BAB II Tugas Akhir Geologi Regional & Teori Bendungan Way Sekampung
BAB II Tugas Akhir Geologi Regional & Teori Bendungan Way Sekampung
1. Aluvium (Qa)
Formasi ini terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung, lumpur.
Satuan ini terdiri dari batupasir tufan, batulanau tufan, konglomerat aneka bahan
mengandung moluska dan cangkang kerang, setempat sisipan tipis lignit.
11. Formasi Lakitan (Tmpl)
Breksi gunung api bersusunan dasit, tuf dasitan, dan sisipan batupasir.
14. Formasi Seblat (Toms)
Perselingan batulempung, batupasir, batupasir tufan, serpih, batulanau, umumnya
gampingan dan lapisan tipis atau bintai batugamping.
15. Formasi Gumai (Tmg)
Breksi Gunung api, lava, tuf bersusunan andesitic- basalt terubah berurat kuarsan
dan bermineral sulfida.
18. Formasi Gading (Tomg)
Tabel 2.1 Klasifikasi Pewarnaan Pada Peta Geomorfologi (Badan Standarisasi Nasional,
1999)
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Proses deformasi adalah perubahan
bentuk dan ukuran pada batuan akibat dari gaya (force) yang terjadi di dalam bumi. Gaya
tersebut pada dasarnya merupakan proses tektonik yang terjadi di dalam bumi. Di dalam
pengertian umum, geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk batuan
Beberapa penulis menganggap bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi
sesar (fault), dan sebagainya, sebagai bagian dari satuan tektonik (tectonic unit),
sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih
peregeseran. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus (translasi) atau
Separation (pergeseran relatif semu) adalah jarak yang terpisah oleh sesar dan
diukur pada bidang sesar. Komponen dari sparation dapat diukur pada arah tertentu,
Slip (pergeseran relatif sebenarnya) adalah pergeseran relatif sebenarnya pada sesar,
diukur dari blok satu keblok yang lain pada bidang sesar dan merupakan pergeseran titik-
titik yang sebelumnya berimpit. Total pergeseran disebut juga ”Net slip”.
Throw (loncatan vertikal) adalah jarak yang diukur pada bidang vertikal dari
slip/sparation.
Heave (loncatan Horizontal) adalah jarak yang diukur pada bidang horizontal.
Foot wall adalah blok tubuh batuan yang terletak dibawah bidang sesar.
Hanging wall adalah blok tubuh batuan yang terletak di atas bidang sesar.
Gambar 2.5 Diagram Blok Sesar.
Berdasarkan pola kumpulan sesar (sesar radial, sesar paralel, sesar en echelon).
Aspek terpenting dari geometri sesar adalah pergeseran. Atas dasar ini, sesar dapat
1. Strike separation fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan jurus bidang sesar,
a. Strike left separation fault jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akan
terlihat jejak pergeseran semu pada blok yang lain bergeser ke arah kiri. (gambar 2.9).
b. Strike right separation fault jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka akan
terlihat jejak pergeseran semu pada blok yang lain bergeser ke arah kanan (gambar 2.9)
Gambar 2.6 Pergeseran semu mengiri dan menganan dari sesar mendatar
Gambar 2.7 Pergeseran semu ke bawah dan ke atas dari sesar normal dan sesar naik
1. Strike slip fault adalah pergeseran relatif semu searah dengan jurus bidang
a. Strike left slip fault jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar maka
akan terlihat jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain bergeser
ke arah kiri.
b. Strike right slip fault jika kita berdiri di suatu blok dari suatu sesar
maka akan terlihat jejak pergeseran sebenarnya pada blok yang lain
footwall.
bidang sesar. Untuk penamaan sesar ini dipakai kombinasi istilah “dip slip
sesarnya.
jarum jam.
b. Anticlockwise rotational fault blok yang berlawanan bergerak
Didalam mempelajari struktur sesar, disamping geometrinya yaitu, bentuk, ukuran, arah,
dan polanya, yang penting juga untuk diketahui adalah mekanisme pergerakannya.
Gejala sesar seringkali disertai dengan gejala struktur yang lain, misalnya kekar,
lipatan, drag fold (lipatan seretan), breksiasi abibat sesar, milonit, filonit dan sebagainya.
Struktur – struktur ini sangat penting untuk membantu didalam analisis tentang
pergerakan sesar.
Kekar adalah gejala yang umum terdapat dalam batuan. Kekar dapat terbentuk
karena tektonik (deformasi) dan dapat terbentuk juga secara non tektonik (pada
saat diagenesa, proses pendinginan dsb). Dalam hal ini kita membatasi pada jenis
Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit diamati, sebab kekar dapat
terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya suatu
lipatan,atau terbentuknya semua struktur tersebut. Hal ini yang juga merupakan
kesulitan adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari kekar, sehingga
tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum dan sesudahnya.
a. Tension fracture : ialah kekar tarik yang bidang rekahnya searah dengan arah
tegasan.
Bidang sesar biasanya trerisi oleh bahan-bahan fragmental yang disebut ”Breksi
sesar”. Ada kalanya bahan ini agak lunak dan hancur yang disebut sebagai
(deformasi), zona sesar dapat berupa serbuk berbutir halus dan lunak yang disebut
”milonit”.
kelurusan dan kemenerusan dari jalur sesar. Arah – arahnya misalnya didapatkan
dari orientasi memanjangnya fragmen atau jalur breksiasi, arah bidang – bidang
gerusan (shearing) dan milonit dan sebagainya. Arah ini akan membantu untuk
Struktur seretan (fault drag atau drag fold) adalah gejala penyerta disekitar bidang
sesar yang terbentuk akibat pergerakan sesar. Struktur ini dapat menunjukkan
gerak relatif sebenarnya. Struktur ini tampak pada perlapisan atau bidang foliasi.
Ada 2 macam seretan (drag) yang dapat terbentuk yaitu ”seretan normal” (normal
Slickensides atau cermin sesar adalah gejala yang tampak pada permukaan bidang
– bidang yang tergeser. Dapat terbentuk pada bidang sesar atau bidang-bidang
B. Bentuk Lingkaran
D. Bentuk Telur
f. Penampang Segmetal
f. Orientasi Diskontinuitas
Orientasi diskontinuitas merupakan strike/dip diskontinuitas (dip/dip direction).
Orientasi bidang diskontinuitas sangat mempengaruhi kestabilan lubang bukaan
terowongan, terutama apablika adanya deformasi yang mengakibatkan berkurangnya
suatu kuat geser.
Orientasi bidang diskontinuitas yang tegak lurus sumbu lintasan terowongan,
sangat menguntungkan. Sebaiknya orientasi bidang diskontinuitas yang sejajar dengan
sumbu lintasan terowongan, akan sangat tidak menguntungkan.
Di lapangan, orientasi bidang diskontinuitas dapat diperoleh dengan mengukur
strike/dip kekar menggunakan kompas geologi. Begitu pula dengan arah lintasan
terowongan, dapat diperoleh dengan mengukur azimuth arah lintasan terowongan
menggunakan kompas geologi.
Tabel 2.7 Pembobotan Orientasi Diskontinuitas (Bieniawski, 1989)
Gambar 2.19 Grafik untuk penentuan span dan Stand Up Time (Lauffer, 1958)
Keterangan:
Sumbu X: menunjukkan Stand Up Time (jam)
Sumbu Y: jarak span dengan keadaan atap tanpa didukung (meter) Parameter
yang didapat dari grafik di atas:
Nilai Stand Up Time (jam)
Jarak span (meter)
Waktu ketahanan batuan sebelum runtuh tanpa penyangga
Perlu/tidaknya penyangga
PENYANGGA
KELAS ROCK BOLT
MASS (20mm
A PENGGALIAN Dia,
BATU SHOTCRETE STEEL SETS
Fully
AN Groute
d)
Batuan Sangat
Baik Full Face,
(Kelas dengan Umumnya tanpa penyanggaan, adakalanya pengukuran
I) Kemajua dilakukan untuk memakai “spot bolting”
RMR n 3m
81-100
Lokalisasi,
bolts
Full Face,
pada
dengan
atap
Batuan Baik kemajua
sepanja
(Kelas n 1-1.5m
ng 3 m
II) penyang 50mm di atap Tidak ada
adakala
RMR ga
nya
61-80 komplet
dengan
20m dari
wire
face
mesh
Bolt Sistematis
Top heading dan panjan
bench, g4m
dengan dengan
kemajua spasi
Batuan Sedang n 1,5 – 3 1,5–2
50 – 100 mm di
(Kelas m. m di
atapdan30
III) Penyang atap
mmdi
RMR gan dan di Tidak ada
dinding
41 – dimulai dinding
(sides)
60 setelah . Pada
peledaka atap
n dan 10 dibuat
m dari dengan
face. wire
mesh.
Multiple drifts
dengan
Bolt sistematis
kemajua
panjan
n 0,5 –
g5–6
1,5 m di Rib sedang –
m
top berat
dengan
heading. 150 – 200 mm di dengan
Batuan Sangat spasi 1
Buat atap, 150 spasi
Buruk – 1,5 m
penyang mm di 0,75 m
(Kelas di atap
ga setiap dinding dengan
V) dan di
penggali (sides), dan steel
RMR dinding
an. 50 mm lagging
< 20 dengan
Shotcret pada face dan
wire
ed forepol
mesh.
segera ing.
Buat
dipasang
Bolt di
setelah
lantai
peledaka
(invert)
n.
4. Setelah didapat hasil perhitungan dari persamaan yang sudah ada sebelumnya, maka
dilanjutkan dengan memperhitungkan tekanan maksimum yang dapat diterima
shotcrete (Singh, 2006), dengan persamaan:
𝜎𝑏 (𝑟 − 𝑡)2
𝑃𝑠𝑐 𝑚𝑎𝑥 = . (1 − )
2 𝑟2
Dimana: Pscmax : tekanan maksimum shotcrete (ton/𝑚2)
σb : kuat geser shotcrete = 3 MPa = 305,915 ton/m2
r : jari-jari tunnel (m)
𝑡 : tebal shotcrete (m)
b. Metode Penggalian
Banyak cara dalam tahapan penggalian, namun tidak semua cara cocok dalam
tahap penggalian ini, bahkan ada tahapan yang perlu menggunakan biaya yang cukup
besar dan ada juga yang perlu waktu yang cukup lama. Semua tergantung oleh keadaan
massa batuan yang ada di wilayah penggalian. Di bawah ini akan dijelaskan tiga cara
penggalian yang umum digunakan di Indonesia, selebihnya sesuai perkembangan
teknologi dan berkembangnya alat-alat untuk penggalian biasanya di desain sendiri oleh
suatu negara untuk kepentingan penggalian di wilayahnya.
1. Cara Konvensional
Untuk tanah yang keras tetapi cukup stabil, terowongan digali dengan tenaga
manusia dengan menggunakan alat yang bernama snapper/rock-drill dan setelah
penggalian selesai, sesegera mungkin tanah di support (umumnya dengan steel support).
3. Penggalian Batuan
Ada beberapa metode dalam penggalian jenis ini. Metode-metode tersebut dipilih
berdasarkan atas beberapa hal, antara lain ukuran dari bor, peralatan yang tersedia dan
kondisi formasi dari tanah/batuan yang ada. Pada umumnya metode ini dibagi tiga, yaitu:
1. Full Face Method
2. Top Heading and Bench Method
3. Drift Method
Penggalian terowongan jenis ini biasa dilakukan dengan cara peledakan. Teknis
peledakan antara lain diameter bor, kedalaman bor, arah lubang bor serta berat bahan
peledak yang harus dipasang dan dilakukan oleh tenaga yang berpengalaman.
a. Shotcrete
Shotcrete atau beton semprot harus segera dilakukan sesudah penggalian
terowongan yang berfungsi untuk mencegah terjadinyan keruntuhan atap, karena sekali
saja batuan mengalami runtuh, maka keruntuhan berikutnya akan sulit untuk dicegah lagi.
Oleh karena itu perlu dipasang penyangga awal dan disesuaikan dengan stand-up time dari
masing-masing jenis batuan. Penyangga awal ini biasanya menggunakan campuran beton
dan air yang pemasangannya dilaksanakan dengan cara menyemprotkan campuran
tersebut ke permukaan batuan yang akan disangga. Lapisan shotcrete ini kadang diperkuat
lagi dengan wire mesh dan bisa juga diperkuat dengan rockbolt. Shotcrete menyerap
tegangan-tegangan tangensial yang terjadi dan mempunyai nilai maksimum di permukaan
terowongan setelah proses penggalian. Dalam hal ini tegangan tarik akibat kelenturan
mengecil dan tegangan tekan diserap oleh batuan disekeliling.
Berdasarkan cara pelaksanaannya, shotcrete dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
Wet Shotcrete
Jenis ini biasanya digunakan pada perkuatan dinding terbuka seperti pada
portal di mulut terowongan baik inlet maupun di outlet, dimana agregat, semen
dan air dicampur menjadi satu dalam suatu tabung dan kemudian disemprotkan
ke permukaan yang diinginkan. Keuntungan penggunaan shotcrete ini adalah
sedikitnya debu akibat penyemprotan. Dalam pelaksanaan wet shotcrete
dicampur di tempat pelaksanaan, kemudian mengingat jarak dari batching
plant ke lokasi penyemprotan yang terkadang jauh dan membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk pengangkutan ke lokasi penyemprotan, sehingga
resiko pengerasan shotcrete sangat besar.
Dry Shotcrete
Untuk jenis ini material dicampur dalam keadaan kering (belum dicampur air),
kemudian dialirkan melalui pipa alat penyampur air. Perbandingan antara
bahan dan air diatur sedemikian rupa dengan perbandingan tertentu. Cara ini
dipakai pada pekerjaan shotcrete di dalam terowongan yang relatif lembap.
Alasan utama penggunaan jenis terowongan ini adalah dinding terowongan
mengeluarkan air/lembap, sehingga diharapkan tidak terjadi kelebihan kadar
air dalam campuran dan dari segi pelaksanaan karena gerak dalam terowongan
yang terbatas (relatif sempit), maka in situ mixing tidak mungkin dilakukan.
b. Rockbolt
Rockbolt (baut batuan) adalah unsur penyangga awal yang sangat penting, karena
disamping fungsi utamanya untuk mencegah terjadinya loosening dari batuan di sekeliling
terowongan, juga berfungsi sebagai “pemegang” konstruksi penyangga awal yang bersifat
sementara. Dari cara kerjanya, rockbolt dibedakan menjadi:
1. Tension bolt (Baut tarik batuan)
Rockbolt jenis ini adalah baut batuan aktif, karena pada saat setelah
pemasangan diberi pra-tegangan.
2. Full Column Adhesive bolt (Baut geser)
Rockbolt ini adalah baut batuan pasif, karena baut batuan ini akan berfungsi
jika batuan sedang mengalami deformasi.