MANTRA HINDU-JAWA
Desmond Sekarbatu A.
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia
Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
ABSTRAK
Tulisan ini berisi hasil kajian tentang struktur, makna, dan fungsi mantra Hindu Jawa. Dengan
mengkaji mantra secara struktur, makna dan fungsi, dipercaya mantra akan lebih dapat dimengerti
tidak hanya sebagai sebuah bacaan yang terkesan mistis, tetapi juga memiliki unsur estetis dan
pelajaran kehidupan.
Kata Kunci : Mantra, Truktur, Makna, Fungsi.
1. PENGANTAR (1)
154
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 155
struktur, makna dan fungsi. Berdasarkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan
semua penjelasan tersebut, struktur makna pembaca tentang struktur, makna, dan
dan fungsi mantra-mantra Hindu Jawa akan fungsi mantra Hindu Jawa.
menjadi pokok permasalahan di dalam
penelitian ini. 1.4 Tinjauan Pustaka
analisis Abdulrachman dkk, Yusri Yusuf dkk bahwa semantik merupakan bidang kajian
dan Soedjijono dkk, untuk digunakan dalam yang sangat luas, karena turut menyinggung
membongkar mantra Hindu Jawa. aspek-aspek struktur dan fungsi bahasa
sehingga dapat dihubungkan dengan
1.5 Landasan Teori psikologi, filsafat dan antropologi.
Menurut Chaer (2009:2) yang dimaksud 1.6.1 Metode dan Teknik Pengumpulan
dengan istilah semantik adalah istilah Data
digunakan untuk bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara tanda-tanda Objek penelitian ini adalah mantra-
linguistik dengan hal-hal yang mempelajari mantra Hindu Jawa. Data diperoleh dari
hubungan antara tanda-tanda linguistik sumber tertulis maupun lisan. Sumber tertulis
dengan hal-hal yang ditandainya. Atau akan didapatkan dari mantra-mantra Hindu
dengan kata lain, semantic adalah bidang Jawa yang didokumentasikan ke dalam buku
studi dalam linguistik yang mempelajari oleh Ida Pedanda Djaja Koesoema. Sedangkan
makna atau arti dalam bahasa. Tidak jauh sumber lisan akan didapatkan dari putra Ida
berbeda dengan pendapat Verhaar (1981:9) Pedanda Djajakoesoema, Agung Harjuna.
bahwa semantik berearti teori makna atau Data yang dikumpulkan adalah wacana
teori arti, yakni cabang sistematik bahasa mantra. Pengumpulan data dilakukan
yang menyelidiki makna atau arti. Arti yang dengan metode simak. Metode simak adalah
dapat dijabarkan juga sangat beragam. metode pengumpulan data yang dilakukan
Seperti yang dikatakan Lehrer (1947:1) dengan cara mengamati dan menyimak
158 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013, hlm. 154-163
langsung penggunaan bahasa. Teknik yang analisis data. Hasil analisis data dalam
digunakan dalam tahap pengumpulan data, penelitian ini disajikan dengan menggunakan
adalah teknik nonpartisipan atau teknik metode formal dan metode informal. Hasil
simak bebas libat cakap dengan mengamati penelitian ini disajikan dengan menggunakan
dan mencatat wacana mantra yang terdapat metode informal, yaitu dengan menggunakan
dalam buku dokumentasi mantra-mantra kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang
Hindu Jawa oleh Ida Pedanda Djaja bersifat denotatif dan bukan kata-kata yang
Koesoema. Data yan sudah terkumpul diteliti bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis
berdasarkan struktur, maksud dan fungsi. data dalam penelitian ini juga menggunakan
metode formal, yaitu memanfaatkan berbagai
1.6.2 Metode dan Tahap Analisis Data lambing, tanda, singkatan dan sejenisnya.
Tanda yang digunakan meliputi tanda
Penelitian ini akan menganalisis tambah (+), tanda bintang (*) (Sudaryanto,
mantra Hindu Jawa dengan tiga metode. 1993:145).
Untuk menganalisis struktur, akan digunakan
metode agih. Metode agih adalah metode
analisis yang alat penentunya ada di dalam 2. HASIL PENELITIAN
dan merupakan bagian dari bahasa yang DAN PEMBAHASAN
diteliti (Sudaryanto, 1993:15). Pada metode
agih akan digunakan teknik dasar bagi unsur 2.1 Struktur Mantra Hindu Jawa
langsung, yaitu teknik analisis data dengan
cara membagi suatu satuan lingual datanya Dalam penelitian ini, pembahasan
menjadi beberapa unsur. Unsur tersebut struktur mantra dibagi menjadi dua, yaitu
dipandang sebagai bagian yang langsung pembahasan struktur fisik dan struktur batin.
