Anda di halaman 1dari 9

HUMANIORA

Kartika Setyawati, Mantra pada Koleksi Naskah Merapi-Merbabu

VOLUME 18 No. 1 Februari 2006 Halaman 63 - 71

MANTRA PADA KOLEKSI NASKAH


MERAPI-MERBABU
Kartika Setyawati*

ABSTRACT
Mantra may be defined as words full of power. It may be expressed both through words and
letters/characters. When expressed through words, it is called mantraksara. As found in Merapi−Merbabu
manuscripts, everybody can say or us mantra depending on his or her goals. Mantra is considered a
secret and is passed along from one to another in a secret way. Mantra may be used for the purpose of
gaining physical and sexual power, obtaining sympathy, love and pity healing sickness, and informing the
spirit for various reasons.

Key words : mantra, power, secret, goal

PENGANTAR diberikan guru kepada muridnya (Pigeaud,


Salah satu di antara sekian banyak koleksi 1967:52). Tutur dalam naskah dari Bali
naskah sastra berbahasa Jawa adalah koleksi seringkali merupakan kompilasi atau buku
naskah Merapi-Merbabu yang disimpan di catatan. Di samping berisi risalah spekulasi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia keagamaan, tutur juga berisi bermacam-
(PNRI) Jakarta. Koleksi naskah ini semuanya macam subyek misalnya magic, tentang
ditulis pada lontar dengan aksara buda-. Ada dewa-dewa dan lain lain (Pigeaud, 1967:53).
beberapa naskah yang ditulis dengan aksara Dalam tulisan ini akan dibicarakan mantra
Jawa dan sedikit dalam aksara Arab (lihat yang tidak berhubungan dengan obat-obatan.
Kartika dkk., 2002). Isi teks koleksi naskah Mantra dalam naskah-naskah Merapi-Merbabu
Merapi-Merbabu bermacam-macam: ada bernuansa sangat Jawa: ada yang Islam Jawa
kakawin, parwa, obat-obatan, dan primbon juga dan ada pula Hindu Jawa. Maksudnya, biarpun
terdapat teks mantra. Teks-teks mantra ada mantra yang dimaksud bersifat Islam/Hindu
yang menjadi satu dengan teks obat-obatan, tetapi unsur Jawa dominan. “Tokoh” atau orang/
menjadi bagian pengobatan ada pula yang benda yang dipentingkan dalam mantra dapat
khusus mengenai mantra itu sendiri. Dalam dewa, nabi, bidadari, tokoh Pandawa, bunga,
tradisi Jawa kuna, mantra biasanya dimasuk- gunung, tanah, roh-roh asli setempat (danyang),
kan dalam teks-teks tutur. Tutur menurut atau bahkan tidak menyebut siapa pun; hanya
Pigeaud adalah teks Jawa kuna berisi spekulasi bacaan mantra saja (lihat contoh pada halaman
religius baik Siwaistis maupun Budhistis. Dalam 7-9 teks naskah no. 129). Tulisan ini dimaksudkan
periode sebelum Islam, buku-buku tentang untuk menjelaskan arti, jenis, dan cara mem-
keagamaan dan etika secara umum disebut tutur peroleh, tujuan membaca, dan peranan unsur
atau buku pedoman. Dalam kenyataannya, “bunyi” dalam mantra serta masalah lain yang
banyak tutur khususnya berisi pelajaran yang belum jelas tentang mantra.

* Staf Pengajar Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

63
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 63−71

ARTI KATA MANTRA menambahkan bahwa “mantra berhubungan


Kata mantra berasal dari bahasa dengan sifat religius manusia. Untuk memohon
Sansekerta, dapat berarti teks suci, teks sesuatu kepada Tuhan diperlukan kata-kata
rahasia, mantra (Macdonell, 1979:217). Ada pilihan yang berkekuatan gaib yang oleh
kata lain yang artinya hampir sama dengan penciptanya dipandang mempermudah
mantra yaitu kata japa . Kata yang terakhir ini hubungan dengan Tuhan. [....] Mantra bersifat
berasal dari akar kata jap (V jap) yang berarti sakral. Oleh karena itu mantra seringkali tidak
diulang dengan suara lirih, berkomat-kamit, boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya
berbunyi berbisik, doa diam-diam. Japa artinya pawang yang berhak dan boleh mengucapkan
doa yang diucapkan dengan berkomat-kamit mantra. Pengucapannya pun harus disertai
(Macdonell, 1979:99). Japa merupakan mantra dengan upacara ritual atau magis. Dengan
yang diulang-ulang, diucapkan dengan berkomat- suasana yang ritual atau magis itulah manra
kamit. Dengan pengulangan yang cukup sering
akan menimbulkan kekuatan gaib. “
kekuatan yang melekat pada mantra tersebut
Dalam teks mantra naskah Merapi-Merbabu
dipercaya akan muncul (Walker, 1938:294).
tampak bahwa setiap orang dapat membaca
Menurut Padoux (1990:373), kata mantra berasal
mantra sesuai dengan kebutuhannya, misalnya
dari akar kata man (V man) yang berarti
mantra untuk membuat sunggar rambut (naskah
‘berpikir’, dan kata tra yang berarti ‘alat’
sehingga kata mantra berarti ‘alat berpikir’. Kata no. 157), mantra meminyaki rambut (naskah no.
aji, bahasa Jawa Kuna berarti ‘teks suci’, ‘for- 157), mantra pengasihan (naskah no 289), man-
mula yang sangat suci atau magis’ (Zoetmulder, tra menanam (naskah no 289), mantra sirƒp
1983:17). Pada paham Tantrisme, mantra kerap (naskah no. 314) dan lain lainya. Barangkali
disebut dharani (dharana). Dalam koleksi naskah mantra sama artinya dengan rapal yang
Merapi-Merbabu, kata japa belum pernah berasal dari bahasa Arab.
ditemukan. Istilah japa mantra yang kerap kita
dengar adalah dua kata yang searti (sinonim), JENIS MANTRA
sama halnya seperti ungkapan lara lapa atau Apabila diilihat dari segi cara melakukan-
sabar darana. Menurut Fowler (dalam Pradipta, nya, secara umum ada mantra yang diucap-
2003:14), mantra adalah Vedic hymn; Hindu kan dan ada pula yang tidak diucapkan. Man-
or Buddhist devotional incantation ‘doa pujian tra yang diucapkan disebut kanthika ‘lewat
Veda; doa pujian bhakti Hindu atau Buddha’. tenggorokan’, maksudnya mantra yang
Dalam perjalanan waktu, kata mantra digunakan disampaikan dengan suara. Ada empat dari
untuk setiap syair dari kitab suci, mantra
jenis ini, yaitu:
(bahasa Inggris: spell), suku kata tersamar,
kata-kata bertuah berdasar pada kepercayaan a. vachika ‘ucapan’, diucapkan dengan suara
bersifat magis yang melekat pada suara. keras. Biasanya mantra ini dipakai pada
Banyak mantra bertuah seolah-olah tanpa arti upacara-upacara.
dan cukup sulit dimengerti oleh orang b. bhramara ‘berdengung’, yaitu model yang
kebanyakan (Walker 1983:25). Dalam tulisan biasanya dipakai untuk mengucapkan japa.
ini, yang mudah-mudahan agak tepat untuk c. janantika ‘bisikan’ atau dengan suara lirih
definisi mantra, mantra adalah suku kata d. karnika ‘bisikan ke telinga’.
tersamar yang mempunyai kekuatan dan
bertuah, aksara tertentu yang bersifat magis Mantra yang tidak diucapkan disebut ajapa
yang dipercaya bertuah, kata-kata bertuah ‘tanpa ucapan’, maksudnya mantra yang
berdasar pada kepercayaan bersifat magis diucapkan di dalam hati. Ada dua dari jenis ini,
yang melekat pada suara. Suwatno (2004:320) yaitu:

64
Kartika Setyawati, Mantra pada Koleksi Naskah Merapi-Merbabu

a. upamsu ‘diam’, yaitu mantra yang divisual- (Walker, 1983:25-26). Setiap murid mendapat
kan dalam aksara Dewanagari (mungkin mantranya masing-masing sesuai dengan
maksudnya mantra aksara). kondisi dan kemampunnya. Belum jelas benar
b. manasa ‘batin’, mantra yang diucapkan mantra yang sama, misalnya mantra menolong
dalam batin ketika meditasi (Walker, orang melahirkan, mantra sirêp, mantra
1983:26). pêngasihan, dan lainnya, apakah bunyinya sama
di antara satu orang dengan orang lain. Jika
Dalam perkembangannya, kemudian ada penyampaian sebuah mantra dahulu adalah dari
mantra aksara yang tidak memakai aksara guru ke murid secara lisan, tiap murid men-
Dewanagari, misalnya memakai aksara Arab, dapat mantranya masing-masing, diperkirakan
Bali, atau Jawa. mantra yang sama akan berbunyi berbeda. Lain
Apabila dilihat dari dari segi ukurannya, halnya bilamana mantra itu dituliskan. Dengan
mantra di dalam koleksi naskah Merapi- tradisi tulis, orang dapat menyalin mantra sama
Merbabu ada dua jenis, yaitu: persis. Barangkali setiap orang, keluarga, per-
1. mantra panjang: (ditulis) dapat mencapai guruan, pertapaan mempunyai mantra yan
20 lempir, misalnya aji gunung/aji berbeda-beda bunyinya, tetapi mempunyai
kêmbang. kesamaan tertentu dalam hal-hal yang bersifat
2. mantra pendek: (ditulis) 1-2 baris dalam mendasar. Contoh untuk ini lihatlah mantra sirêp
lempir, misalnya mantra sirêp, mantra naskah no. 37, no. 314, no. 318. Dalam per-
menulis lontar, aji kalalanangan, dan kembangannya, tampaknya cara memperoleh
sebagainya. mantra dapat terjadi dari orang tua, orang yang
dituakan, orang-orang yang berpengaruh
Apabila dilihat dari arti kalimatnya, mantra ataupun berkompeten dalam bidangnya. Orang
dibedakan menjadi mantra yang terdiri atas: yang berkompeten itu dapat guru dalam ilmu
1. kalimat utuh, dapat diterjemahkan, kanuragan atau seorang ajar dalam komunitas
misalnya mantra dalam Aji kêmbang, man- kabuyutan/pertapaan/asrama. Mantra hingga
tra Kidungan. kini masih bersifat rahasia bagi mereka yang
2. suku kata, tidak dapat diterjemahkan, masih mempercayainya. Oleh karena itu,
misalnya bijaksara, mantra aksara, caraka penyampaian mantra kepada orang lain masih
balik. bersifat rahasia. Hal terakhir ini masih dialami
penulis ketika berkunjung pada seorang juru
CARA MEMPEROLEH MANTRA kunci makam Kyai Windusana 1 di Desa
Biasanya mantra bersifat rahasya ‘rahasia’ Windusabrang, sebuah desa dekat Selo di
sehingga seringkali mantra disampaikan daerah lereng Merapi-Merbabu ketika menyam-
seorang guru kepada muridnya dengan cara paikan sebuah mantra kepada seorang rekan.
karnika ‘bisikan ke telinga’. Hal penting dalam Mantra dibisikkan secara sangat rahasia.
penyampaian cara karnika ini adalah getaran
suara sang guru mengaktifkan nadi sang murid TUJUAN MEMBACA MANTRA
agar mantra dapat masuk dalam kesadaran Ada beberapa tujuan pembacaan man-
yang lebih tinggi dari sang murid (Walker, tra. Seperti telah disebutkan pada awal tulisan
1983:318). Secara umum, mantra kurang ini, teks-teks mantra adakalanya menjadi satu
berdaya guna jika dibaca dari buku, mantra dengan pengobatan. Salah satu tujuan pem-
akan lebih bertuah jika dipelajari lewat suara bacaan mantra dalam koleksi naskah Merapi-
sang guru secara langsung (Gupta, 1979:106). Merbabu adalah untuk pengobatan. Tujuan
Mantra tidak diucapkan dengan suara keras, lainnya adalah untuk mendapatkan berkah,
cukup didengar atau yang dapat didengar keselamatan, pemberitahuan/izin kepada Yang

