Anda di halaman 1dari 55

Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

BAB I
SPESIFIKASI TEKNIS
ADMINISTRASI DAN UMUM

1.1 PENDAHULUAN
Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama-sama dengan gambar-
gambar yang keduanya bersama-sama menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan. Istilah
pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan
dalam konstruksi-konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material
tersebut. Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai,
harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian-
bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.

1.2 LOKASI PEKERJAAN


Lokasi pekerjaan terletak di SMPN 23 Mataram – KOTA MATARAM atau akan ditunjukkan oleh
Direksi Pekerjaan.
1.3 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu yang diberikan untuk pelaksanaan Pembangunan Ruang Laboratorium
Komputer SMPN 23 Mataram – Kota Mataram ini selama 4 (empat) bulan atau 120 (seratus
dua puluh) hari kalender.

1.4 RUANG LINGKUP PEKERJAAN


Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar
Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, Daftar Kuantitas dan penjelasan-
penjelasan tambahan lainnya yang diberikan.
Lingkup pekerjaan ini terdiri dari :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah dan Urugan
3. Pekerjaan Pasangan dan Pelesteran
4. Pekerjaan Beton
5. Pekerjaan Kayu
6. Pekerjaan Besi dan Aluminium
7. Pekerjaan Penutup Atap
8. Pekerjaan Penutup Lantai dan Dinding
9. Pekerjaan Langit - Langit
10. Pekerjaan Kunci dan Kaca
11. Pekerjaan Instalasi Listrik
12. Pekerjaan Pengecatan

1.5 PERIJINAN
Setelah Penyedia Jasa ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi lain yang
berwenang, maka Penyedia Jasa yang bersangkutan harus menyelesaikan perijinan tersebut.
Direksi dalam batas-batas kewenangannya, akan membantu untuk menyiapkan surat-surat
resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan untuk perijinan tersebut merupakan tanggung
jawab Penyedia Jasa.
Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang diperlukan belum
diperoleh.

1
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang
menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut akan memerlukan
perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih dahulu harus didiskusikan dengan
direksi untuk mencari jalan keluarnya.

1.6 PEKERJAAN-PEKERJAAN SEMENTARA


Penyedia Jasa harus membuat saluran-saluran untuk pembuangan semua air bekas dan sisa
buangan dari pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan sementara, yang ditimbulkan dimana
saja. Cara pembuangan harus tidak merusak lingkungan setempat dan tidak mengganggu
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tanah atau saluran / anak sungai dimana
air bekas dan sisa buangan akan dibuang.

1.7 PENYEDIAAN AIR, TENAGA LISTRIK DAN LAMPU PENERANGAN


Alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Penyedia Jasa,
termasuk penyediaan peralatan dan perpipaan sementara untuk mengangkut air ke lokasi
pekerjaan, sehingga tidak mempengaruhi lancarnya pekerjaan. Biaya untuk keperluan tersebut
menjadi tanggungan Penyedia Jasa. Kualitas air yang disyaratkan ditentukan pada bagian lain
dari spesifikasi teknis ini.
Tenaga listrik yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri oleh
Penyedia Jasa dengan jenis dan kapasitas yang sesuai dengan pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan harus ada persetujuan dari direksi. Penyediaan tenaga listrik tersebut
termasuk pula kabel-kabel, alat-alat pengukur serta fasilitas pengaman yang diperlukan dan
lampu-lampu penerangan untuk menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan.

1.8 UKURAN-UKURAN
Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada gambar rencana.
Ukuran-ukuran dalam gambar rencana pada dasarnya adalah ukuran jadi, seperti keadaan
selesai. Penyedia Jasa tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang
tercantum didalam gambar rencana dan pelaksanaan/dokumen kontrak tanpa sepengetahuan
DireksiPekerjaan.

1.9 TENAGA DAN PERALATAN


Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan oleh
Penyedia Jasa. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus
mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap pekerjaan
tersebut. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan peralatan pekerjaan harus
terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari direksi. Tanpa persetujuan direksi,
Penyedia Jasa tidak diperbolehkan untuk memindahkan peralatan yang diperlukan dari lokasi
pekerjaan.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan mengganggu
kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti hingga direksi
menganggap pekerjaan dapat dimulai.

2
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Daftar Personil Inti yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan:

Penga
No. Jumlah Lampiran
Uraian Personil Inti -laman
1. Pelaksana (S1 Sipil) 1 Org 2 Thn Ijazah & SKT (TS051)

2. Tenaga Ahli K3 1 Org 3 Thn Ijasah & SKA K3

3. Logistik 1 Org 3 Thn Ijasah


(STM sederajat)
4. Administrasi dan Keu. 1 Org 3 Thn Ijasah
(SLTA sederajad)
5. Tenaga K3 1 Org 4 Thn Ijasah & Sertifikat K3

Daftar Peralatan Utama minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan:

No Alat yang diipergunakan


Jumlah Lampiran
.
1. Truck/Dump Truck Kapasitas 4 m³ 3 Bh Bukti kepemilikan/sewa
2. Pick Up Min. 1200 cc 1 Bh Bukti kepemilikan/sewa
3. Molen Min. 0,3 m³ 1 Bh Bukti kepemilikan/sewa
4. Pompa Air kapasitas 580 Lt/Menit 1 Bh Bukti kepemilikan/sewa
5. Stamper 1 Bh Bukti kepemilikan/sewa
6. Mesin Genset 6,5 KVA 1 Bh Bukti kepemilikan/sewa

1.10 PENYEDIAAN MATERIAL


Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam daftar
kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain didalam dokumen kontrak.
Untuk material-material yang disediakan oleh direksi, Penyedia Jasa harus mengusahakan
transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa harus memeriksa
dahulu material-material tersebut dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di
lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat oleh
cara pengangkutan yang salah atau hilang akibat kelalaian Penyedia Jasa.
Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai
dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Nama produsen material
dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan, laporan pengujian dan
informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan
oleh direksi. Bila menurut pendapat direksi hal-hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh
Penyedia Jasa tanpa biaya tambahan.
Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan jadwal
waktu untuk pekerjaan lainnya.

1.11 SYARAT BAHAN/ MATERIAL


Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak cacat
sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu
kualitas maupun penampilan.

3
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan contoh
menurut standar yang disetujui direksi. Contoh-contoh tersebut harus menggambarkan secara
nyata kualitas material yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan.
Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak tercampur atau
terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran Penyedia Jasa harus
sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material.
Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-material dari
jenis atau merk tertentu, maka Penyedia Jasa harus meminta petunjuk direksi untuk
menentukan jenis atau merk material yang baik dan diperbolehkan untuk digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini. Penyedia Jasa dapat mengganti dengan produk atau merk lain yang
sekurang-kurangnya mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas yang ditentukan oleh
direksi.
Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus dibawah
pengawasan/supervisi Tenaga Akhli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum dipasang harus
disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Contoh bahan yang akan digunakan harus
diserahkan kepada DireksiPekerjaan.
Bila dianggap perlu, Direksi Pekerjaan berhak memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk
membuat komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan tertentu yang harus
diperlihatkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Semua bahan untuk
pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji sesuai dengan standard yang berlaku baik pada
pembuatan, maupun pada pelaksanaan dilapangan oleh Penyedia Jasa.
1.12 PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA
Penyedia Jasa, atas tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi terlebih dahulu, harus
mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan
dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurang mutunya
karena pengaruh cuaca.

1.13 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah berupa penyedian/pemasukan semua peralatan,
tenaga dan perlengkapan proyek yang akan diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan di proyek.
Setelah pekerjaan selesai, Penyedia Jasa harus mengeluarkan kembali semua peralatan dan
perlengkapan tersebut dari lokasi pekerjaan kecuali papan nama proyek.

1.14 PEMBUATAN LOS KERJA DAN GUDANG BAHAN


Penyedia Jasa harus membuat/menyewa Los Kerja dan Gudang Bahan. Los Kerja diberi pintu
dan jendela dan dilengkapi dengan satu stel meja tulis dilengkapi dengan buku tamu dan buku
instruksi serta satu lemari untuk penyimpanan berkas-berkas yang diperlukan.
Gudang dibuat sedemikian rupa sehingga keamanan barang-barang terjamin keamanannya.
Penyimpanan bahan Portland Cement harus sedemikian rupa agar Portland Cement tidak
mudah/lekas mengeras. Penyedia Jasa harus memelihara kebersihan didalam bangunan-
bangunan tersebut. Bila tidak dianjurkan lain oleh Direksipada saat selesai pekerjaan, semua
bangunan-bangunan tersebut diatas harus disingkirkan dan dibersihkan dari lokasi pekerjaan
atas biaya Penyedia Jasa.

1.15 PENGUKURAN DAN PEMATOKAN


Seluruh pengukuran topografi harus merupakan 1 (satu) sistem koordinat yang mengikat pada
Titik koordinat awal ( BM-0 ) yang ditetapkan oleh Direksi. Direksi akan menyerahkan data
koordinat BM tersebut kepada Kontraktor setelah terbit Surat Perintah Mulai Kerja. Kontraktor
perlu mendirikan titik-titik referensi tambahan guna memperlancar pengecekan koordinat, BM
(Benchmark) dan CP (Control point) di lokasi yang diperintahkan atau disetujui oleh Direksi.
Dalam segala hal, tiap-tiap tahapan pekerjaan harus didahului dengan pematokan/uitzet/setting
out, pengecekan koordinat (x,y,z) dan dilanjutkan dengan pemasangan profile (bow plank).
Kontraktor bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan pengukuran dalam rangka Mutual

4
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Check. Pengukuran harus dilaksanakan di bawah pengawasan Direksi dan hasilnya harus
disetujui oleh Direksi, sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan. Mutual check dilakukan 3
(tiga) tahapan yaitu tahap awal sebelum pelaksanaan pekerjaan (MC-0), tahap pertengahan
pada saat progress mencapai ±50% (MC-50) dan menjelang akhir pekerjaan dimana tidak ada
lagi perubahan Volume Kontrak (MC-100). Gambar hasil pengukuran MC-0, 1(satu) set Rekalkir
dan Buku Data Ukur harus segera diserahkan kepada Kantor Satuan Kerja.

1.16 PEMBONGKARAN DAN PEMBERSIHAN SEBELUM PELAKSANAAN


Pada prinsipnya, Penyedia Jasa harus melaksanakan pembersihan dan perataan dilokasi
pekerjaan disekitar area yang diperlukan. Lokasi pekerjaan harus bebas dari gangguan-
gangguan yang ada seperti pohon-pohon liar, semak/belukar dan material lain yang
mengganggu termasuk permukaan tanah yang tidak beraturan.
Apabila dilokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik/telepon,drainase dan lain-
lain yang masih berfungsi. Penyedia Jasa diwajibkan untuk menjaga/melindungi sarana tersebut
dari kerusakan selama pekerjaan berlangsung.
Seandainya diantara utilitas tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga diperlukan
pembongkaran/pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan terlebih dahulu oleh
Penyedia Jasa kepada Direksi dan pihak instansi yang terkait, untuk mendapatkan persetujuan.
Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan pembongkaran/pemindahan sarana tersebut
menjadi tanggungan Penyedia Jasa. Pada waktu pengajuan penawaran, Penyedia Jasa harus
sudah memperhitungkan hal ini.
Hasil bongkaran harus dipindahkan ketempat yang telah ditentukan atau yang harus dibuang
keluar lokasi proyek.

1.17 PERLINDUNGANTERHADAP KONSTRUKSI EKSISTING


Penyedia Jasa harus mengamankan, melindungi dan menjaga semua konstruksi eksisting yang
ada disekitar tapak pekerjaan.
Dalam hal dimana ditemukan persoalan dengan jaringan utilitas eksisting, Penyedia Jasa
diwajibkan memberitahukan kepada Pengawas dan atas sepengetahuan Pengawas, Penyedia
Jasa menghubungi Instansi yang terkait (pemilik jaringan utilitas tersebut) untuk mencari solusi
penanganannya.

1.18 PENYIAPAN JALAN MASUK


Jika diperlukan pembuatan jalan masuk sementara ke lokasi proyek selama pekerjaan
berlangsung, maka hal ini harus dibicarakan sebelumnya oleh Penyedia Jasa kepada Direksi
Pekerjaan.

1.19 TANDA-TANDA/ RAMBU DAN PAPAN NAMA PROYEK


Ditempat-tempat yang dipandang perlu, Penyedia Jasa harus menyediakan tanda-tanda untuk
keperluan kelancaran lalu lintas. Tanda-tanda tersebut harus cukup jelas untuk menjamin
keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus memotong/menyeberangi jalan dengan lalu
lintas padat, Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan secara bertahap atau apabila
dipandang perlu dilaksanakan pada malam hari. Segala biaya untuk keperluan tersebut harus
sudah termasuk di dalam penawaran Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa wajib membuat papan nama proyek yang bertuliskan/berisikan keterangan
mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan (pemberi tugas, nama Penyedia Jasa, dsb)
sesuai gambar rencana.

5
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

1.20 PROGRAM KERJA


Penyedia Jasa harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus diserahkan kepada
direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai.
Rencana kerja tersebut harus mencakup :
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan dan/atau
pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia Jasa.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai latar
belakan pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan.
Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S beserta lampiran
penjelasannya.

1.21 PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN


Penyedia Jasa diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila direksi
memerlukan penjelasan tentang tempat-tempat asal mula material yang didatangkan untuk
suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan tersebut. Dalam keadaan apapun,
Penyedia Jasa tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi.
Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada direksi
sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan persetujuannya.
Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang menurut direksi penting, harus dihadiri dan diawasi
langsung oleh direksi atau wakilnya. Pemberitahuan tentang akan dilaksanakannya pekerjaan-
pekerjaan tersebut harus sudah diterima oleh direksi selambat-lambatnya 2 (dua) hari sebelum
pekerjaan dilaksanakan.

1.22 PENYELESAIAN PEKERJAAN


Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan secara
khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap diperlukan agar hasil
pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan sesuai dengan
kontrak.
Penyedia Jasa harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara keseluruhan sesuai
dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil pengujian terdapat bagian pekerjaan
yang tidak memenuhi syarat, Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus melaksanakan
perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh direksi.

1.23 LAPORAN-LAPORAN
1.22.1. Laporan Kemajuan Pekerjaan Bulanan
Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) tiap bulan atau pada suatu waktu yang ditentukan
Direksi, Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) buah Laporan Kemajuan Bulanan yang
menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan-bulan sebelumnya.
Laporan ini merupakan rekap dari Laporan Mingguan.

6
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut:


1) Prosentase kemajuan pekerjaan sesuai dengan hasil Pemeriksaan bersama
(opname).
2) Program Kerja dan Rencana kegiatan dalam waktu 2 (dua) bulan ke depan disertai
rencana tanggal permulaan dan penyelesaiannya.
3) Daftar personil dan jumlah tenaga kerja.
4) Daftar peralatan yang dioperasikan.
5) Volume bahan yang terpakai dan sisa bahan (stock) yang ada di lapangan.
6) Progress per item pekerjaan untuk tiap-tiap bangunan atau bagian-bagian konstruksi,
7) Progress pembayaran dan rencana tagihan pembayaran bulan berikutnya.
8) Hasil pengujian lapangan dan laboratorium
9) Permasalahan yang dijumpai di lapangan dan Risalah rapat-rapat pelaksanaan.

1.22.2. Laporan Harian dan Mingguan


Progress pekerjaan per hari harus dilaporkan, diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
Laporan harian mencakup progress volume tiap-tiap item pekerjaan untuk tiap-tiap
bagunan disertai catatan volume bahan yang terpakai, peralatan yang digunakan dan
jumlah tenaga kerjanya. Laporan harian dibuat dalam 3 (tiga) rangkap dan diserahkan
kepada Direksi pada hari itu juga dalam 2 (dua) rangkap. Laporan harian ini kemudian
direkap menjadi Laporan Mingguan yang diserahkan kepada Direksi pada saat Rapat
Mingguan

1.24 RAPAT-RAPAT
Rapat tetap antara Direksi, Konsultan dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada waktu
yang disepakati bersama. Maksud dari rapat ini membicarakan kemajuan pekerjaan yang
sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas
permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan. Setiap bulan diadakan rapat
bulanan antara PPK, Direksi, Konsultan dan Kontraktor untuk mengevaluasi kemajuan
pekerjaan dan membahas permasalahan yang dihadapi dan antisipasi permasalahan di bulan
berikutnya.

1.25 DOKUMENTASI
Semua kegiatan dilapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan Album foto
berikut keterangan berupa tanggal pengambilan foto, lokasi dan penjelasan foto. Untuk setiap
lokasi pekerjaan minimal dibuat 3 seri foto pada kondisi sebelum pelaksanaan (0%), pada saat
pelaksanaan (50%) dan setelah selesai dilaksanakan (100%).
Titik sudut pengambilan foto untuk tahap-tahap kegiatan diusahakan dari posisi yang sama.
Oleh karena itu, sebelum pengambilan foto perlu dibuat rencana / denah yang menunjukan
lokasi, posisi dari kamera juga arah bidikan yang kemudian diserahkan kepada Direksi untuk
disetujui.
Tiap foto berukuran 3R dan diberi catatan sebagai berikut:
− Nama dan lokasi Bangunan
− Tanggal pengambilan
− Tahap pelaksanaan
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilampiri dengan beberapa foto-foto
pelaksanaan pada periode tersebut. Pada akhir pelaksanaan Kontrak, Kontraktor harus
menyerahkan Album foto pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi untuk tiap-tiap bagunan atau
bagian konstruksi pada kondisi awal (0 %), 50 % dan selesai 100 % dalam satu halaman.

7
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Penyerahan dilakukan sebanyak 5 (lima) ganda bersama 1 (satu) set album. Tiap album
disertakan keterangan atau tanda untuk memudahkan mengidentifikasi cetakannya.
Seluruh biaya yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus diperhitungkan dalam harga Kontrak.

1.26 PENGGAMBARAN
1.25.1. Gambar Kontrak
Kontraktor harus menyediakan Album gambar (Tender/Contract drawings) ukuran A3
sebanyak 6 (enam) set untuk didistribusikan sebagai berikut :
− Kantor Kontraktor di Lapangan ( 2 set)
− Kantor Direksi di Lapangan (2 set)
− Kantor Konsultan di lapangan ( 1 set)

1.25.2. Gambar Pelaksanaan


Kontraktor harus menggunakan Gambar Kontrak/Desain sebagai dasar untuk
mempersiapkan Gambar Pelaksanaan/Kerja. Gambar Pelaksanaan disiapkan dalam
ukuran A3 dengan memperlihatkan detail bangunan, potongan-potongan bangunan
secara lengkap, termasuk tata-letak pembesian, rencana pembengkokan, daftar
pembesian, tipe beton yang digunakan dan ukuran-ukuran bagian-bagian bangunan
secara tepat. Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui dan disahkan oleh Direksi harus
diserahkan kepada Direksi sebanyak 2 (dua) set dan Konsultan 1 (satu) set.
Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan yang telah disetujui
dan disahkan oleh Direksi. Setiap perubahan dari Gambar Pelaksanaan terlebih dahulu
harus dimintakan persetujuan kembali kepada Direksi. Resiko yang timbul akibat
pekerjaan yang dilaksanakan tanpa persetujuan Direksi, sepenuhnya menjadi
tanggung-jawab Kontraktor.
1.25.3. Gambar Pabrikan
Gambar-gambar detail yang dikeluarkan oleh pabrik atau bengkel seperti pintu-pintu air,
diusulkan oleh Kontraktor sesuai dengan Spesifikasi, harus diperiksa terlebih dahulu
dan disetujui oleh Direksi.
1.25.4. Gambar Purnalaksana (As built drawings)
Selama pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan 1 (satu) set gambar yang
memperlihatkan progress pelaksanaan untuk tiap-tiap bangunan. Lembar-lembar
gambar yang telah selesai dilaksanakan dengan benar kemudian dicap “SUDAH
DILAKSANAKAN”.
Gambar Purnalaksana (As Built Drawings) harus dibuat di atas kertas A3. 80 gram yang
berkualitas baik bila pekerjaan telah diselesaikan 100 %.
Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah Serah Terima Pekerjaan I (PHO), Kontraktor harus
sudah menyerahkan Gambar Purnalaksana yang sudah disahkan oleh Direksi yang
terdiri dari 1 (satu) set Gambar Kalkir lengkap dengan ukuran A2, beserta 1 (satu) set
copy blue print dan 3 (tiga) set copy dalam ukuran A3.

1.27 PEKERJAAN FINISHING


Pekerjaan ini berupa penimbunan kembali tanah bekas galian dan perataan kembali seluruh
tapak pekerjaan kedalam kondisi semula termasuk memperbaiki kembali sarana yang
terbongkar sementara untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (bila ada). Pekerjaan ini antara
lain berupa :
1). Meratakan kembali permukaan tanah yang tidak beraturan bekas pelaksanaan pekerjaan
termasuk penimbunan kembali bekas galian untuk pondasi dan lain-lain.

8
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

2). Memperbaiki dan memfungsikan kembali semua utilitas existing yang terkena bongkaran
karena penggalian (bila ada).
3). Membuang tanah sisa galian yang tidak digunakan lagi keluar lokasi proyek.
4). Mengeluarkan kembali dari lokasi pekerjaan semua sisa material, peralatan dan
perlengkapan lainnya yang telah digunakan dalam pembangunan Menara Air ini.
5). Membongkar/memindahkan semua bangunan Direksi Keet, Keet Penyedia Jasa gudang
bahan dan lain-lain ketempat yang ditentukan, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
6). Melakukan pembersihan lahan diseluruh tapak pekerjaan dari semua jenis kotoran, sisa
material buangan, fasilitas sementara dan lain-lain.

1.28 STANDAR YANG DIGUNAKAN


Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia,
Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan
pekerjaan, antara lain :
NI-2-PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
NI-3-1970 : Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
PUBBI-1982 : Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
SII : Standar Industri Indonesia
SII 0136-84 : Baja Tulangan Beton
SII 0784-83 : Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton
SNI-03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi 1991 Struktur
SNI-03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
SNI-03-6820-2002 : Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran dengan
Bahan Baku Dasar Semen
SNI-03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
SNI-03-6862-2002 : Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan Plesteran
SNI-03 6764-2002 : Spesifikasi Baja Struktur
SNI-03-6880-2002 : Spesifikasi Beton Struktur
SNI-03-4817-1998 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
SNI-03-6818-2002 : Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat Mengeras Dalam Kemasan
untuk Perbaikan Beton
SNI-03-6861-2002 : Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan Bukan Logam)
SNI-03-6882-2002 : Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan
SNI-03-6419-2000 : Spesifikasi Pipa PVC Bertekanan Berdiameter 110-315 mm untuk Air Bersih
SNI-06-0084-2002 : Spesifikasi Pipa PVC untuk Saluran Air Minum
SNI-06-4828-1998 : Spesifikasi Cincin Karet Sambungan Pipa Air Minum, Air Limbah dan Air
Hujan
SNI-07-6404-2000 : Spesifikasi Flens pipa Baja untuk Penyediaan Air Bersih ukuran 110-315 mm
SNI-19-6783-2002 : Spesifikasi Desinfeksi Perpipaan Air Bersih

American Society for Testing Materials (ASTM 1993)


ASTM C13-88 : Method af Making and Curing Concrete Test Specimens
ASTM C33-86 : Specification for Concrete Aggregates
ASTM C39-86 : Test Method for Compesive Strength for Cylindrical Concrete Test Specimens

9
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

ASTM C42-87 : Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete
ASTM C143-89 : Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C172-82 : Specification of Portland Cement
ASTM C260-86 : Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure MethodAir-
Entraining Admixtures for Concrete
ASTM C330-85 : Specification for Lightweight Aggregates for Structure Concrete

1.29 LAIN-LAIN
Pekerjaan Lain-lain adalah semua kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor meskipun
tidak tercantum di dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan ini harus dimasukkan ke dalam “Harga Kontrak”, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.2. Pekerjaan lain-lain terdiri dari:
1.28.1. Fasilitas Kesehatan / Kelengkapan Penunjang K3
Kontraktor harus menyediakan fasilitas kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk
kepentingan karyawan dan tenaga kerja di lapangan. Kontraktor harus mengusahakan
lapangan kerja dalam keadaan bersih, sehat dan terjamin keselamatannya.

1.28.2. Asuransi
Semua peralatan dan terutama tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
ini agar diasuransikan.

1.28.3. Pekerjaan Sementara


Kontraktor bertanggung jawab terhadap perencanaan, spesifikasi, pelaksanaan dan
pembongkaran dari pekerjaan sementara. Pekerjaan sementara yang akan
dilaksanakan oleh Kontraktor harus diberitahukan dan disetujui oleh Direksi. Semua
biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan ini termasuk pembebasan tanah,
sewa tanah dan sebagainya adalah tanggung jawab Kontraktor dan harus sudah
diperhitungkan dalam Harga Kontrak.
Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman atau tanah hasil
galian, baik yang menjadi milik Proyek atau masyarakat. Kontraktor harus bersedia
memberikan ganti rugi terhadap semua kehilangan dan tuntutan karena kerusakan
tersebut.

1.28.4. Kantor Kontraktor, Gudang, Bengkel, Pemondokan Buruh


Base camp dan pemondokan buruh harus dilengkapi dengan fasilitas yang penting
seperti air bersih, penerangan, saluran pembuang, jalan, gang, tempat parkir,
pemagaran, kesehatan, ruang masak, pencegahan kebakaran dan peralatan
pencegahan api, dsb.

1.28.5. Keamanan
Kontraktor atas biaya sendiri harus bertanggung jawab terhadap segi keamanan di
lingkungan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini, semua biaya
harus sudah diperhitungkan dalam Harga Kontrak.

1.28.6. Pencegahan Kebakaran


Kontraktor harus melakukan pencegahan terhadap terjadinya kebakaran di areal
pekerjaan dan harus menyediakan segala peralatan pencegahan kebakaran yang
cukup dan siap digunakan di seluruh lokasi pekerjaan. Kontraktor bertanggung jawab
untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di lapangan kerja, termasuk mengamankan
peralatan dan tenaga kerja Sub-Kontraktor.

1.28.7. Hari Kerja dan Jam Kerja


Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pada jam kerja pada hari kerja dengan
menghormati hari libur Nasional, perayaan resmi dan upacara keagamaan. Bilamana
terjadi keadaan mendesak yang mengharuskan pekerjaan berlangsung terus selama
perayaan atau hari libur tersebut maka Kontraktor harus membuat pengaturan khusus
dengan persetujuan Direksi.

10
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

1.28.8. Pekerjaan Utama/permanen tidak boleh dilaksanakan pada Malam hari, hari Minggu
atau hari Libur resmi, kecuali pekerjaan tersebut tidak dapat dihentikan tanpa resiko
tertentu.

1.28.9. Resiko pekerjaan yang dilaksanakan di luar hari kerja dan jam kerja tanpa persetujuan
Direksi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.28.10. Kelengkapan APD Pencegahan Covid - 19


Kontraktor dalam bekerja harus menyediakan APD Pencegahan COVID – 19, seperti
menyediakan masker untuk setiap pekerja yang terlibat dalam kegitan di lapangan,
Sanitaeser, tangki air bersih beserta sabun cuci tangan dilapangan, Viva Guard Infrared
Ear and Forehead Thermometer (alat Penentu suhu tubuh) sewerta keperluan lainnya
yang diperlukan guna pencegahan penyebaran penyakit menular COVID – 19, semua
itu harus disediakan dilapangan

1.30 PEKERJAAN PERAPIHAN


Pekerjaan ini meliputi pembersihan kotoran sisa pekerjaan berikut pembuangannya,
pembersihan di sekitar lokasi pekerjaan dan membereskannya/ membuangnya sehingga
memberikan kesan indah, bersih dan rapih.

1.31 PENUTUP
Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini,
akan ditentukan kemudian pada Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dimuat
dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.

11
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

BAB 2
SPESIFIKASI TEKNIS
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
a. Meliputi pengerjaan seluruh bangunan, terdiri dari :
1. Pembuatan papan nama proyek
2. Pasangan bowplank
3. Pembersihan lapangan

b. Persyaratan Bahan
1. Untuk penampungan air disiapkan drum penampungan, air harus memenuhi kualitas
yang ditentukan dalam PBI 1971.
2. Untuk papan nama proyek digunakan tiang dan kayu meranti dan tripleks atau plat
seng.
3. Bahan bouwplank dipakai kayu meranti 5/7 dan papan meranti ukuran 2/20.

c.Pedoman Pelaksanaan
1. Pembuatan papan nama proyek
Membuat papan namam proyek dari papan atau triplek
dengan ukuran ± 200 x 100 cm. Didirikan tegak diatas kayu 5/7 cm setinggi ± 200
cm. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat umum. Papan nama proyek
memuat :
- Nama proyek
- Pemilik proyek
- Lokasi proyek
- Jumlah biaya (kontrak)
- Nama Konsultan Perencana
- Nama Konsultan Pengawas (jika ada)
- Nama Pelaksana (Kontraktor)
- Proyek dimulai tanggal, bulan, tahun.
Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor harus melakukan Pembersihan, pengukuran
dari existing yang ada dan membuat patok-patok dan pemasangan bouwplank.

2. Papan bangunan (bouwplank) :


- Papan bangunan harus dipasang pada patok kayu yang nyata dan kuat
tertancap dalam tanah sehingga tidak bisa bergerak atau berubah.
- Kayu ukuran 5/7 dan Papan bangunan ukuran 2/20, diketam rata permukaan
atasnya, dipasang rata air setinggi duga lantai (+ 0.00) berjarak 2m kearah luar
as kolom bangunan.
- Tiang-tiang papan bangunan ukuran 5/7, dipasang kokoh maksimal setiap jarak
2m.
- Semua titik as kolom pada papan bangunan harus diberi tanda dengan cat dan
paku.
- Tinggi papan bangunan sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki lain,
harus dibicarakan dahulu dan disetujui oleh Direksi.
- Setelah selesai pemasangan papan bangunan yang dimaksud wajib
dilaporkan kepada pengawas.
- Pengawas teknik untuk pemeriksaan, sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan

3. Membuat Gudang, bangsal kerja, dan Direksi Keet


a. Ukuran luas kantor Kontraktor dan los kerja serta tempat simpan bahan
bakar, sesuai volume kontrak dengan tidak mengabaikan keamanan dan
kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat yang
tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran kerja dan arus lalu
lintas, harus disediakan 1 buah penyemprot api (extinghuizer) 20

12
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

kgs/cm2, 1 (satu) di Kontraktor, 1 (satu) diletakkan di kantor direksi


lapangan, 1 (satu) diletakkan di daerah yang strategis di los kerja.
b. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus
dibuatkan kotak simpan dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-
masing bahan tidak tercampur dengan bahan lainnya.
c. Kontraktor tidak diperkenankan :
- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan diluar pagar proyek,
walaupun untuk sementara.
- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak direksi lapangan karena tidak
memenuhi syarat.

4. Pengadaan listrik dan air untuk pelaksanaan pekerjaan


a. Air untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dengan membuat
sumur pompa ditapak proyek atau air PAM, air harus bersih bebas dari
lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium.
b. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa
terisi penuh.
c. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor ,penggunaan diesel
untuk pembangunan sementara atas persetujuan direksi lapangan.

d. Pengukuran Hasil Kerja


Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta
telah disyahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

2. PEKERJAAN TANAH DAN GALIAN


a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan tanah :
1. Galian tanah pondasi
2. Urugan kembali bekas galian
3. Urugan tanah peninggian lantai
4. Urugan pasir

b. Penimbunan dengan tanah urug


1. Sebelum dilakukan penimbunan tanah urug, harus dilakukan pengukuran untuk ambil
0 lantai dari tanah eksising.
2. Penimbunan tanah urug harus dipadatkan setiap ketebalan 20 cm.
3. Tanah yang di timbun harus padat dan datar.

c. Pematokan
1. Sebelum bagian pekerjaan lainnya dimulai, Kontraktor melakukan
pematokan untuk menetapkan AS fan Feil rencana serta batas.
2. Dalam pematokan ini, Kontraktor harus memperhatikan titik-titik
referensi/Bench Mark yang ada.
3. Pematokan dilakukan oleh Kontraktor kemudian diperiksa kembali bersama
oleh Kontraktor dan Direksi.
4. Patok-patok tersebut dari kayu bulat diameter 8 cm dan panjang 60 cm ditancapkan
sedalam 50 cm dan
5. bagian yang muncul diatas permukaan tanah setinggi 10 cm.
6. Patok dari titik-titik yang akan terganggu oleh pekerjaan, harus dibuat patok-patok
referensi pada tempat yang aman dan mudah terlihat.
7. Patok referensi tersebut ditempel papan yang berisikan tulisan/penjelasan
mengenai posisi dan peil rencana dari titik yang bersangkutan.
8. Bila Direksi meragukan hasil pekerjaan yang telah ada, Direksi berhak melakukan
pengukuran pemeriksaan ulang.

d. Galian
1. Pekerjaan galian dilakukan pada daerah galian sebagai yang tercantum dalam
gambar rencana.

13
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

2. Kedalaman penggalian harus sesuai dengan ketinggian rencana yang tertera pada
gambar rencana.
3. Tanah dan batuan hasil galian yang memenuhi persyaratan material untuk urugan,
dipakai untuk pekerjaan urugan.
4. Kemungkinan terkumpulnya air dalam lubang galian baik akibat rembesan air tanah
maupun turunnya hujan selama atau sesudah galian dilaksanakan, pelaksana fisik
harus mengusahakan sistem pengeringan dengan menggunakan pompa atau cara
lainnya yang disetujui pengawas Teknik.
5. Pelaksana fisik harus menjaga dan memperhatikan dinding hasil galian terhadap
kemungkinan longsor, bila diperlukan pelaksana fisik harus menggunakan penahan
tanah dari papan atau cara lainnya yang disetujui oleh pengawas Teknik.
6. Tanah hasil galian setelah mencapai jumlah tertentu harus dikeluarkan dari tempat
galian dan diratakan pada tempat yang ditentukan oleh pengawas Teknik.
7. Tanah hasil galian yang bersih dan bebas dari kotoran dan jasad-jasad lain yang
dapat mengurangi mutu pekerjaan dapat digunakan sebagai tanah urugan atas
persetujuan pengawas teknik, apabila tidak maka semua tanah hasil galian harus
diratakan pada tempat yang ditentukan pengawas Teknik.

e. Urugan Pasir
1. Urugan pasir dibawah jalur pasangan pondasi batu kali atau pondasi lainnya. Harus
datar dengan tebal lapisan pasir urug disiram dan dipadatkan rata.
2. Lubang galian pondasi yang terletak dalam denah bangunan harus diurug kembali
dengan pasir urugan, sedangkan lubang galian sisi lainnya harus diurug kembali
dengan tanah urug.
3. Dibawah lantai bangunan harus diberikan lapisan urugan setebal sesuai gambar
detail, demikian juga dibawah lantai rabat beton (bahan lantai kerja) dan dasar saluran
pembangunan.
4. Tanah dasar lantai bangunan yang menurut pendapat pengawas teknik kurang baik
atau mengundang bagian-bagian yang lembek harus digali dan diurug kembali lapis
demi lapis dan dipadatkan.
5. Pekerjaan urugan pasir diperlukan juga untuk meratakan kembali dasar lantai yang
rusak akibat pembongkaran dan penggantian lantai.
6. Pemadatan lapisan urugan baik untuk dasar pemasangan lantai, saluran
pembuangan maupun rehabilitasi lantai lama digunakan alat timbris mekanis atau
cara lain yang disetujui pengawas Teknik.

3. PEKERJAAN PONDASI
a.Pekerjaan Untuk Pondasi
1. Galian tanah pondasi harus sesuai dengan gambar pelaksanaan, baik kedalaman,
lebar maupun tingginya.
2. Dalam hal kondisi tanah mengandung lumpur atau humus yang cukup dalam, maka
jenis tanah tersebut harus dibuang/dibongkar dan diadakan perbaikan struktur tanah
pondasi.
3. Apabila kedalaman galian pondasi sudah tercapai, kondisi tanah masih diragukan,
Pemborong wajib melaporkan kepada Pengawas/Direksi.

b. Lingkup Pekerjaan
Meliputi pengerjaan seluruh bangunan, terdiri dari :
1. Pondasi pasangan batu kali/batu belah
2. Pondasi plat setempat beton bertulang.

c. Persyaratan Bahan
1. Untuk pekerjaan batu kali/belah digunakan Batu kali/belah yang berukuran
maksimum 15 cm – 20 cm, berwarna abu-abu hitam dan tidak berpori.
2. Untuk pondasi plat beton bertulang digunakan bahan yang memenuhi persyaratan
yang diuraikan dalam pasal beton bertulang.

d. Pedoman Pelaksanaan

14
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran - pengukuran untuk


as-as pondasi sesuai dengan gambar konstruksi. Setiap pentahapan pekerjaan
Pondasi ini kontraktor harus membuat Shop Drawing dan persetujuan
Direksi/Pengawas Lapangan. Pemborong wajib melaporkan kepada Direksi bila ada
perbedaan gambar konstruksi dengan gambar arsitektur atau bila ada hal-hal yang
kurang jelas.
Dibawah dasar pondasi didasari dengan pasir pasang setebal ±10 cm dan dipadatkan.
1. Pondasi pasangan batu kali/batu belah
Sebagai lantai kerja untuk pasangan pondasi ini dipasang aanstampang, terdiri dari
batu kali dan pasir pasang (pasangan batu kosong). Lapisan ini juga harus
dipadatkan, dengan menyiram air diatasnya, sehingga pasir akan
mengisi rongga-rongga batu kali tersebut. Diatasnya dipasang Pondasi batu
kali/belah dipasang dengan perekat 1 Pc : 5 Ps.
2. Pondasi Foot Plat .
Setelah pasir urug diberi lantai kerja dengan adukan 1 PC : 3 PS : 5 KR
dibuat sesuai dengan gambar detail pondasi Plat Setempat. Kemudian dilanjut
dengan pemasangan pondasi foor plat beton bertulang dengan
mengunakan mutu beton K-225 bentuk dan pembesian sesuai dengan gambar
dan petunjuk Pengawas.

e. Pengukuran Hasil Kerja


Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah
disyahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

4. PEKERJAAN BETON BERTULANG


a. Struktur Bawah
1. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan struktur bawah :
- Sloof Beton Bertulang
- Pondasi Foot Plat

2. Syarat-syarat umum
- Mutu beton yang dipakai K-225 dan baja tulangan yang dipakai BJTP
240 MPa untuk pekerjaan sloof, seperti dijelaskan pada pasal mengenai
pekerjaan beton.
- Bekisting harus dipasang dengan kuat dan tepat pada posisi sesuai
dengan gambar rencana. Dibawah beton footplate harus dibuat lantai kerja dari
beton tumbuk tebal 5 cm.
- Stek-stek kolom, harus distek setepat-tepatnya sebelum pengecoran beton
dilaksanakan.
- Harus diperhatikan sebelum memasang bekisting dan tulangan
sloof, pipa-pipa pembuangan air-kotor dan supply air bersih yang lewat
dibawah sloof harus sudah terpasang pada posisi yang tepat.

b. Pekerjaan Struktur Atas


1. Lingkup pekerjaan
Meliputi pembuatan kerangka bangunan dari beton bertulang dari dasar lantai
sampai dengan atap termasuk segala bagian strukturnya, yang terdiri dari Kolom-
kolom, balok-balok, pelat-pelat meja dengan struktur beton, serta konstruksi beton
lainnya seperti yang tertera dalam gambar.

2. Bahan dan syarat pelaksanaannya


a. Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai
mutu karakteristik minimal K-225 menurut PBI-1971.

15
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

b. Baja yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai
mutu baja minimal BJTP 240 MPa.
c. Bahan-bahan lainnya dan syarat-syarat pelaksanaannya sama dengan syarat-
syarat seperti dijelaskan pada pasal-pasal lain spesifikasi teknis ini.

3. Bahan Beton dan Syarat-syarat pelaksanaannya.


a. Semen Portland (PC)
1) Persyaratan
- Digunakan Portland Cement Tipe I menurut NI - 8 tahun 1972 dan
memenuhi S - 400 menurut Standar Cement Portland yang digariskan
oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8 tahun 1972).
- Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu
zak semen, tidak diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan
campuran.
- Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari
tempat yang lembabagarsementidakcepat mengeras.
Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan
tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk
harus dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian
semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.
2) Penyimpanan
Semen harus disimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik,
diatas lantai 30 cm. Kantong-kantong berisi semen tidak boleh ditumpuk
lebih dari 10 lapis, atau ditumpuk langsung diatas lantai. Penyimpanan
semen harus selalu terpisah untuk setiap pengiriman.

3) Pemeriksaan
- Kontraktorharus memberitahukan kepada Konsultan Pengawas
kapan dan dimana semen itu dihasilkan. Konsultan Pengawas
mengadakan pemeriksaan di tempat penimbunan dan mengambil
contoh-contoh semen timbunan tersebut untuk keperluan pemeriksaan
di Laboratorium, jika kualitasnya diragukan.
- Semen yang dinyatakan afkir oleh Konsultan Pengawas, tidak
boleh dipergunakan dan harus disingkir keluar proyek. Apabila
Kontraktor masih mempergunakan semen yang diafkir
tersebut untuk pekerjaan beton maka kepada Kontraktor dapat
diperintahkan untuk membongkar beton tersebut dan harus
menggantinya dengan semen yang disetujui atas biaya Kontraktor.
- Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama
sesudah penerimaan, kontraktor hendaknya memakai semen
menurut urutan kronologis yang diterima dalam gudang
penyimpanan.

b. Agregat (Pasir, kerikil atau batu pecah)


- Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai
gradasi dan kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971.

- Untuk Beton mutu fc’= 21.7 Mpa (K-225) mengunakan material kerikil
beton batu pecah (Split).
- Penumpukan material kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua
jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton
dengan komposisi material yang tepat.
- Untuk bahan agregat (halus dan kasar) dapat dipakai agregat alami
atau buatan asal memenuhi syarat menurut PBI-1971
- Bila dianggap perlu, dapat dilakukan pengujian butiran dengan
memperhatikan persyaratan PUBI-1982.

16
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

- Agregat halus harus bersih, keras dan berbutir tajam, bebas


dari lumpur, gumpalan tanah/lumpur, bahan organik lainnya
yang dapat mengurangi atau merusakkan mutu beton.
- Agregat kasar harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus,
mudah pecah, keropos, tipis atau panjang-panjang, bebas dari bahan-
bahan organik atau dari substansi yang merusak.

c. Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali,
garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

d. Besi Beton
1) Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu
- U - 32 tegangan Leleh karakteristik minimum 3200 kg/cm2). Untuk
Besi Diameter diatas 12 mm (Besi Ulir) (BJTD)
- U - 24 tegangan Leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2). Untuk
besi Diameter 8 mm s/d Diameter 19 mm (Besi Ulir) (BJTD)
2) Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat
lepas dan bahan lainnya.
3) Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh
disimpan diudara terbuka dalam jangka waktu panjang.
4) Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar
dan harus diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu.
5) Jika Kontraktor tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai
dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan
penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan Direksi
- Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat
tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera dalam gambar (dalam
hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya tambahan yang
diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
- Ringa Balok dengan ukuran 15/20 cm menggunakan besi tulangan
ukuran ᴓ 8 mm dan ᴓ 12 mm. (liat gambar kerja).
- Kolom dengan ukuran 15/15 cm menggunakan besi tulangan ukuran ᴓ
8 mm dan ᴓ 12 mm. (liat gambar kerja).
- Untuk kolom praktis dengan ukuran 11/11 cm menggunakan besi
tulangan ukuran ᴓ 6 mm dan 10 mm (lihat gambar kerja)

e. Bahan campuran tambahan (additive)


1) Pemakaian bahan tambahan kimiawi (concrete admixture), kecuali yang
disebutkan tegas di dalam spesifikasi teknis dan gambar harus mendapat izin
tertulis dari Kosultan Pengawas. Untuk itu kontraktor
diharuskan mengajukan permohonan tertulis dengan menyertakan analisa
kimiawinya dan bukti pemakaian di Indonesia selama 5 tahun terakhir.
Bahan campuran tambahan beton yang dipakai harus sesuai dengan
iklim tropis dan memenuhi persyaratan ASTM C-494 jenis B danD
sekaligus sebagai pengurang air adukan dan penunda pengerasan
awal.
2) Penggunaan additive harus sesuai dengan petunjuk dari pabrik. Pemakaian
additive ini tidak boleh menyebabkan dikuranginya volume semen dalam
adukan.

17
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

3) Bahan tambahan yang mempercepat pengerasan awal sama sekali


tidak boleh dipakai, sedangkan untuk beton kedap air dibawah tanah
tidak boleh mempergunakan waterproofer yang mengandung
garam.

f. Campuran Beton
1) Rancangan Campuran Beton /Job Mix Desain (JMD)
- Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan
mutu K-225 Kontraktor Pelaksana harus membuat Rancangan Campuran
Beton (Job Mix Desain).
- Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 4 benda uji
untuk tiap hari pengeceran.
- Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang
dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
- Job Mix Desain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton
yang diakui oleh Pemerintah.
- Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah
material yang akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan
material tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan
sampai volume pekerjaan beton selesai dikerjakan.
- Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
- Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job
Mix Disain pada tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan
Kontraktor Pelaksana untuk membuat Job Mix Disain baru.
- Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan:
1. Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
2. Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
3. Komposisi Pasir Beton;
4. Komposisi Batu Pecah;
5. Komposisi Air Beton;
6. Komposisi Zat Additive jika digunakan;
7. Nilai Slump Rencana; dan
8. Nilai Faktor Air semen.
- Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas sebelum dilaksanakan.
- Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui
oleh Direksi/ Konsultan Pengawas harus diikuti dan dilaksanakan
oleh Kontraktor Pelaksana.

g. Rencana Campuran Lapangan / Job Mix Formula (JMF)


1) Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas/Direksi, Kontraktor Pelaksana harus membuat Rencana Campuran
Lapangan (Job Mix Formula) beton struktural dengan mutu K-225.
2) Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari
segi komposisi material beton.
3) Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.
4) Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bak- bak dari
kayu atau timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material
berdasarkan perhitungan Job Mix Formula.
5) Penakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar
dilokasi pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi
material beton yang ada dalam Job Mix Disain.
6) Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix
Formula dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal 5
benda uji.
7) Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang menghasilkan
mutu beton yang tidak sesuai dengan mutu beton pada Job Mix Desain

18
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

mengharuskan Kontraktor Pelaksana melakukan perhitungan ulang akan Job


Mix formula atau merubah Job Mix Disain.
8) Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan
dalam perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

h. Bekisting, Cetakan atau Acuan


1) Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering
dengan tebal minumum 3 cm atau multiplek tebal 18 mm, diperkuat dengan
rangka-rangka penyangga, penyokong dll, sehingga mampu
mendukung beton sampai selesai proses ikatan beton. Bekisting
harus mampu pula untuk menahan getaran- getaran vibrator dan kejutan
gaya-gaya lain tanpa berubah bentuk.
2) Semua ukuran cetakan harus tepat sesuai dengan gambar dan sama
disemua tempat untuk bentuk dan ukuran yang dikehendaki sama.

3) Steiger cetakan beton harus dari kayu dolken diameter 8 cm atau pipa-pipa
baja dan tidak diperkenankan atau yang diperkenankan oleh
direksi/Konsultan pengawas.

i. Selimut beton
Penepatan besi beton didalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding
atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap
bagian-bagian konstruksi.

4. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Shop drawing : Perhitungan Konstruksi
Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor diharuskan :
- Membuat shop drawing untuk mendapatkan persetujuan Konsultan
Pengawas.
- Memeriksa gambar yang dibuat oleh Konsultan Perencana, jika
terdapat kesalahan yang membahayakan, kontraktor harus melaporkan
kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan meneruskan
kepada Konsultan Perencana. Sebelum ada kepastian mengenai
kebenaran gambar tersebut, Kontraktor tidak diijinkan
melaksanakan bagian pekerjaan tersebut

b. Pengecoran
1) Sebelum dilakukan pengecoran, kontraktor harus mempersiapkan
dengan sebaik-baiknyasegala sesuatu yang berhubungan dengan
pengecoran antara lain ; Meneliti kembali tulangan yang telah
dikerjakan dan menyesuaikannya dengan gambar apabila
terdapat kesalahan. Tulangan yang bengkok, ikatan-ikatan yang
lepas atau berobah posisinya harus dibetulkan. Meneliti semua
instalasi yang akan tertanam dalam beton, apakah sudah tertanam
dengan baik. Memberitahukan dahulu kepada konsultan Pengawas
tentang pengecoran yang akan dilakukan. Jika tidak ada
pemberitahuan tertulis atau persiapan pengecoran tidak disetujui,
maka kontraktor dapat diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang
akan dicorkan tersebut.
2) Beton harus dicorkan sedekat-dekatnya ke tujuan. Untuk pengecoran suatu
unit atau bagian pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti, dan tidak boleh
terputus tanpa persetujuan dari Direksi/Konsultan Pengawas.
3) Pengecoran harus diselesaikan sebelum adukan mulai mengental yang
dalam keadaan normal biasanya dalam waktu 30 menit. Tidak diijinkan
mengecor pada waktu hujan turun, kecuali jika Kontraktor mengambil

19
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

tindakan yang bisa mencegah kerusakan beton dan telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.
4) Adukan beton harus dipadatkan secara seksama, dengan
menggunakan alat penggetar. Penggetaran harus dimulai pada saat
adukan dituangkan dan dilanjutkan sampai adukan berikutnya.
5) Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, hujan atau
angin sampai beton tersebut mengeras dengan baik dan untuk
mencegah pengeringan yang terlalu cepat, harus dilakukan perawatan beton
sbb :
- Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton, dibasahi sampai cetakan
tersebut dibongkar.
- Membasahi selama 14 hari terus menerus segera sesudah permukaan
beton cukup keras.

c. Angkutan Beton
1) Cara dan alat-alat yang digunakan untuk mengangkut beton harus
sedemikian rupa sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan
yang diinginkan dapat dibawa ke tempat pekerjaan, tanpa adanya kehilangan
bahan yang bisa menyebabkan perubahan nilai slump.
2) Dalam hal ini, beton yang akan dicor harus diusahakan agar
pengangkutan ketempat pengecoran sependek mungkin, sehingga pada
waktu pengecoran tidak mengakibatkan pemisahan antara kerikil dan
spesinya.
3) Beton lift digunakan untuk angkutan vertikal, sedang untuk alat
angkut horizontal bisa menggunakan kereta dorong. Tidak diizinkan
menggunakan ember-ember secara beranting.

d. Pengujian Beton
1) Semua pengujian beton harus sesuai dengan PBI – 1971. Kekuatan tekan
dari beton ditetapkan konsultan Pengawas dengan silinder berukuran 15 x 30
cm atau kubus berukuran 15 x 15 cm.
2) Kontraktor harus menyediakan fasilitas guna keperluan guna
pengujian yang representative, frekwensi pengujian ditetapkan
konsultan Pengawas berdasarkan tingkat pengecoran dan struktur.
3) Meskipun hasil pengujian kubus- kubus beton seperti diuraikan diatas
memuaskan, Direksi/konsultan Pengawas berhak menolak konstruksi beton
yang cacat seperti berikut :
- Konstruksi beton yang sangat keropos.
- Bentuk dan posisi beton tidak sesuai dengan yang tidak ditunjukkan
dalam gambar.
- Konstruksi yang tidak tegak lurus atau rata, seperti yang direncanakan.
4) Nilai slump dari beton (pengujian kerucut slump) tidak boleh kurang dari 8 cm
dan tidak melampaui 12 cm.

e. Lobang-Lobang, Klos-klos dan angker dinding


2) Kontraktor harus menentukan letak lobang-lobang, klos-klos angker
dinding dan sebagainya yang diperlukan untuk memasang rangka-rangka
pekerjaan kayu atau pipa-pipa air, listrik dan sebagainya.
3) Pada sambungan dari kolom beton dengan pasangan dinding harus diberi
angker dari baja lunak diameter 10 mm sepanjang 40 cm dan dibengkokkan
ujung yang satu dimasukkan ke dalam beton sedang sisanya dimasukkkan ke
dalam pasangan dinding tembok. Angker tersebut dipasang setiap jarak 75
cm.

20
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

f. Pembuatan dan pembongkaran cetakan


1) Cetakan harus dibuat rapi, kuat dan kaku, sehingga setelah dibongkar
menghasilkan bidang yang rata dan hanya memerlukan sedikit penghalusan.
Celah-celah harus rapat sehingga air adukan tidak merembes keluar.
2) Cetakan harus betul-betul aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah adanya pengembangan,lengkungan/lenturan
atau lain gerakan pada waktu beton dituangkan. Penyangga cetakan harus
bertumpu pada dasar yang keras sehingga tidak ada kemungkinan
penurunan cetakan selama pelaksanaan.
3) Pembongkaran cetakan harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti
petunjuk Direksi/konsultan Pengawas. Beton yang masih muda tidak
diizinkan untuk dibebani. Segera setelah cetakan dibongkar, permukaan
beton diperiksa. Jika terdapat kemungkinan yang cacat, harus segera
diperbaiki, diplester dengan campuran sedemikian rupa hingga sesuai
dengan warna, tekstur dan rupanya dengan permukaan beton yang
berdekatan. Hal ini perlu diperhatikan, terutama untuk beton exposed.
4) Umumnya, diperlukan waktu minimum 2 hari sebelum cetakan dibuka
untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan
disamping lainnnya, 7 hari untuk dinding-dinding pemikul, dan 21 hari
untuk balok-balok dan plat atap.
5) Bahan-bahanbekas yang sudahtidak dipergunakan lagi harus
dikumpulkan dan disingkirkan keluar lapangan agar tidak mengganggu
pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
6) Seluruh pekerjaan pembuatan dan pembongkaran bekisting ini harus
sesuai dengan P91 – 1971.

5. Pedoman Pelaksanaan :
a. Kecuali ditentukan lain dalam spesifikasi teknis ini, maka sebagai pedoman tetap
dipakai PBI 1971.
b. Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan
yang didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
c. Adukan beton dan Pengangkutan Pengadukan harus dilakukan dengan
mesin pengaduk (Mixer). Komposisi campuran dari masing masing
material seperti Semen, Pasir Kerikil dan Air harus sesuai dengan takaran yang
sudah disetujui Pengawas/direksi serta berdasarkan Job Mix Formula.
d. Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran
harus dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu :
- Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
- Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara
beton yang sudah dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk
berbagai pekerjaan beton harus memenuhi table 4.4.1 PBI 1971.

e. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan
tertulis Direksi. Selama pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan
berjalan-jalan diatas penulangan. Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang
sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak membebani
tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut pada saat beton
dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat
penghentiannya harus disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian
pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan yang mengeras harus
dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang memperlambat
proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak boleh
dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.

21
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

f. Perawatan beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk
paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara
sebagai berikut:
- Dipergunakan karung-karung yang senantiasa basah sebagai penutup beton.

- Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak
mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada
permukaan beton, dan lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus
dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut perintah Direksi.
Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko
Kontraktor.

5. PEKERJAAN DINDING
a.Lingkup Pekerjaan
1. Dinding bata
Pemasangan dinding bata merah setebal 1/2 bata dilakukan untuk seluruh
pembatas ruangan yang tertera dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.

b. Persyaratan Bahan
1. B a t a
Bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut
siku-siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya
retak-retak yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan
atau campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup tinggi
hingga tidak hancur bila direndam air.
2. P a s i r
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5 % berat.
3. Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah
digariskan pada pasal beton bertulang.

c. Pedoman Pelaksanaan
1. Pekerjaan dinding berupa pasangan dengan adukan 1 PC:5 PS.
2. Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak kayu yang
memenuhi syarat. Mencampursemen dengan pasir harus dalam keadaan
kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran yang plastis.
Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan sebelumnya,
tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
3. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai gambar,
dengan syarat :
- Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus
dilakukan dengan benang.
- Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh
melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
4. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda
setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah
pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
5. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan
tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat
tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan
dengan tebal dinding.

22
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

6. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding,
harus dibuat pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum
diplester).
7. Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan
adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan
bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta
telah disyahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas

6. PEKERJAAN PLESTERAN
a. Lingkup Pekerjaan
1. Dinding bata
Pemasangan dinding bata merah setebal 1/2 bata dilakukan untuk seluruh pembatas
ruangan yang tertera dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar deta il.

b. Persyaratan Bahan
1. B a t a
Bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku -
siku dan tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak -
retak yang merugikan. Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau
campuran bahan lainnya, yang dibakar pada suhu cukup tinggi hingga tidak
hancur bila direndam air
2. P a s i r
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan. Kadar lumpur tidak boleh melebihi 5 % berat
3. Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah
digariskan pada pasal beton bertulang

c. Pedoman Pelaksanaan
1. Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak kayu
yang memenuhi syarat. Mencampur semen dengan pasir harus dalam
keadaan kering yang kemudian diberi air sampai didapat campuran
yang plastis. Adukan yang telah mengering akibat tidak habis digunakan
sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
2. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai
gambar, dengan syarat :
3. Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus dilakukan
dengan benang.
4. Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh
melebihi 30 cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
5. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda
setengah panjang bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah
pasangan bata, kecuali pasangan pada sudut.
6. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan
tidak tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat
tertentu sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan
dengan tebal dinding.
7. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus dibuat
pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester).

23
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

8. Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan


adukan plesteran yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan
bersama-sama dengan plesteran seluruh bidang tembok.
9. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta
telah disyahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

7. PEKERJAAN KUSEN dan


PINTU a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Pasangan kusen pintu Kayu
2. Pekerjaan Pasangan Daun pintu K a y u

b. Persyaratan Bahan
1. Untuk semua kozen pintu dan jendela, daun pintu, jendela Menggunakan kusen
kayu dengan ukuran tertera pada gambar kerja.
2. Ukuran yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang.
3. Rangka Kusen dipakai kayu klas II .
c. Pedoman Pelaksanaan
1. Pekerjaan Kusen dan daun pintu
- Pembuatan Kusen harus mengikuti ketentuan dalam spesifikasi ini atau
spesifikasi lainnya dan menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
- Kusen yang berdekatan dengan tembok dan selesai dipasang agar diberi lapisan
pelindung yang disetujui konsultan Pengawas untuk melindungi permukaan
kusen agar tidak terkena percikan adukan atau benda lain dan mudah untuk
dibersihkan dan tidak akan merusak bentuk asli permukaan kusen tersebut.

- Kusen kayu yang digunakan harus yang dipilih dan tidak bengkok serta cacat lain
yang merugikan.
- Pekerjaan pemasangan ini harus dilakukan oleh tukang yang ahli dalam
bidangnya dan terlatih sehingga semua detail dan pertemuan, halus, rata, bersih
dari goresan-goresan, bidang permukaan tersebut rata, lurus waterpas dan betul-
betul tegak (vertikal).
- Semua kayu harus dari jenis yang sudah disahkan dan kualitas terbaik, kayu
harus kering, tanpa mata dan sisi yang berkerut dan tanpa cacat-cacat serius lain
serta sudah dikeringkan diudara selama minimum 3 (tiga ) bulan. Kadar
kelembaban yang disaratkan tersebut adalah untuk bahan bila diserahkan
dilapangan dan kadar kelembaban tersebut harus dipelihara sampai bangunan
selesai.
- Bahan yang digunakan adalah kayu klas II dengan ukuran 5 x 13 cm.
- Dalam pembuatan kusen kayu, setiap sambungan harus dipasang sempurna,
rapi dan kokoh.
- Pasangan kusen pintu, jendela harus dilaksanakan dengan baik dan sempurna,
artinya bidang pasangan harus rata dinding dan tegak lurus.
- Pekerjaan kayu yang tidak rapi, kasar, bengkok dan tidak menggunakan bahan
yang telah ditentukan, harus dibongkar dan diganti atas biaya pemborong.

d. Pedoman Pelaksanaan
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah
selesai dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah
disyahkan oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

8. PEKERJAAN ATAP DAN PENUTUP


ATAP a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Penutup atap Multiroof Lapis Pasir ukuran 0.25 mm,dengan
Rangka Atap dari Baja Ringan Type. C.75.75.075
2. Pekerjaan Penutup Atap

24
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

- Kontraktor harus menyediakan Brosur dan Surat Dukungan dari distributor


Material atap Multiroof Lapis Pasir ukuran 0.25 mm
- Atap Multiroof Lapis Pasir ukuran 0.25 mm, harus berkualitas baik, mulus,
bentuknya teratur tidak bengkok atau terpuntir.
- Bentuk, ukuran dan warna yang digunakan harus sama dan seragam.
- Kontraktor wajib memberikan contoh bahan untuk disetujui dengan disertai
keterangan tertulis mengenai spesifikasi bahan , detail bentuk, ukuran serta
petunjuk cara pemasangan.

b. Persyaratan Umum Bahan

1. Semua peraturan – peraturan / normalisasi – normalisasi harus yang berlaku di


Indonesia. Pekerjaan Rangka atap ini terbuat dari Baja Ringan Type. C.75.75.075.
2. Semua pekerjaan harus dilakukan oleh pekerjan yang professional dalam pengerjaan
pemasangan Rangka Baja Type. C.75.75.075.
3. Material Baja Ringan Bersertifikat SNI dan sertifikat ISO, seta memiliki jaminan
sertifikat kekuatan dalam pelaksanaannnya selama 10 tahun.
4. Bergaransi anti karat minimal 25 tahun.

c. Pedoman Pelaksanaan

1. Sebelum melaksanakan pekerjaan rangka atap (Fabrikasi), Kontraktor harus


membuat shop drawing terlebih dahulu yang mencakup tentang dimensi batang,
ukuran batang, elevasi, detail dudukkan lengkap dengan angker, detail
sambungan antar komponen lainnya seperti penutup atap maupun detail dan
informasi lainnya untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
2. Pemasangan atap langsung pada reng dengan menggunakan baut/screw Tiap
sambungan pemasangan atap diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik atau
petunjuk Pengawas dan direksi, sehingga hasil akhir pasangan akan rapi dan tidak
bocor.
3. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkan kebocoran. Apabila terjadi kebocoran setelah pemasangannya,
maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru.
4. Bahan penutup atap bangunan dipakai bahan atap Multiroof lapis pasir yang
memenuhi persyaratan SNI, warna ditentukan kemudian.
5. Pemasangan penutup atap yang tidak rapi/rata dan berombak harus diperbaiki atas
biaya pemborong.
6. Permukaan bidang atap harus betul-betul rata sesuai dengan kemiringan/sudut atap.
7. Hubungan bagian setiap penutup atap harus betul-betul sempurna sehingga tidak
terjadi kebocoran.
8. Kerangka atap kuda – kuda menggunakan Baja Ringan Type. C.75.75.075. sesuai
dengan gambar kerja, tidak diperkenankan terdapat cacat – cacat, keropos dan
korosi.
9. Baja Ringan yang digunakan adalah yang sesuai dalam Gambar Kerja serta Ukuran
dan ketebalan dari pada Baja Ringan Type. C.75.75.075.
10. Baseplat dudukan tiang penyangga atap, tidak karatan, ukuran dan tebal plat sesuai
dengan gambar kerja.
11. Sebelum dilakukan erection dan pemasangan kap, konstruksi kap harus pasang dan
disteel dibawah sehingga ukuran dan bentuk kap tidak menyimpang jauh dari
rencana.
12. Tumpuan dan konstruksi kap terdiri dari tumpuan sendi dan tumpuan roll, ukuran dan
detail sesuai gambar kerja, sedang pemilihan letak tumpuan harus sepengetahuan
dan seijin Direksi.
13. Cacat – cacat atau retak – retak pada baja, bekas potongan atau lubang tidak dapat
diterima dan tidak diijinkan penggunaannya.
14. Konstruksi kap harus beserta kelengkapanya dalam pengerjaannya dan

rapi. d. Pengukuran Hasil Kerja.

Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh Direksi/
Pengawas.

25
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

9. PEKERJAAN LANTAI
a. Lingkup Pekerjaan.

Pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, dan dinyatakan dalam
gambar bestek. Finishing lantai dipakai Keramik yang ukuran disesuaikan
dengan gambar bestek atau ditentukan lain oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

b. Bahan Yang Digunakan.

1. Pasir Urug
2. Coran dasar lantai dengan mutu beton K-100 setebal 5 cm
3. Keramik 40 x 40 cm KW I
4. Untuk penempatan/pemasangan material tersebut diatas disesuaikan dengan gambar
bestek serta petunjuk direksi dan Konsultan Pengawas.

c. Pedoman Pelaksanaan
1. Pada lantai baru dihampar Pasir urug setebal 10 cm disiram dengan air dan
dipadatkan pakai stamper pemadat.
2. Pasir pengisi (pasir urug) dapat dipergunakan pasir biasa yang tidak mengandung
bahan organik (seperti sisa kayu, daun, akar, garam dan lain-lainya) serta tidak
berlumpur
3. Pemeriksaan sebelum lantai dipasang, Kontraktor harus memeriksa semua
pasangan pipa-pipa, saluran-saluran dan lain sebagainya yang harus
sudah terpasang dengan baik sebelum pemasangan lantai dimulai.
4. Adukan
- Untuk perataan lantai lantai Dicor dengan beton mutu K-100 setebal 5 cm.
- Adukan untuk keramik 1 PC : 3 Ps
- Adukan untuk pemasangan keramik yaitu semendicampurair,
sehingga didapat campuran yang plastis.
5. Pemasangan
- Adukan perekat untukkeramik harus betul-betul padat/penuh agar
tidak terdapat rongga-rongga dibawah keramik/granit tersebut yang
dapat melemahkan konstruksi. Sambungan antara
keramik/granit dengan keramik lainnya harus sama lebarnya, lurus dan
harus diisi dengan air semen yang warnanya disesuaikan dengan
warna keramik atau ditentukan kemudian oleh direksi teknis. Hasil
pasangan akhir harus rata dan waterpass dan tidak bergelombang
- Pekerjaan yang telah selesai tidak boleh ada retak, noda dan cacat-cacat
lainnya. Apabila terjadi cacat pada lantai, maka bagian cacat tersebut harus
dibongkar sampai berbetuk bujur sangkar dan pasangan baru harus rata
dengan sekitarnya.
- Permukaan pasangan keramik harus datar dan waterpass.
- Keramik yang retak setelah dipasang harus dibongkar lagi dan diganti dengan
yang baik.

d. Pengukuran Hasil Kerja


Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.

10. PEKERJAAN PENGECATAN


a. Lingkup Pekerjaan
1. Cat kayu untuk bidang-bidang kayu kusen yang nampak, daun pintu panel dan
ventilasi kayu, serta list plafond.

26
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

2. Cat tembok untuk dinding yang diplester, bidang-bidang beton dan plafond.
3. Cat dasar meni besi
4. Cat besi

b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan harus berkualitas baik, seperti :
1. Cat tembok berkualitas

c. Pedoman pelaksanaan.
1. Pekerjaan pengecatan dilaksanakan setelah pemasangan atap.
2. Semua pekerjaan pengecatan pada prinsipnya harus dilaksanakan dengan hati –
hati. Apabila dalam pelaksanaannya terjadi kecerobohan sehingga pengecatan
mengotori pekerjaan yang sebenarnya tidak harus terkena cat, maka menjadi
kewajiban kontraktor untuk membersihkannya, atau bahkan menggantinya apabila
tidak dapat dibersihkan
3. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
- Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus,
setelah itu dilap dengan kain basah hingga bersih.
- Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata. Setelah
betul-betul kering digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering
yang bersih.
- Pekerjaan cat tembok dilaksanakan untuk seluruh dinding tembok yang di
pelester, kecuali dinding yang terpasang salud tegel, bidang betonan dan
seluruh langit-langit yang nampak.
- Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata dan sama.

4. Pengecatan kayu harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :


- Semua bidang kayu yang nampak harus dicat dengan cat kayu, seperti kusen
pintu/jendela, list plank kayu dan lain-lain bidang kayu yang nampak.
- Seluruh bidang kayu yang dicat harus dibersihkan dari segala kotoran yang
menempel, sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
- Untuk mengadakan bidang pengecatan yang halus dan rata, seluruh bidang
kayu harus diberi lapisan dempul dan digosok dengan amplas sampai rata
sebelum dilakukan pekerjaan dimulai.
- Lapisan primer pengawet kayu terhadap serangan kutu-kutu kayu yang
diselesaikan dengan lapisan cat akhir atau tidak seperti bidang kayu kusen
yang menempel pada dinding bata dan lain-lain digunakan meni kayu
berkualitas baik.

