Anda di halaman 1dari 38

Pembelajaran

BAHASA JERMAN

MelaluiPendekatanSaintifik

DIREKTORAT PEMBINAAN SMA


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

KATA PENGANTAR

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


ii
Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 3
C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
D. Landasan Hukum ...................................................................................... 3
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK..................................... 5
A. Prinsip ..................................................................................................... 5
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Bahasa Jerman ............................ 6
C. Model Pembelajaran dalam Bahasa Jerman ................................................. 9
1. Discovery Learning ............................................................................ 9
2. Project Based Learning .....................................................................12
D. Pemilihan Model Pembelajaran ................................................................. 15
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Jerman .............................. 16
1. Penilaian Kompetensi Sikap ...............................................................17
2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan ....................................................21
3. Penilaian Kompetensi Keterampilan ....................................................22
BAB III ANALISIS KOMPETENSI .................................................................................26
A. Kompetensi ............................................................................................ 26
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan
buku siswa);........................................................................................... 27
BAB IV PENUTUP .....................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................35

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


iii
Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan .

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh


kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara,
bagaimana, apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus dan buku.

Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik,


bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan
autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik mampu menerapkan program

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


1
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 2

remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan
bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.

Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan
bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib
melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan
penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta
menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.

Pembelajaran Bahasa Jerman memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan karakteristik


bahasa Jerman yang berbeda dengan mata pelajaran eksakta atau mata pelajaran
ilmu sosial yang lain. Perbedaan ini terletak pada fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Hal ini mengindikasikan bahwa belajar bahasa Jerman bukan saja belajar
kosa kata dan tata bahasa pada tahap pengetahuan tetapi penguasaannya dilakukan
sampai tahap penggunaan atau penerapan dalam kegiatan komunikasi baik lisan maupun
tulisan. Seorang peserta didik belum dapat dikatakan menguasai bahasa Jerman jika ia
belum mampu menggunakannya untuk tujuan komunikasi meskipun memiliki
penguasaan kosakata dan tata bahasa yang sangat baik. Sebaliknya seseorang tidak
mungkin mampu berkomunikasi dengan baik bila pengetahuan kosakatanya rendah.
Oleh karena itu, penguasaan kosakata tetap diperlukan untuk berkomunikasi dalam
bahasa Jerman. Dengan demikian penilaian terhadap peserta didik pun meliputi
keseluruhan kompetensi tersebut, dengan menggunakan teknik atau strategi yang
tepat.

Untuk merealisasikan KI dan KD, kurikulum pembelajaran bahasa Jerman yang


berbasis tema dikemas di dalam metode yang melibatkan siswa melakukan
„dekonstruksi dan rekonstruksi secara integratif. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
memerlukan metode pembelajaran yang interaktif, dekonstruktif dan rekonstruktif.
Langkah pembelajaran dilaksanakan dalam empat tahap: membangun konteks,
pemodelan, membangun teks bersama-sama,dan membangun teks mandiri.

Memperhatikan hal tersebut di atas, maka Direktorat Pembinaan SMA menyusun


naskah pembelajaran berupa rambu-rambu yang dapat membantu guru bahasa
Jerman dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
mata pelajaran yang diampunya.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 3

B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
Bahasa Jerman dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah
ini bertujuan untuk:

1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan


kompetensi dasar.

2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus.


Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik.

4. Merancang penilaian autentik.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:

1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik

2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Bahasa Jerman

3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Bahasa Jerman

4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi

D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 4

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang


Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013
Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ
tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum
11. Pertauran lain tentang Kurikulum 2013 yang berlaku.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

BAB II

PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK

A. Prinsip
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual dan kontekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi
pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran
terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme
menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9)
pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.

Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan


Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi
Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-
masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


5
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 6

aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan


mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta
didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk
menggunakan model pembelajaran antara lain model inkuiri based learning,
discovery based learning, problem based learning, dan project based learning.

Pembelajaran Bahasa Jerman merupakan pembelajaran berbasis tema artinya


pembelajaran diberikan melalui tema yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan
materi-materi pembelajaran yang ada pada kompetensi dasar mata pelajaran bahasa
Jerman. Berdasarkan tema dan materi yang sesuia tersebut siswa dapat memahami
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang sesuai konteks
penggunaannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran dilakukan
melalui pendekatan saintifik.

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Bahasa Jerman


Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa
(Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis
peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 7

terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan
dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model
ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan
dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur:
1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).

Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.

Sesuai dengan karakteristik Bahasa Jerman sebagai bagian dari natural science,
pembelajaran Bahasa Jerman harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berpikir
ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
1. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena dalam pembelajaran Bahasa Jerman dapat dilakukan melalui
melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak, serta mencari informasi.
2. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan
siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir
metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir kritis (critical

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 8

thingking skill), logis, dan sistematis. Proses menanya dapat dilakukan melalui
kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok
memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri,
termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.
3. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik,
mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup
merencanakan, merancang, dan mencari, serta memperoleh, menyajikan, dan
mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan
otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.
4. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan
bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa
dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau
praktik.
5. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik.
Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat
laporan, dan/ atau unjuk karya.

Dalam pembelajaran bahasa, implementasi pembelajaran saintifik disesuaikan dengan


jenis keterampilan bahasa yaitu keterampilan reseptif dan keterampilan produktif.
Keterampilan reseptif meliputi keterampilan menyimak (Hören) dan keterampilan
membaca (Lesen), sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara
(Sprechen) dan keterampilan menulis (Schreiben). Baik keterampilan reseptif maupun
keterampilan produktif perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran Bahasa
Jerman secara terpadu.

Pembelajaran Bahasa Jerman berbasis tema dilaksanakan dengan menerapkan prinsip


bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan
kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan
bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat
fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks
karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 9

penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir


manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa setiap teks
memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda.

Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian,
makin banyak teks yang dipahami siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang
dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu,
siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan
mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan
hasil analisis secara memadai..

C. Model Pembelajaran dalam Bahasa Jerman


Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jerman
antara lain; Discovery Based Learning, Project Based Learning, dan Problem
Based Learning (PBL).

1. Discovery Learning
Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai
pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkah-
langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.

a. Menciptakan stimulus

Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik


melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat,
mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari
yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan
kontroversi. Pada tahap ini, misalnya, peserta didik mengamati fakta sebuah
teks yang bertema kehidupan sekolah. Bentuk teks yang diberikan pada
peserta didik diupayakan yang menarik buat mereka, seperti sebuah lagu yang
temanya sesuai dengan tema yang sedang dibahas. Syair lagu dengan
sejumlah kata, yang tersusun dalam struktur kalimat berbahasa Jerman,
dengan irama yang memikat, menarik untuk diamati baik oleh individu
maupun kelompok. Remaja sebagai peserta didik Sekolah Menengah Atas
(SMA) cenderung menyukai musik. Kata-kata, kalimat yang sesuai dengan
pengalaman mereka bisa memberi dorongan pada peserta didik untuk

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 10

memperhatikan dan mengkaji obyek tersebut. Dengan demikian teks yang


diberikan dalam bentuk lagu mampu membangkitkan rasa penasaran
(curiosity) peserta didik pada ke dalaman isi dari lagu tersebut..Stimulasi pada
tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Ketika memberikan
stimulus, guru dapat menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada kondisi
internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian, peserta didik terlibat
secara aktif dalam mengamati, menanya dan bereksplor.

b. Menyiapkan pernyataan masalah

Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk


mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran.
Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk
pernyataan singkat. Dalam pembelajaran mengkaji unsur bahasa dan struktur
teks dari stimulus yang diberikan, peserta didik secara individu atau kelompok
menemukan permasalahan terkait makna kata, atau pola kalimt yang tersusun
dalam pola yang berbeda dari yang sudah dipelajarinya.. Contohnya; Peserta
didik ditugaskan untuk merumuskan pernyataan masalah. misalnya kalimat
dalam lagu Schüler Bogie “ ....ein Genie, wer das versteht..” Pola kalimat ini
merupakan hal baru bagi peserta didik kelas X, ada kata tanya wer, tetapi pola
kalimatnya tidak sesuai dengan pola kalimat tanya. Permasalahan ini
selanjutnya menjadi pembahasan utama kerja kelompok, dengan cara
mengidentifiksi kalimat-kalimat tanya yang lainnya pada syair lagu tersebut .

c. Mengumpulkan data/mencoba

Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan


informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya pernyataan masalah tersebut. Dalam hal ini informasi yang
dikumpulkan berfungsi untuk membuktikan pernyataan masalah dalam
contoh syair lagu berbahasa Jerman, terkait struktur kalimat tanya. Peserta
didik mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang relevan terkait pola
kalimat tanya, membaca literatur, bertanya pada guru, diskusi dalam kelompok
dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara aktif menemukan
pengetahuan baru yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 11

d. Mengolah Data

Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang
telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak,
dan diklasifikasikan.

e. Memverifikasi data

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.

f. Menarik kesimpulan

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran
atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi
dari pengalaman-pengalaman itu.

Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk


mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:

a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik pada
keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil,
akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
frustrasi;

b. jumlah peserta didik tidak terlalu banyak, untuk memudahkan dalam


membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya;

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 12

c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;

d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan pembelajaran.

Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:

a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-


keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci
dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya;

b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena


pemerolehannya bersifat pribadi;

c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa


penyelidikan dan berhasil;

d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan


dengan keecepatannya sendiri;

e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan


melibatkan akal dan motivasinya;

f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh


kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;

g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada


kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya;

h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan


hipotesis;

i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;

j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari


berbagai jenis sumber belajar.

2. Project Based Learning


Pembelajaran berbasis proyek (PJBL) merupakan model pembelajaran yang
memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam
melakukan insvestigasi dan memahami pembelajaran melalui investigasinya.
Pembelajaran berbasis proyek mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 13

kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali


konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya,
dan melakukan percobaan /latihan secara kolaboratif menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Langkah-
langkah operasionalnya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan pertanyaan mendasar.

Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi


penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang
relevan untuk para peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal semester agar dapat merancang
kegiatan selanjutnya.

b. Mendesain perencanaan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik.


Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek
tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai
subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.

c. Menyusun Jadwal

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,


2. membuat deadline penyelesaian proyek,
3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 14

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek

Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama


menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta
didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan sebagai mentor
pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah
proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.

e. Menguji hasil

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian


kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.

f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman

Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap awal pembelajaran.

Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk


mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:

a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga proyek


tidak memakan waktu terlalu lama;

b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk peralatan belajar di


laboratorium;

c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;

d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 15

Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain:

a. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.

b. mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;

c. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan


berpikir kritis;

d. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan


sumber daya;

e. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam


mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumber-sumber lain
seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;

f. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan


menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

g. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun guru


menikmati proses pembelajaran

D. Pemilihan Model Pembelajaran


Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan
saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran
mempertimbangkan hal-hal berikut.

1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan


faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual,
guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan
prosedural Project Based Learning dan Problem Based Learning.

2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-
4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan
Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan
Project Based Learning.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 16

3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2)

Contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi
pengetahuan dan keterampilan tampak pada tabel 1 berikut.

Dimensi Dimensi Keterampilan


Pengetahuan Abstrak Konkrit

Faktual Discovery Learning Discovery Learning

Konseptual Discovery Learning Discovery Learning

Discovery Learning
Discovery Learning Problem Based
Prosedural Problem Based Learning
Learning
Role Playing

Discovery Learning Project Based


Discovery Learning Project Based
Learning Learning
Metakognitif
Problem Based Learning Problem Based Learning
Role Playing Role Playing

E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Jerman


Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk
menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang
meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai
kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan
penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan
kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak
instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari
pembelajaran.

Bahasa Jerman merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur
kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Bahasa Jerman harus
dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian
autentik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dicapai peserta didik secara terpadu.

Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific


approach) dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 17

autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun
jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-
tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Implementasi penilaian autentik didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;

1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not apart
from instruction),
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan
masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).

Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,
hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.

Penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa Jerman sebagai berikut;

1. Penilaian Kompetensi Sikap


Pengumpulan informasi terkait sikap peserta didik pada pembelajaran bahasa
Jerman dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman,
dan jurnal, disesuaikan dengan karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2. Penilaian sikap
dilaksanakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dimulai dari proses
mengamati, menanya, mengeksplor data, mengasosiasi, sampai
mengkomunikasikan hasil pembelajarannya.
Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti (KI) 1 dan KI-
2, dengan Kompetensi Dasar (KD) 1.1, 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4.
Pengujian ketercapain beberapa KD dari KI-1 dan KI-2 tersebut di atas, dapat
dilakukan dengan cara

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 18

a. Observasi dan Jurnal


Penilaian sikap dengan menggunakan observasi atau jurnal dilakukan dengan
cara pengamatan langsung maupun tidak langsung. Pengamatan langsung
dilakukan pada saat kegiatan belajar berlangsung (pada proses pembelajaran),
dengan menggunakan instrumen pengamatan yang dikembangkan dari
indikator-indikator KD dari KI-1 dan KI-2 yang relevan.
jurnal, yaitu “catatan pendidik yang sistematis di dalam dan di luar kelas yang
berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
didik berkaitan dengan sikap dan perilaku”. ( Juknis PHB PPMP Kemdikbud,
2013 ). Jurnal yang memuat penilaian pada aspek sikap terkait kelemahan dan
kekuatan peserta didik yang terekam secara kronologis bisa membantu
pendidik menggambarkan profil seorang peserta didik terkait sikap dan prilaku
mereka.

Contoh instrumen observasi sikap


Rubrik Penilaian
Kompetensi Dasar
Kriteria Indikator
SB Selalu bersemangat dalam belajar
1.1 Mensyukuri
bahasa Jerman – Sudah konsisten
kesempatan dapat
mempe-lajari bahasa Sering menunjukkan semangat dalam
B
Jerman seba-gai belajar bahasa Jerman – Mulai konsisten
bahasa pengantar
C Kadang-kadang menunjukkan
komunikasi
semangat dalam belajar bahasa Jerman
internasional yang
– Belum konsisten
diwujudkan dalam
semangat belajar Tidak pernah bersemangat dalam
K belajar bahasa Jerman – Tidak konsisten
Santun
2.1 Menunjukkan perilaku
santun dan peduli Selalu santun dalam bersikap dan
SB
dalam melaksanakan bertutur kata kepada guru dan teman –
komunikasi antar Sudah konsisten
pribadi dengan guru
B Sering santun dalam bersikap dan
dan teman.
bertutur kata kepada guru dan teman –
Mulai konsisten
Kadang-kadang santun dalam
C bersikap dan bertutur kata kepada guru
dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah santun dalam bersikap
K dan bertutur kata kepada guru dan
teman – Tidak konsisten

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 19

Rubrik Penilaian
Kompetensi Dasar
Kriteria Indikator

Peduli
SB Selalu peduli dalam bersikap kepada
guru dan teman – Sudah konsisten
Sering peduli dalam bersikap kepada
B guru dan teman – Mulai konsisten
C Kadang-kadang peduli dalam bersikap
kepada guru dan teman – Belum
konsisten
K Tidak pernah santun dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru dan
teman – Tidak konsisten
Prilaku Jujur
2.2 Menunjukkan
perilaku jujur, Selalu jujur dalam melaksanakan
disiplin, percaya SB komunikasi kepada guru dan teman –
diri, dan Sudah konsisten
bertanggung jawab
Sering jujur dalam melaksanakan
dalam melaksanakan B
komunikasi kepada guru dan teman –
komunikasi
Mulai konsisten
transaksional dengan
guru dan teman Kadang-kadang jujur dalam
C melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah jujurdalam
K melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Tidak konsisten

Disiplin
SB Selalu disiplinr dalam melaksanakan
komunikasi kepada guru dan teman –
Sudah konsisten
Sering disiplin dalam melaksanakan
B komunikasi kepada guru dan teman –
Mulai konsisten

C Kadang-kadang disiplin dalam


melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Belum konsisten
K Tidak pernah disiplin dalam
melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Tidak konsisten

Percaya Diri
Selalu PD dalam melaksanakan
SB
komunikasi kepada guru dan teman –

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 20

Rubrik Penilaian
Kompetensi Dasar
Kriteria Indikator
Sudah konsisten
Sering PD dalam melaksanakan
komunikasi kepada guru dan teman –
B
Mulai konsisten
Kadang-kadang PD dalam
C melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah PD dalam melaksanakan
komunikasi kepada guru dan teman –
K Tidak konsisten
Bertanggungjawab
Selalu Bertanggungjawab dalam
SB melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Sudah konsisten
Sering Bertanggungjawab dalam
B
melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Mulai konsisten
Kadang-kadang Bertanggungjawab
C dalam melaksanakan komunikasi kepada
guru dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah bertanggungjawab
dalam melaksanakan komunikasi kepada
K guru dan teman – Tidak konsisten

Contoh Hasil Observasi Sikap


Kriteria Sikap Profil
Bertang- sikap
No Nama Semangat secara
belajar
Santun Peduli Jujur Disiplin PD gung
jawab umum
Ani C B B B B C B B
1
2
3

b. Penilaian Diri dan Penilaian Antar Teman


Penilaian diri dan penilaian antar teman dilakukan oleh peserta didik dengan
cara mengisi instrumen penilaian diri untuk menilai dirinya sendiri dan menilai
temannya dengan cara mengisi instrumen penilaian antar teman. Teknik
penilaian yang melibatkan peserta didik untuk bisa bekerja sama dalam

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 21

penilaian akan berdampak pada pertanggungjawaban peserta didik terkait


kompetensi dirinya sendiri. Peserta didik bisa mengetahui sejauh mana
kompetensi yang dipelajari telah tercapai. Oleh karena itu disarankan
Penilaian Diri dilakukan sebelum ulangan harian. Sementara penilaian antar
teman merupakan bentuk penilaian yang melatih peserta didik menjadi penilai
pembelajar yang baik, dengan cara membandingkan kompetensi capaiannya
dengan pencapaian temannya. Peran aktif peserta didik dalam penilaian bisa
berdampak positif baik bagi pendidik itu sendiri, maupun peserta didiknya.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Pengumpulan informasi pencapaian pengetahuan peserta didik dilakukan melalui
tes, baik tes tertulis maupun lisan, dan pemberian tugas. Pengetahuan Bahasa
Jerman terakumulasi pada KI-3, dengan KD-3.1, KD-3.2, KD-3.3, dan KD-3.4.
Pengembangan pengetahuan Bahasa Jerman mencakup unsur-unsur kebahasaan;
seperti fonologi, morfologi, semantik, sintaxis, dan lain-lain. Struktur teks dipelajari
dalam bentuk yang sederhana seperti, struktur kata, pola pengembangan kalimat,
dan penyusunan wacana sederhana sesuai tema, serta bahasan unsur budaya
diarahkan pada bidang hubungan sosial dan bentuk sastra yang sederhana seperti
puisi , sebagai usaha untuk menjembatani adanya hubungan baik dua negara
melalui pemahaman budaya, sastra dan bahasa.
Bahasa Jerman dipelajari dalam satu kesatuan utuh berbentuk wacana lisan dan
tulisan, yang diikat oleh tema Identitas Diri (Kennenlernen) dan Kehidupan sekolah
(Schule) untuk kelas X, Kehidupan Keluarga (Familie) dan Kehidupan Sehari-hari
(Alltagsleben) untukkelas XI, Hobi dan Waktu Luang
(Freizeitbeschäftigung/Hobby) serta Wisata (Reise) untuk kelas XII.
Pengukuran ketercapain materi pada KD–KD dari KI-3, yaitu aspek pengetahuan,
digunakan penilaian tes lisan, tes tulis, dan penugasan terutama dalam bentuk
pekerjaan rumah (PR). Pemilihan bentuk tes dilakukan dengan
mempertimbangkan tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk
memeriksa hasil tes, cakupan materi dan karakteristik mata pelajaran yang
diteskan. Jenis tes yang sering digunakan untuk menguji KD-3 dari KI-3 adalah
tes tertulis. Bentuk tes tertulis seperti pilihan ganda (PG), benar – salah, (richtig –
falsch) menjodohkan, isisan, sampai ke bentuk uraian.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 22

Contoh rancangan penilaian KD 3 dari KI 3 terkait pengetahuan adalah;

Kompetnsi Jenis/ Jumlah


Materi Bentuk Indikator Soal
Dasar Teknik soal

Memahami Ungkapan Tes/Tes Uraian Disajikan 5


cara cara mena- tertulis sebuah jadwal
memberitahu nyakan fakta pelajaran,
dan terkait waktu, siswa dapat
menanyakan orang, membuat
fakta, perasaan matapel- kalimat tanya
dan sikap, ajaran dan dan jawaban
serta meminta perasa- dalam bahasa
dan an/pendapat jerman
menawarkan sederhana
barang dan berdasarkan
jasa terkait jadwal tersebut
topik identitas dengan benar
diri dan tepat
(Kennenlernen)
dan kehidupan
sekolah
(Schule)
dengan
memperhati-
kan unsur
kebahasaan,
struktur teks
dan unsur
budaya yang
sesuai konteks
penggunaan-
nya

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan


Penilaian kompetensi keterampilan dalam bahasa Jerman dilakukan dalam bentuk
penyusunan teks lisan dan tulisan sederhana melaui unjuk kerja, projek
(penugasan), dan portofolio. Penilaian ini digunakan untuk mengukur
ketercapaian KI-4, yang terdiri dari KD 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Instrumen
penilaiannya dilengkapi dengan rubrik,seperti contoh berikut ini.

a. Contoh rubrik penyusunan teks lisan. (tes unjuk kerja)

Penilaian penyusunan tes lisan terdiri dari dua kriteria, yaitu; 1) kriteria

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 23

Erfüllung der Aufgabenstellung atau pemenuhan setiap soal/poin, dengan


rentang skor 0 – 2. Skor 2 jika semua soal atau poin dikerjakan sempurna,
hampir tidak ada kesalahan, skor 1 masih ada kesalahan, meskipun semua
soal/poin dikerjakan, dan skor 0 jika semua soal atau poin tidak dikerjakan;
dan 2) Aussprache atau Pelafalan, dengan skor 2 jika pelafalan sangat baik
dan dipahami, skor 1 jika pada pelafalan masih terdengar dialek bahasa ibu,
tetapi masih bisa dipahami.

Skor Skor
Kriteria maksi
2 1 mal

Erfüllung der Aufgabe gut macht Fehler dennoch


Aufgaben-stellung erfüllt,macht fast ist die Aufgabe erfüllt
keine Fehler
(Terpenuhinya poin (Melakukan
yang diminta) ( Poin yang diminta kesalahan, meskipun
dapat dipenuhi dan demikian poin yang
hampir tidak diminta dipenuhi)
melakukan
kesalahan) 4

Aussprache sehr gut Starke muttersprach-


verständlich liche Färbung aber
(Pelafalan)
noch verständlich
(dapat dipahami
dengan baik) ( pelafalan diwarnai
oleh bahasa ibu,
tetapi masih dapat
dipahami)

Penilaian unjuk kerja dilakukan untuk mengukur ketercapaian KD 4.1,4.2, 4.3


dan 4.4. dalam bentuk teks lisan berupa dialog dan paparan

b. Rubrik Penilaian Proyek


Mata pelajaran : Bahasa Jerman
Tema : Kehidupan di Sekolah (Schule)
Nama Projek : Aktivitas Peserta Didik di Sekolah
Alokasi waktu : Dua Bulan
Nama Peserta Didik : ..................
Kelas : ..................

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 24

Indikator Skor Kriteria

1. Perencanaan
3 Tepat
 Rumusan Judul, jadwal pelaksanaan,
Penentuan teknik dan instrumen
2 Kurang tepat
pengumpulan data.

 Menentukan bentuk penyajian akhir dari


tugas ( Plakat/ Rollenspiel, Bentuk 1 Tidak Tepat
statistik, dll) dan menentukan bahan-
bahan yang diperlukan

2. Pelaksanaan
3 Tepat
 Instrumen pengumpulan data (pilihan
kata/struktur teks, ide/gagasan)
 Data yang terkumpul 2 Kurang tepat

 Penarikan kesimpulan
( Hasil pengolahan data) 1 Tidak tepat

3. Laporan Proyek
3 Sangat baik
 Presentasi (Power Point, Aussprache)
 Laporan tertulis 2 Baik

1 Cukup

Contoh pemetaan rancangan penilaian autentik pembelajaran bahasa Jerman

Kompetensi Penilaian Penilaian


Rancangan Penilaian
Dasar Pengetahuan Keterampilan

3.1 Tes dan tugas Tes Tulis


(PR)

4.1 Unjuk kerja Unjuk kerja (dialog)


Portofolio Produk (naskah dialog)

3.2 Tes dan tugas Tes Tulis


(PR)

4.2 Unjuk kerja Unjuk kerja (dialog)


Portofolio Produk (naskah dialog)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 25

Kompetensi Penilaian Penilaian


Rancangan Penilaian
Dasar Pengetahuan Keterampilan

3.3 Tes dan tugas Tes Tulis


(PR)

4.3 Unjuk kerja Proyek


Proyek
Portofolio

Catatan:
Untuk penilaian proyek dilakukan satu semester sekali, yang merupakan
gabungan tugas dari KD - KD sebelumnya.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek; Contoh hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaain
proyek mata pelajaran bahasa jerman adalah:
Perencanaan :
 Membuat judul, menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data,
membuat jadwal pelaksanaan proyek
 Menentukan bentuk penyajian akhir dari tugas ( Plakat/Rollenspiel,
Bentuk statistik, komentar pada blog dll)
 Menentukan bahan-bahan yang diperlukan
Pelaksanaan :
 Instrumen pengumpulan data
 Data yang terkumpul
 Penarikan kesimpulan ( Hasil pengolahan data)
 Bukti-bukti pelaksanaan proyek (foto-foto, berita acara, dll)
Pelaporan proyek :
 Presentasi sebuah statitistik, dll
 Rollenspiel ( Unjuk kerja/performance.)

3.4 -

4.4 Unjuk kerja ( Karya) Unjuk kerja


(Karya)
portofolio
dan atau
portofolio

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

BAB III

ANALISIS KOMPETENSI

A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan.

Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata
pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan
kompetensi dasar.

Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai
berikut.

Tabel 3: Kompetensi Inti kelas X

Dimensi Kualifikasi Kemampuan


Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,
Sikap
berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan
Pengetahuan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan
budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan
kejadian.
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
Keterampilan
ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang
dipelajari di sekolah secara mandiri.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


26
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 27

Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk
kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai
berikut;

Tabel 4: Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII

Kompetensi Deskripsi Kompetensi

Sikap 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya


Spiritual
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
Sikap Sosial
jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),
santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan
Pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan
Keterampilan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
dengan kaidah keilmuan

B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru


dan buku siswa);
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat
digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 28

Penjelasan Bagan 1;

1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut;

a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang


harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though
curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung
(direct teaching) kepada peserta didik.
b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religious dan sikap social yang
harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang
merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)
c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara
utuh atau teerpadu.
Kompetensi dasar (KD) selanjutnya dikembangkan menjadi IPK seperti contoh
berikut;

KD IPK Sikap IPK Pengetahuan IPK Keterampilan

3.1 Memahami cara 3.1.1 3.1.1 Menandai 4.1.1 Menemukan


menyapa, berpamitan, menyimak kata,frasa dan padanan ujaran
mengucapkan terima wacana kalimat yang dalam bahasa
kasih,meminta maaf, lisan didengar tertentu
meminta izin, memberi dengan
instruksi dan seksama
memperkenalkan diri dan penuh 3.1.2 4.1.3 Mengelom-
serta cara meresponnya tanggung pokan kata-kata
Melengkapi kata,
terkait topik identitas jawab dengan beberapa
frasa, atau
diri (Kennenlernen) dan sub tema dari
kalimat dengan
kehidupan sekolah perkenalan
huruf atau kata
(Schule) dengan (Kennen-lernen)
yang didengar
memperhatikan unsur

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 29

KD IPK Sikap IPK Pengetahuan IPK Keterampilan

kebahasaan ,struktur 4.1.3


teks dan unsur budaya
yang sesuai konteks 3.1.3 Menjelas-kan
penggunaannya kata-kata terkait
Menentukan
identitas
4.1 ….. informasi umum,
Dst....
selektif, dan rinci

Dst….

2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media

a. Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus


b. Sumber/Alat/media; Penentuan sumber, alat, bahan dan media pembelajaran
disesuaikan dengan indikator pencapaian KD (IPK)

3. Pengembangan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dikembangkan dari KD-3. Guru dapat mengembangkan


materi pembelajaran yang sudah tercantum di silabus sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok
dalam silabus dan kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga
(pengetahuan).

Materi pokok yang terdapat dalam silabus sebagai pengembangan dari KD-3
adalah sebagai berikut:

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Materi Pokok (Dalam


(KI 3) (KI 4) Silabus)
4.1 Menyusun teks lisan
3.1 Memahamicara menyapa, Tema / Topik
dan tulis sederhana
berpamitan, Identitas Diri
untuk merespon
mengucapkan
perkenalan diri, • Begrüβung
terimakasih,meminta
sapaan, pamitan, • Kennenlernen (sich
maaf, meminta izin,
ucapan
memberi instruksi dan und andere vorstellen)
terimakasih,permint
memperkenal-kan diri : Name, Alter, Wohnort,
aan maaf, meminta
serta carameresponnya Herkunft, Hobby,
izin instruksi dan
terkait Telefonnummer, Beruf
terkait topikidentitas
topikidentitasdiri(Kennenl
diri (Kennenlernen) •Alphabet
ernen) dan kehidupan
dankehidupan
sekolah(Schule) dengan • Zahlen
sekolah (Schule)
memperhatikan unsur
dengan memper- • Wortschatz : Nomen,

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 30

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Materi Pokok (Dalam


(KI 3) (KI 4) Silabus)
kebahasaan ,struktur hatikan unsur Verben, Adjektiv
teksdanunsur budaya kebahasaan,
• Struktur : Präsens
yang sesuai konteks struktur teks dan
penggunaannya. budaya secara - Präsens, Konjugation
benar dan sesuai - Personalpronomen
3.2. Memahami cara
konteks - Fragewörter:
memberitahu dan
menanyakan fakta, • Redemittel sesuai
perasaan dan sikap, topic
serta cara meminta dan
menawarkan barang
dan jasa terkait topik Tema / Topik :
4.2. Menyusun teks Kehidupan Sekolah
identitas diri
lisan dan tulis
(Kennenlernen) dan Gegenstände in der
sederhana tentang
kehidupan sekolah Schule
cara memberitahu
(Schule) dengan
dan menanyakan und Schulsachen
memperhatikan unsur
fakta, perasaan
kebahasaan, struktur • Der Stundenplan
dan sikap, serta
teks dan unsur budaya
meminta dan • Schulaktivitäten
yang sesuai konteks
menawarkan
penggunaannya. • Uhrzeit
barang dan jasa
terkait topik • Datum
identitas diri • Wortschatz : Nomen,
(Kennenlernen)
Verben, Adjektiv,
dan kehidupan
Adverb, Zeitangabe
sekolah (Schule)
3.3. Memahami secara
dengan • Struktur :
sederhana unsur
memperhatikan - Präsens, Konjugation
kebahasaan, struktur
unsur - Artikel ;(bestimmt
teks dan unsur budaya
kebahasaan, und unbestimmt)
terkait topik identitas
struktur teks dan - Singular / Plural
diri (Kennenlernen) dan
unsur budaya - Negation ;
kehidupan sekolah
secara benar dan kein/keine, nicht
(Schule) yang sesuai
sesuai konteks. - Nominativ /
konteks
penggunaannya. Akkusativ
- Satzstellung
- Fragewörter ; wann,
4.3. Menyusun teks wie lange,
3.4 Memahami secara
lisan dan tulis
sederhana unsur • Redemittel sesuai
sederhana untuk
kebahasaan dan budaya topik
mengungkapkan
yang terdapat dalam
identitas diri • Karya sastra
karya sastra.
(Kennenlernen)
dan kehidupan
sekolah (Schule)
dengan
memperhatikan

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 31

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Materi Pokok (Dalam


(KI 3) (KI 4) Silabus)
unsur kebahasaan,
struktur teks dan
unsur budaya
secara benar dan
sesuai konteks.

4.4. Menyusun teks lisan


dan tulis sederhana
sesuai dengan
unsur kebahasaan
dan budaya yang
terdapat dalam
karya sastra

Disamping itu, Guru harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik
materi yang sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan
menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan
muatan lokal yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi
kekinian yang sedang menjadi pembicaraan.

Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya
dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari
materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan untuk
diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat
kegaiatan kepramukaan yang terjadwal.

Contoh aktualisasi Bahasa Jerman dalam kegiatan kepramukaan;

Membuat kartu identitas diri dalam berbagai bentuk, seperti kartu nama, kartu
keanggotaan pramuka, kartu pelajar, dll. Kegiatan ini akan melatih kreatifitas
peserta didik antara lain, kecerdasan dan keterampilan berfikir dan bertindak,

Selain itu juga materi dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking
Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui soal-soal yang
sifatnya membutuhkan jawaban kompleks, misalnya ;

a. Welche passt nicht ! Kreuzt bitte an! (LOTS)

b. Ordnen Sie die Wörter den Bildern zu! (LOTS)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 32

c. Kennenlernen. Was sagen Sie die Fotos? (HOTS)

Materi pembelajaran bahasa Jerman dikembangkan dengan berbasis pada tema


sebagai dasar atau landasan pengembanagn materi yang ada pada KD. sehingga
perlu dirumuskan secara konsisten, runut, dan menggambarkan tindakan
komunikatif. Materi pembelajaran untuk setiap jenis teks terdiri atas tiga unsur,
yaitu (1) fungsi sosial, (2) struktur teks, dan (3) unsur kebahasaan.

4. Pengembangan kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kegiatan


pembelajaran yang sudah tercantum di silabus sesuai dengan hasil kajian terhadap
materi pembelajaran yang dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-1 dan KI-2.

Kegiatan pembelajaran terdiri atas;

a. Kegiatan pendahuluan yang mencakup antara lain orientasi atau penyiapan


peserta didik dalam menghadapi pembelajaran, pemberian motivasi, dan
pembahasan pengetahuan prasyarat.

b. Kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba,


mengasosiasi, dan mengomunikasikan yang semua kegiatan tersebut
disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran bahasa Jerman yang berbasis
tema artinya pembelajaran diberikan melalui tema yang sudah ditentukan dan
disesuaikan dengan materi-materi pembelajaran yang ada pada kompetensi
dasar mata pelajaran bahasa Jerman. Berdasarkan tema dan materi yang
sesuia tersebut siswa dapat memahami fungsi sosial, struktur teks, dan unsur
kebahasaan yang sesuai konteks penggunaannya

Kelima kegiatan tersebut di atas, tidak harus terjadi dalam satu kali
pertemuan, tetapi setiap pertemuan fokus kepada kegiatan mana yang akan
dilakukan disesuaikan dengan karakteristik materi atau IPK.
Contoh;
Jika dalam satu RPP terdapat 3 (tiga) kali pertemuan, maka dapat
direncanakan sebagai berikut;

 pertemuan pertama fokus kepada kegiatan mengamati dan menanya,


 pertemuan kedua fokus kepada menanya, mengumpulkan informasi, dan
mengasosiasi
 pertemuan ketiga fokus kepada kegiatan mengomunikasikan.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Model Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA 33

c. Kegiatan penutup berisi antara lain kegiatan menyusun kesimpulan,


merefleksi, atau membahas pembelajaran yang akan datang.

5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi sikap,


pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Catatan:
Agar lebih jelas bagaimana merancang dan menyusun, serta melaksanakan
penilaian, lihat naskah Model Penilaian di SMA).

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

BAB IV

PENUTUP

Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin kegiatan


pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin tidak efektif
kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.

Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan
KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan
proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dn langkah-lamgkah pembelajaran.
Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan
saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau
menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan
analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.

Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternative kegiatan


pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah proses
pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam
kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan
sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara
terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran
yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi
pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan
dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-
1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap religius dan sikap sosial.

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran


(RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus dan Buku.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


34
Naskah Pembelajaran Bahasa Jerman Kurikulum 2013 di SMA

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York.
Longman.

Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.

Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541.

http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education

Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and


Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press.

Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI
Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi


Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan
Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.


Jakarta

UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003
No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta

Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The
University of Western Australia.

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah


35

Anda mungkin juga menyukai