Anda di halaman 1dari 10

STRUKTUR, MAKNA, DAN FUNGSI

MANTRA HINDU-JAWA

Desmond Sekarbatu A.
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

ABSTRAK

Tulisan ini berisi hasil kajian tentang struktur, makna, dan fungsi mantra Hindu Jawa. Dengan
mengkaji mantra secara struktur, makna dan fungsi, dipercaya mantra akan lebih dapat dimengerti
tidak hanya sebagai sebuah bacaan yang terkesan mistis, tetapi juga memiliki unsur estetis dan
pelajaran kehidupan.
Kata Kunci : Mantra, Truktur, Makna, Fungsi.

1. PENGANTAR (1)

Objek penelitian ini adalah mantra Hindu Hong..


Jawa yang ditemukan dalam ritual-ritual ‘Hong..’
Hindu Jawa. Mantra berasal dari bahasa Sang Hyang Murbeng Dumadi
Saskerta yang bermakna ‘doa’ atau ‘Tuhan yang maha tahu’
permohonan (Soedjijono, et al 1987:13). Kang hanyipta jagad raya
Menurut Sudjiman (1986:8—9), mantra ‘Yang menciptakan jagad raya’
adalah susunan kata yang berunsur puisi Sarta sedaya dumadi
seperti rima dan irama yang dianggap ‘Beserta segala yang tercipta’
mengandung kekuatan gaib atau dapat Dalem hanyembah sungkem hamarikel
menimbulkan kekuatan gaib. Sedangkan ‘Saya menyembah sujud dengan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sepenuh hati’
(1989:632), mantra adalah susunan kata Hangluhuraken paduka
berunsur puisi yang dianggap mengandung ‘Meluhurkan engkau’
kekuatan gaib yang biasanya diucapkan oleh Namung paduka ingkang kula
dukun atau pawang untuk menandingi sembah
kekuatan gaib lain. Melalui pendapat ‘Hanya Engkau yang hamba sembah’
Sudjiman dan KBBI, penulis dapat Hinggih Sang Hyang Widhi
menyimpulkan bahwa mantra adalah ‘Yaitu Tuhan Yang Maha Esa’
susunan kata yang memiliki unsur puitis
maupun magis, tetapi tidak selalu digunakan (2)
untuk menandingi suatu kekuatan gaib lain.
Berikut adalah contoh mantra yang Sang Hyang Sitoresmi, kuasaning
digunakan dalam ritual Hindu Jawa: Sang Hyang Widhi
‘Sang Hyang maha pengasih kuasa
Tuhan Yang Maha Esa’

154
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 155

Haparing cahya daya katresnan Kang hanyipta jagad raya


dating sedaya gesang ‘Yang menciptakan jagad raya’
‘Memberikan daya cahaya cinta Sarta sedaya dumadi
kasih kepada segala kehidupan’ ‘Beserta segala yang tercipta’
Sang Hyang Kartika, kuasaning Dalem hanyembah sungkem
Sang Hyang Widhi hamarikel
‘Sang Hyang bintang kuasa Tuhan ‘Saya menyembah sujud dengan
Yang Maha Esa’ sepenuh hati’
Haparing sifat watak dating sedaya Hangluhuraken paduka
gesang ‘Meluhurkan engkau’
‘Memberikan sifat watak kepada Namung paduka ingkang kula
segala kehidupan’ sembah ‘Hanya Engkau yang
hamba sembah’
Contoh (1) maupun (2) dapat disebut Hinggih Sang Hyang Widhi
sebagai mantra karena memiliki unsur-unsur ‘Yaitu Tuhan Yang Maha Esa’
puisi dan memang digunakan pada berbagai
macam ritual Hindu Jawa, yang memiliki (4)
kekuatan unsur gaib.
Dalam penelitian ini, mantra Hindu Sang Hyang Sitoresmi, kuasaning
Jawa dipilih sebagai objek penelitian karena Sang Hyang Widhi
alasan-alasan berikut. Pertama, belum ‘Sang Hyang maha pengasih kuasa
ditemukannya penelitian pada mantra- Tuhan Yang Maha Esa’
mantra yang akan diteliti penulis. Kedua, Haparing cahya daya katresnan
mantra-mantra Hindu Jawa adalah bagian dating sedaya gesang
dari kebudayaan Jawa yang mulai ‘Memberikan daya cahaya cinta
ditinggalkan. Ketiga penulis merasa bahwa kasih kepada segala kehidupan’
mantra-mantra Hindu Jawa tidak selalu Sang Hyang Kartika, kuasaning
berbau mistis, melainkan terdapat unsur- Sang Hyang Widhi
unsur estetika dan pelajaran kehidupan. ‘Sang Hyang bintang kuasa Tuhan
Hal pertama yang dibahas dalam Yang Maha Esa’
skripsi ini adalah struktur antara mantra- Haparing sifat watak dating sedaya
mantra Hindu Jawa. Pada pembahasannya, gesang
analisis struktur akan dibagi menjadi struktur ‘Memberikan sifat watak kepada
fisik dan struktur batin. Pada struktur fisik, segala kehidupan’
penulis akan meneliti tentang fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, dan diksi. Hal ketiga yang dibahas dalam skripsi
Sedangkan pada struktur batin, penulis akan ini adalah fungsi dalam mantra-mantra
meneliti tentang tema, perasaan nada, Hindu Jawa. Mantra-mantra ini memiliki
suasana dan amanat. berbagai macam fungsi bagi umatnya.
Hal kedua yang dibahas dalam skripsi Beberapa fungsi yang akan dibahas dalam
ini adalah makna dalam mantra-mantra skripsi ini adalah fungsi filosofi, fungsi
Hindu Jawa religius, fungsi edukatif dan fungsi moral.
Dengan membahas beberapa fungsi ini,
(3) pembaca akan mengerti secara menyeluruh
mengapa umat merasa bahwa mantra,
Hong.. maupun kepercayaannya, memiliki fungsi
‘Hong..’ yang nyata dalam kehidupan mereka.
Sang Hyang Murbeng Dumadi Uraian tersebut membuktikan bahwa
‘Tuhan yang maha tahu’ mantra-mantra Hindu Jawa mengandung
156 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 154-163

