

"Apa ada yang mengganggu kalian berdua?"

Hajime sedikit mengendur, lalu mencondongkan tubuh ke dinding. Dia bisa mengisi
sebagian mana dengan cadangan yang dia simpan di batu sihirnya, tapi dia ingin
menyimpannya saat benar-benar membutuhkannya. Sebuah ramuan mana mungkin adalah
pilihan yang lebih baik.

Sambil tersenyum pada drama komedi kecil mereka, Hajime mengambil botol itu
dan menenggaknya dalam satu tegukan. Rasanya seperti minuman energi. Sementara
ramuan itu hanya mengembalikan sebagian dari mana yang bisa diresap batu-batunya, dan
pada kecepatan yang jauh lebih lambat, ia memiliki keuntungan tambahan untuk
menyembuhkan kepayahannya. Direvitalisasi, Hajime berdiri kembali, siap untuk
mengalahkan dungeon bodoh ini.

Namun, sebelum mereka mengambil beberapa langkah pun, kata-kata yang lebih
menjengkelkan muncul di langit-langit.

—Pupupu! Kau mulai panik, dasar lemah—

Miledi Reisen tidak luput berusaha memastikan bahwa dia mengganggu para
pengunjungnya setiap saat.

"K-Kami tidak panik! Tidak sama sekali! Dan kita tidak lemah!" Shea mengikuti garis
pandang Hajime sampai huruf-huruf menjengkelkan mengambang di langit-langit dan
menggeram kembali ke arah sana. Kebenciannya pada Miledi sudah mulai mengkonsumsinya.
Dia tidak bisa tidak bereaksi terhadap setiap kalimat yang mereka temukan mengambang
di sekitar labirin. Seandainya Miledi masih hidup, pasti dia akan merasa sangat gembira
karena telah menemukan mangsa yang begitu mudah.

"Terserah, ayo pergi saja. Jangan biarkan setiap kata kecil membuatmu gusar."

"Itu hanya main-main."

"Ugh, baiklah."

Lorong dan ruangan yang mereka temukan sejak saat itu adalah perangkap. Satu
ruangan menembakkan panah racun ke arah mereka dari segala arah, yang lain mengalami
perangkap yang penuh dengan asam, namun satu lagi telah berubah menjadi pusaran pasir
dengan monster mirip cacing yang menunggu mereka di tengahnya. Tanpa gagal, setiap
ruangan akan memiliki sesuatu yang ditulis sinis di dinding atau langit-langit setelah
mereka membersihkannya. Semua orang ditekankan melampaui keyakinan.

Meski begitu, mereka membersihkan perangkap demi perangkap, sampai akhirnya


mereka menemukan diri mereka berada di lorong yang lebih besar daripada yang lain yang
pernah mereka lihat sampai saat itu. Panjangnya enam sampai tujuh meter, cukup miring,
dan melengkung ke kanan. Rasanya seperti sebuah luncuran spiral yang turun menuju
kedalaman.

Semuanya menegang. Lagi pula, lorong itu hanya berteriak "jebakan."

Saat mereka turun, mereka menemukan naluri mereka tepat sasaran. Suara akrab
yang mengaktifkan saklar tersembunyi bergema di antara dinding. Karena pengalamannya,
Hajime yakin bahwa terlepas dari apakah mereka berhasil menghentikan saklar di ruangan
tertentu, perangkap itu akan tetap aktif. Jadi, apa gunanya ada ini!? Tapi dia tahu
berteriak dengan suara keras hanya akan mengundang lebih banyak ejekan dari Miledi,
jadi dengan usaha yang mengerikan, dia menutup mulutnya.

Mereka memperhatikan sekeliling mereka dengan hati-hati, berusaha melihat


sekilas apa pun yang akan terjadi pada mereka selanjutnya.

Rrrrrrruuuuuummmmbbbbblllleeeee! Sesuatu yang berat berguling ke arah


mereka.

"......" Ketiganya saling bertukar pandang sekilas sebelum melihat ke belakang.


Karena sifat jalan yang melengkung, mereka tidak bisa melihat jauh di atas mereka. Suara
itu berangsur-angsur semakin kencang, hingga... Batu besar seukuran seluruh bagian bisa
terlihat meluncur ke arah mereka. Tentu, itu bulat. Sangat mungkin perangkap yang paling
klise. Dan mereka yakin bahwa di mana pun geraman gila mereka menuntun mereka, akan
ada kalimat menjengkelkan lainnya yang menunggu.

Yue dan Shea berbalik dengan cepat dan mulai lari demi hidup mereka, tapi mereka
berhenti setelah berlari beberapa langkah saja. Mereka melihat Hajime tidak mengikuti
mereka.
"...Hm? Hajime?"

"Hajime-san!? Kau akan hancur kalau kau tidak buru-buru!"

Alih-alih menjawab, Hajime hanya menekuk lututnya dan mendorong tangan


kanannya ke depan, seolah sedang berusaha membidik dengan jemarinya. Dia kemudian
meremas lengan kirinya sekeras yang dia bisa, membuatnya mengeluarkan jeritan logam.
Sambil tersenyum tanpa rasa takut, dia menatap batu besar yang bergemuruh ke arahnya.

"Bukan gayaku membiarkanmu terus mengejekku berulang kali!" Suara dari lengan
prostetiknya semakin kencang. Lalu... Boom! Dengan ledakan yang eksplosif, lengan kirinya
menabrak batu itu. Kekuatan dampak mendorongnya mundur, tapi dia mentransmutasi paku
dari sepatu botnya dan menahan tumitnya. Celah menyebar dari titik benturan batu besar,
dan kecepatannya melambat.

"Raaaaaaaah!" Dengan teriakan penuh semangat, Hajime menggali tinjunya lebih


dalam ke batu besar itu. Pertarungan sengit antara kepalan tangannya dan batu itu sampai
pada sebuah akhir, dan tinjunya muncul sebagai pemenang. Dengan celah keras lainnya,
bebatuan itu hancur berantakan.

Beberapa saat setelah batu itu hilang dia tidak bergerak, waspada untuk kejutan
ekstra. Setelah dia yakin tidak ada lagi yang akan datang, dia mengeluarkan desahan lega
dan membawa tinjunya kembali. Tidak ada lagi lekukan dari lengannya lagi. Dia mengepalkan
dan membuka kepalan tangan kirinya beberapa kali, lalu kembali menuju Shea dan Yue
setelah memastikan kondisinya dalam kondisi kerja.

Tekanan sebelumnya sudah tidak ada lagi di wajahnya. Sebagai gantinya, ada
senyum gembira di sana. Meskipun ia telah mencoba untuk tidak membiarkan hal itu
ditunjukkan, ia telah lelah oleh perangkap yang tidak bisa dirasakan atau dicegah.

Hajime telah menggabungkan Steel Arms skill-nya, yang sama yang pernah ia
gunakan untuk mengalahkan Jin di Verbergen, dengan getaran frekuensi tinggi yang ia
capai dengan menuangkan mana ke lengan prostetiknya. Itulah yang membuatnya bisa
menghancurkan batu itu. Padahal, karena ketegangan yang ditimbulkannya, dia harus
melakukan perawatan hanya setelah satu kali pemakaian. Awalnya, itu adalah salah satu
kartu trufnya tapi... dia sangat kesal karena telah menggunakannya dengan mudah.

Shea dan Yue sedang dalam suasana perayaan juga saat mereka berlari mendekati
Hajime.

"Hajime-san! Kau menakjubkan! Itu sangat keren! Aku merasa hidup kembali!"

"...Ya, sama."

"Hahaha, aku tahu, kan? Sekarang akhirnya kita bisa sedikit rileks dan—" Jawaban
Hajime yang gembira tiba-tiba terputus oleh sebuah suara baru.
Rrrruuuuummmmbbblllleeeee! Suara yang sangat akrab. Senyumnya menegang.
Seperti yang dilakukan Shea, dan sepertinya ekspresi kosong Yue juga semakin gelap.
Seperti boneka yang rusak, Hajime tersentak berbalik. Di belakangnya, dia melihat...
Sebuah batu hitam mengkilap.

"Mustahil." Dia mengeluarkan napas tersengal.

"U-Umm, Hajime-san... Apa aku saja, atau adakah cairan aneh yang terbang dari
benda itu saat berguling?"

"...Itu mencairkan dinding."

Ada lubang kecil yang tak terhitung banyaknya yang menghiasi permukaan batu itu,
dari mana cairan yang tidak diketahui disemprotkan. Apa pun cairan itu bersentuhan
dengan mengeluarkan desisan yang tidak menyenangkan saat meleleh.

Hajime melihat-lihat dirinya sendiri, mendesah lelah, dan berbalik menghadap Yue
dan Shea, senyum kaku masih menempel di wajahnya. Akhirnya, lenyap dan dia berteriak
"Sialan, lari!" Sebelum berlari dengan kecepatan yang tidak manusiawi di lorong. Yue dan
Shea saling bertukar pandang sebelum berlari cepat mengikuti Hajime.

Batu itu perlahan-lahan semakin kencang saat meluncur di lorong.

"Tidaaaaaaaaaaak! Aku tidak ingin meleleh sampai mati!"

"...Sama. Ayo terus berlari."

Ratapan Shea bergema di sepanjang koridor.

"Dan Hajime-san, aku tidak percaya kau lari tanpa kita! Betapa kejamnya! Dasar
setan!” Dia memprotes dengan keras.

"Oh, tutup mulutmu, itu tidak sengaja! Teruslah berlari!"

"Aku tidak percaya kau mengambil sikap itu saat meninggalkan kami! Apa kau sama
sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi padaku? Uwaaaah, aku akan kembali
menghantuimu kalau aku mati!"

"Sepertinya kau baik-baik saja, Shea." Dilihat dari fakta bahwa dia masih sempat
mengeluh, Yue menduga dia tidak dalam masalah nyata.

Beberapa detik kemudian, mereka melihat ujung lorong. Dengan menggunakan


Farsight- nya, Hajime dapat memastikan bahwa ruang yang terbentang cukup luas. Meski
begitu, ada sesuatu yang aneh dengan tata letaknya. Lantainya adalah benda terjauh dari
mereka, agak jauh. Ternyata koridor itu berakhir di suatu tempat di dekat langit-langit
ruangan.

"Kita akan turun, teman-teman!"


"Baik."

"Mengerti!"

Mereka meluncur beberapa meter terakhir dari koridor, jatuh ke ruangan di


bawah, dan—

"Guh!?"

"Hm!?"

"Hiii!?"

Tiga serentetan kejutan mengejutkan terdengar. Di bawah mereka, lantai


terendam dalam genangan cairan berbahaya.

"Bajingan sialan!" Hajime menembakkan rentetan pisau dari lengan kirinya, bersama
dengan jangkar untuk mengikatkan diri ke dinding, lalu meraih Yue dengan tangan
kanannya. Batu besi raksasa terbang melewatinya dan jatuh ke kolam di bawahnya. Asap
mengepul saat batu itu perlahan terbenam.

"Wind Wall." Mantra Yue menyingkirkan percikan asam yang mendekat. Hajime
mengamati sekelilingnya beberapa menit lamanya, tapi saat tidak ada lagi yang terjadi, dia
rileks.

"Uuu... Hiks... Aku hanya... Aku hanya... Waaa..." Sambil berbalik, dia melihat Shea
tertancap di dinding oleh pisau yang menembus pakaiannya.Dia terisak seperti biasa.

"Kenapa kau menangis?"

"Apa kau pada masa menstruasi?"

"Bukankah sudah jelas? Kau menancapkanku ke dinding, tapi kau membawa Yue-
san? Hajime-saaaaaan, tidak bisakah kau sedikit bersikap baik padaku?"

"Aku menyelamatkan hidupmu, bukan?"

"Bukan itu yang kumaksud! Tidak bisakah kau menyelamatkanku dengan cara yang
lebih, seperti, gagah berani? Kau tahu apa maksudku, benar!? Aku juga ingin dibawa dengan
lembut seperti itu!"

"Shea."

"Hiks... Ada apa, Yue-san?"

"Kau harus menghadapi kenyataan."

"Maksudnya apa!?"
"Begini, Shea. Aku menganggapmu sebagai rekan, dan bukannya aku tidak peduli
padamu, tapi... gadis yang kucintai adalah Yue, jadi kau tidak bisa menyalahkan aku karena
memikirkannya lebih dulu."

"Uwaaah."

Meskipun ucapan Hajime memang benar, atau mungkin karena itu, air mata mulai
turun dari mata Shea. Di sisi lain, Yue tersipu dan meringkuk lebih dekat dengan Hajime.

"Tunggu saja, aku akan membuatmu jatuh hati padaku sampai kau akan mengemis
untuk kuselamatkan!"

"Kau tidak pernah menyerah, huh?"

"Ya. Dia punya nyali. Aku perlu mewaspadai."

Bahkan saat mereka bersenang-senang di atas genangan asam yang terbakar,


mereka masih sempat melakukan akting komedi cinta mereka. Sungguh tidak terasa hidup
mereka dalam bahaya.

Dengan menggunakan jangkarnya seperti ayunan, Hajime bisa mengayunkan diri ke


kolam asam dan mendarat dengan aman di lantai. Ruangan yang mereka temukan berada
dalam jarak dan persegi panjang. Di sepanjang dinding ada banyak ceruk, dan berlindung
di masing-masing patung dengan setelan penuh armor, lengkap dengan pedang dan tameng.
Di bagian terdalam ruangan ada tangga, yang di luarnya berdiri sebuah altar. Melewati
altar adalah pintu yang megah. Ditempatkan di atas altar adalah kristal kuning berbentuk
berlian. Hajime mengerutkan kening saat ia melihat sekelilingnya.

"Pintu. Apakah itu mengarah pada markas rahasia Miledi? Kalau begitu, itu berita
bagus, tapi... apakah aku satu-satunya yang memiliki perasaan buruk tentang armor itu?"

"Jangan khawatir, aku kenal dia sekarang."

"Bukankah itu berarti benda ini akan bergerak dan menyerang kita? Tidakkah
seharusnya kita sangat cemas sekarang?"

Seperti yang diperkirakan, saat ketiganya sampai di tengah ruangan, terjadi


sesuatu. Suara yang sangat akrab bergema di seluruh ruangan.

Clunk! Mereka semua berhenti. Aku tahu itu, mereka bertiga berpikir bersamaan.
Mata patung mulai bersinar tak menyenangkan. Dan dengan suara logam yang menempel
pada logam, para ksatria melangkah dari ceruk mereka. Ada sekitar lima puluh.

Sebagai kesatuan, mereka semua menurunkan sikap mereka dan mengangkat perisai
mereka. Pasukan ksatria bukan manusia bergerak maju dan mengepung party Hajime.

"Haha, aku tahu itu. Kita seharusnya menghancurkan mereka sebelum berjalan.
Yah, tidak ada gunanya menangis susu tumpah... Yue, Shea, kalian siap?"
"Ya."

"B-Bukankah ada terlalu banyak? Maksudku, aku masih akan melakukannya, tapi..."

Hajime tidak menyarungkan Donner dan Schlag. Biasanya, Metzelei akan lebih
cocok dengan jumlah segini, tapi dia khawatir Gatling gun bisa memicu lebih banyak
jebakan. Dia bisa lebih percaya daripada melepaskan hujan peluru yang setidaknya bisa
memicu banyak tombol. Jadi, dia memutuskan untuk tetap memakai pistol kembar untuk
sementara waktu.

Semangat bertarung muncul di mata Yue. Dia tahu betul bahwa dia paling dirugikan
oleh sifat unik dungeon itu, tapi dia akan mati sebelum membiarkan dirinya menjadi beban
bagi Hajime. Dia adalah pasangan Hajime. Tidak mungkin dia membiarkan sesuatu sepele
seperti ini memperlambatnya. Terutama jika saingan romantis potensial muncul, terlepas
dari seberapa kecil peluang Shea untuk merayu Hajime.

Shea, bagaimana pun, mulai menjadi dingin. Meski dia paling tidak terpengaruh oleh
dispersi mana, dia juga orang dengan sedikit pengalaman tempur praktis. Lima hari yang
dihabiskannya untuk melawan monster di dasar ngarai belum cukup. Dan meski dia
mengikuti pelatihan Yue, dia masih memiliki pengalaman dua minggu di bawah ikat
pinggangnya. Kombinasikan itu dengan fakta bahwa dia adalah salah satu Haulia yang
lembut, dan tidak mengherankan bahwa dia sedikit khawatir. Kenyataan bahwa dia
memegang Drucken dan menggali tumitnya merupakan bukti keberaniannya yang luar biasa.

"Shea."

"Y-ya!? A-Ada apa Hajime-san?” Suaranya agak bergetar. Apakah itu hanya
imajinasiku, atau apakah suara Hajime sedikit... lebih baik?

"Kau kuat. Aku bisa jamin itu. Golem segini tidak ada artinya bagimu. Jangan terlalu
khawatir dan hanya memukul mereka sampai jadi bubur kertas. Dan kalau segalanya
menjadi susah, kami akan menyelamatkanmu."

"...Ya. kau adalah muridku, aku tidak akan membiarkanmu mati."

Shea mulai menangis. Tapi kali ini, menangis karena kebahagiaan. Karena kira-kira
mereka memperlakukannya, Shea mulai khawatir bahwa mereka mungkin menganggapnya
sebagai masalah... tapi akhirnya dia menyadari bahwa itu tidak mungkin benar.

Mereka mempercayainya, jadi meski dia masih pemula dalam bertarung, dia akan
melakukan semua yang dia bisa. Dia membiarkan mana mengalir ke seluruh tubuhnya,
menguatkan anggota badannya, dan melangkah maju.

"Fufu, akhirnya kau mengatakan sesuatu yang baik, Hajime-san. Sekarang aku
benar-benar bersemangat! Yue-san, hari saat muridmu memukulmu tidak lama lagi!"

"Jangan ke-PD-an." Hajime dan Yue berkata bersamaan, tapi Shea terlalu
bersemangat untuk peduli. Dia menatap lurus ke depan pada musuh terdekatnya.
"Rasakan itu! Dasar robot logam!"

"Astaga, dari mana kau terus memungut semua barang ini... Ah keparat, seharusnya
aku tutup mulut saja."

"Robot logam!"

"Aku tidak akan mengatakan apa pun. Tidak, tidak akan mengatakan apa pun."
Hajime mendesah lelah, dan bukan karena lima golem yang menimpanya. Entah mereka
memperhatikan perasaannya atau tidak, semua golem menyerang sebagai satu. Meski
memiliki bingkai besar, mereka cukup lincah. Armor mereka berdentang saat mereka
berlari, dan mereka memotong sosok yang mengesankan dengan mata mereka yang
bercahaya dan mengangkat pedang. Rasanya seperti dinding logam yang menutupi mereka
dari semua sisi.

Hajime adalah orang pertama yang menyerang. Meski pistolnya berkurang sampai
setengah dari keefektifannya, mereka masih sedikit lebih kuat daripada senapan anti-
materiel rata-rata di bumi.

Dua serangan cahaya mengarah ke dua kepala golem tanpa tujuan. Mereka berdua
terjebak dalam mata, dan golem mengangkat kepala mereka kembali mundur. Saat mereka
jatuh, dua ksatria baru berlari untuk menggantikan posisi mereka. Hajime mulai menembak
secepat mungkin, melemparkan barisan mereka dalam kekacauan dan mencegah mereka
menyelesaikan pengepungan mereka.

Beberapa ksatria mampu mengatasi hujan peluru dengan menggunakan perisai,


pedang, dan bahkan rekan-rekan mereka yang gugur sebagai tameng, dan berhasil sampai
menuju Hajime. Tapi yang berhasil sampai sejauh itu disambut dengan murka palu perang
Shea Haulia. Dia telah memperkuat tubuhnya sampai batas tertentu, dan dia memukul
sesuatu yang mendekat tanpa ampun.

"Deyaaaaaaah!"Dengan teriakan penuh semangat, dia mengayunkan Drucken ke


bawah, menghancurkan ksatria menjadi seribu potongan kecil. Ia mencoba mengangkat
perisai untuk menahan serangan tersebut, namun Shea hanya menghancurkannya
bersamaan dengan bagian tubuh lainnya.

Sebenarnya, dampaknya begitu kuat sehingga terjadi retak-retak di tanah. Melihat


sebuah bukaan, salah satu ksatria yang berdiri di dekatnya menurunkan perisai yang
digunakannya untuk menahan gelombang kejut dan menjatuhkan Shea dengan pedang di
tangan.

Tapi Shea sadar akan rencana itu. Dia memutar pegangan Drucken, lalu menarik
pelatuknya setelah transformasi selesai.

Dengan deru ledakan, Drucken melompat dari tanah. Sebuah rentetan tembakan
yang dilepaskan dari larasnya. Dengan menggunakan momentum mundur, Shea berbalik dan
membanting palu ke sisi kesatria yang akan memangkasnya menjadi dua.
"Raaaaaaah!" Armornya berderak saat palu itu masuk. Kekuatan dampak membuat
ksatria ganda di atas karena dikirim terbang. Itu tampak seperti baru saja ditabrak truk.
Tubuh lemas membanting yang satunya lagi, dan mereka berdua terjatuh ke tanah dalam
bentuk anggota badan yang berantakan. Seluruh tubuh telah runtuh, jadi sepertinya tidak
akan bergerak dalam waktu dekat.

Telinga Shea terangkat saat mendengar suara angin bersiul di kejauhan. Dia
mendongak dan melihat ksatria yang dikirimnya terbang tadi telah melepaskan pedangnya,
yang sekarang berputar-putar di udara. Dia melompat ke udara, meraih gagangnya, dan
melemparkannya ke salah satu ksatria yang mendekati.

Itu jatuh dengan kecepatan yang tidak manusiawi, dan melirik ke arah perisai
ksatria yang terangkat itu. Mengambil keuntungan dari gangguan sesaat, dia mengayunkan
palu ke arah musuh. Pukulan langsung ke perut, dan mengirim ksatria terbang melayang di
udara.

Dalam tindakan putus asa terakhir, ksatria itu mencoba mengayunkan pedangnya
ke arahnya, tapi Shea memanfaatkan kekuatan ayunannya untuk mengelak. Kemudian,
sebelum ksatria itu bisa menabrak tanah, dia menjatuhkan Drucken lagi.

Sebuah meriam golem diciptakan, dan merobohkan beberapa rekan-rekan sebelum


jatuh ke dinding di tumpukan yang hancur.

Bibir Shea melengkung menjadi senyuman. Dia tidak menikmati pertarungan itu
sendiri, tapi dia senang bisa menahannya bersama Hajime. Saat itulah dia benar-benar
merasa telah mendapatkan hak untuk bepergian berdampingan dengannya dan Yue... tapi
kebahagiaan itu menyebabkan dia lengah.

Dalam pertempuran, bahkan gangguan sesaat bisa berakibat fatal. Dan sebelum dia
mengetahuinya, ada perisai di depan wajahnya. Salah satu ksatria telah melemparkannya
ke arahnya. Golem ini tidak buruk sama sekali. Karena dia memperkuat dirinya sendiri, ia
tidak akan bisa membunuh Shea, tapi tentu saja dia memiliki cukup kekuatan untuk
memberinya gegar otak. Tetap saja, mudah membayangkan apa yang akan terjadi padanya
jika dia membiarkan dirinya menjadi bingung.

Dia hanya tidak mengharapkan kesatria, bahkan ksatria golem, untuk melemparkan
perisai mereka. Itu adalah jenis taktik curang yang diperuntukkan bagi para pencuri. Tidak
ada cukup waktu untuk berteriak "Keparat!" lagi.

Yang paling bisa dia lakukan adalah menahan diri untuk mendapat dampak. Tapi
sebelum memukulnya, segumpal air membantingnya, mengalihkan perisai dari arah yang
dituju. Itu terbang melewati sisi Shea dan menabrak golem di belakangnya.

"Jangan pernah lengah. Sekarang hukumanmu sudah tiga kali lipat."

"Fweh! Itu yang kau lakukan, Yue-san? M-Maaf, dan terima kasih! Hei tunggu, tiga
kali lipat!?"
"Ya... Tetap fokus."

"O-Oke! Aku akan melakukan yang terbaik!" Shea membatasi kegembiraannya yang
terdahulu setelah dimarahi oleh Yue. Merefleksikan kesalahannya, dia mengalihkan
perhatiannya. Saat dia berhadapan dengan ksatria yang datang dari depan, segumpal air
membelah yang menyelinap dari belakang. Perasaan hangat menyebar melalui dadanya saat
Shea menyadari bahwa Yue memunggunginya. Dia memastikan untuk tetap memperhatikan
pertarungan, agar tidak mempermalukan masternya lebih jauh lagi.

Ksatria lain yang mencoba masuk ke tempat buta Shea juga ditebang oleh sebuah
jet air yang lebih tajam daripada pedang mana pun. Yue menggunakan mantra air tingkat
menengah, "Rupture." Itu mengumpulkan air di atmosfer, mengompresnya, dan
menembaknya sebagai pisau daging besar kecepatan tinggi.

Ada dua botol air logam besar yang menjuntai dari pinggang Yue. Dua lainnya
menjuntai dari bahunya. Dia telah membawa mereka keluar dari Treasure Trove milik
Hajime. Setiap kali dia menggumamkan nama mantra itu, lebih banyak air mengalir keluar
dari botol dan berubah menjadi pisau mematikan.

Yue berharap menggunakan air yang sudah ada, bukannya mengambil langkah ekstra
untuk memadatkannya dari atmosfer akan menurunkan jumlah mana yang dibutuhkan untuk
setiap rapalan. Dan karena dia memanipulasi air sudah ada daripada membentuknya dengan
sihir, mantra itu sendiri tidak bisa dibubarkan begitu ditembak. Ada mekanisme yang
melekat pada botol yang mempercepat air saat itu keluar, bahkan kekuatan pisau air pun
tidak bisa ditiadakan oleh udara pengeringan sihir.

Yue menambah kekuatan tempur jarak dekat Shea dengan menjaga semua titik
butanya. Karena tidak dapat menembus kombinasi akhir itu, jumlah para ksatria terus
menyusut.
Hajime tersenyum saat melihat kerja tim mulus mereka dari sudut matanya.

"Sheesh, mereka pasti tahu cara bertarung. Lebih baik aku meningkatkan
permainanku atau mereka akan kehilangan kepercayaan padaku." Hajime
menggumamkannya pada dirinya sendiri, lalu menembak Donner dan Schlag tanpa henti.

Dia memblokir pedang kesatria dengan laras Schlag, dan kemudian melenyapkan
helmnya, bersamaan dengan kepalanya, dengan tembakan titik buta Donner. Dia bahkan
tidak melihat saat lawannya merosot ke lantai. Tanpa melihat, dia menembak Schlag di
belakangnya dan menembak ksatria kedua. Lalu dia menunduk, menghindari ayunan
horizontal, dan menyilangkan lengannya sebelum menembak, menembak ksatria ke kedua
sisinya.

Namun, tanpa Lightning Field, pelurunya tidak memiliki cukup kekuatan untuk
menembus perisai ksatria, jadi memantul, membanting ke lutut ksatria terdekat. Tanpa
kaki untuk berdiri di atas keseimbangannya hancur, dan Hajime melompat melewatinya,
menembak keduanya dan seorang ksatria terdekat turun dari atas.

Seorang ksatria lain mencoba mengayunkannya saat dia mendarat, tapi dia
melepaskan pedang dan menari-nari di udara sekali lagi. Dia menembak satu peluru di
keempat arahnya, dan masing-masing melenyapkan kepala sebuah kesatria yang berbeda.
Saat mendarat lagi, dia menarik peluru dari Treasure Trove-nya dan memutar kedua
silindernya untuk segera dimuat ulang. Lalu dia berbalik dan mulai menembaki tanpa
pandang bulu. Para ksatria yang mengelilinginya terhempas satu per satu.

Dia terus menghancurkan barisan golem, memastikan agar tidak membiarkan


pelurunya melintang ke bagian mana pun dari tempat itu. Tapi...

"Apa...?" Saat dia terus menghindari serangan golem, dia mengernyitkan alisnya
dengan curiga. Meski telah menghancurkan cukup banyak dari mereka sekarang, rasanya
barisan mereka tidak menipis sama sekali.

Yue dan Shea juga memperhatikannya. Ketika mereka melihat lebih dekat ke medan
perang, mereka menyadari bahwa golem yang mereka hancurkan tidak ada di tempat yang
terlihat.

"Apakah mereka beregenerasi?"

"Sepertinya begitu."

"Tidak mungkin! Bagaimana kita bisa menghentikan mereka?"

