Menyusun Latar Belakang Dan Perumusan Masalah Penelitian
Menyusun Latar Belakang Dan Perumusan Masalah Penelitian
1
“masalah-‐jawab”).
Soal,
adalah
sesuatu
yang
dicari
pemecahan-‐
nya,
tetapi
ada
satu
pihak
yang
tahu
jawabannya”
Misalnya
adalah
soal
Ujian
Nasional
(UN).
Guru
tahu
jawaban
UN,
sedangkan
murid
tidak
mengetahui
(soal-‐jawab).
Mengirimkan
soal-‐soal
UN
dari
Jakarta
ke
daerah
menjelang
akhir
tahun
ajaran,
adalah
masalah
yang
berat
untuk
dipecahkan.
Masalah
yang
dijumpai
adalah:
• Bagaimana
caranya
menjaga
supaya
tidak
ada
kebocoran
soal?
• Bagaimana
caranya
untuk
menjamin
agar
soal
ujian
tiba
tepat
waktu?
Oleh
karena
kita
di
Indonesia,
maka
kita
sudah
bisa
“menerka”
apa
yang
dimaksud
oleh
kata
“masalah”
pada
contoh
di
atas.
Akan
tetapi,
seandainya
yang
tercantum
itu
bukan
Pulau
Jawa,
melainkan
Pulau
Christmas,
maka
konstruksi
kalimat
permasalahan
menjadi
berbunyi:
“Pada
tulisan
ini
saya
akan
mencoba
membahas
masalah
penduduk
di
Pulau
Christmas.”
2
Merumuskan
Masalah
(Research
Questions)
Dalam
proposal
penelitian,
mengenal
dan
merumuskan
masalah
dengan
jelas
adalah
bagian
terpenting
dan
termasuk
yang
paling
menantang.
Proposal
penelitian
yang
masalahnya
tidak
jelas
dirumuskan
akan
menghasilkan
temuan
penelitian
yang
kemungkinan
tidak
logis.
Dalam
proposal
penelitian
merupakan
suatu
hal
yang
elementer
bagi
setiap
peneliti
untuk
mengkonstruksikan
perumusan
masalah
pada
bagian
akhir
dari
Bab
Pendahuluan.
Perumusan
masalah
umumnya
diungkapkan
dalam
bentuk
kalimat
,tanya.
Ada
peneliti
yang
merumuskan
pertanyaan
dalam
dua
aras
(level),
yakni
perumusan
masalah
yang
bersifat
umum
(general
research
questions),
dan
perumusan
masalah
yang
bersifat
spesifik
(specific
research
questions).
Namun
ada
pula
peneliti
yang
memformulasikan
satu
atau
lebih
perumusan
masalah
tanpa
kategori
umum
dan
spesifik.
Dalam
mata
kuliah
MPS
anda
didorong
agar
mampu
untuk
mengkonstruksikan
perumusan
masalah
yang
anda
minati,
tanpa
terikat
pada
kategori
umum
dan
spesifik.
Lebih
lanjut
lihat
pula
kuliah
MPS
ke-‐2
memaparkan
tentang
hal
ini.
Satu
hal
lagi
yang
perlu
diketahui
adalah
perumusan
masalah
atau
pertanyaan
penelitian
harus
disusun
dengan
efektif.
Ciri-‐ciri
perumusan
masalah
yang
efektif
adalah:
• Pertanyaan
penelitian
harus
menarik
(aktual,
ada
paradoks,
dan
sejauh
mungkin
diterapkan
pendekatan
yang
berbeda);
• Pertanyaan
penelitian
harus
relevan
dengan
topik
penelitian
yang
dikaji,
dan
diperkuat
dengan
maksud
untuk
mengisi
potongan
teka-‐teki
yang
hilang,
atau
membuat
hubungan
antara
fenomena
sosial
yang
dikaji.
• Pertanyaan
penelitian
harus
diformulasikan
dengan
jelas.
Buat
pertanyaan
yang
“membumi”
dan
batasi
variabel
yang
diteliti.
• Pertanyaan
yang
diajukan
harus
membawa
implikasi
penelitian
dapat
dijalankan.
Contoh
perumusan
masalah
yang
memperhatikan
aspek-‐aspek
di
atas
adalah,
• Semisal
topik
proposal
anda
adalah
“Intervensi
Program
Keluarga
Berencana
(KB)”.
Perumusan
Masalah:
mengapa
dua
desa
dengan
karakteristik
sosial
ekonomi
yang
relatif
sama,
dan
menerima
program
KB
dengan
intensitas
intervensi
yang
sama
namun
hanya
satu
desa
yang
berhasil
menerapkan
KB?
Melihat
situasi
ini
maka
dipandang
perlu
dilakukan
penelitian
untuk
menjawab
pertanyaan
dimaksud.
3
Bila
perumusan
masalah
dinyatakan
seperti
di
atas,
maka
ini
berarti
pada
latar
belakang
penelitian
(bagian
awal
Bab
Pendahuluan)
telah
diungkapkan
fakta-‐fakta,
konsep-‐konsep,
dan
hubungan
antar
variabel
yang
terkait
dengan
topik
Keluarga
Berencana
yang
diteliti
dengan
merujuk
pada
data,
literatur,
laporan
penelitian
dan
sebagainya.
Cara
termudah
untuk
mengekspresikan
bagian
ini
adalah
dengan
mengkontradiksikan
atau
membanding
antara
kebijakan,
teori,
atau
konsep-‐konsep
terkait
KB
di
satu
pihak,
dengan
fenomena/masalah
sosial
yang
real
terjadi
di
pihak
lain.
• Semisal
topik
penelitian
anda
adalah:
“Pendidikan
Perempuan”
Perumusan
Masalah:
mengapa
tingkat
pendidikan
perempuan
cenderung
lebih
rendah
dari
tingkat
pendidikan
laki-‐laki,
padahal
Undang-‐Undang
Pendidikan
sudah
menjamin
bahwa
semua
warganegara
berhak
menerima
pendidikan,
dan
semua
fasilitas
pendidikan
terbuka
untuk
semua
warganegara?
Melihat
situasi
ini
maka
dipandang
perlu
dilakukan
penelitian
untuk
menjawab
pertanyaan
dimaksud.
Bila
perumusan
masalah
dinyatakan
seperti
di
atas,
maka
ini
berarti
pada
latar
belakang
penelitian
(bagian
awal
Bab
Pendahuluan)
telah
diungkapkan
fakta-‐fakta,
konsep-‐konsep,
dan
hubungan
antar
variabel
yang
terkait
dengan
topik
pendidikan
perempuan
yang
diteliti
dengan
merujuk
pada
data,
literatur,
laporan
penelitian
dan
sebagainya.
Cara
termudah
untuk
mengekspresikan
bagian
ini
adalah
dengan
mengkontradiksikan
atau
membanding
antara
kebijakan,
teori,
atau
konsep-‐konsep
terkait
pendidikan
perempuan
di
satu
pihak,
dengan
fenomena/masalah
sosial
yang
real
dihadapi
kaum
perempuan
di
pihak
lain.