struktur, makna dan fungsi. Berdasarkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
semua penjelasan tersebut, struktur makna pembaca tentang struktur, makna, dan
dan fungsi mantra-mantra Hindu Jawa akan fungsi mantra Hindu Jawa.
menjadi pokok permasalahan di dalam
penelitian ini. 1.4 Tinjauan Pustaka

1.1 Rumusan Masalah Penelitian tentang mantra sebelumnya


pernah dilakukan oleh Soedjijono dkk
Berdasarkan latar belakang dalam butir (1987:13-17) dengan judul Struktur dan Isi
1.1, permasalahan yang dibahas dalam Mantra Bahasa Jawa Timur. Pada penelitian
penelitian ini adalah sebagai berikut: ini dijelaskan bahwa ciri khas mantra adalah
tidak selalu dapat dipahami artinya untuk
a. Bagaimana struktur mantra-mantra dapat membangkitkan suasana magis. Suasana
Hindu Jawa? sakral dan efek magis yang dimaksudkan di
b. Apa makna mantra-mantra Hindu sini adalah bahwa mantra menunjuk kepada
Jawa? dunia di luar batas-batas kemampuan wajar
c. Apa fungsi mantra-mantra Hindu Jawa manusia, dunia di luar kekuasaan hukum
secara filosofis, religious, edukatif dan alam, alam gaib, sebagai pengaruh dari
moral? kekuatan sakti.
Abdulrachman dkk (1996:2) dalam
1.2 Tujuan Penelitian bukunya yang berjudul Fungsi Mantra Dalam
Masyarakat Banjar menjelaskan bahwa
Secara umum tujuan penelitian ini mantra sebagai magi kata (magic-word)
adalah mendeskripsikan mantra Hindu dimaksudkan untuk memperoleh satu
Jawa. Secara khusus tujuan penelitian ini kekuatan bagi orang yang mengucapkannya.
dapat dirinci sebagai berikut: Tetapi pada beberapa masyarakat, mantra
tidak sepenuhnya dipergunakan untuk
a. Mendeskripsikan struktur mantra- kepentingan penggunanya karena ada yang
mantra Hindu Jawa. menyangkut nilai positif dan bersifat defensif.
b. Mendeskripsikan makna mantra- Yusri Yusuf dkk (2001) dalam bukunya
mantra Hindu Jawa. yang berjudul Struktur dan Fungsi Mantra
c. Mendeskripsikan fungsi mantra-mantra Bahasa Aceh menjelaskan bahwa ketika
Hindu Jawa secara filosofis, religious, manusia masih percaya pada kekuatan
edukatif dan moral. animisme dan dinamisme (yakni pada waktu
manusia masih sangat percaya kepada
1.3 Manfaat Penelitian kekuatan supranatural), mantra digunakan
untuk memuja kekuatan supranatural itu
Manfaat penelitian ini dapat dilihat dengan harapan kekuatan tersebut tidak
dari dua hal, yaitu manfaat teoretis dan akan mendatangkan bala kepada manusia.
manfaat praktis. Manfaat teoritis dari Rasa takut dan tekanan yang dirasakan oleh
penelitian ini adalah dapat membuka sebuah manusia yang dibarengi dengan pemujaan
bahan penelitian baru dalam bidang bahasa telah membuat manusia mengadakan berbagai
dan budaya. Sedangkan manfaat praktis dari macam upacara yang dimaksudkan untuk
penelitian ini adalah, di samping menambah memohon sesuatu kepada kekuatan itu.
ilmu tentang mantra-mantra dan kebudayaan Dengan melihat penelitian Abdulrachman
dalam masyarakat Hindu Jawa, penelitian ini dkk, Yusri Yusuf dkk dan Soedjijono dkk,
juga dapat membuktikan bahwa di balik dapat disimpulkan bahwa belum pernah
kemistisannya, mantra-mantra Hindu Jawa dilakukan penelitian yang mengangkat
juga memiliki makna maupun pelajaran mantra-mantra Hindu Jawa sehingga
hidup yang mendalam. Dengan begitu, penelitian ini akan mengadopsi beberapa
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 157

