Laporan Pendahuluan Dispepsia
Laporan Pendahuluan Dispepsia
2. Etiologi
a. Perubahan pola makan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara
berlebihan dan dalam waktu yang lama
c. Alkohol dan nikotin rokok
d. Stres
e. Tumor atau kanker saluran pencernaan
3. Manifestasi Klinik
a. nyeri perut (abdominal discomfort)
b. Rasa perih di ulu hati
c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
d. Nafsu makan berkurang
e. Rasa lekas kenyang
f. Perut kembung
g. Rasa panas di dada dan perut
h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)
4. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak
jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong,
kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
5. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dispepsia yaitu:
a. Perdarahan
b. Kanker lambung
c. Muntah darah
d. Ulkus peptikum
6. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang
dengan kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak
mengkomsumsi makanan yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan
pantang rokok, bila harus makan obat karena sesuatu penyakit, misalnya sakit
kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak mengganggu fungsi lambung.
7. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
1) Menghindari makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung
2) Menghindari faktor resiko seperti alkohol,
makanan yang peda, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok, dan
stres
3) Atur pola makan
b. Penatalaksanaan farmakologis yaitu:
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan
terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat dimengerti
karena pross patofisiologinya pun masih belum jelas. Dilaporkan bahwa
sampai 70 % kasus DF reponsif terhadap placebo.
Obat-obatan yang diberikan meliputi antacid (menetralkan asam
lambung) golongan antikolinergik (menghambat pengeluaran asam
lambung) dan prokinetik (mencegah terjadinya muntah)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik,
diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil
laboratorium dalam batas normal.
b. Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di
saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis
terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras
ganda.
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran
endoskopinya normal atau sangat tidak spesifik.
d. USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak
dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu
penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat
dimanfaatkan
e. Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada
dispepsia fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 %
kasus.
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada
klien dengan dispepsia.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada
mukosa lambung.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
rasa tidak enak setelah makan, anoreksia.
c. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan adanya mual, muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status
kesehatannya
4. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menngulangi masalah keperawatan yang telah ditentukan
dengan tujuan.
a. Nyeri epigastrium berhubungan dengan iritasi pada
mukosa lambung.
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan
kriteria klien melaporkan terjadinya penurunan atau hilangnya
ras nyeri
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri, beratnya 1. Berguna dalam pengawasan
(skala 0 – 10) kefektifan obat, kemajuan
penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan posisi 2. Dengan posisi semi-fowler
semifowler dapat menghilangkan
tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi
telentang
3. Anjurkan klien untuk 3. Dapat menghilangkan nyeri
menghindari makanan yang akut/hebat dan menurunkan
dapat meningkatkan kerja asam aktivitas peristaltik
lambung
4. Anjurkan klien untuk tetap 4. mencegah terjadinya perih
mengatur waktu makannya pada ulu hati/epigastrium
5. Observasi TTV tiap 24 jam 5. sebagai indikator untuk
melanjutkan intervensi
berikutnya
6. Diskusikan dan ajarkan teknik 6. Mengurangi rasa nyeri atau
relaksasi dapat terkontrol
7. Kolaborasi dengan pemberian 7. Menghilangkan rasa nyeri
obat analgesik dan mempermudah
kerjasama dengan intervensi
terapi lain
Kurang informasi
Nosiceptor
Stressor
Thalamus
Anoreksia, mual
Corteks cerebri
Intake kurang muntah Cemas
Nyeri
Nutrisi Kurang Perubahan
kesimbangan cairan
dan elektrolit
6. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil
perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan
pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8),
EGC, Jakarta
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta