SKENARIO 4
“ INFEKSI BAKTERI ”
STEP 1
3. Fecal – oral : Suatu penyakit yang ditularkan melalui anus oral berupa
makanan / minuman yang tercemar oleh enteropatogen.
6. Mual : Sensasi yang tidak nyaman pada perut bagian atas yang
disertai dorongan untuk muntah biasanya disertai berkeringat.
STEP 2
2. Apa saja menyebabkan anak tersebut diare dan apa saja agen infeksi
lainnya ?
STEP 3
a. Etiologi.
b. Mekanisme
c. Waktu
2. Berikut yang menyebabkan anak tersebut diare dan agen infeksi lainnya :
iv. Jamur.
v. Protozoa.
vi. Cacing.
vii. Ektoparasit.
viii. Prion.
a. Sosiaekonomi.
b. Lingkungan.
c. Musin.
d. Hyginitas.
c. 4 jalan saluran
4
i. Saluran pencernaan.
iii. Kulit.
d. Terdapat 3 mekanisme
i. Mengeluarkan toksin.
a. Local.
b. Akut.
c. Kronik.
d. Sistemik.
e. Bakterimia.
f. Septikimia.
5
a. 4 tahap
STEP 4
a. Etiologi
i. Bakteri => E.coli => BAB berdarah dan berlendir => karena
bakteri merusak epitel pada usus.
ii. Virus => rotavirus => BAB tidak berdarah dan tidak berlendir =>
virus merusak vili – vili tetapi tak merusak epitel.
iii. Parasit => menyebabkan diare dan bisa menyerang organ lain.
b. Sekretorik
c. Osmotik
ii. Virus => rotovirus => perusakan pada vili usus => proses
selanjutnya sama dengan laktosa.
2. Berikut yang menyebabkan anak tersebut diare dan agen infeksi lainnya :
a. Struktur bakteri
b. Virus
c. Jamur
d. Parasit
e. Prion
f. Protozoa
g. Cacing
Diferensiasi tinggi.
h. Eksoparasit
i. Patogenitas
l. Kemampuan invasi
m. Toxin
Sudah cukup.
a. Sosioekonomi
i. Relase
1) Keruskan jaringan.
2) Melawan infeksi.
b. Saluran pernapasan
i. Pertahanan
a. Flora kulit.
b. Tinja.
d. Urin.
e. Bakterimia
MIND MAP
JAMUR PARASIT
AGEN BAKTER
FAKTOR – FAKTOR
YANG INFEKSI MANIFESTASI
MENYEBABKAN
INFEKSI
STEP 5
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
Virus merupakan obligat intraseluler yang berkembang biak di dalam sel, sering
menggunakan mesin sintesis asam nukleat dan protein pejamu. Dengan reseptor
permukaan sel, virus masuk ke dalam sel dan dapat menimbulkan kerusakan sel
dan penyakit melalui berbagai mekanisme. Hal tersebut disebabkan oleh replikasi
virus yang menganggu sintesis protein dan fungsi sel normal serta efek sitopatik
virus. Virus nonsitopatik dapat menimbulkan infeksi laten dan DNA virus enetap
dalam sel pejamu dan memproduksi protein yang dapat atau tidak menganggu
fungsi sel. (Sylvia,2006)
Imunitas Spesifik
Virus yang berhasil masuk ke dalam tidak lagi rentan terhadap efek antibodi.
Respon imun terhadap virus intraseluler terutama tergantung dari sel CD8
yang membunuh sel terinfeksi. Fungsi fisiologik CTL ialah pemantauan
terhadap infeksi virus.(Kumar,2015)
A. Jamur
Jamur dapat membentuk spora seksual, atau lebih sering lagi berupa spora
aseksual yang disebut konidia. Konidia diproduksi pada struktur khusus atau
struktur yang menyerupai buah-buahan yang berasal dari filamen hifa. Jamur
12
dapat menyebabkan infeksi pada permukaan tubuh atau infeksi pada organ dalam
tubuh. (Kumar, 2015).
a). Infeksi permukaan tubuh meliputi kulit, rambut dan kuku. Spesies jamur
yang mengakibatkan infeksi permukaan disebut dermatophyta. Infeksi
pada kulit disebut tinea, karena itu, tinea pedis adalah "athlete's foot" dan
tinea capitis adalah scalp ringworm. Jenis jamur tertentu akan menginvasi
jaringan sub-kutis, menyebabkan abses atau granuloma dan kadang-
kadang disebut misetoma. (Kumar, 2015).
b). Infeksi jamur yang dalam dapat menyebar secara sistemik dan menginvasi
jaringan, merusak organ vital pada pejamu yang immunocompromised
(imunitas rendah), tetapi biasanya dapat di atasi atau tetap laten pada
pejamu normal. Jamur dibagi dalam spesies endemik dan oportunistik.
c). Jamur endemik adalah spesies yang invasif dan dijumpai terbatas pada
daerah geografik tertentu (misalnya, Coccidioides di barat daya Amerika
Serikat, Histoplasma di Ohio River Valley). (Kumar, 2015).
d). Sebaliknya, jamur oportunistik (misalnya, Candida, Aspergilus, Mucor,
Cryptococcus) merupakan organisme yang dijumpai di mana-mana yang
ditemukan pada manusia maupun dijumpai pada lingkungan. Pada
individu dengan imunodefisiensi, jamur oportunis akan mengakibatkan
infeksi invasif yang dapat mematikan dengan tanda nekrosis jaringan,
pendarahan, penyumbatan pembuluh, dengan sedikit respons radang atau
tidak memberikan respons radang (Gambar 8-4).
