Anda di halaman 1dari 4

Nama : Syafhira Ayu Alawiyah

NPM : 1102014258

Efek samping obat TB diklasifikasikan menjadi efek samping mayor dan


minor. Pasien yang mengalami efek samping minor sebaiknya tetap melanjutkan
pengobatan dan diberikan petunjuk dan obat tambahan untuk mengatasi keluhan yang
dirasakan. Pasien yang mengalami efek samping mayor perlu diberhentikan
sementara pengobatannya. Pasien sebaiknya dirujuk ke dokter spesialis dan dirawat di
rumah sakit.
Pada saat pemberhentian obat, pasien dapat diberikan bridge therapy agar
tidak terjadi resistensi. Terdapat pedoman klinis dan rekomendasi mengenai kapan
pasien dapat diberikan obat ulang serta dosisnya, namun keputusan terakhir adalah
tergantung klinisi yang merawat. Apabila telah diketahui OAT penyebab efek
samping pasien, dapat diberikan regimen terapi lain.

Efek samping mayor Kemungkinan obat penyebab Hentikan OAT terkait dan konsul ke
dokter spesialis
Ruam kulit dengan atau tanpa gatal Streptomisin, isoniazin, Hentikan semua OAT
rifampisin, pirazinamid
Tuli (tanpa serumen saat dilihat oleh Streptomisin Hentikan streptomisin
otoskop)
Pusing (vertigo dan nistagmus) Streptomisin Hentikan streptomisin
Kuning (penyebab lain disingkirkan), Isoniazin, pirazinamid, Hentikan 3 OAT penyebab
hepatitis rifampisin
Kebingungan (pikirkan masalah hati Kebanyakan dari OAT Hentikan semua OAT
apabila kuning)
Masalah penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Syok, purpura, gagal ginjal Rifampisin Hentikan rifampisin
Penurunan urin Streptomisin Hentikan streptomisin

Efek samping Kemungkinan obat Lanjutkan OAT, perhatikan dosis obat


minor penyebab
Anoreksia, Pirazinamid, Berikan obat dengan makanan ringan atau sebelum tidur.
mual, nyeri rifampisin, Sarankan pasien untuk konsumsi obat pelan-pelan dengan air.
perut isoniazid Apabila keluhan berlanjut, muntah terus menerus, atau terdapat
perdarahan, pikirkan efek samping berat dan rujuk secepatnya.
Nyeri sendi Pirazinamid Aspirin atau obat NSAID atau parasetamol
Rasa terbakar/ Isoniazid Piridoksin 50-75 mg setiap hari
kesemutan pada
tangan atau
kaki
Mengantuk Isoniazid Edukasi hal tersebut tidak apa-apa
Urin merah/ Rifampisin Edukasi hal tersebut normal. Beritahu sebelum mulai terapi.
oranye
Sindroma flu Pemberian Rubah pemberian rifampisin menjadi setiap hari.
(demam, rimpafisin
malaise, nyeri intermiten
kepala, nyeri
tulang)

Efek samping yang paling sering terjadi saat terapi OAT adalah hepatitis oleh karena
obat, ruam pada kulit, serta keluhan gastrointestinal dan neurologis.
Drug Induced Liver Injury
Drug induced liver injury (DILI) merupakan efek samping mayor yang paling
sering terjadi pada penggunaan OAT. Angka kejadian DILI oleh karena OAT cukup
tinggi, literatur melaporkan insiden dari nilai sebanyak 2-33%.[1-5]

Diagnosis DILI dapat ditegakkan dengan kenaikan level aminotransferase lebih dari
5X nilai normal tanpa keluhan atau kenaikan sebanyak 3X dengan gejala
hepatoksisitas seperti mual, muntah, dan nyeri perut. Nilai peningkatan SGPT untuk
diagnosis ini cukup fleksibel sehingga diagnosis akhir bergantung pada klinisi yang
merawat.
Hepatoksisitas oleh karena OAT merupakan diagnosis eksklusi; perlu
diperhatikan kronologis pemberian obat, hasil laboratorium, serta respon terhadap
pemberian ulang obat. Keluhan biasa timbul pada saat pemberian OAT 2 bulan
pertama namun dapat terjadi pada waktu kapan saja saat terapi.
Etiologi utama untuk DILI pada pemberian OAT dengan urutan penyebab
hepatoksisitas terparah adalah pirazinamid, isoniazid, dan rifampisin. Pirazinamid
adalah OAT yang paling hepatotoksik, dan oleh sebab itu tidak disarankan untuk
diberikan lagi pada saat pemberian obat ulang.
Faktor risiko untuk terjadi DILI pada pemberian OAT adalah: usia lanjut (>60
tahun), wanita, malnutrisi, HIV dengan terapi antiretroviral (antiretroviral therapy /
ART), mengidap penyakit hati, dan alkoholisme.
Tata laksana DILI oleh karena OAT bergantung dari OAT penyebab. Dasar
dari tindakan adalah pemberhentian OAT RHZ dan pemberian RH bertahap.
Pemeriksaan fungsi hati sebelum terapi OAT tidak perlu diberikan pada semua
pasien, hanya pasien yang berisiko untuk terjadi DILI (terutama pasien dengan
gangguan fungsi hati atau penyakit hati kronik)

Tata Laksana DILI


Pada DILI yang diakibatkan oleh OAT, segera hentikan OAT RHZ. Pasien
terus diberikan OAT EZ. Pada pasien dengan TB berat, tambahkan langsung obat
fluorokuinolon. Periksa fungsi hati secara rutin, apabila sudah normal dan klinis
membaik mulai berikan R. Setelah 3-7 hari, bila tidak terjadi perburukan, tambahkan
H. Z tidak diberikan lagi. Apabila pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan,
pemberian obat ulang dapat dilakukan 2 minggu setelah klinis membaik. Paduan
OAT pengganti tergantung dari obat manakah yang menyebabkan hepatotoksisitas:

Apabila R sebagai penyebab: 2HES/10HE

Apabila H sebgai penyebab: 6-9RZE

Apabila Z (sebelum pengobatan tahap awal selesai), Total pengobatan HR diberikan


hingga 9 bulan[1]

Anda mungkin juga menyukai