Anda di halaman 1dari 20

Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby Fajri 29 Aug 2012, 14:23

Apakah bisa kegiatan swakelola yang dilaksanakan oleh SKPD menggunakan tenaga ahli
perseorangan dari Universitas (mis sebanyak 3 orang). Misalkan kegiatan survei. Tenaga survei
berasal dari para pegawai SKPD sebagai tim pelaksana, sedangkan tenaga ahli sebagai tim
perencana yang merumuskan kegiatan. Apakah perlu lelang ataukah langsung kontrak
perseorangan dengan menunjuk tenaga ahli dari universitas tersebut?
Mohon Pencerahannya para ahli pengadaan....

khalid
Site Admin

Posts: 4218
Joined: 30 Mar 2011, 21:26
Location: DKI Jakarta
Contact:
Contact khalid

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby khalid 07 Sep 2012, 18:33

Fajri wrote:Apakah bisa kegiatan swakelola yang dilaksanakan oleh SKPD menggunakan tenaga
ahli perseorangan dari Universitas (mis sebanyak 3 orang). Misalkan kegiatan survei. Tenaga
survei berasal dari para pegawai SKPD sebagai tim pelaksana, sedangkan tenaga ahli sebagai tim
perencana yang merumuskan kegiatan. Apakah perlu lelang ataukah langsung kontrak
perseorangan dengan menunjuk tenaga ahli dari universitas tersebut?
Mohon Pencerahannya para ahli pengadaan....

Itu namanya swakelola yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Lain. Jawabannya boleh
dengan didahului oleh MoU antara pimpinan institusi dan dilanjutkan Kontrak antara PPK
dengan Fakultas/Jurusan yang sesuai.

Nanti fakultas/jurusan akan menugaskan tenaga dosen yang sesuai dengan keahlian.
====
Info PBJ terbaru silakan klik:
http://www.khalidmustafa.info
====

ca
cahyo7
Newbie

Posts: 2
Joined: 15 Mar 2013, 07:26

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby cahyo7 21 Mar 2013, 20:58

saya ingin bertanya tentang swakelola penelitian dan pengembangan. Bagaimana prosedurnya,
misalnya ada kegiatan penelitian xyz dimana tenaga peneliti di instansi tidak ada yg memiliki
keahlian di bidang xyz. Apakah kegiatan penelitian xyz ini bisa di swakelolakan ke lemlit
universitas atau ke instansi lainnya yg berkompeten di bidang xyz? prosedurnya gimana ya ?
Satu lagi tentang Tenaga Pendamping kegiatan Penelitian itu maksudnya bagaimana? Jika boleh
ada, bagaimana menghitung honor yg dibayarkan? honor tsb dikenakan pajak kah? jika ya,
berapa % kah? bolehkah tenaga pendamping berasal dari SKPD pemilik anggaran? Terima kasih.

si

simbahganteng
Procurement Junior Lv. 1

Posts: 131
Joined: 16 Mar 2012, 01:00

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby simbahganteng 12 Sep 2013, 09:26

sejenis dengan pertanyaan disini

di SKPD ane bermaksud melaksanakan kegiatan studi / penelitian kerjasama dengan Lembaga
Instansi lain (LPPM suatu Universitas)
yang jadi pertanyaan :
1. masalah honorarium apakah honor TA dari LPPM tserbut bisa distandarkan dengan honor
Tenaga Ahli yang non Pemerintah?
2. klo tim perencana dan Pelaksana bisa dilaksanakan oleh baik SKPD kami maupun LPPM
namun tim pengawas nya dari mana ya?
3. apakah KAK disusun setelah MOU dan RAB atau sebelum MOU
4. apakah dalam pencairan danannya sama dengan jika kerjasama dengan Pihak ke-3 non
pemerintah? (by termin atau monly sertificate)? atau menggunakan pola GU / SPJ?
5. boleh dong minta contoh dokumen administrasi model seperti ini

terima kasih atas perhatiannya....

gu

guskun
Procurement Senior Lv. 4

Posts: 2305
Joined: 01 Apr 2011, 20:43
Location: Jakarta, Surabaya
Contact:
Contact guskun

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby guskun 12 Sep 2013, 11:54

cahyo7 wrote:saya ingin bertanya tentang swakelola penelitian dan pengembangan. Bagaimana
prosedurnya, misalnya ada kegiatan penelitian xyz dimana tenaga peneliti di instansi tidak ada yg
memiliki keahlian di bidang xyz. Apakah kegiatan penelitian xyz ini bisa di swakelolakan ke
lemlit universitas atau ke instansi lainnya yg berkompeten di bidang xyz? prosedurnya gimana ya
?

mengulang jawaban pak Khalid:


1) Pimpinan Instansi melakukan MoU dengan Pimpinan Universitas
2) Pimpinan Instansi menunjuk KPA. Pimpinan Universitas menunjuk Tim Pelaksana Swakola,
misalnya dijabat Ketua Lemlit
3) PPA melakukan Kontrak dengan Ketua Tim Pelaksana Swakelola
4) Tim Pelaksana Swakelola menunjuk tenaga ahli

cahyo7 wrote:Satu lagi tentang Tenaga Pendamping kegiatan Penelitian itu maksudnya
bagaimana?

ini yang dimaksud siapa ya?

cahyo7 wrote:Satu lagi tentang Tenaga Pendamping kegiatan Penelitian itu maksudnya
bagaimana? Jika boleh ada, bagaimana menghitung honor yg dibayarkan? honor tsb dikenakan
pajak kah? jika ya, berapa % kah? bolehkah tenaga pendamping berasal dari SKPD pemilik
anggaran? Terima kasih.
cahyo7 wrote:Satu lagi tentang Tenaga Pendamping kegiatan Penelitian itu maksudnya
bagaimana? Jika boleh ada, bagaimana menghitung honor yg dibayarkan? honor tsb dikenakan
pajak kah? jika ya, berapa % kah?

Pembayaran honorarium atas beban APBN/D dikenakan PPh pasal 21 final, tarif 5% utk gol III
dan 15% utk gol IV
Happy Procure !!!

http://aguskuncoro.id
URGENT by WA 085694760077

ca

cahyo7
Newbie

Posts: 2
Joined: 15 Mar 2013, 07:26

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby cahyo7 10 Dec 2013, 10:56

Saya mau bertanya ttg:


1. Bagaimana Penetapan PA,PPK, dan PPTK dalam swakelola kegiatan penelitian yg
bekerjasama dengan Lembaga Instansi lain (LPPM suatu Universitas), LIPI dll.
2. Apa tugas dan tanggung jawab PPTK untuk kegiatan swakelola penelitian ? sebaiknya
menggunakan peraturan/perpres yang mana? supaya tugasnya tidak tumpang tindih dengan KPA
atau PPK. (Maksudnya dimanakah batasan tugas PPTK dan dokumen2 apa saja yg harus dibuat
utk pertanggung jawaban ke atasan)
3. Di dalam DPA kegiatan swakelola penelitian terdapat no rek utk pembayaran jasa konsultansi.
Pembayaran ini sesuai kontrak dilakukan 3 kali termin secara LS ke pihak ke 3(lemlit universitas
atau instansi lain sbg pelaksana swakelola). Sebagai seorang PPTK, kita berhak meminta
dokumen SPJ dari pihak ke 3(pelaksana swakelola) atas penggunaan dana yg telah di LS kan tsb.
Jika Pihak ke 3 tidak juga memberikan laporan SPJ tsb, tindakan apakah yg sebaiknya harus
dilakukan oleh PPTK? dan jika KPA jg sudah diingatkan akan hal tsb tetapi belum jg ada
jawaban dari pihak ke 3, apakah tindakan PPTK yg terbaik sehingga tidak menyalahi peraturan
yg berlaku?
4. Untuk kegiatan swakelola penelitian, apakah ada batasan besarnya dana penelitian yg
digunakan untuk membayar jasa konsultansi penelitian tsb? jika ada normalnya berapa?
berdasarkan apa besaran tsb diukur?
terima kasih.

bl

bloer3y
Newbie

Posts: 16
Joined: 02 Jan 2014, 12:55

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby bloer3y 30 Jan 2014, 08:35

khalid wrote:Itu namanya swakelola yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Lain.
Jawabannya boleh dengan didahului oleh MoU antara pimpinan institusi dan dilanjutkan Kontrak
antara PPK dengan Fakultas/Jurusan yang sesuai.

