Anda di halaman 1dari 10

Kiamat Memang Sudah Dekat

Cerpen Dewi Lestari

Kiamat bagi sebagian orang adalah peristiwa magis cenderung komikal, melibatkan naga berkepala
tujuh atau jembatan dari rambut dibelah tujuh. Peristiwa ini merupakan intervensi pihak eksternal,
yakni Tuhan, yang akan datang menghakimi manusia di hari yang tak terduga. Lalu, jika tiba peristiwa
alam yang meluluhlantakkan sebagian besar Bumi sebelah utara, melenyapkan sebagian besar
Eropa, menihilkan kehidupan di Rusia, menyusutkan populasi AS hingga separuh, merusak berat
Australia, Jepang, dan menenggelamkan pesisir pantai dunia hingga enam meter, menciutkan
populasi Bumi sekurangnya duapuluh persen, lalu membiarkan sisanya dicengkeram iklim ekstrem
dan kekacauan global, akankah ini cukup untuk sebuah definisi hari kiamat? Saya terusik ketika
membaca buku Graham Hancock "Fingerprints of the Gods". Dengan buktibukti yang ia kompilasi dari
peradaban kuno Aztec, Maya, Hopi, dan Mesir, Hancock menemukan jejak peradaban yang
kecanggihannya melebihi peradaban modern hari ini, tapi hilang sekitar 10,000 tahun SM oleh sebuah
bencana katastrofik yang mengempaskan ras manusia kembali ke Zaman Batu. Bukti geologis pun
mendukung bahwa Bumi telah beberapa kali mengalami climate shift.

Suku Maya dikenal sangat obsesif terhadap hari kiamat. Mereka percaya lima siklus kehidupan (atau
'matahari') telah terjadi. Dan sistem canggih kalendar mereka (Hancock meyakininya sebagai warisan
dan bukan temuan) menghasilkan perhitungan bahwa matahari ke-5 (Tonatiuh), yakni zaman kita
sekarang, berlangsung 5125 tahun dan berakhir pada tanggal 23 Desember 2012 AD. Sementara itu,
peradaban Mesir Kuno menghitung siklus axial Bumi terhadap kedua belas rasi bintang. Siklus yang
totalnya 25,920 tahun ini bergeser teratur, masing-masing 2160 tahun untuk tiap rasi. Posisi kita
sekarang, rasi Pisces, telah menuju penghabisan, bertransisi ke Aquarius dengan pergolakan
dahsyat. Dengan pendekatan yang lebih esoterik, Gregg Braden dalam bukunya "Awakening to Zero
Point" meninjau fenomena polar shifting, yakni bertukarnya Kutub Utara dan Kutub Selatan yang
ditandai oleh melemahnya intensitas medan magnet Bumi tercatat sudah turun sebanyak tigapulu
delapan persen dibandingkan 2000 tahun lalu dan dipercaya akan sampai ke titik nol sekitar tahun
2030 AD. Fenomena alam ini sudah 14 kali terjadi dalam kurun waktu 4,5 juta tahun. Di luar dari
kontroversi saintifik soal teori Hancock dan Braden, sukar untuk disangkal bahwa Bumi kita memang
tak lagi sama. Tahun 1998 tercatat sebagai salah satu puncak perilaku alam yang luar biasa. El Nino,
disusul oleh La Nina, lalu Tibet dan Afrika Selatan masing-masing mengalami musim dingin dan banjir
terburuk dalam limapuluh tahun terakhir. Memasuki tahun 2005, tsunami memporak-porandakan Asia,
lalu Katrina menghantam Amerika Serikat. Entah apa lagi yang akan kita hadapi. Namun pemahaman
kita merangkak lamban seperti siput dibandingkan alam yang bagai kuda mengamuk. Isu pemanasan
global membutuhkan satu dekade lebih untuk diakui para skeptis dan birokrat. Di Indonesia, sumber
energi alternatif baru ramai dibahas setelah harga BBM melonjak, setelah bangsa ini terlanjur
ketergantungan minyak. Isu pengolahan sampah dapur hanya sampai taraf bisik-bisik, itu pun setelah
gunung sampah longsor dan memakan korban. Selain upaya kalangan industri yang dirugikan oleh
turunnya konsumsi energi fosil, lambannya respons kita juga disebabkan perkembangan sains ke
pecahan-pecahan spesialiasi hingga fenomena yang tersebar acak jarang diintegrasikan menjadi satu
gambaran utuh, dan tanpa sebuah model analisa yang sanggup menunjuk satu tanggal pasti, bencana
katastrofik ini hanya menjadi wacana spekulatif. Sekarang ini bisa dibilang kita dibanjiri data dan gejala
tanpa sebuah kerangka diagnosa.

Pengetahuan kita tentang akhir dunia pun stagnan dalam kerangka mitos biblikal yang sulit
dikorelasikan dengan efek panjang kebakaran hutan atau eksploitasi alam, hingga lazimlah jika orang
beribadah jungkir-balik demi mengantasipasi hari penghakiman tetapi terus membuang sampahnya
sembarangan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman akan bahaya dari pemanasan global, dan tindakan
nyata untuk meresponsnya dengan urgensi skala hari kiamat. Ada tidaknya hubungan knalpot mobil
kita dengan cairnya es di kutub, bukankah kualitas udara yang baik berefek positif bagi semua?
Lupakan plang 'Sayangilah Lingkungan'. Kita telah sampai pada era tindakan nyata. Banyak hal kecil
yang bisa kita lakukan dari rumah tanpa perlu menunggu siapa-siapa. Perubahan gaya hidup adalah
tabungan waktu kita, demi peradaban, demi yang kita cinta. Angkot kita satu dan sama: Bumi. Tarif
yang kita bayar juga sama, mau kiamat jauh atau dekat. Tidak ada angkot lain yang menampung kita
jika yang satu ini mogok. Penumpang yang baik akan memelihara dan membantu kendaraan satu-
satunya ini. Sekuat tenaga.
[tutup]
Ikuti Wikipedia bahasa Indonesia di Facebook, Twitter, Instagram, dan Telegram

Dewi Lestari
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Dewi Lestari

Latar belakang

Nama lahir Dewi Lestari Simangunsong

Lahir 20 Januari 1976 (umur 41)

Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Jenis musik pop

Pekerjaan penyanyi, penulis

Tahun aktif 1995 - sekarang

Perusahaan rekaman Bulletin Musik

Terkait dengan Sita Nursanti, Rida, Marcell


Pasangan Marcell (2003 - 2008)

Reza Gunawan (2008 - sekarang)

Anak Keenan Avalokita Kirana (5 Agustus 2004)

Atisha Prajna Tiara (23 Oktober 2009)

Orang tua Yohan Simangunsong

Turlan br Siagian (alm)

Almamater Fakultas Hubungan Internasional Universitas

Parahyangan (selesai)

Agama Buddha

Situs resmi http://deelestari.com/id/

Anggota

Rida Sita Dewi

Dewi Lestari Simangunsong yang akrab dipanggil Dee (lahir di Bandung, Jawa Barat, 20
Januari 1976; umur 41 tahun) adalah seorang penulis dan penyanyi asal Indonesia. Dee pertama
kali dikenal masyarakat sebagai anggota trio vokal Rida Sita Dewi. Ia merupakan alumnus SMA
Negeri 2 Bandung dan lulusan Universitas Parahyangan, jurusan Hubungan Internasional. Sejak
menerbitkan novel Supernova yang populer pada tahun 2001, ia kemudian dikenal luas
sebagai novelis.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Karier menyanyi
 2Karier Menulis
 3Kehidupan pribadi
 4Karya
 5Diskografi
 6Pranala luar
 7Referensi

Karier menyanyi[sunting | sunting sumber]


Dee terlahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Yohan Simangunsong dan
Tiurlan br Siagian (alm). Salah seorang adik kandungnya, yaitu Arina Ephipania, merupakan vokalis
dari group musik Mocca. Sejak kecil Dee telah akrab dengan musik. Ayahnya adalah seorang
anggota TNI yang belajar piano secara otodidak. Sebelum bergabung dengan Rida Sita
Dewi (RSD), Dee pernah menjadi backing vocal untuk Iwa K, Java Jive dan Chrisye. Sekitar bulan
Mei 1994, ia bersama Rida Farida dan Indah Sita Nursanti bergabung membentuk trio Rida Sita
Dewi (RSD) atas prakarsa Ajie Soetama dan Adi Adrian.
Trio RSD meluncurkan album perdana, Antara Kita pada tahun 1995 yang kemudian dilanjutkan
dengan album Bertiga (1997). RSD kemudian berkibar di bawah bendera Sony Music
Indonesia dengan merilis album Satu (1999) dengan nomor andalan antara lain, "Kepadamu" dan
"Tak Perlu Memiliki". Menjelang akhir tahun 2002, RSD mengemas lagu-lagu terbaiknya ke dalam
album The Best of Rida Sita Dewi dengan tambahan dua lagu baru, yakni "Ketika Kau Jauh"
ciptaan Stephan Santoso/Inno Daon dan "Terlambat Bertemu", karya pentolan Kahitna, Yovie
Widianto. Pada tahun 2006, Dee meluncurkan album berbahasa Inggris berjudul Out Of Shell, dan
tahun 2008 melucurkan album RectoVerso,Album Ini mengundang Arina Mocca berduet di lagu Aku
Ada dan berduet di lagu "Peluk" dengan Aqi Alexa. Hits besarnya adalah "Malaikat Juga Tahu". Di
Album ini juga Dee merilis ulang lagu milik Marcell Siahan berjudul "Firasat".

Karier Menulis[sunting | sunting sumber]


Sebelum Supernova keluar, tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah sering menulis. Tulisan
Dee pernah dimuat di beberapa media. Salah satu cerpennya berjudul "Sikat Gigi" pernah dimuat di
buletin seni terbitan Bandung, Jendela Newsletter, sebuah media berbasis budaya yang independen
dan berskala kecil untuk kalangan sendiri. Tahun 1993, ia mengirim tulisan berjudul "Ekspresi"
ke majalahGadis yang saat itu sedang mengadakan lomba menulis dimana ia berhasil mendapat
hadiah juara pertama. Tiga tahun berikutnya, ia menulis cerita bersambung berjudul "Rico the Coro"
yang dimuat di majalah Mode. Bahkan ketika masih menjadi siswa SMU 2 Bandung, ia pernah
menulis sendiri 15 karangan untuk buletin sekolah.
Novel pertamanya yang sensasional, Supernova Satu : Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, dirilis 16
Februari 2001. Novel yang laku 12.000 eksemplar dalam tempo 35 hari dan terjual sampai kurang
lebih 75.000 eksemplar ini banyak menggunakan istilah sains dan cerita cinta. Bulan Maret 2002,
Dee meluncurkan “Supernova Satu” edisi Inggris untuk menembus pasar internasional dengan
menggaet Harry Aveling (60), ahlinya dalam urusan menerjemahkan karya sastra Indonesia ke
bahasa Inggris.
Supernova pernah masuk nominasi Katulistiwa Literary Award (KLA) yang digelar QB World Books.
Bersaing bersama para sastrawan kenamaan seperti Goenawan Muhammad, Danarto lewat karya
Setangkai Melati di Sayap Jibril, Dorothea Rosa Herliany karya Kill The Radio, Sutardji Calzoum
Bachri karya Hujan Menulis Ayam dan Hamsad Rangkuti karya Sampah Bulan Desember.
Sukses dengan novel pertamanya, Dee meluncurkan novel keduanya, Supernova Dua berjudul
"Akar" pada 16 Oktober 2002. Novel ini sempat mengundang kontroversi karena dianggap
melecehkan umat Hindu. Umat Hindu menolak dicantumkannya lambang OMKARA/AUM yang
merupakan aksara suci BRAHMAN Tuhan yang Maha Esa dalam HINDU sebagai cover dalam
bukunya. Akhirnya disepakati bahwa lambang Omkara tidak akan ditampilkan lagi pada cetakan ke
2 dan seterusnya.
Pada bulan Januari 2005 Dee merilis novel ketiganya, Supernova episode PETIR. Kisah di novel ini
masih terkait dengan dua novel sebelumnya. Hanya saja, ia memasukkan 4 tokoh baru dalam
PETIR. Salah satunya adalah Elektra, tokoh sentral yang ada di novel tersebut.
Lama tidak menghasilkan karya, pada bulan Agustus 2008, Dee merilis novel terbarunya yaitu
RECTOVERSO yang merupakan paduan fiksi dan musik. Tema yang diusung adalah Sentuh Hati
dari Dua Sisi. Recto Verso-pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tetapi sesungguhnya
satu kesatuan. Saling melengkapi. Buku RECTOVERSO terdiri dari 11 fiksi dan 11 lagu yang saling
berhubungan. Tagline dari buku ini adalah Dengar Fiksinya, Baca Musiknya. Website khusus
mengenai ulasan buku RECTOVERSO ada di www.dee-rectoverso.com
Pada Agustus 2009, Dee menerbitkan novel Perahu Kertas. Tahun 2012, Dee kembali
mengeluarkan novel lanjutan serial Supernova yang berjudul PARTIKEL dengan tokoh utama Zarah.
Oktober 2014, Dee menerbitkan novel lanjutan serial Supernova yang berjudul GELOMBANG
dengan tokoh utama Alfa.
Pada tanggal 26 Februari 2016, novel terakhir serial Supernova dengan judul Inteligensia Embun
Pagi (IEP) telah beredar di toko buku di Indonesia, dimana sebelumnya Dee menjualnya dengan
sistem pre order IEP bertandatangan yang dilangsungkan selama 19 hari. Akibat yang harus ia
tanggung adalah menandatangani ribuan buku IEP pesanan pembaca setianya, atau yang biasa
disebut "addeection".

