Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

KAPITA SELEKTA

Mekanikal dan Elektikal

Bangunan Gedung Terintegrasi

DISUSUN OLEH:

M.PRAMUDITA VIVEKANANDA

15223766

FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

l.1 Latar Belakang ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peranan Mekanikal Elektrikal Pada Sebuah Bangunan ......................... 6


2.2 System Mekanikal Elektrikal Pada Sebuah Bangunan ........................... 6
2.1.1 System Mekanikal Elektrikal Pada Sebuah Bangunan........................ 7

BAB III PERENCANAAN

3.1 Instalasi Pada Sistem Mekanikal Elektrikal Pada Sebuah Bangunan .... 9
3.1.1 Building Automation System (BAS) ................................................... 9
3.1.2 Lighting System ................................................................................ 10
3.1.3 HVAC System ................................................................................... 12
3.1.4 Sound System .................................................................................... 14
3.1.5 Ducting System ................................................................................. 15
3.1.6 Pipping dan Drainage Sistem ............................................................ 15
3.1.7 Sistem Penangkal Petir ...................................................................... 16
3.1.8 Sistem Pemadam Api ........................................................................ 17

BAB IV PENERAPAN

4.1 Prosedur dan Standard Mekanikal Elektrikal dalam suatu Bangunan . 22

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 28

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangunan suatu gedung sendiri terdiri dari 3 komponen penting, yaitu struktur, arsitek
dan utilitas atau yang dikenal juga dengan istilah ME (mekanikal dan elektrikal). Ketiganya
satu sama lain saling terkait. Jika struktur mengedepankan kekuatan, arsitek lebih menekankan
pada keindahan, maka ME (mekanikal & Elektrikal) lebih mengedepankan pada fungsi. Sekuat
apapun bangunan atau seindah apapun bangunan, jika tidak ditunjang dengan suatu system
mekanikal & elektrikal, maka bangunan tersebut tidak ada fungsinya.

Mekanikal dan Elektrikal merupakan komponen penting dalam perencanaan suatu bangunan.
Karena berhubungan dengan sistem-sistem ekanis maupun sistem kelistrikan yang mendukung
fungsi serta kegunaan dari bangunan tersebut.

Sistem - sistem pendukung tersebut diaplikasikan dalam bangunan untuk tujuan menunjang
kegiatan yang dilakukan dalam bangunan, termasuk dalam hal kenyamanan dan keamanan bagi
setiap aktivitas dan pelakunya di dalam bangunan tersebut.

Selain itu diharapkan dengan pengaplikasian mekanikal elektrikal mampu mengoptimalkan


sistem kontruksi bangunan yang menggunakan berbagai macam teknologi desain engineering
serta teknologi terapan yang diaplikasikan secara intergal dalam sebuah sistem.

Ruang lingkup pekerjaan elektrikal dalam suatu gedung adalah menyangkut persediaan sarana
distribusi listrik tegangan rendah dari panel utama tegangan rendah (LVMDP (Low Voltage
Distribution Paanel) ke panel sub distribusi hingga peralatan atau accesories.

Dalam gedung yang lebih besar lagi, ruang lingkup elektrikal dari suatu gedung juga
menyangkut pengubahan tegangan menengah PLN (20ribu volt) menjadi tegangan
rendah. Pada gedung ini tegangan listrik didistribusikan dari saluran tegangan menengah
melalui trafo menjadi saluran tegangan rendah 3 fase R,S,T, dimana tegangan antar fase 380
volt, dan 220 pada jalur netral.

1. Sumber daya / tegangan

Sumber daya utama / sumber tgangan listrik dari gedung biasanya menggunakan sumber
dari PLN. Disamping PLN, maka gedung juga menyediakan sumber tegangan cadangan
(emergency) jika terjadi pemadaman atau PLN mati, yaitu dengan menyediakan Genset
(Generator Set). Genset biasanya dioperasikan jika ada gangguan atau pemadaman dari PLN,
dan umumnya telah diset sedemikian rupa sehingga ketika PLN mati maka dengan otomatis
tegangan disuplay dari genset, yang telah di set secara otomatis, dengan interval waktu
hitungan detik.
3
2. Distribusi daya

Tegangan yang dibutuhkan oleh gedung adalah tegangan rendah. Sedang (untuk daya yang
lebih besar) tegangan yang masuk dari PLN adalah tegangan menengah (20ribu volt). Sehingga
diperlukan peralatan pengubahan dari tegangan menengah ke tegangan rendah. Aliran
tegangan menengah diubah menjadi tegangan rendah melalui trafo, yang kemudian
didistribusikan melalui panel distribusi utama tegangan rendah atau LVMDP (Low voltage
distribution panel) . Dari panel tegangan rendah ini kemudian disitribusikan ke panel sub
distribusi (atau disebut jua dengan panel MDP (main distrubution paanel) atau ada juga yang
menyebut panel SDP (sub distribution panel) dan seterusnya ke panel peralatan hingga
outlet pemakai (stop kontak, lampu dan lain-lain).

a. Panel

Dalam sistem instalasi di gedung biasanya panel terdiri dari 2 macam, yaitu panel tegangan
menengah yang biasanya di sebut dengan penel MV (medium Voltage) atau yang sering disebut
juga dengan nama panel cubicle dan panel tegangan rendah (low voltage).

a.1.Panel Tegangan Menengah (MV)

Panel tegangan menengah (panel MV (Medium Voltage) atau sering disebut juga
panel cubicle ada yang disediaan oleh PLN, dan biasanya menjadi tanggung jawab PLN, yang
disebut dengan cubicle PLN, yang menghubungkan jaringan tegangan menengah PLN dengan
cubice gedung. Panel ini terdiri dari 3 macam, yaitu cubicle incoming, metering dan cubicle
outgoing. Panel MV yang lainnya biasanya disebut dengan cubicle pelanggan, yang
menghubungan dari panel MV (cubicle PLN) dengan Trafo.

b. Panel Genset

Dalam suatu gedung untuk mengkover sumber daya dari PLN jika mati, maka disediakan
sumber daya lain dari Genset. Untuk memasuki didtribusi tegangan renndah ke gedung, maka
daya dari genset kemudian dialirkan melauli panel Genset., yang secara otomatis akan
menghidupan genset jika PLN mati.

