Anda di halaman 1dari 121

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


Jln. Jenderal Sudirman, Dasan Geres, Kecamatan Gerung
Telp. (0370) 681158
Fax. (0370) 681158 Kode Post 83363

SPESIFIKASI TEKNIS

PENGGUNA ANGGARAN : KEPALA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


KABUPATEN LOMBOK BARAT

SKPD : DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN


KABUPATEN LOMBOK BARAT

NAMA PPK : PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN DAK FISIK


PEKERJAAN TENDER DAN KONSULTAN PADA DINAS
PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

NAMA PEKERJAAN : PEMBANGUNAN WORKSHOP DAN SHOWROOM


SENTRA INDUSTRI TENUN DESA KEBON AYU
KECAMATAN GERUNG

TAHUN ANGGARAN 2022


BAB 1
SPESIFIKASI TEKNIS

Progam : Program Perencanaan Dan Pembangunan Industri


Kegiatan : Penyusunan dan Evaluasi Rencana Pembangunan Industri
Kabupaten/kota
Pekerjaan : Pembangunan Workshop dan Showroom
Lokasi : Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung – Kab.Lombok Barat
Tahun Anggaran : 2022

1. Latar Belakang
Sesuai dengan amanat Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian pasal 14 ayat (3) huruf d, pengembangan perwilayahan industry dilakukan
antara lain melalui pengembangan sentra industri kecil dan menengah(IKM). Salah satu
pengembangan sentra IKM dilakukan melalui pembangunan Sentra IKM.Pembangunan
sentra IKM merupakan salah satu upaya untuk percepatan penyebaran dan pemerataan
pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia. Sentra IKM merupakan kelompok
IKM dalam satu lokasi/tempat yang menggunakan bahan baku, menghasilkan produk
sejenis, dan/atau melakukan proses produksi yang sama. Mengelompoknya IKM dalam
Sentra akan mempermudah pembinaan untuk meningkatkan kemampuan IKM dalam
Sentra tersebut.
Berdasarkan kondisi saat ini, banyak potensi di daerah yang dapat digunakan untuk
penumbuhan IKM yang belum dimanfaatkan. Di samping itu, pada beberapa daerah sudah
tumbuh sejumlah IKM dalam kondisi tersebar, sehingga pembinaan yang dilakukan
kurang efektif, atau telah berbentuk sentra namun belum optimal. Oleh karena itu, perlu
dilakukan Pembangunan Sentra IKM baik untuk merelokasi IKM yang tersebar maupun
menempatkan IKM baru sehingga dapat dilakukan pengembangan dan penumbuhan IKM
secara efisien.
Maka Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung pada tahun anggaran 2022, melalui
Dinas Perindustrian dan Perdagangan mendapatkan Dana Alokasi Khusus tahun 2022
yang digunakan untuk pembangunan gedung Workshop dan Showroom indsutri IKM
,guna meningkatkan daya saing serta nilai produk yang dihasilkan dari industry kecil
sehingga memberi dampak bagi peningkatan ekonomi dan pendapatan daerah secara
berkelanjutan.
2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pekerjaan ini adalah membuat suatu perencanaan Pembangunan
Workshop dan Showroom di Desa Kebon Ayu Kab. Lombok Barat yang mencakup
kegiatan:
1. Tahap persiapan perencanaan ( konsep rancangan )
2. Tahap pra rencana
3. Tahap pengembangan
4. Tahap rancangan Gambar Detail ,pengadaan RAB dan RKS .
5. Tahap pelelangan.

Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan hasil perencanaan Pembangunan
Workshop dan Showroom sesuai dengan kebutuhan dilapangan dan karakteristik daerah
perencanaan sehingga didapatkan dokumen perencanaan yang lengkap dan dapat
digunakan sebagai pedoman bagi tahapan perencanaan selanjutnya hingga ke pelaksanaan
fisik.

3. Target/Sasaran
Target dan sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan Pelaksanaan Pembangunan
Pembangunan Showroom dan Workshop Sentra Industri Tenun Desa Kebon Ayu
Kecamatan Gerung adalah adanya tersedianya sarana Pasar Rakyat yang berada di
Kecamatan Gerung

4. Nama Organisasi Pengadaan Barang/Jasa


a. PA : Penggguna Anggaran pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Nama : Ir. H.MUHUR ZOKHRI
b. KPA : Pejabat Pembuat Komitmen DAK Fisik Pekerjaan Tender dan
Konsultan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.Lombok
Barat
Nama : Lalu Agha Farabi,ST.,MM

5. Sumber Dana dan Perkiraan Biaya


a. Sumber dana untuk pembiayaan pengadaan ini berasal dari dana DAK Kab. Lombok
Barat Tahun Anggaran 2022;
b. Perkiraan total biaya yang diperlukan untuk pengadaan ini sebesar Rp.999.532.000,-
(Sembilan Ratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Lima Ratus Tiga Puluh Dua Ribu
Rupiah). Sudah termasuk profit, overhead dan pajak-pajak.

6. Lingkup, Lokasi, Pekerjaan dan Fasilitas Penunjang


a. Ruang lingkup/batasan pekerjaan yaitu pembangunan Gedung Workshop dan
Showroom
b. Lokasi pekerjaan Pembangunan Pembangunan Workshop dan Showrom Sentra
Industri Tenun Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung berada di Kecamatan Gerung
Kab. Lombok Barat.
c. Fasilitas penunjang yang disediakan oleh PA/KPA/KPA berupa ruang rapat
koordinasi dan data – data terkait pelaksanaan kegiatan.

7. Produk yang di hasilkan


Produk yang dihasilkan dari pengadaan ini adalah sesuai dengan perencanaan pekerjaan
Pembangunan Workshop dan Showroom Sentra Industri Tenun Desa Kebon Ayu
Kecamatan Gerung.

8. Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan pengadaan pekerjaan Pelaksanaan Pembangunan Pembangunan
Showroom dan Workshop Sentra Industri Tenun Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung
adalah 120 (Seratus Dua Puluh Hari ) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
Masa Pemeliharaan pekerjaan Konstruksi 180 (seratus delapan puluh) hari kalender.

9. Peraturan Teknis
a. Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Kontruksi;
b. Kitab Undang-Undang Perdata (Buku III Tentang Perikatan);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
d. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Thaun 2017 tentang Jasa Kontruksi;
e. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Penggadaan
f. Barang/Jasa Pemerintah;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
h. Indonesia Nomor 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
i. Keselamatan Konstruksi;
j. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2021 Tanggal 30 Desember 2021 Tentang
k. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022;
l. Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 84 Tahun 2021 Tanggal 30Desember 2021
Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022;

10. Penjelasan RKS dan Gambar


1) Penyedia jasa wajib meneliti semua gambar-gambar dan rencana kerja dan syarat-
syarat termasuk tambahan-tambahan dan perubahan yang dicantumkan dalam Berita
Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
2) Bila gambar tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, maka yang mengikat adalah
spesifikasi teknis. Bila suatu gambar tidak cocok dengan yang lain, maka gambar
yang memakai skala lebih besar yang berlaku.
3) Bila perbedaan-perbedaan itu menimbulkan keraguan sehingga dalam pelaksanaan
menimbulkan keresahan bagi penyedia jasa wajib menanyakan pada pengawas
lapangan/direksi teknis dan pihak penyedia jasa mengikuti keputusannya.

11. Persiapan diLapangan


Penyedia jasa harus menyediakan tempat direksi dipakai untuk sarana alat tulis menulis
seperti buku harian untuk catatan-catatan, teguran, saran dan petunjuk dalam pelaksanaan
berupa buku tamu, buku direksi/ pengawas. Jenis laporan/catatan yang harus ada di ruang
direksi keet adalah :
1) Catatan kemajuan fisik setiap hari.
2) Catatan mengenai cuaca setiap hari.
3) Catatan bahan-bahan yang diterima maupun ditolak oleh direksi teknis/pengawas
lapangan.
4) Catatan Sipil tenaga kerja yang masuk (bekerja) pada setiap hari.
5) Catatan-catatan mengenai kejadian-kejadian lainnya yang memerlukan pencatatan lebih
lanjut.
6) Buku tamu atau Buku Direksi.
Penyedia jasa harus membuat gudang/ los kerja / sewa tempat yang cukup untuk
menyimpan bahan-bahan material yang diperlukan dan tempat para pekerja disyaratkan
dekat dengan lokasi pekerjaan untuk memudahkan koordinasi.
12. Jabatan Kerja Kontruksi / Personil
Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi, adalah sebagai
berikut :
Pengalam
No Uraian Personil Inti Jumlah Lampiran
an
1 Pelaksana 1 Org 2 Thn SKT Pelaksana
Bangunan
Gedung
2 K3 (SLTA sederajad) 1 Orang 0 Thn Sertifikat / SKA
Ahli K3
Kontruksi

13. Peralatan Kontruksi ( Jenis, Kapasitas dan Jumlah )


Pelaksana menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi dengan baik
yang macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen
konstruksinya.
Peralatan yang harus disediakan oleh Kontraktor untuk pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
Alat yang diipergunakan Kondisi Kepemilikan
No Jumlah
Peralatan
1. Truck/Dump Truck 2 Bh Baik Milik/Sewa
2. Concrete Mixer 1 Bh Baik Milik/Sewa
3. Concrete Viberator 1 Bh Baik Milik/Sewa
4. Water Pump 1 Bh Baik Milik/Sewa
5. Stamper 2 Bh Baik Milik/Sewa

14. Persyaratan Bahan


Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan konstruksi.
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi secara tertulis semua
bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang dapat
digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut B.S.) dan Normalisasi Indonesia
(selanjutnya disebut N.I.), atau Standard Industri Indonesia (SII). Bahan-bahan lain yang
tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak ada dalam JIS, BS atau NI,
harus disetujui secara khusus oleh Direksi.
NO URAIAN PEKERJAAN SPESIFIKASI MATERIAL MERK YANG DIPILIH

1 Pekerjaan Rangka Atap a. Pekerjaan Rangka Atao Baja Ringan Mutu G550 1. Tata Logam ( Taso )

b. Tegangan Leleh Minimum : Minimum yied strenght 550 Mpa 2. Sabe Steel

c. Modulus Elastisitas : 2, 1 x 105 Mpa

d. Modulus Geser : 8 x 104 Mpa

e. Baja Hi Ten G550 lapis Zinc - Alumunium Coating

f. Profil C75.075, TS.40.045, Strap Bracing

g. ScrewClas2A2Teks10-16x16HxF

h. ScrewA2TEKS12-14x20
i. Memiliki SNI 8339:2017 Profill Rangka Baja Ringan

2 Pekerjaan Penutup Atap a. Penutup Atap Type Onduline Tile 1.Onduline Tile

b. Memiliki Sertifikat SNI

c. Sertifikat Uji Bahan


d. Surat Jaminan Garansi Parbik 15 tahun

3 Pekerjaan Keramik a. Keramik Lantai 40x40 cm ( Warna ditentukan Pemilik pekerjaan)


1. Milan
b. Keramik Kamar Mandi Dinding 25x40 cm ( Motif ditentukan 2.Roman
pemilik pekerjaan )
c. Keramik Lantai Kamar mandi 40x40 cm

4 Pekerjaan Pengecatan a. Cat tembok eksterior 1.Dulux Catylac / Setara

b. Cat tembok Interior 2.Vinilex / Setara

3.Gigatex Primashield/Setara

15. Persyaratan Tambahan


a. Hasil pemindaian Surat Dukungan bermaterai Rp. 10.000,- dari Pabrik atau distributor
untuk baja ringan, jika dukungan diterbitkan oleh distributor maka harus melampirkan
surat penunjukkan sebagai distributor dari pabrikan
b. Pemberi dukungan harus melampirkan hasil uji laboratorium uji kuat Tarik
c. Pemberi dukungan wajib melampirkan SNI profil rangka baja ringan dan SNI bahan
baku atas nama pabrikan yang masih berlaku .
d. Pemberi dukungan harus melampirkan SNI 8399 : 2017 Profil Rangka Baja Ringan
yang masih berlaku atas nama pabrikan.
e. Melampirkan brosur baja ringan yang distempel basah oleh pemberi dukungan
BAB. 2
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian
Pemborongan terdiri atas meliputi :
1. Pembangunan Gedung Showroom dan Workshop
Pembangunan Gedung Showroom dan Workshop meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Pondasi
d. Pekerjaan Pasangan
e. Pekerjaan Beton
f. Pekerjaan Pleseteran, Dinding dan Lantai
g. Pekerjaan Kusen dan Daun
h. Pekerjaan Atap, Canopy dan Plafond
i. Pekerjaan Instalasi Listrik
j. Pekerjaan Instalasi Air

Lokasi Pekerjaan Berada diDesa Kebon Ayu KabupatenLombok Barat ,Pelaksanaan


Fisik harus sesuai dengan Gambar Kerja dan Detail, Pelaksanaan pekerjaan di atas
yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan oleh kontraktor. Kontraktor
Pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di
dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas :

1. Penyediaan tenaga;
2. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan;
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan;
4. Penyediaan peralatan;
5. Penyediaan bahan bangunan;
6. Mobilisasi/Demobilisasi;
7. Perlindungan terhadap cuaca;
8. Keselamatan, keamanan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup;
9. Gangguan terhadap lalu lintas dan daerah sekitarnya yang berdekatan;
10. Kerusakan lingkungan yang harus dihindari;
11. Kontraktor harus menjaga kebersihan lokasi proyek.
12. Pembuatan shop d rawing (Gambar Kerja);
13. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As built Drawing) dan buku penggunaan
&pemeliharaan bangunan;
14. Pembenahan dan perbaikan kembali kerusakan fasilitas umum akibat kendaraan proyek;
15. Peraturan/persyaratan teknik yang mengikat;

PASAL 2
PENYEDIAAN TENAGA
1. Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
Pengalam
No Uraian Personil Inti Jumlah Lampiran
an
1 Pelaksana 1 Org 2 Thn SKT Pelaksana
Bangunan
Gedung
2 K3 (SLTA sederajad) 1 Orang 0 Thn Sertifikat /
SKA Ahli K3
Kontruksi
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan
Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan
(ditugaskan) di atas lengkap dengan curiculum vitae-nya serta Bagan Organisasinya;
3. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang
Draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing;

4. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 &
2 di atas apabila diminta oleh Konsultan Pengawas/Direksi berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda
kelalaian;

5. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri
dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai
pembayaran, perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan
termasuk kompensasi yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan
Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir;
6. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Proyek
(Pengguna Jasa) selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari
Pemilik Proyek;

7. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi
proyek;

8. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan
pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas
pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi;

9. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di
lokasi proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor juga harus
melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut
disyaratkan oleh undang-undang.

PASAL 3
PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadwal pelaksanaan (Time


Schedule) dalam bentuk kurva “s” yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan
berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya;

2. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas;

3. Bila selama waktu 10 (sepuluh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor
Pelaksana belum dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2
minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan;

4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
PASAL 4
PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan/mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan


alat dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan
dinilai oleh Direksi. Bila Direksi menilai barak/gudang tersebut kurang layak dengan alasan-
alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harus melakukan perbaikan/penyempurnan sesuai
dengan petunjuk Direksi;

2. Kontraktor Pelaksana harus, menyediakan/ mendirikan barak direksi (Direksi Keet) yang
dilengkapi dengan : meja rapat lengkap dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup;
meja dan kursi kerja berlaci dan berkunci; 1 set Dokumen Kontrak; Ruang Direksi.Direksi
keet tersebut harus ada baik sewa atau dibangun dengan persyaratan sebagai berikut :

3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk para
pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan
keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus
segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor Pelaksana
diwajibkan mengikuti ASTEK);

4. Semua material yang tersebutkan di dalam butir 1, 2 dan 3 di atas setelah selesainya
pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari
lapangan pekerjaan.

PASAL 5
PENYEDIAAN PERALATAN
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi
dengan baik yang macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen
konstruksinya

2. Peralatan yang harus disediakan oleh Kontraktor untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
No Alat yang diipergunakan Jumlah Kondisi Peralatan
1. Truck/Dump Truck 2 Bh Baik
2. Concrete Mixer 1 Bh Baik
3. Concrete Viberator 1 Bh Baik
4. Water Pump 1 Bh Baik
5. Stamper 2 Bh Baik
3. Konsultan Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara
teknis peralatan yang dipergunakan Kontraktor Pelaksana dinilai tidak memenuhi persyaratan
baik jumlahnya maupun kelayakan fungsinya;

4. Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi, selama masa pelaksanaan Kontraktor Pelaksana


harus senantiasa menyediakan alat ukur theodolite guna pengukuran dan pengontrolan
kebenarannya oleh Konsultan Pengawas;

Bila Kontraktor Pelaksana tidak dapat menyediakannya, Konsultan Pengawas berhak


menyediakannya dengan biaya sewa sepenuhnya harus ditanggung oleh Kontraktor
Pelaksana.

PASAL 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan
jadwal pelaksanaan;
a. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di
dalam Kontrak dan sesuai dengan perintah Direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji
jika Direksi memerintahkan di tempat pengambilan atau pembuatan bahan, atau
dilokasi atau di lain tempat yang ditentukan dalam Kontrak, atau di semua atau
beberapa tempat tersebut. Kontraktor harus memberikan bantuan peralatan, mesin,
pekerja dan bahan-bahan yang biasa yang diperlukan untuk pemeriksaan,
pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan dan kualitas, berat atau banyaknya bahan
yang digunakan dan harus menyediakan contoh-contoh bahan sebelum disertakan
kedalam Pekerjaan, untuk diuji sebagaimana dipilih dan diperlukan oleh Direksi;

Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagaimana di bawah ini
Sedang bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan disyaratkan langsung
di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi.
b. Batu dan Tanah Urug
Batu harus dari batu yang keras, tidak porus berukuran berat sesuai yang di syaratkan
dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan hasil pecahan.
Berat jenis batu yang dipersyaratkan adalah 2500 kg/m2;
Tanah urug yang disyaratkan harus tanah yang mengandung batuan 60 % dari material
urugan itu sendiri;
c. Air Kerja
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan
penyiraman guna pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung
minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat
sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium.Bila air yang
dipergunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium;
d. Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah PC jenis I harus satu merk untuk penggunaan
dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau
seluruhnya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan di dalam tempat
(gudang) yang memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di
atas;
e. Pasir (Psr)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :

1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran harus, yang lazim disebut pasir
urug;

2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir
pasang;
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari Laboratorium.
f. Kerikil (Krk)
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali pecah, bersih dan bermutu
baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
g. Batu Belah
Batu belah harus dari batu kali/Gunung yang keras, tidak porus berukuran berat sesuai
yang di syaratkan dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan hasil
pecahan.
2. Biaya untuk contoh-contoh
Semua contoh-contoh harus disediakan oleh Kontraktor atas biayanya sendiri, bila
penyediaan tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak, tetapi bila
tidak, maka atas biaya Direksi.
3. Biaya untuk pengujian
Biaya untuk pembuatan setiap pengujian atas biaya Kontraktor.Pengujian dilakukan terutama
untuk bahan pembuatan beton yang didatangkan di lokasi pekerjaan. Hal tersebut jelas -jelas
dikehendaki dan ditentukan di dalam Kontrak
4. Pemeriksaan atas kegiatan.
Direksi dan setiap orang yang diberi wewenang olehnya atau oleh Direksi harus setiap saat
diijinkan masuk ketempat Pekerjaan, dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dipersiapkan atau darimana asal bahan, yang didapatkannya untuk Pekerjaannya, dan
Kontraktor harus menyediakan setiap fasilitas untuk dan atau segala bantuan dalam
mendapatkan hak untuk masuk tersebut.

PASAL 7
MOBILISASI/DEMOBILISASI

1. Bila didalam harga Penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi/ demobilisasi, maka
uraian dibawah ini adalah penjelasan dari padanya.

Transport lokal alat-alat dan perlengkapan proyek (dengan jumlah yang memadai), sampai
proyek dan membawanya keluar setelah proyek selesai;

2. Kontraktor diijinkan, apabila Direksi tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa
pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya kontrak;

3. Dalam biaya kontrak tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semula;

4. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi kepada
Direksi untuk diketahui dan disetujui.

PASAL 8
PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
Kontraktor harus mengusahakan atas tanggungannya, langkah-langkah dan peralatan yang
perlu untuk melindungi pekerjaan/bahan yang digunakan agar tidak rusak mutunya karena
cuaca.
PASAL 9
DAERAH OPERASI BAGI KONTRAKTOR
Kontraktor harus melakukan pengaturan daerah operasinya sendiri, antara lain untuk :
penyimpanan bahan-bahan bangunan, peralatan konstruksi, peralatan pengadukan beton,
kantor-kantor sementara dan lain-lain.
Areal yang dipilih Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi. Kontraktor harus menjaga
kebersihan dan keteraturan daerah operasinya selama pelaksanaan pembangunan poskesdes.
Kontraktor harus mengatur sendiri pengaturan untuk : air bersih, tenaga listrik, alat komunikasi
dan keperluan-keperluan lainnya selama pelaksanaan pembangunan atas biaya sendiri.
Pada akhir pembangunan, Kontraktor harus membersihkan daerah operasinya dan diterima
baik oleh Direksi.

PASAL 10
PERSETUJUAN DIREKSI
Kecuali dinyatakan lain, semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh bahan
bangunan dan hal-hal lain yang memerlukan persetujuan Direksi harus diserahkan dalam 3
(tiga) rangkap, dan apabila disetujui 1 (satu) rangkap daripadanya akan dikembalikan kepada
Kontraktor dan yang lainnya disimpan oleh Direksi.

PASAL 11
BUKU HARIAN
Kontraktor wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan, Segala kejadian yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya, catatan tersebut meliputi
antara lain :
- Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari;
- Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain;
- Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak atau
diterima;Kemajuan dari pekerjaan;
- Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
Buku harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas harian
sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing-masing dapat
mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pelaksana untuk mendapat penyelesaian.
Disamping buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi
Direksi yang ditanda tangani oleh Direksi.
PASAL 12
KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN
TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.
1. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan
yang terjadi, Kontraktor harus :

2. Memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan
menjaga lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam Pengawasannya) serta pekerjaan
(sepanjang belum siap dan belum digunakan oleh Pemilik Proyek) secara tertib agar tidak
membahayakan orang-orang, dan;

3. Menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-
tanda bahaya dan Pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh
Direksi atau diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan atau
untuk keamanan dan kenyamanan publik atau lainnya, dan;

4. Mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam


maupun di luar tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang orang
atau harta benda akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul
sebagai akibat dari metode operasinya.

5. Kontraktor dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara


atas biaya sendiri semua peralatan atau tanda-tanda lainnya, lampu, sinyal, penjagaan,
pagar atau petugas jaga bila dan dimana perlu seperti yang dikehendaki oleh pihak yang
mewakili Direksi atau petugas yang diberi kuasa untuk melindungi Pekerjaan dan juga
menyediakan material-material yang berhubungan dengannya atau untuk memberi
pertanda yang tepat bagi pekerjaan atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau
kepentingan umum atau lainnya.

6. Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pemilik Proyek
(Pengguna Jasa) terhadap setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan
pada pihak ketiga oleh kelalaian Kontraktor pula di malam hari harus melengkapi
penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.

PASAL 13.
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS
DAN DAERAH SEKITARNYA YANG BERDEKATAN
1. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan dan
perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan
persyaratan ijin Kontrak, harus dilaksanakan tanpa menimbulkan hal-hal yang tidak perlu
dan tidak layak dengan memperhatikan :

2. Kenyamanan masyarakat;
Jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi
dan jalan setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta benda baik yang
dimiliki oleh Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) atau pihak lainnya.

Kontraktor akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada
Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja,
kerusakan, biaya, denda, dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan
dengan, semua permasalahan sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor;

3. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada
peraturan daerah setempat atau perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang
berwenang dan berkompeten.

Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan keselamatan masyarakat
umum (setempat).

Kontraktor harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian
terhadap semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran
yang timbul akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan Sub-Kontraktor yang menimbulkan
halangan atau mempengaruhi lalu lintas, dan jalan tersebut.

4. Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam
kondisi baik selama pelaksanaan.

PASAL 14
KERUSAKAN YANG HARUS DIHINDARI
1. Kontraktor akan menggunakan segala cara yang wajar dalam menjaga jalan jalan atau
jembatan-jembatan yang menghubungkan tempat atau semua jalur ke lokasi proyek dari
kerusakan akibat lalu lintas yang disebabkan oleh Kontraktor atau Sub-Kontraktor dan,
secara khusus akan menyeleksi jalur yang ada, memilih dan menggunakan kendaraan dan
membatasi beban dan mendistribusi beban itu antara kendaraan sehingga kemacetan luar
biasa yang tidak dapat dielakkan yang terjadi dikarenakan pemindahan material,
bangunan, peralatan Kontraktor atau Pekerjaan sementara dari dan ke lokasi proyek
dibatasi sebanyak mungkin, sehingga jalan jalan dan jembatan-jembatan terhindar dari
kerusakan yang tidak perlu terjadi;

2. Kontraktor harus bertanggung jawab dan akan membayar biaya untuk memperkuat
jembatan jembatan atau merubah atau memperbaiki setiap jalan atau semua jalur yang
menghubungkannya dengan lokasi proyek sebagai fasilitas bagi pergerakan peralatan
Kontraktor atau Pekerjaan sementara dan Kontraktor harus mengganti kerugian dan
melindungi Pemilik Proyek terhadap semua tuntutan akibat kerusakan setiap jalan atau
jembatan akibat pengangkutan tersebut, termasuk tuntutan yang mungkin ditujukan
langsung kepada Pemilik Proyek, dan akan melakukan negosiasi dan membayar semua
tuntutan yang timbul semata-mata akibat kerusakan tersebut;

3. Diluar dari pada ayat 1, setiap kerusakan yang terjadi pada jembatan atau jalur
penghubung atau yang menghubungkannya dengan lokasi proyek yang ditimbulkan
sebagai akibat dari pengangkutan material atau bangunan, oleh Kontraktor harus
diberitahukan kepada Direksi dengan tembusan kepada Pemilik Proyek, secepatnya
setelah menyadari adanya kerusakan tersebut atau secepatnya setelah ia menerima
tuntutan dari pihak berwenang yang berhak mengajukan tuntutan. Berdasarkan peraturan
atau perundang-undangan bila timbul kerusakan yang terjadi sebagai akibat dan muatan
material atau bangunan, maka Kontraktor diwajibkan untuk mengganti segala kerugian
kepada badan yang berkenang mengelola jalan dimana Pemilik Proyek (Pengguna Jasa)
tidak akan bertanggung jawab terhadap semua biaya, denda atau pengeluaran yang
berkenaan dengan hal tersebut. Pada kasus lain Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) dapat
mengadakan negosiasi dalam mencapai penyelesaikan dan membayar semua biaya
sehubungan dengan tuntutan, kelangsungan pekerjaan, kerusakan, biaya, denda dan
pengeluaran yang ada hubungannya dengan hal tersebut dan membebaninya kemudian
kepada Kontraktor;

4. Bila dalam pandangan Direksi sesuatu tuntutan atau bagian dari padanya, dikarenakan
kelalaian dari pihak Kontraktor dalam mengamati dan menjalankan kewajibannya
berdasarkan ayat 1, maka besarnya biaya yang ditentukan oleh Direksi setelah
berkonsultasi dengan Pemilik Proyek dan Kontraktor, harus dilunasi dan kegagalan
tersebut harus ditebus Kontraktor dan pembayaran yang menjadi hak atau bakal menjadi
hak Kontraktor dan Direksi akan memberitahu Kontraktor bila penyelesaian pembayaran
akan dirundingkan dan, bila ada biaya yang akan ditarik dari Kontraktor, Pemilik Proyek
(Pengguna Jasa) akan berkonsultasi dengan Kontraktor sebelum penyelesaian tersebut
disetujui.
PASAL 15
KONTRAKTOR HARUS MENJAGA KEBERSIHAN LOKASI PROYEK

Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga agar lokasi proyek, bebas dari semua
halangan yang tidak perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan setiap peralatan dan
kelebihan material milik Kontraktor dan membersihkan serta memindahkan segala rongsokan
dan sampah yang tidak perlu dari lokasi proyek.

PASAL 16
JAM KERJA
Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri.Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada
malam hari, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan yang diperlukan, misalnya
penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas tanggungan biaya
Kontraktor dan atas persetujuan dan Konsultan Pengawas/ Direksi.

PASAL 17
PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai dengan
gambar atau RKS, maka atas perintah Direksi pihak Kontraktor harus membongkarnya dalam
jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya
pihak Kontraktor.

PASAL 18
PEMBUATAN SHOP DRAWING

Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan yaitu :
a. Untuk pekerjaan perlu penyesuaian dengan kondisi lapangan;
b. Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai;
c. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan)
pada detail pelaksanaan yang mendahuluinya;
d. Direksi/Pengawas memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.
e. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen
konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.

PASAL 19
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)
Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar
sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya;
b. Shop Drawing sebagai penjelasan rencana kerja lanjutan Trehabilitasi Sedang/Berat
Gedung Kantor (jika ada);
c. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Direksi setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti;
a. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan & pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal
ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.

PASAL 20
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI
Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana
meliputi :

1. Komponen-komponen pekerjaan pokok/konstruksi yang pada masa pemeliharaan


mengalami kerusakan atau dijumpai kekurang sempurnaan pelaksanaan;
2. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan pokok
yang mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman dan
lain sebagainya).
3. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa- sisa
pelaksanaan termasuk bow-keet dan direksi-keet harus dilaksanakan sebelum masa
kontrak berakhir.

PASAL 21
PERATURAN TEKNIK YANG MENGIKAT
1. Peraturan Teknik Yang Dikeluarkan/Ditetapkan Oleh Pemerintah RI.
Apabila tidak disebutkan lain di dalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat
peraturan-peraturan dibawah ini :
a. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56);
b. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982);
c. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengerahan Tenaga Kerja);
d.Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat.
2. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti
a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka
gambar detail yang diikuti;
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan
angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penu lisan angka tersebut
yang jelas akan menyebabkan ketidak sempurnaan/ketidak sesuaian
konstruksi, harus mendapatkan keputusan Direksi lebih dahulu;
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti,
kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Direksi;
d. RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga
sebaliknya;
e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar
setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan;
f. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum
ukuran skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat
dipergunakan.

PASAL 22
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN

1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan


secara seksama dan bertanggung jawab.

Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang
tidak memenuhi syarat teknis yang bila dilaksanakan dapat menimbulkan kerusakan
konstruksi atau kegagalan struktur, maka Kontraktor Pelaksana wajib melaporkannya
kepada Direksi secara tertulis, dan menangguhkan pelaksanaannya sampai memperoleh
keputusan yang pasti dari Direksi.

2. Bila akibat kekurang-telitian Kontraktor Pelaksana dalam melakukan


pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan tersebut, terjadi ketidak sempurnaan
konstruksi atau kegagalan struktur bangunan maka Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pembongkaran terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan
tersebut dan rnemperbaiki/melaksanakannya kembali setelah memperoleh
keputusan Direksi tanpa ganti rugi apapun dari pihak-pihak lain.
PASAL 23
SYARAT-SYARAT TEKNIS BAHAN-BAHAN BANGUNAN

1. UMUM
Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan
konstruksi.

Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi secara tertulis semua
bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang
dapat digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut B.S.) dan Normalisasi
Indonesia (selanjutnya disebut N.I.), atau Standard Industri Indonesia (SII).

Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak
ada dalam JIS, BS atau NI, harus disetujui secara khusus oleh Direksi.

2. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN


a. Semua bahan-bahan dan barang-barang/benda-benda yang dipakai didalam pekerjaan
Proyek/Satuan Kerja harus dapat/boleh diperiksa, diuji dan dianalisa sewaktu-waktu,
jika dan bila diminta oleh Direksi.

b. Jika Direksi menganggap perlu, maka Kontraktor atas biayanya sendiri harus dapat
memberikan test sertifikat dari pabrik.

c. Atas biayanya sendiri, Kontraktor harus menyediakan dan mempersiapkan bahan-


bahan yang ditest dan contoh-contoh dari bermacam-macam bahan yang sewaktu-
waktu akan diminta atau disyaratkan.

d. Semua ongkos dari peninjauan dan ujian menjadi tanggungan Kontraktor.

e. Setiap test bahan atau pekerjaan yang telah selesai harus dilaksanakan dengan
disaksikan Direksi dan harus dilaksanakan sedemikian memenuhi persyaratan yang
diminta.

f. Semua bahan-bahan yang dipakai dalam Proyek/Satuan Kerja/pekerjaan, harus


mendapat persetujuan Direksi sebelum dipakai/dipasang, meskipun bahan-bahan
tersebut telah dinyatakan dapat diterima pada waktu didatangkan di site.

g. Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya bahan-bahan
tersebut oleh Direksi menjadi tanggungan Kontraktor.

h. Direksi mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau semua bahan-bahan
dan metoda pelaksanaan yang tidak sama kwalitasnya dan sifatnya seperti contoh-
contoh yang telah disetujui dan Kontraktor harus segera memindahkan bahan-bahan
atau membongkar pekerjaan - pekerjaan yang dimaksud atas tanggungannya.

4. SEMEN
a. Umum
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/pabrik yang disetujui dan harus
Portland Cement tahan sulfate atau Portland Cement Type I ditambah bahan
Additive yang sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C 150 dan atau SII-0013-81,
terkecuali jika ditentukan lain.

Jika Kontraktor menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai
pengganti P.C. tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/
Engineer/Pengawas.
b. Sertifikat pengujian dan lain-lain
Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari pabrik
yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai
komposisi kimianya dan bahwa coba uji dan analisa tersebut dalam segala-galanya
sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang relevan dengan JIS, BS atau N I. Setiap
pengiriman semen, yang dikirim ke site harus diuji dan dianalisa menurut persyaratan
yang relevan dengan JIS, BS atau N I. Sampel akan dikumpulkan sebagaimana
ditentukan oleh Direksi dan pengujian harus dilaksanakan pada laboratorium yang
telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk sample-sample tidak boleh
dipakai pada pekerjaan apapun sebelum coba ujinya dan analisanya telah selesai
dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh Direksi. Sebagai tambahan dari test-
test dan analisa-analisa tersebut diatas Direksi dapat menguji semen yang telah
disimpan di Site sebelum dipakai untuk menentukan apakah semen yang didatangkan
telah rusak selama pengangkutan atau selama disimpan. Tidak boleh ada semen
yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh Direksi. Banyaknya
semen untuk test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya harus dimasukkan
dalam bill of quantity untuk masing-masing pekerjaan. Direksi dapat menolak
semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, meskipun semen itu telah mendapat sertifikat pabrik. Semua semen yang
telah ditolak harus segera dipindahkan dari Site, atas biaya Kontraktor.
c. Pengangkutan dan penyimpanan semen
Umur semen pada waktu dilever dilapangan tidak boleh lebih dari 2 (buah) bulan
dan semen harus dipakai dalam waktu 3 bulan setelah datang di Site (lokasi
pekerjaan).

Semen harus diangkut ke Site dalam kendaraan yang tertutup, terlindung dengan baik
terhadap cuaca dan harus disimpan dengan baik didalam gudang-gudang yang
mempunyai cukup ventilasi, tahan terhadap cuaca dan tahan air untuk mencegah
kerusakan karena lembab. Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu setinggi
paling sedikit 30 cm diatas tanah dan diberi ventilasi.

Setiap pengiriman semen harus dipisah-pisahkan agar dapat dengan mudah


diidentifikasi, diperiksa, ditest dan dicatat tanggal pengeluarannya. Semen yang
disimpan dalam kantong/zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 12 zak. Semen
yang didatangkan di Site harus segera ditempatkan didalam gudang-gudang tersebut
diatas dan dipakai pada pelaksanaan sesuai urutan datangnya. Penggunaan semen
dalam jumlah yang besar tidak dilarang. Biar bagaimanapun juga, pengangkutan,
penyimpanan dan penggunaan harus mendapat persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Kontraktor harus menyampaikan laporan mingguan kepada Direksi/ Engineer/
Pengawas mengenai pengiriman semen, penyim-panannya dan menjelaskan berapa
banyaknya yang diterima dan dikeluarkan selama minggu tersebut, dari
siapa/darimana dibeli dan dibagian-bagian pekerjaan apa saja semen telah
dipergunakan.

5. AGREGAT UNTUK BETON


5.1. U m u m
Agregat untuk beton harus diambil dari sumber-sumber yang disetujui dan
memenuhi syarat-syarat dalam NI atau BS 882, 2201, Part 2, atau standard lain
yang disetujui Direksi/ Engineer/Pengawas. Apabila agregat dari sumber yang telah
disetujui ternyata menyimpang dari contoh-contoh yang telah disetujui dan tidak
memenuhi syarat tersebut di atas, maka sumber ini dapat ditolak. Suatu jumlah
stock agregat yang telah disetujui Direksi harus selalu ada dilapangan untuk
memungkinkan pembuatan beton secara kontinu untuk suatu jangka waktu 2
minggu tanpa terhenti.

5.2. Agregat kasar

Agregat kasar terdiri dari kerikil pecah yang telah disetujui atau pecahan batuan
dengan ukuran butir maximum tidak melebihi yang dipersyaratkan. Untuk seluruh
pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan
dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm - 5 mm, 20 mm - 5
mm ukuran nominal atau syarat dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1002 sieve).Apabila dari
analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempe-ngaruhi kerapatan beton, Direksi dapat memberi petunjuk kepada
Kontraktor untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Direksi setelah dilakukan
pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih
dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah
untuk mendapat ukuran yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui.
Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau
dikehendaki Direksi harus dicuci secara seksama.

5.3. Agregat halus

Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan harus
mempunyai gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan
menghasilkan beton dengan kerapatan maximum. Gradasi dari agregat halus harus
masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198 - 1200 atau dalam N I atau
dalam tabel berikut ini dari JIS. Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS
A 1102 sieve) Ukuran saringan (mm).Pasir dari pecahan batu dapat
ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang
memenuhi syarat.Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan
Direksi.

5.4. Pengambilan contoh dan testing untuk agregat

Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat untuk mengambil
contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dilakukan testing menurut
cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102 atau N I.

Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai
test lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk
dipakai.Semua biaya yang dikeluar-kan untuk dipenuhinya persyaratan ini
menjadi tanggungan Kontraktor.
5.5. Penyimpanan agregat

Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai
papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi
agregat tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan
menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahan-
bahan pencemar lainnya.

Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui
lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas.

6 AIR
Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari zat-
zat organik atau inorganic yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat
mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber
lain harus mendapat persetujuan Direksi.
Hanya air dengan kwalitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan
beton, penyemprotan dan membasahi acuan (form work) atau pengeringan beton.
Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau penyimpanan yang
cukup dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton dan menyemprot dan
membasahi acuan.
Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam di lokasi Proyek/Satuan
Kerja. Apabila Kontraktor menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya pengadaan,
pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya lain-lainnya untuk memperoleh air ini,
seluruh biayanya harus ditanggung Kontraktor sendiri.

7 BATU PASANG
Batu Pasang yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus dari kwalitas terbaik. Batu
harus keras, tahan lama, liat, tahan terhadap goresan dan cuaca, serta bebas dari tanah
atau sampah-sampah lain. Batu pecah tidak boleh mengandung lempung, bagian-bagian
yang pipih atau pancang atau cadas yang lapuk.
Batu untuk keperluan talud pelindung lereng harus mempunyai berat per unit sesuai
dengan yang tertera pada gambar rencana dan merupakan batu pecah/belah dan bukan
batu dengan bentuk bulat dan memiliki paling sedikit 3 bidang muka.
Sumber tempat pengambilan batu harus disetujui oleh Direksi/Engineer.
Pemborong harus mengatur sedemikian rupa sehingga persediaan batu yang disyaratkan
untuk pekerjaan dapat terjamin.

8. MATERIAL TIMBUNAN
Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-
bahan batuan yang digali dan disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan yang memenuhi
syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen.

Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan tanah liat
yang sangat plastis, diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau sebagai
CH pada Unified or Cassagrande Soil Classification System. Dimana penggunaan tanah-
tanah plastis berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara layak, maka bahan-bahan
tersebut hanya akan digunakan di bagian dasar timbunan atau dalam urugan kembali
yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tidak ada tanah
plastis berkadar tinggi yang akan digunakan sama sekali pada lapisan bahan-bahan 400
mm di bawah setiap tanah dasar perkerasan atau bahu jalan. Sebagai tambahan, maka
timbunan dalam daerah ini bilamana diuji sesuai dengan AASHTO T 193 harus
mempunyai suatu nilai CBR tidak kurang dari pada 6 % setelah terendam empat hari bila
dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagaimana ditentukan sesuai
AASHTO T99.

Tanah yang mempunyai sifat mengembang (meretak) sangat tinggi yang mempunyai
suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,25 atau suatu derajat pengembangan yang
digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas (PI) (AASHTO T90) Presentase Ukurang Tanah Liat (AASHTO T88).
Timbunan dengan bahan-bahan terpilih

Timbunan hanya akan digolongkan sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih jika
digunakan pada lokasi atau untuk tujuan timbunan dengan bahan-bahan terpilih telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas. Semua timbunan lainnya yang
digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa atau drainase porous.

Timbunan yang diklasifikasi sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri
dari bahan-bahan tanah atau batuan yang memenuhi semua persyaratan bahan diatas
untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu lainnya yang
disyaratkan, tergantung pada penggunaannya yang dimaksudkan, sebagaimana diarahkan
atau disetujui oleh Pengawas.

Dalam semua hal, maka semua timbunan dengan bahan-bahan terpilih, bila diuji dengan
AASHTO T193 harus mempunyai suatu nilai CBR sekurang-kurangnya 10 % setelah 4
hari direndam bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagai mana
ditentukan sesuai dengan AASHTO T99.

Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir tidak dapat
dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atau
kerikil atau bahan-bahan butiran bersih lainnya dengan suatu indeks plastisitas
maksimum 6%.

Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau lereng atau dalam situasi lainnya
dimana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan normal, maka
timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil
berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki
plastisitas rendah.

Jenis bahan-bahan yang dipilih dan disetujui oleh Direksi akan tergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun atau pada tekanan tanah yang
harus dipikul.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS )

PASAL 24
PEKERJAAN PERSIAPAN
Meliputi pekerjaan:
 Pengukuran dan pemasangan bouwplank
 Pekerjaan Pembersihan awal dan akhir lokasi pekerjaan
 Membuat papan nama proyek
 Menyiapkan system SMK3

PASAL 25
PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNAN (BOUPLANK)

Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah


1. Kayu Klas II ukuran 5/7 dan 2/20.

2. Cat warna merah.


 Papan bangunan ukuran 2/20, diketam rata permukaan atasnya, dipasang rata
air (level) setinggi duga lantai (+ 0.00) berjarak 2m kearah luar as kolo m
bangunan.
 Tiang-tiang papan bangunan ukuran 5/7, dipasang kokoh maksimal setiap jarak 2m.
 Semua titik as kolom pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat dan
paku.
 Papan bangunan harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi
mencapai pengecoran kolom gedung.