Memang, setiap kali golem hancur, cahaya yang sama yang bersinar dari soket mata
mereka menyelimuti seluruh tubuh mereka seketika, dan kemudian golem dibuat utuh
kembali.
Tepi kepanikan merayap ke dalam suara Shea saat ia menumbangkan gelombang
kesatria lainnya. Itu tidak mengherankan. Kalau begini terus, tidak peduli berapa banyak
mereka menghancurkannya tidak ada gunanya.

Namun, Yue dan Hajime tetap tenang, pikiran mereka bekerja dengan geram saat
mereka memojokkan kesatria. Di sinilah perbedaan pengalaman bermain. Hambatan dari
kesulitan seperti itu biasa terjadi di jurang. Sebenarnya, karena mereka lebih kuat dari
sebelumnya, ini bukan apa-apa.

"...Hajime, kalau mereka golem, maka mereka memiliki inti." Seperti yang Yue
katakan, golem pasti memiliki inti tersembunyi di suatu tempat di dalam diri mereka yang
menjadi sumber kekuatan mereka. Sebagian besar inti diciptakan dengan kristal mana
yang dipanen dari monster. Itulah yang ditulis dalam buku harian Oscar tentang golem
pembersihannya. Yue berpikir bahwa jika mereka bisa menghancurkan inti itu, mereka
akan menghentikan golem. Tanpa diduga, Hajime mengerutkan kening dengan sedih.

"Tentang itu, kurasa mereka tidak punya."

"Kau yakin?"

"Yeah, aku memeriksa dengan Demon Eye-ku, tapi aku tidak bisa melihat apa pun.
Ada jejak samar mana dari seluruh tubuh golem, tapi..."

"La-Lalu, apa yang akan kita lakukan!? Kalau begini terus, akhirnya kita akan kalah!"
Shea benar-benar panik sekarang. Hajime mengabaikannya dan menggunakan Ore
Appraisal pada golem. Mungkin tidak perlu inti karena golem itu sendiri terbuat dari jenis
bijih khusus?

Tepat sasaran.

Batu roh: Batu yang mampu menyerap jumlah besar mana. Dua atau lebih batu roh
yang diisi dengan jenis yang sama yang melekat pada jenis bijih yang berbeda dapat
dikontrol dari jarak jauh.

Jadi itu berarti ada seseorang di luar sana yang mengendalikan golem batu roh ini?
Mereka tidak benar-benar beregenerasi, operator hanya menata ulang batu golem yang
rusak untuk memperbaikinya, mengambil ekstra dari ruangan jika tidak cukup. Itu lebih
rekonstruksi daripada regenerasi.

Setelah diperiksa lebih dekat, Hajime melihat bahwa bagian lantai terbuat dari
batu roh juga, dan benda itu telah dicungkil. Itu mungkin digunakan untuk melengkapi batu
yang hilang untuk golem. Kecuali mereka mengeluarkan operator, tidak akan ada habisnya
bagi mereka.
"Yue, Shea. Seseorang mengendalikan mereka. Tidak akan ada akhir bagi mereka
jika kita terus bertarung, jadi kita menghindar!"

"Baik."

"M-Menghindar? Roger!"

Sinyal Hajime, mereka berdua berbalik dan berlari ke altar. Hajime menembak
Donner dan Schlag secepat mungkin, membuka jalan di depannya, sambil melemparkan dua
granat ke belakang untuk mencegah pengejaran. Terdengar ledakan keras, dan gelombang
kejut mengirim deretan ksatria jatuh ke tanah.

Shea melompat ke dalam pembukaan yang telah diciptakan Hajime dan


mengayunkan Drucken, memotong segala sesuatu yang ada di jalannya. Golem melemparkan
perisai dan pedangnya ke arahnya, sambil mencari jendela singkat waktu Shea perlu
memulihkan pendiriannya, tapi Yue menggunakan Rupture untuk memotong semuanya.

Hajime mengangkat barisan belakang dan terus menembaki salah satu ksatria yang
terlalu dekat. Shea adalah orang pertama yang mencapai altar, dan dia mempersiapkan
dirinya untuk membantu Yue dan Hajime dengan cepat. Yue mengikuti beberapa detik
kemudian, melompati altar dan menuju pintu.

"Yue-san, apakah itu terbuka!?"

"Tidak... Disegel."

"Ah, aku tahu itu!"

Sekilas, jelas altar dan pintu itu penting. Masuk akal bagi mereka untuk disegel.
Itulah sebabnya mereka mencoba menyelesaikan golem terlebih dahulu, sehingga mereka
bisa meluangkan waktu untuk mencari tahu segelnya. Shea menggerutu kesal saat ia
menghancurkan ksatria yang berhasil menaiki tangga.

"Mari kita biarkan Yue menangani segelnya. Mungkin akan terlalu lama bagiku untuk
menerobosnya dengan Transmutation."

Hajime berjuang menuju ke tempat Shea berdiri. Mungkin mungkin bagi Hajime
untuk menerobos dengan Transmutation, tapi di dungeon ini akan dibutuhkan banyak sekali
mana. Dalam hal ini, memikirkan teka-teki altar dan kristal kuning itu mungkin rute yang
lebih cerdas. Karena itulah Hajime memutuskan untuk membiarkan Yue, yang saat ini paling
tidak beruntung dalam pertarungan, khawatir dengan segelnya.

"Baiklah... serahkan saja padaku." Yue langsung menjawab dan mengalihkan


perhatiannya ke kristal kuning itu. Itu tampak seperti dua piramida yang digabungkan di
markas itu, dan setelah diamati lebih dekat, Yue menyadari bahwa semuanya benar-benar
terbuat dari potongan tiga dimensi yang saling terkait.
Dia mengambil kristal itu di tangannya dan kembali ke pintu. Ada tiga bagian di
wajahnya. Setelah berpikir sejenak, dia mulai membongkar kristal itu. Dia berharap bisa
mengatur ulang potongan-potongan itu menjadi tiga kubus sehingga mereka bisa
menyesuaikan diri dengan bagian.

Sementara dia bekerja, dia memeriksa setiap bagian secara lebih rinci. Ketika dia
melihat dari dekat, dia melihat masing-masing telah tertulis begitu samar sehingga bisa
dengan mudah dilupakan. Yang ditulis adalah...

—Apakah kau mengatasinya? Baiklah, bisakah? Kalau kau tidak cepat-cepat selesai,
semua orang akan matiiii! Jangan khawatir kalau kau tidak bisa! Tidak apa-apa, kalian bukan
orang jenius sepertiku! Jadi santai saja! Bahkan orang bodoh pun bisa hidup... Yah, kurasa
tidak bisa, ya!? Kasihaaaaaaan! Pugyahaha!—

Ucapan menghina yang sama seperti biasanya. Bahkan Yue pun tidak bisa menahan
kesal. Dia sedikit mengerutkan kening, menolak dorongan untuk meninju pintu, dan terus
mengerjakan teka-teki itu.

Hajime dan Shea merasakan perubahan mood, tapi mereka memutuskan untuk tidak
mengatakan apa pun dan terus memukul-mukul pasukan golem yang tak henti-hentinya.

"Hajime-saaan. Tidak bisakah kau melenyapkan mereka dengan hal lain yang kau
gunakan sebelumnya?" Para ksatria mengerumuni tangga seperti kecoak, menyebalkan dan
sulit dibunuh. Lelah memukul mereka kembali, Shea memohon kepada Hajime untuk
menggunakan granatnya lagi.

"Bodoh. Bagaimana kalau itu memicu jebakan? Aku tidak bisa membuangnya begitu
saja. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi."

"Pasukan golem itu sudah menginjak-injak setiap inci tangga!"

"Ini Miledi Reisen yang sedang kita bicarakan. Apa maksudnya tidak ada semacam
saklar yang tidak bereaksi terhadap golem?"

"Ugh, yang menakutkan adalah kau mungkin benar..."

Mereka bercakap-cakap dengan sikap acuh tak acuh saat mereka melenyapkan
gelombang demi gelombang golem. Meskipun awalnya Shea panik, setelah melihat betapa
tenangnya Hajime dan Yue menangani situasi ini, dia akan mendapatkan ketenangannya
lagi.

"Kau tahu, sebenarnya aku sangat bahagia."

"Hah?"

Shea memukul golem lain dari tangga sebelum melanjutkan.


"Sudah sekian lama, semua yang kubisa hanyalah kabur. Tapi sekarang ini aku,
bertarung bahu membahu denganmu Hajime-san... Karena itulah aku bahagia."

"...Kau sungguh aneh, kau tahu itu?"

"Ehehe. Aku akan menggodamu begitu kita keluar dari sini!"

"Wah, lambatkan di sana. Jangan hanya memasang death flag tanpa alasan. Peran
heroine tragis tidak sesuai denganmu, jadi berhentilah."

"Di sinilah kau harus mengatakan 'Aku pasti tidak akan membiarkanmu mati,
Sayang!' Ayolah!"

"Sekarang menyimpang dari naskah terlalu banyak. Aku benar-benar sedikit takut
dengan betapa optimisnya kau baru-baru ini, tapi... Kurasa aku tidak bisa mengatakan apa
pun."

Mereka terus mengobrol tanpa berpikir selama beberapa menit. Orang bisa
mengatakan bahwa mereka bahkan menggoda. Tiba-tiba, bayangan gelap menjulang di
belakang mereka. Yue.

"Jangan menggoda."

"Kita tidak menggoda."

"Fufufu, seperti apa rupanya? Aww, kau membuatku tersipu malu."

"Diam, kau." Yue melotot marah pada Hajime dan Shea, yang terakhir mulai tumbuh
sedikit lelah. Tapi dia tahu ini bukan saatnya untuk hal ini, jadi dia malah sedikit
membusungkan dadanya dan melaporkan keberhasilannya.

"Ini terbuka."

"Wow, itu cepat. Kau luar biasa, Yue. Ayo, Shea, kita pergi!"

"Baik!"

Hajime melirik ke belakang dan melihat pintu itu sekarang terbuka. Sepertinya
tidak ada yang istimewa dari ruangan di luar sana. Apa pun itu, dia berbalik dan mulai
menuju pintu. Jika mereka bisa menutup pintu itu, mereka bisa menghentikan kemajuan
golem itu. Yue berlari lebih dulu, diikuti oleh Shea. Mereka berdiri di kedua sisi pintu
ganda, siap ditutup begitu Hajime berhasil melewatinya.

Hajime melemparkan beberapa granat pada golem sebagai hadiah perpisahan


sebelum berlari melewati pintu. Golem melonjak maju, bertekad menghentikan penyusup.
Namun, granat itu meledak sebelum mereka bisa melakukannya. Mereka yang tidak hancur
berantakan kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Dan pada saat itu, Yue dan Shea
mendorong pintu hingga tertutup.
Sama seperti yang dia periksa dengan Farsight tadi, ruangan itu benar-benar
kosong. Bahkan seandainya bukan kamar Miledi sendiri, Hajime setidaknya mengharapkan
petunjuk, jadi keseluruhan situasinya agak antiklimaks.

"Apakah ini salah satu triknya? Pintu mewah tua yang besar dan segel ini, tapi tidak
meletakkan apa pun di belakangnya?"

"Itu mungkin."

"Bodoh Miledi! Berapa lama kau akan terus mengolok-olok kita!?"

Karena ketiganya mendundukkan kepalanya karena kecewa, mereka tiba-tiba


mendengar suara yang mereka benci.

Clunk!

"Ap—!?" Ruangan itu tiba-tiba mulai bergetar. Tiba-tiba, Hajime bisa merasakan
kekuatan memukulnya dari samping.

"Ugh— Tunggu, apakah seluruh ruangan ini bergerak?"

"Sepertinya m—!?"

"Ugyaah!?"

Sama seperti dia mengatakan itu, mereka mendapati diri mereka diserang oleh
pasukan G dari atas. Pergeseran tak terduga membuat Yue menggigit lidahnya, dan dia
menahan mulutnya dengan air mata di matanya. Sementara itu, Shea tergeletak di tanah
seperti kodok terbalik.

Ruangan itu terus melaju dengan berbagai arah selama empat puluh detik sebelum
berhenti tiba-tiba, mengabaikan semua hukum inersia.

Hajime berhasil menggunakan sepatu berdurinya untuk menahan diri, dan bahkan
menahan diri dari benturan yang tiba-tiba berhenti, tapi Shea tidak begitu beruntung.
Ketika ruangan berhenti, dia membanting ke dinding terlebih dahulu. Semua berguling-
guling dari sebelumnya sudah buruk baginya, tapi ini adalah jerami terakhir. Dia
terhuyung-huyung berdiri seperti mabuk, pucat dan benar-benar letih. Dia akan keluar
dari pelaksanaaan selama beberapa menit. Yue berpegangan pada Hajime begitu dia
menyadari apa yang sedang terjadi, jadi dia baik-baik saja.

"Akhirnya berakhir... Yue, kau baik-baik saja?"

"Ya aku baik-baik saja."

Hajime membalikkan paku dan berdiri. Dia memeriksa sekelilingnya, tapi tidak ada
yang menonjol. Mengingat betapa mereka telah bergerak, kemungkinan jika dia membuka
pintu yang mereka masuki mereka akan berada di ruangan yang berbeda.
"H-Hajime-san, apa kau juga tidak akan mengatakan sesuatu padaku?" Shea
menutup mulutnya agar tidak muntah saat dia menatap Hajime. Dia tidak terlihat terlalu
senang karena diabaikan.

"Aku cukup yakin kalau aku mengatakan sesuatu yang akan kau sukai sehingga kau
benar-benar akan muntah... dan kita tidak perlu menambahkan kelinci muntah ke daftar
nama panggilanmu, bukan?"

"Itu mungkin benar, tapi seorang gadis masih ingin diperhatikan— Blaaaargh!"

"Begini, apa yang akan kukatakan. Dengar, istirahat saja."

"Ulp... Bleh..." Mengabaikan Shea, yang muntah-muntah, Hajime dan Yue melihat
sekeliling lagi. Masih belum ada yang baru, jadi mereka memutuskan untuk menuju pintu.

"Nah, apa yang akan dia lemparkan pada kami selanjutnya?"

"Orang yang mengendalikan golem?"

"Mungkin. Miledi seharusnya sudah lama mati... jadi siapa yang mengendalikan
benda-benda itu?"

"Tidak masalah apa yang muncul. Aku akan melindungimu, Hajime... Dan kau juga,
kurasa, Shea."

"Aku bisa mendengarmu, tahu? Blaargh..."

Hajime sedikit santai saat mendengar kepercayaan pada suara Yue. Dia mengusap
rambutnya dengan lembut. Dia memejamkan mata dengan gembira dan meringkuk
mendekati Hajime.

"Aku sudah lama ingin memberitahumu, tapi bisakah kalian berdua berhenti pergi
ke dunia kecilmu sendiri seperti ini? Aku mulai merasa benar-benar ditinggalkan dan
kesepian, t— Ulp..."

Shea menangkupkan mulutnya dengan cepat untuk mencegah makan siang apa pun
yang dimuntahkan.

"Aku sudah lama ingin memberitahukan hal ini padamu, tapi bisakah kau berhenti
melakukan hal yang kau lakukan, kadang-kadang sepertinya kau langsung keluar dari film
horor? Aku mulai merasa kedinginan di punggungku."

"B-Berani-beraninya kau. Aku hanya seorang gadis jatuh cinta yang ingin—
Ulp...Yang ingin dimanja seperti Yue-san. Jadi peluk aku dan manja aku! U-Urgh..."

"Tolong jangan katakan kalau sepertinya kau akan muntah... dan berhenti
menambahkan permintaanmu seperti itu."

"Kau seratus tahun terlalu dini untuk dipeluk oleh Hajime, Shea."
Shea entah bagaimana berhasil menarik dirinya ke Hajime, dan menatapnya dengan
tatapan memohon, tangannya masih menutupi mulutnya. Dia mengabaikannya dan kembali
ke pintu. Di belakangnya Shea akan pergi "Hei— Bweeeeh!" Tapi dia pura-pura tidak
mendengarnya.

Jadi apa yang ada di balik pintu misteri itu? Tempat persembunyian Miledi? Master
golem? Perangkap lagi? Sambil tersenyum tak kenal takut, ia membuka pintu. Di luar itu...

"Bukankah ruangan ini tampak akrab?"

"Sangat akrab. Terutama tablet batu itu."

Ada ruangan lain yang melewati pintu. Sebuah tablet batu di tengah dan lorong
yang menuju ke kiri adalah semua yang terlihat. Alasan yang terlihat begitu akrab adalah
karena—

"Ini terlihat seperti... ruangan tempat kita mulai?" Shea mengatakan apa yang
mereka semua pikirkan, tapi tidak ada yang mau mengatakannya. Namun, memang begitulah
terlihat seperti ruangan tempat mereka pertama kali masuk. Sebenarnya, itu tidak hanya
terlihat seperti itu, ruangan itu persis. Buktinya ada di huruf yang muncul di tablet.

—Hei, bagaimana rasanya? Semua kerja keras itu hanya akan berakhir di awal lagi.
Apa yang kalian rasakan saat pertama kali menyadarinya? Ayo, katakan padaku. Bagaimana
kalian bertahan? Baik?—

"......" Hajime dan yang lainnya terkejut sekali. Ungkapan mereka berdarah. Tak
satu pun dari mereka begitu ngotot saat membaca apa yang tertulis di tablet. Beberapa
detik kemudian, muncul lebih banyak kata-kata.

—Oh ya, aku hampir lupa. Labirin ini bermula setelah sejumlah waktu. Miledi-chan
ingin memastikan kalian tidak bosan dengan berlari melewati jalan yang sama berulang-
ulang. Apa kalian senang? Baik? Kau sebaiknya mengucapkan terima kasih! Dia melakukan
ini semua dari kebaikan hatinya! Seharusnya sudah selesai berubah sekarang, jadi apa pun
peta yang kalian buat tidak berguna. Jangan ragu untuk berterima kasih padaku! Kalian
tidak membuat apa pun, kan? Oh, apakah kalian kau orang malang yang bekerja keras untuk
memetakan semua yang kalian bisa? Yah, sayang sekali! Bugyayaya—
"Ha...hahaha."

"Fufufu."

"Fuhihihihi."

Mereka bertiga tertawa histeris. Teriakan "Milediiiiiiiiiiii!" Yang diikuti pasti


terdengar oleh semua makhluk di labirin. Teriakan-teriakan itu semakin membesar, saat
keluar dari lorong, mereka mendapati bahwa dia benar pada perkataannya. Seluruh tata
letak dungeon telah berubah.

Butuh beberapa waktu, tapi akhirnya mereka berhasil mendapatkan ketenangan


dan melanjutkan ekspedisi mereka. Wajar saja, segala sesuatunya tidak berjalan mulus.
Shea terutama terkena jebakan paling dasar seperti baskom logam yang terjatuh dari
langit, terkena oleh burung, disemprot dengan cairan putih lengket yang berbau
menjijikkan, dan banyak lagi. Akhirnya, dia menjadi kelinci yang sangat tangkas.
BAB 4

MILEDI REISEN
Di sudut istana Heiligh ada sebuah salon yang dibuka untuk penggunaan eksklusif
para murid yang dipanggil. Masing-masing juga ditugaskan sebagai butler mereka sendiri,
dan saat ini sepertinya mereka membutuhkan sesuatu di salon itu, butler mereka berada
di pihak mereka. Entah itu makanan yang mereka inginkan, atau minuman, mereka hanya
harus meminta dan pelayan mereka akan pergi dengan cepat.

Mereka memiliki pelayan pribadi mereka sendiri untuk mengurus mereka di kamar
mereka juga, tapi saat mereka sendirian, sebagian besar murid menghabiskan waktu luang
mereka nongkrong di salon.

Tentu saja, mereka tidak dipanggil ke sini untuk berkeliling. Mereka adalah
kekuatan utama manusia dalam pertempuran melawan musuh bebuyutan mereka, para iblis.

Jadi kenapa sebagian besar dari mereka menghabiskan hari-hari mereka


berkeliling di salon cuma hanya menghabiskan waktu? Yah, mudah saja, kebanyakan dari
mereka telah mengalami trauma. Mereka sudah berhadapan muka dengan kematian
beberapa bulan yang lalu. Turun di kedalaman Labirin Orcus Agung, di mana cahaya
matahari tidak pernah tercapai, mereka telah menatap monster yang akan membunuh
mereka tanpa ampun. Banyak dari mereka telah yakin mereka akan mati di sana, dan satu
anggota kelompok mereka benar-benar telah dikalahkan, lenyap ke dalam jurang yang
menganga di jurang tersebut.

—Sebuah petualangan fantasi dengan pedang dan sihir. Mereka memiliki gagasan
ringan seperti itu tentang apa tujuan mereka, tapi kenyataan pahit telah menghancurkan
harapan dan impian dengan lebih cepat. Di medan perang, orang-orang tewas. Sudah jelas
saat dinyatakan, tapi kejadian di labirin itu yang mengukir fakta ke dalam jiwa mereka.

Awalnya mereka berlatih mengasah skill mereka dengan senang hati,


meningkatkan talenta yang diberikan job mereka, dan menanti-nantikan untuk mengurangi
gelombang monster. Tapi sekarang, tidak ada sedikit pun sikap positif itu di mana pun.
Orang tewas saat mereka terbunuh. Ketika kenyataan itu disiramkan ke wajah mereka,
banyak murid telah kehilangan keberanian mereka. Bukan saja mereka tidak lagi
bertempur, mereka malah takut melangkah keluar dari ibukota.

Raja dan anggota majelis tinggi Gereja Suci secara alami mencoba meyakinkan
para murid untuk bertarung lagi, namun mereka tidak memaksakannya. Pada akhirnya, itu
semua hanya upaya persuasi. Tapi para murid, yang terbebani oleh ketakutan mereka,
hanya merasa terpojok mendengar kata-kata mereka. Mereka khawatir jika mereka tidak
mematuhi, mungkin mereka akan diusir dari kastil. Lalu, mereka tidak memiliki siapa pun
untuk melindungi mereka saat mereka dilempar ke dunia yang keras ini dimana orang-orang
mati dengan tetesan besar.
Pada saat itulah orang yang memiliki rare job dan tak ternilai harganya, satu-
satunya orang dewasa yang dipanggil, bu Hatayama Aiko kembali dari ekspedisinya untuk
memecahkan masalah makanan kerajaan.

Ketika dia mendengar tentang anak lelaki yang gagal kembali hidup, dia tampak
terguncang. Tapi ketika dia melihat betapa buruknya hal itu mempengaruhi para murid,
dia menyatukan dirinya dengan cepat. Dengan tekad yang baru, dia menuju raja dan
bangsawan lainnya untuk meyakinkan mereka agar berhenti mengganggu murid agar
kembali ke medan perang. Dia bahkan menggunakan dirinya sendiri dan rare job-nya
sebagai sebuah tawar-menawar.

Akibatnya, dia berhasil dan semua murid ditempatkan di bawah perlindungan Aiko.
Karena itulah mereka bisa menghabiskan hari-hari mereka dengan santai mengobrol di
salon.

"Hei, apa kau dengar? Party Amanogawa berhasil sampai ke lantai tujuh puluh."

"Serius? Bukannya mereka menginjakkan kaki di lantai enam puluh enam tempo
hari?"

"Kurasa begitu, bagus party pahlawan itu. Dia berada pada level yang sama sekali
berbeda dari rata-rata anak-anak seperti kita." Siswa yang mengatakan itu, Tamai
Atsushi, mengangkat bahunya, ekspresi aneh di wajahnya. Dia cemburu pada mereka. Dia
cemburu pada Kouki dan yang lainnya, yang terus menantang tidak diketahui bahkan
setelah pertarungan mereka yang dekat dengan maut. Pada saat yang sama, bagaimana
pun, dia merasa malu melihat betapa menyedihkannya dia, dan kenyataan bahwa dia
mengalihkan pandangannya dari kebenaran. Tapi setiap kali memikirkan kembali hari itu,
dia mulai gemetar ketakutan.

Bukan Atsushi saja, sebagian besar murid yang memilih tinggal di belakang merasa
sama. Yang mereka inginkan hanyalah pulang ke Jepang. Tapi untuk melakukan itu, mereka
perlu memenangkan perang melawan iblis, dan meminta dewa Gereja Suci, Ehit, untuk
mengirim mereka kembali. Tetap saja, mereka tidak bisa memaksakan diri untuk
bertempur. Takut, gelap seperti jurang yang mereka saksikan, memadamkan kehendak
mereka.

"Ya. Kau pasti sama menakjubkannya dengan Kaori-chan atau Shizuku-chan untuk
bersaing dengan pria itu."

"Aku tahu, kan? Shizuku sangat keren, bukan? Aku sungguh jatuh hati padanya."

"Ahaha, serius? Tapi kupikir kau menyukai Suzu, Yuri!"

"Tunggu, Suzu-chan seperti itu, sungguh!?"

"Yah, dia hanya pria tua sesat di dalam, jadi dia tidak masuk hitungan."
Seperti anak laki-laki, gadis-gadis juga bersikap ceria dan bercanda, tapi di dalam
mereka merasa cemburu dan bersalah karena tidak berada di sana demi teman mereka.
Mereka berbicara sebentar, bertukar kata-kata kosong dan hampa. Seolah-olah mereka
takut membiarkan keheningan menyelinap masuk.

Sementara pelayan yang dipajang di salon tidak pernah melihat langsung pada
salah satu murid, mereka masih mencuri tatapan sembunyi-sembunyi pada mereka. Bukan
saja mereka dipilih oleh Ehit, rekan mereka masih di luar sana bertarung. Namun, mereka
menyia-nyiakan waktu mereka untuk mengobrol tanpa tujuan di ruangan mewah ini. Namun,
pada saat bersamaan para pelayan melihat ketakutan yang hidup di hati para murid, dan
bersimpati dengan penderitaan mereka. Mereka terjebak di sini, tidak bisa pulang, dan
orang-orang di dunia inilah yang mendorong mereka melakukan tindakan semacam itu. Jadi,
mereka menatap tanpa ekspresi. Para bangsawan dan pendeta yang tahu situasinya juga
memiliki perasaan yang sama, karena mereka pernah melihat dilema murid secara langsung.
Wajar saja, bervariasi dari orang ke orang.

Para murid menyadari bagaimana orang di sekitar mereka memandang mereka


juga. Untuk menghindari hal itu, para murid kembali berpaling ke percakapan hampa dalam
usaha menjilat luka mereka sendiri.

Salah satu murid menggumamkan sesuatu.

"...Bahkan Shizuku-sama hanyalah gadis normal..." Hampir tidak ada bisikan, bukan
sesuatu yang ingin didengar orang lain. Tapi kebetulan memang ada ketenangan saat
percakapan, dan kata-kata bisikan itu sampai ke semua orang di salon.

Mereka semua berpaling untuk melihat orang yang bergumam. Nia, maid pribadi
Shizuku. Dia menyadari bahwa dia salah bicara dan menunduk dengan cepat untuk meminta
maaf, tapi—

"Apa? Ada masalah dengan kita?" Atsushi mengerutkan alisnya dan menggeram
ke arah Nia. Meski nadanya, dia tidak bisa menatap matanya. Dia tahu kemarahannya salah
arah.

"Tidak. Tidak sama sekali. Saya benar-benar minta maaf atas pilihan kata-kata
saya yang buruk." Nia membungkuk pada semua orang lagi. Tapi sikap jujurnya hanya
memperparah Atsushi lebih jauh lagi, jadi dia terus mengganggunya.

"Tidak ada yang memintamu untuk meminta maaf! Apa menurutmu kita semua
idiot!? Kau mencoba mengatakannya karena Yaegashi-san tidak berubah... karena dia masih
tetap melakukannya, kita semua menyedihkan karena memanggilnya berhenti di sini!?
Kenapa tidak langsung mengatakannya ke wajah kita, hah!?"

"H-Hei Atsushi... tenanglah."

"Apa hal baik yang akan dilakukan seorang maid?"


Teman-teman Atsushi, Aikawa Noboru dan Nimura Akito, mencoba
menenangkannya. Dia mengamuk seperti anak kecil.

"Diam! Aku hanya... Aku hanya... Sialan..."

"Atsushi..."

"Tamai-kun..."

Perasaan muram berputar di sekelilingnya, dan Atsushi mengeluarkan teriakan


frustrasi. Akito dan Aikawa membuang muka, tak mampu mengatakan apa pun. Beberapa
gadis membuka mulut mereka, berpikir untuk mengatakan sesuatu kepadanya. Bagaimana
pun, semua orang mengerti perasaan yang tidak dapat dia jelaskan yang membungkusnya
seperti jaring laba-laba yang tak terhindarkan.

Atsushi menundukkan kepalanya, dan Nia melangkah mendekatinya.

"Atsushi-sama, saya sangat menyesal telah menyinggung perasaan Anda. Tapi


saya tidak bermaksud menyiratkan bahwa salah satu dari kalian adalah pengecut. Silakan
coba percayalah..."

"Nia-san... Tidak, umm, akulah yang... Maaf..."

Dalam menghadapi ketulusannya, Atsushi hanya bisa berpaling canggung. Dia


meminta maaf juga, setelah sedikit tenang. Dia tidak hanya mengamuk, dia juga meminta
maaf. Tidak ada yang bisa memalukan lagi.

Nia tersenyum lembut, kemudian melanjutkan untuk menjelaskan makna


sebenarnya di balik kata-katanya.

"Izinkan saya untuk meminta maaf kepada Anda sekalian juga. Saya tidak
bermaksud menyebabkan kesalahan. Tapi sebagai maid Shizuku-sama, dan sebagai
temannya, inilah yang saya pikirkan. Bahwa dia juga pantas dilindungi, bergantung pada
orang lain, membiarkan dirinya dimanjakan, sama seperti gadis lainnya."

"...Tapi dia sangat kuat. Semua orang pergi padanya untuk meminta bantuan... Aku
tidak bisa membayangkan dia perlu bergantung pada orang lain."

"Ya..." Gadis yang berbicara itu adalah Miyazaki Nana. Ada senyum pahit di
wajahnya saat dia mengatakan itu. Temannya, Sugawara Taeko menyuarakan
kesepakatannya.

"Memang benar bahwa pada saat saya melayani Shizuku-sama, dia tidak pernah
menunjukkan kelemahan seperti itu di hadapan saya. Tapi, saya tidak percaya orang yang
sempurna seperti itu ada. Shizuku-sama juga hanyalah seorang gadis remaja yang baru
beberapa bulan silam. Dia mungkin masih terlihat kuat untuk saat ini, tapi... Saya yakin
tidak bisa beristirahat bahkan saat dia kembali ke istana, dan membuat semua orang di
sekelilingnya mengatakan hal-hal seperti 'Sudah jelas bahwa Shizuku-sama dapat
melakukan hal seperti itu' pasti menjadi beban besar baginya."

"Nia-san..."

Sudah jelas Nia menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan Shizuku, jadi
kata-katanya mengguncang para murid.

Sebenarnya Nia dari keluarga ksatria. Dari usia muda, dia belajar pedang dari
ayah dan kakaknya. Dia pasti merasakan hubungan kekerabatan dengan Shizuku, yang
telah lahir dan dibesarkan dalam situasi yang sama. Awalnya, dia gugup melayani seseorang
yang oleh para pendeta dipanggil utusan Ehit, tapi akhirnya dia menemui Shizuku sebagai
teman. Dia khawatir dengan temannya, yang menantang lantai dengan berani yang belum
dipetakan. Itulah mengapa hal itu mengganggunya saat semua orang memperlakukan
Shizuku seperti semacam makhluk istimewa. Dia khawatir ekspektasi berlebihan mereka
akan menjatuhkannya.

Salah satu gadis yang sejauh ini diam di pojok salon membuka mulutnya.

"Semuanya... masih sama, huh?"

"Yuka? Ada apa? Apa kau baik-baik saja?"

"W-Wow, aku belum pernah mendengar Yukacchi bicara sejauh ini... kau baik-baik
saja?"

Nana dan Taeko memandang dengan heran dan khawatir pada teman mereka,
Sonobe Yuka. Reaksi mereka membenarkan. Sejak pertempuran mereka yang dekat
dengan maut, jiwa Yuka tampak keluar tubuhnya. Dia benar-benar tak bernyawa. Awalnya,
dia adalah seorang gadis yang sangat bersemangat, orang yang menonjol di kelasnya,
karena suatu hal. Tapi setelah melakukan perjalanan ke labirin itu, dia hampir tidak pernah
berbicara, dan jika teman-temannya menyeretnya keluar, dia akan menghabiskan
sepanjang hari hanya duduk di kamarnya, menatap kosong ke luar jendela. Dia adalah orang
yang paling trauma dengan pengalaman itu, jadi wajar saja semua orang terkejut
mendengarnya bicara tanpa ditanyai.

Meski begitu, dia mengabaikan kedua temannya dan terus berbicara, mata kosong
menatap pada kejauhan.

"Betul. Bukan hanya Shizuku. Kaori-chan dan Sakagami-kun dan Nagayama-kun


dan Hiyama-kun, dan bahkan Amanogawa-kun... tidak berubah. Paling tidak, dia normal...
Tidak, dia bahkan lebih lemah dari biasanya. Tapi... lebih dari siapa pun... tapi, aku...
meskipun kita semua... kalau aku..."

Kata-katanya tidak masuk akal. Dia tidak lagi mencoba menyampaikan pesan, tapi
membiarkan mulutnya berbicara apa pun yang ada di dalam benaknya. Sesuatu mulai
mengaduk-aduk hati Yuka.
Kedua temannya menatapnya dengan cemas, tapi saat dia terus menyemburkan
omong kosong, mata kosong Yuka mulai bersinar sedikit lagi. Taeko dan Nana saling
pandang. Para murid lainnya saling bertukar pandang dengan bingung.

"Nia-san, kapan Ai-chan-sensei pergi lagi?"

"Aiko-sama? Saya yakin dia dijadwalkan berangkat besok pagi. Mereka menuju ke
kota danau Ur, jadi dia tidak akan kembali setidaknya dua sampai tiga minggu."

"Wah, besok, ya...? Tidak, sebenarnya, itu bagus. Itu hanya akan bertambah buruk
kalau kita menunggu terlalu lama."

Yuka tersenyum masam padanya dan berdiri dengan penuh semangat. Rahang
Taeko dan Nana ternganga saat melihat itu. Teman mereka belum pernah begitu
bersemangat sebelumnya. Nana membuka mulutnya dengan malu-malu.

"U-Umm, Yukacchi? Adaa apa? Aku tidak tahu apa yang kau katakan."

"Aku baik-baik saja. Aku tidak tahan lagi duduk terus. Teman-teman, aku akan
bergabung dengan Ai-chan dalam ekspedisinya besok."

Para murid sisanya tampak heran. Kejutan mereka sudah diharapkan. Yuka
terpukul oleh pengalaman itu. Semua yang dia lakukan sejak kembali dari labirin adalah
menatap kosong, kadang-kadang gemetar ketakutan... Tapi sekarang dia tiba-tiba pulih
dalam rentang beberapa detik.

"T-Tunggu, Sonobe. Serius, apa yang terjadi? Kau tidak bersikap normal. Tenang."
Setelah akhirnya kembali sadar, Atsushi mencoba membujuknya untuk memahaminya.
Tapi...

"Aku tenang, Tamai-kun. Dan ini tidak mendadak. Aku sudah lama berpikir bahwa
aku tidak bisa terus hidup seperti ini. Sejak dia tewas, aku sudah ketakutan dan bingung...
tapi aku perlu melakukan sesuatu. Apa kalian semua tidak memikirkan hal yang sama, jauh
di lubuk hati kalian?"

"......" Atsushi menahan napas. Lalu dia menutup mulutnya, seperti yang dia pikir
lebih baik dari apa yang akan dia katakan. Murid-murid lain berpaling dengan canggung.

Yuka tidak mengatakan apa-apa. Sebagai gantinya, dia hanya mengangkat bahunya
dan menuju pintu salon. Dia memahami perasaan mereka dengan sangat baik.

"T-Tunggu, Sonobe! Kau benar-benar akan pergi!? Kau mungkin mati, tahu!? Ini
bukan manga atau film! Tidak akan ada tindakan dewa yang baik untuk menyelamatkan
hidupmu! Itu sebabnya... Itu sebabnya dia mati! Meski dia lemah, dia tetap mencoba
bertindak seperti pahlawan, dan kemudian dia tewas begitu saja! Aku tidak ingin berakhir
seperti pecundang itu... Sonobe, jangan bodoh." Meskipun dia mulai berteriak, suaranya
berangsur-angsur berhenti, sampai akhirnya dia menundukkan kepalanya dengan sedih.
Yuka bahkan tidak berbalik.
"Tapi lelaki lemah dan tak berguna itu menyelamatkan nyawaku. Tidak, dia
menyelamatkan seluruh hidup kita."

"Tapi—"

"Aku tidak memintamu ikut denganku, Tamai-kun. Aku hanya tidak ingin
membiarkan kematiannya sia-sia. Itu saja. Tentu, kalau kau ingin ikut denganku, aku akan
senang memilikimu." Dia akhirnya melihat kembali saat itu juga. Dia tampak gugup, tapi dia
masih tersenyum tegas pada yang lain. Atsushi hanya bisa mengibaskan mulutnya seperti
ikan sekarat sebelum jatuh ke kursinya. Yuka meninggalkan ruangan.

Taeko dan Nana masih kaget, tapi mereka meninggalkan murid putus asa lainnya
dan dengan terburu-buru mengikuti Yuka. Ketika mereka akhirnya berhasil menyusulnya
di lorong, mereka tidak bisa menyembunyikan kebingungan mereka.

"Hei, Yuka. Apa kau sungguh akan pergi dengan Ai-chan-sensei? Dia benar, kau
mungkin akan mati."

"Aku tahu. Tetap saja, aku tidak bisa hanya duduk saja. Aku tidak punya
keberanian untuk mengikuti Amanogawa-kun dan yang lainnya, tapi setidaknya aku bisa
menjadi penjaga Ai-chan." Saat mereka melihat keteguhan di matanya, Nana dan Taeko
saling melirik. Dengan singkat, Nana membuka mulutnya.

"Yukacchi... apakah kau, umm, mungkin suka Nagumo..."

"Jangan konyol. Tidak mungkin aku melakukan ini karena alasan yang sederhana."

"Sungguh?"

"Jelas. Selain itu, setelah melihat latihan mengerikan yang dilakukan Kaori-chan
karena dia masih percaya bahwa dia hidup, kau harus lebih berani daripada pahlawan untuk
mencoba dan membawa dia darinya. Jika aku memiliki keberanian seperti itu, aku tidak
akan tinggal."

"Baiklah, kurasa..." Sonobe Yuka tidak lain adalah gadis yang telah diselamatkan
Nagumo Hajime dari Traum Soldier di Labirin Orcus Agung. Itulah sebabnya Nana sampai
pada kesimpulan itu, tapi satu ekspresi wajah Yuka mengatakan kepadanya bahwa dia jelas
tidak memikirkan Hajime dalam arti romantis apa pun. Meskipun, dia memang tampak
memiliki perasaan rumit lainnya mengenai dirinya.Bahkan Nana, yang biasanya penuh rasa
ingin tahu, terdiam.

Tidak ada kebohongan apa yang Yuka katakan. Dia benar-benar tidak ingin
pengorbanannya sia-sia belaka. Dia tidak menginginkan kehidupan yang dia risiko untuk
diselamatkan di sebuah kastil. Ketika dia mengatakan semua orang masih sama, itu
termasuk Hajime juga. Dia telah menyelamatkannya meski orangnya sama lemahnya
seperti sebelumnya, dan dia merasa akan mengkhianati ingatannya untuk hanya duduk-
duduk dan berkubang dalam kesengsaraan sementara yang lain terus bertarung.
Teman-temannya menyadari hal ini, dan setelah bertukar pandangan canggung,
mengangguk satu sama lain. Lalu mereka berdua memberitahu Yuka bahwa mereka akan
pergi bersamanya.

"Kalian yakin? Kalian tidak perlu memaksakan diri, tahu?"

"Sama sebagaimana kau tidak ingin membiarkan kehidupan yang dia selamatkan
itu sia-sia, aku juga tidak ingin membiarkan kehidupan yang kau simpan juga sia sia. Aku
ikut denganmu, Yukacchi."

"Sama. Tidak mungkin aku membiarkanmu keluar sendiri, Yuka. Kau juga
menyelamatkan hidupku, ingat?"

Setelah Hajime menyelamatkan nyawanya, Yuka telah menggabungkan diri dan


mengumpulkan beberapa murid lainnya. Taeko dan Nana telah menjadi bagian dari
kelompok itu. Keduanya tahu bahwa berkat dia bahwa mereka bisa bertahan cukup lama
untuk melarikan diri. Jadi, mereka memutuskan apakah Yuka akan bangkit kembali, mereka
pasti akan mengikutinya.

"Begitu. Baiklah, kurasa kita akan melindungi Ai-chan dari monster dan ksatria
yang benar-benar keren yang dikirim oleh Gereja Suci untuk mengawal dia." Dia berharap
kedua temannya bisa bergabung dengannya, jadi dia tersenyum lebar saat mereka
menawarkannya. Nana dan Taeko memberi semangat "Yeah!" Sebagai tanggapan

Bayangan ketakutan menghilang dari tiga mata gadis yang tersenyum, malah
tergantikan dengan bayangan harapan yang samar.

Kabut berputar-putar di dasar kastil pada awal keberangkatan mereka. Matahari


baru saja mulai menusuk kepalanya di atas cakrawala, dan udara pagi yang bersih membuat
semua orang terjaga dan waspada. Meski cuaca cerah, salah satu pelancong memiliki
ekspresi muram di wajahnya. Hatayama Aiko. Pemimpin ekspedisi.

"Anak-anak... Apa kalian yakin ingin melakukan ini? Aku sudah memiliki ksatria
Gereja Suci untuk melindungiku."

"Kami tidak akan tinggal, Ai-chan-sensei. Dan selain itu, ksatria itu lebih
berbahaya daripada membantu. Sudah jelas mereka adalah agen yang dikirim untuk
mencoba merayumu dalam faksi mereka."

"Benar, Ai-chan-sensei. Jangan jatuh hati pada pesona mereka hanya karena
mereka semua keren, oke?"

"Meskipun kalian memintaku, sepertinya rencana mereka menjadi bumerang. Tapi


tetap saja, kau adalah Ai-chan-sensei kami, jadi kami hanya ingin ekstra hati-hati."
Aiko mengangkat bahu dengan tak berdaya pada desakan mereka. Dia sudah
mencoba untuk mencegah mereka saat mereka berbicara dengannya semalam tentang
bergabung dengan ekspedisinya, tapi tidak peduli betapa dia mengesankan bahaya
perjalanan, mereka tidak pernah goyah. Dengan demikian, dia tidak tahu apa-apa yang dia
katakan sekarang akan mengubah pikiran mereka.

Selanjutnya, Yuka mengklaim bahwa Gereja Suci mencoba merayunya ke


perkemahan mereka lebih dari sekadar tuduhan yang tidak berdasar. Pada setiap
perjalanan yang telah dilakukan Aiko, mereka gagal, mengumpulkan tim ksatria tampan
untuk menemaninya. Dan tanpa gagal, masing-masing dan setiap orang mencoba
menggerakinya. Semua untuk mengendalikan satu orang di dunia dengan kemampuan untuk
benar-benar merevolusi pertanian. Tapi seperti yang Taeko katakan, semua ksatria malah
menjadi pengikut setianya. Pesona yang sama yang membuat semua muridnya mencintainya
telah menggulingkan tentara keren juga. Aiko sendiri sama bodohnya dengan tokoh
protagonis kencan, jadi dia belum menyadari kabar gembira itu.

Dia senang murid-muridnya mengkhawatirkannya, dan mereka sudah cukup pulih


untuk mencoba lagi, tapi pada saat bersamaan, dia khawatir akan bahaya yang akan mereka
hadapi di jalan. Karena tidak mampu mengatasi perasaan yang saling bertentangan di dalam
dirinya, dia hanya memeluk kepalanya. Beberapa detik kemudian, dia bisa mendengar
keributan besar yang datang dari seberang halaman.

Aiko dan gadis-gadis itu berbalik dan melihat para ksatria membawa kereta
mereka. Namun, ada sekelompok orang yang tak terduga berhadapan dengan mereka, jadi
mereka tampaknya berada di tengah perdebatan sengit. Mata Aiko tampak terkejut,
sementara Yuka dan yang lainnya tampak tercengang.

"T-Tamai-kun? Aikawa-kun dan Nimura-kun, kalian juga di sini? Kenapa kalian


semua..."

"Oh, Ai-chan-sensei. Bagaimana kabarmu? Kita juga ikut."

Atsushi dan yang lainnya menyapa Aiko dengan santai, perputaran lengkap dari
tatapan tegas mereka telah mengirim para ksatria beberapa saat yang lalu. Aiko membuka
mulut untuk membantah, tapi Yuka memotongnya sebelum dia bisa.

"Kalian mau datang? Itu mengejutkan."

"Diam... Kau bukanlah satu-satunya. Kita juga menginginkan kesempatan untuk


berhenti menjadi pecundang. Meski kupikir orang-orang lainnya masih terlalu takut."

"Begitu. Selamat datang di kendaraan. Ayo lakukan apa yang kita bisa dengan apa
yang kita punya." Yuka mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Meskipun ekspresi
gugup mereka, para anak lelaki masih bersorak gembira.

Seorang murid terakhir muncul untuk bergabung beberapa menit kemudian.


Setelah beberapa pertengkaran dengan para ksatria, ekspedisi reformasi pertanian Aiko
akhirnya terbentuk. Semua orang terbakar dengan tekad untuk berdiri di atas kedua kaki
mereka sendiri sekali lagi.

"Aku tidak percaya aku membiarkan hal itu terjadi lagi... Aku bahkan tidak bisa
menahan mereka satu pun... Aku adalah seorang guru yang buruk... Waaa...!" Aiko menangis
sendirian di sudut kereta. Para ksatria semua merasa tergerak oleh penderitaannya dan
mencoba menawarkan bantuan, atau kata-kata belasungkawa. Namun, Yuka dan gadis-gadis
lain menggeram dengan marah pada mereka untuk menahan mereka. Tidak ada yang
memperhatikan bahwa pertengkaran mereka yang terus-menerus memberi Aiko, orang
yang seharusnya mereka lindungi, sakit kepala. Dan sepertinya perjalanan mereka akan
terus berlanjut sepanjang jalur itu selama beberapa lama...

Di ruangan tertentu yang jauh di bawah tanah, tiga orang meringkuk bersama di
dekat dinding yang bercahaya dengan cahaya biru samar. Hajime, Yue, dan Shea.

Mereka duduk dengan punggung menghadapinya, Hajime di tengah, Yue di sebelah


kanannya, dan Shea di sebelah kirinya. Ruangan itu sunyi, tapi jika seseorang
mendengarkan dengan seksama mereka akan mendengar suara bernapas pelan. Yue dan
Shea tengah tidur. Masing-masing lengan mereka melingkari salah satunya, menggunakan
bahunya sebagai bantal.

Seminggu telah berlalu sejak mereka memasuki Labirin Reisen yang berkelok-
kelok. Serangan jebakan yang tidak pernah berakhir dan penghinaan yang mengganggu
telah melelahkan secara mental daripada fisik. Mereka dikirim kembali ke tempat semula
tujuh kali, memicu perangkap mematikan empat puluh delapan kali, dan mengalami luka-
luka kecil seperti terjebak dalam pulut, ditutupi dengan cairan putih bau, dan dipukul di
kepala oleh bak yang jatuh seratus enam puluh sembilan kali.

Awalnya mereka sangat marah dengan Miledi Reisen, tapi sekitar hari keempat,
terus-menerus marah menjadi terlalu melelahkan, jadi mereka hanya menjadi acuh tak
acuh.

Statistik mereka yang luar biasa membuat mereka sekarat, dan mereka membawa
banyak makanan, tapi itu adalah satu-satunya lapisan perak di labirin yang terkutuk itu.
Mereka tidur sebentar-sebentar, seperti sekarang, saat mereka terus mengeksplorasi.
Setelah seminggu mencari, mereka menyadari ada pola bagaimana labirin itu diatur ulang.
Dengan menggunakan Tracking skill-nya, Hajime telah mampu mengetahui di mana setiap
blok dipindahkan.

Mereka akhirnya membuat kemajuan. Dengan senang hati, Hajime menunduk


menatap kedua gadis yang tidur di bahunya.

"Aku tidak percaya kalian tidur dengan damainya... Kita berada di tengah salah
satu Tujuh Labirin Agung, tahu?" Dia berbisik pelan sambil tersenyum di wajahnya.
Gilirannya untuk mengawasi. Entah bagaimana ia berhasil melepaskan salah satu lengannya
dan mulai mengusap rambut Yue dengan lembut. Bibirnya melengkung samar. Hajime juga
tersenyum saat menatapnya tajam.

Di bahunya yang lain, Shea membuka mulut dan meneteskan air liur di balik
kemejanya. Wajah tidur nyenyak seperti itu sama sekali tidak sesuai dengan lingkungan
labirin yang keras ini. Hajime tiba-tiba teringat bahwa dia selalu ingin kepalanya ditepuk
juga, jadi ia meletakkan tangannya di atas rambut biru pucatnya dengan lembut.

Dia juga mengusap jemarinya di telinga kelinci yang berbulu halus. Ekspresinya
yang biasanya santai melonggar lebih jauh lagi. Dia sungguh sanggat merasa lega. Mungkin
dia merasa aman karena tahu Hajime sedang berjaga-jaga. Atau mungkin dia cukup senang
tidur di sampingnya. Dia mengubah mulutnya menjadi ekspresi masam saat dia mengusap
rambutnya yang pucat.

"Astaga, apa yang kau lihat dari pria sepertiku sampai kau bersedia mengikutiku
jauh-jauh kemari?" Dia menunduk menatapnya dengan kelembutan yang mengejutkan saat
dia mengatakan itu. Sementara dia ragu dia bisa jatuh cinta padanya seperti yang
diinginkan Shea, dia masih tercengang dengan sikapnya yang terlalu positif dan sikap keras
kepalanya yang membuatnya tetap berjalan bahkan saat wajahnya berantakan. Itulah
sebabnya dia tumbuh sedikit lebih ramah terhadapnya.

Dan pada saat itu, Shea memutuskan untuk menggumamkan sesuatu dalam
tidurnya.

"Mmm... Oh Hajime-san, kau sangat berani. Melakukan ini di luar dimana


semuanya... menonton."

"......" Cahaya semacam itu tiba-tiba lenyap dari matanya. Dia berhenti membelai
rambutnya dan malah mencubit hidungnya, sementara juga menutupi mulutnya.
Ekspresinya yang damai dengan cepat berubah menjadi ketidaknyamanan yang ekstrem.

"Mmm... Mm? Mmmm!? Mmmmmmm!!! Pwah! Haah... Haah... U-Untuk apa itu? Aku
tahu aku sudah menyuruhmu menyerangku dalam tidurku, tapi aku tidak bermaksud
seperti itu!" Hajime hanya menatapnya dengan dingin saat dia menarik napas dalam-dalam.

"Dan? Apa yang orang mesum lakukan saat kau membawaku dalam mimpimu? Apa
yang kulakukan denganmu di luar, hmm?"

"Huh...? Tunggu, itu mimpi!? Tidaaaaaak...! Akhirnya aku bisa melihatmu baik
sekali, Hajime-san. Dan kemudian, karena kau tidak dapat mengendalikan emosimu yang
terbakar, kau mengatakan semua hal yang memalukan ini padaku dan membawaku di sia—
Bweh!?"

Karena tidak dapat mendengarkan lebih lama lagi, Hajime menguatkan jemarinya
dan menjentikkannya di dahi. Kekuatan pukulan membuat Shea menabrak kepalanya ke
dinding di belakangnya, dan dia membungkuk kesakitan. Pada akhirnya, dia masih kelinci
tak berguna yang sama.
Dengan hati-hati mengusap bagian belakang kepalanya, Shea menggumamkan
keluhannya.

"Rasanya aku mengalami mimpi yang sangat indah ini... tapi aku tidak bisa
mengingatnya sekarang." Dia pasti tidak sadar melihat Hajime membelai rambutnya saat
dia tidur. Tapi jika dia memberitahunya, dia akan terbawa suasana lagi, maka dia diam
saja. Karena Shea sudah terbangun, meski agak tegas, Hajime juga memutuskan untuk
membangunkan Yue juga.

"Mmm... Hwah?" Yue membuka matanya dengan perlahan saat Hajime


mengguncangnya dengan lembut. Dia mendongak menatapnya dan mengusap kepalanya ke
bahunya beberapa saat lebih lama sebelum bangkit dan meluruskan bajunya.

"Duh, Yue-san terlihat sangat imut... Begitulah seharusnya seorang gadis bangun!
Dibanding dia, aku cuma..." Yue menatap tajam kepada Shea, tapi kemudian sampai pada
kesimpulan bahwa "begitulah biasanya dia" dan memutuskan untuk tidak mengatakan apa
pun.

"Ayolah, kau selalu tahu ada celah besar di antara kalian berdua. Sekarang
bangunlah, kita harus lebih banyak mengeksplorasi."

"Apakah aku saja, ataukah kau lebih jahat dari sebelumnya?"

"Huh...? Hajime selalu baik."

"...Hiks... Padamu saja, Yue-san. Hmph."

Setelah sedikit cemberut, akhirnya Shea berdiri. Yue dan Hajime sudah siap
berangkat. Berdoa mereka tidak akan dikirim kembali ke awal lagi, ketiganya melanjutkan
pencarian mereka.

Mereka telah menghabiskan banyak waktu di labirin sehingga mereka mencapai


semacam pencerahan. Perangkap yang menyebalkan dan pesan yang menghina telah lama
tidak mempengaruhi mereka.

Dan hari ini, akhirnya mereka menemukan diri mereka berada di sebuah ruangan
yang belum pernah mereka lihat sejak pertama kali mereka menjelajahi seminggu
sebelumnya. Itu adalah ruang golem yang telah membawa mereka kembali ke awal untuk
pertama kalinya. Namun, kali ini pintu yang tertutup rapat sudah terbuka, dan alih-alih
sebuah ruangan, pintu itu menuju ke sebuah lorong.

"Di sini lagi... Akan sangat menyebalkan kalau kita membiarkan mereka
mengelilingi kita. Pintu sudah terbuka, jadi mari kita kabur!" Hajime menggonggong
perintahnya.

"Ya!" Yue cepat setuju, jelas mendukung pilihan itu.

"Baiklah!"
Mereka berlari maju sebagai kesatuan. Seperti sebelumnya, golem mulai bergerak
begitu mereka mencapai titik tengah. Tapi kali ini, Hajime menembak di depannya sebelum
mereka bahkan berhasil menyelesaikannya.

Mereka melesat naik, dan berada di altar sebelum golem memiliki kesempatan
untuk mengejar mereka. Golem mengejar mereka secepat mungkin, tapi mereka tidak
berhasil sebelum Hajime dan yang lainnya menyelinap melalui pintu. Tentu mereka sudah
jelas, Hajime tersenyum penuh kemenangan.

Tapi senyuman itu diseka wajahnya beberapa saat kemudian. Karena para golem
tidak berhenti di pintu. Mereka masih mengejar mereka. Dan lebih buruk—

"Ap—!? Mereka bisa berlari di langit-langit!?" Teriak Hajime, jelas terkejut.

"...Itu baru."

"Gravitasi, tolong mulai lakukan pekerjaanmu!"

Memang, golem melintas di dinding dan langit-langit saat mereka mengejar trio
tersebut. Penglihatan itu dibuat lebih nyata lagi karena betapa beratnya armor mereka
berpotongan saat mereka melakukannya. Bahkan setelah semua yang mereka lihat, Hajime
dan yang lainnya tidak menduga hal itu. Hajime merapalkan Ore Appraisal di dinding dan
lantai saat dia melesat, tapi semuanya terbuat dari bahan yang sudah dia periksa. Tidak
ada apa-apa tentang lorong menyarankan itu terbuat dari batu gravitasi yang terbalik,
atau memiliki kekuatan hisap.

"Bagaimana mereka melakukan itu?" Hajime bergumam pada dirinya sendiri.


Ketika dia melirik sekilas ke belakang, dia melihat sesuatu yang lebih mengejutkan lagi.
Golem memimpin melompat dari langit-langit, terbang seperti meriam menuju Hajime.

"Ap—!? Sialan!" Setelah pulih dari keterkejutannya, Hajime mengeluarkan Donner


dan melepaskan tembakan peluru ke sana. Hujan peluru menghancurkan helm golem dan
sebagian besar bahunya. Kepala dan badannya terjatuh, dan melepaskan pedang dan
perisainya. Tapi bukannya jatuh ke tanah, senjatanya dan bagian-bagian tubuhnya tetap
terbang menuju mereka.

"Menghindar!"

"Baik."

"Waah!"

Hajime dan yang lainnya menunduk dan berkelok-kelok menembus kepala golem,
batang tubuh, pedang, dan perisai. Bagian golem yang berbeda terus terbang melewatinya
dan menabrak dinding, langit-langit, dan lantai di depan mereka, lalu terus bergulir maju
setelah itu.

"Tunggu, entah aku sedang melihat sesuatu, atau mereka hanya..."


"Yeah... sepertinya mereka 'jatuh' ke depan."

"Baik gravitasi, sepertinya kau hanya berencana bekerja kadang-kadang."

Yue dan Shea sama-sama melemparkan tipuan mereka pada kata-kata Hajime.
Tampaknya golem ini juga memiliki kekuatan untuk memanipulasi gravitasi. Tapi kenapa
tidak repot-repot menggunakannya lagi? Kecuali itu sesuatu yang hanya bisa mereka
lakukan di lorong ini, mungkin?

Pikiran Hajime terputus saat sisa golem mulai "jatuh" ke depan menuju mereka.
Salah satu dari mereka memutar pedangnya seperti kincir angin saat jatuh. Hajime dan
Yue menggunakan tembakan dan mantra Rupture masing-masing untuk menembak jatuh
golem dari kejauhan, sementara Shea mengomel apa pun saat mereka meleset. Mereka
terus berlari, dan tak lama kemudian Hajime merasakan kehadiran di depan mereka.

"Hmm... Hajime."

"Ya aku tahu. Kita tahu mereka bisa beregenerasi, jadi aku mengharapkan hal ini."

"Me-Mereka sudah mengelilingi kita."

Golem yang telah jatuh melewati mereka telah selesai membangun kembali diri
mereka sendiri. Seluruh barisan mereka menunggu ketiganya. Dengan perisai mereka
keluar, mereka membuat dinding yang tangguh, dan ada barisan kedua di belakang mereka
yang mendukung yang pertama. Mereka sudah menyadari Hajime dan yang lainnya bisa
berkuasa melalui satu baris.

"Cih, menjengkelkan sekali." Hajime mendecak lidahnya dan menyarungkan Donner


dan Schlag. Dari Treasure Trove-nya, dia mengeluarkan senjata lain.

Orkan, peluncur rudal dua belas milimeter persegi. Masing-masing rudal yang
ditembak panjangnya tiga puluh sentimeter, dan menambah daya ledak lebih banyak
daripada granat tangannya. Dengan ciptaannya, dia telah mengisi Lightning Field langsung
ke dalam bijih yang terdiri dari rudal. Dengan begitu, mereka terus-menerus terkena
listrik statis, dan listrik itu menyulut bahan peledak di hulu ledak karena benturan. Hajime
tersenyum licik saat ia membidik Orkan.

"Yue, Shea! Tutupi telinga kalian! Aku menyingkirkan mereka dari jalan!"

"Baik."

"Tunggu, apa itu!?" Mata Shea melebar karena terkejut. Ini dia pertama kali
melihat Orkan. Yue menempelkan jarinya di telinganya. Telinga kelinci Shea masih berdiri
tegak, tapi Hajime tidak punya waktu lagi, jadi dia menarik pelatuknya. Rudal diluncurkan
dengan suara menyayat, meninggalkan jejak percikan api di belakang mereka. Masing-
masing dari mereka menemukan tanda mereka.
Ada ledakan besar saat mereka menyerang. Seluruh bagian itu terguncang dari
kekuatan gelombang kejut. Para ksatria golem diledakkan ke kedua sisi, diledakkan tanpa
dikenali saat mereka membanting ke dinding. Perlu beberapa saat untuk meregenerasi dari
kerusakan seperti itu.

Hajime dan yang lainnya melesat melewati reruntuhan.

"Telinga kelinciku! Telinga kelinciku sudah—" Telinga Shea terbaring rata di


kepalanya, dengan kedua tangan menutupi mereka. Ada air mata di matanya, tapi dia tetap
berpacu dengan yang lain. Manusia kelinci memiliki pendengaran terbaik dari semua
manusia binatang.

"Karena itulah aku menyuruhmu menutup telingamu."

"Huh? Apa katamu? Aku tidak bisa mendengar apa pun!"

"Kau benar-benar kelinci tak berguna..."

Mereka berdua tampak jengkel, tapi Shea terlalu sibuk mengkhawatirkan


telinganya untuk diperhatikan. Setelah lima menit menghabisi golem ke arah mereka,
mereka melihat ujung lorong. Ini membuka ke sebuah ruangan besar. Ruangan itu tidak
memiliki lantai, dan ada sebuah panggung persegi yang berdiri sepuluh meter dari tempat
lorong berhenti.

"Yue, Shea, lompat!"

Mereka berdua mengangguk singkat. Dari belakang, golem masih menembaki


mereka. Mereka terus saja menghindar atau mencegatnya sampai mereka melompat.
Dengan penguatan tubuh mereka, ketiganya bisa melompat lebih jauh daripada atlet
olimpiade mana pun. Sebuah lompatan yang dengan mudah memecahkan rekor dunia di
dunia Hajime dengan mudah melewati celah dan langsung menuju platform persegi.

Meski begitu, kejutan tak terduga adalah keistimewaan dungeon ini, jadi saat
mereka masih berada di tengah lompatan mereka, platform mulai bergerak.

"Apa!?" Hajime telah kehilangan hitungan berapa kali dia meneriakinya di sini.
Kalau begini, mereka hanya akan jatuh. Dan sekilas di bawah menunjukkan bahwa lubang
itu cukup dalam. Hajime menyodorkan tangan kirinya, siap menembakkan sebuah jangkar,
tapi Yue bertindak lebih dulu.

"Updraft!" Gelombang udara mengangkatnya, membawa mereka beberapa meter


lebih tinggi. Itu tidak banyak, tapi itu sudah cukup. Hajime baru saja berhasil meraih
langkan saat ia jatuh. Dia menancapkan paku ke lengan kirinya untuk membuatnya tetap
tegak di sana sementara Yue dan Shea berpegangan padanya demi hidup yang
disayanginya.

"B-Bagus, Yue."
"Itu luar biasa, Yue-san."

"Mhmm. Pujilah aku lebih banyak lagi."

Hajime dan Shea tersenyum, memuji Yue karena telah menyelamatkan mereka
dari lubang neraka mana pun yang ditunggu di bawah ini. Yue kelelahan karena
menghabiskan begitu banyak mana, tapi dia masih berhasil mengembungkan dadanya
dengan bangga.

Namun, perayaan mereka dipotong oleh tentara golem yang terbang pada mereka.
Kali ini mereka hanya melayang di langit. Pasti kekuatan gravitasi mereka mengendalikan
itu. Mereka menuju Hajime dan yang lainnya dengan kecepatan yang menakutkan.

"Yue, Shea, naik ke sana!" Donner sudah berada di tangannya sebelum selesai
bicara, dan dia melepaskan tembakan peluru menuju ksatria golem yang akan datang. Yue
dan Shea memanjat tubuhnya dan masuk ke platform. Begitu mereka selesai, Hajime
melompat sendiri.

Salah satu pedang golem masuk ke sisi platform sedetik kemudian. Jika Hajime
butuh waktu lebih lama lagi, itu pasti akan menusuknya. Mengambil keuntungan dari
pembukaan singkat golem, Hajime membombardirnya dengan peluru.

"Persetan. Aku tidak tahu apakah itu kontrol gravitasi atau apa, tapi mereka ini
semakin tepat dengan gerakan mereka."

"...Mungkin tempat ini."

"Ahaha, aku bahkan tidak tahu apa akal sehat lagi. Semuanya mengambang."
Seperti yang telah dikatakan oleh Shea dengan tepat, semua yang ada di ruangan tempat
mereka berada mengambang.

Platform telah membawa mereka ke ruang bola yang masif. Padahal, "masif" tidak
melakukannya keadilan. Ruangan itu berdiameter dua kilometer. Ada banyak platform batu
yang mengambang di sekitar, bergerak ke segala arah. Gravitasi mungkin juga belum ada
di ruangan ini. Meski begitu, seharusnya Hajime dan yang lainnya terpengaruh olehnya.
Sepertinya hanya benda yang terbuat dari bahan tertentu yang bisa mengabaikan
gravitasi.

Para ksatria golem bisa terbang ke arah mana pun yang mereka suka. Tapi rasanya
mereka mereferensikan arah gravitasi yang diterapkan pada mereka, karena gerakan
mereka tersentak dan mendadak. Makhluk hidup mungkin telah tewas karena G-force yang
diberikan pada tubuh mereka. Namun, gerakan mereka terus berlanjut dengan lebih tepat
saat mereka masuk, yang berarti...

"Kontroler golem seharusnya ada di sekitar sini, kan?" Yue dan Shea mengangguk
setuju dengan pernyataannya dan menegang, siap bertarung. Untuk alasan apa pun, golem
itu hanya mengitari mereka tanpa menyerang. Dia melihat sekeliling, mencari kesempatan
untuk keluar. Tidak ada yang tahu apakah ini tujuan akhir mereka, atau jika masih ada lagi
yang akan datang. Bagaimana pun, seharusnya berada di dekat akhir labirin. Ketepatan
yang meningkat dari golem dan sifat aneh ruangan itu mendukung hipotesisnya.

Hajime mengaktifkan Farsight-nya untuk mengintai ruangan itu. Tapi sebelum dia
bisa melihat dengan baik, Shea meneriakkan sebuah peringatan kepadanya.

"Lari!"

"Ap—!?" Hajime dan Yue tanpa sadar memperhatikan peringatan Shea dan
melompat ke samping secepat mungkin. Untungnya, ada satu blok lagi yang mengambang
beberapa meter jauhnya agar bisa dilewati.

Sesaat kemudian, ada sesuatu yang menabrak blok tempat mereka berdiri dengan
kekuatan sebuah meteorit. Dampaknya menghancurkan blok sepenuhnya. Meteorit adalah
deskripsi yang tepat untuk apa yang baru saja mendarat, seperti apa pun yang ditembak
lurus melalui blok dan terus terjatuh, sebuah nimbus panas akibat gesekan yang
mengelilinginya.

Keringat dingin mengalir di punggung Hajime. Jika bukan karena peringatan Shea,
mereka pasti akan terkena langsung. Dan karena dia tak bisa menggunakan Diamond Skin
di sini, itu sebenarnya bisa membunuhnya. Bukannya dia tak bisa merasakan serangan itu.
Sebenarnya, dia merasakan kehadirannya tertunda sesaat setelah peringatan Shea.
Namun, perjalanannya begitu cepat sehingga dia tidak bisa mengelak tepat pada waktunya
setelah merasakannya terlambat.

"Terima kasih, Shea. Kau menyelamatkan hidup kita."

"Yeah... bagus."

"Ehehe, syukurlah Future Sight-ku diaktifkan kembali di sana. Meskipun aku


sudah kehabisan mana sekarang..."

Jadi, alasan dia merasakannya di hadapanku adalah karena kemampuan Future


Sight-nya? Shea bisa menggunakan kemampuannya secara sukarela, tapi ada juga saat itu
diaktifkan dengan sendirinya. Jika sesuatu menimbulkan ancaman bagi hidupnya, itu akan
hampir selalu diaktifkan. Itu berarti meteorit itu setidaknya memiliki kekuatan yang
cukup untuk membunuh Shea. Hajime sedikit menggigil sebelum melihat ke arah meteor
yang jatuh. Dengan hati-hati ia menelengkan kepalanya ke tepi panggung. Saat dia
mengintip ke bawah, dia bisa sedikit melihat sesuatu yang naik dengan kecepatan tinggi.
Dalam sekejap mata, benda itu melayang di atas Hajime dan yang lainnya. Matanya
bersinar dengan cahaya dingin saat menatap mereka.

"Astaga, beneran?"

"Itu sangat besar..."

"J-Jadi ini bos mereka."


Mereka semua menatap dengan takjub. Ledakan Yue mungkin bisa ditafsirkan
dengan cara yang tidak terlalu sehat, tapi itu tidak terlalu penting.

Terapung di depan mereka adalah ksatria golem besar. Itu berarmor sepenuhnya
seperti yang lain, tapi yang ini tingginya dua puluh meter. Di tangan kanannya ada buku
jemari panas yang menyala-nyala. Itulah yang dulu digunakan untuk menghancurkan
platform tadi. Di sebelah kirinya ada serpihan, jemarinya melilit rantainya.

Saat Hajime dan yang lainnya bersiap untuk bertempur, golem lainnya mulai
terbang juga, mengitari trio tersebut. Mereka berdiri, atau agak melayang, dengan
perhatian, dengan pedang mereka berdiri tegak di depan dada mereka. Seolah-olah
mereka menghormat pada kaisar mereka.

Hajime dan yang lainnya melihat sekeliling dengan gugup. Diam memenuhi ruangan,
dan ketegangannya hampir teraba. Saat satu sisi bergerak, pertarungan sampai mati akan
pecah. Atau paling tidak, itulah perasaan yang diberikannya sampai...

"Heyo~ Senang bertemu denganmu~ Ini aku, idola favorit setiap orang, Miledi
Reisen-chan~" Salam golem besar itu sama sekali tidak sesuai dengan penampilannya.

"......" Rahang mereka terjatuh karena kaget. Suara imut yang keluar dari golem
bersenjata dan berarmor sangat tidak masuk akal sehingga mereka tidak dapat
menahannya.

Golem raksasa itu mengerutkan kening karena ketidaksenangan saat ia melihat ke


bawah. Dilihat dari suaranya, Hajime menduga itu dia.

"Halo? Apa kalian tidak akan mengatakan apa pun? Ini sopan santun untuk
membalas sapaan, lho? Sheesh, anak-anak akhir-akhir ini... tidak hormat, aku bilang pada
kalian." Cara berbicara yang mengganggu itu sangat akrab bagi mereka.

"Tak dapat dipercaya." Golem dengan buku jemari yang terbakar di satu tangan
dan serpihan di sisi lain mengangkat bahunya dengan cara yang sangat mirip manusia.
Ekspresi yang tersirat melintas di wajah trio. Dia berbicara seperti pesan yang mereka
lihat. Sejak dia memanggil dirinya sendiri Miledi Reisen, mungkin saja si Liberator itu
sendiri, tapi seharusnya dia sudah lama meninggal dan seorang manusia. Hajime
memutuskan untuk mencoba sudut pertanyaan itu lebih dulu.

"Maaf. Tapi bukankah Miledi Reisen itu manusia? Dan bukannya dia sudah mati?
Lagi pula, kita belum pernah melihat golem hidup sebelumnya, jadi kami sedikit terkejut...
Maaf soal itu. Juga, beritahu kami apa sebenarnya kau. Secepat mungkin, kumohon."

"Ya ampun, kau cukup cepat meski dikelilingi dan kalah jumlah."

Tidak ada kehalusan pertanyaannya. Dia hanya meletakkan pertanyaannya dengan


datar. Tidak mengherankan, golem yang bernama Miledi tercengang karena ketegarannya.
Tapi dia pulih dengan cepat, dan jika dia tidak tahu golem tidak bisa menunjukkan ekspresi,
Hajime akan bersumpah dia menyeringai.

"Hmm? Miledi selalu golem, kau tahu? Apa yang memberimu ide bahwa dia adalah
manusia?"

"Ada beberapa hal yang ditulis tentangmu di buku catatan Oscar. Dan jangan beri
aku omong kosong seperti 'Oh, tapi aku terlihat seperti manusia, bukan?' Jaga agar tetap
pendek. Sepertinya kau mencoba menghalangi kita, jadi kita akan segera membuatmu
terpojok. Karena itulah, tidak perlu ada olok-olok yang menyebalkan, ceritakan pada kami
apa yang ingin kami ketahui."

"Y-Ya ampun. Akhirnya aku mendapat kesempatan untuk berbicara dengan


seseorang, dan ini bagaimana kau memperlakukan diriku? Dan apakah kau baru bilang
Oscar? Apa kalian bertiga mungkin menyelesaikan labirin O-chan?"

"Ya, kita sudah mengalahkan dungeon Oscar Orcus. Tapi akulah yang mengajukan
pertanyaan di sini. Kalau kau tidak ingin menjawab, tidak apa-apa juga. Kita akan langsung
menuju bagian dimana kita menghancurkanmu. Bukannya aku sangat ingin mengetahui
informasi ini. Yang kita cari di sini adalah sihir kuno." Hajime menunjuk Donner pada golem
besar untuk menonjolkan kata-katanya. Yue menatap tanpa sadar, tapi Shea, setengah
terkesan dan setengah bingung, membiarkan pikirannya keluar.

"Wow, tidak ada yang mengganggu?"

"Kalau kau menginginkan sihir kuno, apakah itu berarti kau akan membunuh para
dewa? Apakah kau akan menghadapi bajingan kecil yang berkomplot demi kita? Kalau kau
sampai di ujung labirin O-chan, kau seharusnya tahu apa yang terjadi, bukan?"

"Sudah kubilang, akulah yang mengajukan pertanyaan di sini. Kalau kau ingin aku
memberi tahu kau apa pun, kau akan menjawabnya dulu."

"Kau benar-benar bocah sombong. Baiklah. Umm mulai dari mana ya... Ah, tebak
kita akan mulai dengan identitas asliku. Umm..."

"Sudah kubilang, jaga agar tetap pendek. Aku tidak membutuhkan nilai
keseluruhan novel seperti saat menemui Oscar."

"Ahaha. Kurasa O-chan bisa sedikit bertele-tele. Dia selalu suka bicara." Golem
besar itu menatap langit, diam-diam mengenang. Dia benar-benar merasa lebih seperti
manusia daripada segumpal batu. Yue tanpa ekspresi sama seperti biasanya, tapi Shea
melirik gugup pada golem yang mengelilinginya.

"Baiklah, jadi singkat saja... Aku memang Miledi Reisen. Dan rahasia golem ini
terletak pada sihir kuno yang bisa kugunakan! Kalau kau ingin tahu lebih banyak, maka kau
harus mengalahkanku dulu!"

"Itu bukan penjelasan..."


"Hahaha. Maksudku, apa gunanya membuat labirin ini kalau kau mendapatkan
semua jawaban sebelum menyelesaikannya?" Miledi Golem mengibaskan jarinya seperti
sedang mengajar anak kecil. Kalau saja bukan Miledi Reisen yang melakukannya, itu hampir
terlihat lucu.

"Siapa yang ada di dalam masalahnya," gumam Yue pelan. Ternyata dia setuju.

Meskipun pada akhirnya, mereka juga tidak memikirkan apa pun yang ada di
dalamnya. Tebakan terbaik Hajime adalah bahwa jika dia mengaku sebagai Miledi sendiri,
mungkin dia adalah sisa-sisa rohnya yang tersisa atau semacamnya. Dia mengingat samar-
samar bahwa salah satu teman sekelasnya yang dulu, Nakamura Eri, memiliki job
necromancer, yang berurusan dengan memanipulasi roh seperti itu. Meskipun tidak ada
yang dibangkitkannya dengan necromancy, dia memiliki keinginan independen seperti
golem ini. Jadi, apakah itu berarti sihir kuno yang dimilikinya yang membiarkan rohnya
memiliki kemauan yang kuat bahkan setelah dia tiada?

Terserah, tampaknya apa pun sihir yang dimiliki Miledi, itu tidak akan
membantunya melakukan teleportasi ke seluruh dunia. Agak mengarang, Hajime
menanyakan pertanyaan selanjutnya.

"Apakah sihir kunomu ada kaitannya dengan mengendalikan roh?"

"Hm? Kedengarannya kau sedang mencari mantra tertentu. Baiklah, asal kau tahu
saja, sihir kunoku tidak ada hubungannya dengan semua ini. Aku menyuruh La-kun
membantuku membubuhkan jiwa ke makhluk-makhluk ini~"

Satu-satunya tujuan Hajime adalah pulang ke rumah. Tidak masalah jika mantra
ini mengendalikan jiwa atau roh atau yang lainnya, itu tidak berguna baginya. Tapi
tanggapan Miledi bukanlah yang dia duga. Dia tidak tahu siapa "La-kun" ini, tapi dia
menduga mereka adalah salah satu Liberator. Siapa pun mereka, merekalah yang telah
menempatkan roh Miledi, yang seharusnya mati, ke dalam golem ini.

"Lalu apa sihir kunomu?"

"Oh, tertarik, bukan? Apakah kau sungguh ingin tahu?" Ekspresinya tidak bisa
berubah, tapi nadanya membuatnya jelas bahwa dia menyeringai di dalam. Dengan kesal,
Hajime menunggunya menjawab.

"Kalau kau ingin tahu... kau harus menjawab salah satu pertanyaanku lebih dulu."
Nada suaranya tiba-tiba bergeser drastis di akhir kalimatnya. Suaranya yang ceria dan
imut digantikan oleh suara yang serius. Hajime dan yang lainnya sedikit tercengang. Tetap
saja, dia tidak membiarkan hal itu muncul di wajahnya.

"Apa?"

"Apa yang kau kejar? Kenapa kau ingin mengumpulkan mantra kuno sampai
begitunya?" Nada suaranya membuatnya jelas bahwa dia tidak akan memaafkannya karena
berbohong. Mungkin inilah kepribadian yang sesungguhnya. Bagaimana pun, dia adalah
anggota kelompok yang telah bangkit melawan para dewa demi rakyat. Dia punya banyak
alasan untuk ingin tahu bagaimana orang yang dipercayakan kekuatannya.

Tidak seperti Oscar, yang telah meninggal dunia dan hanya merekam video dirinya
sendiri, Miledi telah menghabiskan banyak waktu berabad-abad di sini menunggu seorang
penantang datang dan mengklaim dirinya. Di satu sisi, pastilah penyiksaan. Sikapnya yang
sembrono mungkin hanya menjadi imej, sementara yang sebenarnya adalah seseorang yang
memiliki banyak kesabaran dan rasa tanggung jawab yang kuat.

Yue juga berhasil mengetahui, jadi ekspresinya sedikit berubah. Setelah


menghabiskan berabad-abad terjebak dalam penjara miliknya sendiri, Yue pasti mengerti
penderitaan yang dialami Miledi. Dan ada lebih dari sekadar simpati di matanya. Bagaimana
pun, tidak seperti Yue, Miledi telah memilih untuk tetap tinggal di sini dalam kegelapan
selama berabad-abad atas kemauannya sendiri.

Tatapan Hajime bertemu dengan tubuh Miledi, dan dia mengatakan yang
sebenarnya.

"Tujuanku satu-satunya adalah pulang ke rumah. Salah satu dewa gila bodohmu
memanggilku ke dunia ini dengan paksa. Aku hanya mencoba menemukan mantra yang bisa
teleport aku kembali... Aku tidak tertarik untuk melakukan perang saudara melawan para
dewa. Aku tidak akan mengambil risiko hidupku untuk dunia ini."

"......" Dia menatap Hajime selama beberapa detik sebelum berbalik untuk melihat
Yue, lalu Shea. Tampaknya sampai pada semacam pemahaman, dia mengangguk singkat.

"Begitu," hanya itu yang dia katakan. Kemudian, nada suaranya yang serius lenyap,
dan digantikan oleh suara imut yang pernah dia gunakan sebelumnya.

"Hmm... Begitu~ Begitu~ Aku mengerti sekarang, kau bukan dari dunia ini. Ya, itu
pastilah berat bagimu~ Baiklah, ayo berduel! Kalahkan aku dan dapatkan kekuatan yang
kau cari!"

"Aku tidak bisa mengikuti logikamu sama sekali, tapi... pada akhirnya, apa sihir
kunomu? Apakah itu mantra teleportasi?"

Miledi hanya tertawa girang dan berkata "Yah..." sugestif. Dia akan menjadi host
yang hebat untuk Who Wants to be a Millionaire.

Lelah dari permainannya, Hajime mengeluarkan Orkan. Jika dia tidak mau
mengatakan apa pun, maka dia hanya akan memukulinya dan mendapatkan jawabannya
sendiri. Namun, sebelum dia bisa menembak, dia membuka mulutnya dan mengejeknya.

"Jangan memberitahu!"

"Kalau begitu mati sana." Hajime melepaskan rentetan rudal. Mereka


meninggalkan jejak percikan api saat mereka membanting ke Miledi Golem dan meledak.
Ledakan itu bergema keras di seberang ruangan masif. Asap menyelimuti ruang yang telah
ditempati Miledi.

"Apakah kau mengenainya?"

"Shea, kapan saja ada yang bilang musuhnya hidup."

Shea siap untuk mulai merayakannya, tapi Yue menembaknya. Dan akhirnya,
peringatan Yue terbukti benar. Tinju yang terbakar meninju asap. Miledi menyapu
tangannya, meniupkan asapnya.

Saat asapnya menghilang, mereka melihat bahwa sementara lengan bawah Miledi
runtuh di sana-sini, dia tidak mengalami kerusakan serius. Dia meraih salah satu blok
mengambang di dekatnya dan menghancurkannya, menggunakan partikel itu untuk
mengembalikan tubuhnya sendiri.

"Fufu selamat atas serangan pertama. Tapi aku yakin kau bisa melakukan lebih
baik dari itu. Ayolah, mungkin aku memiliki mantra yang kau cari~ aku cukup kuat, jadi
cobalah untuk tidak mati." Ditemani dengan tawa yang menggembirakan, Miledi
melepaskan tembakan ke lengan kirinya menuju Hajime. Tidak berayun, ditembak. Tidak
ada angin kencang, sehingga tangkapan yang menempel di ujung lengan tiba-tiba meluncur
ke arah mereka. Dia pasti bisa mengendalikan arah gravitasinya seperti golem lainnya, jadi
dia membuat "jatuh" pada mereka.

Hajime dan yang lainnya melompat ke platform terdekat untuk menghindarinya.


Ia menghancurkan blok yang baru saja mereka lewati dan, seperti berenang di udara,
berbalik dan kembali ke tangan Miledi.

"Mari kita lakukan. Yue, Shea, kita kalahkan Miledi!"

"Baik!"

"Roger!"

Atas teriakan Hajime, pertempuran terakhir Labirin Reisen, salah satu dari Tujuh
Labirin Agung, dimulai dengan sungguh-sungguh.

Para ksatria golem yang sudah bersiap-siap sampai tiba-tiba mulai beraksi.
Seperti yang mereka lakukan di lorong, mereka menunjuk diri mereka sendiri seperti
peluru menuju Hajime dan yang lainnya, lalu langsung jatuh ke arah mereka.

Dengan sengaja Yue menghindar, mendorong salah satu botol ke depan, dan
mengayunkannya dari satu sisi ke sisi lain. Air yang sangat terkompresi ditembak dengan
kekuatan yang cukup besar dan memotong golem seperti laser.

"Ahaha, cukup bagus. Tapi ada lima puluh golem yang tak terhingga dan aku.
Apakah kalian benar-benar bisa menghadapi semuanya sekaligus?" Dengan belenggu jahat,
Miledi melepaskan tembakan lagi. Shea melompat dan ke sebuah blok berbentuk piramid
di atasnya. Alih-alih menghindar, Hajime mengosongkan chamber Donner.

Hanya ada satu tembakan, tapi keenam peluru itu ditembak. Keenam peluru itu
menerjang hampir bersamaan. Bahkan sekumpulan raksasa logam tidak bisa mengabaikan
enam peluru yang diperkuat railgun. Jadi, itu dilemparkan keluar dari satu sudut, jauh dari
Hajime.

Sementara itu, Shea melompat dari panggung dan mengayunkan Drucken ke


kepala Miledi.

"Aku bisa melihat tepat melalui trik-trik kalian~" Miledi tiba-tiba terlempar ke
samping melalui langit. Dia telah mengubah berat badannya.

"Kuh, sialan!" Dengan menggertakkan gigi, Shea menarik pelatuk Drucken. Ada
ledakan terkonsentrasi di sepanjang wajah palu. Ketegangan dari ledakan tersebut
memungkinkannya memperbaiki lintasannya. Dia berputar tiga kali sebelum melepaskan
pukulan yang didukung oleh kekuatan sentrifugal secara langsung menuju Miledi.

Miledi mengangkat lengan kirinya untuk berjaga-jaga, tapi serangan Shea begitu
kuat sehingga lengannya hancur sepenuhnya. Namun, Miledi tampak tidak peduli dan
menepiskan Shea dengan lengannya yang hancur.

"Kyaaa!"

"Shea!"

Kekuatan pukulan itu membuatnya terbang. Dia entah bagaimana berhasil


menstabilkan dirinya dengan menembaki Drucken beberapa kali, lalu melakukan
pendaratan darurat di salah satu platform terapung.

"Heh, sepertinya kau baik-baik saja. Hei, Yue, apa jenis pelatihan yang kau
berikan pada gadis ini?"

"...Aku hanya sedikit menyudutkannya."