Panel Genset dilengkapi dengan A.M.F - A.T.S , singkatan dari Automatic Main Failure -
Automatic start and stop Genset. Fungsi Dari A.M.F(Automatic Main Failure) Adalah s ecara
Automatic Menghidupkan (Start) Genset ketika suplai Listrik dari PLN Gagal / Padam.
sedangkan Fungsi dari A.T.S (Automatic Transfer Switch) Adalah secara Automatic Membuka
Suplay listrik dari genset dan menutup suplay listrik dari PLN dan sebaliknya membuka suplay
listrik dari PLN dan Menutup suplay listrik dari genset secara Automatic ketika Suplay listrik
dari PLN kembali.

b.1. Panel Sinkron

Jika sumber daya emergency lebih dari 1 genset (misal 2 genset), maka perlu kedua genset
itu perlu disinkronan supaya saling memperkuat, dan tida saling memperlemah.

4
Synchrounizing adalah suatu proses penggabungan dua atau lebih sumber listrik untuk
memperoleh suatu sumber listrik yang lebih besar. Synchroun dapat dilakukan antara Genset
dengan Genset atau Genset dengan PLN ketika 2 atau lebih generator sets running bersama
untuk mensupplay sebuah system kelistrikan, Genset tersebut harus disinchronkan secara
manual atau automatic sehingga mempunyai phase, voltage dan frekwensi yang sama.

Jadi panel sinkron berfungsi untuk mensinronkan 2 buah sumber listrik atau lebih (2 genset
atau lebih) sehingga mempunyai phase, voltage dan frekwensi yang sama, sehingga
memperoleh suatu sumber listrik yang besar.

Karena tegangan yang dihasilan oleh genset merupakan tegangan rendah, maka outgoing
dari panel sinkron kemudian dialirkan ke panel LVMDP.

c. Panel Tegangan Rendah

Panel tegangan rendah terdiri dari panel utama yang disebut dengan LVMDP (Low voltage
distribution panel), sub panel dan kemudian ke panel-panel PP, Panel AC dan lain-lain.

c.1. Panel LVMDP

Fungsi dari low Voltage main distribution panel (LVMDP) adalah sebagai panel penerima
daya/power dari transformer (trafo) dan mendistribusikan power tersebut lebih lanjut ke panel
Low voltage sub distribution (LVSDP), Menggunakan Air Circuit Breaker atau moulded case
Circuit Breakers, panel sub distribusi akan mendistribusikan power tersebut ke peralatan
electrical sedangkan fungsi Low voltage sub distribution (LVSDP) adalah mendistribusikan
power tersebut ke peralatan electrical

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Peranan Mekanikal Elektrikal Pada Sebuah Bangunan

Perencanaan ME (Mekanikal Electrical) pada sebuah bangunan merupakan sebuah hal yang
membutuhkan akurasi, hal tersebut diperlukan bukan hanya untuk mendapatkan efektifitas
kinerja dari jaringan yang akan di rancang, bukan pula demi mendapatkan efisiensi ekonomis
yang serendah rendahnya.

Namun, perancangan pada sebuah bangunan juga mempertimbangkan fungsi utama dari
bangunan tersebut. Sehingga dapat di sesuaikan dengan kebutuhan. Salah satu dari sekian
banyak jenis bangunan adalah bangunan instansi pendidikan atau sekolah. Karena selain
merupakan fasilitas publik, bangunan ini memiliki fungsi yang berkaitan langsung dengan
kegiatan belajar mengajar supaya tercipta suasana belajar yang efektif nyaman dan kondusif.

Perencanaan ME (Mekanikal Elektrikal ) di perlukan kerja sama yang baik mekanikal


elektrikal dan sipil arsitektur pekerjaan struktur, arsitektur, landscape dan interior bangunan
dikerjakan oleh sipil dan arsitektur sebaliknya pekerjaan mekanikal elektrikal meliputi sistem
instalasi seperti (sistem penerangan,jenis beban listrik, sistem di stribusi dan supply daya
listrik, teknik kabel, kwh meter, proteksi sistem pentanahan dan perbaikan faktor daya, AC (air
conditioner).

Namun karena tujuannya sama yaitu mewujudkan sebuah bangunan yang berkualitas bagus,
aman, murah dan dapat selesai secepat mungkin, maka diperlukan kerja sama yang baik antara
ME dengan sipil arsitektur.

2.2 System Mekanikal Elektrikal Pada Sebuah Bangunan

Pada umumnya System mekanikal dan elektrikal suatu gedung terdiri dari:

1. Sistem Mekanikal

• System plumbing

• System Fire Fighting (System Pemadam kebakaran)

• System Tata Udara (AC / Air Conditioning)

• Sistem transportasi vertical (lift)

6
2. Sistem Elektrikal

• Sistem Elektrikal / Arus Kuat

• Sistem penangkal petir

• Sistem telepon

• Sistem tata suara (Sound system)

• System fire protection (fierm alarm)

• Sistem Data / Jaringan Komputer

• Sistem MATV (master Television)

• Sistem CCTV (Close Circuit Television)

2.2.1 Fungsi Umum masing masing Sistem

1. Sistem plumbing
Sistem plumbing adalah suatu pekerjaan meliputi sistem pembuangan limbah / air buangan
(air kotor dan air bekas), sistem venting, air hujan dan sistem penyediaan Air bersih.
2. Sistem Fire Fighting (System Pemadam kebakaran)
Sistem fire Fighting atau sistem pemadam kebakaran disediakan di gedung sebagai preventif
(pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem hidran dan Fire
Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire gas.Tetapi pada
umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan fire extinguisher.
3. Sistem Tata Udara (AC / Air Conditioning)
Secara umum sistem tata udara berfungsi mempertahankan kondisi udara ruanga baik suhu
maupun kelembaban agar udara terasa lebih nyaman. Kenyamanan dalam suatu ruangan
diperkantoran / fungsi gedung lainnya merupakan kebutuhan psikologis yang mulai banyak
diperhatikan di zaman modern ini
4. Sistem transportasi vertical (lift)
Sudah menjadi suatu kebutuhan pada bangunan-bangunan tingkat tinggi diperlukan suatu alat
transfortasi vertical, untuk memudahkan transfortasi pengguna dan efisiensi bangunan itu
sendiri. Sistem transportasi vertikal didalam bangunan gedung adalah suatu sistem peralatan
yang digunakan untuk memindahkan orang / barang dari lantai bawah ke atas atau sebaliknya,
yang disebut lift atau elevator.

