PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak
ditengah toraks, dan menempati rongga dada antara paru dan
diafragma. Beratnya sekitar 300 gram (10,6 oz) meskipun berat dan
ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan,
beratnya latihan, aktifitas fisik, dan penyakit jantung. Kerja
pemompaan jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik
dinding otot (Adipranoto, 2006).
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi
yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia
adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis
(Doengoes, 2009). Aritmia dapat diidentifikasi melalui gelombang
elektrokardiogram (EKG). Aritmia dinamakan berdasarkan pada
tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat.
Artmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan
bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktifitas listrik sel
(price,2005). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi (Hanafi,2006).
Pemeriksaan aritmia jantung salah satunya dengan
menggunakan perekaman elektrokardiografi. Elektrokardiogram
(EKG) merupakan sebuah instrument medis yang digunakan
sebagai alat untuk memperoleh informasi seputar kerja jantung
manusia. Mekanisme kerja sederhana dari alat ini adalah mengukur
potensial listrik sebagai potensial waktu yang dihasilkan oleh
jantung. Potensial listrik tersebut dihasilkan oleh beberapa sel
pemicu denyut jantung yang dapat merubah system kelistrikan
1
jantung. Perbedaan potensial tersebut kemudian divisualisasikan
sebagai sinyal pada layar monitor atau pada kertas perekam.
Sinyal ini sering di gunakan oleh dokter untuk mendeteksi kondisi
jantung seorang pasien. ( Pratanu, 2006).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan aritmia?
2. Bagaimana etiologi dari aritmia?
3. Bagaimana patofisiologi aritmia?
4. Bagaimana manisfestasi klinik aritmia?
5. Apa saja komplikasi dari aritmia?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari aritmia?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari pemeriksaan aritmia?
8. Bagaimana pencegahan aritmia?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan laporan ini yaitu untuk
mengetahui prinsip kerja dari alat-alat yang digunakan dalam
pemeriksaan dalam mendiagnosa aritmia
D. MANFAAT
Adapun manfaat dari pembuatan laporan ini adalah
mahasiswa dapat lebih memahami tentang nama dan prinsip kerja
dari alat-alat yang diguanakan pada pemeriksaan aritmia
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
1. Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi
yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau
2
distritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (Doenges,2009). Gangguan irama jantung tidak hanya
terbatas pada iregularitas enyut jantung tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi,2006).
Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak
jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teraktur.
Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya, kebanyakan orang
sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang
menjadi cepat, kadang menjadi lambat. Namun beberapa jenis
aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau
bahkan sampai mengancam nyama. Aritmia dengan hear rate
abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi
dengan hear rate normal (60-100 kali per menit) atau dengan
heart rate lambat yang disebut bradiaritmia (kurang dari 60 kali
per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan heart rate yang
cepat yang disebut takiaritmia yaitu lebih dari 200 kali per menit
(Price,2005).
Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah
serambi jantung tidak mnguncup atau fibrilasi yang bergetar
kecil dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara normal yang
seharusnya pacu jantung nodus sino-atrial (SA) diserambi kiri
memberikan pacu untuk serambi jantung agar menguncup
secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding serambi
hanya bergetar saja tanpa memompa jantung, hal ini akan
sangat berbahaya dan berisiko terjadinya stroke. Walaupun
serambi tidak menutup sempurna karena adanya gangguan
irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke bilik jantung
dan selanjutnya dipompakan ke seluruh tubuh.
Kasus-kasus serambi tidak kuncup banyak terjadi di Uno
Eropa dan Amerika Serikat, terutama pada mereka yang telah
berusia diatas 60 tahun, apalagi bagi yang memiliki uasi diatas
3
80 tahun resiko terjasinya fbrilasi serambi jantung semakin
tinggi.
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung
maka akan mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah
yang dipompakan keluar jantung, dan dengan sekejap saja
orang dapat meninggal. Akibatnya gangguan irama pada
serambi jantung ini membhayakan karena sebagai akibat aliran
darah yang tidak lancar dalam serambi jantung. Dapat terbentuk
bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian bekuan ini
dapat lepas dan menyangkut diotak serta menimbulkan stroke.
Bekuan darah ini dapat juga lepas dan menyangkut diginjal
serta menimbulkan gagal ginjal (Doenges, 2009).
