Npm : 1616041026
JAKARTA - Sekitar seribu driver ojek online (Ojol) meminta pemerintah mengatur
keberadaan mereka. Permintaan mereka disampaikan dengan cara menggelar aksi unjuk rasa
di depan Kantor Kemenhub dan Istana, beberapa waktu lalu.
"Kami menuntut agar ada regulasi, tahun 2015 masih inget nggak Pak Presiden Jokowi
ngundang ada dua driver ojek online makan siang di Istana. Habis itu kan Pak Jokowi bilang
beresin nih, artinya buat aturannya," kata Away, salah satu Koordinator Komunitas Gojek di
Jakarta.
"Jadi kalau konsisten mengikuti definisi yang benar, maka dengan pasti kita bisa memilah
mana yang angkutan umum dan mana yg bukan. Kasus di Jakarta cuma TJ, KCI dan
beberapa layanan dari kawasan pemukiman, selain itu tidak bisa dianggap angkutan umum,"
terang Alvinsyah kepada Okezone, Sabtu (25/11/2017).
Namun, lanjut Alvinsyah, di dalam sistem regulasi, angkutan berbayar sudah dikategorikan
sebagai angkutan umum. Akan tetapi, menurutnya, semua bergantung keputusan pemerintah
untuk memastikan layanan Ojol tetap beroperasi di bawah payung hukum.
"Intinya kita kembalikan kepada pemerintah saja, kalau mau dilegalkan ya silakan dengan
segala konsekuensinya. Kalau tidak pun ada konsekuensinya," ujar dia.
Dalam aksi damai pengemudi Ojol beberapa waktu lalu, mereka menuntut agar Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan juga menaungi
regulasi keberadaan roda transportasi ojek online di Indonesia.
Latar Belakang:
Kondisi saat ini mereka massa ojek online tetap mendesak pemerintah mengeluarkan regulasi
ojek online yang mengatur tarif. Tak cuma soal tarif, dengan dikeluarkannya regulasi dari
pemerintah, itu berarti keberadaan mereka akan segera diakui. Pengakuan tersebut
dibutuhkan mereka agar terhindar dari tindakan semena-mena perusahaan aplikasi.
Selama ini pengemudi ojek online punya posisi yang lemah terutama ketika menghadapi
perusahaan aplikasi yang mengeluarkan kebijakan tertentu dan dianggap merugikan mereka.
Contohnya seperti penetapan tarif yang kerap berubah tanpa sosialisasi terlebih dahulu.Selain
itu, kebijakan perusahaan dalam memberikan hukuman pun kerap menjadi masalah lantaran
pihak perusahaan tak mengupayakan verifikasi terlebih dahulu. Mereka juga meminta
pemerintah tak mengesampingkan fakta bahwa popularitas ojek online juga disebabkan oleh
kualitas angkutan umum yang hingga kini masih juga belum maksimal.
Analisis:
Pada studi kasus diatas, perkembangannya ojek online baru-baru ini menjadi pilihan sebagian
masyarakat indonesia sebagai jasa angkutan orang beberapa waktu terakhir, karena dengan
kemudahan dan juga sebagai angkutan sepeda motor yang dapat melaju dengan mudah tanpa
macet dan dapat berjalan di gang-gang kecil, beberapa alasan itulah yang menjadikan ojek
online pilihan utama masyarakat dalam bepergian jika tidak membawa kendaraan pribadi.
Akan tetapi masyarakat kurang mengerti tentang keamanan menjadi penumpang ojek, mereka
hanya memikirkan kenyamanan, cepat dan efisien ketika menumpangi jasa ojek online
tersebut.
Masyarakat perlu mengetahui bahwa ada perlindungan hukum jika saat menggunakan jasa
ojek online mengalami kecelakaan di jalan raya, memang dalam hal ini belum jelas adanya
peraturan mengenai ojek kendaraan bermotor, maka jika terjadi kecelakaan ini adalah
kecelakaan murni, karena ojek online belum terdaftar sebagai angkutan umum dan belum
juga ada dasar hukumnya. Ojek online belum resmi jadi angkutan umum, karena ojek online
belum memenuhi syarat-syarat pendirian perusahaan angkutan umum, karena hal tersebut
akan menjadi sumber hukum administrasi bagi perusahaan ojek online dan Dinas
Perhubungan bisa bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan dijalan raya maupun masalah-
masalah yang timbul didalam ojek online itu sendiri terkait pelayanan masyarakat sebagai
kendaraan bermotor umum yang telah sah dan diakui pemerintah khususnya Dinas
Perhubungan sebagai pengelola angkutan jalan.
Dalam hal ini, pemerintah di tuntut untuk dapat memecahkan masalah tersebut dengan
memberikan solusi-solusi jitu untuk mengatasi keterbatasan sarana angkutan umum yang
tersedia. Namun, ketika pemerintah tidak dapat menyanggupi hal tersebut berakibat pada
munculnya sarana angkutan yang bersifat alternatif, salah satunya adalah ojek online.
Layanan ojek online hadir sebagai salah satu alternatif angkutan umum yang dapat digunakan
oleh masyarakat dengan keunggulan tersendiri mengingat Ojek Online bisa memberikan
layanan door to door, mudah menjangkau lokasi sulit yang tidak dapat dilalui oleh angkutan
umum.
Akan tetapi, ojek online hanya merupakan sarana angkutan alternatif yang masih ilegal
karena tidak diatur dalam Undang-Undang dan pelaksanaannya pun tidak memenuhi
persyaratan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, oleh karena itu pemerintah harus tegas dalam menangani fenomena Ojek
Online agar tercipta kepastian hukum dan untuk itu pemerintah dihadapkan dengan dua
pilihan yakni dengan menegakan undang-undang lalu lintas dan angkutan jalan yang ada atau
dengan merevisinya agar Ojek Online menjadi legal. Disisi lain apabila pemerintah tidak
tegas dalam menangani hal tersebut maka masyarakat sebagi pengguna Ojek Online akan
terkena imbasnya dengan tidak terjaminnya perlindungan hukum yang akan menyulitkan
peumpang untuk menuntut ganti rugi apabila penumpang mengalami suatu kejadian yang
tidak terduga dan mengakibatkan kerugian bagi penumpang.
Solusi:
Berdasarkan kasus diatas, Pemerintah harus bertindak tegas untuk mengambil keputusan ini.
Karena driver yang mencurahkan waktunya untuk bekerja lebih lama akan memperoleh
orderan atau pelanggan lebih banyak dengan begitu penghasilan yang diperoleh oleh para
driver juga akan meningkat. Begitu pula pengalaman kerja, dengan semakin lamanya para
driver bekerja sebagai driver Ojek online, maka secara otomatis mereka akan lebih
memahami kondisi di lapangan dan juga lebih memahami kondisi di daerah tempat mereka
bekerja. Sedangkan dalam hal ini tidak adanya pengaruh variabel umur dan tingkat
pendidikan terhadap pendapatan driver Ojek online. Umur tidak mempengaruhi pendapatan
karena para driver yang memiliki umur > 40 tahun masih bisa bekerja selama 16 jam dalam
sehari. Tingkat pendidikan dalam hal ini juga tidak berpengaruh terhadap pendapatan karena
para driver yang memiliki pendidikan yang tinggi tidak semua memiliki pendapatan yang
tinggi. Rata-rata para driver yang tamatan SMA/SMK yang lebih banyak mencurahkan jam
kerjanya yang memperoleh penghasilan yang lebih banyak, dibandingkan tamat S1.
Daftar pustaka:
Sholeh, Maimun.2007. Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja serta Upah: Teori serta
Beberapa Potretnya di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, Vol. 4, No.1
Sukartini, Made. 2014. Hubungan Upah dan Penawaran Tenaga Kerja Supir Taxi di
Surabaya. JEKT, 7 (1), page 60-72
https://news.okezone.com/read/2017/11/24/338/1820046/ojek-online-tuntut-regulasi-
pengamat-nilai-semua-tergantung-keputusan-pemerintah