7
5. Sistem Elektrikal
Sistem elektrikal merupakan suatu rangkaian peralatan penyediaan daya listrik untuk
memenuhi kebutuhan daya listrik tegangan rendah. Dalam rangkaian peralatan yang disediakan
meliputi sarana penyesuaian tegangan listrik (trafo/ transformator), sarana penyaluran utama
(Kabel feeder) dan panel hubung utama atau LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel)
dan panel distribusi utama di tiap gedung (SDP / Sub Distribution Panel) dan terakhir panel-
panel di tiap lantai (PP-LP untuk penerangan, Panel Stop Kontak, Panel Stop Kontak UPS,
Panel UPS OK dan PVAC utuk power AC).
6. Sistem penangkal petir
Secara umum sistem ini berfungsi untuk memproteksi gedung dan sekitarnya dari petir.
Pekerjaan penangkal petir menyangkut meliputi pemassangan dan penyediaan instalasi
penagkal petir, grounding dan pembuatan bak kontrol.
7. Sistem telepon
Sistem telepon berfungsi ssebagai alat komunikasi antar instansi dalam gedung. Sistem
ini menggunakan PABX yang berfungsi sebagai sentral komunikasi telepon di dalam gedung
(pelanggan) yang terhubung dengan telkom
8. Sistem tata suara (Sound system)
Sistem ini berfungsi sebagai publik adress, paging dan pengumuman. Sistem ini terdiri dari
peralatan untuk memenuhi background music dan pengumuman darurat.
9. Sistem fire protection (fire alarm)
Sistem fire protection atau disebut juga dengan sistem fire alarm (sistem pengindra api) adalah
suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk
kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara
otomatis maupun manual dengan deengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire
fighting).
10. Sistem Data / Jaringan Komputer
Berfungsi sebagai jaringan komputer terintegrasi dalam gedung. Sistem kabel
data atau disebut juga Local Area Network (LAN) merupakan jaringan computer yang
menghubungkan computer pc dari workstation untuk memakai bersama sumberdaya(resource,
misalnya printer, internet, dan lain-lain) dan saling bertukar informasi.
11. Sistem MATV (master Television)
Kebutuhan pengelolaan televisi dalam suatu bangungan menjadi kebutuhan di perkantoran.
Sistem ini dinamakan dengan sistem master antena TV (MATV). Sistem MATV terdiri dari
beberapa perangkat penerima (receiver), mixer, dan penguat sinyal.

8
12. Sistem CCTV (Close Circuit Television)
Sistem CCTV merupakan bagian dari upaya untuk mempermudah pekerjaan sekuriti sistem,
yang terintegrasi untuk memberikan kemudahan dalam proses pengontrolan dan pemantauan
lebih akurat dan otomatis. Sekuriti sistem biasanya meliputi pekerjaa untuk Mengawasi keluar
masuk orang ke gedung, mengawasi keluar masuk kendaraan dan mengawasi lokasi parkir
kendaraan dan mengamati ruangan-ruangan yang dianggap penting.

BAB III
PERENCANAAN

3.1 Instalasi Pada Sistem Mekanikal Elektrikal pada sebuah Bangunan

3.1.1 BUILDING AUTOMATION SYSTEM (BAS)

Building Automation dideskripsikan sebagai sebuah fungsi canggih dari sebuah sistem
bangunan. BAS merupakan contoh dari Sistem Kontrol Terdistribusi. Sistem Kontrol itu
sendiri adalah komputerisasi, jaringan pintar (intelligent network) dari alat elektronik yang
didesain untuk memonitor dan mengkontrol sistem mekanikal, elektrikal, dan penerangan dari
bangunan.

BAS direferensikan sebagai sebuah transistor berdasarkan sistem elektrikal yag digunakan
untuk mengkontrol pemanasan, pendinginan, dan sistem ventilasi bangunan (HVAC). BAS
juga mengkontrol penerangan indoor dan outdoor, sekuritas, alarm kebakaran, dan semua yang
bersifat elektrik pada bangunan tersebut.

DDC atau Direct Digital Control, adalah jantung dari BAS. DDC mengukur kondisi lingkungan
dan membandingkannya dengan pengaturan yang diinginkan (setpoints). DDC mengkalkulasi
respon yang pantas ketika keduanya tidak sama, dan memberikan sinyal untuk mengkontrol
dan mengoreksi perbedaan tersebut.

Fungsi inti BAS adalah untuk menjaga iklim bangunan dalam jangkauan yang sudah
dispesiikasi, menyediakan penerangan berdasarkan jadwal pemakaian, memonitor performa
sistem dan kerusakan alat, dan menyediakan alarm apabila terjadi malfungsi (via email
dan/atau pemberitahuan) kepada building engineering/maintenance staff. BAS mengurangi
energi bangunan dan biaya perbaikan ketika dibandingan dengan bangunan non-BAS.
Bangunan yang dikontrol oleh BAS cenderung disebut Intelligent Building atau Smart Home.

9
Beberapa otomatisasi bangunan baru dan solusi kontrol pencahayaan menggunakan standar
terbuka wireless mesh (seperti ZigBee). Sistem ini dapat menyediakan interoperabilitas, yang
memungkinkan pengguna untuk mencampur-dan-menyesuaikan perangkat dari produsen yang
berbeda, dan untuk menyediakan integrasi dengan sistem kontrol bangunan lain yang
kompatibel.

Input dan output dapat berupa analog atau digital (beberapa perusahaan mengatakan biner).
Input analog digunakan untuk membaca pengukuran variabel. Contohnya adalah suhu,
kelembaban dan sensor tekanan yang dapat menjadi termistor, 4-20 mA, 0-10 volt atau
thermometer resistensi platinum (detektor resistansi suhu), atau sensor wireless.

Gbr. 1 Building Automation Sistem

3.1.2 LIGHTING SYSTEM

Pencahayaan atau lighting adalah salah satu elemen penting yang perlu dipertimbangkan dalam
perancangan interior maupun arsitektur. Pencahayaan atau lighting, selain berfungsi sebagai
penerangan juga dapat dijadikan sebagai aksesoris untuk memberi nilai estetika sebuah ruang
maupun fasad.