PASAL 26
PEKERJAAN GALIAN TANAH
1. Seluruh pekerjaan galian dilakukan sampai pada kedalaman sesuai dengan gambar
rancangan pelaksanaan.

2. Lubang galian harus dibuat yang cukup guna memperoleh ruang kerja yang cukup
dan kemiringan sisi-sisinya tidak mudah longsor.

3. Tanah bekas galian diletakkan pada sisi-sisi galian sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan galian dan tanah bekas galian tidak dapat longsor
ke dalam galian.

4. Pekerjaan pengurugan kembali dilaksanakan setelah pekerjaan galian dan


konstruksi yang memerlukannya selesai dikerjakan.
5. Urugan sirtu kembali, hendaknya dipadatkan kembali dengan menggunakan mesin
pemadat (Compactor).

PASAL 27
URUGAN TANAH
1. Urugan tanah yang akan dilaksanakan yaitu urugan tanah untuk perataan site, urugan tanah
dibawah lantai, (sesuai Gambar Rencana/Gambar Kerja).
2. Urugan tanah harus menggunakan tanah urug yang baik dan harus dipadatkan dengan
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.
Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Penyiapan Lapangan
 Sebelum menempatkan urugan diatas suatu lapangan, semua operasi pemotongan
dan pembersihan termasuk pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran
akar-akar harus disesuaikan sesuai dengan spesifikasi, daan semua bahan-bahan
yang tidak cocok harus dibuang dari batangan tersebut seperti diperintahkan Direksi
Teknik.
 Bilamana tingginya timbunan adalah satu meter atau kurang, tempat pondasi
timbunan harus dipadatkan secara menyeluruh (termasuk membuat lepas-lepas,
mengeringkan atau membasahi jika diperlukan) sampai bagian puncak tanah setebal
15 cm, memenuhi persyaratan kepadatan yang ditetepkan untuk urugan yang
ditetepkan disana.
b. Penimbunan Urugan
 Urugan harus disisipkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan dalam
lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan padat 20 cm.
 Urugan tanah harus diangkat secara langsung dari daerah galian bahan ketempat
yang sudah disiapkan dan dihampar (dalam cuaca kering). Penumpukan tanah pada
umumnya tidak diizinkan, khususnya selama musim hujan.
c. Pemadatan urugan
 Segera setelah pemadatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan tanah harus
dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan memadai
sampai disetujui dan diterima oleh Direksi Teknik.
 Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk
ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan
pemadatan yang sama.
PASAL 28
URUGAN PASIR

1. Urugan Pasir yang akan dilaksanakan yaitu urugan pasir dibawah lantai serta urugan pasir
dibawah pondasi (sesuai gambar rencana/gambar kerja).
2. Urugan pasir harus menggunakan pasir urug yang baik dan harus dipadatkan dengan
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.

PASAL 29
PEKERJAAN BETON BERTULANG
A. UMUM

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang termasuk meliputi :
a. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi
dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja
tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada
hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau
sebagaimana diperlukannya.
b. Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-
selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada
pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), ASTM dan
ACI.
c. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis
besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam
gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau Direksi Lapangan guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana.
d. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan
pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan
memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PBI 1971. Dalam hal ini
Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum fabrikasi
dilakukan.
e. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang
berlangsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-batang
dowel ditanamkan di dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau
seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk
dinding blok beton.
f. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua desain
campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari
bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump,
yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan
akan menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor berkewajiban
mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.
g. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
- semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
- pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
- mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton
- koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
- sparing dalam beton untuk instalasi M/E
- penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding bata
dengan kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat beton
struktural seperti yang ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.
2. Referensi dan Standar-Standar
Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau
diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut
ini :
a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia - 1971
b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
c. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate
Conc. for Structural and Mass Concrete, Part 2
ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2
e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building
i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1
ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
j. ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by
the Pressure Method
l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
m. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in
the Field
o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
p. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds for
Curing Concrete
q. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork
Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction
r. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for
Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and
Resilient Bituminous Types)
s. SII Standard Industri Indonesia
t. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
u. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement.
v. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars,
Grade 40, for stirrups and ties.
w. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.
3. Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Direksi
Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan
segera sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada
pekerjaan kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh Kontraktor
kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jadwal
pelaksanaan pekerjaan beton.
b. Data dari pabrik/sertifikat
Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum pengiriman;
Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada Direksi Lapangan sedikitnya 5 hari kerja
sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan laboratorium, baik hasil percobaan bahan
maupun hasil percobaan campuran (Mix Design dan Trial Mix) yang diperuntukan
proyek ini.
c. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar
pelaksanaan dan mendapat persetujuan Direksi Lapangan sebelum memulai
pengecoran.
4. Percobaan Bahan dan Campuran Beton
a. Umum
Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk
test berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi
untuk menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang
diperlukan.
b. Semen : berat jenis semen
c. Agregat :
Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan, kelembaban
dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus dari
agregat halus.
d. Adukan/campuran beton
 Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing
untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil
pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui
oleh Direksi Lapangan.
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3
minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai
dengan mutu standard PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix
harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan,
merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
 Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap
agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana
proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
 Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan
dari berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai
faktor air-semen yang berbeda-beda.
 Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder
beton diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304,
ASTM C 94-98.
 Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan
pada hari yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili
suatu volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum
(diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari beton
yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali
bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
 Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau
21 dan 28 hari.
 Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila digunakan
metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka
pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari
hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang
akan dilaksanakan.
 Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metoda uji bahan yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
 Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan
dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan
pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
e. Pengujian slump
 Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama sekali tidak
diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali ditentukan lain oleh
Direksi Lapangan.
 "Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir
yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan
kontrak adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari
beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat
batas slump.
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan
pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.
 Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi
normal :

Slump pada (cm)

Konstruksi Beton Maksimu Minimu


m m

Dinding, pelat fondasi dan fondasi 12.50 10.00


telapak bertulang.

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison 9.00 7.50


dan konstruksi di bawah tanah.

Pelat, balok, kolom dan dinding. 15.00 12.50

Pembetonan massal. 7.50 7.50

Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan sampai
maksimum 1,5 cm.
f. Percobaan tambahan
 Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan
percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan
membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila
beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
 Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut,
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
hari setelah pengujian dilakukan.

B. BAHAN-BAHAN/PRODUK
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan Indonesia.
1. Semen
a. Mutu semen
 Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-
0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan
tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh
dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh
Direksi Lapangan.
 Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran.
 Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1).
b. Penyimpanan Semen
 Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari
tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik
terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai
dengan urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh
digunakan untuk pekerjaan.
 Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
 Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.
 Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
 "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui
untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama
pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan.
2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
"Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka
harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras,
bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat
halus harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 %
berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar
butir lebih dari 5 mm sesuai PBI 71 bab 3.4.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-
butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal,
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang
diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila
kadar lumpur melalui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4
mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas
dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff
dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung
dari pengotoran bahan-bahan lain.
3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada labora-
torium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
4. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)
Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container.
Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam
admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipakai.
5. Mutu dan Konsistensi dari Beton
Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm x 300 mm umur 28 hari, kecuali
ditentukan lain, harus seperti berikut :
Semua pelat, balok, pile-cap dan dinding basement : K-200
Semua kolom dan dinding beton : K-200
Untuk semua beton non-struktural seperti lantai kerja dan sebagainya : Beton K-100
C. PELAKSANAAN BETON READY-MIXED
1. Umum
a. Kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan, semua beton haruslah beton ready-
mixed yang didapatkan dari sumber yang disetujui Direksi Lapangan, dengan
takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi
persyaratan di dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.
b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai
dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan
di laboratorium.
c. Pemeriksaan.
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat
pengantaran contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah dan
semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus
diperiksa oleh Direksi Lapangan sebelum pengadukan beton.
d. Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan
dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan
perlengkapan/penyelesaian pekerjaan. Jangan memproses sampai keadaan
perbaikan memuaskan. Jangan memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan,
adukan beton dan contoh-contoh benda uji disetujui oleh Direksi Lapangan.
Lagipula, jangan memulai pekerjaan beton sampai semua penyerahan disetujui
oleh Direksi Lapangan.
e. Adukan Beton dan Kekuatan.
Adukan beton harus didesain dan disesuaikan dengan pemeriksaan laboratorium
oleh kontraktor dan harus diperiksa teratur oleh kedua pihak, kontraktor dan
pemasok beton ready-mix. Kekuatan tercantum adalah kekuatan yang diijinkan
minimum dan hasil dari hasil test oleh percobaan laboratorium adalah dasar dari
yang diijinkan.
f. Temperatur Beton Ready-Mix.
Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak
melampaui 38 oC.
g. Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus
sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih
bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terpisah. Dalam
pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63 dilakukan hanya
oleh teknisi in-charge dengan persetujuan Direksi Lapangan sebelumnya.
h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan
pengukur air yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah
semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di
kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam
atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas
waktu tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan
retarder yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump
beton maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan Direksi
Lapangan dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi
kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke
dalam adukan beton dalam kondisi tersebut.
l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI
309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat
mungkin penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator (engine/electric).

2. Pengecoran dan Pemadatan Beton


1. Persiapan
1) Kontraktor harus menyiapkan jadwal pengecoran dan menyerahan kepada
Direksi Lapangan untuk disetujui paling lambat 1 (satu) minggu sebelum
memulai kegiatan pengecoran.
2) Sebelum pengecoran beton, bersihkan benar-benar cetakannya, semprot
dengan air dan kencangkan. Sebelum pengecoran, semua cetakan, tulangan
beton, dan benda-benda yang ditanamkan atau di cor harus telah diperiksa
dan disetujui oleh Direksi Lapangan.
Permohonan untuk pemeriksaan harus diserahkan kepada Direksi Lapangan
setidak-tidaknya 24 jam sebelum beton di cor. Kelebihan air, pengeras beton,
puing, butir-butir lepasan dan benda-benda asing lain harus disingkirkan dari
bagian dalam cetakan dan dari permukaan dalam dari pengaduk serta
perlengkapan pengangkutan.
3) Galian harus dibentuk sedemikian sehingga daerah yang langsung di
sekeliling struktur dapat efektif dan menerus dicor.
Seluruh galian harus dijaga bebas dari rembesan, luapan dan genangan air
sepanjang waktu, baik di titik sumur, pompa, drainase ataupun segala
perlengkapan dari kontraktor yang berhubungan dengan listrik untuk
pengadaan bagi maksud penyempurnaan.
Dalam segala hal, beton tidak boleh ditimbun di galian manapun, kecuali bila
galian tertentu telah bebas air dan lumpur.
4) Penulangan harus sudah terjamin dan diperiksa serta disetujui. Logam-logam
yang ditanam harus bebas dari adukan lama, minyak, karat besi dan
pergerakan lain ataupun lapisan yang dapat mengurangi rekatan. Kereta
pengangkut adukan beton yang beroda tidak boleh dijalankan melalui
tulangan ataupun disandarkan pada tulangan. Pada lokasi dimana beton baru
ditempelkan ke pekerjaan beton lama, buat lubang pada beton lama,
masukkan pantek baja, dan kemas cairan tanpa adukan nonshrink.
5) Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak,
basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan
menjaga pelaksanaan beton.
6) Penutup Beton. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus sesuai
dengan persyaratan SKSNI 1991.
7) Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton,
untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk
blok-blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak
minimum 8 buah setiap meter cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan
jarak tersebut harus tersebar merata.

2. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI Committe
304 dan ASTM C94-98.
1) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan (segregasi).
2) Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah
dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring
hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Direksi Lapangan. Dalam hal
ini, Direksi Lapangan mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi,
kemiringan dan panjang talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
3) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara
mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu
yang ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.

3. Pengecoran
1) Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee 304,
ASTMC 94-98.
2) Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
3) Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak
disebutkan lain atau disetujui Direksi Lapangan.
4) Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari
1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong
pipa cor ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian
sehingga pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari
ketebalan 30 cm dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak
terjadi segregasi/pemisahan bahan-bahan.
5) Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur.
6) Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa
tetap mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi
ke posisi lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah
diaduk.
7) Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di luar
ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang tertunda
ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus membuat
usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Lapangan paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di mulai.

4. Pemadatan beton
1.) Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat
penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan
sarang-sarang kerikil.
2.) Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type
"immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil
dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180
mm, semua dengan amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang
memadai.
3.) Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
4.) Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
 Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-
kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai
45oC.
 Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
 Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
 Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung dengan
itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan
baik.
 Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum
ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
 Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-
daerah pengaruhnya saling menutupi.

5. Penghentian/Kemacetan Pekerjaan
Penghentian pengecoran hanya bilamana dan padamana diijinkan oleh Direksi
Lapangan.
Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton basah
bila pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.

6. Siar Pelaksanaan
a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus
direncanakan sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya
lainnya.
Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam gambar-
gambar rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh
Direksi Lapangan. Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada
yang ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi
Lapangan.
b. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus
ada waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari
kolom untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-
kepala kolom harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor
secara monolit dengan itu.
c. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di
tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak
berkurang. Apabila pada balok ditengah-tengah bentangnya terdapat
pertemuan atau persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan
ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu.
d. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran dan serpihan beton yang rapuh.
e. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus
cukup lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan.

7. Perawatan Beton
a. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6.
dan ACI 301-89.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
c. Masa Perawatan dan Cara Perawatan.
1. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu
jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus
dipertahankan tidak melebihi 38 oC.
2. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut
pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-
karung basah atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu
pengerasan dapat di pakai tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Lapangan.
d. Bahan Campuran Perawatan.
Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-75.

8. Toleransi pelaksanaan.
Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada cetakan
Bab 1; PBI-'71; ACI-301 dan ACI-347.
a. Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai.
1. Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman kemiringan
pelat lantai untuk mengadakan pengaliran positif dari daerah yang
ditunjuk. Perawatan khusus harus dilakukan agar halus, meskipun
sambungan diadakan di antara pengecoran yang dilakukan terus
menerus, jangan memakai semen kering, pasir atau campuran dari
semen dan pasir untuk beton kering.
2. Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang akan
diberi karpet harus 7.0 mm dari 3 m dengan maksimum variasi tinggi
dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
3. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 7.0
mm dalam 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi
tidak kurang dari 6 m.
4. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar
mengatur keramik, batu, bata, ubin lain dan "pavers" (mesin lapis jalan
beton), harus 10 mm dalam 1 m.

9. Penyelesaian dari Pelat (Finished Slab)


Pindahkan atau perbaiki, semua pelat yang tidak memenuhi peraturan ini seperti
yang dicantumkan. Kemiringan lantai beton untuk pengaliran seperti tercantum.
Apabila pelat gagal mengalir, alihkan aliran dari bagian lantai yang salah lalu
akhiri lagi dengan lapisan atas sehingga kemiringan pengaliran sesuai dengan
gambar.
Permohonan toleransi pelaksanaan dalam pengecoran beton harus tidak
mengecualikan kegagalan terhadap pemenuhan syarat-syarat ini.
Buat kesempatan untuk lendutan dari sistem lantai, pelat atau balok untuk
mengadakan pengaliran dari aliran.

10. Cacat pada Beton (Defective Work)


Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Lapangan
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut :
1. Konstruksi beton yang keropos (honey-comb)
2. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
4. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain.
5. Ataupun semua konstruksi beton yang tidak memenuhi seperti yang
tercantum dalam dokumen kontrak .
6. Atau yang menurut pendapat Direksi Lapangan pada suatu pekerjaan akhir,
atau dapat mengenai bahannya atau pekerjaannya pada bagian manapun dari
suatu pekerjaan, tidak memenuhi pernyataan dari spesifikasi.
7. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus
dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi Lapangan dan
konsultan menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat
yang ditimbulkan tersebut. Untuk itu Kontraktor harus mengajukan usulan-
usulan perbaikan yang kemudian akan diteliti/diperiksa dan disetujui bila
perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.
8. Perluasan dari pekerjaan yang akan dibongkar dan metoda yang akan
dipakai dalam pekerjaan pengganti harus sesuai dengan pengarahan dari
Direksi Lapangan.
Dalam hal pembongkaran dan perbaikan pekerjaan beton harus dilaksanakan
dengan memuaskan.
9. Semua pekerjaan bongkaran dan penggantian dari pekerjaan cacat pada
beton dan semua biaya dan kenaikan biaya dari pembongkaran atau
penggantian harus ditanggung sebagai pengeluaran Kontraktor.
10. Retak-retak pada pekerjaan beton harus diperbaiki sesuai dengan instruksi
Direksi Lapangan.
11. Dalam hal terjadi beton keropos atau retak yang bukan struktur (karena
penyusutan dan sebagainya) atau cacat beton lain yang nyata pada
pembongkaran cetakan, Direksi Lapangan harus diberitahu secepatnya, dan
tidak boleh diplester atau ditambal kecuali diperintahkan oleh Direksi
Lapangan. Pengisian/injeksi dengan air semen harus diadakan dengan
perincian atau metoda yang paling memadai/cocok.

11. Perlindungan dari Kerusakan Akibat Cuaca (Weather Injury)


a. Selama pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton dingin sebelum dicampur (memakai
es sampai air dingin), agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam
batasan yang disyaratkan. Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk
menambah campuran air.

b. Selama pengecoran dan pemeliharaan.


1. Umum
Adakan pemeliharaan penutup selama pengecoran dan perawatan dari
beton untuk melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari.
2. Dalam Cuaca Panas
Adakan dan pelihara keteduhan, penyemprotan kabut, ataupun
membasahi permukaan dari warna terang/muda, selama pengecoran dan
pemeliharaan beton untuk melindungi beton dari kerugian/kehilangan
bahan terhadap panas, matahari atau angin yang berlebihan.
3. Kelebihan Perubahan Suhu
Lindungi beton sedemikian sehingga terjamin perubahan suhu yang
seragam di dalam beton, tidak lebih dari 3 oC dalam setiap jamnya.
4. Perlindungan Bahan-bahan
Peliharalah bahan-bahan dan peralatan yang memadai untuk
perlindungan di lapangan dan siap untuk digunakan.

12. Pekerjaan Penyambungan Beton


a. Beton lama harus dikasarkan dan dibersihkan benar-benar dengan
semprotan udara bertekanan (compressed air) atau sejenisnya.
b. Kurang lebih 10 menit sebelum beton baru dicor, permukaan dari beton
lama yang sudah dibersihkan, harus dilapisi dengan bonding-agent kental
dengan kuas ex SIKA, Fosroc atau setara.
c. Untuk struktur pelat kedap air, permukaan dari pelat beton lama harus
dilapisi dengan bahan perekat beton polyvinyil acrylic (polyvinyl acrylic
concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
d. Untuk struktur balok kedap air, permukaan dari balok beton lama harus
dilapisi dengan bahan perekat beton epoxy dengan bahan dasar semen
(epoxy cement base concrete bonding agent) seperti disetujui oleh Direksi
Lapangan.
e. Pengecoran beton baru sesegera mungkin sebelum campuran air dan semen
murni atau bahan perekat beton yang dilapiskan pada permukaan beton lama
mengering.

13. Penyelesaian Struktur Beton (Concrete Structure Finishes)


Adakan variasi penyelesaian struktur beton keseluruhan pembetonan seperti
terlihat pada gambar dan perincian disini.
a. Penyelesaian Beton Exposed (Finish of Exposed Concrete)
1. Semua permukaan-permukaan beton cor/tuang (all cast in place concrete
surfaces) yang tampak pada penyelesaian struktur, baik dicat maupun
tidak dicat kecuali untuk permukaan kasar yang diselesaikan dengan
permukaan disemprot pasir dengan tekanan harus mempunyai
penyelesaian halus.
Buatlah permukaan halus, seragam dan bebas dari tambalan-tambalan,
sirip-sirip, tonjolan-tonjolan, baik tonjolan keluar maupun akibat
pemasangan paku, tepian dari serat tanda (edge grain marks), bersihkan
cekungan-cekungan dan daerah permukaan celah semua ukuran (clean
out pockets, and areas of surface voids of any size)".
2. Semua pengikat-pengikat dari logam, termasuk yang dari spreaders,
harus dipotong kembali dan lubang-lubang dirapikan. Semua tambalan
bila diijinkan (pengisian dari cetakan yang diikat dengan tekanan) harus
diselesaikan sedemikian untuk dapat melengkapi dalam perbedaan pada
penyelesaian beton.
Tambalan pada suatu pekerjaan beton textured concrete work harus
diselesaikan dengan tangan untuk mencapai permukaan yang diperlukan.
b. Penyelesaian Beton Terlindung (Finish of Concealed Concrete)
1. Permukaan beton terlindung harus termasuk beton yang diberi lapisan
termasuk lapisan arsitektur, kecuali cat atau bahan lapisan yang fleksibel
dan terlindung dari tampak pada penyelesaian struktur.
2. Beton terlindung dan beton unexposed perlu ditambal dan diperbaiki
dari keropos dan kerusakan-kerusakan permukaan sebagaimana
semestinya sebelum ditutup permukaannya.
c. Penambalan Beton
Siapkan bahan campuran (mortar) untuk penambahan beton yang terdiri dari
1 (satu) bagian semen (yang diatur dengan semen putih atau tambahan
bahan pewarna bila diijinkan untuk menyesuaikan dengan warna
disekitarnya) dengan 2 1/2 (dua setengah) bagian pasir dengan air
secukupnya untuk mendapatkan adukan yang diperlukan.
Siapkan campuran percobaan (trial mixes) untuk menentukan mutu yang
sebenarnya. Siapkan panel-panel contoh (30 cm persegi) dan biarkan sampai
berumur 14 hari sebelum keputusan akhir dibuat dan penambalan
dikerjakan.
Olah lagi adukan seperti diatas sampai mencapai kekentalan yang tertinggi
yang diijinkan untuk pengecoran. Sikat bagian yang akan ditambah dengan
bahan perekat yang terdiri dari pasta campuran air dan semen murni serta
tambalkan adukan bila bahan perekat masih basah.
Hentikan penambalan sedikit lebih luas di sekeliling bagian yang ditambal,
biarkan untuk kira-kira satu sampai dua jam untuk memberi kesempatan
terhadap penyusutan dan penyesuaian penyelesaian (finish flush) dengan
permukaan sekelilingnya.