Pengetahuan aritmia jantung sering kali dapat
mengendalikan atau menghilangkan denyut jantung tidak
teratur., selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan
menjalankan gaya hidup sehat. Tnda dan gejala aritmia jantung
tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa
membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung
yang tidak teratur dapat juga terjadi pada jantung yang normal
dan sehat (Munawar dan sutandar,2006).
2. Macam-Macam Aritmia
1. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang
penting pada ECG adalah : laju gelombang lebih dari
100x/menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak
disandapan I,II dan aVF.
2. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang
terpenting pada ECG adalah laju kurang dari 60
permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan
I,II dan aVF.
4
3. Komplek atrium premature
Impuls listrik yang berasal di atrium tetapi di luar
nodus sinus menyebabkan kompleks atrium prematur,
timbulnya sebelum denyut sinus berikutnya. Gambaran
ECG menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang
P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
4. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh
suatu kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri
pada tingkat nodus AV.
5. Fluter atrium
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium.
Depolarisasi atrium cept dan teratur, dan gambarannya
terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti
gambaran gigi gergaji
6. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan
atau daerah reentri multipel. Aktifitas atrium sangat
cepat.sindrom sinus sakit
7. Komplek jungsional prematur
8. Irama jungsional
9. Takikardi ventrikuler
Berdasarkan keparahannya:
a. Aritmia minor; tidak memerlukan penanganan segera dan
umumnya tidak mempengaruhi sirkulasi. Mereka hanya
mencerminkan iritabilitas dari jantung.
b. Aritmia major; mengurangi efisiensi dari jantung atau
tanda dari ancaman bahaya dan memerlukan
pengobatan yang cepat.
5
Aritmia yang mematikan atau lethal arrhythmias- memerlukan
resusitasi segera untuk mencegah ancaman kematian seperti
ventrikel takikardia, ventrikel fibrilasi, ventrikuler asistol,
Pulseless Electrical Activity(PEA), Torsade de Pointes (Latief,
2005). (Winarto, 2015)
B. ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
aritmia, diantaranya:
1. Ketidakseimbangan Kadar Elektrolit Dalam Darah.
Kadar elektrolit seperti kalium, kalsium, dan magnesium
mampu mengganggu konduksi impuls listrik jantung, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
2. Pengguna Narkoba
Penggunaan obat-obatan terlarang seperti amfetamin dan
kokain dapat mempengaruhi kinerja jantung secara langsung
sehingga meningkatkan risiko untuk terjadinya fibrilasi ventrikel
dan jenis-jenis aritmia.
3. Terlalu Banyak Mengkonsumsiu Alcohol
Konsumsi alcohol dalam jmlah yang berlebihan mampu
mempengaruhi impuls listrik jantung sehingga meningkatkan
risiko terjadinya fibrilasi atrium
4. Terlalu Banyak Mengkonsumsi Kafein Maupun Nikotin
(Merokok)
Nikotin menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dari
normal, dan dapat berkonstribusi terhadap terjadinya aritmia.
5. Gangguan Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif mampu
Sleep apnea obstruktif meningkatkan risiko terjadinya aritmia.
Kelainan ini, dimana pernapasan menjadi terganggu pada saat
tidur, dapat meningkatkan risiko bradikardia, fibrilasi atrium,
serta jenis aritmia yang lainnya.
6. Diabetes
Selain mengingatkan risiko aritmia, diabetes yang tidak
terkontrol juga mampu meningkatkan resiko penyakit jantung
coroner dan tekanan darah tinggi.
6
7. Hipertensi Atau Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi menyebabkan dinding bilik kiri jantung menebal
dan menjadi kaku, sehingga aliran listrik jantung akan
terganggu.
8. Penyakit Jantung Coroner, Gangguan Lain Pada Jantung, Atau
Riwayat Operasi Jantung.
Penyempitan pembuluh darah arteri jantung, serangan
jantung, kelinan pada katup jantung, gagal jantung, dan
kerusakan jantung lainnya merupakan faktor resiko dari hampir
segala jenis aritmia. (Marianti, 2018)
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme aritmogenik dapat dibagi menjadi : ganguan
pembentukan impuls dan gangguan konduksi:
1. gangguan pembentukan impuls
gangguan ini dapat dibagi menjadi:
a) kelainan automatisasi
pada keadaan normal, automatisasi (depolarisasi
spontan) hanya terjadi pada nodus SA. Hal ini disebabkan
karena impuls-impuls yang dicetuskan di nodus SA
sedemikian cepatnya sehingga menekan proses
automatisasi di sel lain. Apabila terjadi perubahan tonus
susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit di
Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
b) Trigger automatisasi
dasar mekanisme trigger automatisasi ialah adanya
early dan delayed after-depolarisation yaitu suatu voltase
kecil yang timbul sesudah sebuah potensial aksi. apabila
suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis misalnya
pada gagal jantung atau terjadi penghambatan aktivitas
sodium-potassium-ATP-ase misalnya pada penggunaan
digitalis, hipokalemia atau hipomagnesemia atau terjadi
reperfusi jaringan miokard yang iskemik misalnya pada
7
pemberian trombolitik maka keadaan-keadaan tersebut akan
mnegubah voltase kecil ini mencapai nilai ambang potensial
sehingga terbentuk sebuah potensial aksi prematur yang
dinamakan “trigger impuls” trigger impuls yang pertama
dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang kedua
kemudian yang ketiga dan seterusnya samapai terjadi suatu
iramam takikardi.
2. gangguan konduksi
a) re-entry
bilamana konduksi di salah satu jalur tergaggu
sebagai akibat iskemia atau masa refrakter, maka
gelombang depolarisasi yang berjalan pada jalur tersebut
akan berhenti, sedangkan gelombang pada jalur B tetap
berjalan sepetisemual bahkan dapat berjalan secara
retrograd masuk dan terhalang di jalur A. Apabila bebrapa
saat kemudian terjadi penyembuhan pada jalur A atau
masa refrakter sudah lewat maka gelombang depolarisasi
dari ajlur B akan menemus rintangan jalur A dan kembali
mengkatifkan jalur B sehingga terbentuk sebuah gerakan
sirkuler atau reentri loop. Gelombang depolarisasi yang
berjalan melingkar ini bertindak seagi generator yang
secara terus-menerus mencetuskan impuls. Reentri loop
ini dapat berupa lingkaran besar melalui jalur tambahan
yang disebut macroentrant atau microentrant.
b) concealed conduction (konduksi yang tersembunyi)
impuls-impuls kecil pada janutng kadang-kadang
dapat menghambat dan menganggu konduksi impuls
utama. Keadaan ini disebut concealed conduction. Contoh
concealed conduction ini ialah pada fibrilasi atrium, pada
ekstrasistol ventrikel yang dikonduksi secara retrograd.
8
Biasanya gangguan konduksi jantung ini tidak memiliki arti
klinis yang penting.
c) Blok
Blok dapat terjadi di berbagai tempat pada sistem
konduksi sehingga dapat dibagi menjadi blok SA (apabila
hambatan konduksi pada perinodal zpne di nodus SA);
blok AV (jika hambatan konduksi terjadi di jalur antara
nodus SA sampai berkas His); blok cabang berkas (bundle
branch block=BBB) yang dapat terjadi di right bundle
branch block atau left bundle branch block. (Anonim, 2010)
D. MANIFESTASI KLNIK
1. Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi)
Nadi mungkin tidak teratur, difisit nadi, bunyi jantung irama
tak teratur, bunti ekstra, denyut menurun, kulit pucat, sianosis,
berkeringat, edema, keluaran urin menurun bila curah jantung
menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan
obat antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan / kedalaman
pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronkhi,) mungkin
ada menunjukkan komplikasi pernapasan seperti pada gagal
jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik
pulmonal, hemoptysis
5. Demam, kemerahan kulit (reaksi obat), inflamasi, eritema,
edema (thrombosis siperfisial), kehilangan tonus otot/kekuatan.
(Anonim, 2014)
E. KOMPLIKASI
Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan
kondisi seperti:
1. Stroke
Ketika jantung tidak dapat memompa darah secara efektif,
yang dapat menyebabkan darah melambat. Hal ini dapat
9
menyebabkan gumpalan darah terbentuk. Jika bekuan darah
terbawa, dapat melakukan perjalanan dan menghalangi arteri
otak, menyebabkan stroke. Ini dapat merusak sebagian otak
atau menyebabkan kematian. Bagi orang yang memiliki fibrilasi
atrium, obat warfarin atau etexilate (pradaxa) dapat membantu
mencegah pengumpalan darah, yang dapat menyebabkan
stroke.