membentuk satuan lingual yang dimaksud Yusri Yusuf dkk (2001:29) berpendapat
(Sudaryanto, 1993: 31). bahwa yang dimaksudkan dengan struktur
Untuk menganalisis makna akan fisik pada analisis ini adalah struktur
digunakan metode padan. Metode padan kebahasaan yang terdapat dalam mantra.
adalah metode analisis data yang alat Struktur kebahasaan itu meliputi fonologi,
penentunya berada di luar, terlepas dan morfologi, sintaksis, semantik dan diksi.
tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) Sedangkan analisis struktur batin memfokuskan
yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, pada analisis tema, perasaan, nada, suasana
1993:13). Tujuan analisis data dengan dan amanat.
metode padan adalah untuk menentukan
kejatian atau identitas objek penelitian 2.1.1 Struktur Fisik Mantra Hindu Jawa
(Kesuma, 2007:47). Dalam hal ini digunakan
subjenis metode padan referensial. Metode 2.1.1.1 Struktur Diksi Mantra Hindu Jawa
padan referensial adalah metode padan yang Dalam mantra-mantra Hindu Jawa
alat penentunya berupa referen bahasa. yang digunakan pada penelitian ini, sebagian
Referen bahasa adalah kenyataan atau unsur pemilihan kata berasal dari bahasa Jawa dan
luar bahasa yang ditunjuk satuan kebahasaan Sansekerta. Bahasa Sansekerta banyak
(Kridalaksana, 2001:186). Metode padan diadopsi dari budaya Hindu, seperti kata
referensial itu digunakan untuk menentukan Sang Hyang Widhi, yang berarti Tuhan. Atau
identitas satuan kebahasaan menurut referen kata Hong yang digunakan di awal setiap
yang ditunjuk (Kesuma, 2007:48). doa, yang berarti kekosongan. Penggunaan
kata Hong hanya ditemukan di Hindu Jawa,
1.6.3 Metode Penyajian Hasil Analisis karena pada mantra-mantra Hindu di Bali
atau daerah lain, banyak digunakan kata
Setelah tahap analisis data, tahap Aum, yang kurang lebih bermakna sama.
selanjutnya adalah tahap penyajian hasil
Desmond Sekarbatu A. – Struktur, Makna, dan Fungsi Mantra .... 159
Penggunaan kata dalam mantra 4) Mantra yang ditujukan pada diri sendiri
didominasi oleh kata-kata dalam bahasa 5) Mantra penutup
Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan juga
merupakan bahasa Jawa Krama/bahasa Jawa 21.2.2 Perasaan
yang halus, yang biasa digunakan untuk Mengacu pada landasan utama
berbicara dengan orang yang dihormati. Hal digunakannya mantra ini yaitu adalah
ini dikarenakan doa digunakan untuk tribawana, maka dapat disimpulkan bahwa
mengucap syukur kepada sosok yang mantra ini memiliki rasa syukur kepada diri
diagungkan/dihormati. sendiri, alam semesta, dan Tuhan. Hal ini dapat
Sedangkan penggunaan bahasa dibuktikan dengan tidak ditemukannya
Indonesia dapat ditemukan pada beberapa permohonan secara spesifik dalam mantra-
mantra, namun hal ini sedikit diragukan, mantra yang dibahas. Keseluruhan mantra
karena bahasa Indonesia banyak dipengaruhi lebih bersifat memuji Tuhan dan alam.
oleh Sansekerta, begitu juga bahasa Jawa.
Bahkan beberapa kata dalam bahasa 2.2 Makna Mantra Hindu Jawa
Indonesia, diadopsi langsung dari bahasa
Jawa. Contoh kata yang kita kenali dalam (5)
bahasa Indonesia yang digunakan dalam
mantra ini adalah sejati, suci, maha dan Hong..
kuasa. ’Hong..’
Sukma sejati dewa kang linuwih
2.1.1.2 Struktur Sintaksis Mantra Hindu ‘Sukma sejati dewa yang utama’
Jawa Hinggih sang guru sejati
Struktur mantra mirip struktur puisi. ‘adalah sang guru sejati’
Dados warananing Sang Hyang
Kang maha suci, kuasaning Sang Widhi
Hyang Widhi ‘menjadi wahana Tuhan yang maha
‘Yang maha suci, kuasa Tuhan’ kuasa’
Haparing tuntunan dumateng
Gilang gumilang tan ana pindane pepadang
‘terang benderang tanpa ada duanya’ ‘memberikan tuntunan kepada
pencerahan’
Saha keslametan…
2.1.2 Struktur Batin Mantra Hindu Jawa ‘dan memberikan keselamatan…’
mendoakan diri sendiri, kemudian mengarah keselarasan diri sendiri dengan dunia sekitar
kepada dunia sekitar dan kepada Tuhan. Hal dan Tuhan. Hasil akhir dari paham tribawana
ini merefleksikan salah satu paham Jawa ini adalah kebahagiaan duniawi dan sorgawi
kuna yang dinamakan tribawana, yang berarti (moksa).