analisis Abdulrachman dkk, Yusri Yusuf dkk bahwa semantik merupakan bidang kajian
dan Soedjijono dkk, untuk digunakan dalam yang sangat luas, karena turut menyinggung
membongkar mantra Hindu Jawa. aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan
1.5 Landasan Teori psikologi, filsafat dan antropologi.

Dalam landasan teori ini dipaparkan 1.5.3 Pengertian Fungsi


pengertian struktur, makna, dan fungsi
ketika digunakan untuk mendalami mantra- Fungsi adalah suatu hal yang kita
mantra Hindu Jawa. jumpai hampir setiap hari, terutama dalam
hal kepercayaan/agama. Berdasarkan
1.5.1 Pengertian Struktur pengalaman dan pengamatan analitis, dapat
disimpulkan bahwa tantangan-tantangan
Pada penelitian ini, struktur mantra yang dihadapi manusia dikembalikan pada
Hindu Jawa akan diklasifikasikan menjadi tiga hal: ketidakpastian, ketidakmampuan
dua bagian, yaitu struktur fisik dan struktur dan kelangkaan. Untuk itu semua, manusia
batin. Dengan begitu mantra-mantra ini akan memeluk agama, karena manusia percaya
dapat diteliti baik secara struktur kebahasaan dengan keyakinan yang kuat bahwa agama
dan struktur yang berada di luar bahasa, memiliki kesanggupan yang definitif dalam
yaitu struktur batin. menolong manusia (Hendropuspito,
Menurut Yusri Yusuf dkk (2001:29), 1985:38). Pada penelitian ini, mantra-mantra
yang dimaksud dengan struktur fisik adalah yang bersangkutan dengan sebuah ritual
struktur kebahasaan yang terdapat dalam umat Hindu Jawa akan dibagi menjadi
mantra. Struktur kebahasaan ini dapat empat fungsi, yaitu fungsi filosofi, fungsi
meliputi fonologi, morfologi, sintaksis, religius, fungsi edukatif dan fungsi moral.
semantik, dan diksi. Sedangkan analisis
struktur batin difokuskan pada analisis tema, 1.6 Metode dan Teknik Penelitian
perasaan, nada, suasana dan amanat.
Dengan demikian, penelitian dilakukan Penelitian ini dilakukan melalui tiga
secara global, tidak dianalisis satu persatu tahap, yaitu (i) pengumpulan data, (ii)
atau tidak setiap mantra. analisis data dan (iii) penyajian hasil analisis
data. Berikut dijelaskan masing-masing tahap
1.5.2 Pengertian Makna dalam penelitian ini.