"Begitu ya. Tidak heran dia begitu baik dalam bertahan hidup." Hajime
mengangguk setuju saat melihat Shea berjalan kembali, melompat dari satu blok ke blok.
Jumlah golem yang mengerumuni mereka lebih dari yang bisa ditangani Yue sendiri.

Hajime menarik Metzelei, Gatling gun-nya, dari luar Treasure Trove-nya.


Kemudian, kembali ke belakang bersama Yue, dia mulai menembaki 12.000 putaran
kematian sebentar.

Enam barel Gatling gun diputar pada kecepatan yang konyol saat menembak. Suara
tembakan bergema di seluruh ruangan dan coretan cahaya merah memenuhi udara saat
badai peluru merobek golem, membuat mereka semua meluncur menuju kedalaman di
bawahnya. Para ksatria yang mencoba untuk mengelilingi dan membawanya dari belakang
ditebas oleh jet air Yue.

Dalam beberapa detik, lebih dari empat puluh golem telah berubah menjadi
bongkah batuan yang retak. Mereka langsung jatuh ke bawah apa pun yang ada di bawah.
Tentu saja mereka akan kembali dibangun kembali, tapi setidaknya mereka tidak akan
mengganggunya untuk sementara waktu. Dan itu berarti mereka punya cukup waktu untuk
mengalahkan Miledi Golem.

"Hei, apa-apaan itu!? Aku belum pernah melihat atau mendengar sesuatu seperti
itu!" Hajime mengabaikan pertanyaannya dan memasukkan Metzelei kembali ke Treasure
Trove-nya. Kemudian, dia membawa Donner keluar dari sarungnya dan berteriak dengan
suara keras agar Shea bisa mendengarnya,

"Inti Miledi adalah tempat jantung manusia! Hancurkan itu!"

"Ap— Bagaimana kau tahu itu!?" Dia bertanya, jelas terkejut. Bahkan tidak
terpikir olehnya bahwa Hajime mungkin memiliki Demon Eye yang bisa melihat aliran mana.
Sekarang mereka tahu titik lemah Miledi Golem, mata Yue dan Shea berkilau karena
cahaya pemangsa.

Tidak ada sepuluh pun golem tersisa untuk melindungi Miledi. Selama kita
mengkoordinasikan serangan kita, kita seharusnya bisa mengeluarkan jantungnya.

Hajime melompat dari satu platform ke platform lainnya, berusaha mendekati


Miledi. Dengan railgun yang lemah, sulit untuk menembak ke inti Miledi. Jadi, dia harus
mengandalkan tembakan titik buta untuk meledakkan armornya, lalu mengakhiri intinya
dengan granat.

Tapi tak peduli betapa sembrononya sikapnya, Miledi masih seorang Liberator
yang mampu menggunakan sihir kuno. Dia meragukan hal itu akan sangat mudah. Mata
Miledi berkilau cerah, dan salah satu platform yang mengambang di atas meluncur ke arah
Hajime.

"Huh!?"

"Aku tak pernah bilang bahwa ksatria adalah satu-satunya hal yang bisa
kukendalikan~"

Hajime mengabaikannya dan mengaktifkan salah satu dari fitur lengan kirinya.
Dengan bunyi gemilang, gelombang kejut keluar dari sikunya. Lebih khusus lagi, dia
melepaskan tembakan shotgun. Itu tidak bisa dipercepat dengan Lightning Field-nya, tapi
ledakan itu mengandung ledakan yang jauh lebih hebat daripada peluru Donner. Meski
begitu, kekalahan itu juga semakin kuat. Hajime terbang melintasi udara, nyaris
menghindari platform yang jatuh. Dia entah bagaimana berhasil mendarat di blok yang dia
tuju juga.
Tentu saja, Miledi mencoba menjatuhkan blok yang dia tumpangi juga, tapi
sebelum dia sempat, Shea melompat ke belakang, membidik kepalanya. Karena dia perlu
memejamkan mata sebelum mengendalikan platform, Shea telah memutuskan untuk
menghancurkannya bersama dengan sisa wajahnya.

Sayangnya, Miledi memperhatikan Shea pada waktunya, jadi dia mengirimi


golemnya yang tersisa setelah dia saat dia masih tengah melompat. Di langit, Shea tidak
berdaya. Tapi tepat sebelum pedang ksatria itu mengirisnya dalam dua—

"...Aku tidak akan membiarkanmu." Yue tiba-tiba muncul di belakangnya dan


memotong-motong golem menjadi potongan kecil dengan Rupture-nya.

"Terima kasih, Yue-san!" Hambatannya sekarang lenyap, Shea mengayunkan palu


dengan segenap kekuatan tubuhnya di belakangnya.

"Apa kau benar-benar mengira bisa mengalahkan golem dalam kontes kekuatan?"
Seolah ingin membuktikan maksudnya, Miledi berbalik dan mengayunkan tinjunya menuju
Shea.

Terdengar suara gemuruh keras saat buku jemari Miledi dan Drucken Shea
bertabrakan. Gelombang kejut cukup kuat untuk mengirim semua platform di dekatnya
berputar menjauh.

"Dasar keciiiiil!" Shea mengeluarkan raungan yang hebat saat dia berusaha
mendorong kepalan tangan Miledi. Namun, dia tidak mampu mencocokkan kekuatan golem,
jadi dia terhempas.

"Kyaaa!" Teriak Shea dengan keras saat ia terbang melayang di udara. Tubuhnya
untuk sementara tertegun oleh kepalan tangan Miledi, dan tidak ada platform
mengambang ke arah yang dikepalainya. Kalau begini dia akan jatuh, tapi Yue tiba-tiba
melompat ke sampingnya, meraih di tengah penerbangannya, dan menggunakan Updraft
untuk memperbaiki lintasan mereka ke platform terdekat.

"Kau punya tim kecil yang terkoordinasi." Miledi memandang Yue dan Shea,
suaranya terdengar sombong. Tapi saat itu juga, suara lain terdengar dari kanan di
sampingnya.

"Aku tahu!"

"Ap—!?"

Saat Miledi berbalik dengan heran, dia melihat Hajime. Dia telah melepaskan
sebuah jangkar ke celah di antara armornya dan menemukan tempat berpijak. Di
tangannya ada senapan anti-materiel yang dipercepat railgun, Schlagen, menunjuk
langsung ke jantungnya. Percikan api terbang di sepanjang laras Schlagen.

"Ka-Kapan kau—" Miledi terganggu oleh suara peluru yang ditembak. Tembakan
senapan dari titik buta menghempaskan Miledi ke belakang, melenyapkan armor di
sekeliling dadanya. Dengan Lightning Field-nya melemah, Schlagen sama kuatnya dengan
Donner. Meski begitu, itu lebih dari cukup untuk menghancurkan armor logam. Bahkan di
dungeon ini, Donner cukup kuat untuk melenyapkan armor golem biasa, dan karena Miledi
sepertinya terbuat dari bahan yang sama, yang paling bisa dilakukan pada armornya
membuatnya lebih tebal.

Asap mengepul dari dadanya saat dia terhempas mundur, dan kekalahan itu
membuat Hajime terbang ke arah yang berlawanan. Dia melepaskan jangkar lain di
platform terdekat dan mengayunkan tubuhnya ke atasnya. Kemudian, dia melihat lebih
dekat apa yang terjadi dengan Miledi. Yue dan Shea juga melompat ke blok terdekat.

"...Apakah kau mengenainya?"

"Aku pasti merasa mengenainya, tapi..."

"Aku sangat berharap ini adalah akhir." Yue tampak hati-hati, sementara Shea
tampak penuh harapan. Ekspresi Hajime, di sisi lain, tidak terbaca. Seperti yang dia duga,
Miledi mulai menarik di dekat platform padanya seolah-olah tidak ada yang terjadi, dan
berbicara dengan Hajime dengan sebuah suara yang penuh kekaguman.

"Duuuh, itu hampir saja. Aku benar-benar mengira aku sudah berakhir. Kalau
dungeon ini tidak membuyarkan mana, dan artefak itu bisa menyala dengan kekuatan
penuh, aku benar-benar akan menjadi debu. Ya, aku jenius karena menghabiskan banyak
waktu untuk membuat labirin seperti ini!" Yang didengarnya dari Golem Miledi adalah kata-
kata kekaguman untuk dirinya sendiri, yang Hajime tidak mengindahkannya. Ekspresinya
tampak suram. Di balik armornya yang biasa ada satu set armor hitam yang lain. Schlagen
bahkan belum bisa menggaruknya. Dia ingat pernah melihat armor itu sebelumnya.

"Hmm. Jadi kau tertarik dengan ini, ya?" Miledi melihat ke mana tatapan Hajime
diarahkan dan menunjuk armor hitamnya saat dia berbicara dengan gembira.

"Baiklah..." dia melanjutkan dengan sugestif, tapi sebelum dia bisa melanjutkan,
Hajime mengumpat dan menjawab pertanyaannya.

"Keparat. Itu Azantium."

Azantium adalah logam terkeras di dunia ini. Banyak peralatan milik Hajime
memakai logam itu. Bahkan mantel ringan pun akan cukup sulit untuk menahan tembakan
kekuatan penuh dari Donner. Tidak heran Schlagen tidak berhasil. Menghancurkan
Azantium hampir mustahil, yang membuat alis Hajime berubah.

"Oh? Kau sudah tahu tentang itu. Yah, kurasa itu masuk akal. Kau mengalahkan
dungeon O-chan, sih. Tidak mungkin seseorang yang bisa menggunakan sihir ciptaan tidak
akan mengetahuinya. Yah, karena akhirnya kau mulai sedikit putus asa, bagaimana kalau
kita mulai dengan putaran dua!?" Miledi selesai memperbaiki armornya di luar dengan
bahan-bahan yang dicuri dari platform dan melepaskan tembakannya saat melaju ke depan
pada saat bersamaan.
"Apa yang kita lakukan sekarang, Hajime-san!?"

"Kita belum kehabisan pilihan, tapi kita harus segera menutup gerakannya."

"Baiklah, serahkan saja padaku." Shea hampir panik saat menyadari bahwa mereka
kekurangan kekuatan yang cukup. Tapi Hajime masih punya kartu truf di lengan bajunya.
Dia harus menghentikan Miledi Golem dari gerakan untuk menggunakannya. Ketika dia
menyebut-nyebut Shea, dia mendapatkan ketenangannya sebagian besar, dan bersama
Yue dia bersiap untuk melompat. Tapi—

"Tidak kali ini~" kata Miledi dengan suara bosan saat ia mulai memutar blok
tempat mereka berdiri.

Hajime dan yang lainnya kehilangan keseimbangan. Menabrak platform mereka


dengan kekuatan yang luar biasa. Trio itu dilemparkan jauh dari pijakan mereka sekarang
yang dilumatkan. Sebelum Miledi bisa menarik kembali tubuhnya, Hajime menyambar
rantainya. Yue menggunakan sisa-sisa platform lama mereka sebagai pijakan sementara
dia menggunakan Updraft untuk membawanya ke tempat yang aman. Sementara itu, Shea
melakukan manuver ke sebuah platform di dekatnya dengan menggunakan semburan
ledakan Drucken untuk mendorongnya.

Selanjutnya, Miledi menindaklanjutinya dengan mengayunkan buku jemarinya ke


atas mereka.

"Kuh!"

"Mmm!"

Mereka berhasil menghindari pukulan langsung, namun panasnya ledakan yang


ditimbulkan akibatnya masih memburu mereka. Bahkan saat mereka menangis kesakitan,
mereka tidak berhenti bertarung. Yue menggunakan Rupture untuk melepaskan lengan
Miledi, sementara Shea mengaktifkan ujung runcing Drucken dan membawanya ke armor
Miledi.

Sementara Rupture milik Yue berhasil memotong sebagian lengan Miledi, ia tidak
bisa memutuskannya. Dia melompat kembali ke tempat yang aman dengan ekspresi
frustrasi.

Di sisi lain, Shea berhasil memanjat bahu kiri Miledi, dan mengarahkan ayunan
tepat ke kepalanya. Namun, Miledi mengubah arah gravitasi lagi, membuat Shea kehilangan
keseimbangan dan jatuh.

"Kyaaa!" Shea menjerit saat terjatuh. Hajime mengayunkan tubuhnya dari rantai
flail dan menangkap Shea di udara.

"Hajime-san!" Teriak Shea dengan gembira. Dia akhirnya dibawa oleh Hajime
seperti yang selalu dia inginkan. Meskipun dia tahu ini bukan waktunya, mau tak mau dia
bahagia. Tapi tentu saja, Hajime harus menghancurkan saat ini. Dia mengangkatnya dengan
satu tangan, seperti saat dia melemparnya ke sekumpulan monster.

"H-Hajime-san!?"

"Lakukan lagi!" Dengan whoosh logam, Hajime mengisi kembali shotgun lengannya
dan melepaskannya lagi. Dia mulai berputar di tempat dan menggunakan gaya sentrifugal
untuk membantu lemparannya.

"Hajime-san, kau bajingaaaaaan!" Shea menjerit putus asa karena dia


mempersiapkan Drucken. Tepat ketika dia mengira keinginannya akhirnya dikabulkan, dia
telah melemparkannya ke serigala lagi.

Bahkan Miledi pun tercengang oleh tindakan Hajime yang tidak berperasaan.
Namun, dia masih bergerak untuk mencegat, dan mengepalkan tinjunya dengan tangan
kanannya. Tapi sebelum dia bisa memecat buku jarinya yang panas, rantai yang telah
kembali padanya bersamaan dengan hantamannya meledak.

"Wawawah!? Apa itu tadi!?" Miledi berteriak kaget. Ketika masih bergantung pada
rantai itu, Hajime telah memasang sejumlah besar granat ke dalamnya. Kekuatan ledakan
itu meniup setengah dari rantai itu dan menghancurkan lengan kiri Miledi. Gelombang kejut
cukup kuat untuk melepaskan keseimbangannya. Dan pada saat itulah Shea muncul bersama
Drucken.

"Uryaaaaaaaaaah!" Dengan teriakan penuh semangat, Shea menarik pemicu


Drucken, melepaskan tembakan peluru shotgun. Recoil mempercepat palu untuk kecepatan
mach.

Miledi mengangkat lengan kirinya yang rusak secara refleks untuk bertahan, tapi
Drucken membantingnya dengan kekuatan luar biasa, menghancurkan sisa lengan Miledi,
menghancurkannya dari balik bahu.

Kekuatan ayunannya membuat Shea berputar-putar di udara. Mencoba membalas


dendam atas lengan kirinya yang hancur, Miledi mengayunkan buku jarinya yang panas ke
Shea yang tak berdaya. Tapi sebelum dia bisa mencapainya, sebuah jet air melonjak dari
bawah dan melanda area yang telah dipotong tadi. Gelombang kedua air sudah cukup untuk
memotong sepenuhnya, jadi Miledi juga kehilangan lengan kanannya.

"Fufu, kau lengah." Yue tersenyum penuh kemenangan saat dia mengatakan itu.

"Kau! Beraninya kau!" Ekspresi Miledi akhirnya retak, dan kemarahan


menumpahkan suaranya. Sementara itu, Hajime telah menggunakan jangkarnya sebagai
pendulum, mengayunkan tubuhnya di sana untuk menangkap Shea. Tapi dia tidak melakukan
gendong putri saat ini. Sebagai gantinya, dia memeluknya di bawah lengannya seperti
sekantong kentang.
"Hajime-saaan, itu adalah kesempatan sempurna untuk membawaku seperti gadis
beneran. Tidakkah aku layak mendapatkan hadiah? Baca mood-nya dong."

"Tolong jangan bicara tentangku seperti aku bodoh atau semacamnya.


Sebenarnya, kenapa kau tidak belajar membaca mood saja? Kau selalu berusaha mengubah
setiap situasi menjadi sebuah kesempatan untuk memuaskan diri sendiri."

Shea mulai mengeluh saat mereka mendarat, tapi Hajime membungkamnya dengan
sanggahan yang lelah. Untuk suatu alasan, Miledi tidak menarik di platform dekat padanya
untuk memperbaiki tangannya. Sebagai gantinya, dia melihat ke langit, matanya bercahaya
cerah.

Hajime menegang. Aku punya firasat buruk tentang ini. Shea, yang berdiri persis
di sebelahnya, juga pucat.

"Hajime-san, Yue-san! Lari! Dia membuat mereka semua jatuh!" Hajime


menganggap Future Sight milik Shea pasti sudah diaktifkan kembali. Itu hanya bisa
berarti bahwa sesuatu yang mengancam nyawa akan kembali ke jalan mereka lagi. Hajime
melirik sekilas Yue, yang berdiri di dekatnya, sebelum bersiap menghadapi dirinya sendiri.

Sebentar kemudian, itu terjadi. Seluruh ruangan bergemuruh. Batu mulai hujan
dari langit. Tidak, mereka bukan batu. Miledi menjatuhkan seluruh langit di atas mereka.

"Hah!? Tidak mungkin!"

"Fufufu, inilah balas dendamku. Selain para ksatria, aku tidak bisa memerintah
banyak objek sekaligus, tapi aku bisa membuat semuanya jatuh. Coba hindari ini~" ucapan
Miledi yang membuat Hajime kesal, tapi tidak ada waktu untuk mencemaskannya. Ada
beberapa platform yang membentuk bagian dinding ruangan, namun plafonnya hampir
seluruhnya terbuat dari platform. Masing-masing platform itu mudah sepuluh ton, dan
mereka setebal tetesan air hujan. Keringat dingin menuangkan dari dahi Hajime.

"H-Hajime-san!"

"Kita harus berkumpul kembali dengan Yue!"

Hajime memeluk Shea dan berbalik dari jangkarnya menuju Yue. Yue juga,
melompat dari blok ke blok untuk mencoba dan mencapai Hajime.

Sementara itu, Miledi terus menatap langit-langit. Dia telah menyebutkannya


sebelumnya juga, tapi cara dia mengontrol platform berbeda dari cara dia mengendalikan
golem. Dilihat dari seberapa cepat mereka menyesuaikan diri dengan situasi mereka,
golem pasti memiliki tingkat otonomi bagi mereka. Itulah sebabnya dia bisa berkoordinasi
dengan mereka dan memberi mereka perintah yang canggih.

Namun, memberikan perintah yang tepat untuk hal-hal tanpa otonomi itu sulit,
karena itulah dia hanya bisa mengendalikan satu atau dua objek sekaligus. Bahkan memberi
perintah "jatuh" sesederhana ke banyak objek membutuhkan semua konsentrasinya.
Waktu yang dibutuhkannya untuk fokus juga mengulur Hajime dan Yue cukup
waktu untuk berkumpul kembali. Begitu ketiganya sampai di langit mulai jatuh.

Rrrrrrrrrrrrrrrummmmmbbllle! Saat gemetar akhirnya berhenti, digantikan oleh


serangkaian ledakan keras saat platform mulai jatuh. Lebih buruk lagi, karena Miledi bisa
mengendalikan lintasan sampai batas tertentu, platform sangat terkonsentrasi di mana
Hajime dan yang lainnya berdiri. Mengingat fakta bahwa Miledi mungkin juga tidak
bermaksud bunuh diri, Hajime menduga ruangan di sekelilingnya pasti aman. Namun, batu-
batu yang jatuh hampir menabrak mereka, dan mereka hanya sempat meringkuk di dekat
dinding. Sudah terlambat untuk mencoba dan beristirahat padanya.

"Yue, Shea, pegang aku! Jangan dilepaskan, apa pun situasinya!"

"Baik."

"Mengerti!"

Begitu mereka meraihnya, Hajime membawa Orkan keluar dari Treasure Trove-
nya. Kemudian, ia mulai menembakkan rudal ke bebatuan yang turun dari langit-langit.
Masing-masing rudal menemukan sebuah tanda dan Hajime melumat batu demi batu.

Langit, yang telah ditutupi batu abu-abu, akhirnya mulai menunjukkan beberapa
celah karena serangan Orkan. Serpihan langit akhirnya bisa dilihat melalui selimut batu.
Hajime mengembalikan Orkan ke Treasure Trove-nya dan malah mengeluarkan Donner dan
Schlag, menembaki keduanya berulang kali. Untuk meningkatkan peluang bertahan hidup
bahkan satu persen, Hajime menghitung secara akurat di mana dia harus menembak untuk
memisahkan potongan-potongan yang benar, lalu dia menembaknya dengan presisi.

Tapi bahkan dia hanya bisa melakukan banyak hal. Batu itu akhirnya menimpa
mereka. Setelah memastikan Yue dan Shea masih tergantung ketat, Hajime mengaktifkan
salah satu skill sihir khususnya, Riftwalk. Dunia tiba-tiba melambat di sekitarnya, dan
Hajime bisa melihat setiap kematian jatuh ke arahnya.

Dengan menggunakan jumlah gerakan minimum, dengan gesit Hajime berkelok-


kelok melewati rentetan jatuhnya. Pada saat yang sama, dia mengisi ulang pistolnya dan
menembak batu yang tidak bisa dia lewati. Dia tidak boleh melakukan sedikit pun
kesalahan. Bahkan tingkat persepsi yang dimilikinya saat pertama kali belajar Riftwalk
dalam pertarungan melawan Labirin Orcus Agung tidak akan cukup. Dia harus melampaui
semua batasannya untuk bertahan hidup. Hajime mengaktifkan salah satu skill-nya, Limit
Break.

Cahaya Crimson menyelimuti tubuhnya, lalu terdesak beberapa detik kemudian.


Biasanya, Limit Break akan melipatgandakan statistik dasarnya, tapi karena mana yang
tersebar saat dilepaskan dari tubuh, itu tidak efektif. Itu karena Limit Break meraih
efeknya dengan membungkus penggunanya dalam aura mana. Tapi itu juga membungkus
bagian dalam tubuh penggunanya dengan lapisan mana. Yang berarti meskipun penguatan
itu tidak efektif, indra yang tinggi dari penggunaan skill tetap ada.
Dia melanggar batas-batasnya dalam arti ungkapan yang sangat harfiah. Wajar
saja, ini membebani tubuhnya. Apalagi karena dia sudah meningkatkan indra ke batas lebih
awal dengan Riftwalk. Seandainya tubuhnya tidak berubah oleh daging monster, itu pasti
akan terlepas dari ketegangan kemampuannya sendiri. Seperti itu, Hajime masih berdarah
dari mata dan hidungnya karena bebannya.

Dengan gerakan lembut, dia menghindari kematian dengan selisih sehelai rambut
lagi dan lagi. Ini semua lebih mengesankan karena Yue dan Shea masih berpegangan
padanya. Dia melompat dari platform yang runtuh ke platform yang runtuh dengan tingkat
keseimbangan seperti dewa, kadang-kadang bahkan menggunakan batu yang jatuh sebagai
pijakan.

Kini saat itu bergerak lamban, Hajime bisa melihat celah-celah di setiap batu saat
terjatuh. Sejak lama melampaui batas manusia, Hajime terus-menerus menemukan satu
benang kehidupan di lautan kematian. Bagi Miledi, yang sedang melihat dari seberang
ruangan di dekat dinding seberang, tampak seolah-olah Hajime telah ditelan oleh rentetan
batu. Mereka berjuang keras, tapi kurasa mereka tidak bisa menangani serangan semacam
itu. Sedikit kecewa, Miledi melepaskan pegangannya di bebatuan.

Beberapa platform yang tidak hancur total melayang tanpa tujuan di antara sisa-
sisa langit yang jatuh.

"Yah, kurasa itu berlebihan untuk mereka. Tapi jika mereka pun tidak dapat
bertahan hidup, mereka tidak akan bisa menghadapi bajingan-bajingan itu." Sambil
mendesah, Miledi mulai mencari mayat Hajime. Tapi pada saat itu—

"Kupikir aku sudah memberitahumu bahwa aku tidak peduli dengan melawan para
bajingan itu."

"Huh?"

Dia mendengar suara yang akrab. Itu adalah suara anak lelaki berambut putih
sombong yang memakai penutup mata dan menggunakan artefak yang belum pernah dia
lihat sebelumnya. Itu adalah suara Hajime. Miledi berbalik, suaranya campuran kejutan
dan kegembiraan. Dia menoleh ke arah Miledi dari tempat bertenggernya di salah satu
dari sedikit platform yang utuh. Ia berdarah dari mata dan hidungnya, namun sebaliknya
tampak tak terluka.

"B-Bagaimana kau..." Dia yakin dia melihat Hajime ditelan oleh rentetan batu,
namun inilah dia, berdiri di depannya. Hajime tersenyum penuh kemenangan.

"Aku tidak keberatan memberitahumu... tapi jangan kau pikir kau harus
mengkhawatirkan hal lain?"

"Huh?" Katanya lagi. Tapi kebingungannya lenyap sesaat kemudian saat sebuah
serangan magis menghantamnya.
"Rupture!" Suara Yue yang dingin terdengar menembus chamber yang remuk, dan
beberapa jet berisi air menembus punggung, kaki, kepala, dan bahu Miledi. Seluruh
potongan armornya terpotong.

"Tidak peduli berapa kali kau mencoba, hasilnya tidak akan berubah~ Aku akan
memperbaikinya semua saat aku memperbaiki lenganku~"

"Kau takkan mendapatkan kesempatan untuk melakukannya." Hajime menembak


sebuah jangkar menuju Miledi dan menarik dirinya di dekatnya. Dia memegang Schlagen
di tangan kanannya.

"Ahaha, ini lagi? Kau tahu itu tidak bisa menembus armor Azantium-ku." Miledi
masih yakin mereka tidak bisa menang. Dia bahkan membiarkan Hajime menemaninya dan
mengarahkan Schlagen ke dadanya lagi. Dia tidak repot-repot mencoba menghalangi
dengan platform yang tersisa.

Dari sudut pandangnya, itu masuk akal. Fakta bahwa senjata Hajime tidak bisa
menembus armor Azantium-nya sudah terbukti. Dia berasumsi bahwa karena mereka
mencoba hal yang sama lagi, mereka telah kehabisan semua pilihan lain... Tapi kelalaian itu
terbukti berakibat fatal.

"Aku tahu!" Hajime menembak, dan peluru full metal jacket Schlagen menabrak
tubuh Miledi. Seperti sebelumnya, Miledi terpesona oleh kekuatannya. Tapi kali ini, Hajime
tidak terbang kembali setelah menembak. Dia menyimpan jangkar yang tertanam kuat
untuk tetap dekat dengan Miledi, lalu menembak semua shotgun lengan prostetik di
dadanya. Dia dikirim terbang lebih jauh lagi, dan menabrak salah satu platform terapung
di belakangnya.

"T-Tidak peduli apa yang kau lakukan, kau masih..."

"Yue!" Hajime mengabaikan kata-kata Miledi dan berteriak pada Yue. Yue
melompat dan melepaskan mantra lain.

"Bekukan— Coffin Crystal!" Dia meneriakkan nama mantra yang dimaksudkan


untuk membungkus sasarannya di makam es, tapi mantra air tingkat lanjut. Dalam labirin
ini, Yue seharusnya tidak bisa menggunakan sesuatu yang lebih kuat daripada mantra
perantara. Namun, untuk menahan Miledi, mereka membutuhkannya.

Bagian belakang Miledi yang terletak di atas balok-balok mengambang membeku,


membuatnya tetap menempel di platform.

"Ap—!? Bagaimana kau bisa menggunakan mantra tingkat lanjut!?" Miledi


berteriak kaget. Alasan Yue bisa menggunakan mantra itu sederhana saja. Seperti dengan
Rupture, jika dia menggunakan air yang sudah ada, maka jumlah mana yang dibutuhkan
untuk membuang mantra itu menurun. Yue telah melapisi blok Miledi yang telah mendarat
dengan air sebelumnya. Dan saat Miledi membuka kesempatan, Yue juga telah
menyiramnya kembali dengan air. Itulah yang sebenarnya terjadi pada Rupture awalnya.
Bahkan saat itu, jumlahnya sangat banyak, dan Yue telah menghabiskan semua
mana penyimpanan asesorisnya untuk merapalkan. Terengah-engah, Yue mundur ke sebuah
platform lebih jauh lagi.

"Kerja bagus, Yue!" Hajime berdiri di atas dada Miledi dan mengeluarkan kartu
trufnya dari Treasure Trove-nya. Benda yang ditariknya adalah meriam panjang dua
setengah meter. Bagian luarnya ditutupi dengan berbagai tombol dan sakelar yang aneh,
sementara bagian dalamnya penuh dengan benda runcing hitam pekat dua puluh
sentimeter. Ada empat tegakan kokoh yang menempel di bagian bawah meriam, sementara
bagian tengahnya terhubung ke lengan prostetiknya, memungkinkannya
mengoperasikannya.

Hajime menggunakan senjata itu untuk menahannya di atas Miledi, yang tidak bisa
bergerak, dan melepaskan dua jangkar untuk mengukurnya. Semuanya, ada enam tegakan
memegang meriam. Lalu, Hajime mulai menuangkan mana ke dalamnya. Percikan api mulai
terbang dari meriam, dan benda runcing hitam pekat di dalamnya mulai berputar.

Whiiiiiiiir! Lonjakan pemintalan mengeluarkan suara mendengung bernada tinggi.


Senyum Hajime begitu mengerikan sehingga jika Miledi bukan sebuah golem, pasti dia
merasa ketakutan.

Ini adalah salah satu senjata tambahan untuk lengan kirinya, sebuah bungker
tiang. Dengan sintesis kompresinya, dia berhasil memasukkan massa empat ton ke benda
runcing dua puluh sentimeter dan panjangnya satu meter. Seluruh benda itu dilapisi lapisan
tebal Azantium, menjadikannya benda terpadat dan paling keras di planet ini. Dia
menyalakan sejumlah besar blastrock terkompresi di dalam bunker tumpukan dan
mempercepatnya dengan Lightning Field untuk mengukur baik.

"Rasakan ini." Dia mendorong lonjakan itu langsung ke jantung Miledi, seolah
sedang menusuk vampir.

Dengan jebakan yang hebat, bunker tumpukannya menembus armor Azantium


Miledi. Celah menyebar di sekitar titik benturan, kerusakan menyebar sepanjang lapisan.
Platform yang tertancap Miledi hampir hancur, kekuatan dampaknya mendorongnya dari
jarak yang benar, dan gesekan bunker tumpukan berputar menciptakan panas yang cukup
untuk membuat asap naik dari dadanya.
...Namun, cahaya di mata Miledi masih menyala terang.

"Hahaha. Sepertinya itu pun belum cukup. Tapi yah, selamat untuk kalian. Kalian
menembus tiga perempat dari armorku, lho?" Suaranya goyah, tapi dia mencoba berpura-
pura percaya diri. Secara internal, dia panik. Bunker tumpukan yang baru saja dialaminya
adalah salah satu yang tidak sepenuhnya dipercepat oleh Lightning Field kekuatan penuh
Hajime. Itulah satu-satunya alasan mengapa ia tidak berhasil menembus intinya. Namun,
keputusasaan masih belum mewarnai mata Hajime. Sepertinya dia mengira itu belum
cukup.

"Nah, Shea! Akhiri itu!" Hajime meletakkan segalanya kecuali benda runcing itu
kembali ke Treasure Trove-nya dan melompat keluar.

Dari atas datanglah Shea, jatuh dari ketinggian yang tinggi. Telinga kelincinya
tertiup angin saat ia memegang Drucken tinggi-tinggi di atas kepalanya.

"Ap—!?" Miledi langsung menebak apa yang akan terjadi. Ada kepanikan nyata di
matanya sekarang, dan dengan putus asa dia berusaha membebaskan diri. Menyadari hal
itu tidak akan berhasil, dia mencoba memindahkan platform yang terjebak, tapi dia segera
menyadari bahwa semuanya sudah terlambat. Pada saat terakhir dia berhenti berjuang,
menerima takdirnya yang tak terelakkan.

Shea melepaskan banyak tembakan shotgun untuk mempercepatnya lebih jauh lagi,
lalu membanting palu perangnya dengan segenap kekuatan gravitasi di belakangnya.

Dengan gemuruh keras, benda runcing itu semakin dalam ke dalam Miledi. Tapi
bahkan saat itu, benda itu tidak menembusnya. Shea menekan pemicu Drucken tanpa
henti, menghabiskan amunisinya.

Bang! Bang! Bang! Bang! Bang! Bang!

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Teriakan Shea bergema melintasi ruangan. Dia menuangkan kekuatan terakhirnya ke palu
perangnya. Setiap. Terakhir. Ons.

Platform turun lebih jauh dari kekuatan pukulannya. Itu menabrak lantai di bawah
dengan kecepatan tinggi. Akhirnya, benda runcing itu menembus lapisan terakhir armor
Azantium Miledi. Ada sebuah celah saat intinya hancur.

Begitu platform menabrak tanah, Shea jungkir balik atas Drucken dan melompat
ke udara. Kemudian, dengan penguatan tubuhnya terfokus pada kakinya, dia menendang
pegangan Drucken, memastikan sepenuhnya bahwa Miledi telah berakhir.

Lonjakan itu melaju lebih jauh ke dalam dada Miledi, menghancurkan inti,
menghancurkannya sepenuhnya.

Cahaya memudar dari mata Miledi. Shea mendesah lega, lalu membiarkan
ketegangan terkuras dari tubuhnya.
Dia mendengar dua objek mendarat di belakangnya dan berbalik. Seperti yang dia
duga, itu adalah Hajime dan Yue. Shea melontarkan senyum gembira dan memberi mereka
jempol. Keduanya tersenyum kembali dan mengembalikan isyaratnya.

Mereka yakin akan hal itu sekarang. Mereka akan menyelesaikan percobaan labirin
Reisen yang terakhir.

"Bagus, Shea. Pukulan terakhirmu itu sempurna. Aku bahkan mungkin sedikit
menghormatimu sekarang."

"...Yeah, kau hebat." Debu setebal asap berputar-putar saat mereka berbicara.

Jaring laba-laba retak dari kawah yang terbentuk saat Miledi Golem jatuh ke
tanah. Shea cukup lelah sehingga harus bersandar pada Drucken hanya untuk tetap
berdiri.

Bisa saja dia merosot ke tanah dengan senang hati, tapi dia ingin terlihat keren di
depan Hajime dan Yue. Dan sebagai hadiah atas usahanya, keduanya memberi kesan
kekaguman.

"Ehehe, terima kasih ya. Tapi Hajime-san, bukankah seharusnya kau mengatakan
bahwa kau mungkin sedikit jatuh cinta padaku?"

"Tidak terjadi. Tidak sedikit pun." Meski kata-katanya tampak singkat,


ekspresinya sama buram seperti biasanya saat sampai pada lelucon menyedihkan Shea.
Bahkan, dia mau mengakui pada dirinya sendiri bahwa Shea mungkin saja terlihat sedikit
seksi saat memukul pukulan akhirnya menuju Miledi.

Fakta bahwa dia bisa bertarung dengan baik meski tidak pernah memegang senjata
sampai beberapa minggu yang lalu karena betapa kuatnya dia ingin berdiri di panggung
yang sama dengan Hajime dan Yue. Itu adalah tekad yang kuat, dikombinasikan dengan
kemampuan tersembunyi Shea sendiri, yang memungkinkannya mengatasi cobaan dari
salah satu dari Tujuh Labirin Agung dan menyelesaikan pukulan akhirnya kepada
penjaganya.

Sebenarnya, Hajime belum tentu membutuhkan bantuan Shea untuk menghabisi


Miledi. Dia mengira bungker tumpukan akan jatuh pendek, jadi dia punya rencana
cadangan. Tapi dia telah melihat bagaimana gadis kelinci yang lembut dan damai itu berdiri
dengan teguh di sampingnya melalui semua cobaan mereka. Meskipun tidak memiliki
keterampilan tempur sampai baru-baru ini dia tidak pernah menangis bahwa dia ingin
kembali, dan terlepas dari semua ketakutan dan ketidakpastiannya, dia mendorong dengan
berani ke depan. Itulah sebabnya dia memutuskan untuk mempercayakan pukulan
terakhirnya padanya. Pilihan yang dia senang telah dia buat sekarang.
Serangan terakhirnya itu sebenarnya cukup keren sehingga Hajime akan jatuh hati
dalam keadaan normal. Kedalaman perasaannya telah disampaikan kepadanya bersamaan
dengan gelombang kejut yang dihasilkan oleh serangannya. Namun, Hajime tetap tidak
bisa memberinya jenis kasih sayang yang dia cari. Tetap saja, kekuatan tekad dan
keberaniannya telah menggesernya. Akibatnya, dia pasti menatapnya dengan mata yang
lebih baik daripada dulu.

"Fweh? A-Apakah hanya aku... atau apakah kau benar-benar bersikap baik padaku
untuk sekali ini, Hajime-san...? A-apakah ini mimpi?"

"Sekarang lihat di sini... Err, sebenarnya, kukira masuk akal jika kau berpikir bahwa
mempertimbangkan bagaimana aku memperlakukanmu..."

Shea mencubit pipinya untuk memastikan dia benar-benar tidak bermimpi. Hajime
ingin memprotes, tapi dia sadar bahwa dia benar-benar tidak punya hak untuk mengatakan
apa pun.

Yue berjalan mendekati Shea, yang masih sibuk mencubit pipinya. Dia meraih lengan
Shea, menariknya ke dalam jongkok, dan menepuk-nepuk kepalanya dengan lembut. Lalu,
dia mulai meluruskan rambut Shea yang acak-acakan.

"U-Umm, Yue-san?"

"Sayang sekali kita tidak bisa mengajak Hajime menepuk kepalamu. Kau hanya perlu
berteman denganku untuk saat ini."

"Y-Yue-saaaan. Huh? Kenapa aku menangis? Fweeeeeeeh."

"...Di sana di sana."

Shea bingung beberapa saat, tapi menangis dan memeluk Yue erat saat menyadari
bahwa dia dipuji. Menghadapi salah satu dari Tujuh Labirin Agung untuk perjalanan
pertamanya ke luar hutan pasti sangat sulit. Hanya tekad untuk tetap bersama Yue dan
Hajime membuatnya terus melakukannya. Akhirnya diterima sebagai seseorang yang
mampu bertarung bersama mereka setelah mengatasi percobaan yang sulit seperti itu
lebih dari cukup untuk membuatnya menangis.

Sebagai sampingan, bahkan komentar Yue pun tidak membujuk Hajime untuk
menepuk kepalanya. Karena Shea adalah tipe gadis yang mudah terbawa suasana, Hajime
tidak ingin memberinya ide yang salah karena terlalu baik padanya. Menghadapi
kesalahpahamannya terlalu merepotkan baginya. Dengan semua yang telah mereka lalui,
Shea benar-benar anggota keluarganya. Meski begitu, jenis cinta yang dirasakan Hajime
untuk Yue bukanlah sesuatu yang bisa dia bagi di antara banyak orang. Lagi pula, itulah
yang dimaksud dengan "seseorang istimewa". Lagi pula, Hajime tidak bisa membayangkan
pernah melakukan apa pun yang membuat Yue sedih.
Dan yang paling penting, saat dia melihat Shea menangis karena kebahagiaan dan
lega ke pangkuan Yue sementara Yue menepuk-nepuk kepalanya dengan lembut... Nah, dia
bisa menebak kemana arah hal tersebut.

Hajime melihat dengan ekspresi aneh di wajahnya. Tiba-tiba, sebuah suara


memanggil mereka bertiga.

"Ummm... Maaf mengganggu pesta kecilmu, tapi keadaan tidak terlihat begitu panas
bagiku, jadi aku ingin menyelesaikan ini sebelum terlambat." Mereka tahu suara itu.
Mereka bertiga kembali kaget. Cahaya dari mata Miledi, yang telah berlalu beberapa saat
yang lalu, telah kembali. Seketika, mereka semua melompat mundur. Mereka semua
menatap Miledi dengan hati-hati, karena mereka yakin mereka telah menghancurkan
intinya.

"Hei, hei, tidak perlu begitu tegang. Kalian berhasil! Kalian menang! Aku hanya
menggunakan sedikit kekuatan yang tersisa di intiku untuk berbicara dengan kalian
sebentar! Aku akan pergi untuk selamanya dalam beberapa menit." Fakta bahwa cahaya di
matanya berkedip dan redup dari sebelumnya, dikombinasikan dengan fakta bahwa dia
tidak bergerak, sepertinya mendukung pernyataannya. Dia hampir menghilang untuk
selamanya. Benar-benar terlihat seperti dia akan mati dalam beberapa menit...

Santai sedikit, Hajime menanggapinya dengan hati-hati.

"Lalu? Apa yang ingin kau bicarakan dengan kami, golem sekarat? Melihat saat kau
akan mati dan masih belum bisa membaca mood... Kurasa aku akan memberi penghargaan
kepadamu gelar Liberator yang paling tidak sensitif."

"Heeei, jangan begitu jahat. Aku baru saja mulai menyukaimu juga."

"Terserah. Bagaimana pun, kupikir aku sudah bilang bahwa aku tidak berminat
untuk melawan dewa-dewa jahat duniamu." Rasanya hampir seperti Miledi yang mendesah
sebelum dia menanggapinya.

"Jangan khawatir, bukan itu yang ingin kubicarakan. Tidak perlu. Aku hanya... di sini
untukmu nasihat. Meskipun mantra yang kau cari tidak ada dalam labirin yang kau jelajahi,
kau harus mendapatkan semua sihir kuno yang ditinggalkan Liberator... untuk mencapai
tujuanmu..." Ini jelas terlihat seperti Miledi yang hampir menghilang. Suaranya semakin
redup dan ada jeda panjang di antara kalimat-kalimat. Tidak peduli, Hajime terus
mendesaknya untuk menjawab.

"Itu saja, ya... Yah, kenapa kau tidak memberi tahu kami di mana semua labirin
lainnya berada. Catatan telah hilang dan tidak ada yang tahu dari mana kebanyakan dari
mereka sekarang."

"Ah, begitu... Jadi sudah lama sekali... bahwa orang sudah lupa dimana labirinnya...
Oke, baiklah... mereka..." Suara Miledi semakin lemah dan mengecil. Sepertinya dia
mengenang masa lalu. Yue dan Shea menunduk menatapnya tanpa suara. Mereka
menghormati tekadnya. Demi tujuannya, demi mimpinya, dia telah meninggalkan bentuk
manusia dan mengalihkan rohnya ke benda mati ini.

Miledi menggumamkan lokasi Labirin Agung yang tersisa. Di antara mereka ada yang
mengejutkan orang.

"Itu semuanya... Semoga berhasil."

"Kau pasti bertingkah baik sekarang. Apa yang terjadi dengan semua pelecehan dan
perangkap yang kau pasang?" Seperti kata Hajime, ucapan dan kata-kata kasar yang
menyebalkan itu tak bisa ditemukan. Sebagai gantinya, dia berbicara dengan tulus yang
hampir tidak dia percaya darinya. Dia telah menunjukkan petunjuk tentang kepribadian ini
sebelum pertarungan mereka, jadi Hajime mulai curiga bahwa ini benar-benar sifat
sejatinya. Dan sekarang setelah beberapa saat dia mati, dia tidak perlu mempertahankan
emosinya.

"Ahaha, maaf soal itu. Tapi kau tahu... bajingan sialan itu... benar-benar sampah...
Mereka melakukan hal-hal menjengkelkan semacam ini sepanjang waktu... Jadi aku hanya...
ingin membantumu terbiasa dulu..."

"Hei... Berapa kali aku harus mengatakannya? Aku tidak berminat melawan dewa
gilamu. Berhenti dengan asumsi aku akan melakukannya."

Jawaban yang datang kembali memiliki tingkat nada yang begitu tinggi sehingga
Hajime tidak bisa meragukan kata-katanya.

"Kau akan. Selama kau tetap sama... kau... pasti akan membunuh mereka."

"...Aku tidak mengerti apa yang ingin kau katakan. Maksudku, tentu, kurasa aku
akan menghabisi mereka sampai kerajaan jika mereka menghalangiku, tapi..." Jawab
Hajime ragu-ragu. Miledi hanya tertawa terbahak-bahak.

"Fufu... Tidak apa-apa... hiduplah sesukamu namun semoga... aku tahu... pilihanmu...
pasti akan... membantu dunia ini..." Cahaya biru bercahaya menyelimuti Miledi Golem. Itu
berkedip sedikit, seperti cahaya pucat dari kunang-kunang saat melayang ke langit seperti
jiwa yang akhirnya terbebas. Itu adalah pemandangan mistis yang menakjubkan.

Yue tiba-tiba mendekati Miledi. Hampir tidak ada cahaya yang tertinggal di
matanya.

"Apa?" Suara Miledi nyaris tidak berbisik. Yue membalas dengan bisikan berbisik
yang sama, memberikan kata-kata perpisahan terakhirnya kepada Liberator hebat.

"...Kau melakukannya dengan baik. Kau bisa beristirahat sekarang."

"......"
Kata-kata pujian. Itu semua adalah salah satu makhluk hidup yang bisa diberikan
kepadanya, pahlawan yang hampir legendaris yang telah menunggu sendirian di kegelapan
selama berabad-abad, tidak pernah menyerah bahwa mimpinya suatu hari akan terwujud.
Mungkin aneh mendengar kata-kata itu dari seseorang yang jauh lebih muda darinya.
Meski begitu, Yue tidak bisa memikirkan hal lain untuk dikatakan.

Miledi juga tidak mengharapkannya. Dia hanya menatap kaget untuk sementara
waktu. Akhirnya, dia berbicara. Kata-kata gumamnya jauh lebih pelan daripada yang
mereka dengar saat ini.

"...Terima kasih."

"Mhmm."

Enyah saja! Di belakang mereka, Hajime mendekati akhir dari kesabarannya. Cara
Miledi terdengar begitu yakin tentang apa yang akan dilakukannya membuat dia kesal.
Namun, Shea menyematkan lengannya di belakang punggungnya dan menutup mulutnya
dengan tangannya sebelum dia bisa melakukan apa pun.

"Siapa orang yang tidak bisa membaca mood sekarang, hah!? Diam saja sampai
selesai!" Shea berbisik dengan marah ke telinganya. Untungnya, baik Yue maupun Miledi
tidak memperhatikannya, maka suasana khidmat di antara keduanya tetap ada.

"Nah, sekarang... akhirnya waktunya... aku berdoa semoga... restu para dewa... tidak
pernah sampai padamu..."

Tunggu, itu adalah kata-kata yang sama yang Oscar sampaikan di rumahnya...
Dengan ucapan perpisahan itu, Miledi Reisen, salah satu Liberator dunia ini, lenyap.
Terikat, Yue dan Shea melihat saat cahaya jiwanya naik ke langit.

"...Mula-mula kupikir dia hanya wanita kecil yang busuk dan aneh, tapi dia benar-
benar memberikannya semua, bukan?"

"Ya..."

Kata-kata mereka muram. Namun, salah satu anggota party mereka tampaknya
tidak peduli dengan kedatangan Miledi sama sekali, dan mempercepat mereka berdua.

"Baiklah, sudah selesai? Ayo pergi dari sini. Juga, aku tahu pasti bahwa bagian
kepribadiannya yang menyebalkan itu tidak dipalsukan. Tidak ada aktor yang bagus, dia
pasti sudah brengsek sejak awal."

"Ayolah, Hajime-san. Tidak perlu berbicara buruk tentang orang mati. Itu kejam.
Lihat, aku tahu kaulah yang paling buruk dalam membaca mood."

"...Hajime, apakah kau bodoh? "


"Jangan kau juga, Yue... Bah, terserah. Selain itu, bukan karena aku tidak bisa
membaca mood, aku hanya memilih untuk tidak melakukannya."

Di tengah percakapan mereka, mereka melihat bagian dinding mulai bersinar.


Memotong diskusi mereka singkat, mereka mulai menuju ke sana. Itu relatif tinggi, jadi
mereka harus melompat melintasi beberapa blok mengambang untuk mencapainya. Tapi
saat mereka melompat ke yang pertama, itu mulai bergerak dan membawa mereka ke sana.

"....."

"Wawawa, baru mulai bergerak sendiri. Yah, setidaknya itu menyelamatkan kita
dari masalah."

"Apakah ini hadiah karena menang?" Shea berteriak kaget, sementara Yue
memiringkan kepalanya. Hanya Hajime yang tampak tidak bahagia. Setelah sepuluh detik
perjalanan, berhenti sekitar lima meter sebelum bagian dinding yang bercahaya. Pada saat
bersamaan, cahaya mulai memudar dan bagian dinding yang telah menyala terjatuh. Di
belakangnya ada lorong yang terbuat dari batu putih yang dipoles yang bersinar dengan
sinar yang cemerlang.

Blok terapung yang mereka hadapi mulai membawa mereka melewati lorong. Kurasa
inilah yang akan membawa kita ke rumah Miledi? Beberapa saat kemudian, mereka
mendapati diri mereka menatap dinding yang terukir dengan tujuh lambang Liberator.
Dindingnya sama dengan yang mengarah ke rumah Oscar di labirinnya. Saat mereka
mendekat, dinding meluncur ke samping. Blok itu tidak melambat sama sekali dan membawa
mereka melalui celah itu juga. Di sisi lain, mereka menemukan...

"Hei di sana! Belum lama tak jumpa! Ini aku, Miledi-chan!" Versi miniatur Miledi
Golem.

"......"

"Apa yang kukatakan? Aku tahu dia akan menarik sesuatu seperti ini."

Shea dan Yue tertegun. Hajime hanya tampak jengkel. Dia telah menduga
dugaannya salah.

Dia sudah menduga bahwa baik Miledi serius maupun lelucon Miledi hanyalah dua
sisi orang yang bernama Miledi Reisen. Faktor kerumitan dan gangguan perangkapnya
terlalu besar untuk datang dari seseorang yang hanya mengenakan ungkapan. Lebih jauh
lagi, dia sengaja memilih untuk meninggalkan rohnya untuk menilai calon penantang. Dalam
hal ini, tidak masuk akal baginya untuk mengatur segalanya sehingga dia baru saja lenyap
begitu dia dikalahkan. Lagi pula, itu berarti penantang berikutnya tidak lagi memiliki
cobaan untuk diatasi.

Itulah sebabnya Hajime telah meramalkan bahwa meski mereka menghancurkan


golemnya, Miledi sendiri tidak akan lenyap. Asumsinya dipastikan saat blok mereka
melompat mulai membimbing mereka sendiri. Hanya Miledi yang bisa mengendalikan blok
tersebut dengan bebas.

Berbeda sekali dengan ekspresi suram Shea dan Yue, Miledi tampak sangat ceria.

"Huh? Apa ini? Kenapa semuanya diam? Ayo, bukankah seharusnya kalian lebih
terkejut? Atau apakah kalian begitu terkejut sehingga kalian tidak tahu harus berkata
apa? Kurasa keterkejutanku sangat besar!" Miniatur Miledi Golem tampak jauh lebih
manusiawi daripada rekannya yang raksasa. Dia memiliki topeng putih di wajahnya dan
tubuhnya yang ramping dilapisi jubah putih. Meskipun agak aneh bahwa topeng itu dalam
bentuk wajah tersenyum... Berbicara dengan cara imut yang sama seperti saat pertama
kali bertemu, Mini Miledi menghampiri mereka. Poni Yue dan Shea menutupi wajah mereka,
menyembunyikan ungkapan mereka. Hajime bisa melihat ke mana arah ini dan segera
mundur selangkah.

Yue dan Shea berbisik pelan.

"...Lalu apa yang ada di belakang sana?"

"Hm? Di belakang sana? Oh, apakah menurutmu aku mati? Nah, tidak mungkin! Aku
tidak akan pernah mati!"

"Tapi kita melihat cahaya meninggalkan tubuhmu."

"Fufufu, performa bagus sekali, kan? Aku adalah aktor yang baik! Aku benar-benar
jenius dalam segala hal yang kulakukan!" Miledi semakin keras saat dia berbicara. Dia
menjadi lebih menyebalkan secara proporsional juga. Yue menarik tangannya sementara
Shea mengeluarkan Drucken.

"Oh, apakah aku berlebihan?" Gumam Miledi dengan cemas.

"U-Umm...." Dia tampak cemas dari Yue sampai Shea, sejenak kehilangan kata-kata,
tapi kemudian dia sepertinya menyerahkan diri pada takdirnya saat dia berbicara.

"Ehehe, cuma bercanda~"

"Mati sana."

"Aku akan membunuhmu!"

"T-Tunggu! Tunggu dulu! Tubuh ini benar-benar lemah! Aku benar-benar akan mati
kalau kalian menghancurkannya! Tenanglah, tolong! Aku akan minta maaf, aku janji!"

Itu menandai dimulainya perkelahian di mana banyak area sekitarnya hancur, tapi
Hajime tidak melakukan apa-apa dan menjelajahi ruangan tempat mereka berada. Lantai
dan dindingnya berwarna putih, dan di samping lingkaran sihir yang terukir di tengahnya,
ruangan itu kosong. Ada satu pintu masuk ke dinding seberang, yang diasumsikan Hajime
mengarah ke rumah Miledi.
Hajime berjalan mendekati lingkaran sihir dan mulai memeriksanya. Miledi
bergegas mendekatinya saat melihat apa yang sedang dilakukannya. Seorang vampir haus
darah dan seekor kelinci pembunuh mengejarnya.

"Heeei, jangan sentuh itu. Juga, mereka rekanmu, kan!? Jangan abaikan aku,
lakukan sesuatu tentang mereka!" Miledi meringkuk di belakang punggung Hajime,
berharap bisa memberikan perlindungan terhadap kedua gadis setan yang mengejarnya.

"Hajime, minggirlah. Aku harus membunuhnya."

"Minggirlah, Hajime-san. Kita perlu membunuhnya. Segera, sebaiknya."

"Kurasa aku tidak akan mendengar itu dari kalian. Bagaimana pun, berhenti
bermain-main, kita harus bekerja." Hajime menegur Yue dan Shea dengan suara lelah. Di
belakangnya, Mini Miledi mencemooh.

"Yeah, benar, anggap ini serius!" Tapi kemudian dia terpotong oleh lengan logam
Hajime yang menyambar wajahnya. Dia memperketat pegangannya padanya sampai topeng
wajah senyumnya terpelintir dalam ekspresi rasa sakit yang mengerikan. Ada suara
berderit yang tak menyenangkan yang keluar dari kepalanya.

"Kalau kau tidak ingin berakhir seperti dirimu yang lebih besar, serahkan sihir kuno
itu."

"Heeei, kau tahu kau benar-benar seperti penjahat— Creaak! Baiklah, baiklah,
baiklah, aku akan memberikannya padamu! Aku janji, jadi tolong berhenti! Aku benar-
benar akan hancur kalau terus begini!" Melihat akhirnya Miledi merendahkan hati, Yue dan
Shea juga sedikit tenang. Menyadari ada yang membodohi lagi bisa benar-benar
membuatnya hancur, Miledi memulai lingkaran sihirnya dengan cepat.

Ketiganya melangkah masuk ke dalamnya. Karena Miledi sendiri yang mengujinya di


sini, tidak ada mantra yang mencari kenangan mereka seperti yang ada di rumah Orcus.
Sebagai gantinya, pengetahuan tentang bagaimana menggunakan sihir kuno yang
diproteksinya dipindahkan langsung ke otak mereka. Hajime dan Yue telah melewati ini
sekali sebelumnya, jadi mereka tidak menunjukkan reaksi apa pun, tapi Shea kaget saat
kejadian itu terjadi.

Hanya dalam beberapa detik, ketiganya memiliki pengetahuan tentang bagaimana


menggunakan mantra kuno Miledi.

"Ini kan... Aku tahu itu, mantra yang memungkinkanmu memanipulasi gravitasi."

"Itu benar~ keahlianku adalah sihir gravitasi. Pastikan kau menggunakannya dengan
baik... Atau begitulah yang ingin kukatakan, tapi sepertinya kau dan gadis kelinci di sana
tidak memiliki ketertarikan untuk itu. Sama seperti tidak sama sekali, astaga!"

"Oh, diamlah. Kupikir itu akan terjadi." Seperti yang dikatakan Miledi, meskipun
Hajime dan Shea sekarang memiliki pengetahuan tentang bagaimana memanipulasi
gravitasi, mereka tidak akan mudah menggunakannya. Rasanya seperti bagaimana Yue
tidak memiliki bakat untuk penciptaan sihir yang digunakan Hajime.

"Nah, gadis kelinci di sana setidaknya bisa menggunakannya dengan cukup baik
untuk membuat dirinya lebih berat. Dan kau... kau memiliki sihir ciptaanmu, jadi
pikirkanlah sesuatu. Setidaknya si Pirang di sini cocok untuk menggunakannya. Latih keras
sampai kalian menguasainya, oke?" Hajime mengangkat bahunya, Yue mengangguk serius,
dan Shea tampak tertegun. Dia akhirnya berhasil meraih teka-teki tingkat dewa hanya
untuk diberitahu bahwa yang paling bisa dia lakukan adalah membuat dirinya lebih berat.
Kejutan pasti cukup hebat. Jelas, dia tidak berniat membuat dirinya lebih berat, tapi
bahkan belajar membuat dirinya lebih ringan tidak akan banyak membantu. Menjadi lebih
ringan bisa mengacaukan proporsi tubuhnya sama buruknya. Bagaimana pun, itu tidak ada
gunanya baginya... Shea tenggelam ke tanah, jelas tertekan. Hajime mengabaikannya dan
terus membuat lebih banyak tuntutan tanpa ampun.