65
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 63−71

Maha Tinggi yang dihormati atau kepada supaya segera keluar dengan lancar, brol,
“sesuatu” yang dihormati (Jawa: sing mbau sarananya sirih yang urat daunnya menyambung
reksa “yang menjaga”) sebelum/sesudah ditulisi dengan rajah’). Bunyi rêp untuk meredam
melakukan suatu kegiatan supaya apa yang sesuatu, misalnya dalam mantra sirêp (naskah
dilakukan sempurna hasilnya. Contohnya no 314) [...] cangkeme tanpa ngucap sirêp,
adalah mantra untuk memulai menyapu, man- hatine tanpa ngangen angen, sirêp, tangane
tra ketika selesai menulis lontar, mantra untuk tan lumiwa sirêp [...], asu tanpa ngalupa tanpa
memulai menanam palawija, mantra untuk ngingusa sirêp [...] (‘[...] mulutnya tidak
membuat api puja, mantra ketika membuat bersuara, sirep, hatinya tidak mengangan-
“sunggar” ketika bersanggul/konde, mantra angankan, sirep, tangannya tidak melambai,
ketika menyiapkan bunga tabur kembang ura. sirep, anjing pun tidak meraung, tidak
Tujuan lain lagi adalah adalah untuk mendapat mengendus, sirep [...]’).
kekuatan, mendapat kekebalan, terhindar dari Bunyi [êt] menyarankan yang sesak (tidak
bahaya kena dapat, racun atau kekuatan jahat, longgar), kesat, kuat mengunci. Hal ini
mantra menolong orang melahirkan bayi, man- tercermin dalam teks pembangkit daya
tra untuk mempengaruhi orang lain, misalnya kewanitaan, naskah no 160: [...] lan kadi kanyiri
mantra sirêp, aji pêngasihan, mantra untuk rasaningsun, minyak hamanis agurih rasaning-
membangkitkan daya kewanitaan (aji kawa- sun kaya dodol sinantƒnan pêt sulipêt angunci
wadonan), daya keperkasaan pria (aji kala- pêpêt //0// histri pratimah hadus ing toya mas
lanangan). Mantra untuk mendapat daya mƒntas ing salaka hasinjang mirah [...] pêt
seperti yang disebut namanya (dewa, tokoh sulipêt angunci pêpêt [...] ( ‘[...] dan aku terasa
wayang, bunga, gunung, nabi) sehingga orang seperti kanyiri, (ber) minyak manis gurih aku
yang melihat jatuh hati. Maka, jika dicermati, terasa, seperti jenang dodol bersantan, pêt
pembacaan mantra tidak selalu berhubungan sulipêt angunci pêpêt //0// perempuan (ber-
dengan ritual dan spiritual seperti dalam pikiran nama) pratimah mandi dengan air emas, timbul
kita, akan tetapi juga merambah pada kehidupan di selaka, berkain mirah [...] pêt sulipêt angunci
keseharian masyarakat pendukungnya yang pêpêt [...]). Mantra kedua dan ketiga tersebut
tidak lepas dari kehidupan ritual dan spiritual, mungkin dapat digolongkan dalam japa. Dalam
misalnya mantra untuk memulai membaca ilmu bahasa (linguistik) hubungan antara bunyi
lontar, mantra untuk memulai menyapu, man- tertentu dapat menyarankan/ mengasosiasikan
tra untuk membuat sunggar, mantra menolong hal tertentu. Hal ini dibicarakan dalam ranah
orang melahirkan, dan lain-lain. ikonik. Hal yang dibahas dalam pembicaraan
ikonik antara lain bahwa bunyi [i] meng-
HUBUNGAN MANTRA DAN BUNYI ikonlingualkan kecil, contohnya pada kata: krikil,
Unsur bunyi mantra tertentu pada koleksi pênthil, upil. Bunyi [ar] dan [er] mengikonlingualkan
naskah Merapi-Merbabu sangat berperananan. lebar, luas, misalnya dalam kata: jêmbar, babar,
Misalnya, bunyi brol, jol, prol dipakai untuk hal- ngabar (Sudaryanto 1989:120). Lebih jauh
hal yang dikeluarkan. Contoh mantra menolong pembicaraan tentang ikonik dapat dilihat pada
orang melahirkan (naskah no. 31) adalah [...] Sudaryanto (1989) dan disertasi Baryadi
hamêtokaken rare jro wêtêng, ma, om, kaki jol, (2000).
nini jol kaki borojol, nini borojol, hamêtokakên rare Bandingkan mantra-mantra di atas ini
jro wêtênge si hanu denenggal porojol, brol, sra, dengan Aji Kembang/ Aji Gunung dan mantra-
suruh têmu rose rinajahan [...] (‘[...] me- mantra yang lain pada halaman 7-9 yang tidak
ngeluarkan bayi dari dalam perut, ma, Om kaki mementingkan bunyi. Bila dilihat dari contoh-
jol, nini jol kaki borojol, nini borojol, me- contoh mantra di dalam naskah Merapi-Merbabu,
ngeluarkan bayi dari dalam perutnya si Anu kata yang dipakai dalam mantra dapat apa saja,