Menurut Chaer (2009:2) yang dimaksud 1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan
dengan istilah semantik adalah istilah Data
digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda Objek penelitian ini adalah mantra-
linguistik dengan hal-hal yang mempelajari mantra Hindu Jawa. Data diperoleh dari
hubungan antara tanda-tanda linguistik sumber tertulis maupun lisan. Sumber tertulis
dengan hal-hal yang ditandainya. Atau akan didapatkan dari mantra-mantra Hindu
dengan kata lain, semantic adalah bidang Jawa yang didokumentasikan ke dalam buku
studi dalam linguistik yang mempelajari oleh Ida Pedanda Djaja Koesoema. Sedangkan
makna atau arti dalam bahasa. Tidak jauh sumber lisan akan didapatkan dari putra Ida
berbeda dengan pendapat Verhaar (1981:9) Pedanda Djajakoesoema, Agung Harjuna.
bahwa semantik berearti teori makna atau Data yang dikumpulkan adalah wacana
teori arti, yakni cabang sistematik bahasa mantra. Pengumpulan data dilakukan
yang menyelidiki makna atau arti. Arti yang dengan metode simak. Metode simak adalah
dapat dijabarkan juga sangat beragam. metode pengumpulan data yang dilakukan
Seperti yang dikatakan Lehrer (1947:1) dengan cara mengamati dan menyimak
158 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 154-163

langsung penggunaan bahasa. Teknik yang analisis data. Hasil analisis data dalam
digunakan dalam tahap pengumpulan data, penelitian ini disajikan dengan menggunakan
adalah teknik nonpartisipan atau teknik metode formal dan metode informal. Hasil
simak bebas libat cakap dengan mengamati penelitian ini disajikan dengan menggunakan
dan mencatat wacana mantra yang terdapat metode informal, yaitu dengan menggunakan
dalam buku dokumentasi mantra-mantra kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang
Hindu Jawa oleh Ida Pedanda Djaja bersifat denotatif dan bukan kata-kata yang
Koesoema. Data yan sudah terkumpul diteliti bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis
berdasarkan struktur, maksud dan fungsi. data dalam penelitian ini juga menggunakan
metode formal, yaitu memanfaatkan berbagai
1.6.2 Metode dan Tahap Analisis Data lambing, tanda, singkatan dan sejenisnya.
Tanda yang digunakan meliputi tanda
Penelitian ini akan menganalisis tambah (+), tanda bintang (*) (Sudaryanto,
mantra Hindu Jawa dengan tiga metode. 1993:145).
Untuk menganalisis struktur, akan digunakan
metode agih. Metode agih adalah metode
analisis yang alat penentunya ada di dalam 2. HASIL PENELITIAN
dan merupakan bagian dari bahasa yang DAN PEMBAHASAN
diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Pada metode
agih akan digunakan teknik dasar bagi unsur 2.1 Struktur Mantra Hindu Jawa
langsung, yaitu teknik analisis data dengan
cara membagi suatu satuan lingual datanya Dalam penelitian ini, pembahasan
menjadi beberapa unsur. Unsur tersebut struktur mantra dibagi menjadi dua, yaitu
dipandang sebagai bagian yang langsung pembahasan struktur fisik dan struktur batin.
membentuk satuan lingual yang dimaksud Yusri Yusuf dkk (2001:29) berpendapat
(Sudaryanto, 1993: 31). bahwa yang dimaksudkan dengan struktur
Untuk menganalisis makna akan fisik pada analisis ini adalah struktur
digunakan metode padan. Metode padan kebahasaan yang terdapat dalam mantra.
adalah metode analisis data yang alat Struktur kebahasaan itu meliputi fonologi,
penentunya berada di luar, terlepas dan morfologi, sintaksis, semantik dan diksi.
tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) Sedangkan analisis struktur batin memfokuskan
yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, pada analisis tema, perasaan, nada, suasana
1993:13). Tujuan analisis data dengan dan amanat.
metode padan adalah untuk menentukan
kejatian atau identitas objek penelitian 2.1.1 Struktur Fisik Mantra Hindu Jawa
(Kesuma, 2007:47). Dalam hal ini digunakan
subjenis metode padan referensial. Metode 2.1.1.1 Struktur Diksi Mantra Hindu Jawa
padan referensial adalah metode padan yang Dalam mantra-mantra Hindu Jawa
alat penentunya berupa referen bahasa. yang digunakan pada penelitian ini, sebagian
Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur pemilihan kata berasal dari bahasa Jawa dan
luar bahasa yang ditunjuk satuan kebahasaan Sansekerta. Bahasa Sansekerta banyak
(Kridalaksana, 2001:186). Metode padan diadopsi dari budaya Hindu, seperti kata
referensial itu digunakan untuk menentukan Sang Hyang Widhi, yang berarti Tuhan. Atau
identitas satuan kebahasaan menurut referen kata Hong yang digunakan di awal setiap
yang ditunjuk (Kesuma, 2007:48). doa, yang berarti kekosongan. Penggunaan
kata Hong hanya ditemukan di Hindu Jawa,
1.6.3 Metode Penyajian Hasil Analisis karena pada mantra-mantra Hindu di Bali
atau daerah lain, banyak digunakan kata
Setelah tahap analisis data, tahap Aum, yang kurang lebih bermakna sama.
selanjutnya adalah tahap penyajian hasil
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 159