Nanti fakultas/jurusan akan menugaskan tenaga dosen yang sesuai dengan keahlian.

Maaf pak khalid, pertanyaan sy sama dengan thread yg sy buat di forum ini, bukannya perguruan
tinggi/universitas termasuk dalam kategori "Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola" ya,
sebagaimana yg dinyatakan dalam Penjelasan pasal 26 ayat (4) huruf c Perpres 54/2010?

Ha

Hamdani agus
Newbie

Posts: 70
Joined: 07 Jun 2011, 09:06
Location: padangp

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby Hamdani agus 21 Mar 2014, 21:25

bloer3y wrote:
khalid wrote:Itu namanya swakelola yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah Lain.
Jawabannya boleh dengan didahului oleh MoU antara pimpinan institusi dan dilanjutkan Kontrak
antara PPK dengan Fakultas/Jurusan yang sesuai.

Nanti fakultas/jurusan akan menugaskan tenaga dosen yang sesuai dengan keahlian.

Maaf pak khalid, pertanyaan sy sama dengan thread yg sy buat di forum ini, bukannya perguruan
tinggi/universitas termasuk dalam kategori "Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola" ya,
sebagaimana yg dinyatakan dalam Penjelasan pasal 26 ayat (4) huruf c Perpres 54/2010?[/quote

Bukan pak, perguruan tinggi/universitas merupakan sebuah satker, jadi tidak pas kalo di
golongkan dalam kelompok masyarakat...lebih ke instansi pak...
hidup tanpa ilmu
bagai sibuta tanpa tongkat

ma

marwan
Newbie

Posts: 1
Joined: 02 Nov 2015, 10:03

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas

Postby marwan 02 Nov 2015, 14:01

bagaimana dengan besaran honor tenaga ahli yang dibayarkan? apakah mengacu pada standar yg
di keluarkan inkindo atau standar yang di tetapkan oleh pemerintah daerah? terima kasih atas
bantuannya..

si

simbahganteng
Procurement Junior Lv. 1

Posts: 131
Joined: 16 Mar 2012, 01:00

Re: Swakelola Menggunakan Tenaga Ahli Universitas


Postby simbahganteng 06 Nov 2015, 07:35

Klo dalam dokumen penganggaran bisa di samakan dg yg di pihak ke3 kan? Satuan nya volume
paket...

Sent from my ASUS_T00F using Tapatalk

PROPOSAL PEKERJAAN SURVEY DAN PEMETAAN TOPOGRAFI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan investasi dalam pemanfaatan
sumber daya alam, maka kebutuhan informasi geografi suatu wilayah dalam skala yang lebih
detail merupakan suatu hal yang sangat penting dan sangat mendesak untuk disegerakan
pengadaannya.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya
kebutuhan akan informasi yang lebih detail tentang kondisi topografi suatu daerah dengan
terpaksa mengadakan survey dan pemetaan sendiri berhubung tertinggalnya atau terlambatnya
Indonesia dalam memetakan seluruh wilayahnya untuk peta skala besar.

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi/tanah yang dinyatakan
dengan garis ketinggian (kontur) memperlihatkan unsur-unsur asli atau alam dan unsur-unsur
buatan manuasia seperti jalan, bangunan, sungai, saluran dan lain sebagainya diatas muka bumi
ini. Unsur-unsur tersebut dapat dikenal (diidentifikasi) dan pada umumnya diusahakan untuk
diperlihatkan pada posisi sebenarnya.