"Hei, Miledi. Serahkan bukti bahwa kita menaklukkan dungeon ini. Oh, dan berikan
semua artefak yang berguna yang telah kau sembunyikan di sini dan semua batu roh
berkualitas tinggi yang kau simpan."

"Kau sadar bahwa kau terdengar seperti perampok sekarang?" Rasanya bagi Hajime
bahwa mata di balik topeng wajah senyum yang melengkung sekarang melotot padanya
dengan marah, tapi dia mengabaikannya. Mini Miledi mengacak-acak kantongnya sebelum
mengeluarkan cincin dan melemparkannya ke Hajime. Dia menangkapnya di udara. Lambang
Reisen adalah dua elips yang dihubungkan oleh satu tiang penembakan melalui keduanya.

Dia kemudian mengeluarkan sejumlah besar bijih dari tempat yang tampaknya tidak
terlihat, lalu mengaduk-aduknya, mengambil bijih yang sama dengan dungeonnya. Dia pasti
punya harta karun miliknya sendiri. Mengingat betapa mudahnya dia menyetujuinya,
mungkin dia juga berencana memberikan semua ini untuk kita. Karena alasan apa pun,
Miledi merasa yakin bahwa Hajime benar-benar akan melawan para dewa, jadi masuk akal
jika dia menawarkan semua bantuan ini.

Padahal, serahkan saja pada Hajime agar tidak puas dengan semua itu. Dia mulai
mengemasi bijihnya ke Treasure Trove miliknya sendiri saat dia menatap dingin ke arah
Miledi.

"Itu Treasure Trove, bukan? Serahkan. Kau juga punya beberapa artefak bagus di
sana, kan?"

"S-Sekarang lihat di sini, itu semua yang harus kuberikan padamu. Aku
membutuhkan Treasure Trove dan semua artefak lainnya yang telah kutinggalkan untuk
memperbaiki dan merawat labirin ini."

"Memangnya aku peduli. Serahkan."


"Hei, aku bilang tidak!" Miledi buru-buru melangkah mundur, menjauh dari tangan
Hajime yang meraihnya. Lagi pula, hal-hal ini tidak akan berguna bagi mereka. Dia
menjelaskan banyak tentang Hajime, tapi sepertinya tidak berguna.

"Hmm, begitu... Baiklah, serahkan semuanya." Kalau begini, dia benar-benar


bertingkah seperti penjahat.

"Sudah kubilang, tidak bisa! Sekarang pulang sana!" Miledi melarikan diri dari
cengkeraman Hijime yang meraba-raba dan melompat ke blok yang membawa mereka ke
sini. Dia memanipulasinya sehingga dia mengambang di suatu tempat di dekat langit-langit.

"Jangan lari. Aku hanya ingin semua yang kau miliki sebagai bagian dari hadiahku
untuk membersihkan dungeonmu. Kukatakan itu hal yang adil untuk ditanyakan."

"Ada yang salah denganmu kalau kau menganggap itu penting? Ugh, tidak percaya
akhirnya aku mengatakan kalimat yang sama yang selalu digunakan O-chan yang diberikan
padaku..."

"Asal tahu saja, O-chan yang mengajari kami ini adil."

"O-chaaaaaaan!"

Hajime akhirnya berhasil melumpuhkan Miledi dengan bantuan Yue dan Shea, yang
masih menyimpan dendam padanya untuk semua godaan yang telah dia lakukan dan
menginginkan pembebasan. Dia tahu setengah dari ini adalah kesalahannya sendiri, tapi
bagian yang benar-benar menyengat adalah setengah dari itu adalah kesalahan orang yang
membuat labirin lainnya.

"Haaah, untuk berpikir orang pertama yang menaklukkan dungeonku akan menjadi
segila ini... Terserah, aku menyerah. Aku akan mengirim kalian bertiga dari sini! Sebaiknya
kalian tidak kembali!" Tepat sebelum Hajime bisa melompat ke arahnya, sebuah tali tiba-
tiba muncul dari langit-langit, yang segera ditarik oleh Miledi.

"Huh?" Hajime mendongak kebingungan, tapi kemudian dia mendengar suara


mengerikan yang sama yang dibencinya.

Clunk!

"Ap—!?" Dia telah mengaktifkan perangkap lain.

Sesaat kemudian, air mulai mengalir ke ruangan dari keempat dinding. Karena sudut
yang keluar, ruangan tempat mereka berada segera pusaran air yang mengamuk. Pada saat
bersamaan, lingkaran sihir di tengah ruangan tenggelam, menciptakan lubang kecil yang
apik di lantai. Pusaran air mulai mengalir ke dalamnya.

"Hei! Kau kecil—" Hajime menegang saat menyadari penghinaan yang akan mereka
alami. Sebuah ruangan putih melingkar, sebuah lubang di tengahnya, dan air mendidih
turun ke lubang... Miledi membawa mereka ke toilet besar.
"Bagaimana kalau kita membiarkan air ini juga menghilangkan permusuhan kita?"
Topeng Mini Miledi mengedipkan mata pada mereka.

Dengan kesal, Yue mencoba melontarkan mantra terbangnya yang biasa dengan
cepat. Mana di ruangan ini tidak terdispersi, mungkin karena lingkaran sihir ada di ruangan
ini, itulah sebabnya Yue bisa mengangkat semuanya tanpa kehilangan cadangannya dengan
mudah.

"Up—"

"Tidak." Sebelum dia bisa menyelesaikannya, bagaimana pun, Miledi menjulurkan


tangannya dan Hajime dan yang lainnya merasakan berat yang sangat besar menekan
mereka. Rasanya seperti ada benda tak terlihat yang berusaha menghancurkannya. Miledi
telah meningkatkan berat udara yang menekan mereka.

"Bye bye~ Semoga berhasil dengan labirin lainnya!"

"Ugh... Kurang ajar kau! Kami tidak perlu di-flush! Aku bersumpah aku akan kembali
dan menghancurkanmu!"

"Urgh... Aku tidak akan pernah memaafkanmu."

"Kau sudah mati, kau dengar!? Mati! Fugwaah!"

Dengan ucapan perpisahan itu, Hajime dan yang lainnya tersedot mangkuk toilet
mungil itu. Tepat sebelum dia menghilang dari pandangan, Hajime melemparkan sesuatu ke
Miledi dalam tindakan membalas dendam terakhir. Begitu Hajime dan yang lainnya lenyap,
airnya mengalir begitu cepat, meninggalkan ruangan yang sama seperti sebelumnya.

"Haah, dasar. Tetap saja, untuk berpikir dia akan menjadi seorang Synergist
seperti O-chan... Fufu, rasanya hampir takdir. Terus berjuang demi impianmu... Sekarang,
sepertinya aku akan sibuk memperbaiki golem... Hm? Apa ini?"

Miledi menyeka keringat yang tidak ada pada alis golem buatannya saat dia
merenungkan dirinya sendiri. Sesaat kemudian, dia melihat ada sesuatu yang aneh di sudut
penglihatannya. Ada pisau menempel di dinding dengan benda hitam menggantung dari situ.
Apa ini? Saat dia mendekat, dia menyadari bahwa dia mengenali bentuk itu.

"Huh!? Tunggu, bukankah ini—"

Benda hitam itu adalah salah satu granat tangan Hajime. Tepat sebelum dia
menghilang dari pembuangan, Hajime telah melemparkannya sebagai tindakan balas
dendam terakhirnya. Karena dia sudah sering menggunakannya di dungeon, Miledi
mengenali apa yang terjadi seketika itu. Panik, dia cepat-cepat mencoba melarikan diri.
Namun, memanipulasi gravitasi mengambil banyak jumlah, dan Miledi telah menggunakan
semua itu dalam pengejaran terakhir, yang berarti dia tidak bermaksud melunakkan
ledakan tersebut.
Dia mencoba menhancurkan dengan kaki, tapi sudah terlambat. Saat Mini Miledi
berbalik adalah saat granat meledak. Seluruh ruangan terbungkus dalam cahaya, diikuti
oleh gelombang kejut yang sangat besar.

Jeritan Miledi bergema di sepanjang labirin. Beberapa saat setelah itu, mungkin
ada golem yang sangat tertekan saat menangis karena dia harus menghabiskan lebih
banyak waktu untuk memperbaiki dungeonnya. Sementara itu, trio yang telah diusir keluar
ruangan saat ini sedang terbawa terowongan yang panjang dengan arus yang kuat. Tidak
ada istirahat bagi mereka untuk menarik napas, jadi mereka baru saja tersapu. Butuh
semua konsentrasi mereka untuk tetap sadar dan menghindari menabrak dinding.

Mereka melihat sejumlah bayang-bayang yang melewatinya saat mereka hanyut.


Ikan. Terowongan yang mereka disalurkan melalui harus terhubung ke sungai atau danau
di suatu tempat. Tidak seperti Hajime dan yang lainnya, ikan tersebut mampu berenang
melawan arus dan banyak dari mereka melewati trio tersebut.

Salah satu dari mereka bahkan mendekati wajah Shea saat berenang, mengikuti
dia. Dia melihat ke arahnya. Mata mereka bertemu. Miliknya dan ikannya. Atau lebih
tepatnya, yang dipikirkannya adalah seekor ikan. Meskipun memiliki tubuh satu, wajahnya
tampak seperti wajah pria tua. Itu adalah kesan sulit untuk disampaikan, tapi itulah cara
terbaik untuk menggambarkannya. Shea telah bertemu ikan dengan wajah seseorang.
Ungkapan apatisnya anehnya mengingatkan pada ikan di game lama Seaman.

Shea membuka matanya lebar-lebar karena terkejut. Dia hampir mengeluarkan


napas yang ditahan, tapi dia berhasil menekan mulutnya tepat pada waktunya. Tetap saja,
dia tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Mereka berdua saling menatap saat mereka
hanyut saat ini. Mereka mungkin telah menghabiskan seluruh kekekalan menatap mata
masing-masing, tapi Shea tiba-tiba terganggu oleh suara yang muncul di kepalanya.

—Apa kau lihat-lihat?— Bahkan disertai dengan klik mental dari lidah. Kali ini Shea
tidak bisa menahan keterkejutannya. Dia membuka mulutnya dengan jeritan yang kacau,
mengembuskan udara yang dipegangnya. Tunggu, apakah ikan ini sejenis monster!? Yang
bisa menggunakan skill telepati? Tapi pertanyaan Shea akan selalu tak terjawab saat arus
air menyapu mereka, sementara ikan itu terus berenang ke arah yang berbeda.

Yang tersisa hanyalah seorang gadis kelinci bermata putih yang tertunduk lemas di
air, saat party mereka terus mengalir ke air cukup lama...

Sebuah kereta yang dikawal oleh sebuah tim kuda berjalan menyusuri jalan raya.
Kuda-kuda menusuk kesunyian itu secara berkala. Mereka secara alami menyuruh orang
menungganginya. Tiga pria dan satu wanita, semuanya berpakaian seperti petualang.
Kereta sedang digerakkan oleh seorang gadis berusia lima belas tahun dan seorang...
cross-dresser yang menyerupai monster.

"Sona-chaaan, ada mata air di depan, jadi mari kita istirahat di sana."
"Baiklah, Crystabel-san."

Crystabel ini adalah Crystabel yang sama yang telah membantu pakaian Yue dan
Shea di kota Brooke. Gadis yang duduk di sebelahnya adalah resepsionis penginapan
Masaka yang mereka tinggali, Sona Masaka. Terlepas dari nama anehnya, dia adalah
seorang gadis biasa yang mungkin sedikit lebih penasaran di sisi yang lebih dewasa
daripada yang normal seusianya.

Mereka berdua sedang dalam perjalanan kembali ke Brooke setelah bertamasya ke


kota berikutnya bersama dengan seorang penjaga yang dipekerjakan. Seperti yang
disarankan oleh sosok raksasa, Crystabel sangat kuat, jadi dia sering keluar untuk
mengumpulkan persediaan sendiri untuk membuat pakaiannya. Perjalanan ini, pada
kenyataannya, memiliki satu contoh. Sona telah datang karena salah satu kerabatnya di
kota berikutnya menderita luka parah dan orangtuanya terlalu sibuk untuk pergi, jadi dia
memberi hadiah yang bagus untuk mereka. Petualang telah dalam perjalanan kembali dari
sebuah quest, jadi mereka memutuskan untuk ikut serta juga.

Mereka sekitar satu hari perjalanan dari Brooke. Party tersebut memutuskan
untuk beristirahat di dekat mata air pada sore hari.

Mereka membiarkan kuda-kuda itu minum dari mata air saat mereka membuat
persiapan untuk makan siang. Sona menuju ke mata air untuk mendapatkan air untuk
kelompok tersebut. Begitu dia memasukkan botol ke mata air, itu mulai berbusa. Air
mengalir dari pusatnya, memercikkan area di dekatnya.

"Kyaaa!"

"Sona-chan!"

Sona menjerit terkejut dan terjatuh mundur. Crystabel langsung bergegas


melindunginya, dengan petualang lainnya tidak jauh ketinggalan. Semprotan air mancur
meningkat dalam intensitas, menciptakan kolom air yang tingginya sepuluh meter.

Mata air ini adalah tempat peristirahatan yang terkenal bagi pelancong, dan tidak
pernah ada yang melaporkan hal seperti ini terjadi. Makanya mengapa Crystabel, Sona,
dan petualang lainnya menatap shock, tanpa sadar akan semprotan yang merendamnya.
Beberapa detik kemudian—

"Dowaaaaaaa!"

"Aaaaaaah!"

"......"

Tiga orang keluar dari air mancur... dua di antaranya menjerit saat mereka terbang
keluar. Crystabel dan yang lainnya berteriak kaget. Mereka terbang sejauh sepuluh kaki
melewati udara sebelum menabrak ke tanah dengan spektakuler di seberang tepi.
"......"

"Ap-Apa itu..." Crystabel dan para petualang kaget, sementara Sona bergumam apa
yang mereka semua pikirkan.

"Ack... Ugh... Astaga, itu mengerikan. Aku akan menghancurkan brengsek kecil itu
menjadi beberapa bagian, tandai kata-kataku. Yue, Shea, kalian baik-baik saja?"

"Ack, urgh... Yeah, begitulah."

Hajime meludahkan serangkaian umpatan sambil memastikan Yue dan Shea baik-
baik saja. Namun, hanya Yue yang menanggapinya.

"Shea? Hei, Shea! Dimana kau?"

"Shea... kemana kau pergi?"

Tidak ada jawaban. Hajime melompat kembali ke air dengan cepat dan mulai
mencarinya. Seperti yang dia duga, Shea sedang berbaring di dasar mata air. Dia
kehilangan kesadaran dan tidak hanyut karena berat Drucken.

Hajime menarik bijih yang benar-benar padat dari Treasure Trove-nya,


membuatnya cepat tenggelam ke dasar. Begitu dia meraih Shea, dia melepaskan diri dan
melompat mundur.

Dia menyeretnya bersamanya ke pantai. Lalu, dia membaringkannya di punggungnya


dan melihatnya lebih dekat. Dia berwajah pucat, matanya kembali menggelinding ke
kepalanya, dan jantungnya tidak berdegup kencang. Dia pasti pernah melihat sesuatu yang
sangat mengerikan karena ekspresinya masih membeku dalam rasa jijik.

"Yue, kau harus memberinya CPR!"

"CP-apa?"

"Gah, maksudku kau perlu membersihkan saluran udaranya dan..."

"Huh?" Dia mencoba menyuruh Yue memberi Shea CPR, tapi dia hanya menatap
Hajime dengan hampa. Apakah konsep CPR tidak ada di dunia ini? Dia tidak benar-benar
terluka, dan memberinya cairan lebih banyak saat dia sudah tenggelam sepertinya ide yang
buruk, jadi Ambrosia mungkin tidak akan membantu. Yue tidak begitu berpengalaman
dalam sihir penyembuhan, jadi dia ragu dia bisa melempar sesuatu yang cukup spesifik
untuk membuat Shea meludahkan semua air dan membuat jantungnya berdetak lagi.

Dia tidak tahu kapan dia kehilangan kesadaran, tapi pada saat ini adalah wujudnya.
Hajime menguatkan tekadnya dan mulai melakukan CPR.
Tentu, itu berarti dia harus melakukan mulut ke mulut juga... Yue mengawasi dengan
sedih. Tapi dia sadar Hajime melakukan ini karena bagaimana pun juga menyelamatkan
Shea, jadi dia diam saja. Sebaliknya dia hanya menatap.

Hajime mencoba mengabaikan tatapan dingin itu sebisa mungkin saat dia berusaha
membuat jantung Shea memompa lagi. Tak dapat dipercaya. Aku baru saja mulai berpikir
bahwa kau mungkin tidak sepadan itu, tapi kemudian kau pergi dan hampir bunuh diri
setelah kami memenangkannya. Kau benar-benar kelinci tak berguna. Hajime meringis, dan
setelah beberapa kali CPR, akhirnya Shea mulai batuk air. Dia menoleh ke samping
sehingga dia tidak mau tersedak lagi. Dari perspektif luar, sepertinya dia menciumnya
dengan penuh semangat.

"Hiks, ack... Hajime-san?"

"Ya, itu aku. Luar biasa, aku tidak percaya kau hampir terbunuh— Mmf!?"

Meski kata-kata kasarnya, Hajime tampak sangat lega. Tiba-tiba, Shea


memotongnya dengan memeluknya dan memberinya ciuman yang dalam. Sangat tak terduga
bahwa Hajime tidak punya waktu untuk menyingkir.

"Mmmf!? Mmmmm!!!"

"Mmmpch... Mmm..." Shea membungkus lengan dan kakinya di sekitar Hajime,


menguncinya sementara dia memasukkan mulut Hajime dengan lidahnya tanpa ampun.
Kekuatannya yang tidak manusiawi dan pengaruh yang diberikannya membuatnya tidak
mungkin Hajime bisa melepaskan diri.

Entah bagaimana, Shea menyadari semua "ciuman" yang diberikan Hajime padanya
saat dia sedang melakukan CPR. Mungkin itu adalah kondisi khusus yang disebabkan oleh
kenyataan bahwa Shea telah mengaktifkan penguat tubuhnya tepat sebelum dia
kehilangan kesadaran.

Terserah, ciuman berulang Hajime telah melemparkannya ke mode overdrive


penuh. Dia membiarkan Hajime terjepit erat sementara dia membalas ciumannya seratus
kali lipat.

Ke samping Yue tampak... sangat tidak bahagia, untuk sedikitnya. Tetap saja, dia
tidak melakukan apa pun untuk menghentikan mereka. Dengan suara kecil, dia bergumam
"Sebagai hadiah, sekali ini saja..." Tampaknya dia bersedia memaafkan pelanggaran ini.

Meski terlihat jelas dari ekspresinya dan tatapan berbahaya di matanya bahwa dia
cukup berkonflik. Malam ini, dia akan memastikan Hajime menghabiskan sepanjang malam
bersamanya... Dia tidak akan membiarkannya beristirahat sebentar saja.

"Wawawah! Apa yang sedang terjadi!? M-Mengagumkan... mereka benar-benar


basah kuyup, tapi mereka saling membungkus dengan penuh gairah... D-Dan... mereka
melakukan semuanya di luar! Orang-orang ini tidak normal!" Seruan itu datang tak lain
daripada gadis yang mudah bergairah, Sona. Di sebelahnya, Crystabel bergumam "Oh?
Bukankah kalian berdua..." Sepertinya dia ingat mereka. Ke samping, ketiga petualang laki-
laki itu terbakar karena cemburu, dan dengan susah payah mereka berhasil menahan
pedang mereka di sarungnya. Petualang wanita itu memberi mereka tatapan tajam.

Shea masih setengah mengigau dari gairah dan euforia menjelang kematian. Dia
terengah-engah saat mencium Hajime, sampai akhirnya dia jadi sangat muak sehingga dia
mengangkat kakinya, membawa Shea bersamanya. Dia kemudian meraih pantat Shea,
membuatnya meremas kencang.

"Aahn!" Dia mengeluarkan erangan yang kacau. Pada detik itu, pegangannya yang
ketat melemas. Hajime melepaskannya dan melemparkannya ke mata air.

"Ugyaaaaah!" Dia melihat saat dia jatuh ke mata air dengan percikan yang luar
biasa. Lalu, ia mengambil beberapa detik untuk menarik napas dan menyisir rambutnya
kembali.

"Aku ceroboh. Aku tidak berpikir dia akan mendatangiku seperti itu... tepat setelah
mendapatkan kembali kesadaran." Hajime memperhatikan saat dia terhuyung-huyung
keluar dari mata air seperti banshee, pahanya menutupi wajahnya, dan menggigil.

"Uuuu... Betapa kejamnya. Hajime-san, kaulah yang memulainya."

"Maaf? Aku ingin kau tahu bahwa itu hanya teknik menyelamatkan nyawa, tidak
lebih... dan tunggu, kau sadar sepanjang waktu?"

"Yah, aku tidak begitu yakin... tapi aku bisa menceritakan apa yang sedang terjadi.
Hanya saja kau menciumku berkali-kali, Hajime-san! Uhehehe."

"Tolong berhenti tertawa ngeri seperti itu. Dengar, aku hanya melakukan itu untuk
menyelamatkan hidupmu, tidak lebih. Jangan punya ide aneh, oke?"

"Sungguh? Tapi ciuman masihlah ciuman. Kalau begini, kau mungkin benar-benar
jatuh cinta padaku!"

"Mana mau. Dan Yue, kau bisa menghentikannya, tahu?"

"Sekali ini saja... Maksudku, Shea bekerja sangat keras... tapi tetap saja..."

"Yue? Astaga, Yue?"

Yue balas menatapnya dengan mata kosong, bergumam tak jelas. Hajime menghela
napas saat menyadari bahwa dia juga telah melakukannya. Akhirnya, dia beralih ke
Crystabel dan yang lainnya. Mereka telah menatap mereka sepanjang waktu ini.

Tatapannya melewati keempat petualang itu, berhenti sejenak pada Sona, dan
kembali kepadanya setelah dia melihat Crystabel. Dia ingin berpura-pura tidak pernah
melihat Crystabel sama sekali.
Sona melompat dengan awal saat menyadari bahwa Hajime menatapnya, lalu tersipu
merah padam.

"M-Maaf telah mengganggu kalian berdua! J-Jangan pedulikan kami. Dengan segala
cara, silakan lanjutkan!" Dia berbalik untuk lari, tapi Crystabel mencengkeram lehernya
sebelum dia bisa melakukannya. Dia kemudian berjalan mendekati Hajime dan yang lainnya.
Hajime melangkah mundur dengan gugup, tapi Shea menyapanya dengan ceria "Oh, hei,
kau pemilik toko." Ternyata dia mengenalnya.

Setelah mereka menyelesaikan semuanya, Hajime mengetahui bahwa mereka telah


melontarkan tumpangan sehari dari Brooke, jadi mereka memutuskan untuk kembali ke
sana bersama Crystabel dan yang lainnya. Crystabel menawarkan diri untuk membiarkan
mereka naik kereta mereka, yang dengan senang hati mereka terima. Mereka mengganti
pakaian mereka yang basah dan bercakap-cakap dengan orang lain saat mereka kembali.
Suara tepukan kaki menjadi soundtrack perjalanan mereka saat sinar matahari hangat
menyinari mereka.

Bersama dengan rekan mereka yang baru ditemukan, Hajime dan party-nya telah
membersihkan labirin kedua mereka. Hajime membiarkan perasaan menang puas saat ia
berbaring di belakang kereta. Hangat oleh sinar matahari, dia tersenyum samar saat
memikirkan semua perjalanan yang masih belum menantikannya.
EPILOG
"Kau benar-benar pantas menjadi pahlawan." Suara yang jelas terdengar melalui
sebuah lembah pegunungan yang diterangi oleh bulan sabit dan dihiasi daun musim gugur
yang kekal. Orang yang telah bicara menyipitkan matanya dan mengulurkan tangan di
depannya.

"T-Tapi aku..." Orang yang dia ajak bicara terengah-engah saat dia tergagap.
Mereka menyadari bahwa mereka berdiri di tepi sebuah keputusan yang akan mengubah
hidup mereka secara tidak dapat dibatalkan, dan godaan dan bahaya dari setiap pilihan
membuat mereka ragu.

Saat mereka melihat sekeliling, mereka melihat legiun monster yang telah
membungkuk pada kehendak mereka. Mountain Range yang berada di sebelah utara kota
danau Ur terletak di dekat wilayah paling atas Heiligh. Mereka telah meninggalkan
keamanan teman mereka dan datang ke sini sendirian untuk melakukan sesuatu dengan
posisi lemah mereka. Terlepas dari kenyataan bahwa mereka telah dipanggil sebagai salah
satu pahlawan pilihan, terlepas dari kenyataan bahwa mereka memiliki bakat yang
melampaui kebanyakan manusia di dunia ini, mereka telah terdegradasi menjadi peran
sampingan. Dan itu, mereka tidak tahan.

Tapi sama sekali tidak mereka sukai adalah pria yang menyingkirkan mereka dan
menganggap peran pahlawan yang mereka cita-citakan. Itulah sebabnya mereka datang ke
sini untuk melawan monster kuat ini di bawah kendali mereka, sehingga mereka bisa
memenangkan rasa hormat dari yang lain.

Namun, mereka mendekati batas mereka. Mengingat cukup waktu, impian mereka
mungkin telah direalisasikan, tapi itu juga berlaku untuk semua orang di sekitar mereka.
Terutama party yang bertempur di baris depan. Party itu pasti sudah lama melampaui skill
mereka. Meskipun mereka ingin dikagumi dan dicintai semua orang, mereka terlalu takut
untuk kembali ke labirin. Kalau begini. ada sedikit kesempatan mereka bisa mengejar yang
terbaik. Mereka telah berulang kali mengatakannya dengan cara yang benar, hal itu bisa
dilakukan. Meski begitu mereka tidak pernah yakin, dan seringkali mereka hampir
menyerah, percaya bahwa mereka tidak dilahirkan dengan bakat seperti pahlawan sejati.
Namun, mereka bertekun.

Itulah sebabnya tiba-tiba penampilan pria yang telah memberi tahu mereka "Kau
memang spesial" telah begitu tergerak, dan mengapa undangan mereka terdengar begitu
menarik. Meski dengan imbalan saat menerima tawarannya, mereka harus melepaskan
sesuatu yang tidak tergantikan.

"Apakah kau sungguh mengubahku menjadi pahlawan? Kau tidak akan berbalik dan
mengkhianatiku?"

"Tentu saja. Selama kau benar-benar mau membuang semuanya dan datang ke sisi
tuan kami. Kau harus membuktikan dirimu dengan melawan dewi pertanian dan
pengawalnya, kalau kau melakukannya, kami akan memperlakukan kau sebagai pahlawan
kami. Aku berjanji tidak akan mengkhianatimu. Tidak ada orang lain yang bisa kami
andalkan. Justru karena kau spesial, kami ingin mengundangmu ke perkemahan kami."

"Aku... pahlawan. Akhirnya aku akan menjadi protagonis dari ceritaku sendiri..."
Mereka menelan kembali kata-kata kasar pria itu. Api ambisi hitam terbakar keras di mata
mereka. Keinginan dan keputusasaan mereka tumpah seperti bendungan yang meledak,
menodai siluet hitam mereka. Tanpa repot-repot menyembunyikan kegembiraan mereka,
mereka mengangguk penuh semangat dan menjilat bibir mereka.

"Aku akan melakukannya. Aku akan menjadi pahlawanmu." Ekspresi mereka tidak
bisa disebut heroik oleh imajinasi apa pun.

"Pilihan bijak. Aku berharap bisa bekerja sama denganmu... pahlawan." Pria itu
tersenyum lembut, sementara terkekeh pada dirinya sendiri. Bukan hanya pembantaian
yang indah yang akan terjadi, itu akan dibawa oleh salah satu dari mereka sendiri.
Ironisnya sangat lezat.

Di sudut yang sepi di Northern Mountain Range, dua tawa saling tumpang tindih.
Satu-satunya yang hadir untuk menjadi saksi adalah bulan sabit yang menyedihkan dan
legiun monster yang tidak dapat berpikir.
BAB EKSTRA

YEAH, AKU SEORANG MONSTER,

MASALAH DENGAN ITU?