66
Kartika Setyawati, Mantra pada Koleksi Naskah Merapi-Merbabu

dapat suku kata yang mengandung kekuatan yang ditulis pada lontar sebanyak 20 lempir
magis (misalnya bijaksara Om, Aÿ, Hrim, bolak-balik. Di dalam Aji Kembang segala
Hum, dan lain-lain), atau kata-kata yang gunung, bunga, bidadari, dewa, aksara
dirangkai membentuk frasa tertentu yang ditempatkan di dalam tubuh manusia (alis,
dikehendaki oleh orang yang mengucapkan mata, hati, kekuatan, dan sebagainya).
mantra dengan bunyi tertentu yang meng- Maksud pengucapan Aji Kembang ini
asosiasikan yang dimaksud oleh pembaca man- adalah agar orang yang melihat orang
tra. Contohnya adalah mantra menolong orang yang mengucapkan mantra ini jatuh hati.
melahirkan, mantra sirep, dan lain-lain.
[...] gunung pawitra hutama kang ana ring
rahiningwang, gunung kawi kang ana ring
CONTOH MANTRA
lidhah ingong [...] (‘[...] gunung pawitra yang
Dalam kepercayaan Hindu dan Buddha, utama ada di wajahku, gunung kawi yang
mantra yang paling mempunyai kekuatan dan ada di lidahku [...]’)
ucapan yang paling magis adalah bijaksara [...] kêmbang darsana kang munggwing
atau bijamantra. Bijaksara atau bija-mantra jarijiningong, kapurancak ri kuku, kaki
harus satu suku kata dan berakhir dengan
prênahe, kêmbang wawaron ring tungkak
anusvara (Walker 1983:103, Gupta 1979:105).
[...] (‘[...] bunga darsana yang berada di jari-
Bijaksara atau bijamantra yang paling ber-
jariku, bunga kapurancak di kuku, nak,
kekuatan adalah Om (Walker 1983:26). Di dalam
tempatnya, bunga wawaron di tumit [...]’)
kepercayaan lain, tentu ada mantra-mantra yang
juga dipercaya mempunyai kekuatan. Keber- [...] kasturi ring kulit ingwang, jêbat neng
hasilan mantra didasarkan pada kepercayaan otot ingwang, hergulo hiku hana ring daging
sradha dan konsentrasi dharana (Walker ingong [...] (‘[...] kasturi di kulitku, jebat di
1983:294). Sebuah mantra belum mempunyai ototku, hergolo berada di dagingku [...]’).
kekuatan apa-apa jika hanya dibaca begitu [...] radite halis ingwang, soma haneng
saja.Untuk menggunakan mantra tentu saja rahiningwang, hanggara hing talinga-
mantra harus “dihidupkan” diwatêk lebih dahulu. ningong [...] (‘[...] minggu alisku, senin ada
Dalam menghidupkan mantra agar mantra mem- di wajahku, selasa di telingaku [...]’).
punyai kekuatan adalah dengan niat, kepercaya-
an dan konsentrasi. Pada mantra aksara, man- [...] rudra haneng hususingwang, brahma
tra tidak diucapkan. Diperkirakan “hidup”-nya haneng hatiningwang, kala hiku ring hasta
mantra yang penuh daya kekuatan, selain karena nggone [...] (‘[...] Rudra di ususku, Brahma
niat, kepercayaan, dan konsentrasi, juga karena di hatiku, Kala ada di tangan tempatnya [...]’).
mudra dan laku. [...] sinta haneng metraningwang, landhêp
Dalam koleksi naskah Merapi-Merbabu, aneng irungingwang, wuku wukir hana ring
mantra kadang-kadang disertai gambar talinganingong [...] (‘[...] wuku sinta di
rajahnya, atau tidak jarang pula rajah berdiri mataku, wuku landhep di hidungku, wuku
sendiri tanpa mantra. Rajah adalah gambar/ wukir di telingaku [...]’).
tulisan magis mengandung maksud tertentu.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh mantra Aji Kapekikan kalalanangan (Naskah no. 38)
dalam koleksi naskah Merapi-Merbabu. Contoh
teks di bawah ini ejaannya telah diperbaiki demi Aji Kapekikan Kalalanangan dari Yudisthira
kemudahan pembacaan pada pembaca. [...] sang hyang aditya hapanas kamaku,
kadi wawa, hapanas lalanangku kadi murub
Aji Kembang (Naskah no. 190) hapanas lalanangku kadi wawa teja hapanas
Aji Kembang atau dikenal dengan nama kamaku kadi murub abang apanas [...]. (‘[...]
Aji Gunung merupakan mantra panjang sang hyang aditya, panaslah spermaku

