a. Kepuasan fungsional
Merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi atau pemakaian suatu produk. Misal: karena makan
membuat perut kita kenyang.
b. Kepuasan psikologikal
Merupakan kepuasan yang diperoleh dari atribut yang bersifat tidak terwujud. Misal: perasaan bangga
karena mendapatkan pelayanan yang sangat istimewa dari sebuah rumah makan yang mewah.
2) Kaidah arsitektur
Gedung atau ruang perpustakaan perlu ditata sesuai kebutuhan dengan tetap
mengindahkan prinsi-prinsip arsitektur. Penataan ini dimaksudkan untuk :
a) Memperoleh efektivitas kegiatan dan efisiensi waktu, tenaga, dan anggaran.
b) Menciptakan lingkungan yang nyaman suara, nyaman cahaya, nyaman udara, dan nyaman
warna.
c) Meningkatkan kualitas pelayanan.
d) Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan.
Ruang perpustakaan sekolah akan nyaman bagi pemakai dan petugas perpustakaan apabila
ditata dengan memperhatikan fungsi, keindahan, dan keharmonisan ruangan. Dengan penataan
yang baik, akan memberikan kepuasan fisik dan psikis bagi penghuninya. Oleh karena itu, dalam
perencanaan gedung perpustakaan sekolah perlu diperhitungkan kebutuhan manusia, tata ruang,
dan segi lingkungan.[9]
4) Kebutuhan ruangan
Untuk menghitung luas ruangan bagi perpustakaan sekolah, menurut perpustakaan RI,
dihitung 3 untuk setiap siswa, selanjutnya dikalikan 10,5 dari populasi siswa sekolah yang
bersangkutan. Contoh : sekolah memiliki siswa sebanyak 360 siswa yang terdiri atas kelas satu
sampai kelas enam. Berdasarkan ketentuan tersebut maka luas ruangan perpustakaan sekolah itu
adalah : 10,5 x 360 x 3 = 113,4 .[11]
Pedoman luas ruangan perpustakaan sekolah menurut tipe sekolah[12] :
Jenjang Pendidikan Tipe Sekolah Luas Ruangan Perpusta
SD Tipe A (360-480 siswa) 56
SD Tipe B (180-360 siswa) 56
SD Tipe C (91-180 siswa) 56
SD Tipe D (60-90 siswa) 56
SMP Tipe A (1200-1400 siswa) 400
SMP Tipe B (800-900 siswa) 300
SMP Tipe C (400-480 siswa) 200
SMP Tipe D (200-280 siswa) 100
SMA Tipe A (850-1150 siswa) 300
SMA Tipe B (400-850 siswa) 200
SMA Tipe C (250-400 siswa) 100
8) Kegiatan pra-perencanaan
Dalam perencanaan pelaksanaan pembangunan gedung perpusakaan sebaiknya pustakawan
ditunjuk sebagai pelaksana karena memahami kebutuhan perpustakaan. Pustakawan yang
ditunjuk harus segera melakukan langkah persiapan berupa :
a) Menyusun bibliografi mengenai gedung perpustakaan.
b) Membaca literature.
c) Mempelajari fungsi badan induk yang membawahi perpustakaan.
d) Mengkaji kebutuhan pemakai.
e) Mengkaji jasa perpustakaan yang telah dan akan diberikan.
f) Mengunjungi perpustakaan sejenis lainnya atau kira-kira sama besarnya terutama perpustakaan
yang memiliki gedung baru.
g) Menyusun perlengkapan.
h) Membuat catatan mengenai program gedung perpustakaan.[17]
9) Rencana pendahuluan
Dalam rencana pendahuluan, tata letak perlengkapan dan peralatan sudah mulai disiapkan,
Begitu pula lokasi perlengkapan dan lempat alat listrik. Namun, penerangan dapat dibahas di
kemudian hari. Setiap detail lantai harus dibahas oleh arsitek konsultan ( bila ada ), pustakawan,
dan pimpinan badan induk. Apabila kebutuhan perpustakaan telah terpenuhi dalam perencanaan
dan gambar arsitek, di samping pertimbangan lokasi dan dana yang sudah sesuai, perencanaan
pendahuluan ini baru disetujui. Kemudian barulah menyusul persiapan perencanaan akhir dan
spesifikasi.
Dalam rencana pendahuluan ini, peran pustakawan sangat penting karena harus mampu
memvisualisasikan apakah permintaan perpustakaan terpenuhi atau tidak. Selain itu pustakawan
juga dituntut memperhatikan bahwa gedung yang akan dibangun bersifat ekonomis, luwes, serta
memungkinkan perluasan di masa mendatang dalam kurun waktu 10 tahun.[18]
• Memberikan keleluasaan gerak bagi petugas dan juga mendukung kelancaran arus lalu lintas di
perpustakaan sekolah
Pertimbangan:
1. Faktor panjang pendeknya dimensi tubuh manusia dalam posisi statis maupun dinamis, berat
dan pusat masa dari suatu bagin tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar dari
tangan dan kaki, dan lainnya.
2. Untuk perancangan perlengkapan perpusakaan sekolah juga dibutuhkan variabe-variabel lain
seperti jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pakaian, dan lainnya.
3. Agar pelaksanaan kerja dapat lancar, aman, dan nyaman, maka dalam perencanaan ruang dan
perancangan perlengkapan perlu memperhatikan faktor ergonomi.
Dasar pertimbangan:
a. Pencatatan perlengkapan yang telah dimiliki.
b. Ketersediaan ruangan
c. Spesifikasi perlengkapan
d. Rencana tata ruang perpusakaan sekolah
5. Peralatan Perpustakaan
Selain memerlukan gedung atau ruang, penyelenggaraan perpustakaan sekolah
memerlukan sejumlah peralatan, baik untuk pelayanan kepada pengunjung maupun untuk
“processing” bahan-bahan pustaka dan ketatausahaan.
Untuk peralatan perpustakaan sekolah ada yang bersifat bahan habis pakai dan ada pula
yang bersifat tahan lama. Untuk peralatan yang habis pakai misalnya buku inventaris, buku
induk, kartu anggota, lem,tinta stempel, dsb. Untuk peralatan yang tahan lama adalah peralatan
yang dapat digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, misalnya mesin
ketik, penggaris, gunting, pelubang kertas, bantal stempel, berkas jepitan, dsb.