2. Gagal jantung
Hal ini dapat terjadi karena jika jantung memompa tidak
efektif dalam waktu lama karena bradicardia atau tachycardia,
seperti atrial fibrilasi. Kadang-kadang mengontrol laju aritmia
yang menyebabkan gagal jantung, dapat meningkatkan fungsi
jantung. (gagal jantung yaitu gagal ketidakmampuan jantung
untuk memompa secara efisien dan konsisten, menyebabkan
kelebihan cairan pada kaki dan paru-paru).
d) Tanpa perawatan medis segera, takikard ventrikel
berkelanjutan. Seringkali memburuk menjadi fibrilasi
ventrikel
e) Tekanan darah menurun secara drastic, dapat merusak
organ vital, termasuk otak, yang sangat membutuhkan suplai
darah.
f) Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi
begitu kacau sehingga menyebabkan kematian mendadak.
(rabelrelianta zagoto dan qori fadillah, 2012)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosis aritmia atau menemukan penyebabnya,
dokter menggunakan tes yang meliputi:
1. Elektrokardiogram (EKG atau ECG)
Tes ini mencatat aktivitas listrik jantung. Anda akan memakai
patch elektroda kecil di dada, lengan, dan kaki. Tes ini tidak
menyakitkan dan cepat diaplikasikan, yang dapat dilakukan di
tempat praktik dokter.
2. Monitor Holter
10
Ini adalah EKG portabel yang akan Anda gunakan selama 1
sampai 2 hari. Anda akan menggunakan elektroda yang
ditempelkan di kulit. Hal ini menyakitkan dan Anda dapat
melakukan segala sesuatu meski mengenakan elektroda.
3. Tes stress
Ada berbagai jenis tes stres. Tujuannya adalah untuk
memeriksa berapa banyak stres jantung yang dapat terjadi
sebelum memiliki masalah pada irama jantung atau ketika tidak
mendapatkan aliran darah ke jantung. Jenis dari tes stres yang
paling sering adalah Anda akan berjalan di atas treadmill atau
mengayuh sepeda stasioner untuk meningkatkan kinerja
jantung kemudian Anda diperiksa EKG.
4. Echocardiogram
Tes ini menggunakan ultrasound untuk mengevaluasi otot
jantung dan katup jantung.
5. Kateterisasi jantung
Dokter akan memasukkan kateter atau tabung panjang yang
tipis ke dalam pembuluh darah di lengan atau kaki. Ini akan
memandunya ke jantung dengan bantuan dari mesin X-ray
khusus. Kemudian akan menyuntikkan pewarna melalui kateter
untuk membantu membuat video X-ray dari katup jantung, arteri
koroner, dan ruang-ruang jantung.
6. Studi elektrofisiologi
Tes ini mencatat aktivitas listrik dan jalur kelistrikan jantung.
Ini dapat membantu mencari tahu apa yang menyebabkan
masalah irama jantung dan menemukan pengobatan terbaik.
Selama tes, dokter akan mencatat irama jantung yang abnormal
kemudian mungkin memberikan obat yang berbeda untuk
mencatat obat terbaik, atau untuk melihat prosedur atau
perangkat terbaik yang dibutuhkan pasien.
11
berbaring. Pasien akan berbaring di tempat tidur dengan posisi
miring pada sudut yang berbeda saat diperiksa EKG dan
tekanan darah, serta tingkat oksigen.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan aritmia tergantung pada jenis dan keseriusan
aritmia. Beberapa orang dengan aritmia tidak memerlukan
pengobatan. Orang lain mungkin perlu pengobatan, merubah gaya
hidup, dan pembedahan.
Obat-obatan untuk mengatasi aritmia meliputi:
1. Obat antiaritmia
Obat ini mengendalikan irama jantung dan termasuk beta
blocker dan penghambat saluran kalsium.