Penggunaan kata dalam mantra 4) Mantra yang ditujukan pada diri sendiri
didominasi oleh kata-kata dalam bahasa 5) Mantra penutup
Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan juga
merupakan bahasa Jawa Krama/bahasa Jawa 21.2.2 Perasaan
yang halus, yang biasa digunakan untuk Mengacu pada landasan utama
berbicara dengan orang yang dihormati. Hal digunakannya mantra ini yaitu adalah
ini dikarenakan doa digunakan untuk tribawana, maka dapat disimpulkan bahwa
mengucap syukur kepada sosok yang mantra ini memiliki rasa syukur kepada diri
diagungkan/dihormati. sendiri, alam semesta, dan Tuhan. Hal ini dapat
Sedangkan penggunaan bahasa dibuktikan dengan tidak ditemukannya
Indonesia dapat ditemukan pada beberapa permohonan secara spesifik dalam mantra-
mantra, namun hal ini sedikit diragukan, mantra yang dibahas. Keseluruhan mantra
karena bahasa Indonesia banyak dipengaruhi lebih bersifat memuji Tuhan dan alam.
oleh Sansekerta, begitu juga bahasa Jawa.
Bahkan beberapa kata dalam bahasa 2.2 Makna Mantra Hindu Jawa
Indonesia, diadopsi langsung dari bahasa
Jawa. Contoh kata yang kita kenali dalam (5)
bahasa Indonesia yang digunakan dalam
mantra ini adalah sejati, suci, maha dan Hong..
kuasa. ’Hong..’
Sukma sejati dewa kang linuwih
2.1.1.2 Struktur Sintaksis Mantra Hindu ‘Sukma sejati dewa yang utama’
Jawa Hinggih sang guru sejati
Struktur mantra mirip struktur puisi. ‘adalah sang guru sejati’
Dados warananing Sang Hyang
Kang maha suci, kuasaning Sang Widhi
Hyang Widhi ‘menjadi wahana Tuhan yang maha
‘Yang maha suci, kuasa Tuhan’ kuasa’
Haparing tuntunan dumateng
Gilang gumilang tan ana pindane pepadang
‘terang benderang tanpa ada duanya’ ‘memberikan tuntunan kepada
pencerahan’
Saha keslametan…
2.1.2 Struktur Batin Mantra Hindu Jawa ‘dan memberikan keselamatan…’

21.2.1 Tema Mantra (5) adalah mantra vertikal,


Mantra-mantra yang digunakan yang menjelaskan tentang keberadaan dewa
dalam penelitian ini adalah mantra-mantra yang dianggap sebagai percikan wujud
yang ditemukan dalam satu ritual wajib Tuhan dan kedudukan manusia sebagai salah
umat Hindu Jawa. Sehingga tema-tema yang satu dewa yang paling mulia (dewa kang
ditemukan dalam setiap mantra saling linuwih/dewa yang lebih dari yang lebih).
berkaitan. Kurang lebih tema yang digunakan Manusia dikatakan sebagai dewa yang paling
dalam mantra-mantra ini adalah sebagai mulia karena keberadaan sukma dan raga
berikut: di dalam tubuh manusia. Sehingga secara
garis besar, doa ini berfungsi sebagai refleksi
1) Mantra pembuka hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
2) Mantra yang ditujukan pada alam Esa, dengan harapan untuk mendapatkan
semesta tuntunan dan pedoman hidup.
3) Mantra yang ditujukan pada Tuhan
160 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 154-163