67
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 63−71

seperti bara, panaslah kemaluanku bagai kemaluan, Kunthi di kulit batang kemaluan,
menyala, panaslah kemaluanku seperti Madrim di rambut kemaluan [...]’).
sinar dari bara, panas spermaku seperti
menyala merah panas [...]’). Mantra P•ngasihan (Naskah no. 289)
[...] witing asoka ring sikilku, hapadhapa
Aji penawar bisa (Naskah no. 306)
ring dhadhaku, mêkar ring rahiku, wastu si
[...] bismilah rahmannirahhim. sira hupas hanu yen andêlêng ring awak sariraning-
isun upas, sira g•ni isun g•ni, sira banyu hulun têka wêlas asih hasih [...]. (‘[...] pohon
isun banyu huga // [...] bismilah rahman- angsoka di kakiku, pohon padhapa di
nirahhim. kita jati tawa kita tangi kita wiki dadaku, (semua bunga) mekar di wajahku,
tawa tawa tawa kita mangko hangsalira sungguh Si Anu jika melihat badanku
saking banyu putih hangsalisun saking menjadi berbelas kasihan, jatuh cinta [...]’).
banyu putih hangsalira saking banyu tawa
[...] (‘[...] bismillah rahmannirahhim. engkau
Pemeriksaan sepintas atas teks Aji
dapat (racun) aku dapat (racun), engkau api,
Kembang no 190 dan Aji Kembang yang lain
aku api, engkau air aku air juga. //bismillah
(lihat Kartika dkk., 2002) menghasilkan simpulan
rahmannirahhim. engkau sungguh tawar,
sementara bahwa di beberapa tempat terdapat
engkau bangun engkau (wiki ???), tawar
perbedaan penempatan tokoh/gunung/barang/
tawar tawar, engkau asalnya dari air tawar,
bunga yang berbeda.
asalku dari air tawar, asalmu dari air tawar
[...]’).
TEKS KIDUNG
Teks Kidungan sangat terkenal dalam
Mantraaksara (Naskah no. 50)
komunitas Jawa sebagai mantra ruwat (dalam
[...] ca ca(baca: cha) susu kiwa tengen, ja naskah Merapi-Merbabu biasanya disebut
ja (baca: jha) dhadha kiwa tengen [...]. (‘[...] sebagai mantra tetulak ‘penolak (pengaruh
ca cha di payudara kiri dan kanan, ja jha di jahat)’). Ada beberapa naskah Kidungan dalam
dada kiri dan kanan [...]’). (Bdk. Aji Kembang koleksi naskah Merapi-Merbabu, di antaranya
no.190 lempir 12v: ja hana ring guluning- adalah naskah no. 18, 69, 257, 373. Teks
wang ‘ ja ada di leherku’) Kidungan digubah dalam bentuk tembang
macapat; dalam hal ini tidak ada sangkut
Mantra kekebalan (Naskah no. 64) pautnya teks Kidungan dengan istilah kidung
[...] g• g•rku g•g• r w•si, bahunku seperti yang dikatakan oleh Suwatno (2004:
bahu t•mbaga [...]. (‘[...] punggungku dari 324). Istilah “kidung” dalam Kalangwan
besi, bahuku dari tembaga [...]’). (Zoetmulder, 1983:142) adalah puisi berbahasa
Jawa Pertengahan memakai metrum macapat
atau memakai metrum macapat dan metrum
Mantra daya kekuatan laki-laki (Naskah no. tengahan atau memakai metrum tengahan saja.
129) Yang dimaksud metrum tengahan adalah
[...] sadewa wingsilan kiwa, nakula dalam satu pupuh dipakai lebih dari satu
wingsilan t•ng•n, bima ri purus, harjuna macam metrum, hampir seperti sistem sarga
pucuki purus, kunthi kuliting purus, madrim dalam puisi Jawa Kuna.
wuluning purus [...]. (‘[...] Sadewa ada di Konon mantra Kidungan ini diciptakan oleh
buah zakar sebelah kiri, Nakula ada di buah Sunan Kalijaga, tetapi belum ada bukti yang
zakar sebelah kanan, Bima di batang mendukung hal ini. Ada dua versi kidungan
kemaluan, Harjuna di ujung batang dalam naskah Merapi-Merbabu, yaitu Kidung

68
Kartika Setyawati, Mantra pada Koleksi Naskah Merapi-Merbabu

Rumeksa ing Wengi yang bagian awalnya MASALAH


berbunyi: ana kidung rumaksa ring wengi teguh Dalam kasus Aji Kembang belum diketahui
hayu pangraksane [...] (naskah no. 18) dan dengan pasti alasan pemilihan dewa-dewi,
kidungan yang bagian awalnya berbunyi: hana bunga, gunung, wangi-wangian, tokoh
kidung rumaksa rahina wengi sapa wruha (pandawa), dan sebagainya ditempatkan pada
haraningsun duk ingsun ana ring ngare [...] bagian tertentu dari tubuh manusia dan
(naskah no 69, 257). Bedakan dengan kidungan mengapa di situ. Apa alasan yang mendasari
yang bersumber dari buku Kidungan ingkang pemilihan, misalnya, dewa Indra ditempatkan
jangkep (N.N., tt:3). Di sana ada Kidung Sarira pada mata, dewa Baruna pada hidung, dan
Rahayu (awal teksnya berbunyi: ana kidung
bukan sebaliknya? Demikian pula halnya
rumeksa ing wengi, teguh hayu luputa ing lara,
pemilihan bunga kasturi di kulit, jebat di otot,
dan seterusnya), Kidung Artati (awal teksnya
hergulo di daging (lihat halaman 7-9 naskah
berbunyi: ana kidung atembang artati, sapa
no. 190). Pada Aji Kembang (naskah no.190)
wruha aran ingwang duk ingsun ing ngare, dan
aksara “ja” ditempatkan pada leher “ ja hana
seterusnya), Kidung Jatimulya (awal teksnya
ring guluningwang “ , sementara pada naskah
berbunyi: ana kidung sun angidung wengi
no. 50 (bukan Aji Kembang) aksara ja ja (baca
bebaratan duk amrem winaca dan seterusnya),
: ja dan jha) di dada kiri dan kanan. Seringkali
Kidung Mar Marti (awal teksnya berbunyi: ana
pemilihan tokoh diletakkan di suatu tempat
kidung ing kadang mar marti, among tuwuh ing
kawasanira nganakaken saciptane, dan beralasan juga, misalnya naskah no. 288 [...]
seterusnya.). singa barong hi rahiku, macan gembong hi
Pada bait 4 Kidung Sarira Rahayu terdapat gigirku, gajah hagung ri dha-dhaku, metu gelap
bait yang berbunyi: [...] napasku nasi Isa hi panonku [...] (‘[...] singa di wajahku, harimau
linuwih, nabi Yakub pamiarsaningwang, Yusuf ing besar di punggungku, gajah besar di dadaku,
rupaku reke, nabi Dawud swaraku, Jeng muncul halilintar di mataku [...]’). Hal lain yang
Suleman kasakten mami, Ibrahim kang anyawa, masih menjadi masalah, yaitu tentang laku dan
Idris ing rambutku, Said Ali kulit ingwang, Abu cara ketika mengucapkan mantra. Tidak ada
Bakar getih, daging Umar singgih, balung petunjuk di dalam naskah Merapi-Merbabu
Bagindha Usman (‘[...] nafasku nabi Isa yang bagaimana “laku” dan cara mengucapkan man-
unggul, nabi Yakub sebagai mataku, wajahku tra. Pada mantra kidungan, lakunya adalah
seperti nabi Yusuf, suaraku seperti (suara) nabi dengan mengucapkan mantra itu pada malam
Daud, kesaktianku ibarat (kesaktian) nabi hari. Belum diketahui dengan pasti apakah pada
Suleman, nyawaku nabi Ibrahim, nabi Idris ada mantra yang sama misalnya mantra menolong
di rambutku, Said Ali di kulitku, Abubakar ada orang melahirkan apakah kalimat/frasanya juga
di dadaku, Umar di dagingku, tulangku baginda sama diantara naskah yang berbeda. Mantra
Usman [...] ‘). Dari bait ini dapat dimengerti berhubungan dengan suara dan vibrasi, juga
bahwa orang mengharap suaranya merdu aksara. Kiranya perlu ada penelitian pendahuluan
bagai nabi Daud. Nabi Daud dikenal bersuara sebelum ada penelitian mantra, yaitu tentang
merdu dalam cerita para nabi, nabi Yusuf sabda ‘suara’, kata dan aksara yang dianggap
berwajah tampan, sehingga beliau yang bertuah yang berhubungan dengan mantra.
diminta agar yang membaca mantra berwajah
seperti nabi Yusuf; tetapi dalam hal lain belum SIMPULAN
jelas benar, misalnya, mengapa nabi Isa diminta Tampaknya tiap mantra mempunyai
untuk “melindungi/memberi” nafas, nabi Idris kekhasan sesuai dengan kebutuhan dan
melindungi/ memberkati rambut, dan seterus- tujuannya. Pada mantra yang sama namanya
nya. Hal ini harus dicari pada cerita para nabi,
pun kadang-kadang pemilihan nama tokoh/
bagaimana latar belakang masing-masing
benda yang ditempatkan pada bagian badan
cerita mereka.

69
Humaniora, Vol. 18, No. 1 Februari 2006: 63−71

manusia tidak sama. Contoh hal ini pada Aji Diagramatik”.Yogyakarta: Disertasi pada Program
Kembang/ Aji Gunung. Pascasarjana Universitras Gdjah Mada.
Bunyi sangat berperanan dalam mantra Gupta, Sanjukta, Dirk Jan Hoens, Teun Goudriaan. 1979.
Hindu Tantrism. Leiden/Koln:E.JBrill.
tertentu. Mantra ada yang diucapkan dan ada
Kartika Setyawati, I. Kuntara Wiryamartana, Willem van
pula yang tidak diucapkan, bahkan ada yang der Molen. 2002. Katalog Naskah Merapi Merbabu.
harus dikidungkan (dinyanyikan). Pada man- Yogyakarta dan Leiden: Universitas Sanata Dharma
tra yang tidak diucapkan (misalnya mantra dan Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-Asie
aksara) penggunaannya dituliskan. Dalam hal en Oceanie.
ini, tampaknya ada kaitan erat antara rajah dan Macdonell, A. A. 1979. A Practical Sanskrit Dictionary. Great
Britain: Oxford University Press.
mantra aksara. Barangkali mantra aksara
N.N.tt. Kidungan ingkang Jangkep. Solo: Sadu Budi.
dapat disebut rajah dalam hal tertentu. Naskah:
Tujuan pembacaan mantra adalah untuk No. 31: Mantra menolong orang melahirkan
mendapat kekebalan, agar orang yang melihat No. 37: Mantra Sirƒp
pada orang yang membaca mantra jatuh hati, No. 38: Aji Kalalanangan
mohon pertolongan dari Yang Maha Tinggi/dari No. 50: Mantra Aksara
roh setempat yang dipercaya, mendapat No. 64: Mantra Kekebalan
No. 129: Aji Palalanangan
kekuatan/daya keperkasaan laki-laki atau pun
No. 190: Aji Kembang/ Aji Gunung
perempuan, menolong seseorang, apa yang No. 288: Aji Jalasangara
dikerjakan menarik hati orang yang melihatnya No. 289: Mantra Pƒngasihan
dan lain-lain. No. 306: Mantra penawar dapat.
Makalah bentuk ringkas pernah disajikan No. 314: Mantra Sirƒp
dalam Seminar Mantra di Perpustakaan No. 318: Mantra Sirƒp
Na-sional Republik Indonesia, 2003. Untuk Pradipta, Budya. 2003. “Hakekat dan Manfaat Mantra”.
Mantra. Jakarta: Perpustakaan Nasional.
keperluan Jurnal Humaniora, makalah ini te-lah
Pigeaud, Th. G. Th. 1967. LiteratureofJava.Vol.1:Synopsis
diperbaiki dan diperluas sesuai dengan of Javanese Literature, 900-1900 AD. The Hague:
kebutuhan. Martinus Nijhoff.
Padoux, Andre. 1990. Vac. The Concept of the Word in
Selected Hindu Tantras. Ter-je-mahan Jacques Gontier.
1 Kyai Windusana adalah seorang ajar yang hidup New York: State University of New York.
pada abad 18 yang mengumpulkan naskah Merapi- Sudaryanto. 1989. Pemanfaatan Potensi Bahasa.
Merbabu sebelum naskah-naskah tersebut pada Yogyakarta: Kanisius.
pertengahan abad 19 menjadi milik Perpustakaan Suwatno, Edi. 2004. “Bentuk dan Isi Mantra” dalam Jurnal
Negara Republik Indonesia (PNRI) (Kartika, dkk., Humaniora Vol 16 No.3. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
2002:1). Budaya Universitas Gadjah Mada.
Walker, Benjamin. 1983. Hindu World. An Encyclopedic
DAFTAR RUJUKAN Survey of Hinduism. 2 jilid. New Delhi: Munshiram
Manoharlal.
Baryadi, Isodarus Praptomo. 2000. “Konstruksi Perurutan Zoetmulder,P.J.1983. Kalangwan: Sastra Jawa Kuno Selayang
Waktu pada Tataran Kalimat dalam Wacana Bahasa Pandang. Jakarta:Djambatan.
Indonesia: Suatu Kajian tentang Ikonositas

70
Kartika Setyawati, Mantra pada Koleksi Naskah Merapi-Merbabu

LAMPIRAN wetan, hayu kidul, hayu kulon, hayu helor


Keterangan: Ejaan dalam kutipan mantra- [...].
mantra dibawah ini telah diperbaiki untuk
4. Naskah no 190:
memudahkan pembacaan.
lempir 9r) //0// burat wangi karing•ting-
1. Naskah no. 37: wang, lƒnga wangi turasingwang, sarwa
//0// sir•p. ma, Oµ dustha myar wurung wangi kang pinaka bayuningong, ri
tunggal wurung kabeh. K•mit aku sang ha<wa>kingsung cinda m•kar, k•mbange
hyang ayu. Oµ r•p sir•p. Oµ r•p patra damarsela hiduningwang, k•mbang pala
liman bingang bingung wangke hajanma habab mami //0// (lempir 13r) //0// sang
mukana bingang bingung [...]. hyang indra netraningwang, hyang baruna
hirungingwang, hyang kowera hana ring
2. Naskah no. 314:
talinganingong, yama hiku ring tutukku
//0// Oµ joh bar Oµ payuc•k, Wisnu sir•p
p•rnahe, besawarna (?) w•t•ngingwang
karat kabeh. Oµ mataning dustha tan anon
•nggone palungguhe kaki//0// iswara
sir•p, sir•p. Cangk•me tanpa ngucap
pupusuhingwang, mahesora ing paparu-
sir•p, hatine tanpa ngang•n ang•n, sir•p,
ningwang, sang hyang brahma kang ana
tangane tan lumiwa, sir•p [...].
ring atiningwang [....]
3. Naskah no. 318:
//0// Oµ sir•p braja sir•p tulak tanggul
batangan silar luput sisar hayu, hayu

71

Anda mungkin juga menyukai