Perhatikan lebar yang tidak teratur dan percabangan dengan sudut hampir
tegak dari hifa. (Penghargaan pada Dr. Dan Milner, Department of Pathology,
Brigham and Women's Hospital, Boston, Massachusetts). (Kumar, 2015).
B. Protozoa
C. Cacing
spp.). Ketika cacing dewasa berada dalam manusia, cacing tersebut tidak akan
bermultiplikasi tetapi akan menghasilkan telur atau larva yang akan dikeluarkan
melalui tinja. Seringkali, beratnya gejala penyakit sesuai dengan jumlah
organisme yang menginfeksi. Sebagai contoh, beban dari 10 ekor cacing tambang
dikaitkan dengan keluhan klinis ringan atau tanpa keluhan klinis, sedangkan 1000
ekor cacing tambang akan mengkonsumsi darah yang bisa mengakibatkan anemia
berat. Pada beberapa infeksi cacing, seperti schistosomiasis, penyakit akan
disebabkan oleh respons radang akibat adanya telur atau larva dan bukan akibat
cacing dewasa.
a). Cacing bulat (nematoda) bentuknya bulat pada potongan melintang dan
tidak bersegmen. Yang termasuk nematoda intestinal adalah Ascaris
lumbricoides, Strongyloides stercoralis, dan cacing tambang. Nematoda
yang menginvasi jaringan adalah filariae dan Trichinella spiralis (Gambar
8-5).
b). Cacing pita (sestoda) mempunyai kepala (scolex) dan pita bersegmen
multipel yang rata (proglottids). Cacing ini akan menyerap nutrisi melalui
selaputnya/tegument dan tidak mempunyai saluran cerna. Termasuk di
dalam kategori ini adalah cacing pita pada ikan, sapi dan babi, serta
15
dijumpai pula pada saluran cerna manusia. Larva yang berkembang setelah
telur dari cacing pita tertentu tertelan akan mengakibatkan penyakit kista
di dalam jaringan (larva Echinoccus granulosus mengakibatkan kista
hydatid; larva cacing pita pada babi menimbulkan kista yang disebut
sistiserkus pada berbagai organ).
c). Cacing pipih/ Flukes (trematoda) adalah cacing berbentuk daun dengan
alat penghisap yang digunakan untuk menempel pada pejamu. Termasuk
dalam kategori ini adalah trematoda hati dan paru serta sistosoma.
(Kumar, 2015).
D. Ektoparasit
(Kumar, 2015)
Gambar 8-6 Gambaran mekanisme yang dipergunakan patogen virus dan bakteri
unuk menghindari imunitas bawaan dan adaptif. (Kumar,2015)
Namun, virus herpes juga mengekspresikan homolog MHC class I yang berperan
sebagai inhibitor efektif unuk sel NK dengan melibatkan sel reseptor inhibitor.
Molekul MHC class II merupakan target virus herpes untuk degradasi, sehingga
presentasi antigen pada sel T helper CD4+ akan terganggu. Virus juga dapat
menginfeksi leukosit dengan menurunkan fungsinya secara langsung (misalnya,
HIV menginfeksi sel T CD4+, makrofag dan sel dendrit). (Kumar, 2015)
protozoa (misalnya, tripanosoma Afrika), dan semua helmint dibawa oleh aliran
darah bebas dalam plasma. Leukosit dapat membawa virus herpes, HIV,
mikobakteria, Leishmania, dan Toxoplasma. Parasit Plasmodium dan Babesia
dibawa di dalam sel darah merah. (Kumar, 2015)
Virus umumnya menyebar secara lokal dari sel ke sel melalui replikasi dan
mengeluarkan virion yang infektif, tetapi yang lainnya bertambah dari sel ke sel
melalui fusi dengan sel pejamu, atau melalui saraf (seperti virus rabies dan virus
varicella-zoster). Penyebaran kuman patogen di darah bisa berakibat yang tidak
berarti atau sebaliknya menakutkan. Fokus infeksi yang dibawa oleh darah bisa
hanya satu dan besar (seperti abses atau tuberkuloma) atau multipel dan kecil-
kecil (seperti tuberkulosis miliaris atau mikroabses Candida). Invasi sporadik
aliran darah oleh mikroba dengan virulensi rendah atau non virulen (misalnya,
sewaktu gosok gigi) sering dijumpai tetapi segera teratasi oleh pertahanan normal
pejamu. Sebaliknya, diseminasi viremia, bakteremia, fungemia, atau parasitemia
oleh patogen yang virulen amat berbahaya dan bermanifestasi sebagai demam,
tekanan darah rendah, dan tanda sistemik multipel lain dan gejala sepsis. Invasi
pembuluh darah masif oleh bakteri akan cepat menyebabkan sepsis fatal,
walaupun sebelumnya orang tersebut berada dalam keadaan sehat. (Kumar, 2015)
Manifestasi utama penyakit infeksi dapat timbul pada tempat yang jauh dari
tempat masuknya mikroba. Contoh, virus varicella-zoster dan virus campak
masuk melalui saluran napas tetapi akan memberikan ruam di kulit; virus polio
masuk melalui saluran cerna tetapi mematikan neuron motorik yang
mengakibatkan kelumpuhan. Parasit Schistosoma mansoni menembus kulit tetapi
kemudian berlokasi di pembuluh darah sistem portal dan mesenterium, merusak
hati dan intestin. Schistosoma hematobium mengambil tempat di kandung kemih
dan menyebabkan sistitis. Virus rabies menyebar dari tempat gigitan hewan
menuju otak secara retrograd melalui neuron sensorik, akan mengakibatkan
ensefalitis dan kematian. (Kumar, 2015)
1. Adhesi
2. Daya Serang
3. Jenis Toksin
4. Faktor Lain
a. Bakteriofag
b. Plasmid
c. Bakteri berkapsul
Daftar Pustaka