5. Pengecatan besi harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :


- Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan.
- Sebelum pekerjaan pengecatan besi di meny dan seluruh permukaan harus
dibersihkan dari karat, minyak dan noda-noda lainnya.
- Pengecatan pada prinsipnya harus dilaksanakan sesudah/sebelum
terpasang.
- Perbaikan pada bagian-bagian cat yang cacat akibat erection harus di-
lakukan kembali hingga seluruh permukaan konstruksi tertutup cat.

d. Pengukuran Hasil Kerja.

Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas.

27
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

11. PEKERJAAN KUNCI

a. Lingkup Pekerjaan.

Bagian ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangan Kunci sesuai gambar dan
petunjuk konsultan pengawas.

b. Bahan-bahan.

1. Alat kunci dan penggantung yang digunakan merek berkualitas.

c. Pedoman pelaksanaan.

1. Sebagai alat penggantung daun pintu digunakan engsel nylon berkualitas baik.
2. Untuk daun pintu digunakan engsel nylon sebanyak 2 buah. Untuk setiap daun pintu,
pemasangan engsel pada daun pintu harus dilaksanakan dengan baik dan sesuai
kearah buka daun pintu.
3. Setiap daun pintu harus dilengkapi gerendel sebanyak 1 buah.
4. Pemasangan alat penggantung dan pengunci harus dilaksanakan dengan baik dan
sempurna, artinya penempatan alat pelengkap tersebut harus tepat dan sesuai
fungsinya.
5. Untuk keseragaman dalam bentuk, warna dan ketentuan lainnya. Pelaksana fisik
harus mengajukan contoh alat penggantung/pengunci kepada pengawas teknik,
sejauh tidak ditentukan lain guna mendapat persetujuannya, penyimpangan dari
ketentuan ini yang mengakibatkan pembongkaran peralatan tersebut sepenuhnya
menjadi tanggungjawab pelaksana fisik.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai
dipasang sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan
oleh Direksi/Konsultan Pengawas.

12. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

a. Pedoman pelaksanaan.
1. Pemasangan Instalasi listrik harus sesuai dengan gambar rencana instalasi
yang dibuat oleh Instalateur yang sesuai menurut kebutuhan yang telah
direncanakan oleh Perencana instalasi tersebut dan disyahkan oleh PLN.
2. Perlengkapan seperti fitting, stop kontak, kabel isolator dan sebagainya harus
bermutu baik dan telah disetujui oleh Direksi.
3. Pipa union harus dipasang dalam dinding tembok/beton dan diatas langit-
langit sakelar, stop kontak, panel Box MCB, harus dipasang pada dinding
tembok/beton.
4. Kabel yang dipergunakan sebagai hantaran untuk instalasi ke lampu-lampu dan stop
kontak dipakai kabel NYM yang mempunyai penampang 2,5 mm dengan sistim
pemasangan di klemkan pada rangka loteng.
5. Untuk pemasangan stop kontrak dilengkapi dengan kabel arde ( kabel 3 x 2,5 mm )
6. Untuk sambungan dipasang Kotak penyambung (Juntion Box).
7. Banyaknya pemasangan serta jenis Bola lampu yang dipakai sesuai dengan gambar
dan RAB.

28
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

8. Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh instalator yang ahli dan tetap mendapat
pengakuan dari PLN serta disetujui oleh Direksi.
9. Pemasangan Pipa dilakukan sebelum pekerjaan plesteran dan pengecoran
plat lantai serta atap dilaksanakan

13. PEKERJAAN INSTALASI AIR BERSIH.

a. Pedoman pelaksanaan
1. Pekerjaan instalasi air bersih meliputi pekerjaan pemasangan pipa saluran air bersih
berikut bagian pekerjaan lain dan kelengkapannya dalam bangunan.
2. Pelaksanaan instalasi air ini harus dilaksanakan oleh pemborong yang memiliki Surat
Pengakuan Instalasi oleh Perusahaan Air Bersih (PAB) .
3. Pelaksanaan pemasangan pipa instalasi harus singkron dengan pelaksanaan
konstruksi lainnya sesuai dengan rencana.
4. Apabila setelah pipa instalasi telah dipasang yang kemudian ternyata ada kebocoran
maka atas instruksi Pengawas Teknik, pelaksana fisik harus segera pula
mengadakan perbaikan-perbaikan sesuai dengan petunjuknya, begitu pula bila ada
bagian pipa yang tidak sesuai permunculannya (keluar dinding). Segala kerugian
akibat ini sepenuhnya menjadi beban pelaksana fisik.
5. Pipa yang digunakan adalah pipa dengan ukuran sesuai dengan gambar rencana.
6. Dalam pelaksanaan seluruh jaringan pipa harus tertanam dalam tembok dan
dibawah lantai. Pemasangan pipa dalam tembok harus kokoh dan diklem pada
dinding bata, tidak diperkenankan menggunakan paku sebagai klem dalam
pemasangan.
7. Untuk saluran pembuangan dipakai PVC kualitas baik dengan ukuran sesuai dengan
gambar

14. PEKERJAAN INSTALASI AIR KOTOR

a. Pedoman pelaksanaan
1. Saluran dari pantry dialirkan ke saluran pembuangan dengan menggunakan pipa
PVC jenis AW dengan ukuran sesuai gambar rencana.
2. Pelaksanaan pemasangan pipa instalasi harus singkron dengan pelaksanaan
konstruksi lainnya sesuai dengan rencana.

29
Rencana Kerja dan Syarat – Syarat (RKS)

15. PENUTUP
a. Seluruh pekerjaan dipedomani Dokumen (Bestek).
b. Sebelum dilaksanakan seluruh pekerjaan terlebih dahulu dikonsultasikan dengan
Konsultan Pengawas.
c. Sebelum pekerjaan ditimbang terimakan, Kontraktor harus membersihkan sisa-sisa
bangunan dan kotoran lainnya keluar lokasi.
d. Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan dijelaskan lebih lanjut
didalam rapat penjelasan pekerjaan dan petunjuk Pengawas Teknik dilapangan

Mataram, 2022

Disetujui oleh : Dibuat oleh :

Kepala Dinas Pendidikan Konsultan Perencana


Kota Mataram CV. MULTGUNA Konsultan
Selaku Pengguna Anggaran

H. Ll. Fatwir Uzali SPd. MPd Ir. P. Ariyanto


Nip. 19630329 198803 1 009 Direktur

Mengetahui.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum


Dan Penataan Ruang
Kota Mataram

Ir. Miftahurrahman. ST.MT


Nip. 19700906 199603 1 002

30
DOKUMEN RK3K

KEGIATAN:

PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM KOMPUTER

PEKERJAAN:

PEMBANGUNAN RUANG LABORATORIUM KOMPUTER SMPN 23


MATARAM

LOKASI:

KOTA MATARAM

TAHUN ANGGARAN:

2022
LOGO RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERUSAHAAN KONSTRUKSI (RK3K)

(digunakan untuk usulan penawaran)

DAFTAR ISI

A. Kebijakan K3
B. Perencanaan K3
B.1.Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendalian Risiko K3, dan Program K3.
B.2.Pemenuhan Peraturan Perundang – undangan dan persyaratan Lainnya.

C. Pengendalian Operasional K3

A. KEBIJAKAN K3

PT/CV menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.

Direktur PT/CV mengesahkan Kebijakan K3.

Kebijakan K3 PT/CV yang ditetapkan memenuhi ketentuan.

a. Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3;


b. Membangun manajemen perusahaan yang mengacu pada system manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), berpedoman pada Permen PU. Nomor : 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU;
c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan waktu yang telah ditentukan;
d. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan
berkelanjutan SMK3/OHSAS;
e. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang – undang dan persyaratan lain yang
terkait dengan K3;
f. Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3;
g. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara;
h. Dikomunikasikan kepada semua personil yang bekerja dibawah pengendalian agar peduli terhadap
K3;
i. Dapat diakses oleh semua pihak yang berkepentingan dan;
j. Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3 masih relavan dan sesuai.

B. PERENCANAAN K3

Perencanaan disini dimaksudkan bahwa program K3 yang ada di Proyek direncakanan sesuai dengan
kondisi pekerjaan dan lingkungan yang ada disekitar proyek.
Perencanaan meliputi:
B.1.Identifikasi Bahaya, Sasaran K3 Proyek, Pengendaian Risiko K3, dan Program K3.
B.2.Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya.
B.2. Pemenuhan Perundang – Undangan dan Persyaratan Lainnya.
Daftar Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan K3 yang digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lain sebagai berikut:
1. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK 3;
3. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
4. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
5. UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
7. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
8. Permen Naker No. PER05/MEN/1996 Tentang system Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

C. PENGENDALIAN OPERASIONAL K3

Pengendalian Operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus mencakup seluruh upaya

pengendalian pada Tabel 1 kolom (5), diantaranya:

1. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai Tabel 1 kolom (5)

2. Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan menjadi Penanggung Jawab Kegiatan SMK 3

3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja

4. Rencana prosedur/petunjuk kerja yang perlu disiapkan

5. Rencana program pelatihan/ sosialisasi sesuai pengendalian resiko pada Tabel 1 kolom (5)

6. Sisetem pertolongan pertama pada kecelakaan

7. Persyaratan Operator Alat Angkat



Operator alat angkat harus memenuhi kompetensi operator alat angkat.


Setiap Operator alat angkat harus memiliki SIO (Surat Izin Operasi) alat yang dikeluarkan oleh
badan yang berwenang.

8. Rambu Peringatan/Larangan/Anjuran


Penempatan rambu-rambu peringatan/larangan/anjuran harus dipasang sesuai dengan kondisi di
tempat kerja.

Rambu peringatan/larangan/anjuran harus mudah dilihat dan dapat dibaca.

9. Alat Pelindung Diri



Alat Pelindung Diri diidentifikasikan berdasarkan hasil penilaian resiko.


Alat Pelindung Diri (APD) diberikan kepada pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.

10. Tamu, Pengunjung dari Pihak Luar:



Pengendalian dan Pembatasan akses masuk dan akses keluar tempat kerja.


Persyaratan APD (Alat Pelindung Diri)


Induksi K3


Persyaratan tanggap darurat.

………………………
PT/CV

……….
Direktur
LOGO RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PERUSAHAAN KONSTRUKSI (RK3K)

(digunakan untuk usulan penawaran)

DAFTAR ISI

A. Kebijakan K3

B. Organisasi K3

C. Perencanaan K3

c.1.Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, Penanggung Jawab

c.2.Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan Lainnya

c.3.Sasaran dan Program K3

D. Pengendalian Operasional K3

E. Pemeriksaan Operasional K3

F. Tinjauan Ulang Kinerja K3

A. KEBIJAKAN K3


PT/CV menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan.


Direktur PT/CV mengesahkan Kebijakan K3


Kebijakan K3 PT/CV yang ditetapkan memenuhi ketentuan:

a. Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3;

b. Membangun manajemen perusahaan yang mengacu pada sisetem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja (K3), berpedoman pada Permen PU. Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang PU;

c. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana dan waktu yang telah ditentukan;
d. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta

peningkatan berkelanjutan SMK3/OHSAS;

e. Mencakup komitmen untuk mematuhiu peraturan perundang – undang dan persyaratan lain yang

terkait dengan K3;

f. Sebagai kerangka untuk menyusun dan menhkaji sasaran K3;

g. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara.

h. Dikomunikasikan kepada semua personil yang berkerja dibawah pengendalian agar peduli

terhadap K3;

i. Dapat Diakses oleh semua pihak yang berkepentingan dan;

j. Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3 masih relevan dan sesuai.

B. ORGANISASI K3

Penanggung Jawab K3

Emergency/
Kedaruratan P3K Kebakaran

C. PERENCANAAN K3

Penyedia jasa wajib membuat identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko, Skala Prioritas, Pengendalian
Risiko K3, dan Penanggung jawab untuk diserahkan, dibahas, dan disetujui PPK pada saat Rapat Persiapan
Pelaksanaan Kontrok/Pre Construction Meeting (PCM) sesuai lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.
C.1.Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan
Penanggung jawab.
Penyusunan Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan
Penanggung jawab sesuai dengan format pada Tabel 1.
C.2. Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya.

Daftar Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang digunakan sebagai acuan dalam

melaksanakan SMK3 Konstruksi Bidang PU antara lain sebagai berikut.

1. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK 3;

3. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja


4. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
5. UU No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
7. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
8. Permen Naker No. PER05/MEN/1996 Tentang system Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

C.3 Sasaran dan Program K3

C.3.1 Sasaran

1. Sasaran Umum:

Nihil Kecelakaan kerja yang fatal ( Zero Fatal Accidents) pada pekerjaan

Konstruksi

2. Sasaran Khusus:

Sasaran Khusus adalah sasaran rinci dari setiap pengendalian risiko yang

disusun guna tercapainya Sasaran Umum, contoh sebagaimana Tabel

2.Penyusunan Program K3.

C.3.2 Program K3

Program K3 meliputi sumber daya, jangka waktu, indicator pencapaian, monitoring

dan penanggung jawab, contoh sebagaimana Tabel 2. Penyusunan dan Program K3.
D. PENGENDALIAN OPERASIONAL K3

Pengendalian Operasional berupa prosedur kerja/petunjuk kerja, yang harus mencakup seluruh upaya

pengendalian pada Tabel 1 kolom (5), diantaranya:

1. Menunjuk Penanggung jawab kegiatan SMK 3 yang diluangkan dalam Struktur Organisasi K3 beserta

Uraian Tugas

2. Upayakan pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan sesuai pada contoh Tabel 2.

3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja.

4. Program-program detail pelatihan risiko pada contoh Tabel 2.

5. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan.

6. Disesuaikan kebutuhan tingkat pengendalian risiko K3 seperti yang tertera pada contoh Tabel 1,

Indentifikasikan bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3 dan Penanggung

Jawab.

E. PEMERIKSAAN DAN EVALUASI KINERJA K3

Pengendalian pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan mengacu pada kegiatan yang dilaksanakan pada

bagian D. (Pengendalian Operasional) Berdasarkan upaya pengendalian pada bagian C. (Perencanaan K3)

sesuai dengan uraian Tabel 2 (Sasaran dan Program K3)

F. TINJAU ULANG K3

Hasil pemeriksaan dan evaluasi kinerja K3 pada bagian E. Diklarisifikasikan dengan kategoru sesuai dan tidak

sesuai tolak ukur sebagaimana ditetapkan pada table 2. Sasaran dan Program K3.

Hal-Hal yang tidak sesuai, termasuk bilamana terjadi kecelakaan kerja dilakukan peninjauan ulang untuk

diambil tindakan perbaikan.

………………………
PT/CV

……….
Direktur
B.1 IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO, PENGENDALIAN RESIKO, DAN PROGRAM K3
Nama Perusahaan : PT/CV
Kegiatan : Pembangunan Ruang Laboratorium Komputer
Pekerjaan : Pembangunan Ruang Laboratorium Komputer SMPN 23 Mataram
Lokasi : Kota Mataram
Thn. Anggaran : 2022

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1
Pembokaran/ akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja set, Pengadaan Rambu
Pembersihan secara umum, sebelum bekerja kerja/ peringatan,
Material kecelakaan akibat - Memakai sarung tangan pelaksanaan K3 1 org
kejatuhan material - Menggunakan alat
bongkar pelindung diri yang sesuai
- Memakai sepatu kerja dan
helm
- Bekerja dengan hati-hati

II. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA(Rp)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Pasangan Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Pekerja dilengkapi atau Bahan/ Peralatan K3 1
Dinding Bata akibat kondisi kerja Kerja Fatal menggunakan Alat Pelindung set, Pengadaan Rambu
secara umum, Diri (APD) (Safety Helmet, Peringatan Bahaya
Kecelakaan akibat Masker, Safety Shoes, Dilokasi Pekerjaan,
Sarung Tangan)
terkena alat kerja, Pelaksana K3 1 org
- Memasang jenis rambu dan
kecelakaan akibat semboyan K3-I, sesuai
tertimpa material bata, dengan SOP (Standart
iritasi terkena adukan Operating Procedure)
semen
III. PEKERJAAN BETON

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Beton Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1
Bertulang akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja set, Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat cara - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
penggunaan peralatan, tangan dan masker Pelaksana K3 1 org
tertimpa material - Menggunakan alat
Ready Mix, tangan pelindung diri yang sesuai
terjepit besi tulangan, - Memakai sepatu kerja
tertusuk ujung kayu
bekisting.

IV. PEKERJAAN LANTAI DAN PLAFOND

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Lantai Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1 set,
akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
Pelaksana K3 1 org
penggunaan peralatan tangan dan masker
kurang baikm - Menggunakan alat
kecelakaan akibat pelindung diri yang sesuai
terkena peralatan - Memakai sepatu kerja
potong dan terkena
debu
2 Pekerjaan Plafon Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1 set,
akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
Pelaksana K3 1 org
penggunaan peralatan tangan dan masker
kurang baik kecelakaan - Menggunakan alat
akibat terkena peralatan pelindung diri yang sesuai
dan terjatuh - Memakai sepatu kerja

V. PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Atap Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1
akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja set, Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
penggunaan peralatan tangan dan masker Pelaksana K3 1 org
kurang baik kecelakaan - Menggunakan alat
akibat terkena peralatan pelindung diri yang sesuai
dan terjatuh - Memakai sepatu kerja
VI. PEKERJAAN MEP

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Elektrikal Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1 set,
akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
Pelaksana K3 1 org
penggunaan peralatan tangan dan masker
kurang baik, - Menggunakan alat
kecelakaan akibat pelindung diri yang sesuai
terkena ksengatan - Memakai sepatu kerja
listrik.

2 Pekerjaan Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1 set,
Septietank akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
Pelaksana K3 1 org
penggunaan peralatan tangan dan masker
kurang baik, - Menggunakan alat
kecelakaan akibat pelindung diri yang sesuai
terkena peralatan gali, - Memakai sepatu kerja
tertimpa material.
Terjatuh pada lubang
galian.
VII. PEKERJAAN INTERIOR

NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA SASARAN K3 PROYEK PENGENDALIAN RISIKO K3 PROGRAM SUMBERDAYA BIAYA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pekerjaan Interior Gangguan kesehatan Nihil Kecelakaan - Diberikan penyuluhan Bahan/ Peralatan K3 1
akibat kondisi kerja Kerja Fatal bahaya kecelakaan kerja set, Pengadaan Rambu
secara umum, sebelum bekerja Peringatan Bahaya
kecelakaan akibat - Memakai Helm, sarung Dilokasi Pekerjaan,
penggunaan peralatan tangan dan masker Pelaksana K3 1 org
kurang baik, - Menggunakan alat
kecelakaan akibat pelindung diri yang sesuai
terkena peralatan dan - Memakai sepatu kerja
terjatuh
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO, SKALA PRIORITAS PENGENDALIAN RESIKO K3, DAN PENANGGUNG JAWAB
Nama Perusahaan : PT/CV
Kegiatan : Pembangunan Ruang Laboratorium Komputer
Pekerjaan : Pembangunan Ruang Laboratorium Komputer SMPN 23 Mataram
Lokasi : Kota Mataram
Thn. Anggaran : 2022

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Gangguan Kesehatan


Pembongkaran/ akibat kondisi kerja
Pembersihan secara umum,
Material kecelakaan akibat
kejatuhan material
bongkaran.
II. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Pasangan Gangguan Kesehatan


Dinding Bata akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
terkena alat kerja,
kecelakaan akibat
tertimpa material bata,
iritasi terkena adukan
semen.

III. PEKERJAAN BETON

NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Beton Gangguan Kesehatan


Bertulang akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat cara
penggunaan peralatan,
tertimpa material
Ready Mix, tangan
terjepit besi tulangan,
tertusuk ujung kayu
bekisting
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN PLAFOND
NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Lantai Gangguan kesehatan


akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
penggunaan peralatan
kurang baikm
kecelakaan akibat
terkena peralatan
potong dan terkena
debu

2 Pekerjaan Plafond Gangguan kesehatan


akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
penggunaan peralatan
kurang baik,
kecelakaan akibat
terkena peralatan dan
terjatuh
V. PEKERJAAN KONSTRUKSI ATAP

NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Atap Gangguan kesehatan


akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
penggunaan peralatan
kurang baik,
kecelakaan akibat
terkena peralatan dan
terjatuh

VI. PEKERJAAN MEP

NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Elektrikal Gangguan kesehatan


akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
penggunaan peralatan
kurang baik,
kecelakaan akibat
terkena serangan
listrik
2 Pekerjaan Gangguan kesehatan
Septietank akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
penggunaan peralatan
kurang baik,
kecelakaan akibat
terkena peralatan gali,
tertimpa material.
Terjatuh pada lubang
galian.

VII. PEKERJAAN INTERIOR

NO
URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENILAIAN RESIKO PENANGGUNG
SKALA PENGENDALIAN JAWAB (Nama
PRIORITAS RESIKO K3 Petugas)
KEKERAPAN KEPARAHAN TINGKAT
RESIKO
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Pekerjaan Interior Gangguan kesehatan


akibat kondisi kerja
secara umum,
kecelakaan akibat
penggunaan peralatan
kurang baik,
kecelakaan akibat
terkena peralatan dan
terjatuh
I. PEKERJAAN PERSIAPAN

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Menggunakan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Pembongkaran rambu galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
/ Pembersihan peringatan dan rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
Material barikade berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala
II. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Melakukan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Pasangan pelatihan galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
Dinding Bata kepada rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
pekerja barikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala

III. PEKERJA BETON

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Penggunaan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Beton APD yang galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
Bertulang sesuai rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala
IV. PEKERJAAN LANTAI DAN PLAFOND

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Melakukan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Lantai pelatihan galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
kepada rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
pekerja berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala

2 Pekerjaan Melakukan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Plafond pelatihan galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
kepada rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
pekerja berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala
V. PEKERJAAN ATAP

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Atap Melakukan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
pelatihan galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
kepada rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
pekerja berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala
VI. PEKERJAAN MEP

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Penggunaan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Elektrikal APD yang galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
sesuai rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala

2 Pekerjaan Penggunaan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Septietank APD yang galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
sesuai rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala
VII. PEKERJAAN INTERIOR

NO SASARAN KHUSUS PROGRAM


URAIAN PENGENDALIA
PEKERJAAN N RESIKO
URAIAN TOLAK UKUR SUMBER DAYA JANGKA INDIKATOR MONITORING PENANGGUNG
WAKTU PENCAPAIAN JAWAB
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Pekerjaan Melakukan Seluruh lokasi Lulus test dan 1. Rambu dan Sebelum 100% sesuai Petugas
Interior pelatihan galian diberikan paham barikade bekerja harus standart Checklist pengawas
kepada rambu dan mengenai 2. SDM sesuai sudah pelaksana
pekerja berikade standart system dengan lengkap
keselamatan kebutuhan
pekerjaan 3. Masker,
bongkaran sepatu, helm
keselamatan,
pelindung
kepala

Anda mungkin juga menyukai