Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

Harga tanah yang makin tinggi, mendorong pemilik memanfaatkan semaksimal mungkin
lahannya. Bukan saja bangunan menjadi semakin tinggi, juga makin dirasakan perlunya
pembuatan besmen yang lebih dalam lagi. Saat ini, di Jakarta maksimal baru ada 3 lantai
besmen, tapi konon ada bangunan yang merencanakan untuk membangun 6 lantai besmen.
Semakin dalam besmen dituntut penggunaan teknologi ekskavasi yang lebih canggih, baik dari
pertimbangan kepraktisan pelaksanaan maupun cost-nya.

Penggunaan struktur penahan tanah (retaining wall) dengan sheet-piling merupakan


sistem yang biasa dijumpai. Retaining wall merupakan sebuah keharusan untuk pembangunan
sebuah gedung bertingkat tinggi dengan jumlah basement lebih dari dua lapis. Munculnya galian
tanah basement akan membuat perubahan struktur tanah di sekitarnya. Resiko yang paling awal
adalah runtuhnya tanah di sekitar lokasi galian, sehingga akan ada pergerakan gedung di
sekitarnya. Bahayanya adalah, gedung akan bergeser. Pergerakan gedung di sekitar lokasi galiian
biasanya terlihat dari adanya retakan tanah di sekitar gedung. Selanjutnya akan diikuti dengan
miringnya gedung tersebut.

Kejadian seperti ini tentulah tidak dikehendaki. Untuk mengantisipasi faktor tersebut dan
demi kelancaran pekerjaan pembangunan, maka dibuatlah dinding penahan tanah atau retaining
wall. Ada dua jenis dinding penahan tanah, salah satunya yaitu dinding diafragma.

1|MPK. Diafragma Wall & Basement


II. KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL

2.1. PENGERTIAN DIAFRAGMA WALL


Diafragma Wall sebenarnya adalah merupakan konstruksi dinding penahan tanah
(retaining wall ), yang membedakan dengan konvensional retaining wall adalah pada
metoda pelaksanaan dan kelebihan lain yang tidak diperoleh pada dinding penahan
tanah sistem konvensional. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan yang harus
diperhatikan sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan pada saat bangunan
dioperasikan.
Pada umumnya dinding penahan tanah dipakai untuk kontruksi bangunan dibawah
permukaan tanah (basement ) atau penahan tebing supaya tidak longsor atas beban
diatasnya dan mungkin bangunan khusus misalnya bunker.

2.2. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI DIAFRAGMA WALL


A. PERSIAPAN
1. Melakukan marking area yang akan dikerjakan diafragma wall.
2. Jika pada proses marking sudah benar dan mendapat persetujuan pihak yang
terkait pada proyek tersebut, maka dilanjutkan dengan membuat guide line,
yaitu mengali pada area marking dengan kedalam sekitar 100 cm dan
memberikan perkuatan dengan beton mutu rendah ( K125) dengan tebal 20 –
30 cm. Guide line ini diperlukan agar alat pengali ( yaitu mesin Grab ) dapat
mudah mengikuti alur galian yang ditentukan .Seperti pada gambar dibawah
ini.

2|MPK. Diafragma Wall & Basement


3. Menentukan tempat pembuatan pembesian jika diafragma wall dilakukan
metoda cor in situ, atau menentukan tempat perletakan untuk pemakaian
precast sistem.
4. Menentukan tempat pencampuran antara air dan bentonite. Campuran ini akan
dialirkan pada galian diafragma wall untuk menghindari terjadinya keruntuhan
galian.
5. Karena pekerjaan diaframa wall ini biasanya diikuti dengan pondasi yang
memakai bor pile maka harus ditentukan juga urutan kerja antara pekerjaan
diafragma wall dan bor pile agar selalu silmultan.
6. Peralatan terkait harus sudah tersedia dilapangan. Alat tersebut seperti : Mobil
Crane minimal 2 buah ( 1 untuk pengalian diafragma wall dan 1 untuk bor
pile), Mesin Grab, Mesin Bor , Casing bor pile, pompa air untuk sirkulasi
campuran bentonite , ultra sonic sonding dan peralatan lain yang terkait
pekerjaan pembesian.