14. Penyelesaian dari Beton Pelat (Concrete Slab Finishes)


1) Semua penyelesaian dari lantai harus diselesaikan sampai kemiringan yang
benar sesuai dengan kemiringan untuk pengaliran.
2) Beton yang ditandai untuk mempunyai penyelesaian akhir dengan memakai
merek lain, harus bebas dari segala minyak, karet ataupun lainnya yang
dapat menyebabkan terjadinya lekatan pada penyelesaian.
3) Pemeliharaan dari penyelesaian beton harus dimulai sedini mungkin setelah
selesai pengerjaan.
1. Penyelesaian Menyatu (Monolith Finish)
 Penyelesaian yang monolit harus diadakan untuk lantai beton
expose, dimana permukaan agregat dikehendaki.
 Penyelesaian lantai beton yang monolit harus mencapai level dan
kemiringan yang tepat yang dapat dilakukan dengan atau tanpa
screed dengan power floating yang dilakukan secara merata.
Permukaan harus dapat bertahan sampai semua air permukaan
menghilang dan beton telah mengeras serta bekerja. Permukaan yang
diperbolehkan harus ditrowel dengan besi untuk mencapai
permukaan yang halus.
 Apabila permukaan menjadi keras, harus ditrowel dengan besi untuk
kedua kalinya untuk mendapatkan kekerasan, kehalusan tapi tidak
berlapis, padat, bebas dari segala tanda-tanda/bekas trowel dan
kerusakan-kerusakan lain.

2. Perkerasan Beton (Concrete Hardener)


Untuk keperluan pelat lantai beton expose dengan beban berat,
perkerasan beton harus diadakan dengan kepadatan sebagai berikut :
 Lantai parkir/sirkulasi lalu lintas normal, kepadatan sedang 5
kg/m2.
 Ruang M/E : kepadatan normal 3 kg/m2.
 Loading dock/sirkulasi lalu lintas berat, kepadatan berat 7 kg/m2.

15. Lapisan Penutup Lantai yang Dikerjakan Kemudian (Separate Floor


Toppings)
a. Sebelum pengecoran, kasarkan permukaan dasar dari beton dan singkirkan
benda-benda asing, semprot dan bersihkan.
b. Letakan penyekat, tepian-tepian, penulangan dan hal-hal lain yang akan
ditanam/dicor.
c. Berikan bahan perekat pada permukaan dasar sesuai dengan petunjuk.
Gunakan lapisan pasir dan semen pada lapisan dasar secepatnya sebelum
mengecor lapisan penutup (topping).
d. Pengecoran penutup lantai beton harus memenuhi level dan kemiringan
yang dikehendaki.
e. Pada lantai parkir, lantai atap, perkerasan lantai harus diadakan seperti
diperinci pada : 4.3.13.c.2.

16. Beton Massa (Mass Concrete)


a. Secara umum harus sesuai dengan ACI 207.1R-87, ACI 207.2R-90 dan ACI
207.3R-79 Revised 1985.
b. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus menentukan metoda dari
perbandingan, cara pengadukan, pengangkutan, pengecoran serta
pengontrolan temperatur dan cara perawatan, yang harus diserahkan kepada
Direksi Lapangan untuk mendapatkan persetujuan.
c. Bahan-bahan.
1. Semen
Semen haruslah semen ordinary, moderate-heat atau semen portland
yang tahan terhadap sulfat.
2. Agregat
Ukuran maksimum dari agregat kasar harus seperti telah diperinci
sebelumnya. Kecuali dinyatakan lain pada catatan, agregat harus
mengikuti ketentuan tentang bentuk dan ukuran dari potongan melintang
serta jarak bersih dari tulangan-tulangan beton, dan seperti disetujui oleh
Direksi Lapangan.
3. Bahan Tambahan (Admixture) Pozzolanic
Bahan tambahan (admixtures) Pozzolanic harus seperti diuraikan pada
ASTM C 618 (Specification for Fly Ash and Raw or Calcined Natural
Pozzolan for Use as a Mineral Admixture in Portland Cement Concrete).
4. Bahan Tambahan untuk Permukaan (Surface-active Agent)
Bahan tambahan untuk permukaan harus memenuhi spesifikasi khusus.
Kecuali yang tercantum dalam catatan, suatu retarder type air entraining
dan bahan "pereduce" air (water reducing agent) atau harus digunakan
retarder type water reducing agent. Bagaimanapun, bahan tambahan
apapun yang akan dipakai, boleh dipakai bila dengan persetujuan/ijin
dari Direksi Lapangan.
5. Bahan-bahan untuk campuran beton yang akan dipakai haruslah dari
bahan yang mempunyai suhu serendah mungkin.
d. Proporsi/Perbandingan Campuran.
1. Perbandingan campuran harus ditetapkan untuk meminimumkan jumlah
semen tehadap campuran dalam batasan dari mutu beton yang
dikehendaki/diminta dan harus distujui oleh Direksi Lapangan.
2. Slump untuk beton massa tidak boleh lebih dari 12 cm.
3. Bila penentuan perbandingan campuran berdasarkan umur beton 28
hari, maka umur beton juga perlu diperinci. Dalam hal ini desain
perbandingan campuran harus ditentukan sesuai dengan metoda yang
telah diperinci atau disetujui oleh Direksi Lapangan.
e. Penulangan
1. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari bentuk
tulangan tidak berubah selama pengecoran.
2. Peraturan lain tentang penulangan harus sesuai dengan bab ini pasal C.4.
tentang pembesian.
f. Pengecoran dan Pemeliharaan Temperatur
1. Sesudah beton dicor, permukaan harus dibasahi serta dilindungi
terhadap pengaruh langsung dari sinar matahari, pengeringan yang
mendadak dan lain-lain.
2. Untuk mengetahui kenaikan temperatur beton serta pemeriksaan dalam
proses perawatan beton maka temperatur permukaan dan temperatur di
dalam beton harus diukur bilamana perlu setelah pengecoran beton
dilaksanakan.
3. Apabila temperatur di bagian dalam beton mulai meningkat maka
perawatan beton harus sedemikian sehingga tidak mempercepat
kenaikan temperatur tersebut. Perhatian dicurahkan agar temperatur
pada permukaan beton menjadi tidak terlalu rendah dibandingkan
dengan temperatur di dalam beton.
4. Setelah temperatur di dalam beton mencapai maksimum, maka
permukaan beton harus ditutupi dengan kanvas atau bahan penyekat
lainnya untuk mempertahankan panas sedemikian rupa sehingga bagian
dalam dan luar beton atau penurunan temperatur yang mendadak di
bagian dalam beton. Selanjutnya sesudah bahan penutup tersebut diatas
dibuka permukaan tetap harus dilindungi terhadap pengeringan yang
mendadak.
5. Campuran beton yang direncanakan utuk adukan beton yang dibuat
harus berdasarkan pada kekuatan beton umur 28 hari.
6. Bila campuran beton yang direncanakan tersebut sudah dibuat maka
perkiraan kekuatan tekan beton dalam struktur harus dilaksanakan sesuai
dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai instruksi Direksi
Lapangan.
7. Cara perawatan dari benda uji untuk pengujian kekuatan tekan beton
guna dapat menetukan waktu yang sesuai untuk pembongkaran cetakan
beton sesuai dengan persyaratan khusus untuk itu atau sesuai
persetujuan Direksi Lapangan.

17. Perlindungan Terhadap Mekanik dan Kerusakan pada Masa Pelaksanaan


(Protection from Mechanical and Construction Injury).
Selama masa pemeliharaan, beton harus dilindungi dari kerusakan akibat
mekanik, tegangan-tegangan akibat beban utama, kejutan besar (heavy shock)
dan getaran yang berlebihan.
 Percobaan Beton
a. Gudang/Tempat Penyimpanan Contoh Benda Uji.
Gudang penyimpanan yang terjamin atau ruangan harus disediakan oleh
"kontraktor" untuk menyimpan benda-benda uji silinder beton, selama
pemeliharaan. Gudang harus mempunyai ruang yang cukup untuk
menampung semua fasilitas yang diperlukan dan semua benda uji kubus
yang dimaksudkan. Kontraktor harus menyerahkan detail dari gudang
kepada Direksi Lapangan untuk persetujuan. Gudang harus dilengkapi
dengan pintu yang kuat dan kunci yang bermutu baik. Direksi Lapangan
berhak untuk langsung meninjau ruang/gudang penyimpanan contoh
benda uji silinder tersebut.
b. Percobaan Laboratorium.
Contoh-contoh untuk test kekuatan harus diambil sesuai dengan PBI-71
NI-2, ASTM C-172, ASTM C-31.
c. Penyelidikan dari Hasil Percobaan dengan Kekuatan Rendah.
Apabila mutu benda uji berdasarkan hasiil percobaan kekuatan kubus
ternyata lebih rendah dari yang disyaratkan, maka harus dilakukan
percobaan-percobaan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Hammer test, percobaan palu beton, harus sesuai dengan ASTM C-
805-79. Apabila hasil dari percobaan ini masih lebih rendah dari
yang disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di
bawah ini.
2. Drilled Core Test, harus sesuai dengan ASTM C42-94. Apabila hasil
dari percobaan drilled core ini masih lebih rendah dari yang
disyaratkan, maka harus dilakukan percobaan tahap berikut di bawah
ini.
3. Loading Test/percobaan pembebanan harus sesuai dengan PBI-71
dan ACI-318-99. Apabila hasil dari percobaan pembebanan ini
masih lebih rendah dari yang disyaratkan, maka beton dinyatakan
tidak layak dipakai.

 Penyimpangan Maksimum dari Pekerjaan Struktur yang Diijinkan


Kecuali ditentukan lain, secara umum harus sesuai dengan ACI-301
(Specification for Structural Concrete for Building). Apabila didapati
beberapa toleransi yang dapat dipakai bersamaan, maka harus
diambil/dipakai adalah yang terhebat/terkeras.

 Lain-lain
Grouting dan Drypacking
a. Grout/Penyuntikan Air Semen.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat
mengalir dengan sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan
untuk kemudahan pekerjaan beton boleh diberikan sesuai dengan
pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan Direksi Lapangan.
b. Drypack/Campuran Semen Kering
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk
mengikat bahan-bahan menjadi satu.
c. Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen
murni. Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-
celah dan membentuk lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan
penyelesaian pada permukaan beton expose dan adakan perawatan
dengan pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.

Non-Shrink Grout
Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat
lain dimana non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan
rekomendasi yang tercantum dari pabrik. Technical service harus
dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan
percobaan hasil yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada
penyusutan sejak awal pengecoran atau sambungan setelah pemasangan
sesuai CRD-C621-80 (susut); mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak
kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28 hari sesuai ASTM C109;
mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45 menit sesuai
ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective
Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen.
Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau
"fluidifiers" harus tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar
dari persamaan semen pasir dan campuran air seperti percobaan di bawah
ASTM C 596. Semua grout harus menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-
80 (flow cone).

D. PEMBESIAN
1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat
keterangan percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji
lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya
direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah
satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan
tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan
terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat
dari baja lunak.
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian,
termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang
penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi Lapangan.
Sertifikat :Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.

2. Bahan-bahan / Produk
a. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan
polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar struktur.
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.
Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.
b. Tulangan Anyaman (Wire mesh)
Sediakan tulangan anyaman , mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.
c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat
yang ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs).
d. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur
jarak.
1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali diperlihatkan
lain pada gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak direkomendasi.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal
runners dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi
(chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung berhubungan/
mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau
penunjang yang dilindungi plastik.

e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
3. Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk
semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-
hasil dari semua kom- posisi kimia dan sifat-sifat fisik.
4. Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan
Pembengkokkan dan pembentukan.
Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
tempat selama pengecoran berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI
1971 atau A.C.I. 315.
5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label
yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas
tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur,
kotoran, karat dsb.
E. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKAN DAN
PEMOTONGAN
1. Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas,
serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan
pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
2. Pemasangan Tulangan
a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk
mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-
lubang (openings) / bukaan.
b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh
lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi
penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir,
kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan
tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang
yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai
kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada
tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada
cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian
khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat
yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan
1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm
2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 12
mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- panjang batang : ± 50 mm
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.
d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan PBI '71.
1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang
merusak tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam
gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 oC yang bukan
pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja
harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh
perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan
dengan jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8
kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.
e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang
disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat (3) dan (4).
3. Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran
ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.
4. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk
jarak lebih dari 60 cm.
5. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm.
f. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
2. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan
terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus
diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan
harus ditunjang dimana memungkinkan.
3. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui
perbandingan 1 terhadap 10.
4. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 ( Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali ditentukan
lain.
3. Pemasangan Wire Mesh
Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan dilakukan.
Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok
atau tepat diatas balok dari struktur menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk
mencegah lewatan yan menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
4. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan
pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus
diijinkankecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM
specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las
dengan cara ini.
5. Sambungan Mekanik
Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan
menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom)
harus disediakan dan dipakai.

F. PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH


1. Umum
A. Persyaratan Umum
Kecuali ditentukan lain pada gambar atau seperti terperinci disini, Cetakan dan
Perancah untuk pekerjaan beton harus memenuhi persyaratan dalam PBI-1971 NI-2,
ACI 347, ACI 301, ACI 318.
Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan serta gambar-
gambar rancangan cetakan dan perancah untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Lapangan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar tersebut
harus secara jelas terlihat konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta
kedudukan serta sistem rangkanya, pemindahan dari cetakan serta perlengkapan untuk
struktur yang aman.
B. Lingkup Pekerjaan
1.Pekerjaan-pekerjaan yang termasuk
Bab ini termasuk perancangan, pelaksanaan dan pembongkaran dari semua cetakan
beton serta penunjang untuk semua beton cor seperti diperlukan dan diperinci
berikut ini.
2.Pekerjaan yang berhubungan
 Pekerjaan Pembesian
 Pekerjaan Beton
C. Referensi-Referensi
Pekerjaan yang terdapat pada bab ini, kecuali ditentukan lain pada gambar atau
diperinci berikut, harus mengikuti peraturan-peraturan, standard-standard atau
spesifikasi terakhir sebagai berikut :
1.PBI-1971 NI-2 Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971
2.SII Standard Industri Indonesia
3.ACI-301 Specification for Structural Concrete Building
4.ACI-318 Building Code Requirement for Reinforced Concrete
5.ACI-347 Recommended Practice for Concrete Formwork
D. Penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilakukan oleh "Kontraktor" sesuai dengan
jadwal yang telah disetujui untuk penyerahannya dengan segera, untuk menghindari
keterlambatan dalam pekerjaannya sendiri maupun dari kontraktor lain.
1. Kwalifikasi Mandor Cetakan Beton (Formwork Foreman)
"Kontraktor" harus mempekerjakan mandor untuk cetakan beton yang
berpengalaman dalam hal cetakan beton. Kwalifikasi dari mandor harus diserahkan
kepada Direksi Lapangan untuk diperiksa dan disetujui, selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari sebelum memulai pekerjaan.
2. Data Pabrik
Data pabrik tentang bahan-bahan harus diserahkan oleh "Kontraktor" kepada
Direksi Lapangan dalam waktu 7 hari kerja setelah "Kontraktor" menerima surat
perintah kerja, juga harus diserahkan instruksi pemasangan untuk kepentingan
bahan-bahan dari lapisan-lapisan, pengikat-pengikat, dan asesoris serta sistem
cetakan dari pabrik bila dipakai.
3. Gambar kerja
Perhatikan sistem cetakan beton seperti pengaturan perkuatan dan penunjang,
metode dari kelurusan cetakan, mutu dari semua bahan-bahan cetakan, sirkulasi
cetakan.
Gambar kerja harus diserahkan kepada Direksi Lapangan sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hari kerja sebelum pelaksanaan, untuk diperiksa.
4. Contoh
Lengkapi cetakan dengan "cone" untuk mengencangkan cetakan.

2. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan
penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti
terlihat dan terperinci.

A. Perancangan Perancah
1. Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum
mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar
perancah tersebut untuk disetujui oleh Direksi Lapangan. Segala biaya yang perlu
sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah
tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.

2. Perancangan/Desain
 Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
 Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
 Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar.
Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin
bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.
3. Acuan
 Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
 Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran
adukan.
 Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan
mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
 Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak
struktur yang sudah selesai dikerjakan.
 Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan tegak
dari beton.

B. Cetakan untuk Permukaan Beton Ekspose.


1. Cetakan Plastic-Faced Plywood (Penyelesaian Halus dan Penyelesaian dengan
Cat/Smooth Finish and Painted Finish)
Gunakan potongan/lembaran utuh. Pola sambungan dan pola pengikat harus
seragam dan simetris. Setiap sambungan antara bidang panel ataupun sudut maupun
pertemuan-pertemuan bidang, harus disetujui dahulu oleh Direksi Lapangan untuk
pola sambungannya.

2. Cetakan sambungan panel untuk sambungan beton ekspose antara panel-panel


cetakan harus dikencangkan untuk mencegah kebocoran dari grout (penyuntikan air
semen) atau butir-butir halus dan harus diperkuat dengan rangka penunjang untuk
mempertahankan permukaan-permukaan yang berhubungan dengan panel-panel
yang bersebelahan pada bidang yang sama.
Gunakan bahan penyambung cetakan antara beton ekspose yang diperkeras dengan
panel-panel cetakan untuk mencegah kebocoran dari grout atau butir-butir halus
dari adukan beton baru ke permukaan campuran beton sebelumnya. Tambahan
pada cetakan tidak diijinkan.

C. Penyelesaian Beton dengan Cetakan Papan


1. Cetakan dengan jenis ini (papan) harus terdiri dari papan-papan yang kering dioven
dengan lebar nominal 8 cm dan tebal min. 2.5 cm. Semua papan harus bebas dari
mata kayu yang besar, takikan, goncangan kuat, lubang-lubang dan perlemahan-
perlemahan lain yang serupa.
2. Denah dasar dari papan haruslah tegak seperti tercantum pada gambar. Cetakan dari
papan haruslah penuh setinggi kolom-kolom, dinding dan permukaan-permukaan
pada bidang yang sama tanpa sambungan mendatar dengan sambungan ujung yang
terjadi hanya pada sudut-sudut dan perubahan bidang.
3. Lengkapi dengan penunjang plywood melewati cetakan papan untuk stabilitas dan
untuk mencegah lepas/terurainya adukan. Cetakan papan harus dikencangkan pada
penunjang plywood dengan kondisi akhir dari paku yang ditanam tidak terlihat.
Pola dari paku harus seragam dan tetap seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.

D. Cetakan untuk Beton yang Terlindung (Unexposed Concrete)


1. Cetakan untuk beton terlindung haruslah dari logam (metal), plywood atau bahan
lain yang disetujui, bebas dari lubang-lubang atau mata kayu yang besar. Kayu
harus dilapis setidak-tidaknya pada satu sisi dan kedua ujungnya.
2. Lengkapi dengan permukaan kasar yang memadai untuk memperoleh rekatan
dimana beton diindikasikan menerima seluruh ketebalan plesteran.

E. Perancah, Penunjang dan Penyokong (Studs, Wales and Supports)


Kontraktor harus bertanggung jawab, bahwa perancah, penunjang dan penyokong
adalah stabil dan mampu menahan semua beban hidup dan beban pelaksanaan.

F. Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.

G. Melapis Cetakan
1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa urat
kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisa-sisa/bekas pada permukaan
beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk
melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai
dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.
H. Pengikat Cetakan
1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur pelat,
atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan
ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran
beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan yang
memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Direksi
Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari
jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm
maximum diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke
pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui
oleh Direksi Lapangan.

I. Penyisipan Besi
Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan.
1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir.
Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit (ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-
langit, konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh
Direksi Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang lebih
baik/tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti
dispesifikasikan.
Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk
mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.

J. Pengiriman dan Penyimpanan Bahan.


Bahan cetakan harus dikirim ke lapangan sedemikian jauhnya agar praktis
penggunaannya, dan harus secara hati-hati ditumpuk dengan rapi di tanah dalam cara
memberi kesempatan untuk pengeringan udara (alamiah).

K. Pemasangan Benda-benda yang Akan Ditanam di dalam Beton


Pemasangan pipa saluran listrik dan lain-lain yang akan tertanam di dalam beton :
1. Penempatan saluran/pemimpaan harus sedemikian rupa sehingga tidak
mengurangi kekuatan struktur dengan memperhatikan persyaratan di dalam
PBI 1971 NI-2 Bab 5.7.
2. Tidak diperkenankan untuk menanam pipa dan lain-lain di dalam bagian-
bagian struktur beton bila tidak ditunjuk secara detail di dalam gambar. Di
dalam beton perlu dipasang sleeve/selongsong pada tempat-tempat yang
dilewati pipa.
3. Bila tidak ditentukan secara detail atau ditunjukkan didalam gambar, tidak
dibenarkan untuk menanam saluran listrik di dalam struktur beton.
4. Apabila dalam pemasangan pipa-pipa, saluran listrik, bagian-bagian yang
tertanam dalam beton dan lain-lain terhalang oleh adanya baja tulangan yang
terpasang, maka kontraktor segera mengkonsultasikan hal ini dengan Direksi
Lapangan.
5. Tidak dibenarkan untuk membengkokkan/memindahkan baja tulangan tersebut
dari posisinya untuk memudahkan dalam melewatkan pipa-pipa saluran
tersebut tanpa ijin tertulis dari Direksi Lapangan.
6. Semua bagian-bagian/peralatan tersebut yang ditanam dalam beton seperti
angkur-angkur, kait dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan
pekerjaan beton, harus sudah dipasang sebelum pengecoran beton
dilaksanakan.
7. Bagian-bagian/peralatan tersebut harus dipasang dengan tepat pada posisinya
dan diusahakan agar tidak bergeser selama pengecoran dilakukan.
8. Kontraktor Utama harus memberitahukan serta memberikan kesempatan
kepada pihak lain untuk memasang bagian-bagian/peralatan tersebut sebelum
pelaksanaan pengecoran beton.
9. Rongga-rongga kosong atau bagian-bagian yang harus tetap kosong pada
benda/peralatan yang akan ditanam dalam beton yang mana rongga tersebut
diharuskan tidak terisi beton harus ditutupi dengan bahan lain yang mudah
dilepas nantinya setelah pelaksanaan pengecoran beton.
G. Pelaksanaan
A. Umum
Perancah harus merupakan suatu konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari
bahaya kemiringan dan penurunan, sedangkan konstruksinya sendiri harus juga kokoh
terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya, termasuk gaya-gaya prategang dan
gaya-gaya sentuhan yang mungkin ada.
Kontraktor harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah persiapan
yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya yang bekerja padanya
sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan bentuk konstruksi
beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk yang seharusnya.
Perancah harus dibuat dari baja atau kayu yang bermutu baik dan tidak mudah
lapuk. Pemakaian bambu untuk hal ini tidak diperbolehkan. Bila perancah itu sebelum
atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung menunjukan tanda-tanda
penurunan > 10 mm sehingga menurut pendapat Direksi Lapangan hal ini akan
menyebabkan kedudukan (peil) akhir sesuai dengan gambar rancangan tidak akan dapat
dicapai atau dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Direksi Lapangan dapat
memerintahkan untuk membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan
mengharuskan kontraktor untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap
cukup kuat. Biaya sehubungan dengan itu sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.
Gambar rancangan perancah dan sistem pondasinya atau sistem lainnya secara
detail (termasuk perhitungannya) harus diserahkan kepada Direksi Lapangan untuk
disetujui dan pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar
tersebut disetujui.
Perancah harus diperiksa secara rutin sementara pengecoran beton berlangsung
untuk melihat bahwa tidak ada perubahan elevasi, kemiringan ataupun ruang/rongga.
Bila selama pelaksanaan didapati perlemahan yang berkembang dan pekerjaan
perancah memperlihatkan penurunan atau perubahan bentuk, pekerjaan harus
dihentikan, diberlakukan pembongkaran bila kerusakan permanen, dan perancah
diperkuat seperlunya untuk mengurangi penurunan atau perubahan bentuk yang lebih
jauh.
Pada saat pengecoran, pelaksana dan surveyor harus memantau terus menerus
agar bisa dicegah penyimpangan-penyimpangan yang mungkin ada.
Rancangan perancah dan cetakan sedemikian untuk kemudahan pembongkaran
untuk mengeliminasi kerusakan pada beton apabila cetakan & perancah dibongkar.
Aturlah cetakan untuk dapat membongkar tanpa memindahkan penunjang utama
dimana diperlukan untuk disisakan pada waktu pengecoran.

B. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan
dari beton seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings),
celah-celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti
diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air
dan dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan
kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung
jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi
yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada
arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali
seperti diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-78.3.3.1,
Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan
beton yang diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi
bawah dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai
kekuatannya sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau
dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus
benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data
dari surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.
C. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta
tekanan dari beton basah.

D. Jalur Kayu, Blocking dan Pencetakan Bentuk-bentuk Khusus (Moulding)


Pasanglah di dalam cetakan jalur kayu, blocking, moulding, paku-paku dan sebagainya
seperti diperlukan untuk menghasilkan penyelesaian yang berbentuk khusus/berprofil
dan permukaan seperti diperlihatkan pada gambar dan bentuk melengkapi pemasangan
paku untuk batang-batang kayu dari ciri-ciri lain yang dibutuhkan untuk ditempelkan
pada permukaan beton dengan suatu cara tertentu. Lapislah jalur kayu, blocking dan
pencetakan bentuk khusus dengan bahan untuk melepaskan.

E. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar arsitek
saja.

F. Bahan untuk Melepas Beton (Release Agent)


Lapisilah cetakan dengan bahan untuk pelepas beton sebelum besi tulangan
dipasang. Buanglah kelebihan dari bahan pelepas sehingga cukup membuat permukaan
dari cetakan sekedar berminyak bila beton maupun pada pertemuan beton yang
diperkeras dimana beton basah akan dicor/dituangkan.
Jangan memakai bahan pelepas dimana permukaan beton dijadwalkan untuk
menerima penyelesaian khusus dan/atau pakailah penutup dimana dimungkinkan.

G. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton
ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan
sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana
memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan
perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.
H. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari
beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya
pada bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana
diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan
utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan berdasar
kepada persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa
pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk
permukaan ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-bagiannya
dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose,
lokasi harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai
dengan metoda perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama
operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi,
perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang
berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu
perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus
melampaui yang dimungkinkan dari peraturan.
Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-
tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara
seragam/merata dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan
instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan
pada tempat dimana beton ekspose akan dicor.
Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam
sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.

I. Penyisipan dan Perlengkapan


Buatlah persediaan/perlengkapan untuk keperluan pemasangan atau perlengkapan-
perlengkapan, baut-baut, penggantung, pengunci angkur dan sisipan di dalam beton.
Buatlah pola atau instruksi untum pemasangan dari macam-macam benda.
Tempatkan expansion joint fillers seperti dimana didetailkan.

J. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti
diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada
bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan
pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.

K. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran
lebih dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah
atau air di bawah lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, harus
dilengkapi dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan.
Penampang sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk
tipe waterstop dapat digunakan ” Expandable Water Stop “ berbahan dasar “ Bentonite
Clay “ ex. Fosroc atau yang setara.

L. Cetakan untuk Kolom


Cetakan-cetakan untuk kolom haruslah dengan ukuran dan bentuk seperti terlihat pada
gambar-gambar. Siapkan bukaan-bukaan sementara pada bagian bawah dari semua
cetakan-cetakan kolom untuk kemudahan pembersihan dan pemeriksaan, dan tutup
kembali dengan cermat sebelum pengecoran beton.

M. Cetakan untuk Pelat dan Balok-balok


Buatlah semua lubang-lubang pada cetakan lantai beton seperti diperlukan untuk
lintasan tegak dari duct, pipa-pipa, conduit dan sebagainya.
Puncak dari chamber (penunjang) harus sesuai dengan gambar. Lengkapi dengan
dongkrak-dongkrak yang sesuai, baji-baji atau perlengkapan lainnya untuk
mendongkrak dan untuk mengambil alih penurunan pada cetakan, baik sebelum
ataupun pada waktu pengecoran dari beton.
N. Pembongkaran Cetakan dan Pengencangan Kembali Perancah (Reshoring)
Pembongkaran cetakan harus sesuai dengan PBI-71 NI-2.
Secara hati-hati lepaslah seluruh bagian dari cetakan yang sudah dapat dibongkar
tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, offsets ataupun bukaan-
bukaan (reveals). Hati-hati lepaskan dari pengikat. Pengikatan terhadap segi arsitek
atau permukaan beton ekspose dengan menggunakan peralatan ataupun description
ataupun tidak diijinkan. Lindungi semua ujung-ujung dari beton yang tajam dan secara
umum pertahankan keutuhan dari desain.
Bersihkan cetakan-cetakan beton ekspose secepatnya setelah pembongkaran
untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak.
Pemasangan kembali perancah segera setelah pembongkaran cetakan,
topang/tunjang kembali sepenuhnya semua pelat dan balok sampai dengan sedikitnya
tiga lantai dibawahnya. Pemasangan perancah kambali harus tetap tinggal ditempatnya
sampai beton mencapai kriteria umur kekuatan tekan 28 hari. Periksa dengan teliti
kekuatan beton dengan test silinder dengan biaya kontraktor.
Penunjang-penunjang sementara, sebelum pengecoran beton; tulangan menerus
balok-balok dengan bentang panjang (12 m) haruslah ditunjang dengan penopang-
penopang sementara sedemikian untuk me"minimum"kan lendutan akibat beban dari
beton basah.
Penunjang-penunjang sementara harus diatur sedemikian selama pengecoran
beton dan selama perlu untuk mencegah penurunan dari penunjang karena tingkatan
kerja. Perancah harus tidak boleh dipindahkan sampai beton mencapai kekuatan yang
mencukupi ( > 80 % f’c).

O. Pemakaian Ulang Cetakan


Cetakan-cetakan boleh dipakai ulang hanya bila betul-betul dipertahankan dengan
baik dan dalam kondisi yang memuaskan bagi Direksi Lapangan. Cetakan-cetakan yang
tidak dapat benar-benar dikencangkan dan dibuat kedap air, tidak boleh dipakai ulang.
Bila pemakaian ulang dari cetakan disetujui oleh Direksi Lapangan, bagian
pembersihan cetakan, dan memperbaiki kerusakan permukaan dengan memindahkan
lembaran-lembaran yang rusak.
Plywood sebelum pemakaian ulang dari cetakan plywood, bersihkan secara
menyeluruh, dan lapis ulang dengan lapisan untuk cetakan. Janganlah memakai ulang
plywood yang mempunyai tambalan, ujung yang usang, cacat/kerusakan akibat lapisan
damar pada permukaan atau kerusakan lain yang akan mempengaruhi tekstur dari
penyelesaian permukaan.
Cetakan-cetakan lain dari kayu, persiapkan untuk pemakaian ulang dengan
membersihkan secara menyeluruh dan melapis ulang dengan lapisan untuk cetakan.
Perbaiki kerusakan pada cetakan dan bongkar/buanglah papan-papan yang lepas atau
rusak.
Agar supaya cetakan yang dipakai ulang tidak akan ada tambalannya yang
diakibatkan oleh perubahan-perubahan, cetakan untuk beton ekspose pada bagian yang
terlihat hanya boleh dipakai ulang hanya pada potogan-potongan yang identik.
Cetakan tidak boleh dipakai ulang bila nantinya mempengaruhi mutu dan hasil
pada bagian permukaan yang tampak dari beton ekspose akibat cetakan akan ada bekas
jalur akibat dari plywood yang robek atau lepas seratnya.
Sehubungan dengan beban pelaksanaan, maka beban pelaksanaan harus didukung
oleh struktur-struktur penunjangnya dan untuk itu kontraktor harus melampirkan
perhitungan yang berkaitan dengan rancangan pembongkaran perancah.

P. Cetakan untuk Beton Prestress


Cetakan haruslah dari konstruksi sedemikian sehingga tidak akan membatasi regangan-
regangan di dalam beton sementara tarikan mulai dilakukan, dan kekuatannnya harus
ditentukan sehubungan dengan pertimbangan dari perubahan-perubahan dalam
distribusi tegangan bila penarikan dimulai.

Q. Pembongkaran dari Cetakan untuk Pekerjaan Prestress


Cetakan harus dibongkar secara hati-hati tanpa menimbulkan getaran, dan hanya
boleh dilakukan dibawah pengawasan Direksi Lapangan. Beton harus diperiksa
sebelum pembongkaran dari cetakan. Cetakan dapat dibongkar hanya bila beton telah
mencapai kekuatan yang mencukupi untuk memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaan lainnya. Bila diperkirakan ada beban lain yang merupakan tambahan beban
terhadap beban yang direncanakan, perancah-perancah harus disediakan dalam jumlah
yang diperlukan, segera setelah pembongkaran cetakan.
Untuk perancah yang menyangga balok prategang, perancah balok prategang
boleh dibongkar setelah balok prategang 2 (dua) lantai di atasnya selesai ditarik.
R. Hal Lain-lain
Buatlah cetakan untuk semua bagian pekerjaan beton yang diperlukan dalam hubungan
dengan kelengkapan pekerjaan proyek, meskipun setiap bagian diperlihatkan secara
terperinci atau dialihkan ke "Referred to" ataupun tidak.
Dilarang menanamkan pipa di dalam kolom atau balok kecuali pipa-pipa tersebut
diperlihatkan pada gambar-gambar struktur atau pada gambar kerja.

PASAL 30
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
Pekerjaan Pasangan Dinding
Pekerjaan Pasangan Dinding Bata
1. Bata yang dipakai pada bangunan ini, menggunakan bata yang berkualitas baik, utuh dan
tidak cacat serta bata yang dipakai harus dengan ukuran yang sama.
2. Bata merah sebelum dipasang harus direndam dahulu dalam bak atau drum air, sampai
jenuh yang harus disiapkan dilapangan.
3. Pasangan dinding bata merah dipasang sesuai dengan Gambar Kerja yang sudah ada dan
untuk pasangan tembok bata menggunakan pasangan setengah bata.
4. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan bata adalah sebagai berikut :
a. Untuk pasangan tembok bata biasa menggunakan campuraan 1 Pc : 5 Ps
b. Untuk pasangan tembok trasram menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dipasang pada
tempat-tempat yang ditentukan yaitu dari atas sloof (± 60 cm dari atas lantai) dan +
200 cm pada dinding km/wc sesuai dengan Gambar Kerja dan Detail.
5. Hubungan kolom beton dengan pasangan bata maupun kusen diberi angker dari besi 
10 mm dengan jarak maksimal 80 cm.
6. Bata yang mentah, retak/tidak memenuhi syarat dan tetap terpasang agar dibongkar dan
segera diganti dengan bata yang memenuhi syarat tersebut.

PASAL 31
PEKERJAAN PLESTERAN.

1. Plesteran Beton

a. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang


halus dan rata. Bila pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan
permukaan yang halus dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester
hingga menghasilkan permukaan seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar
Rancangan Pelaksanaan.
b. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan
pekerjaan pendahuluan berurutan sebagai berikut :
 Permukaan dibuat kasar dengan betel
 dibasahi dengan air
 disaput air semen (PC)
c. Mortar untuk pleseran adalah campuran 1 PC : 3 PS yang diaduk secara benar -
benar homogen.
d. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1,5 cm.
e. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC).

1. Plesteran Dinding Batu bata

1. Seluruh permukaan pasangan dinding batu bata yang tampak harus


menghasilkan permukaan yang halus dan rata dengan diplester hingga
menghasilkan permukaan seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar
Rancangan Pelaksanaan.
2. Sebelum plesteran dinding dilaksanakan, pekerjaan-pekerjaan yang tersebut
dibawah ini harus sudah selesai teriebih dahulu. Siar -siar pasangan batu bata
sudah merupakan alur hasil kerukan.

 Seluruh jaringan perpipaan yang tertanam didalamnya telah terpasang sempurna.

 Pasangan telah mengering.

 Konstruksi yang menauinginya telah terpasang.


3. Sebelum diplester permukaan pasangan batu bata harus disiram air hingga
jenuh. Mortar plesteran harus dari campuran dengan perbandingan yang
sama dengan spesi pasangan dindingnya. Plesteran harus menghasilkan
bidang dinding yang benar-benar rata. Plesteran harus diakhiri dengan acian
halus dari adukan air semen (PC).

2. Pekerjaan Benangan

a, Seluruh akhiran dinding, kolom dan balok yang tampak (siku bagian luar)
harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku, lurus dan rapi sehingga
menghasilkan akhiran dinding, kolom dan batik seperti yang dimaksud pada
gambar rancangan pelaksanaan.
b. Mortar untuk pekerjaan benangan ini adalah campuran 1 Pc : 3 Ps yang
diaduk secara benar-benar homogen.
c. Pekerjaan benangan dilaksanakan bersama dengan pekerjaan acian halus
dengan menggunakan bahan dari adukan air semen ( PC ).
d. Pe kerjaan benangan harus menghasilkan akhiran yang benar -benar siku dan
lurus.

PASAL 32
PEKERJAAN PEMASANGAN LANTAI.
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pemasangan Granite lantai 40x40 cm
b. Lantai KM/WC memekai keramik 40 x 40 cm (unpolis) kwalitas II.
c. Keramik dinding KM/WC memakai keramik 25 x 40 cm (motif) kwalitas II

2. Bahan/Material Granite/Keramik
a. Bahan Granite/Keramik yang akan dipasang (merk, warna ataupun corak/motif)
harus mendapat persetujuan direksi, untuk itu pemborong harus mengajukan contoh
terlebih dahulu kepada direksi. Bahan tersebut harus disimpan ditempat yang
terlindung dan tertutup.
b. Semua ubin tersebut dapat menggunakan produk yang telah memiliki SII dan
memenuhi syarat PUBI 1972.
3. Adukan
Adukan dengan perbandingan 1 Pc : 5 Ps dipakai untuk pemasangan lantai keramik,
sedangkan untuk batu palimanan menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum lapisan keramik dipasang, permukaan lantai beton harus diberi plester yang rata
dan padat. Untuk lantai beton, tiap 12 m2 lantai harus dibuat expansion joint yang gambar
kerjanya diajukan kepada pengawas untuk persetujuan sebelum pelaksanaan. Pemasangan
keramik harus rata dan toleransi nat 1,5-2 mm arah horizontal maupun vertikal tapi tidak
kumulatif.
Pengisi celah antara ubin digunakan acian portland cement putih dengan diberi warna sesuai
ubin yang dipasang yang dicampur dengan pasta khusus pengisi nat/celah untuk keramik
dan atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Pemotongan keramik harus menggunakan alat khusus potong keramik. Apabila terdapat
fixture saniter pada bidang tile tersebut, maka pemotongan harus rapih dan
diselesaikan/ditrim dengan rapih. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang yang ahli untuk
pekerjaan ini.
Konsultan Pengawas berhak menolak tukang yang dianggap tidak mampu/ahli untuk
pekerjaan dimaksud dan Pemborong harus segera mengganti dengan tukang yang sesuai dan
ahli serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Keramik yang sudah terpasang (dilantai) tidak boleh dibebani/diinjak sebelum berumur 7
hari. Keramik harus dilindungi dengan plastik selama periode konstruksi.

Kebersihan Kerja
Segera sesudah pemasangan pekerjaan lantai, semua area harus dibersihkan dari semen
tersisa atau material lain yang mengotori dengan menggunakan alat dan bahan khusus untuk
pekerjaan ini.

PASAL 33
PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN

1. Umum
Pekerjaan Penutup Atap dan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan yang merupakan satu
kesatuan yang dimulai dengan proses instalasi rangka atap baja ringan sampai dengan
pemasangan penutup atap dari Atap ODULINE . pembuatan dan pemasangan struktur atap
berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka batang berbentuk
segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari rangka utama atas (top chord),
rangka utama bawah (bottom chord), dan rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut
disambung menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang
cukup. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan
jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
a. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
b. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Lokasi proyek(Fabrikasi),
c. Pengiriman baja ringan dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
d. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan
e. Pekerjaan perakitan dan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur
rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang,
ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku)
f. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)

Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:


a) Pemasangan penutup atap
b) Pemasangan kap finishing atap
c) Talang selain jurai dalam
d) Asesoris atap

2. Persyaratan Material Rangka Atap dan Atap


Material struktur rangka atap
a. Pekerjaan Penutup Atap Mengunakan Atap ONDULINE TILE ( 200x97 cm ) serta
harus dilengkapi dengan Surat dukungan resmi dari pabrik dan distributor resmi,
surat jaminan garansi pabrik 15 tahun dan leaflet berstempel basah dari distributor
resmi.
b. Properti makanikal baja (Steel mechanical properties)
Baja Mutu Tinggi G 550
 Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
 Tegangan Maksimum 550 Mpa
 Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
 Modulus geser 80.000 Mpa
 Memiliki SNI 8399 : 2017 Profil Rangka Baja Ringan
 SNI 4096 : 2007 Baja lembaran dan gulungan lapis paduan
c. Lapisan anti karat:
Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis
lapisan anti karat (coating):
 Galvalume (AZ100)
- Pelapisan : Galvalume
- Jenis : Hot-dip zinc
- Kelas : AZ100
- katebalan pelapisan : 100 gr/m2
- komposisi : 55% alumunium,
43,5% zinc,
1,5% silicon.