Peta topografi disebut juga sebagai peta umum (bersifat umum) sebab dalam peta topografi
tersebut unsur-unsur yang disajikan bukan hanya satu jenis saja, tetapi justru dicoba untuk
menyajikan semua unsur yang ada pada permukaan bumi ini. Penyajian tersebut sudah tentu
dengan memperhitungkan skala. Jadi peta topografi dapat digunakan untuk bermacam-macam
tujuan.

Peta topografi dikenal sebagai peta dasar yang digunakan sebagai sarana perencanaan umum
untuk suatu pekerjaan perencanaan pemgembangan suatu wilayah.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud diadakannya pekerjaan pengukuran dan pemetaan topografi adalah untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci bentuk permukaan tanah secara umum yang dilengkapi dengan
tampakan-tampakan khas, baik berupa unsur-unsur alami maupun unsur-unsur buatan dan dapat
dipertanggung jawabkan secara teknis, dengan tujuan memberikan informasi topografi suatu
wilayah yang akan mendukung pengambilan keputusan secara tepat.

1.3. RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Ruang lingkup pekerjaan Pengukuran untuk Survey dan Pemetaan Topografi yang akan
dilaksanakan meliputi :
Persiapan
a) Kantor
 Administrasi
 Pengadaan Peta Dasar dan Peta Kerja
 Peralatan + Personil
b) Lapangan
 Mobilisasi
 Orientasi Lapangan

2. Pelaksanaan
 Pematokan dan Pemasangan Tugu/Bench Mark
 Pengukuran Kerangka Horisontal dan Vertikal
 Pengukuran Situasi

3. Pekerjaan Studio
 Pengolahan data
 Editing data dan Penggambaran
 Plotting peta hasil penggambaran (hard copy)
 Pelaporan

1.4. STRUKTUR ORGANISASI


Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan dibuat dengan tujuan untuk menata dan mengatur pola
kerja secara efektif dan efisien.
Sebelum tim pelaksana lapangan mulai bekerja, volume pekerjaan dan jenis kegiatan yang akan
dilaksanakan telah diperhitungkan/diperkirakan. Dengan demikian struktur organisasi proyek
yang efektif, efisien telah dideskripsikan secara jelas tugas dan tanggung jawab masing-masing
personil serta hubungan kerja antara satu dengan lainnya.

Selanjutnya saat pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan kegiatan-kegiatan lainnya, dilakukan


koordinasi baik dalam organisasi pelaksana sendiri maupun dengan Pemilik pekerjaan dan
Pimpinan setempat.
Tim pelaksana yang terlibat dalam pekerjaan ini adalah :

1. Tenaga Ahli Geodesi


Tenaga ahli Geodesi sekaligus Team Leader adalah penanggung jawab pekerjaan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai dengan pembuatan laporan akhir.

2. Surveyor (Asisten Geodetic)


Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan studio dimana secara struktural
dibawah pengawasan atau koordinasi team Leader tetapi tidak membawahi tenaga yang terlibat
pengolahan data.

3. Asisten Surveyor
Merupakan tenaga pelaksana lapangan dan mengawasi pekerjaan tenaga lokal.

4. Data processing
Data Processing diwajibkan yang mempunyai latar belakang pendidikan geodesi, agar dapat
menganalisasi kesalahan yang disebabkan dalam pekerjaan. Data processing merupakan
pelaksana untuk editing dan proses pembuatan peta digital hingga pembuatan peta garis dalam
bentuk hard copy.

BAB II
PERSIAPAN PEKERJAAN

2.1. PERSIAPAN KANTOR


Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan yang meliputi :
1. Persiapan dan pembuatan dokumen kontrak
Tahapan pekerjaan Persiapan Kontrak terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi :
 Pembuatan usulan teknik
 Pembuatan usulan biaya
 Pembuatan dokumen administrasi
2. Pengurusan surat-surat yang berkaitan dengan perijinan
3. Pengumpulan data pendukung proses pekerjaan lapangan
4. Pencarian informasi keadaan/kondisi lapangan
5. Pembuatan rencana pekerjaan pengukuran
6. Persiapan Tim Pengukuran dan peralatan ukur

1. Tim Pengukuran/Personil
Untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan tenaga-tenaga survey yang berpengalaman. Personil
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah :
1. Team Leader/Geodetic Engineer
2. Chief Surveyor
3. Surveyor
4. Asisten Surveyor
5. Data Processing
6. Crew Survey

Peralatan Survey
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu peralatan yang akan
digunakan. Peralatan yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada sehingga data
pengukuran memenuhi kriteria yang diinginkan (telah dikalibrasi).
Peralatan yang harus dipersiapkan antara lain :
1. Alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai ketelitian pembacaan sudut terkecilnya 1
(satu) detik dan akurasi pengukuran jaraknya 5 + 3 ppm serta perlengkapannya
2. Komputer (hardware dan software) + printer ukuran A3
3. Kamera
4. Kompas (Shunto), GPS Handheld
5. Perlengkapan lapangan

2.2. PERSIAPAN LAPANGAN


Pekerjaan yang berkaitan dengan persiapan lapangan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

 Mobilisasi Tim Pengukuran


 Persiapan base camp
 Persiapan tenaga pembantu (tenaga lokal)
 Persiapan material yang dibutuhkan
 Koordinasi dengan instansi terkait
 Pengenalan medan secara umum (orientasi lapangan)
 Meneliti titik kontrol pemetaan yang dapat digunakan sebagai referensi atau titik ikat, misalnya
titik kontrol hasil survey terdahulu
 Menentukan lokasi pemasangan titik-titik kontrol pemetaan
 Menentukan batas-batas areal pengukuran/pemetaan topografi

BAB III

PELAKSANAAN LAPANGAN

Pemetaan topografi dilaksanakan dengan melakukan pengukuran kerangka dasar yang terdiri dari
pengukuran kerangka dasar horisontal dan vertikal. Pengukuran tersebut dilakukan pada seluruh
batas (garis terluar) dari area yang akan dipetakan. Tujuan pembuatan kerangka dasar ini adalah
untuk membuat titik kontrol dan referensi untuk keperluan pengukuran selanjutnya, misalkan
pembuatan poligon cabang (cut lines), pengukuran situasi dan detail topografi.
Secara umum tahapan pelaksanaan lapangan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan dan pemasangan tugu (Bench Mark)/Patok Poligon
2. Pengukuran Kerangka dasar Horisontal dan Vertikal
3. Pengukuran situasi dan detail topografi

3.1. PEMBUATAN DAN PEMASANGAN BM/PATOK POLIGON


a. Penyebaran Bench Mark (BM) terlebih dahulu direncanakan pada peta kerja dan diasumsikan
dipasang beberapa buah BM. Bench Mark yang dipasang tersebut dalam pelaksanaannya dapat
diikatkan terhadap Titik Kerangka Nasional (apabila ada) yang dipasang dan diukur oleh
Bakosurtanal atau Badan Pertanahan Nasional (BPN), sehingga menjadi satu sistem dengan Peta
Nasional.

b. Secara umum pemasangan BM harus ditempatkan pada tempat yang stabil dan mengutamakan
keamanan dan mudah ditemukan bila saat diperlukan, hal tersebut menjadi penting karena tugu
yang terpasang tersebut akan dipakai untuk rekonstruksi. Agar mudah terlihat warna tugu
tersebut diberi warna yang mencolok. Hal tersebut berlaku juga untuk pemasangan patok
poligon.

c. Jarak antar patok poligon dapat dipasang  50 m atau disesuaikan dengan keadaan medan dan
kemampuan jangkauan alat. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk mengontrol kesalahan-
kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran.
d. Bench Mark dibuat sepasang pada posisi :
1. Titik Awal Pengukuran
2. Pojok/titik sudut batas-batas utama area pemetaan (kerangka dasar)
3. Pada setiap kerapatan 1000 meter dari seluruh area pemetaan

e. Spesifikasi Bench Mark dan Patok Poligon :


1. BM pada titik awal dan titik sudut kerangka dasar dibuat dari beton dengan ukuran : 20 x 20 cm
dengan panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
2. BM pada kerapatan 1000 meter dibuat dengan pipa PVC ukuran 3 (tiga) inchi dengan ukuran
panjang 120 cm, ditanam ke dalam tanah sedalam 100 cm
3. Patok poligon dibuat dari kayu keras dengan diameter 5 cm, panjang 40 cm, ditanam ke dalam
tanah sedalam 25 cm

3.2. PENGUKURAN KERANGKA DASAR HORISONTAL


Dari hasil perencanaan pada peta kerja akan didapatkan jumlah jalur poligon, jumlah loop
poligon, jumlah BM yang dipasang, perkiraan jumlah jarak poligon, serta penetapan jumlah jalur
poligon utama dan poligon cabang, sehingga pada dasarnya untuk pengukuran kerangka dasar
horisontal terdapat dua jenis pekerjaan poligon yaitu :
a. Pengukuran Poligon Utama
b. Pengukuran Poligon Cabang

3.2.1. PENGUKURAN POLIGON UTAMA


Pengukuran poligon utama, digunakan sebagai kerangka acuan untuk mendapatkan kerangka
dasar horizontal (X,Y,Z) yang mempunyai keandalan ukuran, dimana keandalan ukuran tersebut
dinyatakan oleh ketelitian penutup sudut dan ketelitian linier jaraknya. Karena poligon utama
merupakan titik dasar teknik maka diperlukan persyaratan tertentu pada pelaksanaan
pengukurannya.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran poligon utama ini menggunakan alat ukur teodolite Total Station yang mempunyai
ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik
b. Untuk memperkecil salah penutup sudut, pengukuran panjang sisi polygon diusahakan
mempunyai jarak yang relatif jauh (minimum 50 m).
c. Dihindari melakukan pengukuran sudut lancip (< 60o) yang dapat memperbesar kesalahan
penutup sudut.
d. Guna memperkecil kesalahan penempatan target prisma digunakan metoda centering optis yaitu
tinggi tripod/kaki tiga target depan akan menjadi tinggi tripod alat pada perpindahan alat kesisi
polygon berikutnya.
e. Pengukuran poligon dilakukan tertutup atau terikat sempurna.
f. Titik-titik poligon harus diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar horisontal yang berada pada
sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan.
g. Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 10”n, dimana n adalah jumlah titik
pengamatan/polygon (dimungkinkan melakukan kesalahan pengukuran sudut tidak lebih dari 10
detik dikali akar dari jumlah titik pengamatan/polygon).
h. Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/10.000 (dimungkinkan melakukan kesalahan
pengukuran jarak tidak lebih dari 1 meter untuk setiap jarak 10 km)

3.2.2. PENGUKURAN POLIGON CABANG


Maksud dilakukan pengukuran poligon cabang adalah untuk pengikatan titik-titik detail
ditengah-tengah areal pengukuran yang jauh dari jalur poligon utama hingga dengan adanya
titik-titik poligon cabang akan memperbanyak cakupan titik detail yang ada di lapangan.
Pengukuran poligon utama dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran sudut dan jarak menggunakan alat ukur yang sama dengan pengukuran poligon
utama
b. Poligon cabang dibuat pada setiap jarak 50 meter
c. Pengukuran poligon cabang menggunakan metode terikat sempurna, diikatkan pada titik
kerangka dasar/poligon utama
d. Pengukuran beda tinggi untuk poligon cabang/cut lines dilakukan dengan cara trigonometris
e. Toleransi salah penutup sudut maksimum adalah 20”n, dimana n adalah jumlah titik
pengamatan/poligon.
f. Ketelitian jarak linier harus lebih kecil dari 1/5.000
g. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 40 mm D, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran
dalam kilometer), kecuali pada jalur dimana diletakkan posisi BM toleransinya 20 mm D

3.3. PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL


Pengukuran Kerangka Vertikal dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran kerangka dasar vertikal menggunakan alat ukur theodolite Total Station yang
mempunyai ketelitian pembacaan terkecilnya 1 (satu) detik yang pengambilan datanya
bersamaan dengan pengukuran titik-titik kerangka dasar horisontal
b. Titik-titik kerangka dasar vertical diikatkan dengan titik-titik kerangka dasar vertikal yang
berada pada sistem daerah atau lokasi yang akan dipetakan
c. Pengukuran dilakukan dengan cara trigonometris
c. Toleransi ketelitian beda tinggi adalah 15 mm D, (D = jumlah panjang jarak jalur pengukuran
dalam kilometer),

3.4. PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI


Untuk menampilkan peta tiga dimensi maka dilakukan pengukuran situasi dan detail dimana
obyek yang diukur adalah segala obyek yang ada di lapangan baik berupa detail alam maupun
detail buatan manusia.
Pengukuran situasi dan detail dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Pengukuran situasi dilakukan dengan cara trigonometris
b. Akurasi alat yang digunakan minimal 30”
c. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode grid dengan kerapatan maksimal 15 meter
d. Jika terdapat perubahan bentuk pada topografi maka perubahan tersebut harus diukur
e. Setiap data pengukuran harus dilengkapi dengan sketsa lapangan
f. Setiap data ukur harus diberi kode seperti kaki slope, kepala slope, elevasi, alur (creek), jalan,
sungai, rawa dll.
g. Pengukuran sungai, alur (creek), jalan dilakukan oleh tim khusus (tersendiri)
h. Pengukuran harus diikatkan pada titik-titik poligon utama dan poligon cabang
i. Toleransi ketelitian linear pengukuran situasi adalah 1 : 1.000
j. Pengukuran jalan dilakukan pada kedua sisinya dengan kerapatan maksimal 20 meter
k. Pengukuran sungai dilakukan pada tepi atas, tepi bawah dan as dengan kerapatan maksimal 15
meter
l. Pengukuran alur dilakukan pada as dengan kerapatan maksimal 15 meter

BAB IV
PEKERJAAN KANTOR/STUDIO
Pekerjaan kantor/studio merupakan kegiatan yang berhubungan dengan proses pekerjaan tahap
akhir yang meliputi :
1. Pengolahan data-data kerangka dasar horizontal dan vertikal serta situasi
2. Pembuatan Peta (digital/garis)

4.1. PENGOLAHAN DATA


4.1.1. HASIL PENGUKURAN KERANGKA DASAR
a. Pengukuran Kerangka Dasar dilakukan menggunakan alat ukur Teodolite Total Station dimana
data yang diamati dilapangan berupa sudut (vertikal & horizontal) dan jarak serta variabel
lainnya direkam langsung kedalam data kolektor atau pada internal memori alat tersebut yang
selanjutnya dapat di download/ditransfer kedalam komputer PC atau Notebook menggunakan
software yang tersedia misalnya Autoland Development, SDR, Topcon dan lainnya untuk segera
dapat diproses. Proses download/transfer data ini dilakukan setiap hari sepulang dari lapangan
untuk dapat segera mengantisipasi dan merencanakan progress kerja selanjutnya. Data yang
diperoleh dari lapangan dihitung menggunakan hitung perataan pendekatan metoda Bowditch
atau Least Square (Perataan Kwadrat Terkecil).
b. Perhitungan koreksi beda tinggi berdasarkan jarak pengamatan pada setiap sisi (proposional
terhadap jarak)
c. Jika toleransi ketelitian tidak tercapai maka harus dilakukan pengukuran ulang pada sisi yang
salah
d. Perhitungan dapat diterima jika batas toleransi telah dipenuhi

4.1.2. HASIL PENGUKURAN SITUASI DAN DETAIL TOPOGRAFI


a. Pengolahan data situasi dan detail topografi dilakukan dengan menggunakan software survey
b. Sebelum data situasi dan detail topografi diolah, terlebih dahulu harus disiapkan garis breaklines.
Garis breaklines harus dibuat pada setiap :
1. Kepala dan kaki slope
2. Tepi atas dan tepi bawah sungai
3. As alur
4. Kedua tepi jalan
5. Surface editing
c. Proses pembuatan surface pada software survey berupa Triangulation Irreguler Network (TIN)
harus melibatkan seluruh data topografi (X,Y,Z) dan garis breaklines
d. Surface editing dilakukan langsung pada TIN tetapi harus menggunakan garis breaklines
e. Cek terhadap data situasi dan detail topografi dilakukan secara bertahap dengan menampilkan
gambar kontur yang dilengkapi dengan gambar situasi. Jika koordinat kerangka dasar dan
poligon cabang belum final, perhitungan koordinat data situasi dan detail topografi dihitung
dengan koordinat sementara.
f. Jika terdapat kekeliruan (data lapangan salah atau kurang) maka harus dilakukan pengecekan
ulang terhadap data situasi dan detail topografi.
g. Proses pembuatan surface final dengan menggunakan koordinat definitif dilakukan secara
bersamaan untuk seluruh area pemetaan, selanjutnya dilakukan proses pembuatan kontur.
Gambar kontur harus sesuai dengan sketsa lapangan.

4.2. PEMBUATAN PETA


Pembuatan Peta adalah penggambaran titik-titik kerangka dasar pengukuran dan titik-titik detail
yang dinyatakan dengan penyebaran patok, BM, titik-titik ketinggian dan obyek-obyek lainnya
yang dianggap perlu dalam suatu areal pekerjaan. Penggambaran areal pekerjaan diproyeksikan
pada bidang datar dengan skala 1 : 1000, Interval kontur 0,5 meter, ukuran lembar peta A0 (1200
mm x 900 mm).

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses penggambaran peta antara lain :
1. Peta topografi harus memuat :
a. Judul peta
b. Peta lokasi proyek
c. Peta indeks
d. Lembar sheet
e. Arah Utara peta
f. Legenda
g. Garis kontur dengan interval 1 meter
h. Gambar situasi : jalan, bangunan, sungai, rawa, alur, dll.
i. Bench Mark
j. Garis dan angka grid dengan interval 200 meter

2. Peta Traverse/Poligon harus memuat :


a. Judul peta
b. Peta lokasi proyek
c. Peta indeks
d. Lembar sheet
e. Arah Utara peta
f. Legenda
g. Bench Mark
h. Titik poligon kerangka dasar
i. Titik poligon cabang
j. Gambar situasi : jalan, bangunan, sungai, rawa, alur, dll.

3. Pada peta digital (softcopy), setiap elemen/objek harus dibuat dalam layer tersendiri

BAB V

LAPORAN DAN DATA


5.1. PEMBUATAN LAPORAN
Pembuatan laporan dilakukan untuk memberikan gambaran hasil pelaksanaan pekerjaan yang
telah dilakukan, sehingga dapat diketahui kondisi areal pekerjaan secara umum, informasi
lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan survey dan pemetaan.
Laporan yang akan disampaikan adalah :
a. Laporan Pendahuluan, berisi laporan mengenai rencana kerja
b. Laporan Mingguan, berisi laporan mengenai kemajuan pekerjaan mingguan
c. Laporan Bulanan, berisi laporan mengenai kemajuan pekerjaan bulanan
d. Laporan Akhir, berisi laporan hasil seluruh pekerjaan

5.2. PENYERAHAN DATA


Data-data yang diserahkan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan adalah :
a. Satu berkas laporan tertulis tentang pelaksanaan pekerjaan
b. Print out peta topografi skala 1 : 1.000
c. Print out peta traverse/poligon skala 1 : 1.000
d. Peta topografi dalam bentuk softcopy dengan menggunakan software Autocad (file dwg)
e. Peta traverse/poligon dalam bentuk softcopy dengan menggunakan software Autocad (file dwg)
f. Data asli hasil pengukuran
g. Data hasil perhitungan dalam bentuk softcopy dan hardcopy
h. Koordinat topografi (Easting, Northing, Elevation, Code)
i. Foto dan deskripsi Bench Mark

Anda mungkin juga menyukai