2. Antikoagulan atau terapi antiplatelet
Obat ini menurunkan risiko pembekuan darah dan stroke. Ini
termasuk warfarin (coumadin) atau aspirin. Pengencer darah
lain yang disebut apixaban (eliquis), dabigatran (pradaxa),
edoxaban (savaysa), dan rivaroxaban (xarelto) telah disetujui
untuk mencegah stroke pada orang dengan atrial fibrilasi.
Setiap orang memiliki kasus yang berbeda. Temukan obat dan
dosis yang terbaik bagi Anda dan mungkin hal tersebut akan
memakan waktu yang lama:
a) Jika Anda menyadari bahwa aritmia terjadi lebih sering
karena aktivitas tertentu, namun tiba-tiba berhenti
melakukan aktivitas tersebut.
b) Berhenti merokok
c) Tidak minum minuman beralkohol.
d) Batasi atau berhenti mengonsumsi kafein
e) Jangan gunakan obat batuk dan obat flu yang memiliki
stimulan. Baca label dan meminta resep dokter atau dari
apoteker, obat apa yang terbaik untuk Anda.
3. Kardioversi
Jika obat tidak dapat mengontrol irama jantung yang tidak
teratur (seperti atrial fibrilasi), Anda mungkin perlu mendapatkan
kardioversi. Untuk melakukan ini, dokter akan memberikan
anestesi tindakan singkat, kemudian memberikan kejutan listrik
12
di dinding dada untuk memungkinkan irama jantung kembali
berdetak sehingga menjadi normal kembali.
4. Pacemaker
Perangkat ini mengirimkan impuls listrik kecil ke otot jantung
untuk menjaga detak jantung yang aman. Alat pacu jantung
memiliki generator denyut dan kabel yang mengirimkan impuls
dari generator ke otot jantung.
5. Implan Cardioverter Defibrillator (ICD)
Dokter menggunakan ICD untuk mengobati takikardia
ventrikel dan fibrilasi ventrikel, dua irama jantung yang
mengancam jiwa. ICD melacak irama jantung. Ketika irama
jantung terdeteksi dengan sangat cepat, kejutan listrik secara
otomatis akan diberikan ke otot jantung sehingga jantung
mendapatkan irama normal kembali. Ada beberapa cara ICD
untuk mengembalikan irama jantung normal, meliputi:
a) Anti-takikardia pacing (ATP). Ketika jantung berdetak terlalu
cepat, pasien akan mendapat serangkaian impuls listrik
kecil ke otot jantung untuk mengembalikan denyut jantung
dan irama normal
b) Pasien mendapat kejutan rendah energi pada saat yang
sama ketika jantung berdetak untuk mengembalikan irama
jantung normal.
c) Ketika jantung berdetak cepat atau tidak teratur, otot
jantung harus sesegera mungkin mendapatkan kejutan
dengan energi yang lebih tinggi untuk mengembalikan
irama normal.
d) Anti-bradikardia pacing. Banyak ICD memberikan cadangan
untuk mempertahankan irama jantung jika terlalu melambat.
6. Ablasi Kateter
Anda dapat menganggap prosedur ini
sebagai rewiring untuk memperbaiki masalah listrik dalam
jantung. Dokter akan memasukkan kateter melalui kaki. Kateter
memberikan energi listrik frekuensi tinggi untuk area kecil di
dalam jantung. Area tersebut yang menyebabkan irama jantung
13
menjadi abnormal, lalu kateter akan “memutus” jalur dari ritme
abnormal. Dokter menggunakan ablasi untuk mengobati
supraventrikular, atrial flutter, fibrilasi atrium, beberapa takikardi
atrium dan ventrikel takikardia. Beberapa orang juga perlu
prosedur lainnya.
7. Bedah Jantung untuk Aritmia
Prosedur labirin adalah jenis operasi yang digunakan
untuk memperbaiki fibrilasi atrium. Selama prosedur ini, ahli
bedah membuat labirin pemotongan ruang atas jantung.
Tujuannya adalah untuk menjaga impuls listrik jantung hanya
pada jalur tertentu. Beberapa orang mungkin perlu alat pacu
jantung sesudahnya. (doktersehat, 2018)
H. PENCEGAHAN
1. Menghindari atau mengurangi stres.
2. Mengonsumsi makanan sehat.
3. Menjaga berat badan ideal.
4. Tidak sembarangan mengonsumsi obat tanpa petunjuk obat
dari dokter.
5. Membatasi konsumsi minuman keras dan berkafein.
6. Tidak merokok.
7. Berolahraga secara teratur.(puput sundari, 2017)
14
BAB III
PEMBAHASAN
15
Gambar 1: Alat holter
Merek: EDAN
Tipe : SE-2003
16
dari model, tetapi kebanyakan holter monitor memperkerjakan
antara tiga dan delapan. Elektroda ini terhubung ke sepotong kecil
peralatan yang terpasang pada sabuk pasien atau digantung di
leher, dan bertanggung jawab untuk menjaga log aktivitas listrik
jantung selama selama periode perekaman> (hilbel, Thomas M
Helms; Gerd Mikus; Hugo A Katus, Cristian Sugck (2008/01/10)
17
dipercaya. Sama halnya dengan prosedur elektrokardiogram atau EKG
biasa. Ada bantalan elektroda pada monitor holter tersebut untuk
diletakkan pada dada secara langsung. Jika pada dada pasien terdapat
bulu atau rambut, maka biasanya petugas akan mencari solusinya dengan
cara mencukur bulu atau rambut yang terdapat didada pasien agar alat
dapat menempel dengan baik dan pemeriksaan bisa berjalan dengan
baik.
Persiapan alat:
18
Gambar 4: plaster Holter
19
Gambar 5: Lokasi pempatan elektrodaHolter
BAB IV
20
PENUTUP
trial flutter merupakan tanda awal dari penyakijantung koroner, gejala dan
tandabergantung pada respon ventrikulaFibrilasi atrium adalah jenis
21
aritmia yang sering terjadi pada sindrom koroner akut,gagal jantung,
penyakit katup mitral atau trikuspid.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN 1
RESUME KASUS
A. DESKRIPSI PASIEN
1. Identitas
Nama : Tn. AY
Tanggal Lahir : 16-02-1973
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Ap Pettarani 6 No 91-
Panakkukang.
Ruang : Poli Jantung
2. Riwayat Penyakit:
3. Data Fokus
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Echocardiography
3. LVH(-)
4. Global normokinetik
24
5. Fungsi sistolik RV baik, TAPSE 1,8 cm
7. E/A>1
8. eRAP 8 mmHg
3. Pemeriksaan fisik
25
E. INTERVENSI KETEKNISIAN
1. Definisi
2. Tujuan
a. Mengetahui irama dan detak jantung karena dengan begitu,
akan dapat terindikasikan ada tidaknya gangguan atau
kelainan pada jantung.
b. Mendeteksi ada tidaknya efek obat yang sedang dikonsumsi
dan apakah obat tersebut memengaruhi fungsi kerja jantung.
c. Mendeteksi ada tidaknya hipertrofiatau keadaan
bertambahnya massa otot jantung sehingga berakibat pada
kemunculan jantung bengkak.
d. Mengetahui irama dan pola denyut jantung yang menjadi
indikator ada tidaknya kelainan atau gangguan pada irama
dan pola denyut jantung tersebut.
26
e. Mengetahui ada tidaknya kelainan lain di organ jantung,
seperti misalnya mendeteksi serangan jantung.
3. Hasil Holter
c. Total VE 22
e. Total SVE 24
27
LAMPIRAN 2
A. Pengkajian
1. Identitas pasien:
Nama : Tn. AY
Tanggal Lahir : 16-02-1973
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Ap Pettarani 6 No 91-
Panakkukang.
Ruang : Poli Jantung
3. Pemeriksaan Fisik:
B. ANALISI DATA
1. Data fokus :
28
a. Data Subjektif: Pasien mengatakan Berdebar-debar sejak
dua minggu lalu, riwayat sesak tidak ada, riwayat nyeri
dada tidak ada.
2. Pemeriksaan Penunjang
b. Elektrocardiogram:
c. Echocardiography
11. LVH(-)
29
14. Katup-katup dalam batas normal
15. E/A>1
C. Web Of Caution
D. Diagnosa Medis:
1. Diagnosa Utama: Aritmia
E. Rencana Terapi:
1. Pemasangan Holter
F. Implementasi
30
G. Evaluasi
c. Total VE 22
e. Total SVE 24
31
32