Profil yang digunakan untuk rangka atap adalah


1. C.75.75 profil C tinggi 75 mm dan tebal 0,750 mm TCT untuk rangka batang utama
(top chord dan bottom chord dan web)
2. B.30.45 profil Reng tinggi 30 mm dan tebal 45 mm TCT untuk reng tumpuan genteng
dan pengaku/bracing
3. Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat dengan sistem jepit(top plate)
berfungsi untuk menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis.
4. Material baja harus bersertifikat SNI dan Hasil uji tarik dari laboratorium uji material
terkait yang menyatakan bahwa mutu material baja G550
5. BOTTOM CHORD BRACING
Pengaku/ikatan pada batang tarik bawah (bottom chord) pada kuda-kuda baja ringan.
6. DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN)
Pengaku/bracing diagonal antara web pada kuda-kuda baja ringan dengan bentuk yang
sama dan letak berdampingan.
 Talang Jurai Dalam (Valley Gutter)
Pertemuan dua bidang atap yang membentuk sudut tertentu, pada pertemuan sisi
dalam harus manggunakan talang dalam (Valley Gutter) untuk mengalirkan air
hujan. Ketebalan material jurai dalam minimal 0,30 mm dengan detail profil
seperti gambar diatas.
 Alat Sambung (Screw)
Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar
elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi
screwtanpa karet sebagai berikut:
Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
Kepadatan Alur 16 alur/inci
Diameter Bahan
Dengan alur 4,80 mm
Tanpa alur 3,80 mm

Kekuatan Mekanikal
Gaya geser satu baut 5,10 KN
Gaya aksial 8,60 KN
Gaya Torsi 6,90 KN

3. Persyaratan Pra-Konstruksi
a. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan
rangka atap baja ringan, sesuai dengan Spesifikasi yang akan di pasang seperti pada
pasal diatas. Produk yang dipaparkan sesuai dengansurat dukungan dan brosur
yang dilampirkan pada dokumen tenderatau yang memiliki kwalitas sama atau
lebih
b. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja.
Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung pada
setiap titik buhul.
c. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan Pengawas,
dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis.
d. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari
Fabrikatorpenyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
e. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji labmaterial dari lab yang berwenang.
f. Perhitungan struktur harus menggunakan software baja ringan yang sudah mendapatkan
Sertifikasi Dari Lembaga yang berwenang
4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan
sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja
ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang
berkompeten.
a. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
b. Tenaga ahli dari fabrikator penyedia rangka atap baja ringan wajib mengenakan kartu
izin pemasangan dari fabrikator penyedia rangka atap baja ringan.
c. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di lokasi proyek dan pemasangan sekrup
dilakukan dengan mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi dan dalam
pengawasan kepala tukang/mandor.
d. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata
air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
e. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga
ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
f. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 4 (empat) buah genteng yang akan
dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat
memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng tersebut
sudah harus ada pada saat kuda-kuda siap dipasang di lokasi proyek.
g. Jaminan Struktural
1) Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
2) Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan ”Dead
and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566)dan harus dilampirkan sertifikat garansi
struktur yang dikeluarkan dari fabrikator baja ringan
h. Jaminan Anti Karat
I. Jaminan yang di maksud disini adalah jaminan anti karat terhadap bahan baja
ringan yang di pasang meliputi kuda-kuda,pengaku-pengaku dan reng.
II. Kekuatan anti karat baja ringan dijamin sesuai dengan ketentuan dan kriteria
dari pabrik/fabrikator dan harus di lampirkan sertifikat garansi anti karat
yang di keluarkan dari pabrik/fabrikator baja ringan.

PASAL 34

PEKERJAAN KOZEN, PINTU, JENDELA DAN VENTILASI ALUMINIUM

JENDELA ALUMINIUM
Referensi

1. America Architectural Manufacturers Association ( AAMA ).


a. AAMA 501 = Method of test for Metal Curtain Wall
b. AAMA 101 = Voluntary specification for aluminium and
Polly (vinyl chloride) (PVC) Prime Window and glass door.

2. American Society for Testing and Materials (ASTM)


a. ASTM E 330 = Test Method for Structural Performance of Exterior Windows,
Curtain Wall, and Doors by Uniform Static Air Pressure Difference.
b. ASTM E 283 = Test Method for rate of Air Leakage Through Exterior
Windows, Curtain Walls, and Doors.
c. ASTM E 331 = Test Method for Water Penetration of Exterior Windows,
Curtain Wall, and Doors by Uniform Static Air Pressure Difference.
d. ASTM E 1233= Standard Test Method for Structural Performance of Exterior
Windows, Curtain Walls and Doors by Cyclic Static air Pressure
Differensial.
e. ASTM E 547 = Standar Test Method for Water Penetration of Exterior Window,
Curtain Walls and Doors by Cylclic Static Air Pressure.

3. Japanese Industrial Standard (JIS)


a. JIS H4100 = Aluminium and Aluminium Alloy Extruded Shape
b. JIS H8602 = Combined Coating of Anodic Oxide and Organic Coating’s on
Aluminium and Aluminium alloys.
c. JASS 14 = Japanese Architectural Standard
Spescification for Curtain Wall
d. JIS A.4706 = Japanese Industrial Standard for Aluminium and Steel Window.
4. Singapore Standard (SS)
a. SS 212-98 = Aluminium Alloy Window
b. SS 381-97 = Aluminium Curtain Wall.

5. Standard Nasional Indonesia (SNI)


a. SNI-03-0573-1989 = Syarat Umum Jendela Aluminium Paduan

Deskripsi Sistem
a. Umum
Pekerjaan jendela aluminium untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang
berkaitan, sperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap yang
lainnya menggunakan merek YKK atau setaranya
b. Kriteria Perencanaan
1. Faktor Keamanan
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahanan kaca, memenuhi
faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan.
2. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau
tahan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
3. Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak
merekat, dan hal-hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan
ini.
c. Persyaratan Bahan
 Bahan :
Dari bahan alumunium framing system buatan Alkasa, YKK atau yang setara.
 Bentuk profil :
Sesuai shop drawing yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Untuk kusen jendela dan
Curtain Wall luar dibuat dengan sistem frameless.
 Warna profil :
Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
 Ukuran profil :
∗Untuk kusen ukuran 75 x 25 x 2 mm.
d. Tekanan Angin
Tekanan angin (Design Wind Load) ditentukan oleh perletakan, bentuk dan ketinggian
bangunan, bila tidak ditentukan maka tekanan angin minimum yang harus di penuhi
adalah sebesar 850 Pa dengan factor keamanan sbb ;
1. Positif : 1x
2. Negatif : 1,5 x
e. Persyaratan Struktur
a. Defleksi
1. AAMA = Yang dijinkan maksimum L/175 atau 2 cm
2. JIS = Defleksi yang diijinkan maksimum L/150 atau 2 cm.
3. SII = yang diijinkan maksimum L/175 untuk double dan L/125 untuk single
glazed.
4. SS = Yang diijinkan maksimum L/175 untuk double glazed dan L/125
untuk single glazed.

b. Beban Hidup
Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu perawatan,
seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan
kemampuan 62 kg dengan beban terpusat, horizontal dan tanpa terjadi kerusakan.

f. Kebocoran Udara
1. ASTM E 283 = Kebocoran udara tidak melebihi 2 ft3 / min setiap ft unit panjang
penampang bidang bukaan pada 1,57 lb / ft2 tekanan differensial.
2. SS 212 = Untuk jendela hidup besarnya kebocoran udara
tidak boleh melebihi 10 m3/h/m pada 20% dari tekanan angina
(Design Wind Load) atau 200 Pa. Kondisi ini berlaku untuk gedung
non air condition sedangkan untuk gedung air condition kebocoran
udara maksimum mengikuti grafik A & B.

g. Kekedapan Udara
Faktor pengurangan kebisingan suara (Sound Transmission) sebesar 22,5 dB pada
frekwensi 124 – 4000 Hz (hanya berlaku untuk produkproduk khusus).
a. Angkur & Angkur Tanam
Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18 micron.
Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type Alkyd.
b. Billet Yang Dipakai
Dari billet utama (primery) dengan standard A-6063 S-T5 dengan komponen (%) :
Mg : 0.45 – 0.9
Si : 0.2 – 0.6
Ti : 0.1 m
Mn : 0.1 a
m
Zn : 0.1 xm
a
Fe : 0.35 axm
Cu : 0.1 ax
m
Cr : 0.1 ax
m
Aluminium : Sisanya ax
x

c. Kaca
Kaca tebal minimal 5 mm produk Asahima atau yang setaranya dengan warna hitam

d. Back – UP Material
1 . Bahan : polyurenthane Foam
2 . Sifat material : Tidak menyerap air
3 . Kepadatan : 65 – 96 kg/m3
4 . Ukuran Penampang : 25% - 50 -% lebih besar dari celah
yang terjadi

e. Gasket

1 . Bahan : PVC, Neoprene, Santoprene, EPDM


2 . Kepadatan : Tahan terhadap perubahan cuaca
3 . Kekerasan : 60 – 80 Durometer.
4 . Jenis bahan : Extrusion

f. Setting Block Untuk Kaca


1. Bahan : EPDM
2. Kekerasan : 80 – 90 Durometer

g. Sealant binding
1. Single Komponen
2. Type : Silicon Sealant

h. Screw
1. Bahan : Stainless Steel

i. Angkur & Angkur Tanam


Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18 micron.
Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type Alkyd.

j. Joint Sealer
Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang berserat guna
menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air
dan suara.

Bahan = Butyl Sheet.


Pelapisan Perwarnaan Alumini

Sistem Pelapisan
1. Anodise yang dilengkapi dengan lapisan resin transparan (glossy).
1.1. Warna (glossy) : Bronze (YB-1C), Black (YK-1C), silver (YS-1C) atau sesuai
catalog warna dari YKK alumico Indonesia.
1.2. Warna (Non Glossy) : Bronze (YB-1n), Balck (YK-1N), Silver (YS-1N) atau
sesuai catalog warna dari YKK Alumico Indonesia

Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : 10 μm
b. Lapisan Resin Film : 12 μm
c. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
e. Tahan Karat (40g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab setelah
96 jam.
f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.

Anodisasi tanpa lapisan resin transparan (DOF).


Warna : Bronze (YB-1), Black (YK-1), silver (YS-1) atau sesuai katalog warna dari
YKK alumico Indonesia.

Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : minimum 18 μm
b. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
e. Tahan Karat (40 g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab setelah 48
jam.
f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
h. Terhadap air semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 24 jam.

Warna Aluminium
Warna kusen serta rangka daun pintu dan jendela serta ventilasi kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan adalah warna natural.

Data Pelengkap
a. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) dan
disetujui oleh Konsultan PENGAWAS jika dalam Gambar Bestek tidak diberikan oleh
Konsultan Perencana, yang menjelaskan
a. Tipe dan tampak setiap jenis jendela dan pintu aluminium / curtain wall.
b. Detail sambungan baik exterior maupun interior.
c. Detail pemasangan.
d. Detail pertemuan aluminium dengan komponen-komponen lain yang berhubungan.
e. Kelengkapan ukuran-ukuran.

b. Perhitungan struktur sesuai dengan criteria design yang ada (kalau diperlukan).
Fabrikasi Dan Assembling
1. Semua jenis jendela dan pintu aluminium difabrikasi di Work Shop/ Pabrik.
2. Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan dengan bentuk
sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk sambungan yang tahan air harus
diberi sealant dari bagian yang tidak terlihat mata.
3. Perakitan jendela maupun pintu aluminium dilaksanakan di Work Shop/Pabrik
sehingga selain kwalitas perakitan sesuai standard yang disyaratkan juga mempercepat
proses pemasangan di lapangan.
1. Proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di Shop Drawing
yang sudah disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
2. Hardware yang dipasang mennggunakan back plate.
3. Standar toleransi assembling dijelaskan dalam table berikut :
STANDARD TOLERANSI SSEMBLING

No. Keterangan Toleransi ( mm)

1. Bergesernya pemasangan kunci/engsel dan + / -3


hardware lain dari tempat yang ditentukan

2. Gap (celah) antar sambungan rangka


aluminium (vertikal dan horizontal) < 0,5

3. Gap (celah) antar sambungan bahan tahan


air (Gasket) <3

4. Perbedaan ukuran dalam, dari rangka


aluminium dan daun jendela aluminium, baik + / - 1,5
untuk tinggi maupun lebar.

5. Perbedaan ukuran dalam, dari jendela yang


bersebelahan. <2

6. Sambungan las Tidak terlihat pada


bagian yang terlihat
mata langsung
7. Sealant
Sesuai ukuran di Shop
Drawing

c. Pengiriman dan Penyimpanan Di Site


1. Semua profil dilapisi PVC plastic atau polythilene film.
2. Pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi kerusakan.
3. Setiap unit pintu, jendela maupun curtain wall yang dikirim ke lapangan harus ada
tanda / bukti sudah diperiksa kwalitasnya oleh QC pabrik.
4. Material yang disimpan di lapangan (site) harus diatur sedemikian rupa agar tidak
terjadi kerusakan / cacat.

d. Pemasangan Pada Struktur Bangunan


1. Semua unit aluminium harus terpasang dengan hubungan siku-siku, tegak lurus dan
mengikuti patokan (bench mark) dari Kontraktor Pelaksana.
2. Sebelum diadakan pemasangan maka perlu adanya pengukuran di lapangan dan
koordinasi dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran lubang (opening) sesuai dengan
Shop Drawing.

PASAL 36
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang
diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b. Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, fabrikasi dan pemasangan tentang
konstruksi baja untuk atap, penyokong (support), dan sebagainya, sesuai dengan yang
ditunjukkan pada gambar kerja.

2. Standar
a. Bahan Struktur atau Konstruksi
1. Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-kisi untuk
tujuan semua konstruksi dibaut atau dilas harus baja karbon yang memenuhi
persyaratan A.S.T.M. A36 atau yang setara dan harus mendapat persetujuan MK.
2. Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan las harus
dari baja karbon yang memenuhi A.S.T.M. A56 type E atau S.
3. Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi spesifikasi
“American Institute of Steel Construction (AISC)” dan PPBBI Mei 1984.
b. Pengikat-pengikat, baut-baut, mur-mur atau sekrup-sekrup dan ring-ring harus sebagai
berikut :
1. Untuk sambuangan bukan baja ke baja.
Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM
A370 dan harus digalvanis.
2. Untuk sambuangan baja ke baja.
Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM
A325 dan atau ASTM A490 dan harus terlapis cadmium.
3. Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat harus
baja tahan korosi memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321 atau type lainnya
dari baja tahan korosi.
4. Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi A.N.S.I. B27, type A.
c. Bahan-bahan las : bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari “American
Welding Society” (AWS D1.0-69 : Code for Welding in Building Construction)
1. Baut angkur dan sekrup-sekrup atau mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM
A36 atau A325.
2. Lapisan seng : baja berlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan seng
untuk produksi uliran sekrup harus memenuhi ASTM A153.
3. Baut dan mur yang idak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dan
harus biasanya type segi enam (hexagon-bolt type)

d. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang
belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai
sertifikat dari pabrik.
e. Peraturan-perturan dan standar dibawah ini atau publikasi yang dapat dipakai harus
dipertimbangkan serta merupakan bagian dari spesifikasi ini. Dalam hal ini ada
pertentangan, spesifikasi ini menentukan.

3. Material dan Fabrikasi


a. Semua material baja harus baru dan disetujui pengawas walaupun kontraktor telah
menggunakan bahan yang telah disetujui, pasal berikut ini tetap mengikat kontraktor
untuk tetap bertanggung jawab.
b. Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru dan
merupakan "Hot Rolled Structural Steel" dan memenuhi mutu baja BJ 37 (PPBBI-83)
atau ASTM A36 atau SS41 (JIS.U 3101 - 1970).
c. Seluruh pekerjaan fabrikasi harus dilakukan di workshop, kecuali hal-hal yang tidak
dapat dilakukan di workshop dan dapat dikerjakan di lapangan setelah mendapat
persetujuan Pengawas.
d. Semua bagian baja sebelum dan setelah difabrikasi harus lurus dan tidak ada tekukan
dan ukuran disesuaikan dengan gambar. Sebelum semua pekerjaan fabrikasi dimulai
pelat-pelat baja harus rata dan tidak boleh tertekuk dan bengkok.
e. Semua pekerjaan baja harus disimpan rapi dan ditaruh diatas alas papan. Seluruh
pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat dengan sikat baja
dan dicat zincromate 2 (dua) kali.
f. Kekurangtepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki
atau diganti dengan yang baru atas biaya Kontraktor.
g. Pengawas dan Konsultan berhak meninjau bengkel dan memeriksa pekerjaan fabrikasi
Kontraktor yaitu baja dengan tegangan leleh minimum y = 2.400 kg/cm2.
h. Semua baja yang digunakan harus sesuai bentuk, ukuran dan ketebalannya serta bebas
dari karat, cacat karena tumbukan, tekuk dan puntir, dengan berat sesuai gambar
rencana.
i. Semua fabrikasi yang dilakukan Pemborong harus mengajukan gambar kerja (Shop
Drawing) sesuai dengan gambar rencana untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas,
dan Pemborong tidak diperkenankan memulai pekerjaan sebelum gambar kerja
tersebut disetujui.
Gambar kerja harus menunjukkan detail pelaksanaan secara jelas, untuk hal-hal
berikut:
- Dimensi layout dalam metrik.
- Type dan lokasi sambungan.
- Dimensi bagian-bagian konstruksi bentuk, detail dan berat setiap unit konstruksi.
j. Permukaan yang akan disambung harus rata satu sama lain, digurinda dahulu sebelum
dilakukan penyambungan dan tidak boleh bergeser selama pengelasan dilakukan.
Sisa-sisa atau material las yang berlebih atau kerak-kerak las harus dibersihkan.

4. Contoh Bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material, baja profil, kawat las, cat dasar atau akhir dan lain-lain untuk mendapat
persetujuan MK.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh MK akan dipakai sebagai standar atau
pedoman untuk pemeriksaan atau penerimaan material yang dikirim oleh Kontraktor
ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh material yang
telah disetujui di bengkel MK.

5. Penyimpanan dan Pengiriman Bahan


a. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-balok kayu
untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah, sehingga tidak merusak
material.
b. Dalam penumpukan material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok.
c. Kontraktor harus memberitahukan pengawas sebelum pengiriman konstruksi baja dan
menjamin bahwa setelah di lapangan konstruksi baja tersebut tetap tidak rusak dan
kotor. Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harus mengganti
dengan yang baru.
d. Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali kedudukan angkur-
angkur baja dan memberitahukan kepada Pengawas metode dan urutan pelaksanaan
erection.
e. Ketinggian dasar kolom yang telah ditentukan dan ketinggian daerah lainnya diukur
dengan theodolite oleh Kontraktor dan disetujui Pengawas.

f. Perhatian khusus dalam pemasangan angker-angker untuk kolom dimana jarak-


jarak/kedudukan angker-angker harus tetap dan akurat untuk mencegah
ketidakcocokan dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran angker-
angker tersebut tidak bergeser.
g. Dasar kolom dan bidang bawah pelat pemegang angker harus dalam satu bidang yang
rata betul.
h. Erection komponen-komponen baja harus menggunakan alat mekanik (crane).
i. Tali pengikat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari kabel baja.
j. Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh lebih dari
1/1000 panjang batang/komponen batang.
k. Penyimpangan pertemuan sumbu perletakan dengan sumbu kolom tempat perletakan
maksimum 0.5 cm dari kedudukan pada gambar kerja ke arah horizontal dan 1 cm ke
arah vertikal.
l. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak setelah fabrikasi, tidak akan diperbolehkan
dipakai untuk erection.
m. Untuk pekerjaan erection di lapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli.
Tenaga ahli tersebut harus senantiasa mengawasi dan bertanggung jawab atas
pekerjaan erection. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan erection tersebut harus
mendapat persetujuan pengawas dan berpengalaman dalam erection konstruksi baja
bertingkat guna mencegah hal-hal yang tidak menguntungkan bagi struktur.
n. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-pekerjanya di lapangan,
sesuai ketentuan yang dikeluarkan oleh dinas keselamatan kerja dari Departemen
Tenaga Kerja. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan ikat pinggang pengaman,
safety helmet, sarung tangan dan pemadam kebakaran.
o. Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya, oleh
sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatian khusus pada masalah erection
ini.
p. Dalam pengiriman semua bahan yang didatangkan ketempat pekerjaan dalam keadaan
utuh dan tidak bercacat. Beberapa bahan tertentu harus masih didalam kotak atau
kemasan aslinya yang masih bersegel dan berlabel pabriknya.

6. Tanda-tanda Pada Konstruksi Baja


Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi kode
dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat dipasang dengan mudah.
7. Pemotongan Besi
Semua bekas pemotongan besi harus rapi dan rata. Pemotongannya hanya boleh
dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan mesin las sekali kali
tidak diperkenankan.

8. Perencanaan dan Pengawasan


1. Gambar Kerja dan Metode Pelaksanaan
Sebelum pekerjaan di pabrik dimulai, Kontraktor harus menyiapakan gambar-gambar
kerja yang menunjukkan detail-detail lengkap dari semua komponen, panjang serta
ukuran las, jumlah, ukuran serta tempat baut-baut serta detail-detail lain yang lazimnya
diperlukan untuk fabrikasi.
- Sebelum fabrikasi dimulai, kontraktor harus membuat gambar-gambar kerja yang
diperlukan dan mengirim 3 (tiga) copy gambar kerja untuk disetujui pengawas.
Bilamana disetujui 1 (satu) set gambar akan dikembalikan kepada Kontraktor untuk
dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya.
- Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh pengawas, tidaklah berarti
mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat kesalahan atau perubahan
dalam gambar. Dan tanggung jawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection
tetap ada pada Kontraktor.
- Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.
- Sebelum memulai pelaksanaan, Kontraktor harus memberikan metode pelaksanaan.
2. Ukuran-ukuran
Kontraktor wajib meneliti kebenaran dan bertanggung jawab terhadap semua ukuran
yang tercantum pada gambar kerja.
3. Kelurusan
Toleransi dari keseluruhan tidak lebih dari L/1000 untuk semua komponen.

9. Pemeriksaan dan lain-lain


Sebelum pekerjaan di pabrik harus merupakan pekerjaan yang berkualitas tinggi, seluruh
pekerjaan harus dilakukan dengan ketepatan sedemikian rupa sehingga semua komponen
dapat dipasang dengan tepat di lapangan. MK mempunyai hak untuk memeriksa pekerjaan
di pabrik pada saat yang dikehendaki, dan tidak ada pekerjaan boleh dikirim ke lapangan
sebelum diperiksa dan disetujui MK. Setiap pekerjaan yang kurang baik atau tidak sesuai
dengan gambar atau spesifikasi ini akan ditolak dan bila terjadi demikian, harus diperbaiki
dengan segera.

10. Pengelasan
a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin pengawas, dan menggunakan mesin las listrik.
b. Kawat las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf.
c. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman.
d. Semua pekerjaan pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada
beban bajanya.
e. Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap
menjamin komposisi dan sifat-sifat dari electrode selama masa penyimpanan.
f. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan electrode tersebut.
g. Teknik atau cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan
kualtias dari las yang dikerjakan.
h. Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi
pengaruh besar pada kawat las. Permukaan yang akan dilas juga harus bersih dari
aspal, cat, minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar, bekas potongan api
harus digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
i. Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendah 0F.
Pada temperatur 0F, permukaan las dari titik dimulainya las sampai sejauh 7.5 m juga
dijaga temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.
j. Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan
berputar atau berbengkok.
k. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapis terdahulu harus dibersihkan dari
kerak-kerak las atau slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las yang
berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.

11. Sambungan
a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja,
selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.

b. Hanya diperkenankan 1 (satu) sambungan dalam 1 (satu) bentang. Yang dimaksud


dengan 1 bentang adalah panjang komponen batang baja dimana hanya ujung-
ujungnya terdapat sambungan dengan menggunakan bolt.
c. Semua penyambungan profil baja harus dilaksanakan dengan las tumpul atau full
penetration butt weld.

12. Lubang-lubang Baut


a. Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan diameternya.
Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang baru di lapangan tanpa seijin
pengawas.
b. Pembuatan lubang baut harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis (maksimum
10 mm), boleh memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali
tidak diperkenankan.
c. Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru.
d. Diameter baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar perencanaan.
e. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
f. Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang akan mengurangi kekuatan
baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan menggunakan pengencang baut yang khusus
dengan momen torsi yang sesuai dengan buku petunjuk untuk mengencangkan masing-
masing baut.
g. Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan masih terdapat
paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa menimbulkan kerusakan
pada ulir baut tersebut.
h. Baut harus dilengkapi dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada kedua sisinya.
i. Untuk menjamin pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang sudah
dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya baut yang tidak
dapat dikencangkan.

13. Pemasangan percobaan atau Trial Erection


Bila dipandang perlu oleh MK, Kontraktor wajib melaksanakan pemasangan percobaan
dari sebagian atau seluruh pekerjaan konstruksi. Komponen yang tidak cocok atau yang
tidak sesuai dengan gambar dan spesifikasi dapat ditolak oleh MK dan pemasangan
percobaan tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan MK.

14. Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat. Permukaan profil harus dibersihkan dari
semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya dengan cara mencuci dengan
white spirit atau solvent lain yang cocok. Karat dan kerak harus dihilangkan dengan
cara menggosok dengan wire brush mekanik.
b. Paling lambat 2 jam setelah pembersihan ini, pengecatan dasar pertama sudah harus
dilakukan. Baja yang akan ditanam didalam beton tidak boleh dicat.
c. Sebelum mulai pengecatan, Kontraktor harus memberitahukan kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya untuk aplikasi dari semua bahan cat.
d. Cat dasar pertama adalah cat zinchromat primer 2 (dua) kali di Workshop dengan
menggunakan kuas (brush). Cat dasar ini setebal 2 (dua) kali 50 mikron.
e. Cat finish dilakukan 2 (dua) kali di lapangan setebal 30 mikron, setelah semua
konstruksi selesai terpasang dengan menggunakan kuas (brush).
f. Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai dengan
persyaratan cat yang digunakan.

15. Grouting
Untuk grouting disekitar angker dan dibagian bawah dari base plate dipakai Conbex 100
atau yang setara setebal 2.5 cm. Pekerjaan ini harus menggunakan injection pump.

16. Pemasangan Akhir atau Final Erection


a. Alat-alat untuk pemasangan harus sesuai untuk pekerjaannya dan harus dalam
keadaanbaik. Bila dijumpai bagian-bagian konstruksi yang tidak dapat dipasang atau di
tempatkan sebagaimana mestinya sebagai akibat dari kesalahan fabrikasi atau
perubahan bentuk yang disebabkan penanganan, maka keadaaan itu harus segera
dilaporkan kepada MK disertai dengan usulan cara perbaikannya. Cara perbaikan
tersebut harus mendapat persetujuan dari MK sebelum dimulainya pekerjaan tersebut.
Perbaikan harus dilakukan dihadapan MK. Biaya tambahan yang timbul akibat
pekerjaan perbaikan tersebut adalah menjadi tanggungan Kontraktor. Meluruskan pelat
dan siku atas bentuk lainnya dilaksanakan dengan cara yang disetujui. Pekerjaan baja
harus kering sebagaimana mestinya, kantong air pada konstruksi yang tidak terlindungi
dari cuaca harus diisi dengan bahan “Waterproofing” yang disetujui. Sabuk pengaman
dan tali-tali harus digunakan oleh para pekerja pada saat bekerja ditempat yang tinggi,
disamping pengaman yang berupa “platform” atau jaringan (“net”).
b. Setiap komponen diberi kode atau marking sesuai dengan gambar pemasangan
sedemikian rupa sehingga memudahkan pemasangan.
c. Bagian profil baja harus diangkat dengan baik dan ikatan-ikatan sementara harus
digunakan untuk mencegah tegangan-tegangan yang melewati tegangan izin. Ikatan-
ikatan itu dibiarkan sampai konstruksi selesai. Sambungan-sambungan sementara dari
baut harus diberikan kepada bagian konstruksi untuk menahan beban mati, angin dan
tegangan-tegangan selama pembangunan.
d. Baut-baut, baut angker, baut hitam, baut kekuatan tinggi dan lain-lain harus dipasang
sebagaimana mestinya sesuai dengan gambar detail. Baut kekuatan tinggi harus
dikencangkan dengan kunci momen (torque wrench).
e. Pelat dasar kolam untuk kolom penunjang da npelat perletakan untuk balok, balok
penunjang dan yang sejenis harus dipasang dengan luas perletakan penuh setelah
bagian pendukung ditempatkan secara baik dan tegak. Daerah dibawah pelat harus
diberi adukan lembab atau kering yang tidak susut dan disetujui Konsultan atau MK.
f. Toleransi terhadap penyimpangan kolom dari sumbu vertikal tidak boleh lebih dari
1/1500 dari tinggi vertikal kolom.

17. Pengujian Mutu Pekerjaan


a. Sebelum dilaksanakan fabrikasi atau pemasangan, Kontraktor diwajibkan memberikan
pada MK “Certificate Test” bahan baja profil, baut-baut, kawat las, cat dari produsen
atau pabrik.
b. Bila tidak ada “Certificate Test”, maka Kontraktor harus melakukan pengujian atas
baja profil, baut, kawat las di laboratorium.
c. Pengujian contoh harus disiapkan untuk tiap tipe dari pengelasan dan tiap tipe dari
bahan yang akan di las. Pengujian bersifat merusak contoh dari produsen dan
kualifikasi pengelasan harus diadakan sesuai dengan persyaratan ASTM A370.
d. Pengujian pengelasan yang tidak bersifat merusak.
Khusus untuk bagian-bagiankonstruksi dengan ketebalan bagian yang dilas tidak lebih
dari 2 cm, pemeriksaan mutu pengelasan dilakukan secara visual, bila ditemukan hal-
hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus diuji dengan standar AWS.D.1.0.
Khusus untuk las tumpul bila dianggap perlu oleh MK atau Konsultan harus dilakukan
test ultrasonic atau radiographic.
1. Pengujian secara “Radiographic” harus sesuai dengan lampiran B dari
AWS.D.1.0. Pengelasan dan operator pengelasan harus memberi tanda pengenal
pada baja seperti ditentukan dengan tanda-tanda yang lengkap dan sempurna.
- Kontraktor sebaiknya menyediakan fasilitas untuk pelaksanaan pengujian
secara “Radiographic” termasuk sumber tenaga dari utilitas lainnya tanpa
adanya tambahan biaya pada Pemberi Tugas.
- Perbaikan bagian las yang rusak : Daerah las yang diketahui rusak melebihi
standar yang ditentukan pada “AWS.D.1.0” dinyatakan oleh “Radiographic”
harus diperbaiki dibawah pengawasan MK dan tambahan “Radiographic” dari
daerah yang diperbaiki harus dibuat atas biaya Kontraktor.
2. Pemeriksaan dengan “Ultrasonic” untuk las dan teknik serta standar yang dipakai
harus sesuai dengn lampiran C dari AWS.D.1.0 atau – 75 : Ultrasonic Contact
Examination or Weldments : E273-68 : Ultrasonic Inspection of Longitudinal and
Spiral Welds or Welded Pipe and Tubing (1974).
3. Cara pemeriksaan dengan “Partikel Magnetic” harus sesuai dengan ASTM E109.
4. Cara pemeriksaan dengan “Liquid Penetrant” harus sesuai dengan E109.
5. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh MK.
e. Jumlah pengujian
Jumlah pengujian yang akan dilaksanakan oleh Kontraktor harus seperti yang
ditentukan di lapangan oleh MK.
f. Pemeriksaan visual pengelasan harus dilakukan ketipa operator membuat las dan
setelah pekerjaan diselesaikan. Setelah pengelasan diselesaikan, las harus disikat
dengan sikat kawat dan dibersihkan merata sebelum MK membuat pemeriksaannya.
Konsultan atau MK akan memberikan perhatian khusus pada permukaan yang pecah-
pecah, permukaan yang porous, masuknya kerak-kerak las pada permukaan, potongan
bawah, lewatan atau overlap, kantong udara dan ukuran lasnya. Pengelasan yang
srusak harus diperbaiki sesuai dengan persyaratan AWS.D.1.0.
g. Hasil pengujian dari laboratorium atau lapangan diserahkan pada MK secepatnya.
h. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan atau las dan sebagainya,
menjadi tanggung jawab Kontraktor.

18. Syarat-syarat Pengaman Pekerjaan


a. Bahan-bahan baja profil dihindarkan atau dilindungi dari hujan dan lain-lain.
b. Baja yang sudah terpasang dilindungi dari kemungkinan cacat atau rusak yang
diakibatkan oleh pekerjaan-pekerjaan lain.
c. Bila terjadi kerusakan, Kontraktor diwajibkan untuk memperbaikinya dengan tidak
mengurangi mutu pekerjaan. Seluruh biaya perbaikan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

PASAL 37
PEKERJAAN PENUTUP PLAPOND
Rangka Pelapond terdiri dari :
- hollow Baja Ringan 40.40.0,45 mm
- Pengantung Accessories
- Self drilling screw dia-6x20 mm

Penutup Pelapond.
a. Papan Gypsum memiliki ketebalan……..
b. Papan plafon PVC memiliki ketebalan 10 mm dan lebar efektif papan 20 cm.
c. Memiliki jaminan mutu bahan dengan dibuktikan sertifikat ISO 9001:2015, jaminan
standart ramah lingkungan ISO 14001:2015 dan OHSAS 18001:2007.
d. Rangka yang digunakan Galvalum dengan ketebalan 0.3 mm modul pemasangan rangka
100 x80 cm.
e. Skrup yang digunakan Drywall skrup antikarat.
f. List Profil plafon yang digunakan berbahan PVC kualitas terbaik.
g. Memiliki jaminan garansi 10 tahun
- Sekrup/Piles 2 cm
PASAL 38
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG
1. Semua kunci yang digunakan adalah sekwalitas Gradino/Solid dua putaran, finish stainless
tiap kunci harus mempunyai 3 anak kunci dengan panjang body minimal 25 cm.
2. Untuk pintu dua daun harus dipasang sloot tanam besar (expagnolet) sepanjang 25 cm pada
bagian pinggir/tebal atas bawah, untuk pintu satu daun cukup dipasang sloot sepanjang 3"
pada bagian pinggir sedangkan untuk tiap daun jendela dipasang 2 buah.
3. Engsel yang digunakan untuk pintu yang berhubungan dengan luar jenis kupu-kupu
panjang 6" merk setaraf Gradino/Solid kupu setaraf Belleza ukuran 2,5 ", tiap daun jendela
dipasang 2 buah engsel.
4. Hak angin panjang 30 cm dipasang 2 bh untuk setiap daun jendela.
5. Hardwere kunci gantung, engsel harus diminyaki agar berfungsi baik, semua contoh barang
tersebut harus mendapat persetujuan Direksi. Kunci dan alat penggantung yang terpasang
ternyata tidak berfungsi, harus dibongkar/diganti atas biaya pemborong.

PASAL 39
PEKERJAAN KACA
1. Kecuali ditentukan lain, semua kaca yang digunakan kualitas baik, flat glas, bening dan
tidak bergelombang serta dapat menahan angin 122 kg/m2.
2. Penggunaan kaca : kaca bening 5 mm digunakan untuk jendela kaca mati, pintu kaca
sesuai dengan gambar kerja,
3. Pemasangan kaca harus tepat masuk kedalam rangkanya setiap pemasangan kaca harus
diberi list didempul dan difinish rapi dan tidak menimbulkan bunyi bila ditiup angin. Untuk
kaca stopshole harus dilakukan silen pada bagian pinggir kaca sebagai pengikat kaca.
4. Kaca dipasang sedemikian rupa sehingga tidak bocor, tertanam rapi dan kokoh, kaca yang
telah terpasang harus dibersihkan dan dilap. Kaca yang retak atau ada goresan harus
diganti.

PASAL 40
PEKERJAAN PENGECATAN.
1. Pekerjaan pengecatan dinding.
a. Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi kwalitas
menengah eks. ICI atau yang setara (mutu menengah). Pekerjaan pengecatan
ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dalam gedung.
b. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar -benar telah kering.
c. Sebelum pengecatan pada dinding, kolom dan balok di selasar luar gedung
serta plafond plat beton, terlebih dahulu bidang-bidang tersebut dibersihkan
dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan
menggunakan kertas gosok.
d. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat diplamur dengan
bahan plamur campuran antara 1 lem plamur: 2 semen putih: 3 mi ll.
e. Setelah plamur benar-benar kering pekerjaan dilanjutkan dengan menggosok
plamur hingga permukaan bidang yang akan dicat benar -benar rata.
f. Pekerjaan akhir adalah pengecatan permukaan tersebut dilaksanakan hingga
pekat dan rata.

2. Pekerjaan pengecatan plafond.

a. Cat yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi sekwalitas
Menengah
b. Seluruh permukaan yang akan di cat harus dibersihkan terlebih dahulu dari
segala jenis kotoran.
c. Setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih, dilanjutkan dengan
memberi lapisan primer menggunakan alkali resisting primer produk yang sama
dengan cat yang dipakai atau setara sebanyak 1 kali lapis atau sesuai petunjuk
pemakaiannnya.
d. Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-
benar pekat dan rata.
e. Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis sebelumnya
telah mengering

3. Pekerjaan Pengecatan Dinding Eksterior.

Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding, kolom,


dan balok beton/pasangan bata yang tampak dari luar gedung mengggunakan
jenis cat khusus exterior ICI atau yang setara.
Pengecatan pada dinding dilakukan setelah plesteran dinding benar -benar telah
kering. Pelaksanaan pengecatan tidak boleh dilaksanakan dalam kondisi hujan
atau gerimis.
Sebelum pengecatan pada dinding, kolom dan balok yang tampak dari luar
gedung terlebih dahulu bidang-bidang tersebut dibersihkan dari kotoran dan
jamur yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan
menggunakan kertas gosok.
Semua celah atau lubang yang ada harus diperbaiki terlebih dahulu hingga benar
- benar rata dan dibiarkan sampai benar-benar kering.
Beri lapisan alkali resisting primer setara merata sebanyak 1 lapis pada seluruh
permukaan yang akan di cat.
Untuk pengecatan menggunakan roll atau kuas, campurkan 10 bagian cat dengan
1 bagian air bersih.
Bila menggunakan penyemprot konvensional, campurkan 3 bagian cat dengan 1
bagian air bersih.
Untuk pengecatan semprot dengan airless spray tidak perlu campuran tambahan.
Pengecatan akhir harus dilakukan sebanyak minimal 2 lapis atau hingga pekat
dan rata dengan interval 2-3 jam.

PASAL 41
PEKERJAAN SANITASI
1. Pekerjaan Sanitasi
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan air bersih dan air buangan ini adalah
a. Pekerjaan suplay air bersih dan perlengkapannya.
b. Pekerjaan jaringan pipa air buangan dan perlengkapannya
c. Pekerjaan pemasangan closed Jongkok
d. Pemasangan Wastafel
f. Dan pekerjaan lainnya yang berkaitan dengan sanitair

2. Pekerjaan Suplay Air Bersih Dan Perlengkapannya

a. Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah


Pipa PVC 4”, 3", dan 3/4” 1/2" dipasang pada tempat sesuai gambar rancangan
pelaksanaan, type pipa AW. Perlengkapan-perlengkapan sambungan pipa, terdiri atas
knee, sok, elbow, penutup akhir, reducing sock, faucet sock, socket. Semua
perlengkapan tersebut menggunakan merk yang sama.
b. Pipa dengan diameter 1/2" dan 3/4” atau ukuran lain sesuai gambar dipasang pada
semua jaringan air bersih. Pada sambungan tersebut, kran air diameter 1/2"
disambung dengan faucet sock, disambung dengan reducing sock/reducing sock dan
Tee 1/2" - 1/2".

c. Pada setiap belokan, digunakan knee atau elbow sesuai dengan kebutuhan.
Demikian juga pada setiap sambungan pipa digunakan socket dan disenei.

d. Pipa yang terletak pada dinding harus masuk ke dalam batu bata minimal 2,5 cm, dan
diklem (secukupnya). Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan
plesteran.

e. Kran air yang dipergunakan adalah jenis Ball Valve dengan handel siku

f. Sebelum plesteran dikerjakan terlebih dahulu dilakukan test kebocoran dengan


memasukkan udara bertekanan 6 atmosfir ke dalam saluran air. Kemudian akan
dilakukan test kebocoran dengan mengoleskan buih sabun.

Pekerjaan plesteran (khususnya yang dilalui pipa) baru dapat dilakukan apabila telah
tidak terdapat kebocoran.

3. Pekerjaan Jaringan Air Buangan Dan Perlengkapannya

a. Pekerjaan Septictank dan Resapan (roughing filter).

 Septicktank terbuat dari konstruksi beton dan pasangan bata dengan bentuk dan
dimensi seperti dalam gambar rancangan pelaksanaan.

 Pelaksanaan pekerjaan beton, galian, pasangan batu bata dan lain-lain pekerjaan
yang menyertainya harus dilakukan dengan mengacu persyaratan teknik
pelaksanaan pekerjaan yang berkesesuaian di dalam RKS ini.

 Resapan (roughing filter) tersusun dari galian berisi kerikil dan pasir grosok, yang
kemudian dialirkan kelaut melalui PVC AW dia 3". Ujung pipa didalam pasir
grosok diberi filter Ijuk. Bagian atas resapan ditutup dengan beton rabat tebal 5
cm.
PASAL 42
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1. Lingkup pekerjaan elektrikal ini adalah :

a. Pekerjaan Instalasi Listrik


1. Pekerjaan Instalasi Listrik
2.1 Bahan yang dipakai dalam pekerjaan ini adalah

a. Kabel :
Kabel NYA

b. Stop kontak :
Menggunakan merk sekwalitas Vimar,Broco atau Panasonic + sakelar handel
10 A 3 phase untuk lampu penerangan jalan dan lingkungan.

c. Saklar :
Menggunakan merk sekwalitas Vimar,Broco atau Panasonic

d. Type lampu :
Semua jenis Lampu mengunakan lampu LED
2.2. Panel Listrik
a. Panel untuk penerangaan (PL) dan peralatan (PP) menggunakan box
hanger lengkap dengan komponen-komponennya, termasuk MCB,
mounting rail, cabling material dan accescories lainnya, MCB untuk
tegangan 600 volt - 60 HZ.

b. Semua panel tenaga (PP dan PL) terbuat dari plat baja tebal 1,5 mm
untuk badan panel, dan tebal 2 mm untuk pintu panel serta plat dasar
komponen panel.

c. Isolator untuk ril tembaga harus ditopang dengan kokoh dan mempunyai
tahanan isolasi min. 50 M ohm.

d. Semua panel wall mounted harus dilengkapi dengan raill tembaga untuk
terminal pentanahan (Arde) dan seal karet untuk kabel masuk/ keluar.

e. Pintu panel harus dilengkapi dengan handel yang bisa dikunci, serta
karet (packing), sehingga kedap terhadap uap air.

f. Semua komponen panel yang dibuat harus bare dan dalam kond isi baik
tanpa carat dengan kualitas balk.
2.3 Kabel dan Saluran Kabel
a. Yang digunakan pada instalasi ini adalah kabel yang sudah direkomendasi LMK
menurut standart PLN (SPLN).

b. Kabel NYY digunakan untuk instalasi kabel tenaga. Kabel NYM digunakan
untuk instalasl lampu penerangan dan kotak kontak umum (KKB).

c. Semua penyambungan kabel harus dilaksanakan dalam circulart box dengan


menggunakan terminal strip atau las dop kualitas baik (merk scothlock).
Penyambungan kabel dalam conduit tidak dibenarkan. Semua penyambungan
kabel di terminal panel harus menggunakan sepatu kabel dan setiap group diberi
label dan dlikat yang rapi.

d. Conduit PVC yang dipakai untuk instalasi ini adalah dart jenis/type E (electrical
Conduit) lengkap dengan assesorisnya.

e. Pemasangan conduit dan assesorisnya harus lurus terhadap garis -lures


bangunan dan diklem raps dengan jarak max 100 cm dan menggunakan fisher
yang sesuai.

f. Semua pemasangan konduit yang masuk ke panel, harus menggunakan


bushinglock nut (waiter moer) sehingga bisa kedap terhadap uap air, rapi, kuat
dan tidak tajam terhadap isolasi kabel.

g. Pemasangan kabel tertanam dalam tanah harus ditanam sedalam 50cm dan
dlatasnya diberi penutup batu bata.

h. Bila penanaman kabel dalam tanah melintasi jalan kendaraan, maka kabel harus
diberi pelindung tambahan dengan dimasukkan kerjalam pipa GIP dia 2".

i. Diatas ujung-ajung belokan kabel yang ditanam dalam tanah harus diberi tanda
berupa patok-patok beton ukuran 15 x 15 x 60 cm di bed tanda khusus yang
menyatakan adanya kabel.

j. Semua panel wall mounted harus dilengkapi dengan raill tembaga untuk
terminal pentanahan (Arde) dan seal karet untuk kabel masuk/ keluar.

k. Pintu panel harus dilengkapi dengan handel yang bisa dikunci, serta karet
(packing), sehingga kedap terhadap uap air.

l. Semua komponen panel yang dibuat harus baru dan dalam kondisi baik tanpa
cacat dengan kualitas balk.
Kabel dan Saluran Kabel

a. Yang digunakan pada instalasi ini adalah kabel yang sudah direkomendasi
LMK menurut standart PLN (SPLN).

b. Kabel NYY digunakan untuk instalasi kabel tenaga. Kabel NYM digunakan
untuk Instalasi lampu penerangan dan kotak kontak umum (KKB).

c. Semua penyambungan kabel harus dilaksanakan dalam circulart box, dengan


menggunakan terminal strip atau las dop kualitas baik (merk scothlock).
Penyambungan kabel dalam conduit tidak dibenarkan. Semua penyambungan
kabel di terminal panel harus menggunakan sepatu kabel dan setiap group diberi
label dan diikat yang rapi.

d. Conduit PVC yang dipakai untuk instalasi ini adalah darl jenis/type E (electrical
Conduit) lengkap dengan assesorisnya.

e. Pemasangan conduit dan assesorisnya harus lurus terhadap garls lurus bangunan
dan diklem rapi dengan jarak max 100 cm dan menggunakan fisher yang sesual.

f. Semua pemasangan konduit yang masuk ke panel, harus menggunakan


bushinglock nut (watter moer) sehingga bisa kedap terhadap uap air, rapi, kuat
dan tidak tajam terhadap isolasi kabel.

g. Diatas ujung-ujung belokan kabel yang ditanam dalam tanah harus dibed tanda
berupa patok-patok beton ukuran 15 x 15 x 60 cm di beri tanda khusus yang
menyatakan adanya kabel
2.5. Peralatan Lampu dan Kotak Kontak :
a. Seluruh lampu menggunakan lampu SL 9 dan 12 W Sekwalitas Philips.

b. Sakelar dan kotak kontak adalah untuk pemasangan dalam (inbouw) dengan
standart merk sekwalitas Vimar,Broco atau Panasonic atau yang sederajat,
dipasang setinggi 1,5m dari lantai ruangan.

c. Stop kontak untuk pompa dan peralatan bengkei adalah stop kontak 3 phase
2.6. Pengujian dan Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
 Seluruh instalasi yang belah selesai dipasang, harus diuji untuk menentukan
apakah kerjanya telah sempurna, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan
dalam gambar, spesifikasi dan peraturan yang telah berlaku. Pengujian Instalasi
meliputi :
 Pengujian isolasi

 Pengujian kontinuitas

b. Bila dijumpai bagian-bagian yang tidak memenuhi syarat teknis, Kontraktor


wajib membongkar, memperbaiki/mengganti dan menguji kembali sampai
dinyatakan, memenuhi syarat oleh Direksi.

c. Peralatan-peralatan tambahan yang cliperlukan, walaupun tidak digambarkan


atau disebutkan dalam spesifikasi ini, harus disediakan Kontraktor, sehingga
instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
tambahan biaya.

d. Kontraktor harus memberikan contoh material apabila diminta oleh Pengawas


Lapangan sebelum pelaksanaan untuk disetujui dan apabila ditolak harus
mengganti yang baru, semua biaya yang diperlukan ditanggung oleh
Kontraktor.

e. Pekerjaan yang tercakup dalam bidang ini meliputi penyediaan material,


perlengkapan dan pelaksanaan seluruh sistem listrik, sehingga dapat bekerja
secara sempurna. Spesifikasi ini dan gambar-gambar adalah merupakan bagian-
bagian yang saling melengkapi dan sesuatu yang tercantum dalam spesifilkasi
dan gambar adalah mengikat.

f. Seluruh pekerjaan instalasi harus diseraakan menurut Peraturan Umum Instalasi


Listrik/Peraturan PLN edisi terakhir sebagai petunjuk dan juga peraturan yang
berlaku pada daerah setempat dan standard yang ada (SII, SPLN, LMK, dll).

g. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan koordinasi terlebih dahulu dari
seluruh bagian yang terlibat di dalam kegiatan Proyek/Satuan Kerja ini, agar
gangguan dan konflik antara satu dengan yang lain dapat dihindarkan.
mengalokasi/memperinci setlap pekerjaan sampai detail untuk menghindari
gangguan dan konflik dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.

h. Seluruh material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru dan tahan
terhadap iklim tropis dan dilindungi terhadap kemungkinan korosi.

i. Kontraktor harus menyerahkan daftar dan brosur-brosur dari material/ peralatan


yang akan dipasang pada Proyek/Satuan Kerja. Daftar material berisi antara lain
: nama pabrik dan alamat, no. katalog, nama merk penjualan, uraian dan .
standard penggunaan. Daftar tersebut diwajibkan diserahkan lengkap, tidak
sebagian- sebagian.

j. Kontraktor harus menyerahkan shop drawing untuk disetujui Konsultan


Pengawas sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik selambat-
lambatnya 30 hari setelah menerima Surat Perintah Kerja.

k. Sekring MCB dan MCCB produksi Merlyn Gerin asli dilengkapi dengan box
panel ketebalan 2 mm, dicat dasar anti karat dan dicat finish dengan cat warna
abu-abu atau ditentukan yang lain, dipasang lengkap dengan pintu dan kunci.
Ukuran panel disesuaikan dengan kapasitas (group).

l. Untuk setup panel harus disediakan group cadangan (spare) minimal 10A atau
sesuai gambar.

m. Kontraktor yang akan melaksanakan pekerjaan instalasi listrik harus memiliki


Surat Ijin Kerja sebagai berikut

 Mempunyai surat Ijin lnstalasi listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku.

 Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (TDR) untuk tahun kerja yang


berlaku:

 Sudah berpengalaman dan dapat menunjukkan surat kemampuan/


pengalaman kerja dalam mengedakan pekerjaan.yang sejenis.

PASAL 43
PEKERJAAN LAIN-LAIN

Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :


1. Memperbaiki kerusakan-kerusakan pada bangunan lama akibat pembangunan gedung ini
sehingga antara gedung yang lama dan yang baru menjadi satu bagian yang utuh.
2. Pembersihan lokasi dari sisa-sisa bahan kerja, bekas-bekas bongkaran begisting dan lain-
lain.
3. Pemerataan tanah bekas-bekas galian, timbunan yang masih belum rapi. Pekerjaan lainnya
yang perlu dikerjakan agar pada penyerahan kedua seluruh pekerjaan sudah dalam kondisi
sempurna dan rapi.
PASAL 44
PENYELESAIAN PEKERJAAN

1. Pemborong berkewajiban mengadakan penyempurnaan atas seluruh pekerjaan pada waktu


masa pemeliharaan atau menjelang penyerahan kedua kalinya.
2. Pemborong harus mengusahakan penyelesaian seluruh pekerjaan ini dengan sebaik-baiknya
sehingga memuaskan dari Pihak Pemberi Tugas.

PASAL 45
SPESIFIKASI TEKNIS

N PEKERJAAN DESKRIPSI
O
1. Pekerjaan Sipil / Struktur 1 Kolom : Dihitung penuh tidak di kurangi
balok
2 Balok : Panjang dihitung bersih,dikurangi
kolom
3 Galian : Dihitung berdasarkan gambar dengan
acuan dimensi dan tinggi elevasi yang
direncanakan

2 Pekerjaan Arsitektur 1 Finishing lantai : Luas dihitung bersih batas


dinding dalam
2 Finishing plafond : Luas dihitung bersih batas
dinding dalam.
3 Pasangan bata : Panjang pasangan dihitung
bersih dikurangi kolom struktur, luas kusen
dan kolom nonstruktur.
4 Volume dinding agar dikurangi volume
pasangan dinding keramik.
MEREK
YANG DI
URAIAN DESKRIPSI
NO PILIH
PEKERJAAN BAHAN/SPESEFIKASI/MATERIAL
KONTRAKTO
R
PEKERJAAN SIPIL/ STRUKTUR
1 Pekerjaan Beton Semen Tiga
Struktur Mutu f‟c Roda/Bosow
19,3 MPa. a/Tonasa
Pasir Lokal
Kerikil Lokal
Begisting
Kayu kelas III
Paku 5 cm - 12 cm.
Minyak bekisting
Balok Kayu kelas III
Plywood tbl : 9 mm
Skafolding
Baja Tulangan Krakatau
Baja Tulangan Mutu: Steel,
BJTS40 Gunung
BJTP24 Garuda,
Hani

Pekerjaan Rangka 1. Pekerjaan Rangka Atap Baja


Atap Baja. Ringan Mutu G550
2. Tegangan Leleh Minimum :
Minimum yied strenght 550
Mpa
3. Modulus Elastisitas : 2, 1 x 105
Mpa
4. Modulus Geser : 8 x 104 Mpa
5. Baja Hi Ten G550 lapis Zinc –
Alumunium Coating
6. Profil C75.075, TS.40.045,
Strap Bracing
7. ScrewClas2A2Teks10-
16x16HxF
8. ScrewA2TEKS12-14x20
9. Memiliki SNI 8339:2017
Profill Rangka Baja Ringan

Pekerjaan Penutup 1. Penutup Atap Onduline tile


Atap 2. Memiliki Sertifikat SNI
3. Sertifikat Uji Bahan
4. Surat Jaminan Garansi Pabrik
10 Tahun
Pekerjaan GRC ukuran 2x20 Jayaboard
Lisplank
Pekerjaan Rangka Pelapond terdiri dari :
Pelapond - hollow Baja Ringan 40.40.0,45
mm modul 60 x 60 cm
- Pengantung Accessories
- Self drilling screw dia-6x20 mm

Penutup Pelapond.
h. Plafon Interior menggunakan
gypsum board ukuran
(120x240x9) mm, tebal 9
mm.
i. Plafon Eksterior
menggunakan Calsiboard
ukuran (120x240x9) mm,
tebal 3 mm

Pekerjaan Batu bata merah: Lokal


Pasangan Dinding
- Ukuran : 10x20x5 cm
- Ukuran sesuai dengan SNI15-
2094- 2000
- Kuat tekan sesuai dengan
SNI15- 2094 : 2000
- Bentuk standar bata ialah
prisma segi empat panjang,
bersudut siku-siku dan
tajam,permukaan rata dan tidak
retak-retak

Pekerjaan Kusen Kusen Alumunium


Aluminium dan - Aluminium Alloy 6063, harus Alexindo,
Kaca asli (tidak terbuat dari bahan Handal
serap/sisa)
- Ukuran Profil : 4”
- Tebal Profil :1 mm
- Warna Natural
Harus di kerjakan oleh tenaga yang
telah berpengalaman

Kaca
- Syarat mutu sesuai dengan Asahimas
SNI15- 0047-2005 tentang kaca Magi,
lembaran Tamglass
- Dimensi sesuai dengan gambar
kerja.
Pekerjaan Geranit
Finishing Lantai - Lantai indoor Keramik 40/40
dan Dinding Type Matt Surface (Tidak
Licin)
- Keramik Toilet 40/40 Type
Structure Surface (Bertekstur)
- Dinding keramik Toilet 40x40
KW I
- Warna dan motif akan di
tentukan kemudian oleh Ouner

Pekerjaan Cat Dasar Catylac,


Pengecatan Plamir Dulux,Prima
Cat Penutup 2x shiel,Gigate
x
- Sebelum melaksanakan pekerjaan
pengecatan, kontraktor harus
membuat mockup terlebih dahulu
- Warna/tekstur harus disetujui
PPK/TimTeknis/Owner/Konsultan
Pengawas dengan dibuatkan Berita
- Acara

Pemasangan - Fluks cahaya awal 1500 lm


Lampu - Toleransi fluks cahaya +/-10%
Lampu TL RM - Koreksi Awal Suhu Warna
2X18 Watt 6500 K
- Koreksi Indeks Renderasi
Warna 80
- Kromatisitas awal SDCM<5
- Daya input awal 18 W
- Toleransi konsumsi daya +/-
10%
- Ukuran : r = 200 mm
Pemasangan - Fluks cahaya awal 900 lm
Lampu Lampu - Toleransi fluks cahaya +/-10%
Down Light (Led - Koreksi Awal Suhu Warna
Panel) 9 Watt 4000 K
- Koreksi Indeks Renderasi
Warna 80
- Kromatisitas awal SDCM<5
- Daya input awal 15 W
- Toleransi konsumsi daya +/-
10%
- Ukuran : r = 175 mm
Pemasangan - Fluks cahaya awal 1900 lm
Lampu Lampu - Toleransi fluks cahaya +/-10%
dinding 19 W - Koreksi Awal Suhu Warna
4000 K
- Koreksi Indeks Renderasi
Warna 80
- Kromatisitas awal SDCM<5
- Daya input awal 11 W
- Toleransi konsumsi daya +/-
10%
- Ukuran : r = 150 mm
Pemasangan - Fluks cahaya awal lm 600 lm
Lampu LED - Toleransi fluks cahaya +/-10%
Downlight 7 Watt - Koreksi Awal Suhu Warna
6500 K
- Koreksi Indeks Renderasi
Warna 80
- Kromatisitas awal SDCM<5
- Daya input awal 7 W
- Toleransi konsumsi daya +/-
10%
- Ukuran : r = 115 mm
-
Pemasangan - Inbow
Saklar Tunggal - Swith function : 1-way
- Number of gangs : 1 gang
- Rated curent : 10 AX at 250 V
AC
- Number of terminal : 2
- Material :
PC (polycarbonate) white for
plate
PC (polycarbonate) white for
dolly
PA66 black for base
Embending depth : 12,3 mm
Height : 87 mm
Width : 87 mm
Depth : 28,9 mm
Saklar Ganda - Inbow
- Swith function : 1-way
- Number of gangs : 2 gangs
- Rated curent : 10 AX at 250 V
AC
- Number of terminal : 2
- Material :
- PC (polycarbonate) white for
plate
PC (polycarbonate) white for
dolly
PA66 black for base
- Embending depth : 12,3 mm
- Height : 87 mm
- Width : 87 mm
- Depth : 28,9 mm
Kotak Kontak - Inbow
- Outlet poles configuration : 2P
with shutters
- Rated curent : 10/16 A 230 V
AC 50 Hz
- Outlet standard : Schuko
- Number of gangs : 1 gang
- Material :
PC (polycarbonate) white
for grid plate
PC (polycarbonate) white
for base
- Embending depth : 26 mm
- Height : 87 mm
- Width : 87 mm
- Depth : 38,6 mm
Kotak Kontak AC - Inbow
- Outlet poles configuration : 2P
+E
- Rated curent : 13 A 230 V AC
50 Hz
- Number of gangs : 1 gang
- Material :
PC (polycarbonate) white
for plate
PC (polycarbonate) white
for dolly
PP (polypropylene) black
for base
- Embending depth : 13,8 mm
- Height : 87 mm
- Width : 87 mm
- Depth : 29,3 mm
MCCB - Kapasitas Pemutusan : 7,5 kA
s/d 30 kA pada 380/415 VAC
- Thermal mgnetic trip unit, tidak
dapat disetel
- Fixed type, front connection
- Satu ukuran untuk semua rating
Memenuhi standar IEC 60947-2
MCB - Kapasitas Pemutusan :
Standar SNI 04-6507.1-
2002/Amd1-2006
(IEC 60898-1)
Icn = 4500A (230V – 1P,
400V – 3P)
- Kurva C (magnetis trip antara 5
dan 10 In)
- Daya Tahan MCB :
Elektrical Trip : 10.000 kali
Mechanical Trip : 20.000
kali
Pemasangan Box - Ukuran : 800 x 600 x 200 mm
Panel SDP, 75 A - Material : Plat SPHC 1.2mm
(19 MCB 10 A + Finishing : Powder Coating
1 MCB 20 A) IP 44
Menggunakan Engsel Hitam,
Kunci Master Camlock
Pemasangan Box - Ukuran : 600 x 400 x 200 mm
Panel MDP 3 x 63 - Material : Plat SPHC 1.2mm
A Finishing : Powder Coating
IP 44
Menggunakan Engsel Hitam,
Kunci Master Camlock
Kabel NYY - SNI IEC 60502-1 : 2009
Kabel NYM - SNI 04-6629.4 : 2006
Exhaust Fan - Dimensi : 240 x 240 x 194 mm
- Berat : 1,9 kg
- Tingkat Bising : 32 dB
- Volume Udara : 120 m3/jam
- Daya : 8,5 Watt
- Tegangan / Frekuaensi : 220 V /
50 Hz
Pekerjaan Instalasi - Pipa Air Bersih PVC AW Class,
Plumbing tekanan kerja10kg/cm2
- Pipa Air Bekas PVCAW Class,
tekanan kerja10 kg/cm2
- Pipa Air Hujan PVCAW Class,
tekanan kerja10 kg/cm2
- Fitting &supporting
Pekerjaan Sanitari - Kran air
- Floor Drain
- Kloset Duduk
- Kloset Duduk Difabel
- JetWasher
- KlosetJongkok
- PeganganPipaStainlessSteel
- Spolhoek
- Washtafel+kran+aksesoris
- Cermin
- Cleanout
- Rooftank 1000 liter + WLC
- Bioseptic 1 m3
TABEL 1. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RISIKO K3, PROGRAM K3, DAN BIAYA
Nama Perusahaan :
Kegiatan :

DESKRIPSI RISIKO PENILAIAN TINGKAT RESIKO PENILAIAN SISA RESIKO


JENIS
PERSYARATAN PENGEND PENGEND
BAHAYA NILAI TINGKAT NILAI TINGKAT KETERAN
No. URAIAN IDENTIFIKASI BAHAYA PEMENUHAN ALIAN KEMUNGKINAN KEPARAHAN ALIAN KEMUNGK KEPARAH
(Tipe RISIKO RESIKO RISIKO RESIKO GAN
PEKERJAAN (Skenario Bahaya) PERATURAN AWAL (F) (A) LANJUTAN INAN (F) AN (A)
Kecelakaa (TR) (TR) (TR) (TR)
n)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 IWF 150.75.5.7 ( - Tertimpa Baja IWF
Kolom struktur, - Terluka akibat pengelasan
Kuda-Kuda, Balok ) - Terjatuh dari ketinggian
1) Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya
Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan
sebagai acuan dalam melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lain
sebagai berikut:
a) Occupational Health and Safety Assesment (OHSAS) Series-18001 yang
merupakan standar Internasioanl untuk penerapan SMK3
b) Occupational Health and Safety Manajement System (OHSMS) Konstruksi
Bidang PU
c) Undang-Undang No. 14 Tahun 1969, tentang Perlindungan terhadap Tenaga
Kerja dan Pembinaan Norma Keselamatan Kerja
d) Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja
e) Undang-Undang No. 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi
f) Peraturan Menteri PU No.09/PRT/M/2018 tentang Jasa Konstruksi
g) Permen PU. Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman SMK3
h) SNI 19-0231-1987 Kegiatan Konstruksi, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja
i) SNI 191957-1990 Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja
j) SNI 19-1961-1990 Peraturan Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja
k) SNI 19-3994-1995 Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

2) Sasaran K3 dan Program K3


A. Sasaran K3
a) Tidak ada kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang berdampak
korban jiwa (Zero Accident)
b) Tingkat penerapan elemen SMK3 Minimal 80%
c) Menghindari terjadinya efek negatif tergadap lingkungan yang diakibatkan
oleh aktifitas kerja
d) Semua pekerja wajib menggunakan APD yang sesuai bahaya dan resiko
pekerjaannya masing-masing
B. Program K3
a) Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 yaitu
APD, Rambu-rambu, Spanduk Poster, Pagar Pengaman, Jaring Pengaman,
sesuai kebutuhan dilapangan secara konsisten
b) Melakukan Inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja yang
berpotensi bahaya
c) Memastikan semua pekerja untuk memenuhi peraturan yang telah
ditetapkan
d) Setiap pekerja harus sudah mengikuti induksi K3 sebelum mulai bekerja

PASAL 46
PENUTUP
Hal-hal lain yang belum jelas dalam peraturan dan syarat-syarat kerja ini akan ditentukan
kemudian dalam penjelasan Direksi ditempat pekerjaan, Apabila didalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini tidak tercantum uraian peraturan dan ketentuan yang
seharusnya termasuk didalam pekerjaan pemborong, maka semua pekerjaan harus
dilaksanakan agar tercapai penyelesaian yang diharapkan serta dapat memuaskan semua
pihak.

Pejabat Pembuat Komitmen


Dak Fisik Pekerjaan Tender dan Konsultan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kab.Lombok Barat

LALU AGHA FARABI,ST.,MM


NIP. 19800704 200604 1 009

Anda mungkin juga menyukai