(6) Tuhan, dengan harapan bahwa Tuhan akan


memberikan kekuatan untuk mencapai
Hong.. tujuan hidup duniawi. Beberapa kekuatan
‘Hong..’ hidup duniawi yang disebutkan dalam
Kang maha suci mantra (6) adalah, kekuatan suci (kesucian,
‘Yang maha suci’ kebersihan, jauh dari godaan), mulya (hidup
Kuasaning Sang Hyang Widhi rukun, berkecukupan, yang ditanam selalu jadi,
‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’ bersifat lebih ke benda), agung (kebesaran,
Haparing Kamulyan kesuksesan, lebih bersifat status), purba
‘Memberikan kemuliaan’ (petunjuk untuk hidup baik di dunia, selalu
Kang maha agung ‘Yang maha agung’ memperoleh petunjuk karena manusia selalu
Kuasaning Sang Hyang Widhi dijepit oleh pilihan dan dapat memilih pilihan
‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’ yang tepat), kuasa (meyakini bahwa kekuasaan
Haparing cekap tirah hing kabegjan yang paling kuasa di dunia adalah Tuhan,
‘Memberikan keberuntungan yang sehingga tidak perlu takut pada kekuatan
cukup’ duniawi lain). Seluruh elemen kekuatan
Kang maha purba duniawi tersebut bersifat spiritual, sehingga
‘Yang maha tahu’ tidak selalu berbentuk fisik. Seperti pada
Kuasaning Sang Hyang Widhi unsur mulya, tidak selalu berbentuk uang, atau
‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’ kekayaan, melainkan perasaan berkecukupan
Haparing hangar beni hing dan bahagia meski tidak kaya raya.
kadonyan ‘Memberikan rasa
memiliki dunia’ 2.3 Fungsi Mantra Hindu Jawa
Kang maha kuasa,
‘Yang maha kuasa,’ Fungsi yang akan diteliti dalam
Kuasaning Sang Hyang Widhi penelitian ini akan meliputi fungsi filosofis,
‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’ fungsi religious, fungsi edukatif dan fungsi
Haparing kalenggahan kuasa moral. Keempat unsur fungsi mantra ini
hangatur hing kadonyan dirasa dapat mewakili pengertian dasar yang
‘Memberikan kedudukan untuk cukup untuk dapat mengikuti jalannya
mengatur kuasa dalam dunia’ penelitian ini. Dengan begitu pembaca akan
Kuasa kuasaning kuasa mengerti fungsi-fungsi mantra Hindu Jawa
‘Kuasa dari segala kuasa’ yang memiliki pengaruh besar pada umat-
Isih kuasa kang maha kuasa umatnya.
‘Lebih berkuasa yang maha kuasa’
Gilang gumilang tan ana pindane 2.3.1 Fungsi Filosofis
‘Terang bercahaya tanpa ada
tandingnya’ Secara garis besar, fungsi mantra-
Sang Hyang Widhi, yen ngendika mantra adalah sebagai bentuk pengakuan
akarana warana total dari seorang manusia kepada pencipta.
‘Tidak ada sebab akibat ketika Sehingga mantra-mantra ini adalah pedoman
Tuhan bersabda’ untuk menuntun arah hidup. Akan tetapi
untuk memahami hal ini, diperlukan
Mantra (6) adalah mantra horizontal. pengertian mendalam tentang beberapa
Mantra horizontal ini adalah mantra yang filosofi mendasar.
harus dikuasai sebelum menguasai mantra Salah satu filosofi utama yang menjadi
vertikal. Hal ini bermaksud agar ketika latar belakang dari mantra-mantra yang
menghadap Tuhan, seorang manusia telah digunakan dalam penelitian ini adalah
menjalani tugas-tugas duniawinya dengan tribawana. Tribawana ialah pemahaman
baik. Keseluruhan mantra ini hanya memuji masyarakat Hindu Jawa tentang adanya tiga
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 161

dunia di sekitar diri setiap manusia. Ketiga hubungannya bersifat horizontal.


dunia ini perlu disadari keberadaannya agar • Sing Nggawe Urip
dapat mencapai suatu keseimbangan dalam Sing nggawe urip berarti ‘yang
kehidupan. Ketiga dunia yang dimaksud menciptakan kehidupan’ dalam bahasa
dalam tribawana adalah: Jawa. Pemahaman paling sederhana
• Dunia Ilhami (Bawana Pepadang) untuk sing nggawe urip adalah hadirnya
Adalah hubungan manusia dengan sosok Tuhan yang telah memberikan
sang pencipta. Dalam masyarakat kehidupan pada manusia dan alam
Hindu Jawa, dunia ini juga biasa semesta di sekitarnya, atau dapat
dikenal dengan istilah Nur Kosmos. dipahami sebagai nur kosmos. Kontak
• Dunia Kedalaman Diri (Bawana Alit) manusia dengan sing nggawe urip
Adalah hubungan manusia dengan diri hubungannya bersifat vertikal.
sendiri. Dalam masyarakat Hindu Jawa,
dunia ini juga biasa dikenal dengan Tujuan dari mantra-mantra yang
istilah Mikro Kosmos. dibahas dalam penelitian ini adalah untuk
• Dunia Semesta Alam (Bawana Gede) menyatukan ketiga usur urip, sing nguripi dan
Adalah hubungan manusia dengan sing nggawe urip yang telah dibahas di atas,
alam semesta/dunia sekitar. Dalam sehingga dapat membawa manusia untuk
masyarakat Hindu Jawa, dunia ini juga dapat focus kepada hubungan ketiga dunia
dikenal dengan istilah Makro Kosmos. tersebut.