3|MPK. Diafragma Wall & Basement


B. PELAKSANAAN
Seperti halnya pekerjaan dinding penahan pada umumnya maka step
pertama adalah melakukan penggalian. Penggalian dengan mengunakan mesin
grab.Lebar galian adalah setebal dinding diafragma antara 30 – 50 cm sedangkan
panjang galian adalah sekitar 5 meter. Kedalaman galian disesuaikan dengan
kebutuhan kedalaman basement.Misalnya untuk 2 basement maka kedalaman
minimal adalah 10 meter.Bersamaan dengan melakukan pengalian ini harus juga
dialirkan campuran air + bentonite secara continue, agar tidak terjadi
keruntuhan.Sebelum rangkaian pembesian dimasukkan ( untuk cor insitu ) atau
panel precast masuk, harus dicek dulu dengan ultrasonic sonding untuk diketahui
adanya keruntuhan atau tidak.Sistem pengalian dilakukan secara selang-seling.
(misalnya galian diberi nomor 1,2, 3 dst maka pengalian pertama adalah nomor 1,
pengalian kedua adalah nomor 3 dst ).Hal ini dilakukan untuk meminimalkan
terjadinya keruntuhan pada dinding galian.
Pekerjaan rangkaian pembesian harus disiapkan secara simultan dengan
penggalian, sehingga saat galian sudah siap maka rangkaian pembesian juga
sudah siap.( Karena galian hanya boleh dibiarkan maximal 2 x 24 ).Model
rangkaian pembesian adalah double reinforced ( tulangan rangkap ) yang
berfungsi menahan gaya geser dan momen lentur pada diafragma wall.Rangkaian
pembesian ini pada sisi-sisi tebalnya diberi end plate yang berfungsi untuk
penyambung antar diafragma wall. Setelah pengecekan dengan ultrasonic
dilakukan dan menunjukan tidak ada keruntuhan pada dinding galian maka
melangkah pada tahap berikutnya yaitu: Untuk Cor In Situ.

- Memasukkan rangkaian pembesian.Rangkaian pembesian pada sisi yang


nantinya menjadi dinding dalam basement dipasang juga terpal supaya tampilan
diafragma wallnya bisa bagus/rata.

- Melakukan pengecoran dengan concrete pump sampai selesai.

4|MPK. Diafragma Wall & Basement


Untuk pemakaian dengan sistem precast maka setelah galian siap langsung
memasukan panel Precast diafgrama wall. Gambar yang diambil dari Brasfond
dibawah ini mungkin dapat memperjelas uraian diatas.

2.3. KEUNTUNGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALL


1. Biasanya pada lokasi bangunan yang sangat padat ( pemukiman atau gedung lainnya),
kendala untuk membuat basement adalah pada pekerjaan galiannya.Dengan
diafragma wall ini maka hal ini dapat diatasi, karena metoda penggalian dengan
mesin grab ini tidak akan terlalu menggangu terhadap lingkungan sekitar ( dari
kebisingan, kerawanan longsor, MAT yang turun dll ).Pekerjaan pemasangan sheet
pile dari baja yang berisik dan rawan terjadi pergeseran lapisan tanah tidak ada pada
pekerjaan difragma wall ini. Begitu juga dewatering, belum diperlukan pada
pelaksaanaan awal diafragma wall ini.Dengan demikian maka akan “ reliable”
pengunaan konstruksi diafragma wall untuk bangunan basement pada lingkungan
yang padat.
2. Memungkinkan tercapainya penyelesaian yang lebih cepat dibandingkan dengan
metoda konvesional karena dapat diterapkan sistem “ top-down construction”, yaitu
pekerjaan struktur ke atas dan ke bawah bisa dilaksanakan secara bersamaan.

5|MPK. Diafragma Wall & Basement


3. Tingkat untuk basement bisa lebih banyak, karena dengan diafragma wall ini
kedalaman galian bisa lebih dalam dibandingkan dengan dinding penahan tanah
konvensional.

2.4. KEKURANGAN MENGGUNAKAN DIAFRAGMA WALL


1. Biaya konstruksi “ relative “ lebih mahal dibandingkan metoda konvensional.
2. Untuk diafragma wall dengan metoda cor in situ, jika pekerjaan galian tidak hati-hati
rawan terjadi ketidak rataan permukaan dinding sisi dalam.
3. Masih diperlukan pekerjaan injection grouting pada sambungan untuk mengatasi
kebocoran ( sistem cor in situ maupun precast ).
4. Tidak bisa diterapkan untuk pekerjaan dinding penahan tanah pada tepi tebing.
5. Diperlukan tim lapangan yang handal, untuk menjaga simultan dengan pekerjaan
pondasi bore pile dan pemasangan “king post” serta “ strutting” sebagai penahan
diafragma wall ini saat dilakukan pengalian tanah untuk sisi dalam ( yang dipakai
untuk basement).

(GAMBAR DIAFRAGMA WALL)

6|MPK. Diafragma Wall & Basement


III. KONSTRUKSI BASEMENT

3.1. PENGERTIAN BASEMENT


Basement adalah sebuah tingkat atau beberapa tingkat dari bangunan yang
keseluruhan atau sebagian terletak di bawah tanah. Basement adalah ruang bawah
tanah yang merupakan bagian dari bangunan gedung. Pada masa ini basement dibuat
sebagai usaha untuk mengoptimalkan penggunaan lahan yang semakin padat dan
mahal. Tidak semua bangunan memiliki basement. Untuk bangunan yang
memilikinya, tungku perapian (furnace), alat pemanas air (water heater), pelataran
mobil dan sistem pengaturan suhu dari satu rumah atau bangunan secara khas
terlokasi pada tingkatan terbawah bangunan ini; sehingga menjadi suatu kenyamanan
tersendiri untuk pemasangan dan aplikasi bagian seperti sistem distribusi elektrik, dan
titik distribusi televisi kabel .
Basement memberikan satu kesempatan untuk ahli bangunan untuk mencapai
suatu titik balik dalam pengeluarannya, dan customer/klien untuk mendapatkan
keuntungan dengan membangun sebuah bagunan yang bernilai potensi lebih. Dalam
pelaksanaan konstruksi basement, ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan, yakni
metode konstruksi, retaining wall dan dewatering.

7|MPK. Diafragma Wall & Basement


3.2.PEMILIHAN TIPE BASEMENT

Sebelum menentukan tipe basement seperti apa yang akan dibangun, terdapat beberapa
faktor yang harus diperhatikan demi kesempurnaan bangunan. Faktor – faktor tersebut
antara lain:
 Ketinggian air tanah di lokasi
 Kemungkinan kontaminasi dari air tanah
 Drainase alami
 Jenis tanah
 Akses ke lokasi

3.3. TIPE-TIPE BASEMENT


1. Tipe A – Perlindungan Tanki (Tanked Protection)
Struktur tidak memiliki perlindungan integral untuk melawan penetrasi air tanah dan
selanjutnya sangat bergantung pada lapisan membran kedap air (waterproofing
membrane). Sistem struktur anti air yang dipilih harus dapat mengatasi tekanan
hidrostatik dari air bawah tanah, bersama dengan lapisan yang ada sesuai dengan
beban yang ditumpu.

8|MPK. Diafragma Wall & Basement


Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang dikuatkan
atau beton polos ataupun batuan keras dengan sistem struktural kedap air
digabungkan secara eksternal selama konstruksi. Atau dapat diterapkan secara
internal pada basement yang telah selesai dibangun. Tembok batuan keras (masonry)
bisa jadi memerlukan penambahan semen untuk menghasilkan permukaan yang
cukup bagus untuk mendapatkan sistem kedap air yang diharapkan. Bentuk
konstruksi ini cukup mumpuni tergantung dari sistem kedap air (waterproofing) yang
dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari pergerakan air tanah.

2. Tipe B – Perlindungan integral terstruktrur (structurally integral protection)


Struktur membutuhkan pembangunan struktur itu sendiri untuk dibangun sebagai
kulit integral tahan air. Pembangunan beton yang dikuatkan atau pratekan yang tanpa
alternatif lain, struktur basement haruslah dirancang dengan parameter yang pasti dan
ketat untuk memastikan ketahanan airnya. Kebanyakan rancangan harus dibangun
sesuai dengan rekomendasi BS 8007 atau BS 8110, yang memberikan petunjuk
kwalitas beton dan jarak antar tulangan. Tanpa adanya tambahan membran yang
terpisah, bentuk konstruksi ini bisa dikatakan tidak sama tahannya terhadap air dan
pergerakan uap air seperti tipe A atau C.

9|MPK. Diafragma Wall & Basement


3. Tipe C – Perlindungan dengan pengaliran (drained protection)
Struktur menggabungkan rongga alir di antara struktur basement. Ketergantungan
permanen daripada rongga ini untuk mengumpulkan air tanah sepanjang palung
rembesan struktur dan langsung meneruskan air tersebut ke pembuangan air dari
drainase atau dengan pemompaan.

