nah bagi yang belum tau mari kita simak apa perbedaan dari PAK dan PAHK itu
Penyakit Akibat Kerja (PAK) (Occupational Diseases) adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permennaker No. Per. 01/Men/1981) yang akan berakibat
cacat sebagian maupun cacat total.Cacat Sebagian adalah hilangnya atau tidak fungsinya
sebagian anggota tubuh tenaga kerja untuk selama-lamanya. Sedangkan Cacat Total adalah
keadaan tenaga kerja tidak mampu bekerja sama sekali untuk selama-lamanya
1. Faktor Fisik
2. Golongan Kimia
Asal : bahan baku, bahan tambahan, hasil antara, hasil samping, hasil (produk), sisa
produksi atau bahan buangan.
Bentuk : zat padat, cair, gas, uap maupun partikel.
Cara masuk tubuh dapat melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa
Masuknya dapat secara akut dan secara kronis
Efek terhadap tubuh : iritasi, alergi, korosif, Asphyxia, keracunan sistemik, kanker,
kerusakan/kelainan janin, pneumoconiosis, efek bius (narkose), Pengaruh genetic.
3. Golongan Biologi
Berasal dari : virus, bakteri, parasit, jamur, serangga, binatang buas, dll
Golongan Ergonomi/fisiologi
Akibat : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja yang salah, Kontruksi salah.
Efek terhadap tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang, perubahan bentuk,
dislokasi.
Akibat : suasana kerja monoton dan tidak nyaman, hubungan kerja kurang baik, upah
kerja kurang, terpencil, tak sesuai bakat.
Manifestasinya berupa stress.
Penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan.
Terdapat jaminan seperti kecelakaan kerja,
Prinsip : kedua penyakit adalah sama. Pada dasarnya penyakit akibat kerja adalah sama dengan
penyakit yang timbul karena hubungan kerja.
Perbedaannya :
Penyakit Akibat Kerja (PAK): terjadi hanya diantara populasi pekerja, penyebab spesifik, adanya
paparan di tempat kerja, diatur oleh kep.men.No.01/MEN/1981 , meliputi 30 jenis penyakit ,
dasar : keselamatan kerja.
Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) : terjadi juga pada populasi penduduk, penyebab
multifaktor, pemaparan di tempat kerja mungkin salah satu faktor, diatur dalam
kep.pres.No.22/KEPRES/1993 , meliputi 31 jenis penyakit , dasar : mungkin dapat kompensasi
ganti rugi. 31 jenis penyakit 30 jenis penyakit + 1 klausul = penyakit yang disebabkan oleh
bahan kimia lainnya termasuk obat.
(http://hima-k3.ppns.ac.id/?p=1360)
Perbedaan PAK dan PAHK Penyakit akibat kerja : penyakit yang disebabkan karena
pekerjaannya / lingkungan kerja. Keadaan ini harus dilaporkan paling lama 2 x 24 jam. Contoh :
keracunan Pb, asbestosis, silikosis. Faktor penyebab penyakit akibat kerja : Faktor fisik, faktor
kimia, faktor biologi, faktor fisiologi (ergonomi), faktor mental psikologi. Faktor fisik
kebisingan, suhu dan kelembaban, kecepatan aliran udara/angin, getaran/vibrasi mekanis, radiasi
gelombang elektromagnetik dan tekanan udara/atmosfir. Faktor kimia
sikap dan cara kerja, jam kerja, dan istirahat. Faktor mental psikologis
suasana kerja, hubungan antara karyawan dan pengusaha, pemilihan kerja. Pencegahan penyakit
akibat kerja : Pengurus perusahan wajib melakukan tindakan preventif agar penyakit akibat kerja
tidak terulang, dan menyediakan alat pelindung diri untuk digunakan tenaga kerja. Tenaga kerja
wajib : memberi keterangan pada dokter, memakai APD, memenuhi syarat pencegahan PAK,
meminta kepada pengurus agar melaksanakan syarat pencegahan. Tenaga kerja berhak :
menyatakan keberatan kerja bila pencegahan PAK diragukan olehnya. Penyakit akibat hubungan
kerja : penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena
pekerjaan. Terdapat jaminan seperti kecelakaan kerja, hak jaminan paling lama 3 tahun sejak
hubungan kerja tersebut berakhir. Contoh : asma, TBC, hipertensi. Prinsip : kedua penyakit
adalah sama. Pada dasarnya penyakit akibat kerja adalah sama dengan penyakit yang timbul
karena hubungan kerja. Perbedaannya hanya pada : Penyakit akibat kerja : terjadi hanya diantara
populasi pekerja, penyebab spesifik, adanya paparan di tempat kerja, diatur oleh
kep.men.No.01/MEN/1981 , meliputi 30 jenis penyakit , dasar : keselamatan kerja. Penyakit
hubungan kerja : terjadi juga pada populasi penduduk, penyebab multifaktor, pemaparan di
tempat kerja mungkin salah satu faktor, diatur dalam
30 jenis penyakit + 1 klausul = penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk
obat.
(https://www.scribd.com/doc/220886075/Perbedaan-PAK-Dan-PAHK)
Pdf penyakit akibat kerja (https://willimhaveyou.files.wordpress.com/2014/04/2-penyakit-akibat-kerja-
pak.pdf)
Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis di bidang konstruksi dapat dilakukan dengan
desain kerja yang baik dan organisasi / pengaturan kerja. Pencegahan penyakit akibat kerja
dapat dilakukan dalam tiga cara:
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah usaha atau tindakan para pekerja agar tidak terpajan zat-zat
berbahaya. Usaha itu antara lain:
4. Ventilasi
5. Baik secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih yang dialirkan ke
ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.
6. Alat Pelindung Diri. Alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala, sarung
tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat, masker
khusus untuk melindungi pernafasan terhadap debu atau gas berbahaya, kaca mata khusus
dsb.
7. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja. Hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab yang
menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga kerja.
b. Percegahan sekunder
Pencegahan sekunder diperlukan untuk mendeteksi dini penyakit akibat kerja. Pencegahan
sekunder antara lain bisa dilakukan seperti:
1. Penyuluhan
c. Pencegahan tersier
Yaitu mencegah terjadi kecacatan pada pekerja yang sudah terkena penyakit akibat kerja. Hal
ini bisa dilakukan antara lain sbb:
1. Mengistrahatkan pekerja
2. Melakukan pemindahan pekerja dari tempat yang terpajan
3. Melakukan pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit.
Ada banyak metode pencegahan, tapi menurut kami cara mencegah penyakit pada waktu kerja
adalah kedisiplinan, doa istri dan anak-anak, dan paling penting doa orang tua untuk anak-
anaknya.
(http://kesehatan-anekanews.blogspot.co.id/2011/03/cara-mencegah-penyakit-akibat-kerja.html)
(liza salaswati
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428813&val=3947&title=PENYAKIT%20AKIBAT%2
0KERJA%20DAN%20PENCEGAHAN)
Pengertian (Definisi), Contoh, Penyebab dan
Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK)
Hebbie Ilma Adzim Dasar-Dasar K3 | Rabu, Oktober 02, 2013
Pengertian (definisi) Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani
maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah oleh aktivitas kerja ataupun kondisi lain
yang berhubungan dengan pekerjaan.
Beberapa contoh penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : silicosis (karena paparan debu silica),
asbestosis (karena paparan debu asbes), low back pain (karena pengangkutan manual), white
finger syndrom (karena getaran mekanis pada alat kerja), dsb.
Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja (PAK) antara lain : Biologi (Bakteri, Virus
Jamur, Binatang, Tanaman) ; Kimia (Bahan Beracun dan Berbahaya/Radioaktif), Fisik
(Tekanan, Suhu, Kebisingan, Cahaya), Biomekanik (Postur, Gerakan Berulang, Pengangkutan
Manual), Psikologi (Stress, dsb).
(https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.co.id/2013/10/penyakit-akibat-kerja-pak.html)
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat pepatah bermain air
basah, bermain api hangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja sudah menjadi risiko setiap orang
yang melakukan pekerjaan, baik itu petani, nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang, maupun
pegawai kantoran sekalipun.
Sepanjang tahun 2009, pemerintah mencatat telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan
kerja di Indonesia. Meski menunjukkan tren menurun, namun angka tersebut masih tergolong
tinggi. Kecelakaan kerja di sebuah pabrik gula di Jawa Tengah menyebabkan empat pekerjanya
tewas dan di Tuban Jawa Timur seorang meninggal dan dua orang lainnya terluka akibat tersiram
serbuk panas saat bekerja di salah satu pabrik semen adalah beberapa contoh kasus kecelakaan
kerja yang mengakibatkan kerugian bahkan sampai menghilangkan nyawa.
Kerugian akibat kecelakaan kerja tidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja itu sendiri, namun juga
bisa berdampak pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu perlu adanya penerapan sebuah sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasis paradigma sehat.
Hal itu menjadi kebutuhan yang mendesak mengingat jumlah tenaga kerja di Indonesia pada
tahun 2009 sebesar 104,49 juta, bekerja di sektor formal sebesar 30,51 % sedangkan 69,49 %
bekerja di sektor informal, dengan distribusi sebesar 41,18% bekerja di bidang pertanian, industri
12,07%; perdagangan sebesar 20,90%; transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar
5,69%; konstruksi sebesar 4,42%, jasa dan keuangan 14,44%; serta pertambangan, listrik dan gas
1,3% (Berita Resmi Statistik 2009). Dari data tahun 2007 diketahui kecelakaan kerja terbanyak
terjadi pada tenaga kerja konstruksi dan industri masing-masing 31,9 % dan 31,6 %.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Agar dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang penyakit akibat kerja, penyebab
penyakit akibat kerja serta pencegahannya.
Agar lebih mengerti dan memahami tentang penyakit akibat kerja serta pencegahanya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses
maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang
artifisial atau man made disease. Dalam melakukan pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko
untuk mendapatkan gangguan Kesehatan atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut.Oleh karena itu , penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan,alat kerja , bahan , proses maupun lingkungan kerja
Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be defined simply as one that is caused ,
or made worse , by exposure at work.. Di sini menggambarkan bahwa secara sederhana sesuatu
yang disebabkan , atau diperburuk , oleh pajanan di tempat kerja . Atau , “ An occupational
disease is health problem caused by exposure to a workplace hazard ” ( Workplace Safety and
Insurance Board, 2005 ), Sedangkan dari definisi kedua tersebut, penyakit akibat kerja adalah
suatu masalah Kesehatan yang disebabkan oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.
Dalam hal ini , pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and Insurance Board (
2005 ) antara lain :
Menurut Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993, Penyakit yang
timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja (pasal 1). Keputusan Presiden tersebut melampirkan Daftar Penyakit yang diantaranya yang
berkaitan dengan pulmonologi termasuk pneumokoniosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru
dan saluran nafas akibat debu logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas,
vals, henep dan sisal (bissinosis), asma akibat kerja, dan alveolitis alergika.
Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka yang menderita penyakit yang
timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan kerja.
1. a. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2 yang terhisap
masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir,
menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat
penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2.
Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan
partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4
tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak,
apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak.
Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali
tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai
terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti
dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum
ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan
tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga
sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran
pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum
masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat
penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
1. b. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes
yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan
batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar /
melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes
dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini.
1. c. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu
napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau
serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti
tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit
bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari
awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit
bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas
yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis
yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
1. d. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara.
Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja
yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi,
lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat
Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa
sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit
antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya
disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni,
penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang
cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi
berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian.
Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang
relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi
sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya.
Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat
adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang
paru-paru.
1. e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut
beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis
yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis
dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium,
tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja
pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga
mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed
berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun
setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun
setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut,
penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat
badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala
bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu
dilaksanakan terus – menerus.
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya asma akibat
kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena virus. Kronis, missal:
asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut.
Dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
1. b. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan, kadang sembuh
sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan
dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan
penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
1. c. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan yang lama, ada
beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan
dari setiap orang dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan
terjadinya hilangnya pendengaran.
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung yang berhubungan
dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Penentuan kemungkinan
bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang
yang tidak wajar.
1. e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan oleh pajanan di
tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan
klinis individu dari pada studi epidemiologi. Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen
mulai > 20 tahun sebelum diagnosis.
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat kerja.
1. g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau sirosis karena alkohol.
Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik yang ada.
1. h. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering diabaikan. Neuro pati
perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian alkohol atau tidak diketahui penyebabnya,
depresi SSP oleh karena penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak
baik mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan. Lebih dari
100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk
arsen, timah, merkuri, methyl, butyl ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon
disulfide dapat menyebabkan gejala seperti psikosis.
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia atau lingkungan.
Sick building syndrome. Multiple Chemical Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate
petroleum, rokok.
2.4 Pencegahan
Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja terhadap
pekerjaannya.
Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu pencegahan terhadap
PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja bukan
menjadi lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar Penyakit Akibat
Kerja, diantaranya:
Kondisi fisik sehat dan kuat sangat dibutuhkan dalam bekerja, namun dengan bekerja benar
teratur bukan berarti dapat mencegah kesehatan kita terganggu. Kepedulian dan kesadaran akan
jenis pekerjaan juga kondisi pekerjaan dapat menghalau sumber penyakit menyerang. Dengan
didukung perusahaan yang sadar kesehatan, maka kantor pun akan benar-benar menjadi lahan
menuai hasil bukanlah penyakit.
Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat dilakukan duamacam terapi,
yaitu:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat pepatah bermain air
basah, bermain api hangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja sudah menjadi risiko setiap orang
yang melakukan pekerjaan, baik itu petani, nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang, maupun
pegawai kantoran sekalipun.
Sepanjang tahun 2009, pemerintah mencatat telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan
kerja di Indonesia. Meski menunjukkan tren menurun, namun angka tersebut masih tergolong
tinggi. Kecelakaan kerja di sebuah pabrik gula di Jawa Tengah menyebabkan empat pekerjanya
tewas dan di Tuban Jawa Timur seorang meninggal dan dua orang lainnya terluka akibat tersiram
serbuk panas saat bekerja di salah satu pabrik semen adalah beberapa contoh kasus kecelakaan
kerja yang mengakibatkan kerugian bahkan sampai menghilangkan nyawa.
Oleh karena itu perlu adanya penerapan sebuah sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasis paradigma sehat.
3.2 Saran
Diharapkan untuk memahami tentang penyakit akibat kerja dan penatalaksanaan pada pasien
akibat kecelakaa kerja agar nantinya dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat.
Diharapkan untuk memberikan penanganan dan pengetahuan tentang penyakit akibat kecelakaan
kerja. Serta terus meningkatkan kualitas pelayanan bagi pasien.
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang penyakit akibat kecelakaan kerja agar lebih
waspada.
(https://nahrowy.wordpress.com/2013/01/31/makalah-penyakit-akibat-kerja-pak/)