Sudut pandang lain yang dapat 2.3.2 Fungsi Religius


digunakan untuk memahami dasar filosofi
tribawana yaitu, filosofi tentang urip, sing Konstruksi Tuhan/sing nggawe urip/
nguripi dan sing nggawe urip. dunia ilhami dapat dijelaskan dalam tiga
• Urip baris mantra berikut:
Urip berarti ‘hidup’ dalam bahasa
Jawa. Pemahaman paling sederhana Hong wilaheng hawigena
untuk urip adalah hadirnya sosok Hong sekaring bawana langgeng
kehidupan seorang manusia yang hadir Hong hyang, hyang, hyang
di dunia, atau dapat dipahami sebagai
mikro kosmos. Manusia itu sendiri terdiri Ketiga baris mantra ini mewakili konstruksi
dari dua unsur, yaitu unsur ragawi dan Tuhan, dalam pengertian umat Hindu Jawa.
unsur surgawi. Unsur ragawi dapat Kata Hong pada baris pertama mantra
hadir karena adanya hubungan dalam tersebut memiliki arti ‘kosong’. Sedangkan
bentuk panca indera dengan sing wilaheng hawigena memiliki arti ‘berisi’.
nguripi. Sedangkan unsur sukmawi Sehingga baris pertama dari ketiga baris di
dapat hadir karena adanya campur atas memiliki arti ‘kosong yang penuh
tangan sing nggawe urip. dengan arti’. Kondisi kosong ini adalah awal
• Sing Nguripi dari adanya segala yang ada. Pada baris
Sing nguripi berarti ‘yang menghidupkan’ kedua, Hong sekaring bawana langgeng
dalam bahasa Jawa. Pemahaman paling membicarakan tentang keabadian. Wujud
sederhana untuk sing nguripi adalah dewa yang direpresentasikan dalam baris
hadirnya alam semesta beserta unsur- kedua mantra ini adalah Trimukti (Brahma,
unsurnya (air, api, tanah, dll.) di sekitar Wisnu, Siwa). Brahma bertugas sebagai
manusia, atau dapat dipahami sebagai pencipta, kemudian Wisnu sebagai
makro kosmos. Sedangkan keberadaan pemelihara, dan Siwa sebagai pelebur. Ketika
sing nguripi adalah juga karena adanya mencapai tahap Siwa/lebur, bukan berarti
campur tangan sing nggawe urip. Sehingga semuanya hancur/rusak. Tahap ini justru
kontak manusia dengan sing nguripi menjadi tahap peleburan agar dapat terjadi
162 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 154-163