10 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
Struktur tembok dapat menggunakan pratekan (prestressed), beton yang
dikuatkan atau beton polos ataupun batuan keras. Tembok basement bagian luar
harus memiliki ketahanan yang cukup terhadap air untuk memastikan rongga air
yang ada hanya mendapatkan limpahan air yang terkontrol. Jika tidak, sistem rongga
ini tidak dapat mengatasi air bah melewati batas limpahan air terutama selama
kondisi badai/banjir.

Bentuk konstruksi ini cukup mumpuni tergantung dari sistem kedap air
(waterproofing) yang dipakai, juga menghasilkan ketahanan yang tingggi dari
pergerakan air tanah.

11 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
3.4. STRUKTUR BASEMENT
Struktur basement gedung bertingkat (tidak termasuk pondasi tiang), secara garis
besar terdiri dari :

1. Raft foundation
Raft foundation adalah salah satu tipe pondasi bangunan gedung bertingkat.
Jika pada umumnya, pondasi gedung merupakan gabungan antara tiang
pancang/ bored pile, pile cap/ poor dan tie beam, maka sistem raft
foundation menghilangkan pile cap dan tie beam diganti dengan sebuah
pondasi masif yang menyatukan seluruh pile cap atau bored pile yang ada.
Jika disederhanakan, raft foundation bisa juga disebut sebagai pile cap
raksasa, yang menggabungkan bukan hanya 4/5 tiang pancang/ bored pile,
melainkan semua bagian gedung.

2. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom

12 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai
yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur
(Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah
komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial
tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali
dimensi lateral terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh
bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh
manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk
struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.

3. Dinding Basement
Dinding pada basement harus dirancang agar kokoh dan kuat, mengingat
fungsinya sebagairetaining wall (penahan beban tekanan tanah dan air).
Ketebalan dinding betonnya berkisar antara 15-17.5 cm, bergantung pada
kedalaman lantai basement-nya. Sementara untuk mengantisipasi adanya
rembesan air, dinding mutlak diberi lapisan waterproofing.

13 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
4. Balok dan Plat Lantai
Balok dan pelat adalah elemen dari sebuah bangunan. Kegagalan dalam
merencanakan dimensi dan penulangan dapat menyebabkan keruntuhan dari
bangunan tersebut.

14 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
3.5. METODE PELAKASANAAN KONSTRUKSI BASEMENT
3.5.1. SISTEM KONVENSIONAL (BOTTOM UP)
1. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh
pekerjaan galian selesai mencapai elevasi rencana
2. Raft foundation dicor dengan metode papan catur, kemudian basement
diselesaikan dari bawah ke atas dengan menggunakan scafolding
3. Kolom, balok dan slab dicor di tempat
4. Pada sistem ini sering tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi
menggunakan dewatering sitem predrainage dan struktur dinding
penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile
5. Bila pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih
dulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu
menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar tidak terjadi
deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur
6. Kebocoran yang terjadi pada basement merupakan masalah yang tidak
mudah mengatasinya dan bahkan memakan biaya yang besar. Oleh
karena itu proses pengecoran pada struktur basement harus dilakukan
dengan teliti dalam mencegah terjadinya kebocoran pada dinding atau
lantai.

15 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t


7. Proses pengecoran, baik lantai maupun dinding basement biasanya
tidak mungkin dilakukan sekaligus, disamping luas arealnya juga
volumenya cukup besar. Disini masalah kebocoran yang sering timbul
sebagai akibat tidak rapatnya hubungan antara permukaan beton tahap
pengecoran sebelumnya dengan permukaan beton tahap pengecoran
berikutnya
8. Semakin banyak tahapan pengecorannya, maka semakin banyak titik
lemah terhadap kemungkinan kebocoran Untuk mengatasi kebocoran
biasanya dilakukan 2 hal yaitu :

1.Penggunaan water stop pada setiap sambungan tahap pengecoran

2.Menggunakan additive beton untuk waterprofing


9. Posisi water stop biasanya ada 2 jenis yaitu dipasang ditengah
ketebalan beton (central), dan dipasang rata dengan permukaan beton
(external)
10. Material water stop terbuat dari karet/pvc, dan mudah disambung di
lapangan dengan menggunakan alat pemanas saja
11. Fungsi water stop ada 2 yaitu untuk expansion joint dan construction
joint

16 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
12. Sistem pemasangan water stop harus direncanakan dengan baik agar
dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Water stop harus
dipasang pada tempat yang direncanakan sebelum proses pengecoran
beton dimulai. Oleh karena itu, letak water stop harus dikaitkan dengan
kemampuan pengecoran yang ada, dan selama proses pengecoran letak
water stop harus senantiasa dijaga.