Berdasarkan sumbernya, pencahayaan terbagi menjadi dua, yaitu: Pencahayaan alamiah atau
daylighting dan pencahayaan buatan atau biasa disebut dengan artificial lighting

10
a.Pencahayaan Alamiah (Daylighting)

Gbr. 2 Daylight

Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang bersumber dari sinar matahari yang muncul dari pagi
menjelang siang hingga sore hari. Kelebihan dari pencahayaan ini adalah hemat biaya, karena tidak
bergantung kepada energi listrik, serta tidak membutuhkan perawatan instalasi seperti pencahayaan
buatan. Namun kerugiannya ada pada intensitas cahaya yang tidak dalam kendali manusia. Akibatnya,
hasil pencahayaan kerapkali tidak konsisten. Pada umumnya pencahayaan alamiah diperoleh melalui
pintu, jendela, atau dengan cara memasang jendela kaca di atap (skylight).

b. Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)

Gbr. 3 Artificial Light

11
Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang memanfaatkan teknologi buatan manusia
atau energi olahan seperti lampu. Pencahayaan buatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
cahaya pada siang maupun malam hari, dan terutama untuk kebutuhan cahaya di dalam ruang.
Tujuannya adalah, untuk membantu indra visual manusia melakukan aktivitasnya dengan tepat.

Dalam penempatannya, intensitas sumber cahaya harus bersifat tetap, merata, tidak
menyilaukan, tidak kedap-kedip, dan sehat untuk mata. Kelebihan dari konsep pencahayaan
buatan adalah, intensitas cahaya yang lebih stabil serta pilihan warna yang bervariasi.
Sementara itu kerugiannya adalah, memerlukan perawatan untuk sumber cahaya dan
instalasinya. Selain itu, pencahayaan ini sangat bergantung pada energi buatan sehingga
membutuhkan biaya.

3.1.3 HVAC SYSTEM

HVAC berfungsi menjaga kondisi udara sekitar untuk melindungi alat-alat, dan kenyamanan
personal dengan cara mengatur ventilasi dan pengkondisian udara.

HVAC merupakan singkatan dari Heating, Ventilation, and Air Conditioning. Yang mana
sistem pengkondisian udara ini merupakan aplikasi dari beberapa cabang ilmu Mechanical
Engineering yaitu termodinamika, mekanika fluida, dan perpindahan panas.

HVAC termasuk vital penggunaannya di beberapa industri, terutama di gedung-gedung,


perkantoran yang dipenuhi peralatan komputer yang perlu dijaga kelembaban udaranya, serta
industri-industri besar yang memerlukan sistem ventilasi yang baik.

1.Heating
Sistem ini banyak digunakan di daerah-daerah yang beriklim dingin, yang sepanjang musim
didominasi dengan suhu yang dingin. Tersusun oleh beberapa bagian penting antara lain boiler,
furnace, heat pump, radiator, dan hydronic.

Furnace berfungsi sebagai sumber panas yang ditransfer ke media air bernama hydronic di
boiler. Hydronictersirkulasi berkat kerja dari heat pump, yang selanjutnya setelah dari
boiler, hydronic menuju ke radiator untuk memindahkan panas yang dikandungnya ke udara
yang tersirkulasi. Udara inilah yang digunakan untuk memanaskan ruangan.

2.Ventilation
Ventilation adalah proses untuk mensirkulasikan udara di dalam suatu ruangan dengan udara
luar, yang bertujuan untuk me-remove debu, kelembaban, bau-bauan yang tidak sedap, karbon
dioksida, panas, bakteri di udara, serta meregenerasi oksigen di dalam ruangan. Ventilasi
merupakan salah satu penerapan teori mekanika fluida.

12
Gbr. 4 Ventilation Fan

Ada dua jenis ventilation, yaitu forced ventilation dan natural ventilation. Forced
ventilation adalah sistem ventilasi yang menggunakan bantuan fan atau kipas untuk
mensirkulasikan udara di dalam ruangan. Sistem ini banyak digunakan di perindustrian besar,
gedung-gedung, dan contoh yang paling dekat dengan kita adalah di dapur dan di kamar mandi.
Di dapur biasanya dipasang fan untuk menghisap asap dari kompor dan dibuang keluar.
Sedangkan di kamar mandi jelas digunakan untuk mengusir bau-bauan yang tidak sedap dari
dalam kamar mandi.

Gbr. 5 Exhaust Fan

Sedangkan untuk natural ventilation tidak diperlukan bantuan kipas untuk mensirkulasikan
udara. Biasanya hanya berupa jendela yang dibiarkan terbuka di suatu ruangan.

3. Air Conditioning
Air Conditioning (AC) menggunakan prinsip siklus mesin pendingin, yang terdiri dari
beberapa bagian penting yaitu refrigerant, kompresor, heat exchanger, dan katup ekspansi.

Kalau Anda googling pasti sudah banyak yang menjelaskan bagaimana prinsip kerja dari AC.
Di sini yang perlu saya tekankan adalah adanya sedikit perbedaan antara AC yang biasa Anda
gunakan di rumah, dengan AC yang digunakan di perkantoran, gedung-gedung, atau
perindustrian. Ada satu media bernama liquid chiller yang digunakan.

13
Gbr. 6 Kompresor AC pada salah satu kantor

Jadi prosesnya menjadi seperti berikut. Udara yang tersirkulasi diserap panasnya melalui heat
exchanger oleh liquid chiller di satu komponen bernama Air Handling Unit (AHU). Sedangkan
panas dari liquid chiller diserap oleh refrigerant melalui heat exchanger yang lainnya. Jadi ada
semacam proses pendinginan bertingkat di dalamnya.

Gbr. 7 Air Handling Unit

Ada satu alasan yang kuat mengapa AC yang digunakan di gedung-gedung besar
menggunakan liquid chiller. Karena udara yang bersirkulasi di dalam gedung bervolume besar,
maka akan lebih jauh efisien jika menggunakan media liquid chiller sehingga energi yang
dibutuhkan untuk operasional AC lebih rendah jika dibandingkan tanpa menggunakan liquid
chiller.

3.1.4 SOUND SYSTEM

Tata Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara
pertunjukan, pertemuan, rapat dan lain lain. Tata Suara memainkan peranan penting dalam
suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak terpisahkan dari Tata Panggung dan
bahkan acara pertunjukan itu sendiri.

Tata Suara erat kaitannya dengan pengaturan penguatan suara agar bisa terdengar
kencang tanpa mengabaikan kualitas dari suara-suara yang dikuatkan. Pengaturan tersebut
meliputi pengaturan mikropon-mikropon,kabel,prosesor dan efek suara, pengaturan konsul
mixer, kabel-kabel, dan juga Audio Power amplifier dan Speaker-speakernya.

14
3.1.5 DUCTING SYSTEM

Ducting yang merupakan penyaluran pipa. Yaitu sistem yang digunakan untuk mengarahkan
atau menyalurkan udara atau lainya ke arah tertentu dengan mempertimbangkan tiap-tiap
tujuan akhir tersebut manjadi bagian beban terhadap dimensi atau diameter media penyalur
pada sepanjang perjalanan hingga titik akhir beban tersebut keluar dari media penyalur.

Jenis material ducting disesuaikan dengan udara yang akan di salurkan. Pengunaan material
yang di gunakan akan mempengaruhi suhu udara di sepanjang perjalanan menuju titik akhir
keluarnya udara.

Ada dua Saluran udara (Ducting):

a. Ducting Supply
b. Ducting Return

3.1.6 PIPING and DRAINAGE SYSTEM

Sistem plumbing air buangan diperlukan untuk mengalirkan air buangan dari fasilitas
saniter terpasang dalam bangunan menuju ke saluran pembuangan kota. Definisi dari air
buangan disini ialah air bekas pakai, yaitu air yang sudah keluar dari kran atau suplai air minum
lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam plumbing air buangan adalah :

- Pengalirannya pada tekanan atmosfir, artinya garis energinya sama dengan kemiringan
muka air, atau sama dengan kemiringan ( slope ) pipa
- Dimensinya selalu dinyatakan dalam diameter dan slope pipa ( kemiringan pipa )
- Sambungan dalam perpipaan air buangan harus menggunakan Y-tee atau Y-cross
- Harus ada water trap ( perangkap air ) dari setiap alat plumbing
- Harus dibarengi dengan perpipaan ven ( ven sistem ), terutama untuk bangunan
berlantai banyak

Klasifikasi sistem pembuangan air

1. Klasifikasi menurut jenis air buangan:

a) Sistem pembuangan air kotor : Adalah sistem pembuangan, yang dilalui air kotor dari kloset,
peturasan, dan lain-lain dalam gedung dikumpulkan dan dialirkan keluar.

b) Sistem pembuangan air bekas : Adalah sistem pembuangan di mana air bekas dalam gedung
dikumpulkan dan dialirkan ke luar.

c) Sistem pembuangan air hujan : Adalah sistem pembuangan di mana hanya air hujan dari
atap gedung dan tempat lainnya dikumpulkan dan dialirkan ke luar.

15
d) Sistem air buangan khusus : Hanya untuk air buangan khusus, perlu disediakan peralatan
pengolahan yang tepat pada sumbernya dan baru kemudian dimasukkan ke dalam riol umum.

e) Sistem pembuangan air dari dapur : Khusus untuk air buangan yang berasal dari bak cuci di
dapur.

2. Klasifikasi menurut cara pembuangan air

a) Sistem pembuangan air campuran : Yaitu sistem pembuangan, dimana segala macam air
buangan dikumpulkan ke dalam satu saluran dan dialirkan ke luar gedung, tanpa
memperhatikan jenis air buangannya.

b) Sistem pembuangan terpisah : Yaitu sistem pembuangan, dimana setiap jenis air buangan
dikumpulkan dan dialirkan ke luar gedung secara terpisah.

c) Sistem pembuangan tak langsung : Yaitu sistem pembuangan, dimana air buangan dari
beberapa lantai gedung bertingkat digabungkan dalam satu kelompok. Pada setiap akhir
gabungan perlu dipasang pemecah aliran.

3. Klasifikasi menurut cara pengaliran

a) Sistem gravitasi : Dimana air buangan mengalir dari tempat yang lebih tinggi secara gravitasi
ke saluran umum yang letaknya lebih rendah.

b) Sistem bertekanan : Dimana saluran umum letaknya lebih tinggi dari letak alat-alat
plambing, sehingga air buangan dikumpulkan lebih dahulu dalam suatu bak penampung
kemudian dipompakan ke luar ke dalam riol umum.

4. Klasifikasi menurut letaknya

a) Sistem pembuangan gedung : Yaitu sistem pembuangan yang terletak dalam gedung, sampai
jarak satu meter dari dinding paling luar gedung tersebut.

b) Sistem pembuangan di luar gedung atau roil gedung : Yaitu sistem pembuangan di luar
gedung, di halaman, mulai satu meter dari dinding paling luar gedung tersebuutr sampai ke riol
umum.

3.1.7 SISTEM PENANGKAL PETIR

Dalam Perlindungan penangkal petir atau anti petir maupun sebutan penyalur petir terdapat
dua sistem yang sangat erat berkaitan satu sama lainnya, yang pertama adalah penangkal
petir eksternal yaitu instalasi penyalur petir yang sering kita jumpai di atas bangunan berupa
batangan tembaga ataupun sistem elektrostatis.

16
Penangkal petir internal atau sering disebut dengan surgge Arraster adalah sustu sistem proteksi
internal dalam cakupan instalasi listrik, Lan ( internet ) , maupun instalasi komunikasi atau Telpon.
Dalam definisi proteksi atau perlindungan sambara petir terdapat 2 (dua) type sistem proteksi:

1. Ekterrnal Proteksi ( Perlindungan Luar Gedung )

Perlindungan ekternal penyalur petir berfungsi untuk menerima sambaran langsung / Direct Strike
dari sambaran petir tentunya, sambaran langsung tersebut berakibat langsung pada fisik struktur
ataupun aset luar, sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan seperti

kebakaran dan korban jiwa manusia, Untuk mengamankan sambaran langsung maka
sistem penangkal petir ekternal proteksi inilah yang biasa dipasang pada struktur bangunan atau area
terbuka yang memerlukan perlindungan. Ekternal proteksi adalah suatu sistem penyalur petir yang
dirancang dan dipasang pada atap atau bangunan tertinggi pada suatu bangunan dengan bahasa
umum yang beredar di masyarakat adalah penangkal petir. Instalasi Penyalur petir sangat sederhana,
ini adalah beberapa bagian dari instalasi penyalur petir:

- Air therminal
- Kabel Penyalur
- Pembumian / Grounding

2. Internal Poteksi ( Perlindungan Dalam gedung )

Perlindungan internal lebih cenderung pada arus lemah yang dihasilkan dari sambaran petir dan tidak
tersalur dengan baik kedalam grounding sistem, sambaran petir langsung dapat mengakibatkan
medan magnet yang sangat kuat dan merambat pada sistem instalasi kelistrikan suatu gedung, medan
magnet tersebut sering dikatakan Induksi bagi para ahli listrik, untuk mengurangi dampak induksi yang
disebabkan medan elektromagnetik disarankan untuk memasang sistem internal proteksi atau surrge
arraster baik untuk listrik, Lan maupun PABX, atau peralatan elektronik lainnya seperti CCTV, DVR,
Server dan banyak lainnya yang hanya menggunakan arus lemah dalam pengoperasiannya. Sistem
instalasi internal proteksi hampir menyerupai dengan sistem eksternal proteksi.

- Surgge Arraster
- Kabel Penyalur
- Pembumian / Grounding

3.1.8 SISTEM PEMADAMAN API

Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung sebagai
preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem sprinkler, sistem
hidran dan Fire Extinguisher. Dan pada tempat-tempat tertentu digunakan juga sistem fire
gas.Tetapi pada umumnya sistem yang digunakan terdiri dari: sistem sprinkler, hidran dan
fire extinguisher.

17
Gbr. 8 Gambar Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran

Ada 3 Pompa yang digunakan dalam sistem Sprinkler dan Hydran, yakni Elektric Pump,
Diesel Pump serta Jockey Pump.

Jockey Pump, berfungsi untuk menstabilkan tekanan di instalasi dan secara otomatis akan
bekerja apabila ada penurunan tekanan. Jika Head sprinkler pecah, dan hydran digunakan,
maka pompa elektrik secara otomatis akan bekerja, dan jockey pump, akan berhenti bekerja.
Namun, apabila selama 10 detik pompa elektrik gagal bekerja, aka pompa diesel yang
merupakan pompa cadangan akan otomatis mengambil alih.

1. Fire Fighting Sistem Sprinkler

Sistem ini menggunakan instalasi pipa sprinkler bertekanan dan head sprikler sebagai alat
utama untuk memadamkan kebakaran.

18
Gbr. 9 Sistem Pada Springkler

Sprinkler merupakan alat untuk memancarkan bahan pemadam yang berupa air, foam, CO2,
Hingga Dry Chemical Powder.

Sistem Sprinkler ada 2 macam, yaitu:

a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan tekanan
air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.

b. Dry riser system : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisi air bertekanan, peralatan
penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alar memerintahkannya.

Gbr. 10 Perbedaan Wet Riser dan Dry Riser System

Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistem Wet Riser. Dengan system yang
dilengkapi oleh Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar bangunan.

2. Fire Fighting Sistem Hydran

19
Sistem ini menggunakan instalasi hydran sebagai alat utama pemadam kebakaran, yang terdiri
dari box hydran dan accesories, pilar hydran dan siemese. Box Hydran dan accesories
instalasinya (selang (hose), nozzle) (atau disebut juga dengan Fire House cabinet (FHC))
biasanya ditempatkan dalam gedung, sebagai antisipasi jika sistem sprinkler dan sistem fire
extinguisher kewalahan mengatasi kebakaran di dalam gedung. Sedang Pilar hydran (yang
dilengkapi juga dengan box hydran disampingnya, untuk menyimpan selang (hose) dan nozzle)
biasanya ditempatkan di area luar (jalan) disekitar gedung, digunakan jika sistem kebakaran di
dalam gedung tidak memadai lagi. Dan Siemese berfungsi untuk mengisi air ground
tank (sumber air hydran) tidak memadai lagi atau habis. Siemese ditempatkan di dekat di
dekat jalan utama. Hal ini untuk memudahkan dalam pengisian air.

System Hydran ini juga terdiri dari 2 system, yaitu:

a. Wet Riser System: Seluruh instalasi pipa hydran berisikan air bertekanan dengan tekanan
yang selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap.

b. Dry Riser System: seluruh instalasi pipa hydran tidak berisikan air bertekanan, peralatan
penyedia air akan secara otomatis jika katup selang kebakaran di buka.

Seperti halnya sistem sprinkler, jika ada tekanan dalam pipa instalasi menurun, maka pompa
jockey akan bekerja. Dan jika instalasi hydran dibuka maka secara otomatis pompa elektrik
akan bekerja, dan jockey pump secara otomatis akan berhenti. Dan jika pompa elektrik gagal
bekerja secara otomatis, maka pompa diesel akan bekerja.

Gbr 11.Box Hydran & Fire Extinguisher (APAR)

3. Fire Fighting fire Extinguisher

20
Fire extinguisher atau lebih dikenal dengan nama APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya dilakukan secara manual dan langsung
diarahka pada posisi dimana api berada.

Apar biasanya ditempatkan di tempat-tempat strategis yang dissuaikan dengan peraturan


Dinas Pemadam Kebakaran.

Terdapat beberapa jenis Apar yang digunakan, yaitu:

· Apar Type A: Murtipupuse Dry Chemical Powder 3,5 Kg

· Apar Type B: Gas Co2 6,8 kg

· Apar type C : Gas Co2 10 kg

· Apar type D : Multipupuse Dry Chemical Powder 25 kg (dilengkapi dengan Trolley)

4. Fire Fighting Sistem Gas

Sistem fire gas biasanya digunakan untuk ruangan tertentu, seperti: ruang Genset,
ruang panel dan ruangan eletronik (ruang central komputer: ruang hub dan server, IT,
Comunication dan lain-lain).

Sistem iyang digunakan biasanya sistem fire gas terpusat, dimana tabung-tabung gas (foam,
halon, FM 100, Co2 dan lain-lain), ditempatkan secara terpusat dan pendistribusiannya ke
dalam ruangan dilewatkan melalui motorized valve / actuator, instalasi pemipaan dan nozzle.

Cara kerja sistem ini berdasarkan perintah dari system fire alarm.

21
Gbr.12 Skematik Instalasi Hydran & Sprinkler 4 lantai

BAB IV

PENERAPAN

4.1 Prosedur dan Standard Mekanikal Elektrikal dalam suatu Bangunan

Maksud dan fungsi utama dari suatu gedung menjadi landasan dasar dalam menentukan
kekhusususan sistem ME dalam suatu bangunan/ gedung. Gedung rumah sakit misalnya akan
mempunyai sistem yang khusus yang digunakan di gedung tersebut yang tidak digunakan di
gedung lain. Demikian juga bandara atau mall / plaza.

Salah satu kekhususan sistem yang ada di rumah sakit diantaranya adalah sistem
instalasi gas (oksigen) dan compressor, disamping sistem ipal-nya juga harus mempunyai
sistem pennngan khusus. Di bandara diantara sistem ME yang khusus yaitu sistem FIDS
(Flight information display sistem), sistem belalai gajah (garbarata) dan yang tak kalah
petingnya adalah sistem sekuriti. Sedang yang ada di mall atau plaza sistem yang khususnya
misalnya sistem instalasi gas untuk food coat.

Disamping itu dalam menentukan suatu sistempun sangat tergantung pada maksud dan
fungsi gedung itu sendiri. Mislanya untuk sistem AC, sistemnya akan berbeda, Jika hanya
untuk perkantoran biasanya digunakan sistem AC split. Sedang untuk bandara atau mall atau
perkantoran dalam skala besar biasanya digunakan sistem AC terpusat.

22
Untuk membangun suatu bangunan, dalam setiap pekerjaan yang dilakukan membutuhkan
standardisasi yang baku agar setiap orang memiliki persepsi yang sama mengenai tata cara,
perhitungan, dan hasil dari suatu pekerjaan.
Berikut ini merupakan beberapa daftar standard dan peraturan yang dikeluarkan oleh
Kementrian Pekerjaan Umum atau instansi lainnya.

SNI dan Peraturan Bidang Struktur


SNI 2833:2008 Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk Jembatan (Revisi dari SNI 03-2833-1992)
RSNI T-12-2004 Perencanaan struktur beton untuk jembatan
RSNI T-03-2005 Perencanaan struktur baja untuk jembatan
RSNI T-02-2005 Pembebanan Untuk Jembatan
SNI 03 – 2847 – 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton. Untuk Bangunan Gedung
SNI 03 – 1729 – 2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Baja. Untuk Bangunan Gedung
SNI – 1726 – 2002 Standard Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung
SNI 03-2394-1991 Tata Cara Perencanaan dan Perancangan Bangunan Kedokteran Nuklir di
Rumah Sakit
SNI 03-2395-1991 Tata Cara Perencanaan dan Perancangan Bangunan Radiologi di Rumah
Sakit

SNI dan Peraturan Bidang Tanah / Geoteknik


SNI-4153-2008 Cara uji penetrasi lapangan dengan SPT
SNI 2827-2008 Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
ASTM D 3441 – 98 Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Test (ASTM CPT)

SNI dan Peraturan Bidang Manajemen Konstruksi (Analisa Harga Satuan Pekerjaan)
SNI-2837-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan plesteran untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
SNI-6897-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
RSNI T-15-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pipa dan saniter
SNI 03-2835-2002 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
SNI-2839-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
SNI-3434-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
SNI-7394-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi
bangunan gedung dan perumahan
SNI-7395-2008 Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan penutup lantai dan
dinding untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan
SNI 03-6386-2000 Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung Dalam Bangunan Gedung
dan Perumahan
SNI 03-2840-2002 Tata Cara Pengerjaan Lembaran Asbes Semen Untuk Penutup Atap Pada
Bangunan Rumah
SNI 03-2410-1994 Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok Dengan Cat Emulsi

23
SNI 03-3436-1994 Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Atap Untuk Bangunan dan
Gedung

SNI dan Peraturan Bidang Mekanikal dan Elektrikal


SNI 03-3989- 2000 Tata cara perencanaan dan pemasangan sistem springkler otomatik untuk
pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung
SNI 04-7018-2004 Sistem Pasokan Daya Listrik Darurat dan Siaga
SNI 04-7019-2004 Sistem pasokan daya Listrik darurat menggunakan energi tersimpan
(SPDDT)
SNI 04-0225-2000 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000)

Idealnya, pada tahap desain,perencanaan telah memiliki kriteria – kriteria untuk


menghasilkan suatu performansi tertentu sehingga aktifitas pemeliharaan yang dilakukan
selama masa operasi gedung akan lebih efektif.

Namun seringkali kriteria – kriteria semacam itu tidak dibuat sehingga menimbulkan kesulitan
dalam menentukan program pemeliharaan sampai tahap pelaksanaannya.

Kegiatan pemeliharaan bangunan meliputi berbagai aspek yang bisa dikategorikan dalam 4
kegiatan, yaitu :

- Pemeliharaan rutin harian


- Rectification ( perbaikan bangunan yang baru saja selesai )
- Replacement ( penggantian bagian yang berharga dari suatu bangunan )
- Retrofitting ( melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi )

Secara sederhana, Pemeliharaan bangunan dapat diklarifikasikan menjadi 2 macam yaitu :


Pemeliharaan rutin dan Pemeliharaan remedial / perbaikan.

A. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dengan interval waktu tertentu
untuk mempertahankan gedung pada kondisi yang diinginkan / sesuai. Contohnya
pengecatan dinding luar gedung 2 tahunan, pengecatan interior 3 tahunan, pembersihan
dinding luar, dll. Namun jenis pekerjaan pemeliharaan rutin juga bias berupa perbaikan atau
penggantian komponen yang rusak. Kerusakan – kerusakan tersebut bias diakibatkan oleh
proses secara alami ( contoh : Kerapuhan, kusam ) atau proses pemakaian ( contohnya :
goresan,pecah dll ).

Pada pemeliharaan rutin sangat penting untuk menentukan siklus pemeliharaan. Siklus
pemeliharaan bias ditentukan berdasarkan data fisik gedung dan equipment yang cukup
dalam bentuk dokumentasi, manual pemeliharaan ataupun catatan pengalaman dalam
pekerjaan pemeliharaan sebelumnya.

Dalam suati rencana program pemeliharaan, jika siklus kegiatannya sudah ditentukan, maka
jenis pekerjaan dan anggaran dapat segera dibuat.

24
Kendala – kendala yang sering terjadi dalam pemeliharaan rutin adalah :

· Pemilik / Owner

Seringkali para pemilik gedung tidak melaksanakan program pemeliharaan yang sudah
dibuat,bahkan cenderung memperpanjang interval pemeliharan dengan tujuan mengurangi
beban biaya pemeliharaan agar keuntungan yang di dapat lebih besar. Padahal dengan
tertundanya jadwal pemeliharaan rutin akan mengakibatkan bertumpuknya kualitas
kerusakan ( Multipier effect ) yang akhirnya akan membutuhkan biaya perbaikan yang jauh
lebih besar.

· Kurangnya data dan pengetahuan

Seringkali pemeliharaan rutin tidak dapat dilakukan akibat kurangnya data baik
manual,sejarah pemeliharaan ataupun dokumentasi. Disamping itu juga kekurangan
pengetahuan dari personil pengelola gedung baik tingkat manajerial maupun pelaksana
mengakibatkan program pemeliharaan dan pelaksanaanya kurang optimal.

B. Pemeliharaan Remedial

Pemeliharaan remedial adalah pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh :

· Kegagalan teknis / manajemen

Kegagalan teknis / manajemen bisa terjadi pada tahap kontruksi maupun pada tahap
pengoperasian bangunan. Pada tahap kontruksi contohnya adalah kecerobohan dalam
pemasangan suatu komponen bangunan. Pada tahap pengoperasian bangunan, kesalahan
dalam merencanakan jadwal pemeliharaan bias terjadi dan ini dapat berakibat pada
kerusakan alat atau bahan – bahan bangunan.

· Kegagalan kontruksi dan desain

Dalam hal ini faktor desain dan kontruksi berhubungan erat. Contoh dari segi desain adalah
kesalahan dalam pemilihan bahan bangunan, sehingga usia pemakaiannya pendek dan tidak
bertahan lama. Sedangkan dari segi kontruksi kesalahan dalam pelaksanaan finishing dapat
menyebabkan usia pemakaiannyapun tidak bertahan lama.

· Kegagalan dalam pemeliharaan

Faktor lain yang menyebabkan kegiatan pemeliharaan perbaikan selama periode pemakaian
bangunan adalah akibat kegagalan pemeliharaan yang disebabkan oleh :

- Program pemeliharaan rutin yang dibuat tidak memadai


- Program perbaikan yang tidak efektif
- Inspeksi – inspeksi yang tidak dilaksanakan dengan baik
- Data - data pendukung pemeliharaan yang tidak mencukupi

25
Secara lebih luas, ditinjau dari direncanakan atau tidak, kegiatan pemeliharaan rutin dapat
diklasifikasikan menjadi :

1. Pemeliharaan terencana / planned.

2. Pemeliharaan tidak terencana / unplanned

Dibawah ini adalah diagram yang menunjukan klasifikasi kegiatan pemeliharaan.

Planned Maintenance : Pemeliharaan yang diorganisasikan dan dilaksanakan dengan


perencanaan, control dan penggunaan laporan – laporan untuk suatu rencana yang
ditentukan sebelumnya.

Unplanned Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang yang tidak
ditentukan sebelumnya.

Preventive Maintenance : Pemeliharaan yang dilaksanakan pada interval yang ditentukan


sebelumnya atau yang sesuai untuk kriteria yang ditentukan dan ditujukan untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan atau degradasi performansi suatu bangunan.

Corrective Maintenance : Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan terjadi dan
ditujukan untuk memperbaiki suatu item untuk suatu keadaan yang item tersebut dapat
melakukan fungsinyayang diperlukan.

Emergency Maintenance : Pemeliharaan yang diperlukan dengan segera untuk menghindari


akibat – akibat yang serius.

Condition Based Maintenance : Preventive maintenance yang di mulai dari suatu hasil
pengetahuan kondisi suatu hal dari pemantauan rutin.

Scheduled Maintenance : Preventive maintenance yang dilaksanakan untuk suatu interval


waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

Pada dasarnya,tindakan pemeliharaan dilakukan berdasarkan atas laporan hasil pemeriksaan


/ survey terhadap kondisi bangunan. Untuk itu pemeriksaan yang dilakukan harus teliti dan
menyeluruh,sehingga dapat ditentukan bentuk tindakan pemeliharaan yang tepat terhadap
kegagalan tertentu.

Dalam konteks pemeliharaan gedung, Building Management melaksanakan


perawatan dan perbaikan gedung, fasilitas dan kelengkapan gedung dengan tujuan
tercapainya :

- Reliabilitas ( kehandalan )
- Availabilitas ( ketersediaan )
- Memperpanjang umur teknis
- Memberikan nilai tambah

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Proyek gedung merupakan proyek yang terdiri dari beberapa disiplin ilmu terutama
struktur, arsitektur, dan Mekanikal elektrikal plumbing. Dalam Perencanaan sebuah
Gedung, diperlukan konsultan mekanikal elektrikal yang mampu merencanakan
pengoperasian suatu peralatan dalam gedung untuk keamanan serta kenyamanan para
pengguna gedung.

Disamping itu dalam menentukan penggunaan suatu sistem, sangatlah bergantung pada
maksud serta fungsi dari penggunaan gedung itu sendiri. Karena perbedaan dalam fungsi
pemanfaatan, akan mempengaruhi instalasi pemasangan peralatan mekanikal elektrikal.

27
DAFTAR PUSTAKA

- R,S. Khurmi J.K Guppta, A Text Book of Machine Design, Eurasia Publishing, New
Delhi, 1987.

- M,F. Spoots, Design of Machine Elements, Prentice-Hall,Marubeni, 1986.

- Gustav Nieman, Machine Element, Design dan Calculation, Spinger Verlaag

- Sularso dan Kiyokatsu Suga, Dasar-dasar Perencanaan Elemen Mesin, ITB Bandung.

28

Anda mungkin juga menyukai