SPESIFIKASI TEKNIS
1. Latar Belakang
Sesuai dengan amanat Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian pasal 14 ayat (3) huruf d, pengembangan perwilayahan industry dilakukan
antara lain melalui pengembangan sentra industri kecil dan menengah(IKM). Salah satu
pengembangan sentra IKM dilakukan melalui pembangunan Sentra IKM.Pembangunan
sentra IKM merupakan salah satu upaya untuk percepatan penyebaran dan pemerataan
pembangunan industri ke seluruh wilayah Indonesia. Sentra IKM merupakan kelompok
IKM dalam satu lokasi/tempat yang menggunakan bahan baku, menghasilkan produk
sejenis, dan/atau melakukan proses produksi yang sama. Mengelompoknya IKM dalam
Sentra akan mempermudah pembinaan untuk meningkatkan kemampuan IKM dalam
Sentra tersebut.
Berdasarkan kondisi saat ini, banyak potensi di daerah yang dapat digunakan untuk
penumbuhan IKM yang belum dimanfaatkan. Di samping itu, pada beberapa daerah sudah
tumbuh sejumlah IKM dalam kondisi tersebar, sehingga pembinaan yang dilakukan
kurang efektif, atau telah berbentuk sentra namun belum optimal. Oleh karena itu, perlu
dilakukan Pembangunan Sentra IKM baik untuk merelokasi IKM yang tersebar maupun
menempatkan IKM baru sehingga dapat dilakukan pengembangan dan penumbuhan IKM
secara efisien.
Maka Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung pada tahun anggaran 2022, melalui
Dinas Perindustrian dan Perdagangan mendapatkan Dana Alokasi Khusus tahun 2022
yang digunakan untuk pembangunan gedung Workshop dan Showroom indsutri IKM
,guna meningkatkan daya saing serta nilai produk yang dihasilkan dari industry kecil
sehingga memberi dampak bagi peningkatan ekonomi dan pendapatan daerah secara
berkelanjutan.
2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pekerjaan ini adalah membuat suatu perencanaan Pembangunan
Workshop dan Showroom di Desa Kebon Ayu Kab. Lombok Barat yang mencakup
kegiatan:
1. Tahap persiapan perencanaan ( konsep rancangan )
2. Tahap pra rencana
3. Tahap pengembangan
4. Tahap rancangan Gambar Detail ,pengadaan RAB dan RKS .
5. Tahap pelelangan.
Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan hasil perencanaan Pembangunan
Workshop dan Showroom sesuai dengan kebutuhan dilapangan dan karakteristik daerah
perencanaan sehingga didapatkan dokumen perencanaan yang lengkap dan dapat
digunakan sebagai pedoman bagi tahapan perencanaan selanjutnya hingga ke pelaksanaan
fisik.
3. Target/Sasaran
Target dan sasaran yang ingin dicapai dalam pekerjaan Pelaksanaan Pembangunan
Pembangunan Showroom dan Workshop Sentra Industri Tenun Desa Kebon Ayu
Kecamatan Gerung adalah adanya tersedianya sarana Pasar Rakyat yang berada di
Kecamatan Gerung
9. Peraturan Teknis
a. Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Kontruksi;
b. Kitab Undang-Undang Perdata (Buku III Tentang Perikatan);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan
d. Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Thaun 2017 tentang Jasa Kontruksi;
e. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Penggadaan
f. Barang/Jasa Pemerintah;
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
h. Indonesia Nomor 21/PRT/M/2019 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
i. Keselamatan Konstruksi;
j. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2021 Tanggal 30 Desember 2021 Tentang
k. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022;
l. Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 84 Tahun 2021 Tanggal 30Desember 2021
Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2022;
1 Pekerjaan Rangka Atap a. Pekerjaan Rangka Atao Baja Ringan Mutu G550 1. Tata Logam ( Taso )
b. Tegangan Leleh Minimum : Minimum yied strenght 550 Mpa 2. Sabe Steel
g. ScrewClas2A2Teks10-16x16HxF
h. ScrewA2TEKS12-14x20
i. Memiliki SNI 8339:2017 Profill Rangka Baja Ringan
2 Pekerjaan Penutup Atap a. Penutup Atap Type Onduline Tile 1.Onduline Tile
3.Gigatex Primashield/Setara
PASAL 1
LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian
Pemborongan terdiri atas meliputi :
1. Pembangunan Gedung Showroom dan Workshop
Pembangunan Gedung Showroom dan Workshop meliputi :
a. Pekerjaan Persiapan
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Pondasi
d. Pekerjaan Pasangan
e. Pekerjaan Beton
f. Pekerjaan Pleseteran, Dinding dan Lantai
g. Pekerjaan Kusen dan Daun
h. Pekerjaan Atap, Canopy dan Plafond
i. Pekerjaan Instalasi Listrik
j. Pekerjaan Instalasi Air
1. Penyediaan tenaga;
2. Pembuatan rencana jadwal pelaksanaan;
3. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan;
4. Penyediaan peralatan;
5. Penyediaan bahan bangunan;
6. Mobilisasi/Demobilisasi;
7. Perlindungan terhadap cuaca;
8. Keselamatan, keamanan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup;
9. Gangguan terhadap lalu lintas dan daerah sekitarnya yang berdekatan;
10. Kerusakan lingkungan yang harus dihindari;
11. Kontraktor harus menjaga kebersihan lokasi proyek.
12. Pembuatan shop d rawing (Gambar Kerja);
13. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As built Drawing) dan buku penggunaan
&pemeliharaan bangunan;
14. Pembenahan dan perbaikan kembali kerusakan fasilitas umum akibat kendaraan proyek;
15. Peraturan/persyaratan teknik yang mengikat;
PASAL 2
PENYEDIAAN TENAGA
1. Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai
untuk proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas :
Pengalam
No Uraian Personil Inti Jumlah Lampiran
an
1 Pelaksana 1 Org 2 Thn SKT Pelaksana
Bangunan
Gedung
2 K3 (SLTA sederajad) 1 Orang 0 Thn Sertifikat /
SKA Ahli K3
Kontruksi
2. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan
Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan
(ditugaskan) di atas lengkap dengan curiculum vitae-nya serta Bagan Organisasinya;
3. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor,
tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya, ditambah 1 (satu) orang
Draftman bila diperlukan untuk pembuatan shop drawing;
4. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 &
2 di atas apabila diminta oleh Konsultan Pengawas/Direksi berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda
kelalaian;
5. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak, Kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri
dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai
pembayaran, perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan
termasuk kompensasi yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan
Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir;
6. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai dari Pemilik Proyek
(Pengguna Jasa) selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari
Pemilik Proyek;
7. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus
memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi
proyek;
8. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan
pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas
pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi;
9. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di
lokasi proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan Pekerjaan. Kontraktor juga harus
melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut
disyaratkan oleh undang-undang.
PASAL 3
PEMBUATAN RENCANA JADWAL PELAKSANAAN
2. Pembuatan Rencana Jadwal Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh Kontraktor Pelaksana
selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.
Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan
Konsultan Pengawas;
3. Bila selama waktu 10 (sepuluh) hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor
Pelaksana belum dapat menyelesaikan pembuatan jadwal pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus dapat menyajikan jadwal pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2
minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan;
4. Selama waktu sebelum rencana jadwal pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus
melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang
harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadwal pelaksanaan 2 mingguan ini harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
PASAL 4
PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN
2. Kontraktor Pelaksana harus, menyediakan/ mendirikan barak direksi (Direksi Keet) yang
dilengkapi dengan : meja rapat lengkap dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup;
meja dan kursi kerja berlaci dan berkunci; 1 set Dokumen Kontrak; Ruang Direksi.Direksi
keet tersebut harus ada baik sewa atau dibangun dengan persyaratan sebagai berikut :
3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk para
pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan
keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Kontraktor Pelaksana harus
segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana (dalam hal ini Kontraktor Pelaksana
diwajibkan mengikuti ASTEK);
4. Semua material yang tersebutkan di dalam butir 1, 2 dan 3 di atas setelah selesainya
pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor Pelaksana dan harus dibersihkan dari
lapangan pekerjaan.
PASAL 5
PENYEDIAAN PERALATAN
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi
dengan baik yang macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen
konstruksinya
2. Peralatan yang harus disediakan oleh Kontraktor untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
No Alat yang diipergunakan Jumlah Kondisi Peralatan
1. Truck/Dump Truck 2 Bh Baik
2. Concrete Mixer 1 Bh Baik
3. Concrete Viberator 1 Bh Baik
4. Water Pump 1 Bh Baik
5. Stamper 2 Bh Baik
3. Konsultan Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara
teknis peralatan yang dipergunakan Kontraktor Pelaksana dinilai tidak memenuhi persyaratan
baik jumlahnya maupun kelayakan fungsinya;
PASAL 6
PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan mutu
dan jumlah/volumenya sesuai dengan tahap-tahap pelaksanaan konstruksi sesuai dengan
jadwal pelaksanaan;
a. Mutu bahan
Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di
dalam Kontrak dan sesuai dengan perintah Direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji
jika Direksi memerintahkan di tempat pengambilan atau pembuatan bahan, atau
dilokasi atau di lain tempat yang ditentukan dalam Kontrak, atau di semua atau
beberapa tempat tersebut. Kontraktor harus memberikan bantuan peralatan, mesin,
pekerja dan bahan-bahan yang biasa yang diperlukan untuk pemeriksaan,
pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan dan kualitas, berat atau banyaknya bahan
yang digunakan dan harus menyediakan contoh-contoh bahan sebelum disertakan
kedalam Pekerjaan, untuk diuji sebagaimana dipilih dan diperlukan oleh Direksi;
Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagaimana di bawah ini
Sedang bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan disini akan disyaratkan langsung
di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi.
b. Batu dan Tanah Urug
Batu harus dari batu yang keras, tidak porus berukuran berat sesuai yang di syaratkan
dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan hasil pecahan.
Berat jenis batu yang dipersyaratkan adalah 2500 kg/m2;
Tanah urug yang disyaratkan harus tanah yang mengandung batuan 60 % dari material
urugan itu sendiri;
c. Air Kerja
Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan
penyiraman guna pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung
minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat
sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi oleh laboratorium.Bila air yang
dipergunakan dari sumber PDAM, maka tidak lagi diperlukan rekomendasi
laboratorium;
d. Semen Portland (PC)
Semen Portland yang digunakan adalah PC jenis I harus satu merk untuk penggunaan
dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau
seluruhnya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara dan di dalam tempat
(gudang) yang memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di
atas;
e. Pasir (Psr)
Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran,
lumpur, asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas :
1. Pasir untuk urugan adalah pasir dengan butiran harus, yang lazim disebut pasir
urug;
2. Pasir untuk pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar
adalah terletak antara 0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir
pasang;
3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat
rekomendasi dari Laboratorium.
f. Kerikil (Krk)
Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali pecah, bersih dan bermutu
baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971.
g. Batu Belah
Batu belah harus dari batu kali/Gunung yang keras, tidak porus berukuran berat sesuai
yang di syaratkan dalam gambar rencana dan minimal ketiga sisinya merupakan hasil
pecahan.
2. Biaya untuk contoh-contoh
Semua contoh-contoh harus disediakan oleh Kontraktor atas biayanya sendiri, bila
penyediaan tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak, tetapi bila
tidak, maka atas biaya Direksi.
3. Biaya untuk pengujian
Biaya untuk pembuatan setiap pengujian atas biaya Kontraktor.Pengujian dilakukan terutama
untuk bahan pembuatan beton yang didatangkan di lokasi pekerjaan. Hal tersebut jelas -jelas
dikehendaki dan ditentukan di dalam Kontrak
4. Pemeriksaan atas kegiatan.
Direksi dan setiap orang yang diberi wewenang olehnya atau oleh Direksi harus setiap saat
diijinkan masuk ketempat Pekerjaan, dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang
dipersiapkan atau darimana asal bahan, yang didapatkannya untuk Pekerjaannya, dan
Kontraktor harus menyediakan setiap fasilitas untuk dan atau segala bantuan dalam
mendapatkan hak untuk masuk tersebut.
PASAL 7
MOBILISASI/DEMOBILISASI
1. Bila didalam harga Penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi/ demobilisasi, maka
uraian dibawah ini adalah penjelasan dari padanya.
Transport lokal alat-alat dan perlengkapan proyek (dengan jumlah yang memadai), sampai
proyek dan membawanya keluar setelah proyek selesai;
2. Kontraktor diijinkan, apabila Direksi tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa
pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat
perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya kontrak;
3. Dalam biaya kontrak tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat,
perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semula;
4. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi kepada
Direksi untuk diketahui dan disetujui.
PASAL 8
PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
Kontraktor harus mengusahakan atas tanggungannya, langkah-langkah dan peralatan yang
perlu untuk melindungi pekerjaan/bahan yang digunakan agar tidak rusak mutunya karena
cuaca.
PASAL 9
DAERAH OPERASI BAGI KONTRAKTOR
Kontraktor harus melakukan pengaturan daerah operasinya sendiri, antara lain untuk :
penyimpanan bahan-bahan bangunan, peralatan konstruksi, peralatan pengadukan beton,
kantor-kantor sementara dan lain-lain.
Areal yang dipilih Kontraktor harus mendapat persetujuan Direksi. Kontraktor harus menjaga
kebersihan dan keteraturan daerah operasinya selama pelaksanaan pembangunan poskesdes.
Kontraktor harus mengatur sendiri pengaturan untuk : air bersih, tenaga listrik, alat komunikasi
dan keperluan-keperluan lainnya selama pelaksanaan pembangunan atas biaya sendiri.
Pada akhir pembangunan, Kontraktor harus membersihkan daerah operasinya dan diterima
baik oleh Direksi.
PASAL 10
PERSETUJUAN DIREKSI
Kecuali dinyatakan lain, semua gambar-gambar, dokumen-dokumen, contoh-contoh bahan
bangunan dan hal-hal lain yang memerlukan persetujuan Direksi harus diserahkan dalam 3
(tiga) rangkap, dan apabila disetujui 1 (satu) rangkap daripadanya akan dikembalikan kepada
Kontraktor dan yang lainnya disimpan oleh Direksi.
PASAL 11
BUKU HARIAN
Kontraktor wajib menyediakan Buku Harian di tempat pekerjaan, Segala kejadian yang
menyangkut pelaksanaan pekerjaan harus dicatat setiap harinya, catatan tersebut meliputi
antara lain :
- Banyaknya pekerjaan yang dikerjakan setiap hari;
- Hari-hari kerja, hari-hari tidak bekerja dan lain-lain;
- Bahan-bahan bangunan yang datang, yang telah dipergunakan dan yang di tolak atau
diterima;Kemajuan dari pekerjaan;
- Kejadian-kejadian di tempat pekerjaan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan.
Buku harian tersebut harus ditanda tangani bersama antara Pelaksana dan Pengawas harian
sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi perbedaan pendapat, maka masing-masing dapat
mengajukan persoalan kepada Direksi Harian/Kepala Pelaksana untuk mendapat penyelesaian.
Disamping buku harian harus menyediakan Buku Direksi, dimana dicatat semua instruksi
Direksi yang ditanda tangani oleh Direksi.
PASAL 12
KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN
TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.
1. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan
yang terjadi, Kontraktor harus :
2. Memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan
menjaga lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam Pengawasannya) serta pekerjaan
(sepanjang belum siap dan belum digunakan oleh Pemilik Proyek) secara tertib agar tidak
membahayakan orang-orang, dan;
3. Menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-
tanda bahaya dan Pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh
Direksi atau diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan atau
untuk keamanan dan kenyamanan publik atau lainnya, dan;
6. Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pemilik Proyek
(Pengguna Jasa) terhadap setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan
pada pihak ketiga oleh kelalaian Kontraktor pula di malam hari harus melengkapi
penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.
PASAL 13.
GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS
DAN DAERAH SEKITARNYA YANG BERDEKATAN
1. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian Pekerjaan dan
perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan
persyaratan ijin Kontrak, harus dilaksanakan tanpa menimbulkan hal-hal yang tidak perlu
dan tidak layak dengan memperhatikan :
2. Kenyamanan masyarakat;
Jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi
dan jalan setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta benda baik yang
dimiliki oleh Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) atau pihak lainnya.
Kontraktor akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada
Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja,
kerusakan, biaya, denda, dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan
dengan, semua permasalahan sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor;
3. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada
peraturan daerah setempat atau perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang
berwenang dan berkompeten.
Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan keselamatan masyarakat
umum (setempat).
Kontraktor harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian
terhadap semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran
yang timbul akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan Sub-Kontraktor yang menimbulkan
halangan atau mempengaruhi lalu lintas, dan jalan tersebut.
4. Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam
kondisi baik selama pelaksanaan.
PASAL 14
KERUSAKAN YANG HARUS DIHINDARI
1. Kontraktor akan menggunakan segala cara yang wajar dalam menjaga jalan jalan atau
jembatan-jembatan yang menghubungkan tempat atau semua jalur ke lokasi proyek dari
kerusakan akibat lalu lintas yang disebabkan oleh Kontraktor atau Sub-Kontraktor dan,
secara khusus akan menyeleksi jalur yang ada, memilih dan menggunakan kendaraan dan
membatasi beban dan mendistribusi beban itu antara kendaraan sehingga kemacetan luar
biasa yang tidak dapat dielakkan yang terjadi dikarenakan pemindahan material,
bangunan, peralatan Kontraktor atau Pekerjaan sementara dari dan ke lokasi proyek
dibatasi sebanyak mungkin, sehingga jalan jalan dan jembatan-jembatan terhindar dari
kerusakan yang tidak perlu terjadi;
2. Kontraktor harus bertanggung jawab dan akan membayar biaya untuk memperkuat
jembatan jembatan atau merubah atau memperbaiki setiap jalan atau semua jalur yang
menghubungkannya dengan lokasi proyek sebagai fasilitas bagi pergerakan peralatan
Kontraktor atau Pekerjaan sementara dan Kontraktor harus mengganti kerugian dan
melindungi Pemilik Proyek terhadap semua tuntutan akibat kerusakan setiap jalan atau
jembatan akibat pengangkutan tersebut, termasuk tuntutan yang mungkin ditujukan
langsung kepada Pemilik Proyek, dan akan melakukan negosiasi dan membayar semua
tuntutan yang timbul semata-mata akibat kerusakan tersebut;
3. Diluar dari pada ayat 1, setiap kerusakan yang terjadi pada jembatan atau jalur
penghubung atau yang menghubungkannya dengan lokasi proyek yang ditimbulkan
sebagai akibat dari pengangkutan material atau bangunan, oleh Kontraktor harus
diberitahukan kepada Direksi dengan tembusan kepada Pemilik Proyek, secepatnya
setelah menyadari adanya kerusakan tersebut atau secepatnya setelah ia menerima
tuntutan dari pihak berwenang yang berhak mengajukan tuntutan. Berdasarkan peraturan
atau perundang-undangan bila timbul kerusakan yang terjadi sebagai akibat dan muatan
material atau bangunan, maka Kontraktor diwajibkan untuk mengganti segala kerugian
kepada badan yang berkenang mengelola jalan dimana Pemilik Proyek (Pengguna Jasa)
tidak akan bertanggung jawab terhadap semua biaya, denda atau pengeluaran yang
berkenaan dengan hal tersebut. Pada kasus lain Pemilik Proyek (Pengguna Jasa) dapat
mengadakan negosiasi dalam mencapai penyelesaikan dan membayar semua biaya
sehubungan dengan tuntutan, kelangsungan pekerjaan, kerusakan, biaya, denda dan
pengeluaran yang ada hubungannya dengan hal tersebut dan membebaninya kemudian
kepada Kontraktor;
4. Bila dalam pandangan Direksi sesuatu tuntutan atau bagian dari padanya, dikarenakan
kelalaian dari pihak Kontraktor dalam mengamati dan menjalankan kewajibannya
berdasarkan ayat 1, maka besarnya biaya yang ditentukan oleh Direksi setelah
berkonsultasi dengan Pemilik Proyek dan Kontraktor, harus dilunasi dan kegagalan
tersebut harus ditebus Kontraktor dan pembayaran yang menjadi hak atau bakal menjadi
hak Kontraktor dan Direksi akan memberitahu Kontraktor bila penyelesaian pembayaran
akan dirundingkan dan, bila ada biaya yang akan ditarik dari Kontraktor, Pemilik Proyek
(Pengguna Jasa) akan berkonsultasi dengan Kontraktor sebelum penyelesaian tersebut
disetujui.
PASAL 15
KONTRAKTOR HARUS MENJAGA KEBERSIHAN LOKASI PROYEK
Selama pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus menjaga agar lokasi proyek, bebas dari semua
halangan yang tidak perlu dan akan menyimpan atau menyisihkan setiap peralatan dan
kelebihan material milik Kontraktor dan membersihkan serta memindahkan segala rongsokan
dan sampah yang tidak perlu dari lokasi proyek.
PASAL 16
JAM KERJA
Kontraktor leluasa mengatur jam kerjanya sendiri.Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan pada
malam hari, Kontraktor harus menyediakan/menyiapkan yang diperlukan, misalnya
penerangan lampu dan sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas tanggungan biaya
Kontraktor dan atas persetujuan dan Konsultan Pengawas/ Direksi.
PASAL 17
PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat karena tidak sesuai dengan
gambar atau RKS, maka atas perintah Direksi pihak Kontraktor harus membongkarnya dalam
jangka waktu yang ditetapkan oleh Direksi dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya
pihak Kontraktor.
PASAL 18
PEMBUATAN SHOP DRAWING
Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh Kontraktor sebelum suatu komponen
konstruksi dilaksanakan yaitu :
a. Untuk pekerjaan perlu penyesuaian dengan kondisi lapangan;
b. Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai;
c. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan)
pada detail pelaksanaan yang mendahuluinya;
d. Direksi/Pengawas memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.
e. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen
konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.
PASAL 19
PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)
Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar
sesuai pelaksanaan yang terdiri atas :
a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya;
b. Shop Drawing sebagai penjelasan rencana kerja lanjutan Trehabilitasi Sedang/Berat
Gedung Kantor (jika ada);
c. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh
persetujuan Direksi setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti;
a. Gambar sesuai pelaksanaan dan buku penggunaan & pemeliharaan bangunan merupakan
bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal
ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.
PASAL 20
PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI
Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana
meliputi :
PASAL 21
PERATURAN TEKNIK YANG MENGIKAT
1. Peraturan Teknik Yang Dikeluarkan/Ditetapkan Oleh Pemerintah RI.
Apabila tidak disebutkan lain di dalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat
peraturan-peraturan dibawah ini :
a. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan (PUPB NI-3/56);
b. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982);
c. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengerahan Tenaga Kerja);
d.Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat.
2. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti
a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka
gambar detail yang diikuti;
b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan
angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penu lisan angka tersebut
yang jelas akan menyebabkan ketidak sempurnaan/ketidak sesuaian
konstruksi, harus mendapatkan keputusan Direksi lebih dahulu;
c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti,
kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas
mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapatkan
keputusan Direksi;
d. RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan
lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga
sebaliknya;
e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar
setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara
Penjelasan Pekerjaan;
f. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum
ukuran skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat
dipergunakan.
PASAL 22
PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN
Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang
tidak memenuhi syarat teknis yang bila dilaksanakan dapat menimbulkan kerusakan
konstruksi atau kegagalan struktur, maka Kontraktor Pelaksana wajib melaporkannya
kepada Direksi secara tertulis, dan menangguhkan pelaksanaannya sampai memperoleh
keputusan yang pasti dari Direksi.
1. UMUM
Sedapat mungkin harus dipakai bahan-bahan dalam negeri untuk keperluan
konstruksi.
Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi atau diijinkan oleh Direksi secara tertulis semua
bahan-bahan atau barang-barang harus sesuai dengan terbitan terbaru dari J.I.S. yang
dapat digunakan atau British Standard (selanjutnya disebut B.S.) dan Normalisasi
Indonesia (selanjutnya disebut N.I.), atau Standard Industri Indonesia (SII).
Bahan-bahan lain yang tidak sepenuhnya disebut didalamnya dan untuk mana tidak
ada dalam JIS, BS atau NI, harus disetujui secara khusus oleh Direksi.
b. Jika Direksi menganggap perlu, maka Kontraktor atas biayanya sendiri harus dapat
memberikan test sertifikat dari pabrik.
e. Setiap test bahan atau pekerjaan yang telah selesai harus dilaksanakan dengan
disaksikan Direksi dan harus dilaksanakan sedemikian memenuhi persyaratan yang
diminta.
g. Setiap kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh tidak disetujuinya bahan-bahan
tersebut oleh Direksi menjadi tanggungan Kontraktor.
h. Direksi mempunyai kebebasan untuk menolak salah satu atau semua bahan-bahan
dan metoda pelaksanaan yang tidak sama kwalitasnya dan sifatnya seperti contoh-
contoh yang telah disetujui dan Kontraktor harus segera memindahkan bahan-bahan
atau membongkar pekerjaan - pekerjaan yang dimaksud atas tanggungannya.
4. SEMEN
a. Umum
Semen yang dipakai untuk beton harus dari merek/pabrik yang disetujui dan harus
Portland Cement tahan sulfate atau Portland Cement Type I ditambah bahan
Additive yang sesuai dengan JIS R 5210, ASTM C 150 dan atau SII-0013-81,
terkecuali jika ditentukan lain.
Jika Kontraktor menginginkan, maka P.C. yang cepat mengeras boleh dipakai sebagai
pengganti P.C. tahan sulfat asal mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi/
Engineer/Pengawas.
b. Sertifikat pengujian dan lain-lain
Setiap pengiriman semen harus disertai dengan pengiriman sertifikat dari pabrik
yang menunjukkan bahwa semen tersebut telah diuji dan dianalisa mengenai
komposisi kimianya dan bahwa coba uji dan analisa tersebut dalam segala-galanya
sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang relevan dengan JIS, BS atau N I. Setiap
pengiriman semen, yang dikirim ke site harus diuji dan dianalisa menurut persyaratan
yang relevan dengan JIS, BS atau N I. Sampel akan dikumpulkan sebagaimana
ditentukan oleh Direksi dan pengujian harus dilaksanakan pada laboratorium yang
telah disetujuinya. Semen yang telah dipakai untuk sample-sample tidak boleh
dipakai pada pekerjaan apapun sebelum coba ujinya dan analisanya telah selesai
dan hasilnya telah diterima dengan baik oleh Direksi. Sebagai tambahan dari test-
test dan analisa-analisa tersebut diatas Direksi dapat menguji semen yang telah
disimpan di Site sebelum dipakai untuk menentukan apakah semen yang didatangkan
telah rusak selama pengangkutan atau selama disimpan. Tidak boleh ada semen
yang dipakai sebelum diterima dan dinyatakan baik oleh Direksi. Banyaknya
semen untuk test tidak ditentukan dan ongkos pengujiannya harus dimasukkan
dalam bill of quantity untuk masing-masing pekerjaan. Direksi dapat menolak
semen yang didatangkan/yang ada, berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan, meskipun semen itu telah mendapat sertifikat pabrik. Semua semen yang
telah ditolak harus segera dipindahkan dari Site, atas biaya Kontraktor.
c. Pengangkutan dan penyimpanan semen
Umur semen pada waktu dilever dilapangan tidak boleh lebih dari 2 (buah) bulan
dan semen harus dipakai dalam waktu 3 bulan setelah datang di Site (lokasi
pekerjaan).
Semen harus diangkut ke Site dalam kendaraan yang tertutup, terlindung dengan baik
terhadap cuaca dan harus disimpan dengan baik didalam gudang-gudang yang
mempunyai cukup ventilasi, tahan terhadap cuaca dan tahan air untuk mencegah
kerusakan karena lembab. Lantai gudang semen harus terbuat dari kayu setinggi
paling sedikit 30 cm diatas tanah dan diberi ventilasi.
Agregat kasar terdiri dari kerikil pecah yang telah disetujui atau pecahan batuan
dengan ukuran butir maximum tidak melebihi yang dipersyaratkan. Untuk seluruh
pekerjaan beton agregat kasar harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan
dalam BS 882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm - 5 mm, 20 mm - 5
mm ukuran nominal atau syarat dalam N I atau dalam tabel berikut ini dari JIS.
Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS A 1002 sieve).Apabila dari
analisa gradasi menunjukkan kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempe-ngaruhi kerapatan beton, Direksi dapat memberi petunjuk kepada
Kontraktor untuk menambah kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.
Kerapatan berbagai kelas beton akan ditentukan oleh Direksi setelah dilakukan
pengetesan dilapangan. Kerikil dari batu pecah haruslah keras, tidak lapuk, bersih
dan tidak mengandung clay atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus dipecah
untuk mendapat ukuran yang disyaratkan dengan jenis crusher yang disetujui.
Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus dipisahkan dan kalau
dikehendaki Direksi harus dicuci secara seksama.
Pasir untuk beton harus bersih dan bebas dari clay atau zat-zat organik, dan harus
mempunyai gradasi sedemikian apabila dicampur dengan agregat kasar, akan
menghasilkan beton dengan kerapatan maximum. Gradasi dari agregat halus harus
masuk dalam batasan yang ditentukan dalam BS 1198 - 1200 atau dalam N I atau
dalam tabel berikut ini dari JIS. Prosentase terhadap berat yang lolos saringan (JIS
A 1102 sieve) Ukuran saringan (mm).Pasir dari pecahan batu dapat
ditambahkan pada pasir alami untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang
memenuhi syarat.Pasir dari pecahan batu saja dapat dipakai hanya atas persetujuan
Direksi.
Direksi dapat memerintahkan kepada Kontraktor pada setiap saat untuk mengambil
contoh agregat dari lapangan atau sumber agregat untuk dilakukan testing menurut
cara yang diuraikan dalam BS 812, JIS A 1102 atau N I.
Agregat yang tidak memenuhi syarat dalam test, harus diganti atau dicuci sampai
test lebih lanjut untuk membuktikan bahwa dapat memenuhi persyaratan untuk
dipakai.Semua biaya yang dikeluar-kan untuk dipenuhinya persyaratan ini
menjadi tanggungan Kontraktor.
5.5. Penyimpanan agregat
Pasir dan agregat kasar untuk bahan beton harus disimpan dalam bak atau lantai
papan yang direncanakan khusus untuk mencegah terpisahnya suatu komposisi
agregat tertentu atau tercampurnya agregat dari ukuran yang berbeda-beda, dan
menghindarkan tercampurnya agregat dengan debu, zat-zat organik atau bahan-
bahan pencemar lainnya.
Agregat dengan ukuran tertentu harus disimpan secara terpisah kecuali disetujui
lain oleh Direksi/Engineer/Pengawas.
6 AIR
Air yang akan digunakan untuk adukan beton harus bersih, tawar dan bebas dari zat-
zat organik atau inorganic yang larut atau mengambang dalam suatu jumlah yang dapat
mengurangi kekuatan atau keawetan beton.
Apabila mungkin, air harus diperoleh dari sumber air minum, apabila dari sumber
lain harus mendapat persetujuan Direksi.
Hanya air dengan kwalitas yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pembuatan
beton, penyemprotan dan membasahi acuan (form work) atau pengeringan beton.
Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk memperoleh atau penyimpanan yang
cukup dilapangan untuk mengaduk dan mengeringkan beton dan menyemprot dan
membasahi acuan.
Apabila ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam di lokasi Proyek/Satuan
Kerja. Apabila Kontraktor menggunakan sumber ini, maka seluruh biaya pengadaan,
pemeliharaan, sumber tenaga listrik dan biaya lain-lainnya untuk memperoleh air ini,
seluruh biayanya harus ditanggung Kontraktor sendiri.
7 BATU PASANG
Batu Pasang yang akan digunakan dalam pekerjaan ini harus dari kwalitas terbaik. Batu
harus keras, tahan lama, liat, tahan terhadap goresan dan cuaca, serta bebas dari tanah
atau sampah-sampah lain. Batu pecah tidak boleh mengandung lempung, bagian-bagian
yang pipih atau pancang atau cadas yang lapuk.
Batu untuk keperluan talud pelindung lereng harus mempunyai berat per unit sesuai
dengan yang tertera pada gambar rencana dan merupakan batu pecah/belah dan bukan
batu dengan bentuk bulat dan memiliki paling sedikit 3 bidang muka.
Sumber tempat pengambilan batu harus disetujui oleh Direksi/Engineer.
Pemborong harus mengatur sedemikian rupa sehingga persediaan batu yang disyaratkan
untuk pekerjaan dapat terjamin.
8. MATERIAL TIMBUNAN
Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan terdiri dari tanah atau bahan-
bahan batuan yang digali dan disetujui oleh Direksi sebagai bahan-bahan yang memenuhi
syarat untuk penggunaan dalam pekerjaan permanen.
Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak termasuk penggunaan tanah liat
yang sangat plastis, diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau sebagai
CH pada Unified or Cassagrande Soil Classification System. Dimana penggunaan tanah-
tanah plastis berkadar tinggi tidak dapat dihindari secara layak, maka bahan-bahan
tersebut hanya akan digunakan di bagian dasar timbunan atau dalam urugan kembali
yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tidak ada tanah
plastis berkadar tinggi yang akan digunakan sama sekali pada lapisan bahan-bahan 400
mm di bawah setiap tanah dasar perkerasan atau bahu jalan. Sebagai tambahan, maka
timbunan dalam daerah ini bilamana diuji sesuai dengan AASHTO T 193 harus
mempunyai suatu nilai CBR tidak kurang dari pada 6 % setelah terendam empat hari bila
dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagaimana ditentukan sesuai
AASHTO T99.
Tanah yang mempunyai sifat mengembang (meretak) sangat tinggi yang mempunyai
suatu nilai aktivitas lebih besar daripada 1,25 atau suatu derajat pengembangan yang
digolongkan oleh AASHTO T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak akan
digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas (PI) (AASHTO T90) Presentase Ukurang Tanah Liat (AASHTO T88).
Timbunan dengan bahan-bahan terpilih
Timbunan hanya akan digolongkan sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih jika
digunakan pada lokasi atau untuk tujuan timbunan dengan bahan-bahan terpilih telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas. Semua timbunan lainnya yang
digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa atau drainase porous.
Timbunan yang diklasifikasi sebagai timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri
dari bahan-bahan tanah atau batuan yang memenuhi semua persyaratan bahan diatas
untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu lainnya yang
disyaratkan, tergantung pada penggunaannya yang dimaksudkan, sebagaimana diarahkan
atau disetujui oleh Pengawas.
Dalam semua hal, maka semua timbunan dengan bahan-bahan terpilih, bila diuji dengan
AASHTO T193 harus mempunyai suatu nilai CBR sekurang-kurangnya 10 % setelah 4
hari direndam bila dipadatkan sampai 100 % kepadatan kering maksimum sebagai mana
ditentukan sesuai dengan AASHTO T99.
Bila digunakan dalam situasi pemadatan dengan kondisi jenuh atau banjir tidak dapat
dihindari, maka timbunan dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atau
kerikil atau bahan-bahan butiran bersih lainnya dengan suatu indeks plastisitas
maksimum 6%.
Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau lereng atau dalam situasi lainnya
dimana kekuatan geser adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan normal, maka
timbunan dengan bahan-bahan terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil
berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir atau tanah liat yang memiliki
plastisitas rendah.
Jenis bahan-bahan yang dipilih dan disetujui oleh Direksi akan tergantung pada
kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun atau pada tekanan tanah yang
harus dipikul.
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT ( RKS )
PASAL 24
PEKERJAAN PERSIAPAN
Meliputi pekerjaan:
Pengukuran dan pemasangan bouwplank
Pekerjaan Pembersihan awal dan akhir lokasi pekerjaan
Membuat papan nama proyek
Menyiapkan system SMK3
PASAL 25
PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNAN (BOUPLANK)
PASAL 26
PEKERJAAN GALIAN TANAH
1. Seluruh pekerjaan galian dilakukan sampai pada kedalaman sesuai dengan gambar
rancangan pelaksanaan.
2. Lubang galian harus dibuat yang cukup guna memperoleh ruang kerja yang cukup
dan kemiringan sisi-sisinya tidak mudah longsor.
3. Tanah bekas galian diletakkan pada sisi-sisi galian sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu jalannya pekerjaan galian dan tanah bekas galian tidak dapat longsor
ke dalam galian.
PASAL 27
URUGAN TANAH
1. Urugan tanah yang akan dilaksanakan yaitu urugan tanah untuk perataan site, urugan tanah
dibawah lantai, (sesuai Gambar Rencana/Gambar Kerja).
2. Urugan tanah harus menggunakan tanah urug yang baik dan harus dipadatkan dengan
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.
Pelaksanaan Pekerjaan :
a. Penyiapan Lapangan
Sebelum menempatkan urugan diatas suatu lapangan, semua operasi pemotongan
dan pembersihan termasuk pengisian lubang-lubang disebabkan pembongkaran
akar-akar harus disesuaikan sesuai dengan spesifikasi, daan semua bahan-bahan
yang tidak cocok harus dibuang dari batangan tersebut seperti diperintahkan Direksi
Teknik.
Bilamana tingginya timbunan adalah satu meter atau kurang, tempat pondasi
timbunan harus dipadatkan secara menyeluruh (termasuk membuat lepas-lepas,
mengeringkan atau membasahi jika diperlukan) sampai bagian puncak tanah setebal
15 cm, memenuhi persyaratan kepadatan yang ditetepkan untuk urugan yang
ditetepkan disana.
b. Penimbunan Urugan
Urugan harus disisipkan sampai permukaan yang telah dibuat dan ditebarkan dalam
lapisan-lapisan yang rata tidak melebihi ketebalan padat 20 cm.
Urugan tanah harus diangkat secara langsung dari daerah galian bahan ketempat
yang sudah disiapkan dan dihampar (dalam cuaca kering). Penumpukan tanah pada
umumnya tidak diizinkan, khususnya selama musim hujan.
c. Pemadatan urugan
Segera setelah pemadatan dan penebaran urugan, masing-masing lapisan tanah harus
dipadatkan menyeluruh dengan peralatan pemadatan yang cocok dan memadai
sampai disetujui dan diterima oleh Direksi Teknik.
Urugan timbunan harus dipadatkan dimulai pada ujung paling luar serta masuk
ketengah dalam satu cara dimana masing-masing bagian menerima desakan
pemadatan yang sama.
PASAL 28
URUGAN PASIR
1. Urugan Pasir yang akan dilaksanakan yaitu urugan pasir dibawah lantai serta urugan pasir
dibawah pondasi (sesuai gambar rencana/gambar kerja).
2. Urugan pasir harus menggunakan pasir urug yang baik dan harus dipadatkan dengan
mengairi sampai jenuh hingga mencapai kepadatan maksimal.
PASAL 29
PEKERJAAN BETON BERTULANG
A. UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang termasuk meliputi :
a. Penyediaan dan pendayagunaan semua tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi
dan perlengkapan-perlengkapan untuk semua pembuatan dan mendirikan semua baja
tulangan, bersama dengan semua pekerjaan pertukangan/keahlian lain yang ada
hubungannya dengan itu, lengkap sebagaimana diperlihatkan, dispesifikasikan atau
sebagaimana diperlukannya.
b. Tanggung jawab "kontraktor" atas instalasi semua alat-alat yang terpasang, selubung-
selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum pada
pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (PBI 1971), ASTM dan
ACI.
c. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis
besar. Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam
gambar-gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran
antara kedua macam gambar itu, maka ukuran yang harus berlaku harus
dikonsultasikan terlebih dahulu dengan perencana atau Direksi Lapangan guna
mendapatkan ukuran yang sesungguhnya disetujui oleh perencana.
d. Jika karena keadaan pasaran, besi penulangan perlu diganti guna kelangsungan
pelaksanaan maka jumlah luas penampang tidak boleh berkurang dengan
memperhatikan syarat-syarat lainnya yang termuat dalam PBI 1971. Dalam hal ini
Direksi Lapangan harus segera diberitahukan untuk persetujuannya, sebelum fabrikasi
dilakukan.
e. Penyediaan dan penempatan tulangan baja untuk semua pekerjaan beton yang
berlangsung dicor di tempat, termasuk penyediaan dan penempatan batang-batang
dowel ditanamkan di dalam beton seperti terlihat dan terperinci di dalam gambar atau
seperti petunjuk Direksi Lapangan dan, bila disyaratkan, penyediaan penulangan untuk
dinding blok beton.
f. "Kontraktor" harus bertanggungjawab untuk membuat dan membiayai semua desain
campuran beton dan test-test untuk menentukan kecocokan dari bahan dan proporsi dari
bahan-bahan terperinci untuk setiap jenis dan kekuatan beton, dari perincian slump,
yang akan bekerja/berfungsi penuh untuk semua teknik dan kondisi penempatan, dan
akan menghasilkan yang diijinkan oleh Direksi Lapangan. Kontraktor berkewajiban
mengadakan dan membiayai Test Laboratorium.
g. Pekerjaan-pekerjaan lain yang termasuk adalah :
- semua pekerjaan beton yang tidak terperinci di luar ini
- pemeliharaan dan finishing, termasuk grouting
- mengatur benda-benda yang ditanam di dalam beton, kecuali tulangan beton
- koordinasi dari pekerjaan ini dengan pekerjaan dari lain bagian
- sparing dalam beton untuk instalasi M/E
- penyediaan dan penempatan stek tulangan pada setiap pertemuan dinding bata
dengan kolom/dinding beton struktural dan dinding bata dengan pelat beton
struktural seperti yang ditunjukkan oleh Direksi Lapangan.
2. Referensi dan Standar-Standar
Semua pekerjaan yang tercantum dalam bab ini, kecuali tercantum dalam gambar atau
diperinci, harus memenuhi edisi terakhir dari peraturan, standard dan spesifikasi berikut
ini :
a. PBI - 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia - 1971
b. SKSNI - 1991 Tatacara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
c. PUBI – 1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
d. ACI - 304 ACI 304.1R-92, State-of-the Art Report on Preplaced Aggregate
Conc. for Structural and Mass Concrete, Part 2
ACI 304.2R-91, Placing Concrete by Pumping Methods, Part 2
e. ASTM - C94 Standard Specification for Ready-Mixed Concrete
f. ASTM - C33 Standard Specification for Concrete Aggregates
g. ACI - 318 Building Code Requirements for Reinforced Concrete
h. ACI - 301 Specification for Structural Concrete of Building
i. ACI - 212 ACI 212.IR-63, Admixture for Concrete, Part 1
ACI 212.2R-71, Guide for Use of Admixture in Concrete, Part 1
j. ASTM - C143 Standard Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
k. ASTM - C231 Standard Test Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by
the Pressure Method
l. ASTM - C171 Standard Specification for Sheet Materials for Curing Concrete
m. ASTM - C172 Standard Method of Sampling Freshly Mixed Concrete
n. ASTM - C31 Standard Method of Making and Curing Concrete Test Specimens in
the Field
o. ASTM - C42 Standard Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed
Beams of Concrete
p. ASTM - C309 Standard Specification for Liquid Membrane Forming Compounds for
Curing Concrete
q. ASTM - D1752 Standard Specification for Performed Spange Rubberand Cork
Expansion Joint Fillers for Concrete Paving and Structural Construction
r. ASTM - D1751 Standard Specification for Performed Expansion Joint Fillers for
Concrete Paving and Structural Construction (Non-extruding and
Resilient Bituminous Types)
s. SII Standard Industri Indonesia
t. ACI - 315 Manual of Standard Practice for Reinforced Concrete
u. ASTM - A185 Standard Specification for Welded Steel Wire Fabric for Concrete
Reinforcement.
v. ASTM - A165 Standard Specification for Deformed and Plain Billet Steel Bars for
Concrete Reinforcement, Grade 40, deformed, for reinforcing bars,
Grade 40, for stirrups and ties.
w. Petunjuk-petunjuk lisan maupun tertulis yang diberikan oleh pengawas.
3. Penyerahan-penyerahan
Penyerahan-penyerahan berikut harus dilaksanakan oleh Kontraktor kepada Direksi
Lapangan sesuai dengan jadwal yang telah disetujui untuk menyerahkan dan dengan
segera sehingga tidak menyebabkan keterlambatan pada pekerjaan sendiri maupun pada
pekerjaan kontraktor lain.
a. Gambar pelaksanaan
Merupakan gambar tahapan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh Kontraktor
kepada Direksi Lapangan untuk mendapat persetujuan ijin.
Penyerahan harus dilakukan sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum jadwal
pelaksanaan pekerjaan beton.
b. Data dari pabrik/sertifikat
Untuk mendapat jaminan atas mutu beton ready-mix, maka sebelum pengiriman;
Kontraktor harus sudah menyerahkan kepada Direksi Lapangan sedikitnya 5 hari kerja
sebelum pengiriman; hasil-hasil percobaan laboratorium, baik hasil percobaan bahan
maupun hasil percobaan campuran (Mix Design dan Trial Mix) yang diperuntukan
proyek ini.
c. Harus diajukan minimal 2 (dua) supplier beton ready-mix untuk memperlancar
pelaksanaan dan mendapat persetujuan Direksi Lapangan sebelum memulai
pengecoran.
4. Percobaan Bahan dan Campuran Beton
a. Umum
Test bahan : Sebelum membuat campuran, test laboratorium harus dilakukan untuk
test berikut, sehubungan dengan prosedur-prosedur ditujukan ke standard referensi
untuk menjamin pemenuhan spesifikasi proyek untuk membuat campuran yang
diperlukan.
b. Semen : berat jenis semen
c. Agregat :
Analisa tapis, berat jenis, prosentase dari void (kekosongan), penyerapan, kelembaban
dari agregat kasar dan halus, berat kering dari agregat kasar, modulus terhalus dari
agregat halus.
d. Adukan/campuran beton
Adukan beton harus didasarkan pada trial mix dan mix design masing-masing
untuk umur 7, 14 atau 21 dan 28 hari yang didasarkan pada minimum 20 hasil
pengujian atau lebih sedemikian rupa sehingga hasil uji tersebut dapat disetujui
oleh Direksi Lapangan.
Hasil uji yang disetujui tersebut sudah harus disertakan selambat-lambatnya 3
minggu sebelum pengerjaan dimulai, dan selain itu mutu betonpun harus sesuai
dengan mutu standard PBI 1971. Pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum diperiksa
Direksi Lapangan tentang kekuatan/kebersihannya.
Semua pembuatan dan pengujian trial mix dan design mix serta pembiayaannya
adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. Trial mix dan design mix
harus diadakan lagi bila agregat yang dipakai diambil dari sumber yang berlainan,
merk semen yang berbeda atau supplier beton yang lain.
Ukuran-ukuran
Campuran desain dan campuran percobaan harus proporsional semen terhadap
agregat berdasarkan berat, atau proporsi yang cocok dari ukuran untuk rencana
proposional atau perbandingan yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Percobaan adukan untuk berat normal beton
Untuk perincian minimum dan maximum slump untuk setiap jenis dan kekuatan
dari berat normal beton, dibuat empat (4) adukan campuran dengan memakai nilai
faktor air-semen yang berbeda-beda.
Pengujian mutu beton ditentukan melalui pengujian sejumlah benda uji silinder
beton diameter 15 cm x tinggi 30 cm sesuai PBI 1971, ACI Committee - 304,
ASTM C 94-98.
Benda uji (setiap pengambilan terdiri dari 3 buah dengan pengetesan dilakukan
pada hari yang tercantum pada item 6) dari satu adukan dipilih acak yang mewakili
suatu volume rata-rata tidak lebih dari 10 m3 atau 10 adukan atau 2 truck drum
(diambil yang volumenya terkecil). Disamping itu jumlah maximum dari beton
yang dapat terkena penolakan akibat setiap satu keputusan adalah 30 m3, kecuali
bila ditentukan lain oleh Direksi Lapangan.
Hasil uji untuk setiap pengujian dilakukan masing-masing untuk umur 7, 14 atau
21 dan 28 hari.
Pembuatan benda uji harus mengikuti ketentuan PBI'71, dilakukan di lokasi
pengecoran dan harus disaksikan oleh Direksi Lapangan. Apabila digunakan
metoda pembetonan dengan menggunakan pompa (concrete pump), maka
pengambilan contoh segala macam jenis pengujian lapangan harus dilakukan dari
hasil adukan yang diperoleh dari ujung pipa "concrete-pump" pada lokasi yang
akan dilaksanakan.
Pengujian bahan dan beton harus dilakukan dengan cara yang ditentukan dalam
Standard Industri Indonesia (SII) dan PBI'71 NI-2 atau metoda uji bahan yang
disetujui oleh Direksi Lapangan.
Rekaman lengkap dari hasil uji bahan dan beton harus disediakan dan disimpan
dengan baik oleh tenaga pengawas ahli, dan selalu tersedia untuk keperluan
pemeriksaan selama pelaksanaan pekerjaan dan selama 5 tahun sesudah proyek
bangunan tersebut selesai dilaksanakan.
e. Pengujian slump
Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian slump, dimana nilai slump
harus dalam batas-batas yang diisyaratkan dalam PBI 1971 dan sama sekali tidak
diperbolehkan adanya penambahan air/additive, kecuali ditentukan lain oleh
Direksi Lapangan.
"Kontraktor" harus menjamin bahwa ia mampu dengan slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir
yang bebas keropos, ataupun berongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan
kontrak adalah bahwa "Kontraktor" bertanggung jawab penuh untuk produksi dari
beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat
batas slump.
Bila dipakai pompa beton, slump harus didasarkan pada pengukuran di pelepasan
pipa, bukan di truk mixer. Maximum slump harus 150 mm.
Rekomendasi slump untuk variasi beton konstruksi pada keadaan atau kondisi
normal :
Untuk beton dengan bahan tambahan plasticizer, slump dapat dinaikkan sampai
maksimum 1,5 cm.
f. Percobaan tambahan
Kontraktor, tanpa membebankan biaya kepada pemilik, harus mengadakan
percobaan laboratorium selaku percobaan tambahan pada bahan-bahan beton dan
membuat desain adukan baru bila sifat atau pemilihan bahan diubah atau apabila
beton yang ada tidak dapat mencapai kekuatan spesifikasi.
Hasil pengujian beton harus diserahkan sesaat sebelum tahapan pelaksanaan akan
dilakukan, yaitu khususnya untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pelepasan
perancah/acuan. Sedangkan untuk pengujian di luar ketentuan pekerjaan tersebut,
harus diserahkan kepada Direksi Lapangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 3
hari setelah pengujian dilakukan.
B. BAHAN-BAHAN/PRODUK
Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan Indonesia.
1. Semen
a. Mutu semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-
0013-82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan
tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh
dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh
Direksi Lapangan.
Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1).
b. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari
tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik
terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai
dengan urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh
digunakan untuk pekerjaan.
Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.
Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
"Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui
untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama
pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan.
2. Agregat
Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
"Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka
harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras,
bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat
halus harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 %
berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran
oleh bahan-bahan lain.
Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)
Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar
butir lebih dari 5 mm sesuai PBI 71 bab 3.4.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-
butir pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal,
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang
diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila
kadar lumpur melalui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4
mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas
dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 % berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff
dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau
dengan mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih
dari 50 % sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung
dari pengotoran bahan-bahan lain.
3. Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada labora-
torium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
4. Bahan Campuran Tambahan (Admixture)
Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container.
Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam
admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipakai.
5. Mutu dan Konsistensi dari Beton
Kekuatan ultimate tekan beton silinder 150 mm x 300 mm umur 28 hari, kecuali
ditentukan lain, harus seperti berikut :
Semua pelat, balok, pile-cap dan dinding basement : K-200
Semua kolom dan dinding beton : K-200
Untuk semua beton non-struktural seperti lantai kerja dan sebagainya : Beton K-100
C. PELAKSANAAN BETON READY-MIXED
1. Umum
a. Kecuali disetujui oleh Direksi Lapangan, semua beton haruslah beton ready-
mixed yang didapatkan dari sumber yang disetujui Direksi Lapangan, dengan
takaran, adukan serta cara pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi
persyaratan di dalam ASTM C94-78a, ACI 304-73, ACI Committee 304.
b. Adukan beton harus dibuat sesuai dengan perbandingan campuran yang sesuai
dengan yang telah diuji di laboratorium, serta secara konsisten harus dikontrol
bersama-sama oleh kontraktor dan supplier beton ready-mixed. Kekuatan beton
minimum yang dapat diterima adalah berdasarkan hasil pengujian yang diadakan
di laboratorium.
c. Pemeriksaan.
Bagi Direksi Lapangan diadakan jalan masuk ke proyek dan ketempat
pengantaran contoh atau pemeriksaan yang dapat dilalui setiap waktu. Denah dan
semua peralatan untuk pengukuran, adukan dan pengantaran beton harus
diperiksa oleh Direksi Lapangan sebelum pengadukan beton.
d. Persetujuan.
Periksa areal dan kondisi pada mana pekerjaan di bawah bab ini yang akan
dilaksanakan. Perbaiki kondisi yang terusak oleh waktu dan
perlengkapan/penyelesaian pekerjaan. Jangan memproses sampai keadaan
perbaikan memuaskan. Jangan memulai pekerjaan beton sampai hasil percobaan,
adukan beton dan contoh-contoh benda uji disetujui oleh Direksi Lapangan.
Lagipula, jangan memulai pekerjaan beton sampai semua penyerahan disetujui
oleh Direksi Lapangan.
e. Adukan Beton dan Kekuatan.
Adukan beton harus didesain dan disesuaikan dengan pemeriksaan laboratorium
oleh kontraktor dan harus diperiksa teratur oleh kedua pihak, kontraktor dan
pemasok beton ready-mix. Kekuatan tercantum adalah kekuatan yang diijinkan
minimum dan hasil dari hasil test oleh percobaan laboratorium adalah dasar dari
yang diijinkan.
f. Temperatur Beton Ready-Mix.
Batas temperatur untuk beton ready-mix sebelum dicor disyaratkan tidak
melampaui 38 oC.
g. Bahan Campuran Tambahan
Penambahan bahan additive dalam proses pembuatan beton ready-mix harus
sesuai dengan petunjuk pabrik additive tersebut. Bila diperlukan dua atau lebih
bahan additive maka pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terpisah. Dalam
pelaksanaannya harus sesuai ACI 212-2R-71 dan ACI 212.IR-63 dilakukan hanya
oleh teknisi in-charge dengan persetujuan Direksi Lapangan sebelumnya.
h. Kendaraan Pengangkut
Kendaraan pengangkut beton ready-mix harus dilengkapi dengan peralatan
pengukur air yang tepat.
i. Pelaksanaan Pengadukan
Pelaksanaan pengadukan dapat dimulai dalam jangka waktu 30 menit setelah
semen dan agregat dituangkan dalam alat pengaduk.
j. Penuangan Beton
Proses pengeluaran beton ready-mix di lapangan proyek dari alat pengaduk di
kendaraan pengangkut harus sudah dilaksanakan dalam jangka waktu 1,5 jam
atau sebelum alat pengaduk mencapai 300 putaran. Dalam cuaca panas, batas
waktu tersebut di atas harus diperpendek sesuai petunjuk Direksi Lapangan.
Perpanjangan waktu dapat diijinkan sampai dengan 4 jam bila dipergunakan
retarder yang harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
k. Keadaan Khusus
Apabila temperatur atau keadaan lainnya yang menyebabkan perubahan slump
beton maka Kontraktor harus segera meminta petunjuk atau keputusan Direksi
Lapangan dalam menentukan apakah adukan beton tersebut masih memenuhi
kondisi normal yang disyaratkan. Tidak dibenarkan untuk menambah air ke
dalam adukan beton dalam kondisi tersebut.
l. Penggetaran
Penggetaran beton agar diperoleh beton yang padat harus sesuai dengan ACI
309R-87 (Recommended Practice for Consolidation of Concrete). Sedapat
mungkin penggetaran beton dilakukan dengan concrete-vibrator (engine/electric).
2. Pengangkutan
Pengangkutan dan pengecoran beton harus sesuai dengan PBI-71, ACI Committe
304 dan ASTM C94-98.
1) Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan dan
kehilangan bahan-bahan (segregasi).
2) Cara pengangkutan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi
perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara adukan beton yang sudah
dicor dan yang akan dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat
pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantaraan talang-talang miring
hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Direksi Lapangan. Dalam hal
ini, Direksi Lapangan mempertimbangkan persetujuan penggunaan talang
miring ini, setelah mempelajari usul dari pelaksana mengenai konstruksi,
kemiringan dan panjang talang itu. Batasan tinggi jatuh maximum 1,50 m.
3) Adukan beton pada umumnya sudah harus dicor dalam waktu 1 jam setelah
pengadukan dengan air dimulai. Jangka waktu ini harus diperhatikan, apabila
diperlukan waktu pengangkutan yang panjang. Jangka waktu tersebut dapat
diperpanjang sampai 2 jam, apabila adukan beton digerakkan kontinue secara
mekanis.
Apabila diperlukan jangka waktu yang lebih panjang lagi, maka harus
dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan yang berupa bahan pembantu
yang ditentukan dalam pasal 3.8. PBI '71.
3. Pengecoran
1) Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971, ACI Committee 304,
ASTMC 94-98.
2) Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin kecetakan akhir
dalam posisi lapisan horizontal kira-kira tidak lebih dari ketebalan 30 cm.
3) Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 1,50 m bila tidak
disebutkan lain atau disetujui Direksi Lapangan.
4) Untuk beton expose, tinggi jatuh dari beton yang dicor tidak boleh lebih dari
1,0 m. Bila diperlukan tinggi jatuh yang lebih besar, belalai gajah, corong
pipa cor ataupun benda-benda lain yang disetujui harus diperiksa, sedemikian
sehingga pengecoran beton efektif pada lapisan horisontal tidak lebih dari
ketebalan 30 cm dan jarak dari corong haruslah sedemikian sehingga tidak
terjadi segregasi/pemisahan bahan-bahan.
5) Beton yang telah mengeras sebagian atau yang telah dikotori oleh bahan asing
tidak boleh dituang ke dalam struktur.
6) Tempatkan adukan beton, sedemikian sehingga permukaannya senantiasa
tetap mendatar, sama sekali tidak diijinkan untuk pengaliran dari satu posisi
ke posisi lain dan tuangkan secepatnya serta sepraktis mungkin setelah
diaduk.
7) Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda di luar
ketentuan yang tercantum di dalam PBI'71 termasuk pekerjaan yang tertunda
ataupun penyambungan pengecoran, maka "Kontraktor" harus membuat
usulan termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Lapangan paling lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan di mulai.
4. Pemadatan beton
1.) Segera setelah dicor, setiap lapis beton digetarkan dengan alat
penggetar/vibrator, untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan
sarang-sarang kerikil.
2.) Alat penggetar harus type electric atau pneumatic power driven, type
"immersion", beroperasi pada 7000 RPM untuk kepala penggetar lebih kecil
dari diameter 180 mm dan 6000 RPM untuk kepala penggetar berdiameter 180
mm, semua dengan amlpitudo yang cukup untuk menghasilkan kepadatan yang
memadai.
3.) Alat penggetar cadangan harus dirawat selalu untuk persiapan pada keadaan
darurat di lapangan dan lokasi penempatannya sedekat mungkin mendekati
tempat pelaksanaan yang masih memungkinkan.
4.) Hal-hal lain dari alat penggetar yang harus diperhatikan adalah :
Pada umumnya jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan kira-
kira vertikal, tetapi dalam keadaan-keadaan khusus boleh miring sampai
45oC.
Selama penggetaran, jarum tidak boleh digerakkan ke arah horisontal
karena hal ini akan menyebabkan pemisahan bahan-bahan.
Harus dijaga agar jarum tidak mengenai cetakan atau bagian beton yang
sudah mulai mengeras. Karena itu jarum tidak boleh dipasang lebih dekat
dari 5 cm dari cetakan atau dari beton yang sudah mengeras. Juga harus
diusahakan agar tulangan tidak terkena oleh jarum, agar tulangan tidak
terlepas dari betonnya dan getaran-getaran tidak merambat ke bagian-
bagian lain dimana betonnya sudah mengeras.
Lapisan yang digetarkan tidak boleh lebih tebal dari panjang jarum dan
pada umumnya tidak boleh lebih tebal dari 30 - 50 cm. Berhubung dengan
itu, maka pengecoran bagian-bagian konstruksi yang sangat tebal harus
dilakukan lapis demi lapis, sehingga tiap-tiap lapis dapat dipadatkan dengan
baik.
Jarum penggetar ditarik dari adukan beton apabila adukan mulai nampak
mengkilap sekitar jarum (air semen mulai memisahkan diri dari agregat),
yang pada umumnya tercapai setelah maximum 30 detik. Penarikan jarum
ini dapat diisi penuh lagi dengan adukan.
Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih sedemikian rupa hingga daerah-
daerah pengaruhnya saling menutupi.
5. Penghentian/Kemacetan Pekerjaan
Penghentian pengecoran hanya bilamana dan padamana diijinkan oleh Direksi
Lapangan.
Penjagaan terhadap terjadinya pengaliran permukaan dari pengecoran beton basah
bila pengecoran dihentikan, adakan tanggulan untuk pekerjaan ini.
6. Siar Pelaksanaan
a. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan dan dibuat sedemikian rupa sehingga
tidak banyak mengurangi kekuatan dari konstruksi. Siar pelaksanaan harus
direncanakan sedemikian sehingga mampu meneruskan geser dan gaya-gaya
lainnya.
Apabila tempat siar-siar pelaksanaan tidak ditunjukkan didalam gambar-
gambar rencana, maka tempat siar-siar pelaksanaan itu harus disetujui oleh
Direksi Lapangan. Penyimpangan tempat-tempat siar pelaksanaan daripada
yang ditunjukkan dalam gambar rencana, harus disetujui oleh Direksi
Lapangan.
b. Antara pengecoran balok atau pelat dan pengakhiran pengecoran kolom harus
ada waktu antara yang cukup, untuk memberi kesempatan kepada beton dari
kolom untuk mengeras. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-
kepala kolom harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai dan harus dicor
secara monolit dengan itu.
c. Pada pelat dan balok, siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan kira-kira di
tengah-tengah bentangnya, dimana pengaruh gaya melintang sudah banyak
berkurang. Apabila pada balok ditengah-tengah bentangnya terdapat
pertemuan atau persilangan dengan balok lain, maka siar pelaksanaan
ditempatkan sejauh 2 kali lebar balok dari pertemuan atau persilangan itu.
d. Permukaan beton pada siar pelaksanaan harus dibersihkan dari kotoran-
kotoran dan serpihan beton yang rapuh.
e. Sesaat sebelum melanjutkan penuangan beton, semua siar pelaksanaan harus
cukup lembab dan air yang menggenang harus disingkirkan.
7. Perawatan Beton
a. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6.
dan ACI 301-89.
b. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang
belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan
kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu
yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
c. Masa Perawatan dan Cara Perawatan.
1. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran selesai dilaksanakan
dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit 2 minggu
jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus
dipertahankan tidak melebihi 38 oC.
2. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap
dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton tersebut
pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan membasahi
permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-
karung basah atau dengan cara lain yang disetujui oleh Direksi
Lapangan.
3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar,
pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat waktu
pengerasan dapat di pakai tetapi harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Lapangan.
d. Bahan Campuran Perawatan.
Harus sesuai dengan ASTM C309-80 type I dan ASTM C 171-75.
8. Toleransi pelaksanaan.
Sesuai dengan dimensi/ukuran tercantum dan ketentuan toleransi pada cetakan
Bab 1; PBI-'71; ACI-301 dan ACI-347.
a. Toleransi Kedataran pada/untuk Pelat Lantai.
1. Penyelesaian akhir permukaan pelat menyatu. Keseragaman kemiringan
pelat lantai untuk mengadakan pengaliran positif dari daerah yang
ditunjuk. Perawatan khusus harus dilakukan agar halus, meskipun
sambungan diadakan di antara pengecoran yang dilakukan terus
menerus, jangan memakai semen kering, pasir atau campuran dari
semen dan pasir untuk beton kering.
2. Toleransi untuk pelat beton yang akan diexpose dan pelat yang akan
diberi karpet harus 7.0 mm dari 3 m dengan maksimum variasi tinggi
dan rendah yang terjadi tidak kurang dari 6 m.
3. Toleransi untuk pelat dalam menerima kepegasan lantai haruslah 7.0
mm dalam 3 m dengan maksimum variasi tinggi dan rendah yang terjadi
tidak kurang dari 6 m.
4. Toleransi untuk pelat dalam menerima adukan biasa untuk dasar
mengatur keramik, batu, bata, ubin lain dan "pavers" (mesin lapis jalan
beton), harus 10 mm dalam 1 m.
Lain-lain
Grouting dan Drypacking
a. Grout/Penyuntikan Air Semen.
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dan air secukupnya agar dapat
mengalir dengan sendirinya. Pengurangan air dan bahan tambahan
untuk kemudahan pekerjaan beton boleh diberikan sesuai dengan
pertimbangan "kontraktor" melalui persetujuan Direksi Lapangan.
b. Drypack/Campuran Semen Kering
Satu bagian semen, 2 bagian pasir dengan air sekadarnya untuk
mengikat bahan-bahan menjadi satu.
c. Installation/Pengerjaan
Basahkan permukaan sebelum digrout dan taburi (slush) dengan semen
murni. Tekankan grout sedemikian agar mengisi kekosongan/celah-
celah dan membentuk lapisan seragam dibawah pelat. Haluskan
penyelesaian pada permukaan beton expose dan adakan perawatan
dengan pembasahan/pelembaban sedikitnya 3 hari.
Non-Shrink Grout
Campurkan dan tepatkan dibawah pelat dasar baja struktur dan ditempat
lain dimana non-shrink grout diperlukan, sesuai dengan instruksi dan
rekomendasi yang tercantum dari pabrik. Technical service harus
dikerjakan oleh perusahaan/pabrik.
Perusahaan/pabrik yang bahan groutnya dipakai, harus mengerjakan
percobaan hasil yang memperlihatakan bahwa grout non-shrink tidak ada
penyusutan sejak awal pengecoran atau sambungan setelah pemasangan
sesuai CRD-C621-80 (susut); mempunyai kekuatan tekan 1 hari tidak
kurang dari 3000 psi dan 8000 psi pada 28 hari sesuai ASTM C109;
mempunyai waktu pengikatan awal tidak kurang dari 45 menit sesuai
ASTM C191, memperlihatkan luasan bearing effective (EBA = Effective
Bearing Area) sebesar 90 sampai 100 persen.
Grout yang terdiri dari accelatator inorganis, pengurangan air, atau
"fluidifiers" harus tidak boleh mempunyai penyusutan kering lebih besar
dari persamaan semen pasir dan campuran air seperti percobaan di bawah
ASTM C 596. Semua grout harus menurut syarat petunjuk dari CRD-C611-
80 (flow cone).
D. PEMBESIAN
1. Percobaan dan Pemeriksaan (Test and Inspections)
Setiap pengiriman harus berasal dari pemilihan yang disetujui dan harus disertai surat
keterangan percobaan dari pabrik.
Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji
lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja
tulangan akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Semua pengujian tersebut di atas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium Lembaga Uji Konstruksi BPPT atau laboratorium lainnya
direkomendasi oleh Direksi Lapangan dan minimal sesuai dengan SII-0136-84 salah
satu standard uji yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya pengetesan
tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
Segala macam kotoran, karat, cat, minyak atau bahan-bahan lain yang merugikan
terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan.
Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat dan diikat dengan kawat
dari baja lunak.
Sambungan mekanis harus ditest dengan percobaan tarik.
Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan dan persetujuan dari pembesian,
termasuk jumlah, ukuran, jarak, selimut, lokasi dari sambungan dan panjang
penjangkaran dari penulangan baja oleh Direksi Lapangan.
Sertifikat :Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka
pada saat pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari
Laboratorium. Khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
2. Bahan-bahan / Produk
a. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu BJTD-40, sesuai dengan SII 0136-84 dan tulangan
polos mutu BJTP-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakan pada gambar-
gambar struktur.
Tulangan polos dengan diameter lebih kecil 13 mm harus baja lunak dengan
tegangan leleh 2400 kg/cm2.
Tulangan ulir dengan diameter lebih besar atau sama dengan 13 mm harus baja
tegangan tarik tinggi, batang berulir dengan tegangan leleh 4000 kg/cm2.
b. Tulangan Anyaman (Wire mesh)
Sediakan tulangan anyaman , mutu U-50, mengikuti SII 0784-83.
c. Penunjang/Dudukan Tulangan (Bar Support)
Dudukan tulangan haruslah tahu beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat
yang ditanam, atau batang kursi tinggi sendiri (Individual High Chairs).
d. Bolstern, kursi, spacers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk mengatur
jarak.
1. Pakai besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI, kecuali diperlihatkan
lain pada gambar.
2. Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak direkomendasi.
3. Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau horizontal
runners dimana bahan dasar tidak akan langsung menunjang batang kursi
(chairs legs). Atau pakai lantai kerja yang rata.
4. Untuk beton ekspose, dimana batang-batang penunjang langsung berhubungan/
mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan jenis hot-dip-galvanized atau
penunjang yang dilindungi plastik.
e. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.
3. Jaminan Mutu
Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh Direksi
Lapangan.
Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) harus diperlihatkan untuk
semua tulangan yang dipakai. Percobaan-percobaan ini harus memperlihatkan hasil-
hasil dari semua kom- posisi kimia dan sifat-sifat fisik.
4. Persiapan Pekerjaan/Perakitan Tulangan
Pembengkokkan dan pembentukan.
Pemasangan tulangan dan pembengkokan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari
tulangan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun
tempat selama pengecoran berlangsung.
Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan PBI
1971 atau A.C.I. 315.
5. Pengiriman, Penyimpanan dan Penanganannya
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label
yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk mengindari kerusakan. Gudang di atas
tanah harus kering, daerah yang bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari lumpur,
kotoran, karat dsb.
E. PELAKSANAAN PEMASANGAN TULANGAN, PEMBENGKOKAN DAN
PEMOTONGAN
1. Persiapan
a. Pembersihan
Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling (mill steel) dan karat lepas,
serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan
pada tulangan atau pada sambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
b. Pemilihan/seleksi
Tulangan yang berkarat harus ditolak dari lapangan.
2. Pemasangan Tulangan
a. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI 1971 Koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakan untuk
mengindari keterlambatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada lubang-
lubang (openings) / bukaan.
b. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1. Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang pada posisi
yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacers/penahan jarak.
2. Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untuk memperoleh
lokasi yang tepat selama pengecoran beton dengan penjaga jarak, kursi
penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3. Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat (seperti pasir,
kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan
tahu beton yang mutunya paling sedikit sama dengan beton yang akan dicor.
4. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton.
Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari
beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.
Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi atau gelang-gelang
yang harus dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap m^2 cetakan atau lantai
kerja. Penahan-penahan jarak ini harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada
tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atau ditunjang langsung pada
cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi. Perhatian
khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan letak dari tulangan-tulangan pelat
yang dibengkok yang harus melintasi tulangan balok yang berbatasan.
c. Toleransi pada Pemasangan Tulangan
1. Terhadap selimut beton (selimut beton) : ± 6 mm
2. Jarak terkecil pemisah antara batang : ± 6 mm
3. Tulangan atas pada pelat dan balok :
- balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : ± 6 mm
- balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : ± 12
mm
- balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : ± 12 mm
- panjang batang : ± 50 mm
4. Toleransi pada pemasangan lainnya sesuai PBI '71.
d. Pembengkokan Tulangan, Sesuai Dengan PBI '71.
1. Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara yang
merusak tulangan itu.
2. Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskan kembali
tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan sebelumnya.
3. Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak boleh
dibengkokkan atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan di dalam
gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4. Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam keadaan
dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5. Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos atau
diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi tidak
boleh mencapai suhu lebih dari 850 oC.
6. Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan dingin
dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan di atas 100 oC yang bukan
pada waktu las, maka dalam perhitungan-perhitungan sebagai kekuatan baja
harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidak mengalami pengerjaan dingin.
7. Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali diijinkan oleh
perencana.
8. Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan
dengan jalan disiram dengan air.
9. Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalam jarak 8
kali diameter (diameter pengenal) batang dari setiap bagian dari bengkokan.
e. Toleransi pada Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan.
1. Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai dengan yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang
disyaratkan oleh perencana. Apabila tidak ditetapkan oleh perencana, pada
pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkan toleransi-toleransi seperti
tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2. Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurun ukuran dan
terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkok
ditetapkan toleransi sebesar ± 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkan
dalam ayat (3) dan (4).
3. Terhadap panjang total batang yang diserahkan menurut sesuatu ukuran
ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan - 25 mm.
4. Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkan toleransi
sebesar ± 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar ± 12 mm untuk
jarak lebih dari 60 cm.
5. Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar ± 6 mm.
f. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
1. Baja tulangan mutu U-24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran = 30 diameter dengan kait
Panjang penyaluran = 30 diameter dengan kait
Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran = 40 diameter tanpa kait
Panjang penyaluran = 40 diameter tanpa kait
2. Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi tegangan
terbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat beton harus
diadakan di tengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan. Sambungan
harus ditunjang dimana memungkinkan.
3. Ketidak-lurusan rangkaian tulangan kolom tidak boleh melampaui
perbandingan 1 terhadap 10.
4. Standard Pembengkokan
Semua standar pembengkokan harus sesuai dengan SKSNI-91 ( Tata Cara
Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung), kecuali ditentukan
lain.
3. Pemasangan Wire Mesh
Pemasangan pada kepanjangan terpanjang yang memungkinkan dilakukan.
Jangan melakukan penghentian / pengakhiran lembar wire mesh antara tumpuan balok
atau tepat diatas balok dari struktur menerus.
Keseimbangan pengakhiran dari lewatan dalam arah lebar yang berdampingan untuk
mencegah lewatan yan menerus.
Wire mesh harus ditahan pada posisi yang benar selama pengecoran.
4. Las
Bila diperlukan atau disetujui, pengelasan tulangan beton harus sesuai dengan
Reinforcement Steel Welding Code (AWS D 12.1). Pengelasan tidak boleh dilakukan
pada pembengkokan di suatu batang, pengelasan pada persilangan (las titik) harus
diijinkankecuali seperti di anjurkan atau disahkan oleh Direksi Lapangan. ASTM
specification harus dilengkapi dengan keperluan jaminan kehandalan kemampuan las
dengan cara ini.
5. Sambungan Mekanik
Bila jumlah luas tulangan kolom melampaui 3% dari luas penampang kolom dengan
menggunakan diameter 32 mm, sambungan mekanik untuk tulangan (pada kolom)
harus disediakan dan dipakai.
2. Bahan-bahan/Produk
Bahan-bahan dan perlengkapan harus disediakan sesuai keperluan untuk cetakan dan
penunjang pekerjaan, juga untuk menghasilkan jenis penyelesaian permukaan beton seperti
terlihat dan terperinci.
A. Perancangan Perancah
1. Definisi Perancah
Perancah adalah konstruksi yang mendukung acuan dan beton yang belum
mengeras. Kontraktor harus mengajukan rancangan perhitungan dan gambar
perancah tersebut untuk disetujui oleh Direksi Lapangan. Segala biaya yang perlu
sehubungan dengan perancangan perancah dan pengerjaannya harus sudah
tercakup dalam perhitungan biaya untuk harga satuan perancah.
2. Perancangan/Desain
Perancangan/desain dari acuan dan perancah harus dilakukan oleh tenaga ahli
resmi yang bertanggungjawab penuh kepada kontraktor.
Beban-beban untuk perancangan perancah harus didasarkan pada ketentuan
ACI-347.
Perancah dan acuan harus dirancang terhadap beban dari beton waktu masih
basah, beban-beban akibat pelaksanaan dan getaran dari alat penggetar.
Penunjang-penunjang yang sepadan untuk penggetar dari luar, bila digunakan
harus ditanamkan kedalam acuan dan diperhitungkan baik-baik dan menjamin
bahwa distribusi getaran-getaran tertampung pada cetakan tanpa konsentrasi
berlebihan.
3. Acuan
Acuan harus menghasilkan suatu struktur akhir yang mempunyai bentuk, garis
dan dimensi komponen yang sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar
rencana serta uraian dan syarat teknis pelaksanaan.
Acuan harus cukup kokoh dan rapat sehingga mampu mencegah kebocoran
adukan.
Acuan harus diberi pengaku dan ikatan secukupnya sehingga dapat menyatu dan
mampu mempertahankan kedudukan dan bentuknya.
Acuan dan perancahnya harus direncanakan sedemikian sehingga tidak merusak
struktur yang sudah selesai dikerjakan.
Dilarang memakai galian tanah sebagai cetakan langsung untuk permukaan tegak
dari beton.
F. Jalur Kayu
Jalur kayu diperlukan untuk membentuk sambungan jalur dan chamfer.
G. Melapis Cetakan
1. Melapis cetakan untuk memperoleh penyelesaian beton yang halus, harus tanpa urat
kayu dan noda, yang tidak akan meninggalkan sisa-sisa/bekas pada permukaan
beton atau efek yang merugikan bagi rekatan dari cat, plester, mortar atau bahan
penyelesaian lainnya yang akan dipakai untuk permukaan beton.
2. Bila dipakai cetakan dari besi, lengkapi cetakan dengan form-oil (bahan untuk
melepaskan beton) dari pabrik khusus untuk cetakan dari besi. Pakai lapisan sesuai
dengan spesifikasi perusahaan sebelum tulangan dipasang atau sebelum cetakan
dipasang.
H. Pengikat Cetakan
1. Pengikat cetakan haruslah batang-batang yang dibuat di pabrik atau jenis jalur pelat,
atau model yang dapat dilepas dengan ulir, dengan kapasitas tarik yang cukup dan
ditempatkan sedemikian sehingga menahan semua beban hidup dari pengecoran
beton basah dan mempunyai penahan bagian luar dari luasan perletakan yang
memadai.
2. Untuk beton-beton yang umum, penempatannya menurut pendapat Direksi
Lapangan.
3. Pengikat untuk dipakai pada beton dengan permukaan yang diekspose, harus dari
jenis dengan kerucut (cone snap off type). Kemiringan kerucut haruslah 2.5 cm
maximum diameter pada permukaan beton dengan 3.8 cm tebal/tingginya ke
pengencang sambungan. Pengikat haruslah lurus ke dua arah baik mendatar
maupun tegak di dalam cetakan seperti terlihat pada gambar atau seperti disetujui
oleh Direksi Lapangan.
I. Penyisipan Besi
Penanaman/penyisipan besi untuk angker dari bahan lain atau peralatan pada
pelaksanaan beton haruslah dilengkapi seperti diperlukan pada pekerjaan.
1. Penanaman/Penyisipan Benda-benda Terulir.
Penanaman jenis ini haruslah seperti telah disetujui oleh Direksi Lapangan.
2. Pemasangan langit-langit (ceiling).
Pemasangan langit-langit untuk angkur penggantung penahan penggantung langit-
langit, konstruksi penggantung haruslah digalvani, atau type yang diijinkan oleh
Direksi Lapangan.
3. Pengunci Model Ekor Burung.
Pengunci model ekor burung haruslah dari besi dengan galvani yang lebih
baik/tebal, dibentuk untuk menerima angkur ekor burung dari besi seperti
dispesifikasikan.
Pengunci harus diisi dengan bahan pengisi yang mudah dipindahkan untuk
mengeluarkan gangguan dari mortar/adukan.
B. Pemasangan
Perancah dan cetakan harus sesuai dengan dimensi, kelurusan dan kemiringan
dari beton seperti yang ditunjukkan pada gambar; dilengkapi untuk bukaan (openings),
celah-celah, pengunduran (recesses), chamfers dan proyeksi-proyeksi seperti
diperlukan.
Cetakan-cetakan harus dibuat dari bahan dengan kelembaban rendah, kedap air
dan dikencangkan secukupnya dan diperkuat untuk mempertahankan posisi dan
kemiringan serta mencegah tekuk dan lendutan antara penunjang-penunjang cetakan.
Pekerjaan denah harus tepat sesuai dengan gambar dan kontraktor bertanggung
jawab untuk lokasi yang benar. Garis bantu yang diperlukan untuk menentukan lokasi
yang tepat dari cetakan, haruslah jelas, sehingga memudahkan untuk pemeriksaan.
Semua sambungan/pertemuan beton ekspose harus selaras dan segaris baik pada
arah mendatar maupun tegak, termasuk sambungan-sambungan konstruksi kecuali
seperti diperlihatkan lain pada gambar.
Toleransi untuk beton secara umum harus sesuai PBI-71 atau ACI 347-78.3.3.1,
Tolerances for Reinforced Concrete Building.
Cetakan harus menghasilkan jaringan permukaan yang seragam pada permukaan
beton yang diekspose.
Pembuatan cetakan haruslah sedemikian rupa sehingga pada waktu
pembongkaran tidak mengalami kerusakan pada permukaan.
Kolom-kolom sudah boleh dipasang cetakannya dan dicor (hanya sampai tepi
bawah dari balok diatasnya) segera setelah penunjang dari pelat lantai mencapai
kekuatannya sendiri. Bagaimanapun, jangan ada pelat atau balok yang dicetak atau
dicor sebelum balok lantai dibawahnya bekerja penuh.
Pada waktu pemasangan rangka konstruksi beton bertulang, Kontraktor harus
benar-benar yakin bahwa tidak ada bagian dari batang tegak yang mempunyai
"plumbness"/kemiringan lebih atau kurang dari 10 mm, yang dibuktikan dengan data
dari surveyor yang diserahkan sebelum pengecoran.
C. Pengikat Cetakan
Pengikat cetakan harus dipasang pada jarak tertentu untuk ketepatannya
memegang/menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta
tekanan dari beton basah.
E. Chamfers
Garis/lajur chamfers haruslah hanya dimana ditunjukkan pada gambar-gambar arsitek
saja.
G. Pekerjaan Sambungan
Untuk mencegah kebocoran oleh celah-celah dan lubang-lubang pada cetakan beton
ekspose, perlu dilengkapi dengan gasket, plug, ataupun caulk joints. Cetakan
sambungan-sambungan hanya diijinkan dimana terlihat pada gambar kerja. Dimana
memungkinkan, tempatkan sambungan ditempat yang tersembunyi. Laksanakan
perawatan sambungan dalam 24 jam setelah jadwal pengecoran.
H. Pembersihan
Untuk beton pada umumnya (termasuk cetakan untuk permukaan terlindung dari
beton yang dicat). Lengkapi dengan lubang-lubang untuk pembersihan secukupnya
pada bagian bawah dari cetakan-cetakan dinding dan pada titik-titik lain dimana
diperlukan untuk fasilitas pembersihan dan pemeriksaan dari bagian dalam dari cetakan
utama untuk pengecoran beton. Lokasi/tempat dari bukaan pembersihan berdasar
kepada persetujuan Direksi Lapangan.
Untuk beton ekspose sama dengan beton pada umumnya, kecuali bahwa
pembersihan pada lubang-lubang tidak diijinkan pada cetakan beton ekspose untuk
permukaan ekspose tanpa persetujuan Direksi Lapangan.
Dimana cetakan-cetakan mengelilingi suatu potongan beton ekspose dengan
permukaan ekspose pada dua sisinya, harus disiapkan cetakan yang bagian-bagiannya
dapat dilepas sepenuhnya seperti disetujui oleh Direksi Lapangan.
Memasang jendela, bila pemasangan jendela pada cetakan untuk beton ekspose,
lokasi harus disetujui oleh Direksi Lapangan.
Perancah; batang-batang perkuatan penyangga cetakan harus memadai sesuai
dengan metoda perancah. Pemeriksaan perancah secara sering harus dilakukan selama
operasi pengecoran sampai dengan pembongkaran. Naikkan bila penurunan terjadi,
perkuat/kencangkan bila pergerakan terlihat nyata. Pasanglah penunjang-penunjang
berturut-turut, segera, untuk hal-hal tersebut diatas. Hentikan perkerjaan bila suatu
perlemahan berkembang dan cetakan memperlihatkan pergerakan terus menerus
melampaui yang dimungkinkan dari peraturan.
Pembersihan dan pelapisan dari cetakan; sebelum penempatan dari tulangan-
tulangan, bersihkan semua cetakan pada muka bidang kontak dan lapisi secara
seragam/merata dengan release agent untuk cetakan yang spesifik sesuai dengan
instruksi pabrik yang tercantum. Buanglah kelebihan dan tidak diijinkan pelapisan
pada tempat dimana beton ekspose akan dicor.
Pemeriksaan cetakan; Beritahukan kepada Direksi Lapangan setidaknya 24 jam
sebelumnya dalam pengajuan jadwal pengecoran beton.
J. Dinding-dinding
Buatlah dinding-dinding beton mencapai ketinggian, ketebalan dan profil seperti
diperlihatkan pada gambar-gambar. Lengkapi bukaan/lubang-lubang sementara pada
bagian bawah dari semua cetakan-cetakan untuk kemudahan pembersihan dan
pemeriksaan. Tutuplah bukaan/lubang-lubang tersebut setepatnya, segera sebelum
pengecoran beton ke dalam cetakan-cetakan dari dinding. Lengkapi dengan keperluan
pengunci di dalam dinding untuk menerima tepian dari lantai-lantai beton.
K. Waterstops
Untuk setiap sambungan pengecoran yang mempunyai selisih waktu pengecoran
lebih dari 4 (empat) jam dan sambungan tersebut berhubungan langsung dengan tanah
atau air di bawah lapisan tanah dan dimana diperlihatkan pada gambar-gambar, harus
dilengkapi dengan waterstop.
Letak/posisi waterstop harus akurat dan ditunjang terhadap penurunan.
Penampang sambungan kedap air sesuai dengan rekomendasi dari perusahaan. Untuk
tipe waterstop dapat digunakan ” Expandable Water Stop “ berbahan dasar “ Bentonite
Clay “ ex. Fosroc atau yang setara.
PASAL 30
PEKERJAAN PASANGAN BATU BATA
Pekerjaan Pasangan Dinding
Pekerjaan Pasangan Dinding Bata
1. Bata yang dipakai pada bangunan ini, menggunakan bata yang berkualitas baik, utuh dan
tidak cacat serta bata yang dipakai harus dengan ukuran yang sama.
2. Bata merah sebelum dipasang harus direndam dahulu dalam bak atau drum air, sampai
jenuh yang harus disiapkan dilapangan.
3. Pasangan dinding bata merah dipasang sesuai dengan Gambar Kerja yang sudah ada dan
untuk pasangan tembok bata menggunakan pasangan setengah bata.
4. Perekat yang dipergunakan untuk pasangan bata adalah sebagai berikut :
a. Untuk pasangan tembok bata biasa menggunakan campuraan 1 Pc : 5 Ps
b. Untuk pasangan tembok trasram menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps dipasang pada
tempat-tempat yang ditentukan yaitu dari atas sloof (± 60 cm dari atas lantai) dan +
200 cm pada dinding km/wc sesuai dengan Gambar Kerja dan Detail.
5. Hubungan kolom beton dengan pasangan bata maupun kusen diberi angker dari besi
10 mm dengan jarak maksimal 80 cm.
6. Bata yang mentah, retak/tidak memenuhi syarat dan tetap terpasang agar dibongkar dan
segera diganti dengan bata yang memenuhi syarat tersebut.
PASAL 31
PEKERJAAN PLESTERAN.
1. Plesteran Beton
2. Pekerjaan Benangan
a, Seluruh akhiran dinding, kolom dan balok yang tampak (siku bagian luar)
harus menghasilkan akhiran yang benar-benar siku, lurus dan rapi sehingga
menghasilkan akhiran dinding, kolom dan batik seperti yang dimaksud pada
gambar rancangan pelaksanaan.
b. Mortar untuk pekerjaan benangan ini adalah campuran 1 Pc : 3 Ps yang
diaduk secara benar-benar homogen.
c. Pekerjaan benangan dilaksanakan bersama dengan pekerjaan acian halus
dengan menggunakan bahan dari adukan air semen ( PC ).
d. Pe kerjaan benangan harus menghasilkan akhiran yang benar -benar siku dan
lurus.
PASAL 32
PEKERJAAN PEMASANGAN LANTAI.
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pemasangan Granite lantai 40x40 cm
b. Lantai KM/WC memekai keramik 40 x 40 cm (unpolis) kwalitas II.
c. Keramik dinding KM/WC memakai keramik 25 x 40 cm (motif) kwalitas II
2. Bahan/Material Granite/Keramik
a. Bahan Granite/Keramik yang akan dipasang (merk, warna ataupun corak/motif)
harus mendapat persetujuan direksi, untuk itu pemborong harus mengajukan contoh
terlebih dahulu kepada direksi. Bahan tersebut harus disimpan ditempat yang
terlindung dan tertutup.
b. Semua ubin tersebut dapat menggunakan produk yang telah memiliki SII dan
memenuhi syarat PUBI 1972.
3. Adukan
Adukan dengan perbandingan 1 Pc : 5 Ps dipakai untuk pemasangan lantai keramik,
sedangkan untuk batu palimanan menggunakan campuran 1 Pc : 3 Ps
4. Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum lapisan keramik dipasang, permukaan lantai beton harus diberi plester yang rata
dan padat. Untuk lantai beton, tiap 12 m2 lantai harus dibuat expansion joint yang gambar
kerjanya diajukan kepada pengawas untuk persetujuan sebelum pelaksanaan. Pemasangan
keramik harus rata dan toleransi nat 1,5-2 mm arah horizontal maupun vertikal tapi tidak
kumulatif.
Pengisi celah antara ubin digunakan acian portland cement putih dengan diberi warna sesuai
ubin yang dipasang yang dicampur dengan pasta khusus pengisi nat/celah untuk keramik
dan atas persetujuan Konsultan Pengawas.
Pemotongan keramik harus menggunakan alat khusus potong keramik. Apabila terdapat
fixture saniter pada bidang tile tersebut, maka pemotongan harus rapih dan
diselesaikan/ditrim dengan rapih. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang yang ahli untuk
pekerjaan ini.
Konsultan Pengawas berhak menolak tukang yang dianggap tidak mampu/ahli untuk
pekerjaan dimaksud dan Pemborong harus segera mengganti dengan tukang yang sesuai dan
ahli serta disetujui oleh Konsultan Pengawas.
Keramik yang sudah terpasang (dilantai) tidak boleh dibebani/diinjak sebelum berumur 7
hari. Keramik harus dilindungi dengan plastik selama periode konstruksi.
Kebersihan Kerja
Segera sesudah pemasangan pekerjaan lantai, semua area harus dibersihkan dari semen
tersisa atau material lain yang mengotori dengan menggunakan alat dan bahan khusus untuk
pekerjaan ini.
PASAL 33
PEKERJAAN PENUTUP ATAP DAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN
1. Umum
Pekerjaan Penutup Atap dan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan yang merupakan satu
kesatuan yang dimulai dengan proses instalasi rangka atap baja ringan sampai dengan
pemasangan penutup atap dari Atap ODULINE . pembuatan dan pemasangan struktur atap
berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka batang berbentuk
segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari rangka utama atas (top chord),
rangka utama bawah (bottom chord), dan rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut
disambung menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang
cukup. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan
jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
a. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
b. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Lokasi proyek(Fabrikasi),
c. Pengiriman baja ringan dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
d. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan
e. Pekerjaan perakitan dan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi struktur
rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang,
ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku)
f. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)
Kekuatan Mekanikal
Gaya geser satu baut 5,10 KN
Gaya aksial 8,60 KN
Gaya Torsi 6,90 KN
3. Persyaratan Pra-Konstruksi
a. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan pemasangan
rangka atap baja ringan, sesuai dengan Spesifikasi yang akan di pasang seperti pada
pasal diatas. Produk yang dipaparkan sesuai dengansurat dukungan dan brosur
yang dilampirkan pada dokumen tenderatau yang memiliki kwalitas sama atau
lebih
b. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar kerja.
Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah alat sambung pada
setiap titik buhul.
c. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan Pengawas,
dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk mendapatkan persetujuan secara
tertulis.
d. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari
Fabrikatorpenyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
e. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji labmaterial dari lab yang berwenang.
f. Perhitungan struktur harus menggunakan software baja ringan yang sudah mendapatkan
Sertifikasi Dari Lembaga yang berwenang
4. Persyaratan Pelaksanaan
a. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan
sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja
ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang
berkompeten.
a. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
b. Tenaga ahli dari fabrikator penyedia rangka atap baja ringan wajib mengenakan kartu
izin pemasangan dari fabrikator penyedia rangka atap baja ringan.
c. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di lokasi proyek dan pemasangan sekrup
dilakukan dengan mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi dan dalam
pengawasan kepala tukang/mandor.
d. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata
air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
e. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai
untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga
ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
f. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 4 (empat) buah genteng yang akan
dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat
memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng tersebut
sudah harus ada pada saat kuda-kuda siap dipasang di lokasi proyek.
g. Jaminan Struktural
1) Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan,
meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
2) Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan
Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang
tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian Standard/New
Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan ”Dead
and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind
load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan
ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction
industries”(Australian Standard 3566)dan harus dilampirkan sertifikat garansi
struktur yang dikeluarkan dari fabrikator baja ringan
h. Jaminan Anti Karat
I. Jaminan yang di maksud disini adalah jaminan anti karat terhadap bahan baja
ringan yang di pasang meliputi kuda-kuda,pengaku-pengaku dan reng.
II. Kekuatan anti karat baja ringan dijamin sesuai dengan ketentuan dan kriteria
dari pabrik/fabrikator dan harus di lampirkan sertifikat garansi anti karat
yang di keluarkan dari pabrik/fabrikator baja ringan.
PASAL 34
JENDELA ALUMINIUM
Referensi
Deskripsi Sistem
a. Umum
Pekerjaan jendela aluminium untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang
berkaitan, sperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap yang
lainnya menggunakan merek YKK atau setaranya
b. Kriteria Perencanaan
1. Faktor Keamanan
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahanan kaca, memenuhi
faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang disyaratkan.
2. Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau
tahan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
3. Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang tidak
merekat, dan hal-hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung pergerakan
ini.
c. Persyaratan Bahan
Bahan :
Dari bahan alumunium framing system buatan Alkasa, YKK atau yang setara.
Bentuk profil :
Sesuai shop drawing yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Untuk kusen jendela dan
Curtain Wall luar dibuat dengan sistem frameless.
Warna profil :
Ditentukan kemudian (contoh warna diajukan Kontraktor).
Ukuran profil :
∗Untuk kusen ukuran 75 x 25 x 2 mm.
d. Tekanan Angin
Tekanan angin (Design Wind Load) ditentukan oleh perletakan, bentuk dan ketinggian
bangunan, bila tidak ditentukan maka tekanan angin minimum yang harus di penuhi
adalah sebesar 850 Pa dengan factor keamanan sbb ;
1. Positif : 1x
2. Negatif : 1,5 x
e. Persyaratan Struktur
a. Defleksi
1. AAMA = Yang dijinkan maksimum L/175 atau 2 cm
2. JIS = Defleksi yang diijinkan maksimum L/150 atau 2 cm.
3. SII = yang diijinkan maksimum L/175 untuk double dan L/125 untuk single
glazed.
4. SS = Yang diijinkan maksimum L/175 untuk double glazed dan L/125
untuk single glazed.
b. Beban Hidup
Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu perawatan,
seperti : meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan
kemampuan 62 kg dengan beban terpusat, horizontal dan tanpa terjadi kerusakan.
f. Kebocoran Udara
1. ASTM E 283 = Kebocoran udara tidak melebihi 2 ft3 / min setiap ft unit panjang
penampang bidang bukaan pada 1,57 lb / ft2 tekanan differensial.
2. SS 212 = Untuk jendela hidup besarnya kebocoran udara
tidak boleh melebihi 10 m3/h/m pada 20% dari tekanan angina
(Design Wind Load) atau 200 Pa. Kondisi ini berlaku untuk gedung
non air condition sedangkan untuk gedung air condition kebocoran
udara maksimum mengikuti grafik A & B.
g. Kekedapan Udara
Faktor pengurangan kebisingan suara (Sound Transmission) sebesar 22,5 dB pada
frekwensi 124 – 4000 Hz (hanya berlaku untuk produkproduk khusus).
a. Angkur & Angkur Tanam
Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18 micron.
Bagian lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type Alkyd.
b. Billet Yang Dipakai
Dari billet utama (primery) dengan standard A-6063 S-T5 dengan komponen (%) :
Mg : 0.45 – 0.9
Si : 0.2 – 0.6
Ti : 0.1 m
Mn : 0.1 a
m
Zn : 0.1 xm
a
Fe : 0.35 axm
Cu : 0.1 ax
m
Cr : 0.1 ax
m
Aluminium : Sisanya ax
x
c. Kaca
Kaca tebal minimal 5 mm produk Asahima atau yang setaranya dengan warna hitam
d. Back – UP Material
1 . Bahan : polyurenthane Foam
2 . Sifat material : Tidak menyerap air
3 . Kepadatan : 65 – 96 kg/m3
4 . Ukuran Penampang : 25% - 50 -% lebih besar dari celah
yang terjadi
e. Gasket
g. Sealant binding
1. Single Komponen
2. Type : Silicon Sealant
h. Screw
1. Bahan : Stainless Steel
j. Joint Sealer
Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang berserat guna
menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air
dan suara.
Sistem Pelapisan
1. Anodise yang dilengkapi dengan lapisan resin transparan (glossy).
1.1. Warna (glossy) : Bronze (YB-1C), Black (YK-1C), silver (YS-1C) atau sesuai
catalog warna dari YKK alumico Indonesia.
1.2. Warna (Non Glossy) : Bronze (YB-1n), Balck (YK-1N), Silver (YS-1N) atau
sesuai catalog warna dari YKK Alumico Indonesia
Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : 10 μm
b. Lapisan Resin Film : 12 μm
c. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
e. Tahan Karat (40g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab setelah
96 jam.
f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : minimum 18 μm
b. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
e. Tahan Karat (40 g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab setelah 48
jam.
f. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
g. Terhadap Air Semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.
h. Terhadap air semen (PC), tidak terjadi perubahan setelah 24 jam.
Warna Aluminium
Warna kusen serta rangka daun pintu dan jendela serta ventilasi kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan adalah warna natural.
Data Pelengkap
a. Gambar Kerja (Shop Drawing)
Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) dan
disetujui oleh Konsultan PENGAWAS jika dalam Gambar Bestek tidak diberikan oleh
Konsultan Perencana, yang menjelaskan
a. Tipe dan tampak setiap jenis jendela dan pintu aluminium / curtain wall.
b. Detail sambungan baik exterior maupun interior.
c. Detail pemasangan.
d. Detail pertemuan aluminium dengan komponen-komponen lain yang berhubungan.
e. Kelengkapan ukuran-ukuran.
b. Perhitungan struktur sesuai dengan criteria design yang ada (kalau diperlukan).
Fabrikasi Dan Assembling
1. Semua jenis jendela dan pintu aluminium difabrikasi di Work Shop/ Pabrik.
2. Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan dengan bentuk
sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk sambungan yang tahan air harus
diberi sealant dari bagian yang tidak terlihat mata.
3. Perakitan jendela maupun pintu aluminium dilaksanakan di Work Shop/Pabrik
sehingga selain kwalitas perakitan sesuai standard yang disyaratkan juga mempercepat
proses pemasangan di lapangan.
1. Proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di Shop Drawing
yang sudah disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
2. Hardware yang dipasang mennggunakan back plate.
3. Standar toleransi assembling dijelaskan dalam table berikut :
STANDARD TOLERANSI SSEMBLING
PASAL 36
PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA
Umum
1. Lingkup Pekerjaan
a. Penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan pelayanan yang
diperlukan untuk melaksanakan dan membuat konstruksi baja.
b. Spesifikasi ini meliputi syarat-syarat perencanaan, fabrikasi dan pemasangan tentang
konstruksi baja untuk atap, penyokong (support), dan sebagainya, sesuai dengan yang
ditunjukkan pada gambar kerja.
2. Standar
a. Bahan Struktur atau Konstruksi
1. Kecuali kalau diatur secara tersendiri, bentuk profil, pelat dan kisi-kisi untuk
tujuan semua konstruksi dibaut atau dilas harus baja karbon yang memenuhi
persyaratan A.S.T.M. A36 atau yang setara dan harus mendapat persetujuan MK.
2. Kecuali kalau diatur secara tersendiri pipa-pipa untuk konstruksi dengan las harus
dari baja karbon yang memenuhi A.S.T.M. A56 type E atau S.
3. Kecuali kalau diatur secara tersendiri bahan-bahan harus memenuhi spesifikasi
“American Institute of Steel Construction (AISC)” dan PPBBI Mei 1984.
b. Pengikat-pengikat, baut-baut, mur-mur atau sekrup-sekrup dan ring-ring harus sebagai
berikut :
1. Untuk sambuangan bukan baja ke baja.
Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM
A370 dan harus digalvanis.
2. Untuk sambuangan baja ke baja.
Pengikat-pengikat harus dari baja karbon yang memenuhi persyaratan ASTM
A325 dan atau ASTM A490 dan harus terlapis cadmium.
3. Untuk sambungan logam yang berlainan (tidak sama) pengikat-pengikat harus
baja tahan korosi memenuhi persyaratan ASTM A276 type 321 atau type lainnya
dari baja tahan korosi.
4. Ring-ring bulat untuk baut biasa harus memenuhi A.N.S.I. B27, type A.
c. Bahan-bahan las : bahan-bahan las harus memenuhi persyaratan dari “American
Welding Society” (AWS D1.0-69 : Code for Welding in Building Construction)
1. Baut angkur dan sekrup-sekrup atau mur-mur harus memenuhi persyaratan ASTM
A36 atau A325.
2. Lapisan seng : baja berlapis seng harus memenuhi ASTM A123. Lapisan seng
untuk produksi uliran sekrup harus memenuhi ASTM A153.
3. Baut dan mur yang idak terlapis (unfinished) harus memenuhi ASTM A307 dan
harus biasanya type segi enam (hexagon-bolt type)
d. Semua bahan baja yang dipergunakan harus merupakan bahan baru, yaitu bahan yang
belum pernah dipergunakan untuk konstruksi lain sebelumnya dan harus disertai
sertifikat dari pabrik.
e. Peraturan-perturan dan standar dibawah ini atau publikasi yang dapat dipakai harus
dipertimbangkan serta merupakan bagian dari spesifikasi ini. Dalam hal ini ada
pertentangan, spesifikasi ini menentukan.
4. Contoh Bahan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus memberikan contoh-contoh
material, baja profil, kawat las, cat dasar atau akhir dan lain-lain untuk mendapat
persetujuan MK.
b. Contoh-contoh yang telah disetujui oleh MK akan dipakai sebagai standar atau
pedoman untuk pemeriksaan atau penerimaan material yang dikirim oleh Kontraktor
ke site.
c. Kontraktor diwajibkan membuat tempat penyimpanan contoh-contoh material yang
telah disetujui di bengkel MK.
10. Pengelasan
a. Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru dapat
dilaksanakan dengan seijin pengawas, dan menggunakan mesin las listrik.
b. Kawat las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau yang setaraf.
c. Pengelasan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dan berpengalaman.
d. Semua pekerjaan pengelasan harus rapi tanpa menimbulkan kerusakan-kerusakan pada
beban bajanya.
e. Elektrode las yang dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap
menjamin komposisi dan sifat-sifat dari electrode selama masa penyimpanan.
f. Pengelasan harus menjamin pengaliran yang rata dari cairan electrode tersebut.
g. Teknik atau cara pengelasan yang dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan
kualtias dari las yang dikerjakan.
h. Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran yang memberi
pengaruh besar pada kawat las. Permukaan yang akan dilas juga harus bersih dari
aspal, cat, minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar, bekas potongan api
harus digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus dibersihkan dan disikat.
i. Pengelasan tidak boleh dilakukan jika temperatur dari base metal lebih rendah 0F.
Pada temperatur 0F, permukaan las dari titik dimulainya las sampai sejauh 7.5 m juga
dijaga temperaturnya sampai dengan waktu pengelasan.
j. Pemberhentian las harus pada tempat yang ditentukan dan harus dijamin tidak akan
berputar atau berbengkok.
k. Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las (pengelasan lebih dari satu kali),
maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapis terdahulu harus dibersihkan dari
kerak-kerak las atau slag dan percikan-percikan logam yang ada. Lapisan las yang
berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama sekali.
11. Sambungan
a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus mampu memikul gaya-gaya yang bekerja,
selain berguna untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.
14. Pengecatan
a. Semua bahan konstruksi baja harus di cat. Permukaan profil harus dibersihkan dari
semua debu, kotoran, minyak, gemuk dan sebagainya dengan cara mencuci dengan
white spirit atau solvent lain yang cocok. Karat dan kerak harus dihilangkan dengan
cara menggosok dengan wire brush mekanik.
b. Paling lambat 2 jam setelah pembersihan ini, pengecatan dasar pertama sudah harus
dilakukan. Baja yang akan ditanam didalam beton tidak boleh dicat.
c. Sebelum mulai pengecatan, Kontraktor harus memberitahukan kepada pengawas untuk
mendapatkan persetujuannya untuk aplikasi dari semua bahan cat.
d. Cat dasar pertama adalah cat zinchromat primer 2 (dua) kali di Workshop dengan
menggunakan kuas (brush). Cat dasar ini setebal 2 (dua) kali 50 mikron.
e. Cat finish dilakukan 2 (dua) kali di lapangan setebal 30 mikron, setelah semua
konstruksi selesai terpasang dengan menggunakan kuas (brush).
f. Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai dengan
persyaratan cat yang digunakan.
15. Grouting
Untuk grouting disekitar angker dan dibagian bawah dari base plate dipakai Conbex 100
atau yang setara setebal 2.5 cm. Pekerjaan ini harus menggunakan injection pump.
PASAL 37
PEKERJAAN PENUTUP PLAPOND
Rangka Pelapond terdiri dari :
- hollow Baja Ringan 40.40.0,45 mm
- Pengantung Accessories
- Self drilling screw dia-6x20 mm
Penutup Pelapond.
a. Papan Gypsum memiliki ketebalan……..
b. Papan plafon PVC memiliki ketebalan 10 mm dan lebar efektif papan 20 cm.
c. Memiliki jaminan mutu bahan dengan dibuktikan sertifikat ISO 9001:2015, jaminan
standart ramah lingkungan ISO 14001:2015 dan OHSAS 18001:2007.
d. Rangka yang digunakan Galvalum dengan ketebalan 0.3 mm modul pemasangan rangka
100 x80 cm.
e. Skrup yang digunakan Drywall skrup antikarat.
f. List Profil plafon yang digunakan berbahan PVC kualitas terbaik.
g. Memiliki jaminan garansi 10 tahun
- Sekrup/Piles 2 cm
PASAL 38
PEKERJAAN KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG
1. Semua kunci yang digunakan adalah sekwalitas Gradino/Solid dua putaran, finish stainless
tiap kunci harus mempunyai 3 anak kunci dengan panjang body minimal 25 cm.
2. Untuk pintu dua daun harus dipasang sloot tanam besar (expagnolet) sepanjang 25 cm pada
bagian pinggir/tebal atas bawah, untuk pintu satu daun cukup dipasang sloot sepanjang 3"
pada bagian pinggir sedangkan untuk tiap daun jendela dipasang 2 buah.
3. Engsel yang digunakan untuk pintu yang berhubungan dengan luar jenis kupu-kupu
panjang 6" merk setaraf Gradino/Solid kupu setaraf Belleza ukuran 2,5 ", tiap daun jendela
dipasang 2 buah engsel.
4. Hak angin panjang 30 cm dipasang 2 bh untuk setiap daun jendela.
5. Hardwere kunci gantung, engsel harus diminyaki agar berfungsi baik, semua contoh barang
tersebut harus mendapat persetujuan Direksi. Kunci dan alat penggantung yang terpasang
ternyata tidak berfungsi, harus dibongkar/diganti atas biaya pemborong.
PASAL 39
PEKERJAAN KACA
1. Kecuali ditentukan lain, semua kaca yang digunakan kualitas baik, flat glas, bening dan
tidak bergelombang serta dapat menahan angin 122 kg/m2.
2. Penggunaan kaca : kaca bening 5 mm digunakan untuk jendela kaca mati, pintu kaca
sesuai dengan gambar kerja,
3. Pemasangan kaca harus tepat masuk kedalam rangkanya setiap pemasangan kaca harus
diberi list didempul dan difinish rapi dan tidak menimbulkan bunyi bila ditiup angin. Untuk
kaca stopshole harus dilakukan silen pada bagian pinggir kaca sebagai pengikat kaca.
4. Kaca dipasang sedemikian rupa sehingga tidak bocor, tertanam rapi dan kokoh, kaca yang
telah terpasang harus dibersihkan dan dilap. Kaca yang retak atau ada goresan harus
diganti.
PASAL 40
PEKERJAAN PENGECATAN.
1. Pekerjaan pengecatan dinding.
a. Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi kwalitas
menengah eks. ICI atau yang setara (mutu menengah). Pekerjaan pengecatan
ini dilaksanakan pada seluruh permukaan dinding dalam gedung.
b. Pengecatan dilakukan setelah plesteran dinding benar -benar telah kering.
c. Sebelum pengecatan pada dinding, kolom dan balok di selasar luar gedung
serta plafond plat beton, terlebih dahulu bidang-bidang tersebut dibersihkan
dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan
menggunakan kertas gosok.
d. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat diplamur dengan
bahan plamur campuran antara 1 lem plamur: 2 semen putih: 3 mi ll.
e. Setelah plamur benar-benar kering pekerjaan dilanjutkan dengan menggosok
plamur hingga permukaan bidang yang akan dicat benar -benar rata.
f. Pekerjaan akhir adalah pengecatan permukaan tersebut dilaksanakan hingga
pekat dan rata.
a. Cat yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi sekwalitas
Menengah
b. Seluruh permukaan yang akan di cat harus dibersihkan terlebih dahulu dari
segala jenis kotoran.
c. Setelah seluruh permukaan telah benar-benar bersih, dilanjutkan dengan
memberi lapisan primer menggunakan alkali resisting primer produk yang sama
dengan cat yang dipakai atau setara sebanyak 1 kali lapis atau sesuai petunjuk
pemakaiannnya.
d. Setelah kering dilakukan pengecatan sebanyak 2-3 lapis atau sampai benar-
benar pekat dan rata.
e. Pengecatan setiap lapisnya, baru boleh dilakukan setelah lapis sebelumnya
telah mengering
PASAL 41
PEKERJAAN SANITASI
1. Pekerjaan Sanitasi
Termasuk di dalam lingkup pekerjaan air bersih dan air buangan ini adalah
a. Pekerjaan suplay air bersih dan perlengkapannya.
b. Pekerjaan jaringan pipa air buangan dan perlengkapannya
c. Pekerjaan pemasangan closed Jongkok
d. Pemasangan Wastafel
f. Dan pekerjaan lainnya yang berkaitan dengan sanitair
c. Pada setiap belokan, digunakan knee atau elbow sesuai dengan kebutuhan.
Demikian juga pada setiap sambungan pipa digunakan socket dan disenei.
d. Pipa yang terletak pada dinding harus masuk ke dalam batu bata minimal 2,5 cm, dan
diklem (secukupnya). Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan sebelum pekerjaan
plesteran.
e. Kran air yang dipergunakan adalah jenis Ball Valve dengan handel siku
Pekerjaan plesteran (khususnya yang dilalui pipa) baru dapat dilakukan apabila telah
tidak terdapat kebocoran.
Septicktank terbuat dari konstruksi beton dan pasangan bata dengan bentuk dan
dimensi seperti dalam gambar rancangan pelaksanaan.
Pelaksanaan pekerjaan beton, galian, pasangan batu bata dan lain-lain pekerjaan
yang menyertainya harus dilakukan dengan mengacu persyaratan teknik
pelaksanaan pekerjaan yang berkesesuaian di dalam RKS ini.
Resapan (roughing filter) tersusun dari galian berisi kerikil dan pasir grosok, yang
kemudian dialirkan kelaut melalui PVC AW dia 3". Ujung pipa didalam pasir
grosok diberi filter Ijuk. Bagian atas resapan ditutup dengan beton rabat tebal 5
cm.
PASAL 42
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
1. Lingkup pekerjaan elektrikal ini adalah :
a. Kabel :
Kabel NYA
b. Stop kontak :
Menggunakan merk sekwalitas Vimar,Broco atau Panasonic + sakelar handel
10 A 3 phase untuk lampu penerangan jalan dan lingkungan.
c. Saklar :
Menggunakan merk sekwalitas Vimar,Broco atau Panasonic
d. Type lampu :
Semua jenis Lampu mengunakan lampu LED
2.2. Panel Listrik
a. Panel untuk penerangaan (PL) dan peralatan (PP) menggunakan box
hanger lengkap dengan komponen-komponennya, termasuk MCB,
mounting rail, cabling material dan accescories lainnya, MCB untuk
tegangan 600 volt - 60 HZ.
b. Semua panel tenaga (PP dan PL) terbuat dari plat baja tebal 1,5 mm
untuk badan panel, dan tebal 2 mm untuk pintu panel serta plat dasar
komponen panel.
c. Isolator untuk ril tembaga harus ditopang dengan kokoh dan mempunyai
tahanan isolasi min. 50 M ohm.
d. Semua panel wall mounted harus dilengkapi dengan raill tembaga untuk
terminal pentanahan (Arde) dan seal karet untuk kabel masuk/ keluar.
e. Pintu panel harus dilengkapi dengan handel yang bisa dikunci, serta
karet (packing), sehingga kedap terhadap uap air.
f. Semua komponen panel yang dibuat harus bare dan dalam kond isi baik
tanpa carat dengan kualitas balk.
2.3 Kabel dan Saluran Kabel
a. Yang digunakan pada instalasi ini adalah kabel yang sudah direkomendasi LMK
menurut standart PLN (SPLN).
b. Kabel NYY digunakan untuk instalasi kabel tenaga. Kabel NYM digunakan
untuk instalasl lampu penerangan dan kotak kontak umum (KKB).
d. Conduit PVC yang dipakai untuk instalasi ini adalah dart jenis/type E (electrical
Conduit) lengkap dengan assesorisnya.
g. Pemasangan kabel tertanam dalam tanah harus ditanam sedalam 50cm dan
dlatasnya diberi penutup batu bata.
h. Bila penanaman kabel dalam tanah melintasi jalan kendaraan, maka kabel harus
diberi pelindung tambahan dengan dimasukkan kerjalam pipa GIP dia 2".
i. Diatas ujung-ajung belokan kabel yang ditanam dalam tanah harus diberi tanda
berupa patok-patok beton ukuran 15 x 15 x 60 cm di bed tanda khusus yang
menyatakan adanya kabel.
j. Semua panel wall mounted harus dilengkapi dengan raill tembaga untuk
terminal pentanahan (Arde) dan seal karet untuk kabel masuk/ keluar.
k. Pintu panel harus dilengkapi dengan handel yang bisa dikunci, serta karet
(packing), sehingga kedap terhadap uap air.
l. Semua komponen panel yang dibuat harus baru dan dalam kondisi baik tanpa
cacat dengan kualitas balk.
Kabel dan Saluran Kabel
a. Yang digunakan pada instalasi ini adalah kabel yang sudah direkomendasi
LMK menurut standart PLN (SPLN).
b. Kabel NYY digunakan untuk instalasi kabel tenaga. Kabel NYM digunakan
untuk Instalasi lampu penerangan dan kotak kontak umum (KKB).
d. Conduit PVC yang dipakai untuk instalasi ini adalah darl jenis/type E (electrical
Conduit) lengkap dengan assesorisnya.
e. Pemasangan conduit dan assesorisnya harus lurus terhadap garls lurus bangunan
dan diklem rapi dengan jarak max 100 cm dan menggunakan fisher yang sesual.
g. Diatas ujung-ujung belokan kabel yang ditanam dalam tanah harus dibed tanda
berupa patok-patok beton ukuran 15 x 15 x 60 cm di beri tanda khusus yang
menyatakan adanya kabel
2.5. Peralatan Lampu dan Kotak Kontak :
a. Seluruh lampu menggunakan lampu SL 9 dan 12 W Sekwalitas Philips.
b. Sakelar dan kotak kontak adalah untuk pemasangan dalam (inbouw) dengan
standart merk sekwalitas Vimar,Broco atau Panasonic atau yang sederajat,
dipasang setinggi 1,5m dari lantai ruangan.
c. Stop kontak untuk pompa dan peralatan bengkei adalah stop kontak 3 phase
2.6. Pengujian dan Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan
Seluruh instalasi yang belah selesai dipasang, harus diuji untuk menentukan
apakah kerjanya telah sempurna, sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan
dalam gambar, spesifikasi dan peraturan yang telah berlaku. Pengujian Instalasi
meliputi :
Pengujian isolasi
Pengujian kontinuitas
g. Untuk kelancaran pekerjaan ini, harus diadakan koordinasi terlebih dahulu dari
seluruh bagian yang terlibat di dalam kegiatan Proyek/Satuan Kerja ini, agar
gangguan dan konflik antara satu dengan yang lain dapat dihindarkan.
mengalokasi/memperinci setlap pekerjaan sampai detail untuk menghindari
gangguan dan konflik dan harus mendapat persetujuan Pengawas Lapangan.
h. Seluruh material yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus baru dan tahan
terhadap iklim tropis dan dilindungi terhadap kemungkinan korosi.
k. Sekring MCB dan MCCB produksi Merlyn Gerin asli dilengkapi dengan box
panel ketebalan 2 mm, dicat dasar anti karat dan dicat finish dengan cat warna
abu-abu atau ditentukan yang lain, dipasang lengkap dengan pintu dan kunci.
Ukuran panel disesuaikan dengan kapasitas (group).
l. Untuk setup panel harus disediakan group cadangan (spare) minimal 10A atau
sesuai gambar.
Mempunyai surat Ijin lnstalasi listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku.
PASAL 43
PEKERJAAN LAIN-LAIN
PASAL 45
SPESIFIKASI TEKNIS
N PEKERJAAN DESKRIPSI
O
1. Pekerjaan Sipil / Struktur 1 Kolom : Dihitung penuh tidak di kurangi
balok
2 Balok : Panjang dihitung bersih,dikurangi
kolom
3 Galian : Dihitung berdasarkan gambar dengan
acuan dimensi dan tinggi elevasi yang
direncanakan
Penutup Pelapond.
h. Plafon Interior menggunakan
gypsum board ukuran
(120x240x9) mm, tebal 9
mm.
i. Plafon Eksterior
menggunakan Calsiboard
ukuran (120x240x9) mm,
tebal 3 mm
Kaca
- Syarat mutu sesuai dengan Asahimas
SNI15- 0047-2005 tentang kaca Magi,
lembaran Tamglass
- Dimensi sesuai dengan gambar
kerja.
Pekerjaan Geranit
Finishing Lantai - Lantai indoor Keramik 40/40
dan Dinding Type Matt Surface (Tidak
Licin)
- Keramik Toilet 40/40 Type
Structure Surface (Bertekstur)
- Dinding keramik Toilet 40x40
KW I
- Warna dan motif akan di
tentukan kemudian oleh Ouner
PASAL 46
PENUTUP
Hal-hal lain yang belum jelas dalam peraturan dan syarat-syarat kerja ini akan ditentukan
kemudian dalam penjelasan Direksi ditempat pekerjaan, Apabila didalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syarat ( RKS ) ini tidak tercantum uraian peraturan dan ketentuan yang
seharusnya termasuk didalam pekerjaan pemborong, maka semua pekerjaan harus
dilaksanakan agar tercapai penyelesaian yang diharapkan serta dapat memuaskan semua
pihak.