Kehidupan pribadi[sunting | sunting sumber]


Dee menikah dengan penyanyi R&B, Marcell Siahaan pada 12 September 2003. Melalui pernikahan
tersebut, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Keenan Avalokita Kirana
(lahir 5 Agustus 2004). Pernikahan ini berakhir setelah Dee menggugat cerai Marcell di Pengadilan
Negeri Bale Bandung pada 27 Juni 2008.[1] Dee kemudian menikahi seorang pakar penyembuhan
holistik, Reza Gunawan, pada 11 November 2008 di Sydney.

Karya[sunting | sunting sumber]


 Novel Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh, 2001
 Novel Supernova 2: Akar, 2002
 Kumpulan Prosa dan Puisi "Filosofi Kopi" 2003
 Novel Supernova 3: Petir, 2004
 Kumpulan Cerita Rectoverso, 2008
 Novel Perahu Kertas, 2009
 Kumpulan Cerita Madre, 2011
 Novel Supernova 4: Partikel, 2012
 Novel Supernova 5: Gelombang, 2014 [2]
 Novel Supernova 6: Inteligensi Embun Pagi, 2016

Diskografi[sunting | sunting sumber]


 Rida, Sita, Dewi: “Antara Kita” – Warna Musik, Indonesia, 1995
 Rida, Sita, Dewi: “Bertiga” – Warna Musik, Indonesia, 1997
 Rida, Sita, Dewi: “Satu” – Sony Music, Indonesia, 1999
 Rida, Sita, Dewi: “The Best of RSD” – Sony Music, Indonesia, 2002
 Dewi Lestari: “Out Of Shell” – Truedee Music, Indonesia, 2006
 Dewi Lestari: “Rectoverso” – Goodfaith Production, 2008

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 Dewi Lestari di Twitter
 Biografi di tokohindonesia.com
 (Indonesia) Profil di KapanLagi.com
 Kumpulan wawancara
 Official Website of Dee Lestari

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ Dewi Lestari Gugat Cerai Marcell, diakses 12 Juni 2008
2. ^ Pengumuman Dee di Twitter
Kategori:
 Orang hidup berusia 41
 Tanggal kelahiran 20 Januari
 Kelahiran 1976
 Penyanyi Indonesia
 Penulis Indonesia
 Alumni Universitas Parahyangan
 Tokoh dari Bandung
 Vegetarian Indonesia
 Tokoh Batak
 Marga Simangunsong
 Tokoh yang berpindah agama dari Kristen
 Tokoh yang berpindah agama ke Buddha
 Tokoh Buddha Indonesia
Menu navigasi
 Belum masuk log

 Pembicaraan

 Kontribusi

 Buat akun baru

 Masuk log
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu
Pencarian
Lanjut

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan
 Facebook
 Twitter
 Google+
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID
Bahasa lain
 English
 Français
 Basa Jawa
 한국어
 Basa Sunda
Sunting interwiki
 Halaman ini terakhir diubah pada 11 Mei 2017, pukul 05.39.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Pengembang
1. Tema
Tema adalah sebuah gagasan pokok yang mendasari dari jalan cerita sebuah cerpen. Tema biasanya
dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita atay tersurat dan tidak langsung, dimana si pembaca harus
teliti dan dapat menyimpulkan sendiri atau tersirat.
2. Alur / Plot
Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis besar, alur merupakan urutan
tahapan jalannya cerita, antara lain : perkenalan > muncul konflik atau suatu permasalahan >
peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.
3. Setting
Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut.
4. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter
tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat
serta ada juga tokoh figuran yaitu tokoh pendukung.
5. Penokohan
Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh atau pelaku dalam cerita tersebut. Sifat yang telah diberikan
dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu hal. Metode penokohan
ada 2 (dua) macam diantaranya:

Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat
tokoh secara langsung, seperti seperti: pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya.

Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkannya secara tidak langsung,
yaitu dapat dengan cara : penggambaran fisik (Misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya),
penggambaran dengan melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa
pendapat, sikat, pandangan, dan sebagainya).
6. Sudut Pandang
Adalah cara pandang pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Sudut pandang ada
4, antara lain:
1. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama
Dalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang
dialaminya. Tokoh ”aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh
"aku" digunakan sebagai tokoh utama.
Contoh:
Pagi ini cuaca begitu cerah hingga dapat mengubah suasana jiwaku yang penat karena setumpuk tugas yang
terbengkelai menjadi teringankan. Namun, sekarang aku harus mulai bangkit dari tidurku dan bergegas untuk mandi
karena pagi ini aku harus bekerja keras.
2. Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan
Tokoh ”aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh ”aku” hadir dalam
jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian
”dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang
dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhirnya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak
tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian
tokoh ”aku” cuman tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang
lain. Tokoh ”aku” pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
Contoh:
Sekarang aku tinggal di Jakarta, kota metropolitan yang memiliki beribu-ribu kendaraan. Dulu, aku sempat menolak
untuk dipindahkan ke ibukota. Tapi, pada kali ini aku sudah tidak kuasa untuk menghindar dari tugas ini. Ternyata,
bukan aku saja yang mengalaminya. Teman asramaku yang bernama Andi, juga mengalami hal yang sama. Kami
berdua sangatlah akrab dan berjuang bersama-sama dalam menghadapi kerasnya kota Jakarta.
3. Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu
Kisah cerita dari sudut ”dia”, namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang
menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.
Contoh:
Sudah genap 1 bulan dia menjadi pendatang baru di perumahan ini. Tapi, dia juga belum satu kali pun terlihat keluar
rumah cuman untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain. “Apakah si pemilik rumah itu terlalu sibuk
ya?” ungkap salah seorang tetangganya. Pernah 1 kali dia kedatangan tamu yang katanya adalah saudaranya.
Memang dia adalah sosok introvert, jadi walaupun saudaranya sendiri yang datang untuk berkunjung, dia tidak
menyukainya.
4. Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat
Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu. Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat,
dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.
Contoh:
Entah apa yang telah terjadi dengannya. Pada saat datang, ia langsung marah. Memang kelihatannya ia mempunyai
banyak masalah. Tapim kalau dilihat dari raut mukanya, mungkin tak hanya itu yang sedang ia rasakan. Tapi
sepertinya dia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat, serta rambutnya kusut.
7. Amanat
Amanat merupakan sebuah pesan dari seorang penulis atau pengarang cerita tersebut kepada pembaca
agar pembaca dapat bertindak atau melakukan sesuatu.

Unsur Ekstrinsik Cerpen


Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan
unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari
keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki
banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut
unsur ekstrinsik cerpen.

1. Latar Belakang Masyarakat


Latar belakang masyarakat yaitu suatu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat terhadap
terbentuknya sebuah jalan cerita. Pemahaman tersebut dapat berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi
politik, sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi pada masyarakat itu sendiri.
2. Latar Belakang Pengarang
Latar belakang pengarang dapat meliputi pemahaman pengarang terhadap sejarah hidup serta sejarah
hasil karangan yang telah dibuat sebelumnya.
1. Biografi
Biografi biasanya berisikan tentang riwayat hidup pengarang cerita tersebut yang ditulis secara keseluruhan.
2. Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis berisi tentang pemahaman kondisi mood ketika pengarang menulis kisah cerita tersebut.
3. Aliran Sastra
Aliran sastra seorang pengarang pastinya akan mengikuti suatu aliran sastra tertentu. Hal tersebut sangatlah
berpengaruh terhadap gaya penulisan yang dipakai oleh pengarang dalam menciptakan sebuah kisah dalam cerpen
tersebut.

Read more: http://gopengertian.blogspot.com/2015/09/pengertian-cerpen-ciri-ciri-struktur-unsur-intrinsik-unsur-


ekstrinsik.html#ixzz4shm9WEy8

Anda mungkin juga menyukai