suatu penciptaan baru. Dengan begitu, Kang maha agung


proses penciptaan, pemeliharaan, maupun ‘Yang maha agung’
peleburan menjadi siklus dan terjadilah Kuasaning Sang Hyang Widhi
sebuah keabadian. Pada baris ketiga, kata ‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’
hyang memiliki arti cahaya atau dewa. Haparing cekap tirah hing kabegjan
Sehingga kalimat Hong hyang, hyang, hyang, ‘Memberikan keberuntungan yang
mewakili wujud manifestasi Tuhan di dunia. cukup’
Dengan begitu dapat disimpulkan konstruksi Kang maha purba
dari Tuhan adalah segala yang ada diadakan ‘Yang maha tahu’
oleh yang maha ada/kosong sebagai awal dari Kuasaning Sang Hyang Widhi
terjadinya sesuatu yang ada. Lalu mengarah ‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’
ke lapisan Trimukti, yang menjelaskan Haparing hangar beni hing
tentang perputaran siklus. Lapisan Trimukti kadonyan
menjelaskan tentang adanya keabadian ‘Memberikan rasa memiliki dunia’
dalam kehidupan ini, yaitu adanya suatu Kang maha kuasa,
kelahiran, kehidupan, kematian dan suatu ‘Yang maha kuasa,’
kelahiran lagi. Kemudian mengarah kepada Kuasaning Sang Hyang Widhi
lapisan berikutnya yang berupa manifestasi ‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’
dari Tuhan/cahaya-cahaya Tuhan/dewa- Haparing kalenggahan kuasa
dewa. Dewa-dewa yang dimaksud, salah hangatur hing kadonyan
satunya adalah dewa kang linuwih/dewa yang ‘Memberikan kedudukan untuk
berada di dalam diri kita sendiri. Sehingga mengatur kuasa dalam dunia’
melalui ini kita dapat berhubungan dengan
dunia cahaya. Mantra ini digunakan untuk mengajarkan
tentang lima kuasa Tuhan dalam kehidupan,
2.3.3 Fungsi Edukatif yaitu suci, mulia, agung, mengetahui, kuasa.
Dengan mengingat kelima kuasa Tuhan ini,
Menurut Hendropuspito (1985:38), umat diharapkan untuk terus mengingat
manusia mempercayakan fungsi edukatif Tuhan dan yakin bahwa apapun yang
kepada agama yang mencakup tugas terjadi, selalu ada Tuhan yang lebih berkuasa.
mengajar dan tugas bimbingan. Lain dari Contoh edukatif ini hanya dari segi
instansi (institusi profan), agama dianggap mantra, sedangkan dari segi sesaji, ritual
sanggup memberikan pengajaran yang dan lainnya, terdapat berbagai macam nilai
otoritatif, bahkan dalam hal-hal yang edukatif. Fungsi edukatif ini secara perlahan
“sacral” tidak dapat salah. Fungsi edukatif akan mendidik umat untuk mengikuti tatanan
ini ditemukan dalam berbagai unsur yang kepercayaan/agama yang diyakininya.
dihadapi umat, seperti sesaji, mantra, ritual,
dan umat itu sendiri.
Melalui sesaji, mantra, ritual dan 3. SIMPULAN
kebersamaan umat, fungsi edukatif dapat
disalurkan kepada generasi penerus, ataupun Masalah dalam penelitian ini adalah
orang-orang yang ingin tahu. Sebagai contoh, tentang (a) struktur mantra Jawa, (b) makna
dari rangkaian mantra berikut, mantra Jawa dan (c) fungsi mantra Jawa.
Segala permasalahan ini telah dibahas pada
Kang maha suci pasal 2. Dari pembahasan pasal 2 dapat
‘Yang maha suci’ disimpulkan bahwa terdapat beberapa cirri-
Kuasaning Sang Hyang Widhi ciri struktur pada mantra Hindu Jawa,
‘Kuasa Tuhan Yang Maha Esa’ adanya makna dan fungsi dari keseluruhan
Haparing Kamulyan mantra yang saling berkaitan. Keterkaitan
‘Memberikan kemuliaan’ mantra ini adalah doa yang bersifat
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 163

mendoakan diri sendiri, kemudian mengarah keselarasan diri sendiri dengan dunia sekitar
kepada dunia sekitar dan kepada Tuhan. Hal dan Tuhan. Hasil akhir dari paham tribawana
ini merefleksikan salah satu paham Jawa ini adalah kebahagiaan duniawi dan sorgawi
kuna yang dinamakan tribawana, yang berarti (moksa).

DAFTAR PUSTAKA Soebekti, Agus. 1991. Wayang dalam Badani


Bawana Alit Sudut Pandang Spiritual
Soedjijono, et al. 1987. Struktur dan Isi Mantra Budaya Jawa Makna Lebih Dalam Misteri
Bahasa Jawa. Candi Sukuh. Yogyakarta.
Soedjiman, Panuti. Ed. 1986. Kamus Istilah Hendropuspito. 1989 Sosiologi Agama. Jakarta:
Sastra. Jakarta: Gramedia. Penerbit Kanisius.
Abdulrachman, dkk. 1996. Fungsi Mantra Kesuma, Tri Mastoyo. 2007. Pengantar
Dalam Masyarakat Banjar. Jakarta: (Metode) Penelitian Bahasa. Yogyakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Casava Book
Bahasa Departemen Pendidikan dan Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik
Kebudayaan. Analisis Bahasa. Yogyakarta: Gadjah
Yusri Yusuf, dkk. 2001. Struktur dan Fungsi Mada University Press.
Bahasa Aceh. Jakarta: Pusat Bahasa Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik
Departemen Nasional. Umum. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai