19 Bhs Jerman PDF
19 Bhs Jerman PDF
BAHASA JERMAN
MelaluiPendekatanSaintifik
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan .
remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan
bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
Bahasa Jerman dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah
ini bertujuan untuk:
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses
BAB II
A. Prinsip
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual dan kontekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi
pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran
terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme
menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9)
pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai
dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis
peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara
terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan
dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model
ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan
dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur:
1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Sesuai dengan karakteristik Bahasa Jerman sebagai bagian dari natural science,
pembelajaran Bahasa Jerman harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berpikir
ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
1. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena dalam pembelajaran Bahasa Jerman dapat dilakukan melalui
melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak, serta mencari informasi.
2. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan
siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir
metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir kritis (critical
thingking skill), logis, dan sistematis. Proses menanya dapat dilakukan melalui
kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok
memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri,
termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.
3. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik,
mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini mencakup
merencanakan, merancang, dan mencari, serta memperoleh, menyajikan, dan
mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar termasuk mesin komputasi dan
otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.
4. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan
bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang direkayasa
dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara lain
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau
praktik.
5. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik.
Kegiatan ini dilakukan agar siswa mampu mengomunikasikan pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat
laporan, dan/ atau unjuk karya.
Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian,
makin banyak teks yang dipahami siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang
dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu,
siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan
mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan
hasil analisis secara memadai..
1. Discovery Learning
Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai
pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkah-
langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan stimulus
c. Mengumpulkan data/mencoba
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang
telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak,
dan diklasifikasikan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi
bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
f. Menarik kesimpulan
a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik pada
keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil,
akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-
konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
frustrasi;
c. Menyusun Jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
e. Menguji hasil
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik
secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki
kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu
temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada
tahap awal pembelajaran.
d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-
4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan
Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan
Project Based Learning.
3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2)
Contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi
pengetahuan dan keterampilan tampak pada tabel 1 berikut.
Discovery Learning
Discovery Learning Problem Based
Prosedural Problem Based Learning
Learning
Role Playing
Bahasa Jerman merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur
kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Bahasa Jerman harus
dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian
autentik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus
dicapai peserta didik secara terpadu.
autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam
rangka mengamati/mengobservasi, menanya, mencoba, menalar, membangun
jejaring atau mengomunikasikan. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-
tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan
kompetensi mereka yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1. Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (apart of,not apart
from instruction),
2. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan
masalah dunia sekolah (schoolwork-kind of problems),
3. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan criteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Penilaian harus bersifat holistic yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, keterampilan, dan pengetahuan).
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program
perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu,
hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian Pendidikan.
Rubrik Penilaian
Kompetensi Dasar
Kriteria Indikator
Peduli
SB Selalu peduli dalam bersikap kepada
guru dan teman – Sudah konsisten
Sering peduli dalam bersikap kepada
B guru dan teman – Mulai konsisten
C Kadang-kadang peduli dalam bersikap
kepada guru dan teman – Belum
konsisten
K Tidak pernah santun dalam bersikap
dan bertutur kata kepada guru dan
teman – Tidak konsisten
Prilaku Jujur
2.2 Menunjukkan
perilaku jujur, Selalu jujur dalam melaksanakan
disiplin, percaya SB komunikasi kepada guru dan teman –
diri, dan Sudah konsisten
bertanggung jawab
Sering jujur dalam melaksanakan
dalam melaksanakan B
komunikasi kepada guru dan teman –
komunikasi
Mulai konsisten
transaksional dengan
guru dan teman Kadang-kadang jujur dalam
C melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah jujurdalam
K melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Tidak konsisten
Disiplin
SB Selalu disiplinr dalam melaksanakan
komunikasi kepada guru dan teman –
Sudah konsisten
Sering disiplin dalam melaksanakan
B komunikasi kepada guru dan teman –
Mulai konsisten
Percaya Diri
Selalu PD dalam melaksanakan
SB
komunikasi kepada guru dan teman –
Rubrik Penilaian
Kompetensi Dasar
Kriteria Indikator
Sudah konsisten
Sering PD dalam melaksanakan
komunikasi kepada guru dan teman –
B
Mulai konsisten
Kadang-kadang PD dalam
C melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah PD dalam melaksanakan
komunikasi kepada guru dan teman –
K Tidak konsisten
Bertanggungjawab
Selalu Bertanggungjawab dalam
SB melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Sudah konsisten
Sering Bertanggungjawab dalam
B
melaksanakan komunikasi kepada guru
dan teman – Mulai konsisten
Kadang-kadang Bertanggungjawab
C dalam melaksanakan komunikasi kepada
guru dan teman – Belum konsisten
Tidak pernah bertanggungjawab
dalam melaksanakan komunikasi kepada
K guru dan teman – Tidak konsisten
Penilaian penyusunan tes lisan terdiri dari dua kriteria, yaitu; 1) kriteria
Skor Skor
Kriteria maksi
2 1 mal
1. Perencanaan
3 Tepat
Rumusan Judul, jadwal pelaksanaan,
Penentuan teknik dan instrumen
2 Kurang tepat
pengumpulan data.
2. Pelaksanaan
3 Tepat
Instrumen pengumpulan data (pilihan
kata/struktur teks, ide/gagasan)
Data yang terkumpul 2 Kurang tepat
Penarikan kesimpulan
( Hasil pengolahan data) 1 Tidak tepat
3. Laporan Proyek
3 Sangat baik
Presentasi (Power Point, Aussprache)
Laporan tertulis 2 Baik
1 Cukup
Catatan:
Untuk penilaian proyek dilakukan satu semester sekali, yang merupakan
gabungan tugas dari KD - KD sebelumnya.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek; Contoh hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaain
proyek mata pelajaran bahasa jerman adalah:
Perencanaan :
Membuat judul, menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data,
membuat jadwal pelaksanaan proyek
Menentukan bentuk penyajian akhir dari tugas ( Plakat/Rollenspiel,
Bentuk statistik, komentar pada blog dll)
Menentukan bahan-bahan yang diperlukan
Pelaksanaan :
Instrumen pengumpulan data
Data yang terkumpul
Penarikan kesimpulan ( Hasil pengolahan data)
Bukti-bukti pelaksanaan proyek (foto-foto, berita acara, dll)
Pelaporan proyek :
Presentasi sebuah statitistik, dll
Rollenspiel ( Unjuk kerja/performance.)
3.4 -
BAB III
ANALISIS KOMPETENSI
A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata
pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan
kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai
berikut.
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk
kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai
berikut;
Penjelasan Bagan 1;
Dst….
2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media
Materi pokok yang terdapat dalam silabus sebagai pengembangan dari KD-3
adalah sebagai berikut:
Disamping itu, Guru harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik
materi yang sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan
menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan
muatan lokal yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi
kekinian yang sedang menjadi pembicaraan.
Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya
dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari
materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan untuk
diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat
kegaiatan kepramukaan yang terjadwal.
Membuat kartu identitas diri dalam berbagai bentuk, seperti kartu nama, kartu
keanggotaan pramuka, kartu pelajar, dll. Kegiatan ini akan melatih kreatifitas
peserta didik antara lain, kecerdasan dan keterampilan berfikir dan bertindak,
Selain itu juga materi dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking
Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS) melalui soal-soal yang
sifatnya membutuhkan jawaban kompleks, misalnya ;
Kelima kegiatan tersebut di atas, tidak harus terjadi dalam satu kali
pertemuan, tetapi setiap pertemuan fokus kepada kegiatan mana yang akan
dilakukan disesuaikan dengan karakteristik materi atau IPK.
Contoh;
Jika dalam satu RPP terdapat 3 (tiga) kali pertemuan, maka dapat
direncanakan sebagai berikut;
Catatan:
Agar lebih jelas bagaimana merancang dan menyusun, serta melaksanakan
penilaian, lihat naskah Model Penilaian di SMA).
BAB IV
PENUTUP
Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan
KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan
proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang
dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dn langkah-lamgkah pembelajaran.
Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan
saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau
menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan
analisis. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan
pembelajaran adalah melakukan analisis kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And
Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York.
Longman.
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541.
http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education
Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP
No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI
Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan
Dasar dan Menengah. Jakarta
Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta
UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003
No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta
Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The
University of Western Australia.