3.5.2. SISTEM TOP DOWN


1. Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan bersamaan dengan
pekerjaan galian basement
2. Urutan penyelesaian balok dan plat lantainya dimulai dari atas ke
bawah, dan selama proses pelaksanaan, struktur pelat dan balok
tersebut didukung oleh tiang baja yang disebut King Post (yang
dipasang bersamaan dengan bored pile)
3. Sedang dinding basement dicor lebih dulu dengan sistem diaphragm
wall, dan sekaligus diaphragm wall tersebut berfungsi sebagai cut off
dewatering.
4. Pada tahap 1 :
•Pengecoran bored pile dan pemasangan king post
•Pengecoran diaphragm wall

17 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t


5. Pada tahap 2 dan seterusnya :
•Lantai basement 1 dicor di atas tanah dengan lantai kerja

•Galian basement 1 dilaksanakan setelah lantai basement 1 cukup


kekuatannya, menggunakan excavator kecil. Disediakan lubang lantai
dan ramp sementara untuk pembuangan tanah galian

•Lantai basement 2 dicor di atas tanah dengan lantai kerja

•Galian basement 2 dilaksanakan seperti galian basement 1, begitu


seterusnya

•Terakhir mengecor raft foundation

•King post dicor sebagai kolom struktur

•Bila diperlukan, pada saat pelaksanaan basement dapat dimulai


struktur atas, sesuai dengan kemampuan dari king post yang ada (sistem
up & down)

18 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t


6. Biasanya untuk penggalian basement digunakan alat khusus, seperti
excavator ukuran kecil.
7. Bila jumlah lantai basement banyak, misal 5 lantai, maka untuk
kelancaran pekerjaan, galian dilakukan langsung untuk 2 lantai
sekaligus, sehingga space cukup tinggi untuk kebebasan proses
penggalian
8. Lantai yang dilalui, nantinya dilaksanakan dengan cara biasa,
menggunakan scafolding (seperti pada sistem bottom up)
9. Bila struktur basement telah selesai, maka tiang king post di cor beton
dan bila diperlukan dapat ditambah penulangannya.
10. Lubang-lubang lantai basement yang dipergunakan untuk
pengangkutan tanah galian ditutup kembali.
11. Pengecoran struktur atas dilaksanakan seperti biasa yaitu dari bawah ke
atas

19 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t


12. Salah satu detail king post dapat dijelaskan sbb :
•Lantai pertama dan sebagian kolom dicor, dengan memasang starter
bar untuk kolom

•Lantai berikutnya juga dicor dengan cara yang sama. Kemudian starter
bar kolom bawah dan atasnya disambung, kemudian kolom yang
bersangkutan dicor

20 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
IV. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa diafragma wall sangat penting
fungsinya yaitu sebagai dinding penahan tanah sebelum membangun basement
(bangunan bawah tanah) dengan tujuan untuk memperlancar pembangunan.
2. SARAN
Mengingat akan pentingnya diafragma wall dalam pembangunan basement maka
saran kami, mengenai segala sesuatu cara maupun metode pelaksanaan yang
terdapat pada makalah ini dapat di pelajari dan dipahami agar dalam
pelaksanaannya sesuai dengan tata cara yang berkaitan dengan makalah ini.

21 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t
V. DAFTAR PUSTAKA
 https://www.google.co.id/search?q=balok+dan+plat+lantai&newwindow.html%3B9
44%3B517
 http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-SK130680/28149
 http://referensiproyek.blogspot.com/2012/06/basement.html
 http://muharrikyanuar.wordpress.com/2009/07/14/kolom-beton-dalam-kontruksi-
bangunan/
 http://dmercy-corporation.blogspot.com/2012/02/apakah-itu-raft-foundation.html
 http://tukangbata.blogspot.com/2013/01/pengertian-basement-dan-tipe-
tipenya.html
 http://teknologikonstruksi.blogspot.com/2012/03/konstruksi-diafragma-wall.html

22 | M P K . D i a f r a g m a W a l l & B a s e m e n t

Anda mungkin juga menyukai