Jauh di dalam hutan yang berkabut itu, satu sosok pun berlari dengan segala
kekuatannya. Rambut biru pucatnya bercampur dengan kabut, tapi kecepatan saat ia
bergerak mengirim riak-riak di kabut. Terlepas dari betapa ringan rambutnya berkibar-
kibar menembus angin, ekspresinya sama sekali tidak ringan. Sebenarnya, dia menangis
saat berlari.

Sangat mudah bagi seorang gadis muda berusia lima sampai enam tahun tersesat
dan dimakan di Hutan Haltina, tempat yang dianggap sebagai sarang monster oleh
kebanyakan manusia. Meski begitu, tidak ada kekhawatiran gadis khusus ini mulai makan.
Sulit untuk diceritakan, tapi gadis yang berlari melewati kabut itu memiliki sepasang
telinga kelinci yang tumbuh dari kepalanya. Dia adalah anggota ras manusia binatang yang
mendiami hutan ini— seorang gadis kelinci.

Manusia kelinci dianggap sebagai ras binatang yang paling lemah, namun sebagai
gantinya mereka memiliki pendengaran yang terbaik, dan ahli dalam menyembunyikan diri.
Bahkan seorang gadis seperti dia memiliki telinga yang sangat tajam. Beberapa makhluk
bisa lolos dari pendengaran seorang manusia kelinci.

Dan gadis kelinci ini khususnya punya kemampuan istimewa yang tidak dimiliki
manusia kelinci lainnya. Makanya mengapa ada sedikit kemungkinan gadis ini berada dalam
bahaya kematian, terutama karena dia sangat dekat dengan desanya.

Seperti yang diharapkan, gadis kelinci muda itu sampai ke desanya dengan aman,
meski dia menangis keras. Kabut mulai menipis saat dia mendekat. Batas-batas kota
asalnya didefinisikan oleh pagar kayu yang dirawat dengan baik. Ini jauh lebih baik
daripada kebanyakan pemukiman manusia binatang lain, bahkan milik suku manusia kelinci
lainnya. Pos pagar cukup dekat sehingga tidak mudah diintip, dan masing-masing setinggi
tiga meter.

Biasanya pilihan paling utama manusia kelinci saat menghadapi konfrontasi adalah
berlari atau bersembunyi. Baik untuk diri mereka, dan untuk desa mereka, mereka jarang
fokus pada pertahanan berat. Selama itu bisa mengulur waktu untuk melarikan diri, dan
diberi jarak yang cukup untuk memberi mereka pandangan yang baik tentang situasi di
luar, itu adalah pagar yang cukup baik untuk mereka.

Namun, pagar yang mengelilingi desa ini sangat kokoh. Sepintas terlihat cukup
kokoh, namun pemeriksaan lebih dekat menunjukkan bahwa papan yang biasa menahan
tiang pagar ternyata rapuh. Sepertinya desa ini lebih fokus untuk memastikan pagar
mereka tidak bisa dilihat daripada membuat penghalang pertahanan yang memadai.
Gadis kelinci muda itu mengelilingi pagar yang tidak biasa itu dan masuk ke dalam.
Si manusia kelinci yang menjaga pintu gerbang mengatakan sesuatu kepadanya saat dia
lewat, tapi dia mengabaikannya.

Banyak manusia kelinci lain memanggilnya saat dia melewatinya, tapi dia
mengabaikan semuanya dan langsung menuju rumahnya.

"Astaga... Ada apa, Shea? Telingamu terkulai." Gadis kelinci berusia lima tahun,
Shea, mendongak dan melihat seorang wanita kelinci tua keluar dari dalam sebuah ruangan.
Dia memiliki rambut biru tua yang khas dari rasnya, dan mata lembut yang mendustakan
sebuah kehendak yang kuat. Yang terakhir ini jarang terjadi di kalangan manusia kelinci.

"Ibu!" Masih menangis, Shea melompat ke ibunya, pelukan Mona Haulia dengan
kecepatan yang sepertinya tak terpikirkan untuk seorang gadis berusia lima tahun.

Mona mengeluarkan gerutuan yang sangat tidak pantas saat Shea berlari ke
arahnya. Tapi Shea tidak menyadarinya, karena dia terlalu sibuk menyeka matanya dan
hidungnya di dada ibunya.

Pakaian tradisional manusia kelinci sungguh terbuka. Wanita memakai apa yang
pada dasarnya tidak lebih dari bikini dan rok mini. Untuk manusia kelinci, mengenakan
pakaian berat hanya akan menghalangi jalan mereka saat mereka mencoba lari. Suara
pakaian gemeresik akan mengingatkan mereka pada musuh mereka yang lebih perseptif.
Karena kabut abadi, suhunya tidak bervariasi sepanjang tahun, dan tidak ada gunanya
menyimpan pakaian yang harus dibuang jika harus berlari.

Jadi, belahan dada Mona segera diolesi air mata, ingus, dan air liur. Tapi sepertinya
dia sama sekali tidak terganggu. Sebenarnya, saat ini dia sibuk mengatasi rasa sakit di
perutnya dan memastikan dia tidak muntah di sekujur tubuh putrinya.

Dengan air mata masih ada di matanya, Mona menepuk punggung Shea dengan
lembut dan begitu dia sedikit tenang Mona bertanya.

Shea mendengus dan menatap ibunya. Alih-alih menjawab, dia membalas dengan
pertanyaan sendiri.

"Ibu... Apakah aku... monster? Apakah aku jahat?"

"...Shea."

Sangat jarang seorang gadis begitu muda untuk memikirkan hal-hal mengerikan
seperti itu, tapi Mona tahu tentang kemampuan khas putrinya sehingga dia bisa menebak
apa yang seharusnya terjadi.

Rambut biru muda Shea bukanlah satu-satunya hal yang istimewa darinya. Dia juga
memiliki kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi mana, sesuatu yang tidak
seharusnya dilakukan oleh manusia binatang. Selanjutnya, dia pun bisa menggunakan sihir
khusus miliknya sendiri.
Manusia mau pun iblis tak bisa melakukan dua hal terakhir, yang merupakan
kemampuan unik bagi monster. Dan monster dibenci semua orang, terlepas dari ras atau
kebangsaannya.

Inilah sebabnya mengapa pagar desa Haulia dibuat untuk mencegah orang melihat
ke dalam. Keluarganya telah melakukan yang terbaik untuk mencoba membesarkannya di
dalam desa, sehingga tidak ada yang bisa mengetahui keberadaannya. Jika ada yang
menemukan siapa dia, bahkan hanya di antara manusia binatang Verbergen, dia pasti akan
dieksekusi.

Seandainya Shea tidak dilahirkan oleh suku manusia kelinci, yang dikenal
menghargai cinta keluarga atas semua hal lain, pastilah dia telah dieksekusi begitu dia
lahir. Hanya Haulia yang mau mengambil risiko semacam itu untuk melindunginya seperti
yang mereka lakukan.

Tapi tidak peduli berapa banyak orang dewasa mencoba melindunginya, tidak
mungkin anak muda yang penasaran akan puas tinggal di wilayah kecil desanya. Wajar saja
jika ia ingin menjelajahi dunia luar.

"Shea... kau keluar lagi, ya?"

"Uuu... Aku minta maaf, Bu. Tapi... Tapi..."

Shea menundukkan kepalanya dengan nada meminta maaf, dan Mona tersenyum
lembut. Seseorang pasti melihat Shea dalam salah satu wisatanya.

Sementara manusia binatang tidak kehilangan arah mereka di dalam kabut,


penglihatan mereka terhambat seperti pada setiap ras lainnya. Dan sementara Shea
penasaran dengan dunia luar, dia tahu betapa banyak masalah yang akan dialaminya bagi
keluarganya jika ada orang yang melihatnya. Karena itulah dia menggunakan kemampuan
bawaannya, yang jauh melampaui banyak manusia kelinci dewasa, agar tidak terlihat saat
dia meninggalkan desa.

Jadi, meski ada yang melihatnya, Mona meragukan bahwa mereka bisa melihatnya
dengan baik. Berarti hanya ada satu alasan mengapa Shea menangis.

"Sebuah siluet putih menembus pepohonan. Tidak peduli seberapa cepat kau
mengejar itu, itu lenyap seperti ilusi sebelum kau dapat mengejar ketinggalan. Pasti
semacam monster baru, atau mungkin roh jahat yang telah menghantui hutan selama
berabad-abad... Itukah yang kau dengar dari orang-orang yang membicarakanmu, dengan
telinga tajammu?"

"Ibu... Kau tahu?"

Mona mengangguk saat ia mengacak-acak telinga kelinci Shea dengan lembut. Dia
telah mendengar desas-desus yang dibicarakan sesama manusia kelinci. Untuk saat ini
masih tidak lebih dari sekadar semacam legenda urban, hal yang orang bicarakan hanya
untuk dibicarakan. Ada lebih banyak legenda tentang hutan ini daripada pepohonan, jadi
tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Meski tentu saja, Shea pasti sangat terkejut saat pertama kali mendengarnya. Dia
sudah tahu bahwa dia berbeda dari anggota keluarganya yang lain. Dan dia tahu dia bisa
melakukan hal yang sama seperti yang monster bisa. Dia menghindari memikirkannya
sebanyak mungkin, tapi sulit sekali jika dia mendengar orang-orang membicarakannya.

Mungkin aku benar-benar sesuatu yang berbeda. Mungkin aku benar-benar


semacam maklhuk aneh yang bukan monster atau manusia binatang.

Air mata segar mengalir di sudut mata Shea, dan dia terisak. Mona menatap
putrinya dengan bentuk yang sama dan bagian yang sama buritan, tapi semua itu penuh
dengan cinta.

"Shea, apa kau membenci monster?"

"Hah? T-Tentu saja!"

"Kenapa?"

"K-Karena..."

Shea tidak mengerti mengapa ibunya menanyakan hal ini. Apakah ibu mengira aku
monster juga? Dia berpikir sedih, telinga kelincinya berkedut. Dengan lembut Mona
menangkup pipi putrinya, dan menatap matanya dengan lembut. Ada banyak bobot yang
mengejutkan pandangannya.

"Kau takut karena kau berbeda dari orang lain. Ini menakutkan, sepi, dan sedih.
Ibu tahu. Tapi kau tahu, Shea. Ibu cemburu padamu. Dia cemburu, dan dia senang memiliki
anak perempuan yang menakjumbkan."

"Kenapa?"

"Karena kalau kau berbeda dari orang lain, itu berarti kau bisa melakukan hal-hal
yang tidak orang lain bisa lakukan. Tidakkah menurutmu itu menakjubkan?"

Kata-kata Mona tidak masuk akal bagi Shea, dan dia melihat sekeliling dengan
gelisah sementara air mata biru langit menetes dari matanya.

"Menakjubkan? Apa yang akan kau lakukan, kalau kau sepertiku, Ibu?"

"Fufu. Yaaaah, ibumu selalu ingin menjadi pahlawan sejak kecil."

"P-Pahlawan?"

Mona memiliki tubuh yang sangat lemah, dan sakit di tempat tidur selama setengah
bulan biasanya. Shea berkedip kaget saat dia menatap ibunya. Itu adalah hal yang aneh
untuk dikatakan, bagi seseorang selemah dia, tapi kemudian Shea mengangguk, berpikir
rasanya sangat seperti dia menginginkannya.

"Benar, seorang pahlawan. Kau tahu, Ibu selalu ingin menjadi seseorang yang bisa
melindungi keluarga mereka. Dan tidak hanya menghabiskan seluruh waktuku untuk
melarikan diri atau bersembunyi. Ibu ingin menjadi tipe orang yang bisa membela apa pun
yang mencoba menyakiti orang yang kucintai." Manusia kelinci itu orang-orang yang
mencintai dan cinta damai. Sangat jarang seseorang bersikap asertif seperti Mona.
Namun, dia memiliki tubuh lemah untuk menjadi tipe orang yang dia inginkan. Meskipun dia
memiliki kemauan yang lebih kuat daripada saudara-saudaranya, jantung yang lebih kuat
daripada keluarganya, takdir telah menanganinya dengan tubuh yang lemah bahkan dengan
standar rendah dari rasnya yang sudah lemah. Mungkinkah sesuatu menjadi lebih ironis?

Tapi justru itulah mengapa dia berdoa.

"Ibu selalu berdoa agar anakku lebih kuat dariku... Dan Shea, kau adalah segalanya
yang bisa kuharapkan. Kau tidak bisa membayangkan betapa bahagianya Ibu memilikimu
sebagai anak perempuan."

"Ibu..."

Mona memeluk putrinya dengan keras, mencoba menyampaikan kedalaman


kebahagiaan dan kebanggaannya.

"Shea. Tidak masalah apakah kau seorang manusia binatang, atau monster, atau pun
orang aneh. Itu cuma kata-kata saja. Hanya kau yang bisa menentukan jenis orang yang
kau inginkan. Dan semua yang penting adalah kau menjadi orang itu. Justru karena kau
berbeda dari kelinci normal sehingga kau bisa menjadi apa pun yang diinginkan hatimu."

"......"

Shea bisa melihat dari dekat betapa ibunya mencintainya. Dipikat oleh tatapannya,
Shea balas menatapnya.

Lalu, seperti seorang tukang ramal, Mona mulai meramalkan masa depan.

"Shea. Ibu yakin kau akan menghadapi banyak kesulitan di masa depan. Jauh lebih
banyak daripada orang normal lainnya. Akan sulit tumbuh. Itulah yang terjadi jika kau
berbeda dari orang lain."

"Ibu..."

Telinga kelinci Shea terkulai dan dia melihat sekeliling dengan tidak nyaman. Tapi
itu bukan akhir dari ramalan Mona.

"Tapi Ibu tahu kau memiliki kekuatan untuk mengatasi semuanya. Itu sebabnya,
Shea, jangan pernah membenci dirimu sendiri. Tetap cerah, tetap ceria. Hilangkan semua
hal-hal buruk dengan senyum. Busungkan dadamu dengan bangga, 'Aku Shea Haulia,
masalah dengan itu!?' Selama kau masih mencintai diri sendiri, semuanya akan baik-baik
saja."

"Semuanya?"

"Ya, semuanya."

"Baiklah, akan kucoba."

"Fufu, gadis pintar."

Rambutnya yang cerah tidak alami bergoyang-goyang saat ia mengangguk. Dia


memutuskan pertama kali dia mulai dengan mencoba menyukai warna rambutnya.

Tatapan serius Mona lenyap, dan dia tersenyum main-main.

"Oh ya, Ibu punya satu prediksi lagi untukmu."

"?"

"Suatu hari, Ibu yakin kau akan bertemu dengan beberapa orang yang luar biasa.
Mungkin saja mereka bukan manusia kelinci, atau bahkan manusia binatang. Mereka bahkan
mungkin tidak berasal dari hutan ini... tapi mereka akan berbeda, sama seperti kau, Shea."

"Seperti aku?"

"Yap. Ibu yakin kau akan menemui mereka pada akhirnya." Dia tidak bisa melihat
masa depan seperti aku, jadi kenapa dia begitu yakin? Shea memiringkan telinga kelinci
ke samping dengan bingung.

"Bagaimana pun, akan sangat menyedihkan... kalau kau adalah satu-satunya dari
jenismu di dunia ini. Dunia bisa menjadi tempat yang kejam, tapi juga bisa menjadi tempat
yang baik. Itu sebabnya, Ibu yakin kau akan bertemu mereka suatu hari nanti, Shea. Orang
yang bisa kau percaya untuk menjaga punggungmu, dan yang akan mempercayaimu."

"Adakah orang seperti itu di luar hutan?"

"Ada, Ibu yakin akan hal itu. Fufu. Siapa tahu, mungkin salah satu dari mereka akan
menjadi suamimu."

"Fweh!? S-S-S-S-Suamiku!?"

"Ya, dan akan ada seorang gadis yang akan kau hadapi yang akan menjadi
sahabatmu!"

"Hadapi!?"

Mona tampak sangat menikmati dirinya sendiri. Shea muda dan mudah dipengaruhi
dalam setiap kata ramalan ibunya.
Dia telah lama melupakan kesedihannya karena dipanggil monster, dan berbicara
dengan gembira bersama ibunya. Lalu Cam, yang baru saja kembali dari mengumpulkan
makanan, dan Haulia lainnya masuk ke rumah dan mulai menggodanya tentang calon
suaminya.

Cam tampak sedikit kecewa saat mendengar bahwa Shea sudah akan menikah, tapi
baik Mona dan Shea mengabaikannya. Tidak ada yang bisa menduga bahwa calon suaminya
yang akan tiba akan terus mengubah Haulia menjadi ras perusak haus darah. Bahkan Mona
pun bisa melihat masa depan seakurat itu.

"Mmmmm..." Seorang gadis lenyap ke dalam hiruk-pikuk umum penginapan yang


sibuk. Dia meregangkan tubuhnya dan membuka matanya.

"Mmm, sudah pagi ya?"

"Lebih seperti sudah siang. Berapa lama lagi kau berencana tidur, kelinci payah?"

Kata-kata itu langsung membawa Shea waspada, dan telinga kelincinya terangkat
tajam.

Dia melihat sekeliling dan melihat Hajime duduk di dekat jendela, memoles
revolvernya dan menatap Shea dengan tatapan meremehkan.

"Hah? Apa yang kau lakukan di sini, Hajime-san? Tunggu, jangan bilang kau
menyelinap ke sini untuk— Abweh!?"

"Sudah kubilang bahwa sekarang sudah siang. Yue pergi belanja tadi. Kami berjanji
untuk pergi bersama tapi kau tidak akan terbangun bahkan setelah aku mengejutkanmu
sehingga dia pergi sendiri."

"B-Begitu. Maaf. Aku akan bersiap-siap dan kemudian kita bisa pergi mengejar dia...
Tunggu, jadi kenapa kau tinggal di kamarku?"

Telinga kelincinya dimiringkan dengan bingung. Shea mengira Hajime akan pergi
bersama Yue. Hajime meringis dan bergumam "Aku... tidak pandai menangani monster
pemilik toko pakaian itu."

Pemilik toko pakaian yang Hajime dan yang lainnya setelah perjalanan kembali ke
Brooke sepertinya membuatnya semakin terdesak. Dia begitu tidak mau bertemu
dengannya sehingga dia bahkan menolak kencan dengan Yue.

Shea tersenyum canggung dan menjawab, "Dia pria yang baik, sekali kau bisa
mengenalnya." Cara Hajime mengatakan "monster" sedikit mengganggunya. Mungkin
karena mimpinya yang baru saja dia mimpikan.

"Ada apa, Shea?"


"Huh?"

Sebelum dia menyadarinya, Hajime menatapnya dengan saksama. Pasti dia


merasakan ketidaknyamanannya. Meski dia senang melihatnya, dia tidak yakin bagaimana
harus menanggapi. Sebelum dia bisa memikirkan apa yang harus dikatakan, Hajime
menjawab untuknya.

"Ada hubungannya dengan Ibumu?"

"Huh!?"

"Apakah kau memiliki skill membaca pikiran juga!?" Shea bertanya, heran. Telinga
kelincinya naik dalam kaget, dan dia membawa tangannya ke dada menggairahkan yang dia
warisi dari ibunya.

"Bukan apa-apa. Hanya saja kau sering menggumamkan 'ibu' dalam tidurmu."

"Oh... begitu ya. Ahaha, betapa memalukannya. Aku tidak percaya aku masih
melakukan hal seperti itu bahkan di usia ini."

Shea menggaruk kepalanya karena malu, tapi Hajime tidak menunggunya dan terus
menatapnya dengan intensitas yang sama. Akhirnya, dia menyadari sesuatu dan
mengangkat bahunya dengan biasa saja.

"Yah, paling tidak setidaknya kau tidak mengalami mimpi buruk." Hati Shea
berdetak kencang saat menyadari bahwa dia pasti mengkhawatirkannya dengan cara
klasiknya sendiri. Dia tidak memberi tahu Hajime atau Yue tentang Mona. Bukannya dia
berusaha menyembunyikannya, tidak pernah ada kesempatan untuk mengungkitnya.
Hajime sendiri sudah bisa menebak apa yang terjadi padanya karena dia tidak pernah
berada di antara Haulia, dan Shea tidak pernah membicarakannya. Dia pikir itu topik yang
ingin dia hindari.

Dia jauh lebih memperhatikannya sekarang karena mereka telah membersihkan


labirin bersama-sama. Telinga dan ekor Shea berkibar gembira.

"Ya, itu mimpi yang sangat nostalgia. Ibuku meninggal sepuluh tahun yang lalu
karena sakit. Tubuhnya selalu lemah, dan setelah dia melahirkanku, para dokter
mengatakan akan menjadi keajaiban jika dia bertahan sepuluh tahun lagi."

"Sungguh?"

"Ya. Jangan khawatir, dia tidak mati saat dikejar kekaisaran, dan setidaknya aku
bisa mengucapkan salam perpisahan kepadanya, jadi tidak perlu lagi berhati-hati untuk
tidak menyebutkannya atau apa."

"Siapa bilang, aku?"


Hajime berbalik dengan cemberut. Shea melanjutkan dengan "Seseorang tidak
jujur dengan diri mereka sendiri~ Hehe," yang ditanggapi Hajime dengan jentik ke dahi.
Shea mengusap tanda merah yang muncul di keningnya sebelum melanjutkan dengan riang.

"Aku benar-benar berpikir untuk memberitahumu dan Yue tentang Ibuku dalam
waktu dekat. Apakah kau ingin mendengar tentang dia?"

Dia memakai ekspresi yang sama seperti saat dia memberi tahu Hajime bahwa ada
beberapa masa depan yang tidak dapat kau ubah tidak peduli seberapa keras kau
mencobanya. Mungkin dia sudah memikirkan apa yang terjadi pada ibunya saat dia
mengatakan itu. Meski kali ini, ada sedikit kesombongan yang tercampur dalam suaranya
juga. Hajime tahu kebanggaan yang dimiliki Shea pada ibunya.

"Silakan. Aku cukup lelah untuk bisa tidur karena serangan sengatan listrik. Jadi,
karena kita akan tinggal di sini sebentar lagi, mungkin aku juga mendengar beberapa cerita
tentang Ibumu untuk menghabiskan waktu."

"Ehehe, oke."

Telinganya menggetarkan hati dengan gembira. Hajime menganggapnya agak


menawan, dan mengulurkan tangannya untuk menggaruknya. Jelas tidak ada makna yang
lebih dalam di balik tindakan itu, dia hanya ingin tahu seperti apa rasanya. Tapi pada saat
itu,

"Jangan menggoda."

"Oh, Yue. Apa yang kau lakukan di sana?"

"Wawawah. Kau membuatku takut, Yue-san."

Wajah tanpa emosi Yue memelototi mereka melalui jendela yang terbuka. Tas di
tangannya menunjukkan bahwa dia telah selesai berbelanja, dan telah kembali untuk
mengundang Hajime dan Shea untuk pergi bersamanya.

Hajime melompat ke luar jendela. Shea berpakaian dengan cepat dan mengikuti
mereka.

Sinar matahari yang hangat, sesuatu yang baru dilihatnya di lautan pepohonan,
menyinari dia saat dia melihat kerumunan petualang, pedagang, dan pengrajin melakukan
bisnis mereka. Shea memejamkan mata dengan gembira dan langsung melintas di jalan.

Banyak hal menyedihkan yang terjadi dalam hidupnya. Kebanyakan dari mereka
adalah hal-hal yang tidak dapat dia ubah. Dia telah kehilangan banyak hal yang penting
baginya. Tapi seperti yang dikatakan ibunya, Shea sudah bertemu mereka. Dan pertemuan
itu telah menyelamatkan keluarganya. Pertemuan itu telah membawanya ke bawah sinar
matahari. Dan sekarang, semua keluarga Mona telah menjadi jenis pejuang yang dia
inginkan untuk menjadi dirinya sendiri.
"Kau bisa menjadi apa pun yang diinginkan hatimu." Kata-kata Mona bergema
melalui pikiran Shea. "Apakah kau membenci monster?" Tidak, pasti tidak. Shea bisa
mengatakannya dengan pasti sekarang.

"Hajime-san, Yue-san."

Karena di sampingnya ada dua orang favoritnya di dunia.

"Ya?" "...Hm?" Hajime dan Yue berbalik dan berseru serentak. Shea tersenyum,
lalu berkata lagi.

"Aku senang aku terlahir sebagai monster."

Dia tersenyum, puas dengan jati dirinya.

Hajime dan Yue menatapnya kosong sejenak. Mereka saling pandang sekilas
sebelum tersenyum kembali padanya. Dia tidak tahu apakah itu senyum jengkel atau
bahagia. Terserah, inilah yang mereka katakan kepadanya:

"Berhentilah bicara omong kosong dan kemarilah, kelinci merepotkan. Kalau kau
terlalu jauh tertinggal, kau akan dikerumuni orang yang memintamu untuk menjadi budak
mereka lagi."

"...Ya. Mendekatlah. Aku tidak ingin pergi mencarimu kalau kau tersesat."

Bukan kata-kata dorongan sama sekali. Tapi ungkapan mereka lembut. Shea tahu
itu meski mereka tidak mengatakannya dengan keras, mereka memperlakukannya seperti
anggota keluarga mereka sekarang.

Telinga kelincinya itu bergoyang riang.

"Aku datang, aku datang!"

"Oi kau, siapa bilang kau bisa di antara aku dan Yue?"

"Kau punya nyali juga, Shea. Kalau kau menginginkan duel, dengan senang hati aku
akan melayanimu."

Shea sengaja membungkuk di antara Hajime dan Yue sambil mengambil kedua
tangan mereka. Ancaman kosong mereka selalu saja, kosong. Saat matahari mendekati
puncaknya, kota ini semakin terasa hidup. Gurauan trio itu menjadi bagian dari hiruk-pikuk
jalan utama yang sibuk. Bu, aku sudah menemukan suami dan sahabat yang Ibu katakan.
Yah, dia masih belum suamiku, tapi... Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengubah
itu! Shea memutuskan pada dirinya sendiri, berdoa agar kata-katanya bisa sampai pada
jiwa ibunya yang telah meninggal.
PENUTUP
Halo semua pecinta chuuni di luar sana yang mengambil buku ini. Ini aku, chuuni
lover Ryo Shirakome.

Aku tahu butuh waktu sedikit lebih lama untuk mengeluarkan jilid Arifureta ini,
tapi untungnya penantian itu akhirnya berakhir.

Atmosfer buku ini sangat berbeda dari yang pertama, dan seperti yang kuyakini
dari kalian, Shea mendapatkan lebih banyak sorotan dalam versi yang dipublikasikan
dibandingkan versi webnya.

Aku tidak yakin apakah kalian menyukai itu, tapi... selama kalian menikmati sedikit
itu dengan pile bunker, aku bahagia.

Ya, sangat senang. Astaga, pile bunker sungguh mengagumkan... Sekarang, saat
novel ini rilis, aku yakin pembacaku di Narou akan menyadari cerita utama sudah berakhir.

Jadi apa yang terjadi selanjutnya? Akankah aku terus menulis lebih banyak lagi
cerita untuk Arifureta? Akankah aku kembali menjadi penggemar buku lain? Akankah aku
menulis sebuah cerita yang sama sekali baru? Atau akankah aku memikirkan seratus
kalimat dan menulis semuanya secara acak? Tidak seperti Shea, aku tidak bisa melihat
masa depan, dan sejujurnya aku tidak tahu apa yang harus kulakukan selanjutnya, tapi...
yah, itu mungkin akan menjadi sesuatu yang baru dan menarik. Kuharap.

Tapi pertama, entah itu novel baru, atau game, mau pun anime, atau pun film yang
sedang kukerjakan selanjutnya, pertama aku perlu berlutut dan meminta penerbitku untuk
istirahat sejenak. Tolong dukung usaha sungguh-sungguh diriku untuk mendapatkan jeda.

Jilid tiga, jika mereka membiarkan aku menerbitkannya, akhirnya akan menjadi arc
reuni.

Kuharap kalian semua menantikannya sepertiku. Aku berharap bisa menambahkan


ekstra ke yang itu juga.

Dan sekarang, ucapan terima kasih.

Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada ilustratorku Takaya-ki, editorku,


penerbitku, proofreaderku, dan semua orang di departemen editing. Tanpa kalian, buku ini
tidak akan ada di sini. Terima kasih telah memberikan segalanya untuk membuat buku ini
menjadi kenyataan.

Dan yang terakhir, aku ingin mengucapkan terima kasih, pembaca tersayang, karena
memilih untuk mengambil buku ini.

Semoga kita bertemu lagi di jilid Arifureta yang lain.

Shirakome Ryo
ARIFURETA SHOKUGYOU DE SEKAI SAIKYOU
JILID 2
NORMAL VERSION

BY: SETIAKUN

Anda mungkin juga menyukai